Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 181 - 190 dari 190 ayat untuk mengandalkan [Pencarian Tepat] (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.1252695) (Why 17:1) (sh: Gereja Tuhan, tetaplah waspada! (Rabu, 13 November 2002))
Gereja Tuhan, tetaplah waspada!

Gereja Tuhan, tetaplah waspada!
Wahyu 17 secara terbuka menerangkan tentang suatu keadaan yang menjurus kepada penghukuman atas musuh-musuh Allah. Jelas dikatakan bahwa Babel, yang digambarkan dengan ‘pelacur’ adalah sebuah kerajaan—yang memiliki kekuasaan—yang telah berhasil menggabungkan kekuatan ekonomi-politik-kebudayaan dan agama, dalam sistem masyarakatnya akan hancur (ayat 1 6). Kehancuran ini merupakan wujud dari kemurkaan Allah terhadap sikap mereka yang tidak setia kepada Allah dan mengandalkan kekuatan yang menghujat Allah. Kekuatan tersebut digambarkan dengan ‘binatang’ yang mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk sebagai lambang kewibawaan dan kekuatannya, dan yang pernah ada, tidak ada, lalu muncul kembali (ayat 8). Kemunculannya yang kemudian ini bahkan dikatakan dengan kekuatan penuh, seolah menjanjikan kedamaian, tetapi itu hanya kedok, sebab maksud mereka sebenarnya adalah berperang melawan Anak Domba Allah. Upaya untuk menghancurkan takhta Anak Domba Allah, dilakukan dengan terlebih dahulu menghancurkan para pengikut-Nya, yaitu gereja sebagai persekutuan orang percaya. Bila kita menemukan perseteruan yang tiada henti dalam persekutuan orang percaya, kejatuhan para pemimpin Kristen dalam zinah dan serakah, penindasan orang percaya dengan alasan agama, waspadalah, sebab Iblis sedang menancapkan pengaruh jahat dan kejinya di tengah-tengah kehidupan gereja Tuhan masa kini.

Tidak sedikit di antara kita, orang Kristen yang terlibat dalam permainan cantik Iblis. Biasanya yang dijadikan ‘bola’ dalam permainan itu adalah kekuasaan, harta, harga diri karena hal-hal tersebut yang ‘dikejar’ manusia. Karena itu kita sebagai gereja Tuhan masa kini teruslah berpegang pada kebenaran Kristus, sebab tidak ada kuasa yang mampu mengalahkan-Nya apalagi menurunkan- Nya dari takhta Raja di atas segala raja.

Renungkan:
Hanya orang yang tercatat sebagai milik Kristus yang akan luput dari bahaya tersebut karena Yesus Kristus bertindak sebagai Perisai, dan ada bersama-sama dengan dia.

(0.10737385128205) (Mzm 23:1) (full: TUHAN. )

Nas : Mazm 23:1-6

Mazmur ini, yang bersumber dalam pikiran Tuhan dan diilhamkan oleh Roh Kudus, mengungkapkan perhatian dan pemeliharaan-Nya yang tekun atas mereka yang mengikut Dia. Mereka merupakan sasaran kasih ilahi yang sangat dihargai-Nya. Dia mempedulikan masing-masing mereka sebagaimana seorang ayah mempedulikan anak-anaknya dan seorang gembala domba-dombanya.

(0.10737385128205) (Flp 2:3) (full: DENGAN RENDAH HATI. )

Nas : Fili 2:3

Karena umat manusia yang telah jatuh dalam dosa berpembawaan egosentris, maka dunia kurang menghormati sifat rendah hati. Akan tetapi, Alkitab, yang berisi pandangan yang berpusat kepada Allah dalam hal umat manusia dan keselamatan, sangat mementingkan sifat rendah hati.

  1. 1) Bersifat rendah hati berarti bahwa kita menyadari kelemahan-kelemahan kita dan dengan lekas akan menghormati Allah dan orang lain atas hal-hal yang kita kerjakan (Yoh 3:27; 5:19; 14:10; Yak 4:6).
  2. 2) Kita harus rendah hati karena kita adalah makhluk hina (Kej 18:27) dan berdosa, terlepas dari Kristus, (Luk 18:9-14) dan tak dapat membanggakan apa pun (Rom 7:18; Gal 6:3) kecuali bermegah di dalam Tuhan (2Kor 10:17). Kita harus mengandalkan Tuhan untuk menjadi orang yang berguna dan dapat menghasilkan buah. Kita tak dapat melakukan apa-apa yang baik tanpa pertolongan Allah dan bantuan orang lain (Mazm 8:5-6; Yoh 15:1-16).
  3. 3) Allah tinggal bersama orang yang hidup dengan rendah hati (Yes 57:15; Mi 6:8). Allah memberi kasih karunia lebih besar kepada orang yang rendah hati, tetapi menentang orang sombong (Yak 4:6; 1Pet 5:5). Anak-anak-Nya yang paling giat melayani Tuhan "dengan segala rendah hati" (Kis 20:19)
  4. 4) Sebagai orang percaya kita harus hidup dengan rendah hati terhadap orang lain, seraya menganggap mereka lebih penting daripada diri kita sendiri (bd. Rom 12:3).
  5. 5) Lawannya kerendahan hati adalah kesombongan, suatu perasaan yang berlebih-lebihan tentang kepentingan diri dan harga diri di dalam seseorang yang percaya akan kebaikan, keunggulan, dan prestasinya sendiri. Kecenderungan yang tak terelakkan dari sifat manusia dan dunia adalah ke arah kesombongan bukan kerendahan hati (1Yoh 2:16; bd. Yes 14:13-14; Yeh 28:17; 1Tim 6:17).
(0.10737385128205) (Neh 4:10) (sh: Ancaman dari luar dan dalam (Kamis, 16 November 2000))
Ancaman dari luar dan dalam

Ancaman dari luar dan dalam. Serangan terhadap jalannya pembangunan tembok Yerusalem seakan tiada habisnya. Melihat ejekan tidak berhasil mematahkan semangat bangsa Yehuda, Sanbalat dan sekutunya merencanakan serangan dengan kekerasan fisik secara langsung (11). Belum sepenuhnya ancaman dari luar ini dapat ditangani, datang juga ancaman dari dalam. Perasaan manusia cenderung naik-turun seperti gelombang laut, begitu pula emosi para pembangun tembok. Dari bekerja penuh semangat, tiba-tiba muncul sikap lesu dan malas karena puing sangat banyak sedangkan tenaga yang tersedia sangat terbatas. Menyingkirkan yang lama agar terbuka jalan untuk yang baru bukan suatu tantangan yang enteng. Bagaimana Nehemia mengatasi ancaman dari dua arah ini?

Strategi Nehemia sejalan dengan nasihat Tuhan Yesus `berjaga-jaga dan berdoalah' (Mat. 26:41). Nehemia memakai akal pemberian Tuhan untuk menyusun strategi pertahanan kota (13). Ia memberi semangat kepada para pembangun tembok yang terancam jiwa dan hasil keringatnya dengan mengajak mereka mengandalkan Tuhan yang Maha Besar dan Maha Dahsyat (14). Nehemia juga selalu mengimani pertolongan Tuhan `Allah telah menggagalkan rencana musuh'. Meskipun lawan sudah mundur, ia tetap waspada dan berjaga-jaga dengan tetap mengatur penjagaan dan kesiapan berperang sambil tetap bekerja (16-18). Nehemia menyadari betapa pentingnya komunikasi antara para pekerja agar mereka dapat saling mendukung (18-20). Sejauh manakah kita memanfaatkan kecanggihan teknologi telekomunikasi sebagai sarana untuk mendukung sesama kita yang sedang bergumul? Nehemia tidak hanya sebagai pengatur namun juga sebagai pelaku pekerjaan itu. Ia turut bekerja keras dan berkorban (23). Kesediaan seorang pemimpin untuk turut merasakan penderitaan bawahannya akan menjadi sumber semangat yang tak akan habis bagi orang-orang yang bekerja dengannya.

Renungkan: Ancaman bagi pelayanan, pekerjaan, ataupun kehidupan kita, yang datang dari luar maupun dari dalam tidak akan pernah dapat kita hindari. Dengan prinsip berjaga dan berdoa, kita pasti dapat mengatasi setiap ancaman yang sudah maupun yang akan timbul. Sekalipun kemenangan telah diraih, kita tetap perlu terus merencanakan tindakan-tindakan untuk menangkal serangan-serangan yang akan muncul.

(0.10737385128205) (Yer 17:1) (sh: Dosa dan respons terhadap kebenaran (Senin, 25 September 2000))
Dosa dan respons terhadap kebenaran

Dosa dan respons terhadap kebenaran. Melalui Yeremia, Allah menegaskan kepada bangsa Yehuda 3 dosa mereka yang mendatangkan bencana dan malapetaka. Pertama, dosa sudah terukir dalam hati bangsa Yehuda (1-4). Ini menggambarkan dan menunjukkan apa yang terjadi di dalam kehidupan batiniah yang menjadi pusat kepribadian mereka. Tidak ada tanda atau goresan sedikit pun pada hati mereka yang menandakan suatu respons yang baik terhadap firman-Nya. Apa yang tergores sangat dalam di dalam hati mereka hanyalah dosa (1). Kedua, mereka lebih mengandalkan manusia daripada Allah (5-8). Ketiga, hati bangsa Yehuda sudah sedemikian bobrok dan korup sehingga tidak mungkin diperbaharui lagi (9-13). Hati mereka secara terus-menerus berpaling kepada dosa. Karena itu Allah tidak dapat dipersalahkan jika Ia mendatangkan malapetaka dan bencana besar atas bangsa Yehuda yang hidup moral, sosial, dan spiritualnya sudah bobrok dan amburadul.

Namun bangsa Yehuda bukannya segera menangisi dan menyesali dosa-dosanya serta memohon belas kasihan-Nya, sebaliknya mereka mengolok-olok Yeremia dan firman-Nya yang ia beritakan. Tindakan ini menunjukkan bahwa mereka sudah tidak takut lagi terhadap penghukuman Allah, bahkan cenderung menantangnya (15). Mereka juga menuduh Yeremia mengada-ada dan senang jika bangsanya ditimpa bencana dan malapetaka (16). Bahkan mereka mengancam keselamatan Yeremia sehingga menyebabkan Yeremia berteriak minta tolong kepada Allah agar membela dan melindunginya (14, 17-18).

Respons bangsa Yehuda terhadap Yeremia adalah buah yang pasti dari hati manusia yang sudah dikuasai dan dibutakan oleh dosa. Bukankah ini juga yang terjadi dan yang kita lihat di sekeliling kita saat ini? Mereka yang secara terang-terangan terlibat dalam tindak kejahatan korupsi tingkat tinggi dan kejahatan terhadap hak azasi manusia justru dapat berbalik mengancam dan menyerang pembela-pembela kebenaran, bahkan menimbulkan gejolak politik dan sosial di negara ini.

Renungkan: Akankah kita takut dan berdiam diri menghadapi respons yang justru mengancam dan menyerang? Kita mungkin takut, berteriak-teriak kesakitan, dan meratap kepada Allah mohon perlindungan, namun itu bukan alasan berdiam diri dan membiarkan dosa terus menguasai seluruh anak bangsa.

(0.10737385128205) (Yeh 23:1) (sh: Dua kekasih hati yang ingkar janji (Senin, 10 September 2001))
Dua kekasih hati yang ingkar janji

Dua kekasih hati yang ingkar janji. Umat Tuhan dilukiskan sebagai dua bersaudara. Samaria yang mewakili Kerajaan Utara disebut Ohola dan Yerusalem yang mewakili Kerajaan Selatan disebut Oholiba. Yehezkiel melukiskan mereka sebagai orang yang tidak setia kepada Allah dan telah berzinah secara rohani karena bersundal dengan bangsa-bangsa lain. Persundalan di sini menunjuk kepada usaha Israel dan Yehuda untuk bersekutu dengan bangsa-bangsa kafir, daripada mengandalkan Allah sebagai sumber kekuatan dan perlindungan.

Israel pada mulanya mengadakan persekutuan dengan Asyur (ayat 2Raj. 15:19-29) dan kemudian dengan Mesir (ayat 2Raj. 17:3-6); akhirnya mereka mulai beradaptasi dengan budaya kafir dan menghalalkan ibadah berhala. "Adiknya", Yehuda kemudian meniru kakaknya, melakukan hal yang sama (ayat 2Raj. 24:1). Bahkan tingkah laku umat Tuhan ini sempat membuat risih penduduk bangsa kafir yang tidak mengenal Tuhan. Sungguh, Tuhan tidak tahan melihat kebebalan Israel dan Yehuda, ibarat dua kekasih hati-Nya yang tidak setia. Kebebalan umat Tuhan sedemikian tebal hingga mereka tidak gentar walaupun hukuman sudah dijatuhkan kepada kakaknya.

Ketika kehidupan manusia telah mencapai ambang ketidakgentaran terhadap peringatan Tuhan, maka ibarat pengemudi, ia sedang menuruni tebing terjal tanpa rem. Selagi rambu-rambu firman masih dapat ditanggapi, berarti masih tersedia harapan bagi kita untuk memalingkan diri dari jalan yang salah, yang menuju maut. Namun seringkali kita mengabaikan rambu-rambu firman Tuhan karena terlanjur menikmati indahnya menuruni tebing atau kehidupan menuruni tebing telah menjadi kebiasaaan sehari-hari.

Pemberian identifikasi Tuhan kepada orang percaya, yang diibaratkan sebagai kekasih hati, bahkan sebagai mempelai-Nya seharusnya membuat kita malu bila dandanan fisik maupun rohani kita tidak sesuai dengan status kita yang begitu mulia.

Renungkan: Bagaimanakah Anda menghias diri Anda hari ini? Adakah unsur ke- cuek-an Yehuda dan Israel yang Anda adopsi di dalam menjalani kehidupan Anda sehari-hari? Andakah kekasih hati Allah yang telah ingkar janji, ingkar ikrar, atau ingkar nazar? Hentikanlah coreng- moreng pada dandanan Anda, sebelum tetangga Anda risih melihatnya.

(0.10737385128205) (Yl 3:9) (sh: Penuntasan zaman lama dan terwujudnya zaman baru (Rabu, 20 Juni 2001))
Penuntasan zaman lama dan terwujudnya zaman baru

Penuntasan zaman lama dan terwujudnya zaman baru. Dosa telah menodai zaman lama yang penuh pemberontakan dan keagungan diri manusia. Manusia ciptaan ingin menempatkan diri setara dengan Sang Pencipta dan memunculkan sikap persahabatan dengan musuh Sang Pencipta untuk memberontak terhadap Sang Pencipta. Betapa hancurnya citra peta teladan Allah dalam diri makhluk ciptaan yang tertinggi ini. Namun sejarah perjalanan zaman lama masih bergulir dan bersamaan dengan zaman baru yang telah dimulai sejak kehadiran Tuhan Yesus dalam dunia. Penuntasan zaman lama adalah pada hari kedatangan-Nya.

Hujan berkat di hari TUHAN adalah terwujudnya zaman baru bagi seluruh umat-Nya. Merekalah pasukan Allah yang di dalam ketidakberdayaan dapat berkata: “Aku ini pahlawan!” (10). Segala bangsa dari segala penjuru akan berkumpul di Sion – Yerusalem dan menyaksikan umat-Nya menikmati masa penuaian yang penuh sukacita dan kemenangan sementara mereka mengikuti sidang penghakiman Allah (11-13). Inilah hari penentuan bagi umat-Nya dan bangsa-bangsa lain. Bangsa-bangsa yang mengagungkan dan mengandalkan kekuatan, kekayaan, dan ketangguhan panglima perang, akan dilumpuhkan-Nya dalam ketidakberdayaan (19). Segala dosa pemberontakan dipatahkan dan kehilangan kuasa-Nya, bertekuk lutut di bawah kaki pemerintahan-Nya (21). Namun umat-Nya akan bersorak menyambut-Nya karena Dialah benteng perlindungan yang memerintah selamanya (16, 20). Zaman baru yang telah dimulai sejak Yesus akan benar-benar terwujud secara sempurna dimana TUHAN memerintah selamanya sebagai Raja di atas segala raja bersama umat- Nya (17). Kota pemerintahan-Nya adakah kota yang kudus yang tidak mungkin dihampiri oleh orang-orang yang telah menolak-Nya. Pintu anugerah-Nya bagi yang belum menerima-Nya kini telah berakhir.

Renungkan: Yakinlah bahwa pergumulan zaman lama yang penuh dosa kejahatan dan pemberontakan akan berakhir, walaupun sementara ini kita harus tetap bergumul dalam dunia yang kita tumpangi ini. Bersiaplah menyambut terwujudnya zaman baru yang penuh sukacita dan kemenangan. Asahlah hidup Anda dengan kebenaran firman- Nya dan jadilah pahlawan iman di dalam ketidakberdayaan tubuh fana yang penuh dosa sampai tiba hari TUHAN.

Pengantar Kitab Ester

Kisah Ester terjadi di ibu kota kerajaan Persia – Susan – pada awal pemerintahan raja Ahasyweros (486-465 s.M.) yaitu setelah pemulangan bangsa Yehuda I (Ezr. 1-6) dan sebelum pemulangan II (Ezr. 7-10). Kisah ini menceritakan tentang rencana jahat untuk memusnahkan etnis Yahudi dari Kerajaan Persia. Persekongkolan itu digagalkan oleh Ester yang cantik dan berani yang telah menjadi permaisuri raja Ahasyweros. Kemenangan orang Yahudi ini sampai sekarang masih diperingati sebagai hari raya Purim

Penulis dan waktu penulisan Penulis kitab Ester tidak diketahui. Namun ketertarikannya pada asal mula dan perayaan hari raya Purim, nasionalisme yang tinggi dan pengetahuan yang mendalam tentang kerajaan Persia, tradisi, dan geografinya memberikan sedikit gambaran bahwa penulis kitab ini adalah orang Yahudi Persia yang hidup di Susan. Waktu penulisan kisah ini diperkirakan antara tahun 450 – 300 s.M. dengan tujuan menjelaskan asal mula perayaan Purim dan mengharuskan orang Yahudi untuk merayakannya (9:20-32).

Tema-tema utama Providensia Allah. Kitab Ester memberikan gambaran yang paling jelas tentang providensia Allah. Meskipun Allah tidak pernah disebutkan dalam kitab ini namun Ia berkarya melalui situasi, waktu, ‘kebetulan’, dan pilihan manusia untuk mencapai tujuan-Nya. Kitab Ester mengajar kita untuk melihat Allah yang tidak terlihat namun menyatakan diri-Nya melalui pasang surut kehidupan manusia dan peristiwa dunia, dan untuk memuji Dia karena pemeliharaan-Nya tidak pernah berhenti. Ketaatan dan ketidaktaatan. Perbandingan antara ketaatan dan ketidaktaatan dapat dijumpai dalam keseluruhan kitab ini. Dimulai dari ketidaktaatan Wasti dibandingkan dengan ketaatan Ester kepada Mordekhai pamannya, hingga ia berani menantang undang-undang raja (4:11, 16; 5:1, 2). Tema ini juga dapat dilihat dalam diri Mordekhai yaitu ia menolak untuk menaati perintah Haman namun menaati perintah Ester (4:17) dan taat melayani raja Persia serta kepentingan bangsanya (10:3). Hidup sebagai umat Allah. Melalui kehidupan Mordekai, kita dapat melihat bahwa hidup sebagai kaum minoritas dan dalam negara yang sedemikian pluralis seperti Media-Persia bukanlah halangan untuk berkarya baik bagi bangsanya maupun bagi negara dimana ia tinggal.

(0.10737385128205) (Mi 7:1) (sh: Hidup di tengah masyarakat yang merosot moralnya (Kamis, 21 Desember 2000))
Hidup di tengah masyarakat yang merosot moralnya

Hidup di tengah masyarakat yang merosot moralnya. Mikha mengekspresikan kesengsaraan seorang saleh yang hidup di dalam masyarakat yang bobrok moralnya. Tangisannya mula-mula `Celakalah aku` adalah tangisan kesepian. Mati-matian ia mencari orang yang takut akan Allah di dalam masyarakatnya. Namun tidak ada. Orang saleh sudah hilang dari negerinya seperti kebun anggur yang telah habis anggurnya karena dipanen.

Masyarakat yang memberontak kepada Allah, seperti yang digambarkan oleh Mikha, akan mencemari hubungan antarindividu. Sebab relasi yang tidak benar antara manusia dengan Allah menyebabkan rusaknya konsep tentang diri sendiri dan orang lain. Mereka tidak dapat mempercayai diri sendiri apalagi mempercayai orang lain. Seluruh ikatan yang mungkin terjadi dalam masyarakat seperti persahabatan, kekasih, bahkan hubungan keluarga telah dicemari oleh dosa (4-6). Semua orang hanya mengutamakan keuntungan dan kepentingan diri sendiri sehingga tidak segan-segan merugikan bahkan mencelakakan teman, kekasih, atau orang tua sekalipun. Betapa mengerikannya hidup di dalam masyarakat yang demikian. Betapa sepinya jika tidak mengikuti arus masyarakat.

Mikha sebagai umat Allah dan hamba-Nya yang hidup dalam masyarakat yang sudah sedemikian bobrok moralnya sebenarnya dapat memilih mengikuti pola pikir dan cara hidup orang-orang di sekelilingnya. Ia dapat menjadikan kehidupan masyarakat pada zaman itu sebagai standar bagi kehidupannya sehingga ia akan menjadi sama dengan mereka, tidak dipandang aneh, dan tidak akan mengalami kesepian seperti yang ia tangiskan. Puji Tuhan, Mikha memilih untuk tetap mengandalkan Allah dan berharap kepada-Nya (7). Pilihan Mikha ini sangat praktis. Ia meletakkan pengharapan kepada Allah bukan berharap pada situasi yang berubah. Ia berharap kepada apa yang akan dilakukan Allah, bukan kepada apa yang akan dilakukan oleh masyarakat di sekitarnya. Kata `berharap' adalah kata kunci dalam Perjanjian Lama yang menandakan kerelaan untuk menunggu dan keyakinan yang teguh akan kebaikan yang telah Allah sediakan bagi kita di masa mendatang.

Renungkan: Dimana pun kita hidup di dunia ini, tetaplah setia kepada Allah dan jadikanlah Dia sebagai acuan hidup kita, meskipun kita kesepian karena tidak ada seorang pun yang mendukung kita.

(0.071582570512821) (Rm 1:16) (jerusalem: setiap orang yang percaya) Kepercayaan adalah perbuatan yang dengan itu manusia menyerahkan dirinya kepada Allah, yang adalah kebenaran dan kebaikan, sebagai kepada sumber tunggal keselamatan. Kepercayaan itu bersandar pada sifat Allah yang berkata benar dan pada kesetiaanNya akan janji-janjiNya (Rom 3:3 dst; 1Te 5:24; 2Ti 2:13; Ibr 10:23; 11:19) dan pada kuasa Allah yang mampu menepati janji-janjiNya (Rom 4:17-21; Ibr 11:19). Sesudah persiapan lama dalam Perjanjian Lama(Ibr 11) maka setelah Allah berfirman melalui AnakNya (Ibr 1:1) orang harus percaya kepada AnakNya itu (bdk Mat 8:10+; Yoh 3:11+) dan kepada pemberitaan (kerigma: Rom 10:8-17; 1Ko 1:21; 15:11,14; bdk Kis 2:22+) Injil (Rom 1:6; 1Kor 15:1-2; Fili 1:27; Efe 1:13) yang diwartakan oleh para rasul (Rom 1:5; 1Ko 3:5; bdk Yoh 17:20) dan yang isinya ialah: Allah telah membangkitkan Yesus dari alam maut dan menjadikanNya Kyrios (Tuhan: Rom 4:24 dst; Rom 10:9; Kis 17:31; 1Pe 1:21; bdk 1Ko 15:14,17) dan melalui Dia Allah menawarkan hidup kepada semua yang percaya kepadaNya (Rom 6:8-11; 2Ko 4:13 dst; Efe 1:19 dst; Kol 2:12; 1Te 4:14). Dengan demikian kepercayaan kepada (nama) Yesus (Rom 3:26; 10:13 bdk Yoh 1:12; Kis 3:16; 1Yo 3:23), kepada Kristus (Gal 2:16; bdk Kis 24:24; 1Yo 5:1), Tuhan (Rom 10:9; 1Ko 12:3; Fili 2:11; bdk Kis 16:31) dan Anak Allah (Gal 2:20; bdk Yoh 20:31; 1Yo 5:5; Kis 8:37; 9:20), menjadi syarat mutlak bagi keselamatan (Rom 10:9-13; 1Ko 1:21; Gal 3:22; bdk Yes 7:9; Kis 4:12; 16:31; Ibr 11:6; Yoh 3:15-18). Kepercayaan itu bukan hanya dengan akal menerima kebenaran, tetapi juga mengandalkan dan mentaati (Rom 1:5; 6:17; 10:16; 16:26; bdk Kis 6:7) kebenaran yang memberi hidup (2Te 2:12 dst) dan yang mengikut sertakan seluruh manusia dalam persatuan dengan Kristus (2Ko 13:5; Gal 2:6,20; Efe 3:17) serta memberi mereka Roh (Gal 3:2,5,14; bdk Yoh 7:38 dst; Kis 11:17) anak-anak Allah (Gal 3:26; bdk Yoh 1:12). Oleh karena hanya percaya kepada Allah, maka kepercayaan sejati tidak mengizinkan kepercayaan kepada dirinya (Rom 3:27; Efe 2:9) dan bertentangan dengan tata hukum Taurat (Rom 7:7+) yang dengan percuma saja (Rom 10:3; Fili 3:9)
(0.071582570512821) (1Kor 13:1) (jerusalem) Bab ini menjadi tiga bagian: Kasih adalah karunia yang paling utama (1Ko 13:1-3); karya amal kasih (1Ko 13:4-7); kasih tetap tinggal (1Ko 13:8-13). Kasih yang langsung dimaksudkan ialah kasih persaudaraan. Paulus tidak langsung berpikir kepada kasih kepada Allah, tetapi secara tersirat kasih itu turut dipikirkan, khususnya dalam 1Ko 13:13 di mana kasih dihubungkan dengan iman dan pengharapan.


TIP #26: Perkuat kehidupan spiritual harian Anda dengan Bacaan Alkitab Harian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA