Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 181 - 200 dari 247 ayat untuk negara (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.21) (Yes 39:1) (sh: Akibat melupakan Allah (Selasa, 28 September 2004))
Akibat melupakan Allah

Seseorang yang pesawatnya hendak jatuh memohon pertolongan Tuhan sambil berjanji jika selamat maka ia akan memberikan persembahan sukarela sebesar gaji satu bulan dan persembahan perpuluhan setiap bulan. Namun, ia lupa setelah Tuhan menolongnya.

Sungguh menyedihkan membaca kisah Hizkia di nas ini. Ia telah mengalami pertolongan Tuhan, tetapi cepat melupakannya karena raja Babel. Merodakh-Baladan (raja Babel) mengirimkan utusannya mengunjungi Hizkia di Israel (ayat 1). Tujuannya adalah turut bergembira karena Hizkia telah sembuh. Hizkia merasa tersanjung dengan kunjungan kenegaraan ini sebab pada saat itu Babel adalah negara yang kuat. Akan tetapi, Babel juga merupakan musuh Israel. Tindakan Hizkia memperlihatkan seluruh kerajaannya merupakan tindakan bodoh (ayat 2). Yesaya diutus Tuhan untuk memberitahukan firman Tuhan tentang Hizkia, yaitu "segala yang disimpan oleh nenek moyangmu akan diangkut ke Babel" (ayat 6); "Keturunan Hizkia akan dibawa ke Babel sebagai tawanan" (ayat 7) (band. Dan. 1:1-7). Dengan demikian, tindakan Hizkia ini sama dengan "menjual" keturunannya dan bangsa Israel kepada Babel. Respons Hizkia terhadap nubuat Nabi Yesaya adalah "lain di mulut lain di hati" (ayat 8). Hal ini menunjukkan bahwa Hizkia melupakan Tuhan dan semua pertolongan-Nya yang pernah ia alami, yakni ketika campur tangan Tuhan meluputkan Yerusalem (Yes. 36-37) dan menyembuhkan sakit kerasnya (Yes. 38).

Apa yang kita pelajari dari kegagalan Hizkia? Ia melupakan Tuhan. Akibat perbuatannya ini dirasakan oleh keturunannya bahkan rakyat Israel. Seorang pemimpin yang bertingkah laku keliru berpengaruh kepada orang-orang yang dipimpinnya. Orang Kristen pada masa kini juga dapat melupakan Tuhan karena banyak hal, seperti sahabat, kekasih, suami/istri, jabatan dan pangkat, uang dan barang berharga, dll. Sepadankah menukarkan kepercayaan pada Yesus dengan hal yang sementara?

Renungkan: Belajarlah dari tindakan Hizkia agar kita tidak melupakan Tuhan! Melupakan Tuhan berakibat fatal bagi masa depan kita dan keluarga.

(0.21) (Yes 43:1) (sh: Engkau berharga di mata-Ku (Jumat, 29 Juli 2005))
Engkau berharga di mata-Ku

Orang yang pernah melakukan kesalahan fatal yang berakibat kehancuran diri atau orang lain biasanya merasa diri tidak berharga dan dihantui perasaan bersalah. Hanya pengampunan dan pemulihan dari Allah yang bisa mengangkatnya kembali.

Bangsa Israel juga pernah melakukan kesalahan fatal yang mengakibatkan mereka hancur. Namun, pada nas ini kesalahan yang dilakukan Israel tidak lagi diingat Allah. Pelanggaran Israel telah dihapus. Sekarang Allah mengangkat lagi mereka menjadi harta yang berharga, umat kesayangan-Nya (ayat 4). Allah mengingatkan Israel bahwa mereka adalah umat kepunyaan-Nya dan Dialah Allah mereka (ayat 1). Di mata Allah, Israel lebih berharga daripada semua bangsa lain. Oleh sebab itu, Ia menebus dan menyelamatkan mereka (ayat 3-4).

Pada saat nama bangsa Israel `terhapus' dari ingatan penduduk bumi karena Israel mengalami pembuangan di negara asing, Allah tidak melupakan mereka. Allah mengumpulkan mereka kembali (ayat 5-7). Allah melakukan hal tersebut supaya nyata bagi bangsa-bangsa lain bahwa Allah Israel lebih berkuasa daripada segala allah bangsa lain (ayat 8-11). Tidak ada manusia ataupun kuasa allah lain yang sanggup menghalangi rencana-Nya itu (ayat 12-13).

Ada dua penyebab Allah mengingat Israel. Pertama, Israel adalah milik-Nya. Seperti orangtua yang tidak memutuskan hubungan dengan anaknya karena anak itu melakukan kesalahan. Demikian pula Allah memperlakukan kita, umat-Nya. Meski kita sering membuat-Nya marah karena perbuatan dosa kita, kasih-Nya tak berubah. Kedua, Israel berharga bagi-Nya. Israel berharga bukan karena diri mereka, namun karena Allah yang menganggap mereka berharga. Kita berharga di hadapan Allah bukan karena siapa kita, namun karena Allah yang menganggap kita berharga.

Renungkan: Setiap anak Tuhan berharga di hadapan-Nya. Tuhan telah menetapkannya dan tidak ada yang sanggup merubahnya.

(0.21) (Yes 49:14) (sh: Kau tidak Ku lupakan (Rabu, 17 Agustus 2005))
Kau tidak Ku lupakan

Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalah. Peribahasa ini berarti kasih ibu kepada anak tiada terputus sampai mati, tetapi kasih anak kepada ibu kadang-kadang amat sedikit dan dapat hilang. Ungkapan seperti ini dipakai Allah untuk menunjukkan kasih-Nya kepada Israel.

Wajarlah Israel beranggapan Allah telah melupakan mereka sebab mereka tidak ditolong-Nya saat Nebukadnezar menyerbu Yerusalem. Mereka justru ditawan ke negara Babel. Setelah puluhan tahun di tanah pembuangan, mereka semakin yakin Allah melupakan mereka (ayat 14, 21). Perasaan Israel ini dijawab Allah dengan pertanyaan retoris: "Bagaimana mungkin seorang ibu tidak lagi peduli kepada anak kandungnya?" (ayat 15-16). Tuhan sekali lagi menegaskan bahwa Ia mengingat umat pilihan-Nya itu. Israel tetap akan menjadi umat yang dikasihi Tuhan (ayat 15-16).

Allah bukan sekadar mengakui bahwa Israel adalah milik-Nya, tetapi Ia membuktikannya. Pertama, Tuhan akan membangun Sion kembali. Orang-orang yang dipakai Allah untuk membangun akan berkumpul bersama untuk merestorasi Sion (ayat 17-18). Akibatnya banyak orang akan datang memadati daerah Israel dan generasi yang tertinggal akan dipulihkan (ayat 19-21). Kedua, Israel akan menjadi bangsa yang dihormati semua bangsa dan tidak lagi mendapat malu (ayat 22-23). Semua janji-Nya akan digenapi karena Ia Allah yang setia pada umat-Nya. Ia membebaskan umat-Nya dari musuh mereka dan akan menghukum musuh itu (ayat 24-26).

Pada saat penderitaan dan tekanan hidup menimpa, kita sering merasa Tuhan telah melupakan bahkan meninggalkan kita. Sebenarnya, Tuhan tetap mengasihi kita bahkan Ia mau memulihkan kita. Yang perlu kita lakukan adalah tetap percaya kepada-Nya dan tekun menantikan pertolongan-Nya meski solusi belum dapat kita lihat.

Renungkan: Tuhan mengingat setiap anak-Nya satu per satu. Setiap kita memiliki tempat khusus di hati-Nya.

(0.21) (Yer 28:1) (sh: Kiat-kiat menghadapi penyesat (Kamis, 19 April 2001))
Kiat-kiat menghadapi penyesat

Konflik Yeremia dengan nabi-nabi palsu terus berlanjut. Kali ini di hadapan para imam dan seluruh rakyat, seorang nabi yang bernama Hananya memberitahukan kepada Yeremia firman yang ia terima dari Allah. Seluruh rakyat dan para imam yang menyaksikan perdebatan keduanya pasti sulit menentukan siapa yang benar. Kesulitan itu disebabkan beberapa hal. Pertama, isi firmannya hampir serupa. Firman yang dibawa oleh Hananya tidak membantah bahwa perkakas Bait Allah akan dirampas oleh Babel dan bahwa bangsa Yehuda yang sedang dalam pembuangan memang sedang menjalani hukuman Allah melalui Babel. Perbedaannya hanya pada jangka waktu. Hananya memberitakan bahwa dalam waktu 2 tahun Yehuda akan dipulihkan sedangkan menurut pemberitaan Yeremia adalah 70 tahun (29:10). Kedua, formula yang dipakai untuk menyampaikan firman Allah adalah sama yaitu 'Beginilah firman Tuhan'. Ketiga, Hananya menggunakan aksi yang spektakuler untuk memperkuat berita yang ia bawa (10-11). Bagaimana respons Yeremia?

Sangat indah. Yeremia tidak mau jika rakyat Yehuda menjadi bingung dengan perdebatan mereka sehingga keadaan negara akan semakin bertambah kacau sebab tentara Babel juga sudah di ambang pintu. Ia tidak mau rakyat menjadi korban perdebatan 2 orang nabi. Kasihnya kepada Yehuda sangat besar. Karena itu ia membantah pemberitaan Hananya dengan sangat bijak dan penuh kehati-hatian (5-6). Ia meminta rakyat Yehuda untuk menganalisa pemberitaan Yeremia berdasarkan kebenaran yang disampaikan oleh para nabi sebelumnya (8-9). Ketika Hananya mulai main kekerasaan, ia pilih menyingkir (11). Yeremia kembali menemui Hananya setelah Allah memerintahkannya untuk memberitakan kepastian penghukuman Allah atas Yehuda dan kematian Hananya karena menyesatkan bangsa pilihan Allah (12-16). Dua bulan kemudian Hananya mati (17). Jika demikian halnya, siapa yang memberitakan kebenaran?

Renungkan: Rangkumkan bagaimanakah kiat-kiat Yeremia menghadapi pengajar sesat dan ajarannya! Bagaimana Anda akan menerapkan kiat-kiat Yeremia agar jemaat Tuhan tidak disesatkan karena zaman sekarang ini banyak sekali guru palsu dengan ajaran sesatnya yang mencari mangsa?

(0.21) (Yer 41:1) (sh: Tragedi klasik sebuah bangsa (Sabtu, 12 Mei 2001))
Tragedi klasik sebuah bangsa

Pembunuhan atas diri Gedalya yang dilakukan oleh Ismael beserta 10 orang temannya adalah tindakan yang benar- benar brutal dan sadis. Hanya orang-orang yang haus darah saja yang dapat membantai orang yang begitu ramah dan tulus kepadanya. Itulah karakter Ismael. Apa motif pembantaian Gedalya? Apakah Ismael menginginkan kedudukan Gedalya? Nampaknya tidak, sebab bukankah setelah melaksanakan misinya, ia kembali ke daerah bani Amon. Motif Ismael adalah dendam dan sakit hati karena apa yang telah dilakukan oleh Babel atas Yerusalem. Ismael tidak mampu melawan Babel maka ia melampiaskan kemarahannya kepada Gedalya yang dianggap sebagai kaki tangan Babel. Haus darah Ismael belum terpuaskan maka ia juga membantai rombongan peziarah yang akan bersilaturahmi kepada Gedalya. Bahkan mayat mereka dibuang begitu saja ke perigi. Bagi Ismael manusia yang dipandang berpihak kepada Gedalya tidak bernilai kecuali mereka mempunyai barang-barang yang ia butuhkan (8). Baginya manusia tidak lebih berharga daripada materi.

Walau Yehuda sudah dibumihanguskan oleh Babel, sebenarnya Yehuda tetap mempunyai kesempatan untuk membangun kembali kehidupannya. Namun ketakutan akan hukuman dari Babel, menyebabkan mereka harus lari ke Mesir. Mereka bukannya sibuk menyelesaikan masalah besar yang sudah ada, malah sekarang sibuk mengatasi masalah yang baru yang juga tidak kecil. Kesempatan untuk memperbaiki diri dan membangun masa depan yang baik selalu ditutup oleh keputusan-keputusan yang salah dan orang-orang yang tidak benar. Seandainya Gedalya mau mengindahkan peringatan Yohanan dan mengambil keputusan yang tepat, Yehuda tidak perlu dihadapkan kepada masalah yang baru. Seandainya Ismael tidak dibutakan oleh nafsu dendam dan mau memandang segala sesuatunya dari perspektif yang benar dan memprioritaskan kepentingan rakyat, maka Yehuda dapat terus membangun di bawah pimpinan Gedalya.

Renungkan: Bukankah tragedi klasik Yehuda juga terjadi di negara kita? Banyak keputusan diambil berdasarkan kepentingan dan nafsu pribadi maupun kelompok. Banyak tokoh dengan karakter yang tidak benar masih memegang kekuasaan. Akibatnya masalah bertambah kompleks.

(0.21) (Yer 51:36) (sh: Visi Yeremia (Kamis, 31 Mei 2001))
Visi Yeremia

Pesan terakhir jauh berbeda dari pesan-pesan sebelumnya. Allah akan menghukum Babel dengan cara menjungkirbalikkan semua kekuatan dan kemampuan yang mereka miliki hingga mereka habis termasuk sistem keagamaan mereka (38-44). Namun yang menarik untuk diperhatikan adalah waktu pemberitaan dan perintah khusus yang diberikan kepada bangsa Yehuda.

Berita ini disampaikan pada tahun keempat pemerintahan Zedekia yaitu sekitar tahun 594 s.M. Pada tahun itu persekongkolan untuk memberontak kepada Babel muncul (lih. pasal 27). Zedekia terlibat dalam persekongkolan itu karena itu ia harus mempertanggungjawabkannya dan meyakinkan Nebukadnezar bahwa rakyat Yehuda tidak terlibat dalam persekongkolan itu. Ketika ia pergi ke Babel (59), Yeremia menggunakan kesempatan itu untuk menitipkan pesannya melalui Seraya yang adalah saudara Barukh (lih. 32:12) dan memerintahkan Seraya mencari kesempatan untuk membacakannya kepada orang Yehuda. Mengapa?

Firman yang diterima Yeremia (46-51:45) menguatkan dan memampukan Yeremia untuk tetap berjalan dalam kehendak Allah yaitu tunduk kepada Babel. Firman itu juga memampukannya untuk melihat realita lain di balik realita yang kasat mata seperti penderitaan dalam pembuangan. Karena itu ia rindu agar bangsanya yang sedang dalam pembuangan - menaati kehendak Allah - mendapatkan berkat seperti dirinya. Namun Yeremia juga berpikir jauh ke depan (70 tahun ke depan). Ia kuatir bahwa bangsanya yang sudah hidup mapan di Babel (lih. 29:5-7 yang dikirim sebelum berita ini) menjadi terlena dan melupakan identitas mereka sebagai bangsa pilihan Allah, sehingga ketika penghukuman atas Babel tiba mereka kehilangan visi dan hanya memikirkan kesejahteraan pribadi (46-57).

Renungkan: Kualitas kepemimpinan Yeremia yang tinggi terpapar jelas dari uraian di atas. Ia mempunyai visi yang jauh ke depan tidak hanya bagi kesejahteraan bangsanya namun juga kerohanian, nasionalisme, serta kesatuan bangsanya, dan berusaha menggunakan kesempatan yang ada untuk merealisasikan visinya. Apa yang akan terjadi jika mereka yang dalam pembuangan melupakan identitasnya karena kemapanan sosial ekonomi serta terjadi asimilasi dengan bangsa lain? Negara dan gereja kita membutuhkan seorang pemimpin seperti Yeremia.

Pengantar Kitab Yakobus

Surat Yakobus agak sulit dibuat garis besarnya karena banyak topik di dalamnya. Nampaknya surat ini menyerupai satu khotbah berseri yang masing-masing topiknya nampak tidak saling berkesinambungan. Topi-topik dalam surat ini berubah-ubah secara tiba-tiba namun biasanya didahului dengan kata-kata seperti ‘saudara-saudaraku’ (1:2, 19; 2:1, 14; 3:1; 4:11; 5:7, 19), ‘jadi sekarang’ (4:13; 5:1), atau dengan sebuah pertanyaan (4:1; 5:13). Meskipun demikian, tema menonjol dari surat ini adalah iman yang hidup harus dimanifestasikan melalui perbuatan aktif.

Penulis, waktu, dan tujuan penulisan Surat ini ditulis oleh Yakobus, saudara Yesus Kristus kira-kira pada tahun 49 M dan ditujukan kepada Kristen Yahudi yang tersebar karena penganiayaan. Jadi surat ini berfungsi sebagai surat penggembalaan atau surat yang berisi pesan-pesan singkat.

Tema-tema utama: Kristologi. Yakobus tidak membahas Kristologi seperti Paulus. Ia menitikberatkan pada penerapan doktrin ini dalam kehidupan sehari-hari. Yesus sebagai Tuhan (1:1) dan yang dimuliakan (2:1) merupakan dasar bagi kehidupan moralitas yang murni dan berkomitmen penuh. Etika kristen berdasarkan pandangan yang tinggi tentang Kristus. Iman dan perbuatan. Ketaatan kepada hukum bukanlah ketaatan terlepas dari iman. Surat ini menyebutkan kata iman sekitar 16 kali dan hampir semuanya terdapat dalam 2:14-26. Dalam pasal lain, iman adalah dasar penting bagi doa (1:6; 5:15). Iman juga titik awal menuju kedewasaan dan kesempurnaan (1:3- 4). Urutan hubungan antara iman dan kedewasaan inilah yang ditekankan oleh Yakobus yang kemudian ditegaskan dalam 2:18. Ini merupakan progres dari apa yang sudah dilihat Yakobus yaitu iman (titik awal), perbuatan (kehidupan yang taat kepada Yesus karena iman di dalam- Nya), dan kematangan (tujuan dari kesempurnaan dan keutuhan di dalam karakter Yesus). Istilah perbuatan dalam surat ini berbeda dengan apa yang dimaksud oleh Paulus. Paulus menggunakan kata ini untuk menunjuk pada tindakan hukum sebagai dasar agar benar di hadapan Allah. Sedangkan Yakobus menggunakan kata ini untuk menunjuk kepada perbuatan moral yang mengalir dari iman yang murni – perbuatan yang senantiasa ditekankan oleh Paulus juga.

(0.21) (Yeh 35:1) (sh: Konflik schakmat (Senin, 12 November 2001))
Konflik schakmat

Apa akibatnya bila konflik berkepanjangan terjadi dari generasi ke generasi? Generasi sekarang hanya mendapatkan getah dari masa lampau. Mereka tetap saling membenci, meskipun kadang alasannya tidak diketahui dengan jelas atau sudah tidak ada hubungannya dengan hidup mereka; dapat dikatakan sebagai konflik schakmat.

Setelah Yerusalem direbut tahun 587 sM, Yehuda tidak memiliki pemerintahan yang efektif untuk melindungi daerahnya. Situasi ini dimanfaatkan oleh orang-orang Edom untuk menjarah harta milik orang Yehuda (bdk. 36:5), suatu perwujudan balas dendam atas konflik tak kunjung padam.

Maka, datanglah firman Tuhan kepada para pencari kesempatan ini. Hukum "mata ganti mata" akan berlaku untuk pegunungan Seir (istilah lain untuk Edom), bahkan bencana yang lebih dahsyat akan menimpa mereka. Pesan Yehezkiel tersebut merupakan suatu penguatan agar bangsa Israel mau belajar berharap dan percaya pada Allah mereka yang adil. Bangsa Edom akan dihukum karena telah memperlakukan saudara mereka dengan keji.

Tudingan kepada bangsa Edom dapat dilihat pula dalam kaitannya dengan bagaimana mereka memandang kesatuan dengan Yehuda. Sejak bangsa Israel pecah menjadi kerajaan utara dan selatan, bangsa-bangsa lain melihat Efraim (Israel) dan Yehuda sebagai 2 negara yang berbeda. Namun demikian, kita dapat melihat bahwa Yehezkiel sangat menghindari kesan keterpecahan itu, demikian juga sejarawan dalam 1 dan 2 Raja-raja. Karena itulah kita akan kaget ketika melihat bahwa Edom tetap melihat Efraim dan Yehuda sebagai 2 bangsa yang terpisah: suatu sikap kebencian yang amat dalam (ayat 10). Edom tidak memandang kesatuan sebagaimana Allah memandangnya.

Renungkan: Bila Anda terjebak konflik tak berkesudahan, hati-hati agar Anda tidak jatuh ke dalam niat jahat. Kesatuan akan menimbulkan kekuatan, kedamaian, dan kemenangan. Meskipun sulit untuk dicapai, tetapi kesatuan layak diperjuangkan. Dalam situasi schakmat, balikkan papan caturnya!

(0.21) (Hos 6:1) (sh: Pertobatan palsu (Senin, 8 November 2004))
Pertobatan palsu

Pertobatan sejati pasti disertai bukti yang nyata: meninggalkan dosa. Hal yang dulu dilakukan tanpa perasaan bersalah, sekarang menjadi sesuatu yang dijauhi.

Banyak dan mudah kita menemukan pertobatan palsu kini. Tandanya di bibir mengaku dosa, tetapi hati tetap menikmati kejahatan; atau bertobat bukan untuk sungguh-sungguh kembali kepada Tuhan, tetapi hanya demi terhindar dari konsekuensi dosa. Orang demikian jelas hidup dalam kemunafikan. Dalam nas ini, karena teguran Allah dan harapan-Nya akan pertobatan Israel (lih. Hos. 5:15), maka umat Israel mengaku dosa dan bertobat. Namun, pertobatan Israel itu palsu. Perhatikan di Hos. 6:1-3 dalam doa pertobatan Israel tersebut, tidak ada pengakuan dan penyesalan sungguh-sungguh akan dosa-dosa mereka. Sebaliknya, Israel hanya menekankan kebesaran kasih Allah tanpa mengungkapkan kenyataan bahwa Allah membenci dosa.

Di mata Tuhan, pengakuan Israel itu bukan pertobatan sejati. Bahkan ibadah korban untuk memohon pengampunan pun tidak lebih dari sekadar perbuatan ibadah lahiriah saja (ayat 4-6). Kenyataannya mereka masih melakukan praktek dosa. Israel masih tidak menghormati isi ikatan perjanjian Sinai (ayat 7). Israel tetap melakukan tindakan kejahatan yang lama, yaitu kaum imam bagaikan penjahat yang menghadang darah dan melakukan perbuatan-perbuatan mesum yang menjijikkan (ayat 8-10); mereka melakukan beragam perbuatan dosa seperti merampok dan menjarah (ayat 7:1); bahkan mereka menipu dan menjerumuskan para pemimpin negara untuk semakin bergelimang dalam dosa (ayat 7:3-7).

Jika masih ingin berdosa, berdosalah jangan tanggung-tanggung sampai Allah menghajar habis-habisan. Mungkin dengan cara itu, Allah akan membuat Anda kapok. Memang Allah berniat mengampuni dosa dan menyelamatkan kita dari hukuman. Akan tetapi itu tidak dijanjikan-Nya kepada para pemain sandiwara rohani.

Camkanlah: Perbuatan saleh keagamaan bisa dilakukan sebagai topeng di depan manusia. Akan tetapi, Tuhan tidak tertipu dengan persembahan dan penampilan saleh kita.

(0.21) (Hos 7:8) (sh: Senjata makan tuan (Selasa, 9 November 2004))
Senjata makan tuan

Catatan sejarah bangsa Indonesia menunjukkan salah satu penyebab kejatuhan kerajaan Nusantara ke tangan penjajah adalah karena meminta bantuan pasukan negara asing. Kemudian sang penolong meminta imbalan. Akibatnya kedaulatan kerajaan itu pun tergerogoti.

Israel melakukan hal serupa. Saat menghadapi masalah, Israel mencari andalan yang bukan Tuhan. Mereka tidak mengandalkan Tuhan, melainkan justru bergabung dengan bangsa-bangsa lain (ayat 11). Mereka mencari ilah lain untuk kekuatan mereka (ayat 16). Padahal, justru ilah-ilah lain itulah yang menggerogoti mereka sendiri. Hosea mengilustrasikan Israel bagaikan roti bundar yang tidak murni karena telah tercampur dengan unsur asing (ayat 8a) sehingga matang sebelah (ayat 8b), dan sedang disantap oleh bangsa-bangsa lain tanpa Israel sendiri menyadarinya (ayat 9a). Mereka sudah banyak beruban (baca: tua-lemah), namun tidak mengetahuinya (ayat 9b). Mereka terlalu yakin dengan kekuatan andalan mereka sehingga tidak merasa perlu bergantung kepada Tuhan (ayat 10). Ironis sekali bagaimana Israel membanggakan diri sebagai bangsa pilihan Allah, tetapi membiarkan diri dikendalikan dan dirusak oleh bangsa-bangsa lain. Sebagai hukuman, Tuhan membiarkan mereka digerogoti oleh para ilah yang mereka sembah itu. Tuhan menghajar sebab Israel lebih rela melawan Tuhan daripada bersandar kepada-Nya. Israel melupakan pemeliharaan Tuhan selama ini (ayat 12-15).

Masa kini banyak orang mengaku Kristen tetapi menyandarkan diri pada orang pintar, dukun, peramal, dsb. Mereka memakai ilmu untuk perlindungan mereka. Kelihatannya mereka mendapat manfaat dari ilah-ilah tersebut. Tanpa disadari kuasa gelap di balik ilah itu mencengkeram mereka. Hidup Kristen mereka perlahan namun pasti hancur. Senjata makan tuan. Banyak pula orang mengandalkan berhala-berhala modern. Yang paling lazim antara lain adalah uang, harta, kedudukan, kenikmatan. Entah kuno atau modern, semua yang kita posisikan sebagai Tuhan akan merendahkan kita.

Renungkan: Orang yang menggantikan Tuhan dengan ilah lain, akan kehilangan diri, keluarga, dan damai sejahtera Tuhan.

(0.21) (Am 5:1) (sh: Hidup hanya ada pada Allah (Minggu, 20 Juli 2003))
Hidup hanya ada pada Allah

Konsekuensi hidup bersekutu dengan Allah adalah hidup menurut jalan-Nya. Sebaliknya, konsekuensi meninggalkan Allah dengan segala jalan-Nya berarti kematian dan ratapan (ayat 1-3). Sikap mereka yang meninggalkan Allah tampak dalam tingkah laku mereka sehari-hari. Mereka mengubah keadilan menjadi ipuh dan menghempaskan kebenaran ke tanah (ayat 7,10); menindas dan merampas hak milik orang lemah dengan uang dan memungut pajak gandum yang mestinya harus ditolong oleh negara (ayat 11,12). Semua kejahatan itu jelas perbuatan-perbuatan yang melawan Allah sekaligus menghancurkan nilai kemanusiaan.

Tuhan sama sekali tidak menolelir sikap hidup mereka yang membunuh kehidupan dan pengharapan mereka yang lemah. Sebagaimana Allah memihak kepada Israel ketika ditindas di Mesir, demikianpun Allah akan mendengar seruan mereka yang tertindas di antara umat Allah. Para penindas akan mengalami penghukuman Allah. Kemewahan yang mereka peroleh dari hasil penindasan akan musnah. Kebun anggur yang mereka bangun dengan indah tidak akan mereka nikmati (ayat 11).

Sesungguhnya hanya di dalam Allah ada kehidupan. Carilah Tuhan, maka kamu akan hidup. Israel keliru menyamakan Tuhan dengan tempat. Semua tempat ibadah tidak menjamin Tuhan boleh didapatkan, sebab Tuhan ada bagi hati yang bertobat.

Renungkan: Tuhan tidak menginginkan ibadah status. Ia ingin agar hubungan nyata dengan-Nya terwujud di dalam kelakuan sehari-hari kita.


Bacaan untuk Minggu ke-7 sesudah Pentakosta

Zakharia 9:9-13; Roma 8:6-11; Matius 11:25-30; Mazmur 145

Lagu KJ 450

(0.21) (Mi 7:8) (sh: Nyanyian kemenangan orang yang mengandalkan Tuhan (Jumat, 22 Desember 2000))
Nyanyian kemenangan orang yang mengandalkan Tuhan

Ada 2 macam orang berdosa. Pertama, orang yang berdosa namun tidak mau menyadari keberdosaannya dan tidak mau berbalik kepada Allah. Kedua, orang berdosa yang menyadari keberdosaannya dan mau berbalik kepada Allah. Bangsa Israel adalah orang berdosa jenis pertama, sedangkan Mikha adalah orang berdosa jenis yang kedua. Mikha sadar bahwa ia patut menerima kemarahan Tuhan (9). Orang saleh juga akan menderita ketika masyarakat yang bobrok dimana ia tinggal menjadi porak poranda. Walaupun ia tidak ikut serta dalam kejahatan masyarakat, ia tetap harus memikul tanggung jawab tertentu atas apa yang telah terjadi di dalam masyarakat.

Mikha menerima semua yang menimpanya sebagai suatu keadilan. Ia tidak putus harapan pada saat orang di sekitarnya mencemooh dia karena amarah Tuhan yang sedang menimpanya. Ia tidak takut sekalipun ia jatuh dan duduk dalam kegelapan. Ia hidup di dalam zaman dimana bangsanya di ambang kehancuran. Masyarakat Israel yang korup akan segera dihancurkan dan mereka yang masih hidup akan diangkut sebagai tawanan ke negara Asyur. Segala sesuatu di sekitar Mikha tampaknya hancur berantakan. Sangat sulit bagi Mikha untuk percaya bahwa suatu hari kelak pagar tembok kotanya akan dibangun kembali dan wilayah negaranya akan menjadi lebih luas (11). Namun ia tetap yakin bahwa Allah sang Hakim Agung akan menjadi pengacara dia dan membela perkaranya dan bangsanya. Pada akhirnya ia akan menang bersama Tuhan. Kemurahan Allah dan kesadaran Mikha sebagai orang berdosa yang membutuhkan anugerah pengampunan-Nya akan menjadikan ia orang yang menang karena Tuhan. Ia tidak hanya akan menerima pengampunan dari Allah namun para musuhnya pun nantinya akan mengakui kebenarannya (12).

Renungkan: Tetaplah setia dan yakin kepada Allah ketika kegelapan menimpa kita. Ketika Ia tampil semua kerajaan di dunia akan menjadi kerajaan Allah dan Kristus menjadi Rajanya. Pengharapan kita adalah walaupun sekarang kegelapan meliputi kita, ada kepastian bahwa kerajaan Allah akan segera hadir. Biarlah kita seperti Mikha yang berkata dalam pengharapannya `akan datang suatu hari bahwa pagar tembokmu akan dibangun kembali'.

(0.21) (Mat 18:1) (sh: Standar dunia tidak berlaku (Selasa, 20 Februari 2001))
Standar dunia tidak berlaku

Persaingan menjadi yang terbesar sudah merupakan iklim dunia, apalagi di negara yang sedang berkembang. Kecenderungan manusia ingin dihargai, dipandang, ditinggikan, dan dipuji, menjadikan iklim ini semakin mendarah daging hampir ke semua lapisan masyarakat. Beberapa perikop yang kita baca hari ini, memperlihatkan bagaimana Yesus mengkontraskan pengajarannya dengan standar dunia.

Ketika murid-murid-Nya memakai standar dunia dalam konsep Kerajaan Allah, Yesus tidak segera menanggapi, tetapi Ia memanggil seorang anak kecil dalam rangka mengajarkan konsep yang benar. Anak kecil selalu di posisi tidak penting, lemah tak berdaya, tidak dapat memimpin, dan tidak memiliki ambisi menumpuk kekayaan atau kedudukan. Peragaan Yesus tidak berarti bahwa para murid-Nya harus menjadi anak-anak, tetapi agar mereka memiliki sikap seperti anak kecil. Menjadi anak kecil berarti rela menjadi tak berarti, berani mengakui ketidakberdayaan, dan bertobat dari dosa dan hidup yang berporos ambisi. Seperti inilah sikap seorang yang menyambut Yesus dan memiliki Kerajaan Sorga, yang bukan dengan kebenaran dan kemampuan diri sendiri, sehingga tidak lagi muncul ambisi bersaing menjadi yang terbesar.

Dalam Kerajaan Sorga juga tidak berlaku standar dunia tentang kesempurnaan fisik sebagai keindahan. Oleh karena itu Yesus memperingatkan para murid-Nya bila ada anggota tubuh yang menyebabkannya berdosa, ia harus memenggal anggota tubuh tersebut, sehingga tidak menghalangi pertobatannya. Dapat dikatakan bahwa sia-sia memuaskan diri dengan segala keinginan dunia bila rohani kita tidak mendapatkan kebahagiaan sejati dalam Kerajaan Sorga. Keinginan duniawi akan membawa kita kepada kebinasaan (ayat 8). Janganlah kita terhitung sebagai penyesat karena tidak rela menanggalkan segala keinginan yang membawa kepada kebinasaan. Mungkin bukan hanya kita yang binasa, tetapi juga anak-anak Tuhan yang lain. Yesus memberikan peringatan keras bagi para penyesat, apabila menyesatkan anak-anak kecil yang percaya kepada-Nya, karena anak-anak paling mudah disesatkan.

Renungkan: Merendahkan diri menjadi seperti anak kecil berarti rela menanggalkan segala keakuan, kemampuan, kedudukan, harga diri, dan ambisi, demi Kerajaan Surga yang bernilai kekal.

(0.21) (Mat 21:18) (sh: Siap setiap saat (Kamis, 24 Februari 2005))
Siap setiap saat

Seorang mahasiswa yang merasa tidak siap mengikuti ujian, meminta dosennya menunda ujian tersebut. Sang dosen menolak karena jadwal ujian sudah ditetapkan jauh hari sebelumnya. Siap atau tidak, mahasiswa tersebut harus mengikuti ujian.

Tindakan Yesus menjelang saat sengsara-Nya ditujukan untuk mempersiapkan murid-murid-Nya. Karena lapar dalam perjalanan (ayat 18), Tuhan Yesus ingin makan buah ara, tapi saat itu belum musimnya. Maka la mengutuk pohon ara itu (ay. 19, band. Mrk. 11:13). Mengapa Tuhan Yesus bertindak demikian?

Tuhan Yesus mengajarkan dua hal kepada para murid-Nya. Pertama, Tuhan menuntut murid-murid-Nya senantiasa siap melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Dan apabila mereka tidak siap, Tuhan tidak segan mendisiplin. Sebagaimana seorang tukang periuk dapat menghancurkan hasil pekerjaannya yang dianggapnya tidak memenuhi syarat (band. Yer. 18:3-6). Demikian pula pohon ara dapat diubah oleh Tuhan Yesus menjadi kering. Bagi murid-murid hal ini adalah suatu peristiwa yang mustahil (ayat 20). Oleh karena itu, Tuhan Yesus masuk kepada pelajaran kedua. Tuhan Yesus mengajarkan murid-murid-Nya tentang pentingnya memiliki iman. Dengan iman mereka dapat melakukan perkara yang besar bagi Kerajaan Surga (ayat 21-22).

Situasi di negara kita saat ini membuat sebagian orang Kristen memilih untuk tidak mengabarkan Injil. Mereka berdalih dengan mengatakan sekarang belum waktunya (Hag. 1:2) atau mustahil melakukannya. Sebagai murid Tuhan kita harus siap melayani Tuhan, baik atau tidak baik waktunya (ayat 2Tim. 4:2). Dengan iman, tidak ada yang mustahil untuk kita lakukan. Lagipula Tuhan berjanji untuk menyertai kita senantiasa.

Renungkan: Dunia yang semakin jahat memerlukan kehadiran anak-anak Tuhan. Karena itu, kita harus menjadi saksi-saksi Kristus agar banyak orang diselamatkan.

(0.21) (Mat 22:15) (sh: Bukan mencari kebenaran (Minggu, 29 Maret 1998))
Bukan mencari kebenaran

Orang Farisi (berarti: yang memisahkan diri) adalah kelompok awam yang menginginkan pembaruan kehidupan rohani. Mereka sangat menekankan berbagai peraturan seperti pembasuhan, perpuluhan, dlsb. Orang Saduki (berarti: yang benar) adalah kelompok terdidik yang berbeda pendapat dengan Farisi. Mereka menduduki sebagian besar keanggotaan Sanhedrin, memperkenalkan cara berpikir Yunani, hanya mengakui lima Kitab Musa menolak kebangkitan, dan tidak mengakui pemeliharaan Allah karena percaya bahwa manusia memiliki kemampuan memilih. Kedua kelompok inilah yang bertanya kepada Tuhan Yesus. Sayang mereka tidak sungguh mencari kebenaran, tetapi berupaya mencari kesalahan dari jawab Tuhan Yesus. Orang yang rohani seperti Farisi dan orang yang rasional seperti Saduki, sama bebalnya.

Kewajiban adalah kewajiban. Tuhan tak dapat dijebak oleh Farisi. Orang Farisi mengharapkan jawaban yang entah melawan Kaisar (dengan akibat ditangkap) atau yang mengabdi kaisar (dengan akibat dianggap tidak patriotis). Radikal sekali jawab Yesus. Serahkan kepada kaisar yang milik Kaisar, serahkan kepada Allah yang milik Allah. Tuhan Yesus mengajarkan ketaatan mutlak kepada Allah saja (yang empunya segala-galanya) sambil bersikap penuh tanggungjawab sebagai warga negara.

Mengenal kuasa Allah. Dimana letak kesalahan orang Saduki yang Tuhan sebut sesat itu? Di dalam hal menilai kebenaran rohani dengan ukuran pertimbangan dan pengalaman manusia. Andai saja mereka sungguh mengenal Allah seperti yang Allah nyatakan sendiri di dalam Kitab Suci, mereka pasti akan berjumpa dengan Allah yang Maha Perkasa yang telah menebus nenek moyang mereka dari cengkeraman penjajahan Mesir dan dari segala kuasa gaib kekafiran Mesir.

Renungkan: Tuhan adalah Kebenaran itu sendiri. Semua kebenaran lain yang tak berpaut pada-Nya adalah palsu dan sesat.

Doa: Tuhan, kami ingin menyaksikan kebenaranMu dalam hidup bermasyarakat kami. Tautkan kami kepada diriMu.

(0.21) (Mat 25:1) (sh: Pola hidup siaga (Sabtu, 12 Maret 2005))
Pola hidup siaga


Kebiasaan buruk "baru bertindak" jika keadaan sudah menjadi genting sudah makin membudaya. Undang-Undang Antiteroris dibentuk setelah peristiwa bom Bali. Komisi Pemberantasan Korupsi dibentuk setelah negara dirugikan triliunan rupiah, dlsb. Kebiasaan ini membuat orang terlena dan berakibat fatal. Jauh lebih fatal bila sikap itu menyangkut hal yang menentukan nasib kekal orang.

Perumpamaan ini berbicara tentang Kerajaan Surga (ayat 1), dikaitkan dengan kedatangan Anak Manusia kelak (ayat 13). Keadaan manusia dalam evaluasi Tuhan kelak terbagi ke dalam dua kelompok. Kelompok yang seperti gadis yang cerdas (ayat 4,7) dan kelompok yang mirip gadis yang bodoh (ayat 3,8). Yang cerdas diizinkan ambil bagian dalam pesta sang pengantin sebab meski ada penundaan mereka telah menyiapkan agar pelita mereka tetap menyala. Karena mereka tanggap terhadap Yesus dan berjaga-jaga merindukan kedatangan-Nya, mereka akan disambut oleh Yesus ketika Ia datang kembali untuk menggenapkan Kerajaan Surga. Sebaliknya, mereka yang tidak tanggap dan tidak siaga akan ditolak (ayat 11,12).

Kerajaan Surga datang di dalam dan melalui hidup, ajaran, dan perbuatan Yesus (lihat Mat. 4:17). Kelak pada kedatangan-Nya kedua kali Yesus akan merampungkan pewujudan Kerajaan Surga dan menentukan siapa yang layak berbagian di dalamnya. Orang yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamatnya pasti akan memiliki sikap rindu berjumpa dengan-Nya. Pengharapan tersebut seharusnya meujud di dalam sikap hidup sehari-hari. Sikap siaga menantikan kedatangan Tuhan yang digambarkan sebagai membawa minyak cukup, dituntut Tuhan dari orang Kristen. Justru karena masa kini orang makin tidak peduli terhadap kebenaran dan makin mengabaikan soal kedatangan Tuhan, perumpamaan ini patut mengembalikan kita ke siaga penuh.

Doaku: Tuhan, firman-Mu ini menyentak daku dari keterlenaan. Kiranya kasih karunia-Mu memberiku hati yang rindu berjumpa Engkau.

(0.21) (Mrk 12:1) (sh: Karikatur verbal para imam dan ahli Taurat (Kamis, 3 April 2003))
Karikatur verbal para imam dan ahli Taurat

Dalam sejarah berbagai negara, reformasi bahkan revolusi biasanya memakan banyak korban. Cukup sering korban pertama yang jatuh justru di kalangan seniman. Sebabnya simpel, bentuk-bentuk penyampaian pesan yang bersifat nyeni dan tak langsung kadang lebih tajam dan meresap daripada yang langsung. Yesus ahli dalam menggunakan ini.

Perumpamaan pun adalah salah satu media yang tajam, yang ketajamannya sangat terasa melalui perumpamaan pada nas ini. Perumpamaan ini didasari oleh nas Yesaya 5 yang menyebut Israel sebagai kebun anggur Allah (Yes. 5:7). Namun, kini yang menjadi pusat perhatian bukanlah kebun anggur itu sendiri, tetapi para penggarap upahan yang mengurus kebun anggur tersebut. Interaksi antara pemilik kebun anggur, para penggarap dan anak kekasih inilah yang menjadi inti dari perumpamaan ini. Ia mengarahkan perhatian para pendengarnya kepada dua hal. Pertama, pemberitahuan tentang kematian Yesus, yang diumpamakan sebagai anak pemilik kebun anggur yang kekasih, yang diutus kepada para penggarap. Kedua, penolakan serta keputusan penghukuman terhadap para pemimpin keagamaan Yahudi yang diumpamakan sebagai para penggarap penyewa yang tidak bertanggung jawab dan jahat. Perumpamaan ini menjadi karikatur yang suram tetapi mengena tentang para pemimpin keagamaan Yahudi zaman Yesus.

Karikatur verbal ini makin lengkap ketika mereka marah dan berusaha menangkap Yesus, tetapi takut kepada orang banyak. Peringatan bagi kita, bahwa selalu ada godaan untuk menyalahgunakan otoritas yang diberikan Allah. Penyalahgunaan adalah penolakan terhadap Allah, yang akan diikuti oleh penghukuman.

Renungkan: Kristus diutus dan mati bagi kita. Pementingan diri sendiri adalah penolakan terhadap kedatangan dan pengorbanan-Nya.

(0.21) (Mrk 16:9) (sh: Kesan dan pesan (Senin, 21 April 2003))
Kesan dan pesan

Bagaimana respons para murid mendengar kabar tentang kebangkitan Yesus yang dibawa oleh para perempuan yang baru kembali dari kubur Yesus, dan dari dua orang murid ketika dalam perjalanan menuju Emaus? Mereka tidak mempercayai berita tersebut. Karena ketidakpercayaan itulah maka Yesus menampakkan diri kepada mereka, dan mencela ketidak-percayaan dan kedegilan hati mereka.

Jika kita melihat kedekatan dan kebersamaan para murid dengan Yesus, rasanya mustahil jika mereka tidak mempercayai kebangkitan-Nya. Apa alasan mereka? Menurut Markus hal ini disebabkan oleh perbedaan persepsi tentang model mesias yang mereka nantikan. Murid-murid menantikan Mesias yang memiliki kekuasaan politis yang mampu mengenyahkan musuh-musuh Israel secara politis, dan membangun suatu negara yang damai dan makmur. Persepsi ini membuat mereka tidak siap menerima fakta bahwa Yesus Kristus, sang Mesias harus menderita dan mati. Sebaliknya, konsep Mesias menurut Yesus harus menderita (Mrk. 8:34). Model kemesiasan inilah yang tidak dimengerti oleh murid-murid. Walau demikian melalui penampakkan itu mereka diyakinkan. Lalu Yesus mengutus mereka ke seluruh dunia, untuk memberitakan Injil kepada segala makhluk. Mereka juga diberikan kuasa untuk melakukan tanda-tanda mujizat.

Menarik untuk diperhatikan adalah bahwa kabar sukacita bukan hanya ditujukan kepada manusia, tetapi juga kepada semua makhluk ciptaan-Nya. Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana mereka mengalami Injil? Eksploitasi lingkungan secara tidak bertanggung jawab, pembakaran hutan, pembuangan limbah beracun, dlsb. menunjukkan bahwa berita sukacita itu tidak manusia sampaikan kepada mereka.

Renungkan: Berita Injil semakin samar terdengar. Keadaan ini seharusnya mendorong gereja untuk makin giat memberitakan Injil.

(0.21) (Luk 4:21) (sh: Ketidakpercayaan mengakibatkan penolakan (Rabu, 7 Januari 2004))
Ketidakpercayaan mengakibatkan penolakan

Krisis kepercayaan masyarakat dalam maupun luar negeri terhadap para pemimpin dan keadaan Indonesia sekarang ini nampaknya berkepanjangan. Masyarakat bergolak mulai dari menolak kebijakan-kebijakan yang pemerintah buat sampai kepada menuntut agar para pemimpin itu “lengser”. Di luar negeri, banyak perusahaan yang ragu-ragu untuk berinvestasi karena tidak percaya akan sistem keamanan negara kita.

Yesus pun mengalami “krisis” penolakan di Nazaret. Alasannya adalah karena penduduk Nazaret tidak dapat percaya bahwa Yesus, yang terdaftar sebagai penduduk kota itu, yang ayahnya seorang tukang kayu, ternyata adalah Mesias yang dinubuatkan oleh Yesaya. Padahal ada banyak hal yang bisa ditunjukkan untuk membuktikan kebenaran bahwa Yesus adalah Mesias.

Yesus memaklumi penolakan ini bahkan secara sadar Yesus mengatakan bahwa seorang nabi memang tidak pernah dihormati di tempat asalnya. Yesus memperkuat pernyataan-Nya tersebut dengan mengungkapkan sikap nenek moyang mereka (Israel) terhadap nabi-nabi Allah, seperti Elia dan Elisa. Orang-orang Israel tidak memikirkan dampak dari penolakan tersebut terhadap generasi selanjutnya di hadapan Allah. Kabar baik yang dibawa oleh nabi-nabi itu yang seharusnya untuk mereka dengar karena berhubungan dengan masa depan mereka sebagai umat, akhirnya diberikan kepada orang-orang non Yahudi, janda di Sarfat dan Naaman, orang Siria (ayat 24-27).

Reaksi orang banyak terhadap komentar Yesus adalah kemarahan yang hebat sehingga mereka mau membinasakan Yesus. Reaksi itu membuktikan kata-kata Yesus benar. Penolakan terhadap misi Yesus berakar dari ketidakpercayaan mereka.

Renungkan: Kepercayaan kepada Yesus akan membawa kepada penerimaan dan penyembahan yang sejati. Apakah Anda sudah percaya dan menerima Dia dalam hidup Anda?

(0.21) (Luk 4:22) (sh: Jangan anggap enteng (Minggu, 2 Januari 2000))
Jangan anggap enteng

Sikap menganggap enteng memang bukan sikap yang bijaksana. Betapa banyak orang yang akhirnya mengalami cacat fisik atau mati, karena menganggap enteng luka kecil di kaki atau tangan.

Sikap ini mewarnai sikap orang-orang Nazaret dalam meresponi berita yang dibawa Yesus. Mereka kagum atas pengajaran Yesus, namun meragukannya, sehingga berakibat menjadi benci dan timbul nafsu untuk melenyapkan Yesus ketika membeberkan kebenaran dari peristiwa janda Sarfat dan Naaman. Makna kepergian Yesus adalah bahwa penghakiman sudah dijatuhkan ke atas mereka karena penolakannya terhadap Yesus. Sejak itu Yesus tidak pernah ke Nazaret lagi.

Mereka menolak untuk disamakan dengan janda Sarfat yang adalah orang kafir, miskin, dan tak berpengharapan. Apalagi disamakan dengan Naaman yang kafir dan berpenyakit kusta --- dikutuk Allah. Orang Nazaret adalah bangsa pilihan Allah, hidup beribadah, berpenghidupan layak, dan tidak sedang di bawah kutukan Allah. Karena itulah mereka tidak membutuhkan Yesus dan Injil-Nya.

Mereka merasa bahwa dosa mereka tidak begitu serius/ menjijikkan, sehingga perlu pertolongan dari Allah. Mereka memandang remeh dosa, sehingga meremehkan Yesus dan misi-Nya. Hal ini berakibat fatal bagi mereka. Kecenderungan menganggap remeh dosa terjadi di mana-mana juga saat ini. Salah satu bentuknya adalah memperhalus penyebutan perbuatan dosa yang menjijikkan supaya enak didengar. Misalnya, homoseksual/ lesbian disebut penyimpangan hormon, heteroseksual disebut penyimpangan seksual, kesalahan bertindak hingga menewaskan orang lain atau manipulasi uang negara disebut salah prosedur.

Renungkan: Betapa berbahayanya sikap demikian, karena masyarakat makin lama akan mempunyai konsep meremehkan dosa dan tidak lagi menghiraukan akibatnya. Kalau sudah demikian mereka tidak membutuhkan Yesus. Ke mana mereka akan pergi nantinya?



TIP #11: Klik ikon untuk membuka halaman ramah cetak. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA