(0.10387361162791) | (Luk 4:14) |
(sh: Misi Tuhan Yesus (Selasa, 6 Januari 2004)) Misi Tuhan YesusMisi Tuhan Yesus. Melalui sebuah penelitian terhadap beberapa perusahaan besar yang sukses, ditemukan beberapa ciri yang penting. Ciri yang paling penting adalah bahwa mereka memiliki visi dan misi yang jelas untuk apa perusahaan-perusahaan itu ada. Sebelum memulai pelayanan-Nya, Yesus perlu memproklamirkan misi-Nya. Caranya adalah menghadiri ibadah Sabat di kota-Nya sendiri, Nazaret (ayat 16). Dalam kitab Yesaya, telah dinubuatkan bahwa tugas Mesias yang akan datang adalah mewartakan kabar baik Allah bagi umat manusia. Melalui kabar baik itu manusia terbebas dari belenggu dosa. Kabar baik itu terdiri dari empat hal mendasar: pembebasan dari kemiskinan, dari keterpenjaraan, dari kebutaan, maupun dari ketertindasan. Dosa telah membuat seseorang “miskin” segala-galanya di hadapan Allah. Orang itu buta karena tidak dapat melihat rencana-rencana Allah bagi dunia dan bagi dirinya sendiri, dan ia ditindas oleh rupa-rupa kuasa yang melawan Allah. Inilah visi dan misi Yesus datang ke dunia yaitu memberitahukan bahwa tahun rahmat Allah sudah datang (ayat 18,19; bdk. Yes. 61:1-2).
Dalam Perjanjian Lama tahun rahmat Allah bisa berupa tahun
sabat—tahun ketujuh, juga tahun Yobel—tahun kelimapuluh ( Dalam ibadah tersebut Yesus mengklaim bahwa nubuat Yesaya itu digenapi dalam diri-Nya (ayat 21). Dia adalah Mesias, Sang Pembebas umat manusia dari perhambaan dosa dan penderitaan mereka. Renungkan: Mesias sudah datang memberitakan pembebasan dari belenggu dosa. Apakah Anda sudah dibebaskan dari belenggu dosa? |
(0.10387361162791) | (Luk 4:31) |
(sh: Mesias membawa perhentian (Minggu, 7 Januari 2007)) Mesias membawa perhentianJudul: Mesias membawa perhentian Sesudah proklamasi bahwa diri-Nya adalah Mesias, Yesus mulai mewujudkan kepedulian dan keterlibatan-Nya dalam berbagai belenggu yang manusia alami saat itu. Semua itu dibuat-Nya di hari Sabat sampai sesudah masa Sabat melalui Sabda-Nya yang berkuasa. Sebagian dari masalah yang Ia atasi bersumber dari roh-roh jahat. Setan menantang Yesus, Yesus "menghardik" setan itu, lalu setan itu "keluar" (35). Dengan bahasa yang sama, Lukas menuturkan kisah penyembuhan ibu mertua Simon yang demam keras (38). Yesus "menghardik" demam itu dan penyakit itu pun "meninggalkan" wanita itu (39). Penggunaan kata-kata "menghardik", "keluar", dan "meninggalkan", yang sering dipakai dalam pengusiran setan menunjukkan bahwa bagi Lukas, penyembuhan penyakit sering berjalan seiring dengan pembebasan dari kuasa Iblis (40-41; bdk. Luk. 8:3; terutama Kis. 10:38). Dalam ay. 41, sekali lagi Yesus "menghardik" setan-setan dan dengan keras melarang mereka berbicara tentang Dia. Dalam misi-Nya untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah (43-44), Yesus mendemonstrasikan kemenangan-Nya atas kuasa Iblis yang menentang dan menghalangi rencana Allah. Ia menggenapi nubuat Yesaya, dengan firman kuasa-Nya Ia membawa kelepasan dan perhentian dari berbagai perusakan yang datang dari dosa dan si jahat.
Perikop ini juga mencatat berbagai respons orang-orang yang telah
menerima pertolongan Yesus. Ibu mertua Simon mengungkapkan rasa
syukurnya dengan melayani Yesus dan para murid-Nya (39), suatu
respons positif yang berulang kali dicatat oleh Lukas (bdk. Responsku: Taati firman-Nya dan sebarluaskan perhentian dari-Nya dengan menyaksikan firman Yesus Kristus. |
(0.10387361162791) | (Luk 5:1) |
(sh: Dijala sebelum menjadi penjala (Sabtu, 10 Januari 2004)) Dijala sebelum menjadi penjalaDijala sebelum menjadi penjala. Pola rekruitmen yang paling sering dipakai karena terbukti keberhasilannya adalah brainwashing (=cuci otak). Seseorang akan dicekoki dengan ideologi tertentu. Biasanya orang tersebut akan menjadi fanatik, membabi buta dalam mempertahankan apa yang satu-satunya ia miliki. Namun, pola rekuritmen ini memiliki kelemahan mendasar, yaitu, hanya menghasilkan robot-robot tanpa hati nurani. Ketika Yesus bermaksud menjadikan Petrus dan rekan-rekannya penjala manusia, Dia tidak menggunakan cara brainwashing. Tuhan Yesus memperkenalkan diri-Nya secara tidak frontal, karena Yesus mengikuti pola nalar Petrus sendiri. Petrus merasa dirinya paling tahu bagaimana dan kapan mencari ikan. Ia tahu dari pengalaman bernelayan bahwa ikan-ikan tidak akan muncul pada siang hari. Apalagi mungkin sekali saat itu musim ikan sudah selesai karena semalaman mencari ikan hasilnya nihil. Nalar Petrus mengatakan permintaan Tuhan Yesus untuk menjala ikan di siang hari adalah tidak masuk akal (ayat 5). Hanya karena rasa hormat Petrus menebarkan jala. Akan tetapi, justru saat itu juga ikan-ikan memenuhi jalanya. Nalar Petrus bekerja keras. Hal yang tidak masuk akal terjadi. Itu hanya bisa berarti satu hal, yaitu Tuhan Yesus bukan guru biasa. Tuhan Yesus pasti berasal dari Allah. Maka Petrus pun tersungkur di kaki Yesus. Dihadapkan kepada pengenalan akan keTuhanan Yesus, Petrus menyadari diri orang berdosa (ayat 8). Namun, justru pengenalan diri itu merupakan langkah maju untuk dirinya dapat dikuduskan Tuhan dan kemudian dipakai-Nya. Renungkan: Sebelum Anda dipakai-Nya menjadi penjala manusia, Anda harus terlebih dahulu mengenal dan mengakui Yesus sebagai Tuhanmu. |
(0.10387361162791) | (Luk 5:17) |
(sh: Tuhan Yesus tahu isi hati kita (Senin, 12 Januari 2004)) Tuhan Yesus tahu isi hati kitaTuhan Yesus tahu isi hati kita. Seorang selebriti yang sedang ngetop ditanyai wartawan tentang bagaimana perasaannya menjadi sorotan publik. Selebriti itu mengatakan bahwa dia harus semakin mawas diri, karena sadar bahwa banyak orang tidak menyukai kesuksesannya. Nampaknya, artis ini tahu isi hati sesama selebriti, karena mungkin saja ia pun akan bersikap serupa terhadap orang lain yang lebih sukses daripada dirinya. Bacaan kita hari ini memperlihatkan Yesus yang oleh kuasa Allah tidak hanya dapat melakukan mukjizat kesembuhan kepada orang-orang yang sakit tetapi juga berkuasa untuk mengetahui isi hati orang-orang yang dengki dan iri kepada-Nya (ayat 22). Yesus mengetahui hal tersebut bukan karena Ia tidak beda dengan mereka yang mendengkinya. Tuhan Yesus mengetahui dan menyadari bahwa kedengkian dan iri hati para ahli Taurat dan orang Farisi kepada-Nya disebabkan oleh kebebalan hati mereka sendiri. Hati mereka bebal oleh karena tidak dapat melihat kuasa Allah yang sedang bekerja (ayat 21). Untuk membuktikan bahwa diri-Nya memiliki kuasa ilahi bahkan kuasa untuk mengampuni, Yesus menyembuhkan orang lumpuh itu. Dengan bukti itu, seharusnya para ahli Taurat dan orang Farisi segera sadar dan bertobat. Lukas tidak mencatat apa reaksi mereka. Namun, Lukas mencatat bahwa semua orang (yang menyaksikan penyembuhan itu) takjub, lalu memuliakan Allah, dan mereka sangat takut. Mereka ini adalah orang-orang yang menyadari kuasa Allah dalam diri Yesus (ayat 26). Yesus bisa melihat isi hati mereka; Yesus tahu isi hati mereka itu tulus atau tidak. Renungkan: Tuhan Yesus tahu isi hati kita, tulus dan percaya atau bebal dan penuh kedengkian. Oleh karena Dia Allah yang berkuasa, tidak seorang pun yang dapat menutupi isi hatinya dari pengetahuan-Nya. Apakah Anda masih menyimpan dosa atau kedengkian dalam hatimu? |
(0.10387361162791) | (Luk 5:27) |
(sh: Kesukaan dari Allah (Rabu, 10 Januari 2007)) Kesukaan dari AllahJudul: Kesukaan dari Allah "Makan dan minum" tampaknya menjadi topik yang disoroti oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dalam dua perikop yang kita baca hari ini. Pada perikop pertama, orang Farisi dan ahli Taurat mempertanyakan sikap Yesus yang makan dan minum bersama orang-orang berdosa. Pada perikop kedua, mereka mempertanyakan alasan murid-murid Yesus makan dan minum, padahal murid-murid orang Farisi dan murid-murid Yohanes berpuasa. Mereka tidak terima kedua hal tersebut sebab hakikat keagamaan mereka sangat legalistis. Lihatlah kontras antara sikap orang Farisi dengan sikap Yesus terhadap "pendosa" pada perikop pertama. Yesus bersikap demikian karena Ia datang agar mereka berkesempatan untuk bertobat. Para "pendosa' bersukaria menikmati perjamuan, sementara orang Farisi hanya mengomel. Sukacita terbesar memang terjadi bila manusia bisa berada dalam persekutuan dengan Allah. Kehadiran-Nya membawa kesukaan pada para sahabat-Nya. Kelak ketika Ia tidak bersama mereka, barulah mereka berpuasa. Yesus menerangkan bahwa puasa, sebagai tanda pertobatan, adalah awal untuk menghayati anugerah Allah. Pemikiran orang Farisi yang menganggap diri benar karena usaha keagamaan yang ketat, tidak cocok dengan anugerah Allah yang memperbarui dari hati ke perbuatan. Injil dari Yesus bagaikan anggur baru yang tidak cocok ditaruh dalam kirbat keagamaan yang usang. Orang yang telah diampuni dosanya, yang hidup dalam persekutuan dengan Allah, memang seharusnya bersukacita. Sukacitalah yang seharusnya menjadi karakteristik dominan dalam diri seorang Kristen. Meskipun ada kesedihan atau penderitaan, itu bukanlah akhir hidup seorang Kristen. Karena sukacita lahir sebagai tanda pengampunan dan persekutuan dengan Allah. Renungkan: Selama kita menaruh harap pada usaha moral dan agama tanpa Yesus, kita tidak akan merasakan kesukaan dari Allah. |
(0.10387361162791) | (Luk 6:12) |
(sh: Kuasa untuk pelayanan (Jumat, 12 Januari 2007)) Kuasa untuk pelayananJudul: Kuasa untuk pelayanan Doa adalah salah satu tema utama Injil Lukas. Yesus naik ke "bukit" untuk berdoa kepada Allah semalam suntuk (12), sebagai persiapan untuk memilih kedua belas rasul (13-16) dan untuk pelayanan selanjutnya, baik dalam pengajaran maupun penyembuhan orang sakit (18-19). Kedua belas rasul dipilih dari antara sekian banyak murid yang mengikut Yesus (13). Mereka disebut "rasul," sebutan yang diberikan kepada orang yang diserahi tanggung jawab sebagai utusan dan saksi (bdk. Kis. 1:21-25). Mereka dipersiapkan untuk melanjutkan pekerjaan Yesus di dunia dan menjadi pemimpin umat Allah yang baru, menggantikan kepemimpinan para pemuka agama Yahudi yang tidak mengakui karya penebusan Allah di dalam Yesus. Pemilihan para rasul dilakukan di atas "bukit," suatu lokasi yang di dalam literatur Yahudi sering dikaitkan dengan penampakan Allah dan pemberian wahyu Ilahi. Itu berarti, mereka dipilih atas kehendak Allah, yang Ia nyatakan kepada Yesus melalui doa (bdk. 3:21-22; 5:16-17). Sesudah memilih kedua belas rasul, Yesus turun dari bukit bersama mereka (17a). Melalui doa, Yesus diurapi dengan kuasa untuk pelayanan-Nya, baik dalam mengajar maupun menyembuhkan orang-orang dari segala lapisan masyarakat (17b-19). Kata yang sama, "menyembuhkan," untuk penyakit fisik (18a) dipakai juga untuk pembebasan dari gangguan roh jahat (18b). Bagi Lukas, kesehatan bukan hanya meliputi unsur fisik atau medis saja, tetapi juga unsur sosial dan spiritual. Orang yang sakit fisik atau dirasuk roh jahat bisa mendapat penderitaan lain, yaitu disingkirkan masyarakat. Kesembuhan mereka berarti pulihnya kembali status dan fungsi sosial mereka dalam keluarga dan masyarakat. Maka di dalam kuat kuasa Roh Allah, Yesus mematahkan kuasa iblis, musuh utama dari karya penebusan dan pemulihan Allah, seperti ditandaskan Lukas di ay. 19: "dan semua orang itu disembuhkan-Nya." Renungkan: Pelayanan yang disertai kuat kuasa Allah tidak terlepas dari ketekunan dalam doa. |
(0.10387361162791) | (Luk 8:22) |
(sh: Keselamatan atas kuasa alam (Selasa, 18 Januari 2000)) Keselamatan atas kuasa alamKeselamatan atas kuasa alam. Dalam sebuah perjalanan lewat udara, penumpang dikejutkan oleh pengumuman yang menghimbau aagar mereka duduk tenang dan segera mengenakan sabuk pengaman karena badai di udara. Keadaan yang terjadi di luar perkiraam itu menimbulkan kepanikan semua penumpang. Suasana tegang, gelisah, kuatir, dan takut bercampur menjadi satu. Seandainya salah satu penumpangnya adalah Anda, apa yang akan Anda lakukan? Mungkin Anda pun akan merasakan hal yang sama. Dalam suasana seperti ini sangat sulit untuk tetap bersikap tenang dan percaya bahwa keadaan dapat dikendalikan oleh awak pesawat yang handal dan tahu bagaimana cara mengatasinya. Keadaan yang sama dihadapi para murid Tuhan Yesus ketika perahu yang mereka tumpangi dilandai angin taufan dan badai kencang. Pada saat itu mereka berada bersama-sama Yesus dan mereka tahu bahwa Dia berkuasa atas jagad raya, termasuk alam tetapi kepanikan dan ketakutan tenggelam melilit mereka. Titik lemah para murid dalam peristiwa ini muncul dalam keraguan mereka terhadap keyakinan iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Iman mereka ditutupi oleh keraguan bahwa kekuatan dan keganasan alam tak dapat diatasi. Anggapan ini bukan saja telah mengesampingkan kuasa dan kedaulatan Yesus sebagai Tuan atas alam, tetapi juga peran-Nya sebagai Juruselamat atas hidup manusia. Para murid seharusnya percaya bahwa berada bersama Yesus memampukan mereka tetap bersikap tenang dan berpikir jernih menghadapi berbagai bentuk bencana, bukan sebaliknya. Bencana angin taufan itu hanyalah salah satu dari bencana-bencana lain yang pasti dialami dalam hidup selanjutnya. Renungkan: Permasalahan yang dihadapi para murid sebenarnya masalah yang sering muncul dalam kehidupan kita juga. Bencana alam dapat menimpa tanpa dapat diduga. Peristiwa terjadinya gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah longsor, air pasang dlsb. biasanya meminta korban jiwa yang tidak sedikit. Hal ini menunjukkan betapa rapuhnya manusia, yang tak mampu menahan amukan alam. Apapun bencana yang terajdi, kita tetap memiliki Tuhan yang berkuasa atas alam yang diciptakannya. Milikilah pengharapan di dalam-Nya, karena hanya Dia, Tuhan atas alam yang mampu memeberikan kedamaian dan ketenangan. |
(0.10387361162791) | (Luk 8:26) |
(sh: Bebas dari belenggu setan (Rabu, 28 Januari 2004)) Bebas dari belenggu setanBebas dari belenggu setan. Ada berbagai macam manifestasi orang dibelenggu setan, simak saja acara-acara misteri alam gaib televisi Anda. Ada yang berbicara dengan suara orang lain, ada yang sakit tanpa sebab medis, dan sederetan contoh lainnya. Tontonan semacam ini bukan hal baru yang terjadi di dunia modern ini. Setan sudah bekerja sejak manusia pertama jatuh dalam dosa. Dalam pelayanan Yesus bersama murid-murid-Nya di Gerasa pun, Yesus didatangi seorang laki-laki yang dirasuk setan (ayat 26-27). Apa yang dilakukan Yesus? Pertama, Yesus menyelamatkan (ayat 27b-37). Yesus tidak akan membiarkan orang dalam kondisi dirasuk setan. Belas kasihan-Nya kepada orang yang dirasuk “Legion” nampak ketika Ia memerintahkan roh jahat itu keluar dari orang itu. Setan jelas tahu bahwa Yesus Anak Allah yang Mahatinggi itu lebih berkuasa dari mereka, karena itu wajar bila setan-setan memohon agar jangan menyiksanya dan jangan memerintahnya masuk ke dalam jurang maut. Yesus memperkenankan setan-setan itu masuk ke dalam babi-babi, yang kemudian mati lemas karena terjun ke danau. Tentu saja peristiwa ini menyebabkan Gerasa gempar. Meski telah melihat keajaiban keselamatan pada orang yang dirasuk menjadi waras, banyak orang ketakutan dan Yesus pun melanjutkan perjalanan pelayanan-Nya. Kedua, Yesus menyuruh bersaksi (ayat 38-39). Respons orang yang telah dibebaskan dari belenggu setan ditunjukkan dengan kesediaannya mengikut Yesus. Namun, Yesus memberi tanggung jawab yang lebih besar daripada sekadar menyertai-Nya. Orang itu disuruh-Nya menyaksikan perbuatan Allah bukan di tempat lain tetapi di tempat asalnya sendiri. Dengan mengemban tugas mulia, orang itu pun menjadi saksi perbuatan Yesus atas dirinya di seluruh kota Gerasa. Renungkan: Keindahan hidup bebas dari belenggu setan hanya dapat dinikmati bila berjumpa dengan Yesus Kristus, Sang Juruselamat. |
(0.10387361162791) | (Luk 9:28) |
(sh: Jangan menunggu logika dipuaskan baru percaya! (Senin, 2 Februari 2004)) Jangan menunggu logika dipuaskan baru percaya!Jangan menunggu logika dipuaskan baru percaya! Sulit menerima kenyataan bahwa orang yang kita harapkan dapat menjadi tumpuan kehidupan masa depan kita harus menderita. Hal inilah yang dirasakan dan dialami para murid. Kemungkinan besar sesudah mendengar berita bahwa Yesus harus menderita, mereka tidak hanya kehilangan harapan tetapi menjadi ragu-ragu akan kemesiasan Yesus. Menurut mereka apalah arti kedatangan-Nya jika ternyata Sang Pembebas, harus menderita. Bagaimana mungkin mereka mengalami pembebasan jika Dia yang diharapkan dapat memberikan kebebasan ternyata tidak dapat mengelak dari penderitaan. Apa yang bisa mereka harapkan dari-Nya? Kekuatiran ini ditangkap jelas oleh Yesus. Delapan hari sesudah Yesus dengan penuh kesabaran mengajar para murid tentang hal ini, Ia mengajak Petrus, Yohanes, dan Yakobus naik ke atas gunung untuk berdoa (ayat 29). Para murid melihat Yesus dimuliakan. Lukas memunculkan peristiwa “pemuliaan” ini seakan-akan ingin menunjukkan suatu tanda kepada para murid bahwa Yesus yang kemesiasan-Nya sempat diragukan, ternyata adalah sungguh-sungguh Mesias yang mulia. Dia akan membebaskan umat dalam konteks yang lebih luas, bukan dalam konteks dan konsep sempit para murid yang orang-orang Yahudi. Namun, tugas itu harus didahului oleh penderitaan. Kehadiran Musa yang mewakili Taurat, dan Elia yang mewakili nabi-nabi, bersama-sama dengan Yesus merupakan bukti tergenapinya nubuatan Perjanjian Lama dalam diri Yesus Kristus. Akhirnya, Allah Bapa meneguhkan secara langsung kemesiasan Yesus, “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia”. Walaupun Petrus dan rekan-rekannya tetap belum mengerti, sudah seharusnya mereka percaya kepada Firman Allah Bapa. Renungkan: Banyak orang baru mau percaya pada Yesus dan penyelamatan-Nya melalui salib bila logikanya dipuaskan. |
(0.10387361162791) | (Luk 9:43) |
(sh: Murid Kristus bukanlah murid gampangan (Minggu, 19 Maret 2000)) Murid Kristus bukanlah murid gampanganMurid Kristus bukanlah murid gampangan. Dunia pendidikan masa kini menuntut orang-tua mempersiapkan anak-anak agar berhasil masuk di sekolah lanjutan dan universitas yang bermutu. Oleh karena itu sejak Sekolah Dasar, anak-anak sudah diikutkan berbagai les. Meskipun menyadari bahwa beban anak-anak mereka semakin berat, waktu istirahat mereka pun semakin sedikit, dan pengeluaran bulanan akan meningkat, para orang-tua tetap melakukannya. Untuk menjadi murid sebuah sekolah yang berkualitas tinggi bukanlah hal yang gampang dan tidak setiap orang mempunyai kesempatan untuk itu. Demikian pula menjadi murid Kristus, bukanlah murid gampangan juga. Karena sebagai murid Kristus, kita adalah wakil Kristus yang adalah Allah sendiri, sekalipun ia masih anak kecil (ayat 48). Luar biasa sekali kedudukan seorang murid Kristus. Namun untuk menjadi murid-Nya ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi. Dalam dunia yang mengagungkan kekuatan dan kekuasaan, seorang murid Kristus tidak boleh mengandalkan itu semua dalam menjalankan tugas dan misinya. Konsep ini diambil berdasarkan pernyataan Yesus bahwa Anak Manusia harus mengalami 'salib', ketika semua orang masih keheranan menyaksikan kebesaran Allah yang dinyatakan melalui diri-Nya (ayat 43b-45). Seorang murid Kristus juga harus siap menerima ketidakramahan dan kekejaman dunia terhadap dirinya tanpa membalas (ayat 51-56). Ia juga harus menyadari bahwa dunia bukanlah tempat tinggal abadi (ayat 58). Sikap seorang murid terhadap Gurunya adalah memberikan prioritas utama kepada-Nya di atas tugas-tugas pribadi dan tradisi agama (ayat 59-62). Kemudian sebagai sesama murid, tidak pandang golongan atau kedaerahan. Renungkan: Bagaimana sikapku terhadap Tuhan, dunia, dan sesama murid Kristus? Apa yang bisa kulakukan untuk mengaplikasikan ketiga sikap ini dalam hidup sehari-hari, agar tidak disebut murid gampangan? Bacaan untuk Minggu Sengsara 3: Keluaran 24:12-18 Roma 5:1-5 Yohanes 4:5-15, 19-26 Mazmur 95:1-2, 6-11 Lagu: Kidung Jemaat 424 |
(0.10387361162791) | (Luk 9:51) |
(sh: Fokus pada tujuan (Kamis, 5 Februari 2004)) Fokus pada tujuanFokus pada tujuan. Ayat 51 dengan jelas menekankan bahwa Tuhan Yesus kini melangkah menuju kegenapan seperti yang telah diajarkan-Nya kepada para murid. Ia tahu Ia datang dari siapa, untuk apa, dan harus melalui jalan hidup yang bagaimana. Bahwa misi-Nya akan ditolak oleh sementara orang, adalah sesuai dengan rencana Allah yang telah dinubuatkan sejak zaman Perjanjian Lama dan selaras dengan tekanan ajaran-Nya bahwa Ia harus menderita (bdk. Yes. 53).
Dalam bacaan ini Lukas memaparkan kepada kita bahwa ada masalah yang
mengganjal Yesus, yaitu reaksi murid-murid-Nya, Yakobus dan
Yohanes terhadap orang Samaria yang menolak memberikan bantuan
setelah tahu bahwa Yesus dan rombongan-Nya menuju ke Yerusalem
(ayat 53). Memang Kerajaan Israel bersatu terpecah menjadi
Israel Utara (Samaria) dan Israel Selatan (Yehuda=Yerusalem).
Hubungan antara Samaria dan Yehuda semakin memburuk. Bahkan
orang-orang Samaria digolongkan sebagai orang-orang yang harus
dimarginalkan oleh orang-orang Yerusalem. Lukas menggambarkan
penolakan ini sebagai bagian dari penggenapan nubuat Allah
sebagai tanda bahwa Mesias akan menderita penolakan. Bagaimana
rombongan Yesus bersikap terhadap penolakan tersebut? Yakobus
dan Yohanes, khususnya, menganggap bahwa penolakan itu lebih
merupakan penghinaan terhadap Yesus, yang seharusnya
diperlakukan dengan segala hormat. Itulah sebabnya mereka
mengusulkan untuk bertindak keras terhadap mereka (ayat
54)—mungkin seperti yang pernah dilakukan Elia dalam Reaksi Yesus sama sekali berbeda (ayat 55)! Justru Ia menilai bahwa reaksi yang ditunjukkan oleh Yakobus dan Yohanes ternyata belum menghayati bahwa salib adalah keharusan bukan saja bagi Yesus tetapi juga dalam misi dan kehidupan para pengikut-Nya. Renungkan: Mengikut Yesus adalah satu-satunya yang harus secara serius dijalani dengan segala konsekuensinya. |
(0.10387361162791) | (Luk 10:25) |
(sh: Hidup kekal dan kepedulian (Senin, 16 Februari 2004)) Hidup kekal dan kepedulianHidup kekal dan kepedulian. Ahli Taurat itu mengajukan pertanyaan yang luar biasa penting kepada Yesus tentang bagaimana orang dapat mewarisi hidup kekal. Sayang ia bertanya dengan motivasi salah dan praanggapan keliru. Ia bertanya bukan karena ia sungguh sedang menggumuli pertanyaan itu tetapi karena ia ingin mencobai Yesus (ayat 25). Ia tidak sedang mencari jawaban sebab ia sudah punya pranggapan bahwa orang dapat mewarisi hidup kekal melalui perbuatan membenarkan diri (ayat 25,29). Terasakah oleh Anda betapa mengejutkan jawaban Yesus? Dengan mengacu kepada sari Taurat (Ul. 6:5), Yesus ingin menyadarkan dia bahwa hidup kekal bukan masalah warisan tetapi masalah hubungan. Faktor intinya bukan perbuatan tetapi kondisi hati. Kasih Allah yang telah mengaruniakan hidup dengan menciptakan manusia dan memberikan hukum-hukum-Nya, patut disambut dengan hati penuh syukur dan kasih di pihak manusia. Mungkinkah orang mengalami kasih Allah dan hidup dalam kasih yang riil kepada-Nya namun hatinya tertutup terhadap rintih tangis sesamanya? Tidak, sebab kasih kepada Allah pasti akan mengalir dalam kasih kepada sesama. Namun, siapakah sesama yang harus kita kasihi itu? Itu menjadi pertanyaan berikut si ahli Taurat kepada Yesus. Lalu, lahirlah jawab menakjubkan dari Yesus tentang perumpamaan orang Samaria yang baik. Pertama, orang-orang yang dalam praanggapan si ahli Taurat pasti akan berbuat benar, ternyata tidak. Kedua, orang yang dalam praanggapan si ahli Taurat pasti salah, ternyata berbuat benar sebab memiliki kasih. Ketiga, ahli Taurat itu seharusnya tidak bertanya siapakah sesamanya tetapi bertanya apakah ia sedang menjadi sesama bagi orang lain. Renungkan: Untuk dilakukan: Orang yang mempraktikkan kasih seluas kasih Allah menunjukkan bahwa ia memiliki hubungan dengan Allah dan hidup kekal. Sikap dan tindakan apa yang harus kutumbuhkan agar aku menjadi sesama bagi orang-orang di sekitarku? |
(0.10387361162791) | (Luk 12:49) |
(sh: Api pemisahan dari Yesus (Sabtu, 28 Februari 2004)) Api pemisahan dari YesusApi pemisahan dari Yesus. Api di dalam Alkitab bisa melambangkan Roh Kudus yang membawa semangat menyala-nyala dalam hati orang percaya. Api juga bisa melambangkan kuasa Allah untuk memurnikan umat-Nya. Kelihatannya arti yang kedua inilah yang dipakai Yesus dalam pemberitaan-Nya di perikop ini. Yesus datang untuk melemparkan api ke bumi. Hal ini senada dengan apa yang Yohanes Pembaptis katakan tentang Yesus di bagian awal Injil Lukas ini. “Ia akan membaptis kamu dengan . . . api. Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya . . . debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.” (ayat 3:16-17) Api pemisahan itu datang untuk memurnikan siapa milik Allah siapa yang bukan. Memang Yesus datang untuk menyelamatkan manusia, tetapi sekaligus untuk menyatakan penghukuman bagi mereka yang menolak-Nya. Api pemisahan itu merupakan penderitaan yang menimpa manusia. Orang percaya akan tetap pada percayanya, walau api penderitaan itu begitu dahsyat. Yesus sendiri juga harus melalui baptisan api itu (ayat 12:50). Yesus menerima baptisan itu bukan karena Ia berdosa, tetapi justru untuk membuktikan bahwa Dia berasal dari Allah dan diutus Allah untuk menjadi agen pemurnian tersebut. Akibat pemurnian tersebut akan terjadi pemisahan antara orang percaya dengan orang yang menolak untuk percaya. Yesus menguraikan pemisahan itu dengan ilustrasi perpecahan di antara keluarga (ayat 52-53). Gambaran keluarga yang terpecah sampai terjadi perlawanan di antara anggota keluarga sungguh mengerikan. Bukankah hal itu sudah terjadi ketika anggota keluarga yang bertobat harus dikucilkan dan bahkan dibunuh oleh anggota keluarga yang lain tidak percaya? Renungkan: Apakah Anda sungguh-sungguh sudah menjadi milik Tuhan? Ingat, Tuhan tahu siapa milik-Nya! |
(0.10387361162791) | (Luk 14:1) |
(sh: Sejalan dengan sikap dan tindakan Allah (Rabu, 29 Maret 2000)) Sejalan dengan sikap dan tindakan AllahSejalan dengan sikap dan tindakan Allah. Masalah yang menyebabkan perbedaan pendapat Yesus dan orang Farisi tentang penyembuhan pada hari Sabat (ayat 1-6) sangat serius, karena fokusnya pada sikap Allah terhadap kebutuhan dan keselamatan manusia. Orang-orang Farisi berpendapat bahwa hormat bagi Allah dan bagi hukum-hukum-Nya adalah segala-galanya, sehingga umat-Nya tidak boleh bekerja pada hari Sabat. Setiap orang percaya pasti setuju dengan pendapat ini karena sesuai dengan firman-Nya. Namun, mereka menambahkan bahwa menyembuhkan orang pada hari Sabat adalah kerja. Karena itulah, maka penyembuhan yang dilakukan-Nya harus ditunda. Sikap itu nampaknya merupakan bukti kekudusan, penyangkalan diri, dan dedikasi penuh kepada Allah. Tetapi Yesus mengkritik, dengan mempertanyakan apakah mereka akan menarik lembunya yang terperosok ke dalam sumur pada hari Sabat. Mereka tidak dapat menjawab, karena pasti tidak akan membiarkan lembunya mati apabila harus menunggu hingga keesokan harinya. Jika demikian, mengapa harus membuat orang yang sakit busung air itu menunggu, sedangkan mereka tidak membiarkan lembunya menunggu? Pertanyaan mereka tidak berhubungan dengan kemuliaan Allah, tetapi dengan kepentingan pribadi. Mereka berkeyakinan, jika mereka mentaati hukum Allah, mereka akan mendapatkan pahala dan diterima Allah untuk masuk ke dalam Kerajaan-Nya. Motivasi mereka: semakin berat peraturannya maka pahala mereka semakin banyak. Mereka pun mengizinkan menarik lembunya, karena jika lembunya mati mereka akan menderita kerugian. Namun jika penderita busung air itu tidak disembuhkan dan mati, mereka tidak menderita kerugian apa pun. Sikap Farisi ini nampaknya menjadi sikap kebanyakan orang. Yesus menggambarkannya dengan dua perumpamaan. Di dalamnya tergambar orang yang selalu ingin mendapatkan kehormatan dan keuntungan bagi diri mereka sendiri (ayat 7-14). Yesus mengecam sikap yang demikian karena bertentangan dengan Hukum Kerajaan Allah dan menghalangi mereka untuk mendapatkan anugerah Allah (ayat 11, 14). Renungkan: Sikap Kristen haruslah seperti Yesus di mana seluruh sikap dan tindakan terhadap manusia adalah sejalan dengan sikap dan tindakan Allah terhadap manusia. |
(0.10387361162791) | (Luk 14:15) |
(sh: Kemunafikan menghalangi berkat (Kamis, 4 Maret 2004)) Kemunafikan menghalangi berkatKemunafikan menghalangi berkat. Melalui pendekatan kisah Lukas pada perikop ini, kita mendapatkan gambaran tentang ciri-ciri orang munafik. Di antaranya adalah mereka cepat puas diri. Selalu menganggap bahwa diri mereka cukup baik sehingga tidak pernah atau mau berpikir untuk mengevaluasi diri dan prioritas-prioritasnya dan menganggap bahwa setiap keputusan yang mereka ambil selalu tepat. Di rumah orang Farisi yang mengundang Yesus, seorang tamu berseru, "Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah." Namun, segera Yesus menjawab dengan perumpamaan, yang intinya adalah tidak semua orang yang diundang akan dapat menikmati jamuan makan itu (ayat 16-23). Apa yang Tuhan Yesus maksudkan dengan perumpamaan ini? Pada masa itu bila seseorang mengadakan perjamuan besar dan mengundang tamu-tamu, maka pada hari H-nya tamu-tamu yang bersedia hadir akan dijemput oleh pelayan-pelayan dari tuan yang punya hajatan. Namun, ada tamu-tamu yang semula bersedia hadir ternyata membatalkan keinginan mereka untuk hadir karena ada keperluan lain yang mendesak yang dianggap lebih penting (ayat 18-20). Melalui perumpamaan ini tersirat bahwa Yesus mengecam mereka yang pada saat-saat terakhir menolak untuk hadir. Sikap inilah yang Yesus maksudkan sebagai sifat munafik. Mereka puas karena diri mereka dianggap penting oleh orang lain sehingga diundang, tetapi mereka tidak mampu memberikan prioritas lebih lanjut atas kehormatan itu. Mereka memilih melakukan sesuatu bukan untuk kepentingan orang lain, tetapi untuk kepentingan diri sendiri, tanpa memperhitungkan akibat penolakan mereka bagi si pengundang. Camkanlah!: Jika kita menganggap bahwa kita adalah milik Tuhan namun dalam kehidupan ternyata kita tidak memprioritaskan Tuhan, kita pun munafik! |
(0.10387361162791) | (Luk 18:18) |
(sh: Sombong vs rendah hati (Selasa, 16 Maret 2004)) Sombong vs rendah hatiSombong vs rendah hati. Orang yang sombong biasanya mengukur kesuksesan diri sendiri dengan ukuran yang dipakai oleh dunia ini. Misalnya, dia merasa bahwa dirinya sukses di dunia ini karena memiliki kekayaan, atau kuasa, atau kepintaran yang melebihi rekan sekerjanya, atau orang lain. Tidak jarang orang sombong berusaha menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan pengakuan akan kesuksesannya. Jelas pemimpin yang datang kepada Yesus merasa bahwa dirinya sudah memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai orang yang taat kepada hukum Taurat sehingga ia berani mengajukan pertanyaan: "apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal" (ayat 18). Ia siap untuk merespons jawaban Yesus dengan mengatakan: "Saya sudah melakukan semuanya" (ayat 21). Cara mengajukan pertanyaan pun sudah memperlihatkan sikap menjilatnya. Ia menyebut Yesus sebagai guru yang baik. Yesus segera menjawab dengan menegur sikap menjilatnya itu. Yesus terus menekan orang tersebut dengan membongkar dasar kesombongannya, yaitu kekayaannya. Ia harus meninggalkan semuanya itu supaya benar-benar dapat mengikut Tuhan, dan dengan demikian dapat masuk ke Kerajaan Allah (ayat 22). Ternyata orang itu tidak siap untuk menanggalkan kekayaannya. Para murid bersikap sebaliknya. Mereka sudah meninggalkan semua ikatan dunia ini supaya dapat mengikut Yesus. Mereka telah merendahkan hati untuk menyadari bahwa semua prestise dunia tidak dapat membawa mereka kepada Allah. Oleh karena mereka tidak menyandarkan diri kepada sukses ala dunia ini, maka mereka justru dianugerahkan segala sesuatu yang mereka telah tinggalkan (ayat 30). Merekalah yang dapat disebut orang-orang sukses. Renungkan: Allah siap menganugerahkan segala hal kepada orang yang rendah hati. Kesombongan membawa kepada kejatuhan, kerendahan hati kepada kesuksesan. |
(0.10387361162791) | (Luk 18:31) |
(sh: Yang buta dan yang melek (Rabu, 17 Maret 2004)) Yang buta dan yang melekYang buta dan yang melek. Perjalanan Yesus sudah mendekati akhir. Keadaan ini nampak dari tindakan Yesus di sepanjang perjalanan sampai saat ini, yang sudah mempersiapkan para murid-Nya untuk masuk dan memahami rencana Bapa akan kayu salib Yesus (ayat 9:22; 9:44; 13:31). Pertanyaannya adalah, apakah mereka sudah semakin mengerti atau masih buta terhadap rencana karya Allah tersebut? Kondisi ketidakmengertian para murid akan penderitaan yang Yesus akan alami adalah suatu ironi. Hal ini akan nampak lebih mencolok oleh karena perikop selanjutnya yang mengisahkan tentang Yesus mencelikkan mata seorang buta dari Yerikho (ayat 18:35-43). Para murid sudah lama bersama-sama dengan Tuhan Yesus, bahkan mereka banyak memperoleh pelajaran berharga dari apa yang Yesus perbuat dan ajarkan. Namun, mereka tetap tinggal 'buta' terhadap misi Tuhan Yesus. Bahkan, Lukas 9:45 menyebutkan, mereka tidak mengerti namun tidak berani bertanya. Jadi, mereka menyadari mereka 'buta' tetapi tidak berani meminta supaya Yesus 'mencelikkan' mata rohani mereka! Orang buta di Yerikho ini menyadari kebutaannya. Ia juga sudah mendengar akan Yesus yang berkuasa atas penyakit-penyakit. Ia percaya, Yesus adalah Mesias yang dari Allah (ayat 18:38-39). Maka, ia memohon Yesus mencelikkan matanya (ayat 41). Orang buta ini mohon supaya matanya dicelikkan! Yesus mencelikkan mata orang tersebut! Berapa lama lagikah baru para murid yang sadar akan ke'buta'annya mohon pada Yesus supaya 'dicelikkan'? Ataukah mereka akan bertahan terus dalam ke'buta'an mereka oleh karena pengharapan-pengharapan keliru akan Mesias yang mereka warisi dari agama Yahudi? Sungguh ironis bukan? Renungkan: Apakah kita dibutakan oleh pandangan-pandangan populer mengenai Mesias yang diajarkan oleh aliran-aliran yang tidak jelas dasar Alkitabnya? Maukah kita dicelikkan Tuhan? |
(0.10387361162791) | (Luk 19:1) |
(sh: Pertobatan yang sejati (Kamis, 18 Maret 2004)) Pertobatan yang sejatiPertobatan yang sejati. Jika dalam kasus orang Yerikho yang buta lalu oleh dorongan Roh Kudus orang tersebut berinisiatif menyapa Yesus lebih dahulu, dalam perikop kali ini Yesuslah yang berinisiatif memanggil orang berdosa untuk menyadari keberdosaannya dan bertobat. Inilah yang terjadi pada diri Zakheus. Namun, melihat respons Zakheus, dapat dipastikan bahwa Roh Kudus sudah bekerja lebih dahulu pada diri Zakheus. Itu sebabnya, ketika Yesus memanggil Zakheus dan menyatakan keharusan dan keinginan-Nya menumpang di rumahnya, Zakheus segera menerima dengan sukacita (ayat 6). Bahkan, Zakheus segera menyatakan tekadnya untuk memperbaiki apa yang salah yang telah diperbuatnya, khususnya dalam kaitan dengan pekerjaan cukainya (ayat 8). Inikah yang disebut pertobatan sejati? Melalui responsnya terhadap tawaran Yesus, dapat dikatakan bahwa Zakheus sedang mengalami pertobatan sejati. Ia menyadari bahwa perbuatannya baik dengan mencurangi orang-orang yang berhutang pajak pada kerajaan Romawi dengan cara memeras mereka untuk membayar pajak lebih banyak daripada jumlah yang seharusnya, maupun dengan tidak mempedulikan orang-orang miskin adalah dosa. Ia sadar akan status dan kondisi hidupnya sebagai orang berdosa. Namun, ia segera mengambil keputusan yang bukan hanya slogan iman belaka melainkan perbuatan nyata sebagai bayar harga atas semua kerugian yang telah diderita orang lain oleh perbuatan dosanya. Yesus pun tidak segan-segan memuji Zakheus sebagai 'anak Abraham' (ayat 9). Bagi Yesus, respons Zakheus membuktikan bahwa ia beriman, sehingga layak digolongkan sebagai anak Abraham (Bapa kaum beriman). Renungkan: Pertobatan sejati adalah respons positif iman terhadap anugerah keselamatan Allah di dalam Yesus! Dapatkah Anda menunjukkan bukti pertobatan sejati Anda? |
(0.10387361162791) | (Luk 19:28) |
(sh: Impian dan kehancuran (Minggu, 9 April 2000)) Impian dan kehancuranImpian dan kehancuran. Setiap manusia pasti mempunyai impian dalam hidupnya. Ia akan terpukul apabila impian yang mulai dibangunnya hancur berantakan. Orang-orang yang menyambut Yesus dengan sangat antusias adalah orang-orang yang memimpikan dibangunnya kembali Israel seperti pada zaman kejayaannya dahulu. Ketika Yesus menaiki keledai dengan perlahan-lahan, teriakan orang-orang yang menyambutnya itu menyatakan impian- impian mereka (ayat 38). Semakin dekat kota, orang-orang itu pasti mempunyai suatu "penglihatan" bahwa tembok Yerusalem akan semakin tinggi dan kokoh, dan akan menjadi pusat kerajaan teokratis yang akan menggantikan kerajaan Romawi. Namun ketika Yesus melihat kota Yerusalem, Ia menangis. Ia bukannya melihat tembok Yerusalem yang menjulang tinggi, namun puing-puing kehancuran. Apa yang Yesus dengar bukanlah sorak- sorai sukacita dari orang banyak yang mempunyai impian, namun suara tangisan dan teriakan minta tolong dari mereka yang mengalami penderitaan. Di bait Allah Ia mendapati orang-orang yang berjual-beli. Mereka mengubah bait Allah yang seharusnya sebuah rumah doa, menjadi sarang penyamun yang merampok para peziarah yang datang ke Yerusalem untuk menyembah Allah. Impian orang banyak yang berseru-seru itu menjadi kosong belaka, karena realitanya berbeda. Banyak Kristen mempunyai impian melambung dan begitu bersemangat membangun kerajaan-kerajaan bagi kemuliaan Allah. Namun kemudian satu demi satu impian mereka itu hancur. Mempunyai semangat dan antusiasisme yang tinggi seperti itu bagus, namun pertanyaannya adalah apakah impian kita itu berasal dari Allah? Renungkan: Kerinduan kita bersama adalah menghadirkan perwujudan Kerajaan Allah dalam dunia, di mana Kristus memerintah sebagai Raja dalam hati insan yang bertobat. Bacaan untuk Minggu Sengsara 6: Yesaya 50:4-7 Filipi 2:5-11 Matius 21:1-11 Mazmur 22:1-11 Lagu: Kidung Jemaat 278 |
(0.10387361162791) | (Luk 19:28) |
(sh: Tangisilah dirimu (Rabu, 18 Maret 2015)) Tangisilah dirimuJudul: Tangisilah dirimu Bagi Yesus, kepergian ke Yerusalem memasuki babak akhir misi Allah di dunia. Dia meminta beberapa murid-Nya ke rumah penduduk untuk mengambil keledai muda, yang tidak pernah ditunggangi orang. Dia akan memakai keledai itu sebagai simbol, bahwa diri-Nya adalah Mesias yang dinubuatkan bagi bangsa Israel (28-36). Bagi orang-orang Yahudi, pergi ke Yerusalem merupakan suatu sukacita yang besar. Mereka mengunjungi Bait Suci untuk memberi persembahan kepada Allah. Bagi para murid Yesus, pergi ke Yerusalem adalah jalan kemuliaan. Mereka merasa sedang mengiringi seorang raja yang akan memulihkan takhta Daud. Di sepanjang perjalanan, para murid bergembira, berteriak, dan memuji Allah (37-40). Namun siapakah yang tahu akan kepedihan hati Yesus, ketika dia melihat Yerusalem dari jauh. Yesus sedih bukan karena dia takut mati syahid. Yesus menangis karena dia melihat kehancuran Yerusalem dan hilangnya kesempatan bagi orang-orang Yahudi untuk diselamatkan. Yerusalem yang seharusnya menjadi kota benteng keselamatan Allah, malahan menjadi benteng pembantaian umat Allah (41-48).Di sini, tangisan dan air mata Yesus adalah bahasa kalbu Allah bagi Yerusalem. Tangisan tidak hanya muncul dari apa yang kita alami, seperti: ketidakadilan, kedukaan, kebahagiaan, kemarahan, dan lainnya. Tangisan bisa juga datang dari kepekaan hati sanubari akan dosa. Sebab itu, tangisilah dirimu di hadapan Allah, dan bertobatlah sebelum segalanya terlambat. Diskusi renungan ini di Facebook:
|