Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 2081 - 2100 dari 2954 ayat untuk Israel (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.153613915625) (Yeh 19:1) (sh: Jalankan peranmu (Senin, 3 September 2001))
Jalankan peranmu

Jalankan peranmu. Dalam ratapan pertama, para penguasa Yehuda digambarkan sebagai singa (ayat 1-9). Dalam ratapan kedua, sebagai cabang-cabang pohon anggur (ayat 10-14). Syair ini merupakan penyesalan karena apa yang terjadi atas bangsa Israel. Bangsa Israel sudah tidak menjadi sebuah bangsa yang diharapkan oleh Allah tetapi justru menjadi batu sandungan bagi bangsa-bangsa lain.

Yehezkiel memakai simbol singa untuk menggambarkan umat Israel, khususnya Yehuda (ayat 1-2), sedangkan singa muda menggambarkan Yoahas, yang dibelenggu oleh Firaun Nekho setelah Yoahas memerintah selama tiga bulan dan digiring ke Mesir pada tahun 608 sM (ayat 2Raj. 23:31-34). Anak singa lain yang dimaksudkan di sini adalah Yoyakim, adik Yoahas, menggantikannya naik takhta, tetapi kepemimpinannya tidak dibahas di sini karena dia mati sebelum berbuat banyak. Yoyakhin, anak Yoyakim sesudah tiga bulan menjadi raja, ia ditawan oleh Nebukadnezar ke Babel pada tahun 597 sM (ayat 2Raj 24:8-16). Syair ini meratapi bukan hanya induk singa yang dikurung tetapi juga pengeran-pangerannya yang dijadikan tontonan bagi kesenangan para raja Asyur dan khalayak ramai negeri itu (ayat 8-9).

Dari metafora singa, Yehezkiel beralih ke pohon anggur. Penguasa yang dimaksudkan berikut ini adalah Zedekia, yang dianggap bertanggungjawab terhadap keruntuhan kota Yerusalem, karena kota itu akan terhindar dari kemusnahan, sekiranya menyerahkan diri kepada bangsa Babel (Yer. 38:20-23). Akhirnya sejarah memuat kisah singa yang terpilih dan terlatih, telah dikurung dan ditawan ke Mesir. Pohon anggur yang tadinya amat subur dengan buahnya yang lebat telah layu, kering, bahkan dimakan api. Situasi ini sangat tepat menggambarkan krisis kepemimpinan umat Allah yang bobrok, mengakibatkan bangsa pilihan telah kehilangan kesaksian hidup.

Renungkan: Ratapan ini memberi peringatan kepada gereja agar tetap menjadi bangsa pilihan Allah yang tetap berperan sebagaimana ketetapan Allah. Dalam rancangan skenario Allah setiap kita baik pribadi maupun sebagai Gereja memiliki peran sebagai bangsa pilihan Allah. Wahai Kristen, marilah kita hidup sesuai dengan peran kita, supaya keluarga, tetangga, rekan kerja, dan semua orang mengakui identitas kita sebagai Kristen.

(0.153613915625) (Yeh 20:1) (sh: Komitmen diri (Selasa, 4 September 2001))
Komitmen diri

Komitmen diri. Bagian ini mengulas tentang fakta sejarah bangsa Israel yang senantiasa berubah setia kepada Allah. Mereka berlaku tidak senonoh dengan berhala hati mereka di hadapan Allah, sehingga Allah jijik terhadap mereka. Dengan tidak segan-segan mereka mempersembahkan anak-anak mereka sebagai korban api (ayat 17-26). Mereka berlaku tidak setia kepada-Nya dengan perzinahan rohani (ayat 27-29). Allah membiarkan mereka yang dengan sengaja telah membutakan diri dengan berbakti kepada pohon dan batu (ayat 30- 32), sampai pada waktu Allah memelekkan mata mereka dengan paksa.

Walaupun Allah telah berulang kali memperingatkan Israel, namun mereka tetap tidak mau mengindahkan-Nya sampai kepada generasi Yehezkiel. Karena kebebalan hati Israel maka Allah mendisiplin mereka dengan berbagai hajaran. Disiplin Allah bukan pertanda Allah meninggalkan mereka, tetapi harus dipandang sebagai bentuk komitmen Allah yang kuat untuk mengkonfirmasi bangsa ini bahwa mereka tetap umat-Nya. Justru karena Allah mengasihi umat-Nya, maka Ia mempedulikan mereka dalam bentuk pendisiplinan, supaya mereka mengerti isi hati-Nya. Perwujudan kasih yang sejati dari Allah adalah memadukan metode bimbingan dengan berbagai cara untuk mendisiplin umat-Nya.

Zaman kini terdapat begitu banyak Kristen yang masih bercabang hati di dalam mengikut Dia. Dengan mulut mengaku beriman kepada Tuhan Yesus namun di dalam hatinya ada allah lain. Mereka menyediakan takhta-takhta lain dan menempatkannya lebih tinggi dari Yesus di dalam mahligai hati mereka. Dosa sinkretisme telah diterima sebagai agama baru di dalam masyarakat kita. Seharusnya sikap Kristen sejati adalah menolak kepercayaan campuran ini. Bila Allah hari ini menghajar Kristen yang tidak setia, itu adalah pertanda baik, bahwa Allah masih mempedulikan, masih ada kesempatan bagi kita untuk kembali menapaki jalan yang ditawarkan oleh satu- satunya Jalan, Kebenaran, dan Hidup, yakni Yesus Kristus.

Renungkan: Kristen mungkin tidak melakukan dosa sinkretisme secara rasio, namun bila kenyataannya di hati ada subyek lain yang telah menggeser otoritas Tuhan Yesus dalam hidup Kristen, berhati- hatilah karena Allah akan melakukan pembersihan.

(0.153613915625) (Yeh 28:20) (sh: Ketika kemuliaan Allah dinyatakan (Rabu, 19 September 2001))
Ketika kemuliaan Allah dinyatakan

Ketika kemuliaan Allah dinyatakan. Sidon harus menerima penghukuman seperti kota tetangganya, Tirus. Dalam bagian ini Yehezkiel mengumumkan tiga alasan penghukuman yang berlaku atas kota Sidon. Pertama, Allah akan menyatakan kemuliaan dan kekudusan-Nya di tengah-tengah bangsa kafir (ayat 22). Kedua, penghinaan kepada umat-Nya segera berakhir (ayat 24). Ketiga, umat Israel dapat hidup dalam suasana tentram dan aman sentosa (ayat 26).

Walaupun nubuatan ini tidak disampaikan dalam bentuk ratapan yang memedihkan, namun dosa kesalahan Sidon tetap dijabarkan dengan jelas. Penduduk kota ini perlu menyaksikan betapa Allah yang disembah oleh umat-Nya adalah Allah yang Maha Kudus. Allah mengungkapkan keberadaan diri-Nya bahwa 'Akulah Tuhan' sebanyak 4 kali (ayat 22, 23, 24, 26). Hal ini mengimplikasikan bahwa Tuhan begitu kudus dan Ia tidak pernah berdamai dengan dosa.

Sama seperti Tirus, Sidon pun tidak menyangka bahwa dirinya bakal dihukum, mengingat bahwa dosa Sidon tidak seperti raja Tirus yang menganggap dirinya seperti Allah. Namun lewat peristiwa ini pun Allah menyatakan keadilan-Nya, dosa tetap dosa. Sidon yang menghina bangsa pilihan-Nya telah menjadi duri yang menusuk atau onak yang memedihkan (ayat 24). Dan di dalam perspektif Allah, Sidon harus dihukum.

Segera sesudah Tuhan menumpas musuh-musuh di seputar lokasi kediaman Israel, maka umat Israel yang mendiami tanah perjanjian yang telah diberikan-Nya kepada Yakub, akan hidup dalam damai sejahtera karena tangan Allah sendiri yang melakukannya.

Kadangkala manusia mencoba untuk merasionalisasi dosa seolah-olah bukan dosa, agar ia tidak merasa bersalah ketika melakukannya. Namun mata Allah yang melihat sampai ke batin seseorang tidak dapat ditipu, ia tetap menghukum dengan cermat dan adil ketika kemuliaan-Nya dinyatakan.

Renungkan: Bila kemuliaan Allah membuka kedok dosa, maka manusia dengan upaya sehebat apa pun tidak mampu menutupi dirinya dari dosa yang telah diperbuatnya. Yang diinginkan Allah pada saat itu adalah penyesalan karena benar-benar menyadari bahwa semua dosanya telah menyakiti hati Allah, kemudian mengakuinya dengan jujur, dan bertekad untuk hidup baru sesuai dengan rencana-Nya.

(0.153613915625) (Yeh 48:23) (sh: Yahweh shammah, kota yang baru (Rabu, 5 Desember 2001))
Yahweh shammah, kota yang baru

Yahweh shammah, kota yang baru. Teruma, dengan Bait Suci di tengah-tengahnya (ayat 8, 10, 21), membagi wilayah umat Israel menjadi dua bagian yang tidak simetris: tujuh suku di utara dan lima suku di selatan (ayat 23-29). Ini menunjukkan bahwa, bagi Israel, berada "di tengah-tengah" bukan dilihat dari segi geografis (pembagian enam-enam), melainkan teologis. Titik pusat kehidupan bangsa adalah Bait Suci. Di mana ada Bait Suci, di situlah Allah berdiam di tengah-tengah umat-Nya. Seluruh pembagian wilayah dimeteraikan dengan pernyataan "demikianlah firman Tuhan Allah" (ayat 29), yang menunjukkan bahwa pembagian ini ditetapkan bukan oleh manusia, tetapi oleh Tuhan sendiri.

Sekitar 6-7 km di selatan Bait Suci, terletak kota yang baru (ayat 15-20; 30-35). Yerusalem, kota rancangan manusia, telah dihancurkan; sebuah kota rancangan Allah kini didirikan. Kota ini sama panjang dan lebarnya (ayat 4500 hasta, kurang lebih 2250 m), dikelilingi tembok dengan 12 pintu gerbang. Lazim pada masa itu kota memiliki satu pintu gerbang (sebelum pembuangan, Yerusalem memiliki enam). Dengan adanya 12 pintu gerbang, yang diberi nama menurut ke-12 suku Israel (termasuk Lewi), tersedia kemudahan dan keleluasaan untuk masuk-keluar kota ini. Kemudahan itu berlaku bagi seluruh warga, termasuk orang asing, yang hendak berbakti ke rumah Allah.

Kota itu menyandang nama baru: Yahweh shammah, "Tuhan hadir di situ". Sungguh kontras dengan kondisi Yerusalem menjelang pembuangan: "Kota itu penuh kekerasan" (ayat 7:23); "Tanah ini penuh hutang darah dan kota ini penuh ketidakadilan" (ayat 9:9). Masa Allah meninggalkan Bait Suci yang tercemar dosa (pasal 7-11) telah berakhir. Allah telah kembali! Nama baru itu merefleksikan kehadiran Allah di tengah-tengah umat- Nya di kota "sekular", tempat bekerja dan bertani, tempat interaksi sosial berbagai lapisan masyarakat.

Renungkan: Allah ingin hadir bukan hanya di Bait Suci-Nya, tetapi juga dalam hidup kita sehari-hari. Kehadiran Allah akan mengubah sebuah kota sekular menjadi kota yang mempermuliakan nama- Nya. "Berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu" (Yer. 29:7).

(0.153613915625) (Mi 1:1) (sh: Kristen, pemimpin bangsa, dan bangsanya (Rabu, 13 Desember 2000))
Kristen, pemimpin bangsa, dan bangsanya

Kristen, pemimpin bangsa, dan bangsanya. Tuhan Allah dari bait-Nya yang kudus menjadi saksi atas hidup umat- Nya(2). Karena itu Israel dan Yehuda tidak dapat menghindari bencana penghukuman yang akan menimpa mereka karena dosa-dosa yang mereka lakukan. Kehidupan moral dan ibadah yang mereka jalankan tidak memenuhi standar ketetapan Allah (6-7). Kehancuran Israel dan Yehuda benar-benar terjadi dalam sejarah manusia. Salah satu sumber kehancuran suatu bangsa berasal dari para penguasanya. Merekalah yang menentukan arah dan gerak kehidupan masyarakat. Samaria dan Yerusalem - pusat para penguasa - adalah pusat dari dosa bangsa Israel dan Yehuda (5). Para pejabat kerajaan harus bertanggung jawab atas kondisi moral dan spiritual bangsanya. Walau demikian Mikha tetap mengidentifikasikan dirinya dengan bangsanya dan ikut bertanggung jawab atas kondisi bangsa yang merosot secara moral dan spiritual sehingga ia juga berkeluh kesah, meratap, melolong, dan meraung (8-9). Itu semua merupakan ungkapan penyesalan dan rasa bersalah Mikha yang dalam.

Pemahaman di atas mengajarkan kepada Kristen di Indonesia bagaimana berpartisipasi aktif dan memberikan kontribusi secara kristiani dalam percaturan politik di negara kita, khususnya bila kelak presiden akan dipilih secara langsung oleh rakyat. Hak pilih sebagai warga negara harus dipergunakan dengan arif bijaksana dan efektif. Artinya, kehidupan moral dan spiritual calon pemimpin bangsa Indonesia haruslah diteliti dan diamati apakah sesuai dengan standar Allah. Ini untuk menyelamatkan bangsa kita dari kehancuran.

Sebagai warga negara yang sudah dibenarkan oleh Allah kita juga harus menangisi dosa-dosa bangsa kita. Karena tidak mustahil kehancuran bangsa yang sekarang kita alami disebabkan oleh dosa-dosa para pemimpin bangsa. Namun kita juga harus menyadari bahwa kita juga ikut bersalah dan bertanggungjawab atas kehancuran ini. Bagaimana cara mengubah keadaan ini? Kristen harus berusaha agar kehadirannya berdampak nyata bagi bangsa.

Renungkan: Jika ingin memperbaiki kondisi bangsa kita, Kristen harus menyadari fakta kehancuran bangsa, merendahkan diri seperti Mikha, kemudian berusaha dengan berbagai upaya agar dapat mengadakan pembaharuan dalam masyarakat kita.

(0.153613915625) (Mi 7:14) (sh: Gembalakanlah umat-Mu dengan tongkat-Mu (Sabtu, 23 Desember 2000))
Gembalakanlah umat-Mu dengan tongkat-Mu

Gembalakanlah umat-Mu dengan tongkat-Mu. Mikha mengakhiri tulisannya dengan sebuah doa kepada Allah agar Ia sudi menggembalakan umat-Nya dengan tongkat-Nya. Ini merupakan kerinduan Mikha agar bangsanya tetap hidup di jalan Allah setelah mendapatkan pengampunan dari-Nya. Ia juga berharap agar Allah datang dan memperlihatkan kekuatan-Nya. Hal ini diungkapkan lewat kata-kata `dengan tongkat-Mu'. Tongkat adalah batang kayu yang kuat yang dibawa oleh para gembala. Para gembala tidak hanya menggunakan tongkat sebagai alat untuk membantu ia berjalan di tanah yang sulit dilalui namun juga sebagai senjata untuk menjaga kawanan dombanya dari ancaman dan serangan binatang buas. Mikha rindu agar Allah segera bertindak untuk memulihkan umat pilihan- Nya dan mengalahkan segala musuh mereka (14-17). Perkataan 'menggunakan tongkat-Mu' mempunyai makna paralel dengan keajaiban- keajaiban (15) yaitu mukjizat yang dilakukan oleh Allah ketika Ia menjatuhkan tulah dan melenyapkan Firaun dan tentaranya di Laut Merah. Permohonan Mikha ini bukan hanya untuk kepentingan bangsa Israel saja tapi juga bagi bangsa-bangsa lain. Intervensi (campur tangan) Allah yang dinyatakan melalui kekuatan-Nya akan menyadarkan bangsa-bangsa lain bahwa Tuhanlah Allah dan Raja. Mereka menjadi takut akan Tuhan dan berpaling kepada-Nya (17).

Mengapa Mikha tetap berani mengharapkan pertolongan dari Allah? Sebab tidak ada allah seperti Allah Israel (18-20). Allah yang anugerah- Nya besar, yang sudi mengampuni dosa-dosa pelanggaran umat-Nya. Allah yang tidak mendendam dan tidak memendam kemarahan-Nya, bahkan Allah yang selalu rindu untuk menyatakan kemurahan-Nya. Dosa-dosa umat dihapuskan dan dilemparkan ke dalam tubir-tubir laut. Allah yang adalah sumber pertolongan selalu setia kepada janji yang pernah diberikan-Nya kepada nenek moyang bangsa Israel.

Renungkan: Ketika kita sedang kecewa, sedih, lemah dan mungkin sedang mengalami kekalahan di dalam kehidupan ini, bacalah doa Mikha berkali-kali. Doa ini tidak hanya akan mengingatkan kita bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang setia dan akan tetap setia, tetapi juga mengarahkan kita untuk selalu berharap kepada Allah. Ingatlah bahwa Allah yang pernah berkarya dan bertindak menolong umat-Nya, juga akan melakukan hal yang sama kepada kita.

Pengantar Kitab Matius

Penulis. Injil Matius tidak mencantumkan penulisnya. Beberapa manuskrip kuno mencantumkan kata 'Injil menurut Matius'. Menurut Eusebius (260- 340 M), bapa gereja purba Papias (60-130 M) pernah mengatakan bahwa Matius mengumpulkan perkataan-perkataan Yesus untuk dibukukan. Kemudian tradisi gereja juga menyetujui bahwa penulis Injil ini adalah Matius walaupun sejak abad 18 tradisi ini mulai diragukan. Penulis Injil ini sengaja tidak mencatumkan namanya mungkin dengan pertimbangan bahwa mengetahui siapa penulisnya bukanlah hal yang mutlak bagi pembacanya sebab Penulis Agung yang bekerja melalui manusia adalah Roh Kudus.

Waku penulisan. Sulit menentukan waktu penulisan yang pasti. Beberapa teori mengatakan bahwa Injil ini ditulis setelah abad pertama. Berdasarkan konteks teks, Injil ini ditulis sebelum tahun 70 M. Injil Matius memperingatkan bahaya ajaran orang-orang Saduki, sebuah organisasi keagamaan orang Yahudi yang hancur total setelah tahun 70 M. Bahasa yang digunakan untuk menggambarkan hancurnya Yerusalem (pasal 24) merefleksikan nubuat Perjanjian Lama tentang penghukuman Illahi, bukan peringatan akan peristiwa sejarah.

Karakteristik dan tema utama. Injil Matius ditulis untuk memaparkan pengajaran yang berkuasa oleh dan tentang Yesus, yang kedatangan-Nya merupakan penggenapan janji Allah dan kehadiran kerajaan-Nya. Matius tidak membuat perbedaan antara sejarah dan teologi. Baginya sejarah adalah dasar teologi dan teologi memberi makna kepada sejarah. Injil ini paling berakar pada Perjanjian Lama dan sangat peduli dengan isu- isu penting bagi orang Yahudi. Di samping itu Injil Matius juga paling banyak mengutip penggenapan nubuat Perjanjian Lama. Kontribusi teologis yang paling besar adalah pemaparannya tentang kerajaan Allah. Pertama, dalam khotbah di bukit Yesus menyatakan bahwa kerajaan Allah sudah hadir melalui kehidupan pribadi dan komunitas orang percaya. Kedua, janji tentang Kerajaan ini ditawarkan kepada orang Yahudi telah ditolak dengan menyalibkan Yesus. Ketiga, kerajaan Allah memang sudah ada namun belum sepenuhnya terealisasi. Kedatangan-Nya yang kedua akan meneguhkan kerajaan Allah secara penuh.

(0.153613915625) (Mat 15:21) (sh: Pelayanan lintas budaya (Rabu, 9 Februari 2005))
Pelayanan lintas budaya

Pelayanan lintas budaya. Biasanya kita sulit untuk menganggap orang yang berbeda ras, bahasa, suku, dan status sosial sebagai sesama yang patut dihargai. Sayangnya, sikap salah ini telah merambah masuk juga dalam kehidupan gereja tertentu. Bagaimana sikap Tuhan dalam nas ini?

Tuhan Yesus menyembuhkan anak perempuan seorang perempuan Kanaan. Tindakan ini menunjukkan bahwa kepedulian-Nya tidak dibatasi hanya kepada suku-Nya sendiri. Percakapan Tuhan Yesus dengan perempuan Kanaan pada ay. 24 seakan-akan menyiratkan pelayanan Tuhan Yesus sempit. Padahal di balik perkataan-Nya itu, Ia mengoreksi pandangan "sempit" para murid. Mereka beranggapan bahwa Tuhan Yesus hanya diutus kepada orang Yahudi.

Kepedulian Tuhan Yesus terhadap bangsa nonyahudi juga ditunjukkan-Nya dengan mengunjungi wilayah utara Galilea ke desa-desa orang-orang kafir (ayat 29). Di sana Ia menyembuhkan berbagai penyakit (ayat 30-31). Dan pada puncak peduli-Nya Ia memberi makan empat ribu orang yang telah mengikuti rombongan Tuhan Yesus selama tiga hari (ayat 32-39). Perbuatan mukjizat yang pernah dibuat-Nya terhadap umat Yahudi kini dilakukan-Nya kepada orang-orang nonyahudi. Bagi Tuhan Yesus mereka pun domba-domba hilang yang perlu ditemukan, dihantar pulang, dan diselamatkan.

Setiap orang, tidak peduli suku, ras, bahasa, dan bangsa memerlukan Tuhan Yesus. Hari ini kita bisa menjadi bagian dari umat Tuhan karena ada orang yang mau mengabarkan Injil ke semua bangsa, termasuk ke Indonesia. Mereka rela menyeberang lautan, melintas daratan, dan meninggalkan segala sesuatu untuk menjangkau kita. Sekarang, kita pun dipercayakan Tuhan Yesus untuk menjangkau suku-suku di seluruh Indonesia yang belum mendengar Injil.

Renungkan: Tuhan ingin kita membagikan kasih penyelamatan-Nya kepada orang-orang yang kita temui. Mulailah dengan mendoakan tetangga, pembantu, dan orang-orang di sekitar kita.

(0.153613915625) (Ibr 12:18) (sh: Mengapa tuntutan hidup sebagai umat Allah berat? (Rabu, 10 Mei 2000))
Mengapa tuntutan hidup sebagai umat Allah berat?

Mengapa tuntutan hidup sebagai umat Allah berat? Ketika bangsa Israel berkumpul di gunung Sinai untuk menerima 10 Hukum Taurat, kilat dan petir menyambar-nyambar dan bunyi guntur berguruh secara mengerikan. Bangsa Israel segera mundur dan tidak mampu menghampiri hadirat-Nya karena ketakutan yang luar biasa. Mengapa mereka tidak mampu dan takut? Dosa merekakah yang telah membuat mereka tidak mampu dan takut akan hadirat Allah?

Betapa berbedanya keadaan di Bukit Zion, gunung anugerah Allah dimana umat manusia dipanggil untuk datang ke hadirat Allah dengan penuh keberanian. Namun penerima surat Ibrani sedang dalam bahaya karena mereka berkeinginan untuk kembali ke Sinai. Mereka memilih sistem pengorbanan yang tidak sempurna daripada pengorbanan Kristus yang sekali dan untuk selamanya, memilih legalisme yang sia-sia daripada Injil kasih karunia. Di Bukit Zion, Kristen bertemu dengan Yesus sang Pengantara. Melalui-Nya Kristen dimampukan untuk mendatangi hadirat Allah dan mengalami hubungan yang akrab dan intim. Kristen tidak tiba pada perbatasan waktu dan kekekalan. Di dalam Yesus kekekalan sudah menginvasi waktu. Kristen telah tiba pada tujuan hidup yang kekal dan penuh kemuliaan. Itu semua hanyalah 'impian' dari bangsa Israel yang hidup pada masa Perjanjian Lama.

Namun ada tuntutan yang harus dibayar oleh Kristen yang sudah mendapatkan anugerah yang luar biasa. Yaitu janganlah kita menolak Dia yang berbicara langsung dari surga, karena mereka yang menolak Allah yang berbicara dari bumi saja menerima hukuman yang mengerikan. Jika kita tidak mau mengikuti-Nya, jika kita tidak mengasihi-Nya, dan jika kita tidak berserah kepada-Nya, apa artinya? Tidak ada kesempatan emas untuk kedua kali. Kelak Allah akan menggoncangkan langit dan bumi hingga musnah, sebab seluruh alam semesta ini bukanlah realita yang sesungguhnya. Hanya kerajaan-Nya dimana Kristus sebagai Tuhan dan Rajanya, terdapat realita yang sesungguhnya.

Renungkan: Karena itu hai Kristen berhati-hatilah, jangan sampai Anda 'menolak' Dia yang Anda begitu kenal ketika Ia berbicara melalui firman-Nya. Jika mereka yang tidak begitu mengenal Dia dihukum karena menolak firmanNya, betapa penghukuman yang lebih besar akan menimpa Anda, karena Anda mengenal Dia begitu akrab dan intim.

(0.147815071875) (Kej 16:2) (ende)

Ini hukum adat kuno, jang dikenakan kalau seorang isteri ternjata mandul. Anak-anak budak belian lalu dianggap sebagai anak-anak isteri jang sjah.

Berulang-ulang kita didalam kitab Sutji berdjumpa dengan Ibu-ibu bangsa jang mandul. (Lihat Kej 25:21; 30:1 dsl; Kej 30:9 dsl; Hak 13:2; 1Sa 1:2). Dengan demikian ditekankan, bahwa anak jang mereka lahirkan itu suatu anugerah istimewa dari Tuhan. Kelangsungan Israel didunia ini bukanlah suatu proses kodrati semata-mata, melainkan rahmat Tuhan. Djuga di Perdjandjian Baru Elisabet adalah mandul (Luk 1:7). Artinja: menerima kesuburan karena berkat anugerah Tuhan, mendjadi pralambang dan persiapan terhadap mukdjidjat termulia: jakni kelahiran Jesus Kristus dari S. Perawan Maria berkat kekuasaan Tuhan. (Luk 1:34,35).

(0.147815071875) (Kej 37:2) (ende)

Disini mulailah riwajat Jusuf. Riwajat ini menghubungkan djaman para Bapa bangsa dengan djaman pengasingan Israel ditanah Mesir.

Tjerita Jusuf sebagian terbesar memuat peladjaran; menundjukkan kemampuan orang saleh, jang dalam segala bahaja menerima rahmat-bantuan Tuhan, dan karena itu mentjapai keagungan. Riwajat ini djuga merupakan unsur dalam perkembangan Sedjarah Keselamatan. Jusuf diselamatkan demi bangsa Tuhan, bangsa jang terpilih, kemudian hari.

Bahkan tipu-muslihat dan dosa-dosa manusia sekalipun achirnja membawa kearah terlaksananja Rentjana Keselamatan Tuhan (lihat Kej 45:5-8; 50:20; Wis 10:13-14)).

Meskipun disini pula terdapat unsur-unsur dari bermatjam-matjam tradisi, riwajat Jusuf merupakan satu tjerita utuh jang memikat segenap perhatian, pun gambaran peranan-peranannja djuga dipandang dari sudut psikologis sangat menarik.

(0.147815071875) (Kej 49:1) (ende)

Pada achir hidupnja Jakub mengumpulkan putera-puteranja akan memberi pesan-pesan serta berkatnja kepada mereka, seperti biasanja terdjadi.

Utjapan-utjapan berkat ini djuga mengandung harapan bagi hari-kemudian, pun mempengaruhinja pula (lihat tjatatan pada Kej 27:4).

Dalam ajat 2-27(Kej 49:2-27) fasal ini penjusun menjisipkan kumpulan sabda pepatah Jakub, jang melukiskan berkat kepada putera-puteranja dalam bentuk puisi-profetis, memperudjudkan pandangan Bapa Jakub atas hari-kemudian mereka.

Teks ini berasal dari djaman sesudah suku-suku Israel menetap ditanah Palestina, dan mentjerminkan situasi kedua-belas suku ketika itu. Terutama djelas diutarakan kedudukan penting suku-suku Juda, Efraim dan Manasse dalam persekutuan suku-suku.

(0.147815071875) (Kej 50:10) (ende)

Tempat bernama Goren-ha-Atad atau Abel-Misraim (=sungai Mesir) (ajat 11)(Kej 50:11) tidak diketahui letaknja. Keterangan: "diseberang sungai Jarden" mungkin suatu tafsiran jang dibubuhkan kemudian. Mungkin disini kita mendjumpai bekas-bekas tradisi, jang dibubuhkan kemudian. Mungkin disini kita mendjumpai bekas-bekas tradisi, jang mentjeritakan, bahwa Jakub dimakamkan ditempat terdekat jang sudah termasuk wilajah Kanaan. Mungkin pula ini suatu tempat dekat perbatasan tanah Mesir (nama: Abel-Misraim!), atau mungkin djuga terletak didaerah seberang Jarden. Kalau jang dimaksudkan tempat terachir ini, pelajatan kiranja menempuh djalan melalui tanah semenandjung Sinai, seperti kemudian ketika bangsa Israel mengungsi dari Mesir (Exodus), sehingga memasuki tanah Kanaan dari sebelah Timur mungkin ini berasal dari tradisi Jahwitis jang kuno tentang makam Jakub didaerah seberang sungai Jarden.

Pengarang Mentjoba menjesuaikan tradisi ini dengan tradisi P (ajat 13)(Kej 50:13), jang mentjeritakan bahwa Jakub dimakamkan di Makpela, didekat Hebron.

(0.147815071875) (Kel 4:3) (ende)

Selandjutnja Musa akan menggunakan tongkat-gembalanja untuk membimbing umat Israel. Pertolongan Tuhan sementara itu seakan-akan nampak dalam tongkat ini. Karena itu djuga disebut "tongkat Allah" (Kel 4:20).

Tanda-tanda jang harus didjalankan Musa banjak persamaannja dengan perbuatan-perbuatan sihir di Mesir (Lihat Kel 7:11). Mungkin tanda-tanda, jang sudah barang tentu menjertai kepemimpinan Musa, dalam tjerita-tjerita rakjat dan tradisi-tradisi telah memperoleh bentuk konkrit ini, djustru untuk membandingkan keagungan dan kekuasaan Musa dengan kemampuan para ahli sihir di Mesir. Pokoknja ialah: Jahwe djauh-djauh lebih berkuasa dari orang-orang Mesir dengan segala dewa-dewa dan ilmu-sihir mereka, dan ini dibuktikanNja pada Musa.

(0.147815071875) (Kel 4:16) (ende)

Harun akan mendjadi instrumen Musa dalam menjampaikan perintah Tuhan kepada UmatNja dengan tjara jang amat djelas lagi mejakinkan. Hubungan antara Musa dan Harun dibandingkan dengan hubungan antara Tuhan sendiri dan para Nabi jang terpilih olehnja. Nabi pula adalah alat Tuhan, untuk menjampaikan sabda jang diilhamkanNja kepada umatNja dengan bahasa jang mudah dimengerti, atas nama Tuhan. Begitu pula disini Musa, jang setjara langsung menerima tugasnja dari Tuhan, dapat dikatakan, seakan-akan bertindak "seperti Tuhan" terhadap Harun. Harun menerima pesan-pesan dari Musa, dan atas nama Musa harus menjampaikannja kepada umat Israel (Lihat djuga Kel 7:1).

Dalam ajat-ajat ini bukan Harun, melainkan Musalah jang membuat tanda-tanda sebagai bukti, bahwa kewibawaannja berasal dari Tuhan. (Lihat djuga tjatatan pada Kel 7:9). Mungkin djuga pengarang sutji disini sudah membajangkan tugas-kewadjiban para Imam Levita keturunan Harun dikemudian hari, sebagai pewarta-pewarta sabda-sabda Musa, jakni Hukum Musa.

(0.147815071875) (Kel 14:31) (ende)

Penjeberangan laut Merah dalam keadaan sangat berbahaja ini salah satu peristiwa sedjarah jang terpenting dalam riwajat umat Israel. Dalam peristiwa ini Tuhan mewahjukan MahakuasaNja jang menjelamatkan serta maksudNja jang istimewa mengenai umatNja. Sangat mungkin sementara itu sebab musabab alam-kodrati berperanan djuga. Misalnja: angin Timur (aj.21)(Kel 14:21), demikian pula awan dan api (aj.20,24)(Kel 14:20,24). Akan tetapi kalau peristiwa ini kita terangkan setjara kodrati belaka, kita tidaklah menangkap maksud pengarang sutji, pun djustru tidak memahami apa jang menjebabkan tjerita ini begitu penting bagi iman kita.

Pertama-tama sangat djelaslah dalam riwajat ini tjampurtangan Tuhan sendiri ditekankan. Kemudian "angin Timur" tidak menundjukkan sebab kodrati semata-mata, melainkan serta merta mentjamkan karja Tuhan sendiri (Demikian pula halnja dengan awan dan api; lihat Kel 13:21 tjatatan).

Angin (ruah) memperingatkan kita akan Roh Allah, jang pada pentjiptaan alam melajang diatas air, dan jang kemudian memisahkan air dari daratan (Kej 1:2:9; bandingkan djuga dengan pemisahan terang dari gelap: dan pemisahan umat Israel dari rakjat Mesir: (Kel 14:20). Ini kita ketemukan djuga dalam tjerita air bah (Kej 8:1). Dalam Hos 13:15 angin Timur (qadim) sedjadjar dengan nafas Jahwe (ruah).

Angin dilukiskan sebagai alat Mahakuasa Tuhan djuga dalam Maz 104:3-4; Yer 10:13; Yeh 37:9 (hubungan antara roh dan angin). Dalam teks-teks bertjorak eskatologis-apokaliptis (mentjantum ramalan-ramalan tentang djaman terachir), jang ada persamaannja dengan teks-teks pentjiptaan, angin adalah Mahakuasa tuhan jang mengatur menjusun segala-galanja, dan berlawanan dengan keadaan katjau-balau. Salah-satu kekuasaan-pengatjau jang terpenting ialah laut beserta binatang-binatang isinja jang dahsjat (Maz 74:12-15; 89:10-11; Ayu 3:8; Yeh 27:1 bandingkan Kel 14:21 : Jahwe membendung arus laut). Djadi pada penjeberangan Laut Merah ini Jahwe seakan-akan mengulangi karjanja menjusun tjiptaanNja (demikian dengan djelasnja dalam Maz 77:17-20 dan Yes 51:9-10; binatang laut jang dahsjat itu kekuasaan-pengatjau dan sekaligus lambang Mesir). Djadi umat Israel dibebaskan oleh kekuasaan jang hanja dimiliki Tuhan sendiri.

Pengungsian dari Mesir dan pembebasan dari perbudakan ini mempunjai arti jang lebih dalam djuga, jakni pertobatan dari dosa, perubahan rohani dari hidup tanpa Tuhan mendjadi umat Tuhan, jang seutuh-utuhnja pertjaja akan Tuhan. Perubahan sikap hidup inilah maksud dan tudjuan pokok dari pembebasan jang serba mengagumkan itu (lih. aj.31)(Kel 14:31).

Perdjalanan menjeberangi air dalam Kitab Sutji tetap melambangkan Keselamatan dan harapan akan Keselamatan (bandingkan Kej 8:22 tjatatan). Demikianlah penjeberangan ini melambangkan baptis: melalui air kita diselamatkan, dan bersama Kristus kita bangkit memulai hidup baru mendjadi umat Tuhan. (Mat 3:13-17 par: Jesus sebagai Israel baru, sekaligus djuga menundjukkan baptis; 1Ko 10:2,6)

(0.147815071875) (Kel 15:1) (ende)

Menurut adat-kebiasaan sesudah menang dalam perang orang-orang perempuan merajakannja dengan njanjian serta tari-tarian (lih. Hak 11:34; 1Sa 18:6). Tidak mengherankan, bahwa ini terdjadi disini pula. Akan tetapi sjairnja sendiri dalam bentuk seni sastra ini, merupakan uraian motif aj. 1(Kel 15:1) dan Kel 15:21 jang baru disusun kemudian. Antara lain ini ternjata dari disebutkannja orang-orang Pilisti (aj.14)(Kel 15:14), dan dari ajat-ajat jang melukiskan masuknja umat Israel dalam tanah Kanaan, dan menggambarkan bagaimana mereka menduduki kota Jerusalem. Djadi Pengungsian dari Mesir dipandang sebagai permulaan kemenangan-kemenangan besar, dan dihubungkan dengan kedatangan mereka ditanah jang didjandjikan. Gaja- bahasanja: sjair kepahlawanan. Djadi isinja harus ditafsirkan sesuai dengan tjorak-sastra ini.

(0.147815071875) (Kel 20:5) (ende)

Dalam kitab Sutji atjap kali Tuhan disebut "tjemburu" atau "iri hati". Ini gambaran manusiawi untuk melukiskan tjintakasih Tuhan jang agung tanpa banding terhadap umatNja, serta mengutamakan tuntutanNja, supaja manusia mendjawab kasih ilahi itu dengan menjerahkan diri utuh-utuh kepada Tuhan.

Tuhan membalas dosa-dosa para bapa pada keturunan mereka. Maksud penulis: perbuatan-perbuatan manusia mempengaruhi baik atau buruk atas orang-orang sekitarnja dan seluruh masjarakat. Demikianlah halnja teristimewa dalam persatuan religieus umat Israel jang seerat itu, jang harus menjalurkan tradisi Sutji Hukum tuhan turun-temurun.

Dosa bukanlah soal perseorangan semata-mata, dan beserta dosanja djuga hukumannja dilandjutkan dalam keturunan manusia (Bandingkan Kej 3: Disini dilukiskan dosa warisan nenek-mojangnja).

Teranglah sudah, bahwa Tuhan hanja mempersalahkan dosa, jang disetudjui orang dengan sadar dan bebas merdeka.

(0.147815071875) (Kel 20:15) (ende)

Milik perseorangan itu konsekwensi dari kebebasan perseorangan serta hak jang mendjamin penggunaan kemerdekaan itu. Budak belian tidak mempunjai harta milik, kebebasan, djaminan hidup bagi dirinja dan keturunannja. Pada bangsa Israel persatuan sosial jang amat erat itu tidak bertentangan dengan hak-hak pribadi bebas. Sifat bangsa merdeka, jang dibebaskan oleh Tuhan dari perbudakan, harus nampak pula pada setiap warganja. Setiap keluarga memiliki bagiannja dari tanah kurnia Tuhan. Ini memperberat, kesalahan orang merampas milik itu. Kesimpulan lainnja ialah, bahwa orang berwadjib menggunakan harta-miliknja setjara bertanggungdjawab terhadap Tuhan dan masjarakat. Menimbun-nimbun kekajaan setjara tidak sosial merupakan perbuatan jang terkutuk (Ula 24:10-15; Yes 3:14-15; Yer 22:13-14; Amo 2:6-8; 8:4-6).

(0.147815071875) (Kel 24:1) (ende)

Perdjandjian dengan Jahwe harus dirajakan pula dengan upatjara ibadat besar-besaran. Darah korban jang ditjurahkan, dituangkan diatas mezbah dan dipertjikkan diatas umat.

Darah merupakan sumber kehidupan. (Ima 17:14).

Demikianlah dilambangkan adanja pertalian jang hidup, sematjam hubungan darah, antara Tuhan (dilambangkan dengan mezbah) dan umatNja (aj. 3-8(Kel 24:3-8); tradisi E).

Sesudah itu diadakan perdjamuan ditempat sutji. Para peserta menganggap Tuhan hadir disitu. Ini pula mendjadi lambang persatuan antara Tuhan dan bangsaNja (aj. 9-11(Kel 24:9-11): tradisi J.).

Pada upatjara resmi ini djuga Hukum Perdjandjian dipermaklumkan dan diterima oleh umat.

Tema Perdjandjian ini diulang-ulangi pada segala tahap-tahap penting sedjarah Keselamatan (terutama menurut tradisi P.). Pembaharuan-pembaharuan Perdjandjian dikemudian hari (Ula 27:2-10; Yos 24:14-28) bertudjuan memperdalam kesadaran, bahwa Israel bersatu dengan Jahwe.

Menurut Kel 6:23 Nadab dan Abihu adalah putera-putera Harun.

(0.147815071875) (Kel 28:6) (ende: Efod)

jang dipakai Imam Agung ialah tutup dada jang terhias (lihat Kel 28:5 dan Ima 8:7)). Djuga para Parao di Mesir memakai hiasan sematjam itu. "Efod" menandakan, bahwa imam mendjadi wakil seluruh Israel (aj. 9,12 (Kel 28:9,12)) dan Kel 29).

Uraian tentang pakaian-pakaian dalam beberapa perintjiannja melukiskan pakaian Imam Agung sesudah masa pembuangan.

Dalam teks-teks historis jang lebih kuno terdapat "efod", jang lebih menjerupai pakaian lenan jang pendek (1Sa 2:18; 2Sa 6:14). Rupa-rupanja inilah bentuknja jang asli, sedangkan tutup dada itu merupakan penjederhanaan. Selandjutnja istilah "efod" digunakan djuga untuk benda sutji, jang mungkin dipakai dalam mengutjap ramalan-ramalan (Hak 8:27; 17:5 dll.). Mungkin ada djuga hubungannja dengan pakaian imam, tetapi kemudian tersendiri mendjadi benda sutji.



TIP #29: Klik ikon untuk merubah popup menjadi mode sticky, untuk merubah mode sticky menjadi mode popup kembali. [SEMUA]
dibuat dalam 0.10 detik
dipersembahkan oleh YLSA