Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 2121 - 2140 dari 2427 ayat untuk suatu [Pencarian Tepat] (0.004 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.109814525) (Mat 21:18) (sh: Siap setiap saat (Kamis, 24 Februari 2005))
Siap setiap saat

Siap setiap saat. Seorang mahasiswa yang merasa tidak siap mengikuti ujian, meminta dosennya menunda ujian tersebut. Sang dosen menolak karena jadwal ujian sudah ditetapkan jauh hari sebelumnya. Siap atau tidak, mahasiswa tersebut harus mengikuti ujian.

Tindakan Yesus menjelang saat sengsara-Nya ditujukan untuk mempersiapkan murid-murid-Nya. Karena lapar dalam perjalanan (ayat 18), Tuhan Yesus ingin makan buah ara, tapi saat itu belum musimnya. Maka la mengutuk pohon ara itu (ay. 19, band. Mrk. 11:13). Mengapa Tuhan Yesus bertindak demikian?

Tuhan Yesus mengajarkan dua hal kepada para murid-Nya. Pertama, Tuhan menuntut murid-murid-Nya senantiasa siap melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Dan apabila mereka tidak siap, Tuhan tidak segan mendisiplin. Sebagaimana seorang tukang periuk dapat menghancurkan hasil pekerjaannya yang dianggapnya tidak memenuhi syarat (band. Yer. 18:3-6). Demikian pula pohon ara dapat diubah oleh Tuhan Yesus menjadi kering. Bagi murid-murid hal ini adalah suatu peristiwa yang mustahil (ayat 20). Oleh karena itu, Tuhan Yesus masuk kepada pelajaran kedua. Tuhan Yesus mengajarkan murid-murid-Nya tentang pentingnya memiliki iman. Dengan iman mereka dapat melakukan perkara yang besar bagi Kerajaan Surga (ayat 21-22).

Situasi di negara kita saat ini membuat sebagian orang Kristen memilih untuk tidak mengabarkan Injil. Mereka berdalih dengan mengatakan sekarang belum waktunya (Hag. 1:2) atau mustahil melakukannya. Sebagai murid Tuhan kita harus siap melayani Tuhan, baik atau tidak baik waktunya (ayat 2Tim. 4:2). Dengan iman, tidak ada yang mustahil untuk kita lakukan. Lagipula Tuhan berjanji untuk menyertai kita senantiasa.

Renungkan: Dunia yang semakin jahat memerlukan kehadiran anak-anak Tuhan. Karena itu, kita harus menjadi saksi-saksi Kristus agar banyak orang diselamatkan.

(0.109814525) (Mat 21:23) (sh: Maju terus dalam kesesatan (Rabu, 28 Februari 2001))
Maju terus dalam kesesatan

Maju terus dalam kesesatan. Ada seorang musafir yang sedang menempuh perjalannya ke sebuah desa. Beberapa orang telah mengingatkan bahwa jalan yang ditempuhnya adalah jalan menuju sebuah jurang, namun dengan penuh keyakinan diri dia tetap melangkah melewati jalan tersebut. Sama sekali ia tidak menghiraukan nasihat orang-orang, ia maju terus dalam kesesatan. Betapa malangnya ia, karena jurang di depan sedang menantikannya.

Kebebalan hati manusia tercermin dalam sikap tokoh- tokoh agama Yahudi, yakni imam-imam kepala dan tua- tua bangsa Yahudi, yang menanyakan apa hak Yesus membuat mukjizat dan siapa yang memberi-Nya kuasa. Mereka datang kepada Yesus pada saat Ia sedang mengajar di Bait Allah. Seharusnya mereka tidak perlu menanyakan hal ini (ayat 23) bila saja mereka mau mendengarkan pengajaran-Nya dan melihat kuasa-Nya membuat mukjizat. Namun kebebalan hati mereka membuat mereka maju terus melayani pikiran yang menyesatkan.

Tuhan Yesus tidak segera menjawab pertanyaan mereka, tetapi Ia justru mengajukan pertanyaan sebagai syarat jawaban-Nya (ayat 24-25). Yesus tidak dapat dijebak dengan cara apa pun, karena Dialah Allah yang menciptakan pikiran manusia. Mereka kebingungan menjawab pertanyaan Yesus, karena mereka tidak mau mengatakan kebenaran yang akan menjebak mereka untuk mengakui kebenaran perkataan Yohanes tentang siapakah Yesus. Jawaban hasil kesepakatan mereka adalah "tidak tahu", suatu jawaban yang tidak bertanggungjawab dan tidak berkualitas. Inilah akibatnya bila seorang tetap maju dalam kesesatan, dan kebebalan hati memotivasinya untuk tidak mau berbalik arah kepada kebenaran.

Mungkin banyak tokoh Kristen yang maju terus dalam kebenarannya sendiri, karena mempertahankan konsep kebenaran sendiri ke dalam kebenaran firman Tuhan, sehingga yang berotoritas bukan firman Tuhan tetapi kebenaran sendiri. Dapat kita bayangkan betapa berbahayanya bila kita sebagai pemimpin agama mengajar kaum awam, bukan dengan kebenaran firman Tuhan tetapi dengan kebenaran sendiri yang mengatasnamakan cuplikan ayat-ayat firman Tuhan.

Renungkan: Sikap maju terus memang sikap yang baik, tetapi tindakan maju terus membela ketidakbenaran akan menyesatkan diri sendiri dan orang lain.

(0.109814525) (Mat 21:28) (sh: Menganggap diri 'benar' justru akan kehilangan kebenaran (Kamis, 1 Maret 2001))
Menganggap diri 'benar' justru akan kehilangan kebenaran

Menganggap diri 'benar' justru akan kehilangan kebenaran. Seorang pengembara asing begitu yakin dengan pengamatannya sendiri yang dianggapnya paling benar, sehingga ia tidak lagi mempedulikan nasihat orang-orang yang mengatakan bahwa ada seekor singa yang telah menelan banyak korban dalam hutan tersebut. Betapa terkejutnya ketika ia benar-benar berhadapan dengan seekor singa, suatu kebenaran yang tidak pernah dianggapnya benar. Selama ini ia mengandalkan kebenarannya sendiri, sehingga ia tidak mempercayai kebenaran yang sesungguhnya benar.

Perumpamaan dua orang anak (28-32) menggambarkan perbedaan sikap anak sulung (orang Yahudi) dan anak bungsu (orang tersisih) dalam menyambut Yesus. Orang Yahudi menganggap bahwa ritual agama yang dipertahankan sudah cukup membawa mereka kepada kebenaran. Inilah kebenaran yang mereka pertahankan sehingga mereka tidak percaya dan tidak mau menyambut Sang Kebenaran, yakni Yesus Kristus. Berbeda dengan orang-orang yang tersisih di mata orang beragama, karena mereka menyadari ketidakbenaran diri dan akhirnya menyambut kebenaran itu. Sesungguhnya orang yang merasa diri benar justru kehilangan kebenaran sejati dan orang yang merasa salah akan bertemu Kristus karena menyesali dan menyatakan kebutuhannya akan kebenaran.

Perumpamaan kedua tentang sikap para penggarap terhadap para utusan tuan tanah (33-48) menunjukkan betapa tertutupnya mereka terhadap segala cara pendekatan yang diusahakan tuan tanah, sampai anak kandung tuan tanahnya pun menjadi korban pembunuhan. Semua cara tidak dapat menembus kekerasan dan kebebalan hati mereka terhadap kebenaran. Mereka menganggap apa yang mereka lakukan adalah benar dan tidak perlu menanggapi pendekatan tuan tanah. Pilihan mereka menolak kebenaran berakibat fatal (43). Di akhir bacaan, kita melihat betapa ironisnya ketika para pemuka agama yang mengerti perumpamaan ini, namun mereka tetap pada kebenaran sendiri dan berusaha membungkam kebenaran (45-46).

Renungkan: Kebenaran yang terus diperdengarkan akan singgah dan menetap di hati yang penuh penyesalan dosa dan mau menyatakan kerinduan hadirnya Sang Kebenaran dalam hidupnya. Sudah saatnya menganggap sampah kebenaran diri yang berakibat hancur dan binasa.

(0.109814525) (Mat 22:1) (sh: Jangan main-main dengan anugerah Allah (Senin, 28 Februari 2005))
Jangan main-main dengan anugerah Allah

Jangan main-main dengan anugerah Allah. Menerima undangan, apalagi dari seorang yang terhormat dan terkenal, tentunya akan menjadi suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri. Pasti orang yang diundang itu akan mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh. Ia akan menaruh di agendanya, bahkan menggeser acara-acara lain supaya bisa menghadiri undangan tersebut. Ia akan mempersiapkan pakaian pesta dan hadiah yang layak untuk si pengundang.

Namun, yang terjadi dalam kisah ini sungguh ironis. Seorang raja mengundang banyak tamu untuk menghadiri pesta perkawinan anaknya. Namun, tidak seorang pun tamu yang hadir pada perjamuan itu. Ada saja alasan mereka untuk menolak undangan itu. Masing-masing mementingkan urusan mereka dan bahkan ada yang dengan kasar menganiaya serta membunuh utusan-utusan yang menjemput mereka (ayat 2-6). Jelas sikap mereka yang seperti ini meremehkan raja. Ini sama saja dengan memberontak. Tidak ada hukuman yang lebih pantas daripada ditumpas habis (ayat 7).

Kini undangan perjamuan Kerajaan Surga disebarkan lagi kepada setiap orang yang bukan tamu terhormat. Raja menyatakan anugerahnya kepada rakyat. Namun sekali lagi, banyak di antara rakyat yang tidak merespons dengan tepat. Mereka datang tanpa mempersiapkan diri baik-baik. Mereka datang dengan sembarangan (ayat 11-12). Seakan-akan perjamuan Kerajaan Surga tidak lebih daripada makan di warung makan sekadarnya. Orang-orang itu pun harus tersingkir (ayat 13). Kebaikan dan anugerah Allah mahal harganya dan menuntut pertobatan serta komitmen yang sepadan pula.

Yesus melalui perumpamaan ini memperingatkan dengan keras bahwa anugerah Allah tidak boleh dipermainkan. Anugerah Allah memang diberikan cuma-cuma tetapi bukan berarti murahan. Setiap orang yang menyepelekannya akan membayar mahal, yaitu ditolak Tuhan.

Camkan: Menolak Injil atau merespons Injil secara sembarangan sama fatal akibatnya.

(0.109814525) (Mat 22:15) (sh: Dua kewarganegaraan, dua kewajiban, satu hati (Sabtu, 3 Maret 2001))
Dua kewarganegaraan, dua kewajiban, satu hati

Dua kewarganegaraan, dua kewajiban, satu hati. Kristen di Indonesia memiliki dua kewarganegaraan: Indonesia dan Sorga, dua kewajiban: terhadap pemerintah RI dan Tuhan, tetapi keduanya ini harus diwujudnyatakan dalam kebulatan dan keutuhan hati, karena keduanya memang satu keutuhan pengabdian.

Inilah yang dipertegas oleh Yesus ketika menanggapi pertanyaan yang menjerat dari orang-orang Farisi yang mendapatkan dukungan dari orang-orang Herodian, yakni anggota-anggota suatu partai Yahudi yang menghendaki keturunan Herodes Agung yang memerintah atas mereka dan bukan gubernur Romawi. Mereka memperkirakan Yesus akan menjawab dengan 'ya' atau 'tidak' terhadap pertanyaan mereka (17). Yesus tahu maksud pertanyaan ini dan apa risikonya bila menjawab dengan salah satu di antara jawaban di atas. Jawaban 'ya' akan menimbulkan kemarahan mereka karena mengalami penderitaan di bawah jajahan Romawi, sedangkan jawaban 'tidak' akan memancing kemarahan pemerintah Romawi. Yesus menegur keras kejahatan dan kemunafikan hati mereka, serta dengan bijaksana menjawab pertanyaan mereka (18-21). Jawaban Yesus telah menggagalkan niat hati mereka yang jahat dan menelanjangi kemunafikan mereka (22).

Pelajaran yang kita dapatkan dari perikop ini adalah pengajaran Yesus tentang keberadaan Kristen yang seharusnya dapat menempatkan diri sebagai warganegara Indonesia dan Sorga dalam proporsi yang tepat dan benar. Benarkah sebagai warganegara Indonesia kita melakukan kewajiban sebagai bentuk pengabdian kita kepada bangsa dan negara, sehingga peran sekecil apa pun yang mampu kita lakukan telah menjadi pemikiran, sikap, sumbangsih, dan peran konkrit kita di tengah masyarakat? Apakah kita melakukan semuanya ini juga dalam rangka pengabdian kita kepada Allah, yang semata- mata tidak terkurung hanya dalam wadah keagamaan?

Renungkan: Peran ganda Kristen dalam dunia memberikan ruang lingkup yang luas untuk menyatakan perannya, baik sebagai warganegara yang memberikan sumbangsih nyata bagi bangsa dan negara maupun sebagai warga jemaat yang memiliki citra Kristen. Firman-Nya akan menuntun kita sebagai warganegara Indonesia dan Sorga dalam proporsi yang tepat dan benar.

(0.109814525) (Mat 22:23) (sh: Kembali ke firman Tuhan (Minggu, 4 Maret 2001))
Kembali ke firman Tuhan

Kembali ke firman Tuhan. Terjadinya perbedaan pemahaman teologis seringkali tidak dapat dihindari. Namun Kristen memiliki dasar berpijak yang tidak pernah berubah sampai kapan pun, walaupun telah dan terus akan muncul banyak teolog dengan berbagai pemahaman yang berbeda bahkan bertentangan sekalipun, yakni firman Tuhan. Kristen harus kembali kepada kebenaran firman Tuhan. Inilah yang senantiasa ditekankan Yesus dalam pengajaran-Nya, kali ini kepada orang Saduki.

Mereka adalah suatu golongan pemimpin agama Yahudi yang sebagian besar terdiri dari imam-imam. Mereka mendasarkan pengajarannya pada kelima kitab Musa dan menolak segala adat-istiadat yang ditambahkan kemudian. Mereka tidak percaya mukjizat termasuk kebangkitan. Berangkat dari ketidakpercayaan ini, mereka mempertanyakan masalah pernikahan poliandri setelah kebangkitan (24-28), karena mereka yakin bahwa pertanyaan ini tidak mungkin dijawab Yesus. Kesalahpahaman teologis orang Saduki berawal dari ketidakpenguasaan keseluruhan dan keutuhan firman Tuhan, sehingga mereka hanya berpijak pada pemahaman yang sepenggal-sepenggal.

Teguran Yesus kepada mereka sangat jelas, keras, dan tegas (29). Keterbatasan pemahaman Kitab Suci membuat mereka membatasi kuasa Allah dan membawa mereka kepada kesesatan, menyimpang dari kebenaran Kitab Suci. Jika mereka menguasai kitab Taurat, maka apa yang dikutip Yesus pun seharusnya menuntun mereka kepada pemahaman yang benar tentang Allah yang hidup dan sanggup memberi kehidupan (31-32).

Renungkan: Betapa berbahaya bila Kristen tidak serius memahami firman Tuhan: sesat dan meragukan kuasa Allah. Jangan tunda lagi, kini saatnya kita kembali kepada firman Tuhan!!

Bacaan untuk Minggu Sengsara 2

Kejadian 22:1-2, 9-13

Roma 8:31-39

Markus 9:1-9

Mazmur 50:1-6

Lagu: Kidung Jemaat 52

(0.109814525) (Mat 24:15) (sh: "Gaya hidup waktu singkat" (Selasa, 8 Maret 2005))
"Gaya hidup waktu singkat"

"Gaya hidup waktu singkat"
Kembali Tuhan Yesus menyampaikan nubuat. Sebagian dari nubuat itu telah digenapi, sebagian lagi terus berlangsung sampai puncak penggenapan di kedatangan-Nya kedua kali. Acuan kepada kitab Daniel pada ayat 15 terjadi pada tahun 168 SM, ketika Antiokus Epifanes mendirikan altar kafir bagi Zeus di atas altar suci di Bait Allah. Menurut beberapa penafsir, ada dua peristiwa lagi yang menjadi penggenapan ayat ini yaitu 1) penghancuran oleh Romawi pada tahun 70 M dan 2) didirikannya suatu patung antikristus di Yerusalem (bdk. 2Tes. 2:4; Why. 13:14-15). Antikristus ini menggunakan Bait Allah sebagai takhtanya dan menganggap dirinya Allah.

Bagaimana orang percaya seharusnya bersikap? Yang digambarkan di situ adalah keadaan darurat. Tidak ada lagi waktu untuk pulang, mengambil barang-barang di rumah, melakukan kegiatan sehari-hari seolah masih ada banyak waktu. Semangat inilah yang harus kita tangkap jika kita ingin sungguh-sungguh menghayati apa arti hidup dalam zaman yang terakhir yaitu tidak ada waktu lagi. Orang yang berpikir seperti itu mengerti urgensi, kepentingan, dan prioritas dalam hidup bersama dengan Tuhan. Dia tidak akan memboroskan waktunya untuk hal-hal yang tidak penting. Dia akan mengerjakan hal-hal yang memiliki makna dalam kekekalan, bukan kesementaraan.

Sulit membayangkan hal ini terjadi dalam kehidupan kita sekarang. Kita bisa sedikit mencicipinya ketika mengalami keadaan darurat. Alkitab juga mengatakan bahwa siksaan yang dahsyat akan terjadi dan bahwa orang-orang percaya akan mengalami semuanya itu. Orang percaya dipanggil untuk menderita bagi Kristus. Ajaran yang mengajarkan bahwa orang percaya akan dihindarkan dari penderitaan tidak sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus. Namun, Tuhan akan memelihara anak-anak-Nya (ayat 22).

Renungkan: Latihlah diri Anda hidup dalam suasana darurat agar Anda tak terlena oleh dunia yang akan binasa ini.

(0.109814525) (Mat 24:45) (sh: Hamba yang berintegritas (Jumat, 11 Maret 2005))
Hamba yang berintegritas

Hamba yang berintegritas
Hidup ini milik siapakah? Tentu ada benarnya bila kebanyakan orang termasuk Anda menjawab bahwa hidup adalah milik kita masing-masing. Perumpamaan Tuhan tentang hamba yang baik dan jahat ini menolak angapan itu. Hidup adalah karunia Tuhan. Terlebih bagi orang Kristen yang telah ditebus Yesus dengan nyawa-Nya, hidup ini adalah milik-Nya. Tepatlah bila Allah menuntut pertanggungjawaban tentang bagaimana kita hidup seperti halnya majikan menuntut pertanggungjawaban bawahannya.

Pada kenyataannya tak seorang pun mengetahui kapan Tuhan datang, kehadiran Tuhan pun tidak selalu dirasakan. Tuhan memberi kita kemerdekaan menjalani hidup ini. Hanya ada dua tipe hamba di hadapan Tuhan, yang setia dan bijak serta yang jahat. Yang pertama adalah hamba yang berintegritas karena ada atau tidak ada sang tuan, dia akan tetap bekerja dengan baik (ayat 46). Prinsip ini adalah etos hidup, pelayanan, dan kerja orang Kristen. Mengapa hamba yang setia ini tetap bekerja dengan baik sekalipun Tuannya pergi? Karena mereka mengerti bahwa Tuannya adalah Allah Yang Mahatahu, yang di hadapan-Nya segala perbuatan terbuka. Segala sesuatu mereka lakukan di hadapan Allah, sadar bahwa Allah senantiasa hadir dan melihat seluruh hidupnya. Inilah hidup yang berintegritas!

Sebaliknya hamba yang jahat berpikir bahwa waktunya masih panjang, Tuannya tidak datang-datang. Ia bahkan naif berpikir bahwa segala kejahatan yang dilakukannya tidak diketahui, karena Tuannya tidak hadir (ayat 49). Bagi orang jahat, kehadiran Tuhan merupakan suatu ancaman dan tekanan yang berat, namun bagi orang benar kehadiran Tuhan justru merupakan penghiburan terbesar dalam hidup ini. Hamba yang jahat ini dianggap orang munafik (ayat 51), kategori yang paling dilawan Tuhan dalam injil Matius.

Renungkan: Bila Anda ingin siap dalam keadaan layak ketika bertemu Tuhan kelak, sadarilah terus akan hadirat-Nya sepanjang hidup.

(0.109814525) (Mat 25:14) (sh: Terima beda dituntut sama (Selasa, 3 April 2001))
Terima beda dituntut sama

Terima beda dituntut sama. Saat sang tuan akan pergi dalam kurun waktu yang tidak terbatas, ia memanggil tiga hambanya dan menyerahkan kepada masing-masing sejumlah talenta yang berbeda. Ada yang lima, ada yang dua, dan ada yang satu. Satu talenta seharga kurang lebih 6000 dinar. Satu dinar kira-kira upah buruh dalam sehari. Sang tuan menyerahkan talenta-talenta itu karena ia berkeinginan agar hamba-hambanya mengupayakan apa yang diterima untuk dikaryakan dan dapat berlipat-ganda. Suatu saat ia pasti datang kembali untuk mengadakan perhitungan dan menuntut pertanggungjawaban atas talenta-talenta yang telah dipercayakannya.

Kristen yang telah dipercayakan 'talenta' seharusnya memakai talenta yang ada padanya untuk berkarya bagi Kerajaan Surga. Seperti dua hamba yang melipatgandakan talenta yang dimiliki, demikian pun kita. Kita mau berjerihlelah untuk Tuhan sebab kita menghargai hidup kita, potensi yang kita miliki adalah aset berharga yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kita. Kita mau berupaya keras sebab kita tahu bahwa Sang Tuan sangat menghargai apa yang kita lakukan dengan sungguh- sungguh. Akan tiba saatnya kita diberikan hak masuk dalam kebahagiaan bersama Tuhan Yesus kelak di dalam kerajaan-Nya. Untuk memacu diri dan meningkatkan daya berjerihlelah, kita jangan memiliki sikap seperti hamba ke tiga. Hamba itu meremehkan kesempatan, menanggapi pemberian tuannya dengan sikap yang salah, memiliki praduga dan curiga kepada tuannya, bahkan sempat berpikir bahwa sang tuan kejam dan jahat. Anggapan ini membuat ia takut bertindak sesuatu dan peluang untuk melipatgandakan disia-siakan. Ia menutupi kesalahannya dengan cara menuduh tuannya tidak berbuat benar.

Allah menghargai hamba yang berjerihlelah namun Ia murka pada hamba yang malas dan lalai. Pahala diberikan kepada yang mau mengembangkan talenta, penderitaan akan menjadi bagian bagi yang malas.

Renungkan: Tidak seorang pun yang tidak dikaruniai kemampuan dan kesempatan. Setiap orang dipercayakan potensi yang berbeda tetapi dituntut sama yakni bertanggungjawab dan berjerihlelah untuk melipatgandakan. Gunakan kesempatan dan kemampuan dengan sebaik-baiknya.

(0.109814525) (Mat 27:1) (sh: Berapa harga nyawa Anda? (Rabu, 23 Maret 2005))
Berapa harga nyawa Anda?

Berapa harga nyawa Anda?
Uang dapat membuat manusia silau, juga bisa membuatnya gelap mata sehingga menghalalkan berbagai perbuatan nista dan keji untuk mendapatkannya. Yudas yang serakah akan uang (Yoh. 14:4-6) dan yang kecewa bahwa pengharapan mesianis duniawinya tidak sesuai dengan misi Yesus, menjual Yesus seharga 30 keping perak. Nilai 30 keping perak sama dengan upah makan 120 hari seorang pegawai pada zaman ini. Sungguh suatu penghinaan sebab nyawa manusia mana pun tidak dapat dinilai dengan uang. Namun, penghinaan ini justru menegaskan betapa mahalnya pengurbanan Yesus, yang adalah Pencipta langit dan bumi.

Yudas menyesali perbuatannya setelah dia tahu bahwa Yesus akhirnya dijatuhi hukuman mati (ayat 3). Dia juga sadar telah berdosa karena menyebabkan seseorang yang tidak bersalah menanggung hukuman (ayat 4). Yudas sangat menyesal dan berusaha menutupi rasa bersalahnya dengan mengembalikan 30 keping perak tersebut (ayat 5). Namun, penyesalannya terlambat! Juga tidak membawa dia kepada pertobatan karena ia tidak mencari pengampunan Tuhan melainkan mencoba mengatasi rasa bersalahnya dengan bunuh diri (ayat 5).

Semua yang terjadi pada Yesus ini adalah penggenapan nubuat penyelamatan di PL. Dalam kedaulatan-Nya, Allah telah menjadikan dosa manusia sebagai alat perwujudan kasih karunia-Nya. Ini tidak berarti pembenaran terhadap perbuatan dosa Yudas. Ia tetap harus bertanggung jawab di hadapan Allah. Apa yang Yudas lakukan masih dapat terjadi pada masa kini. Misalnya, jika kita menjual identitas Kristen kita demi hal-hal seperti kedudukan, keuntungan, kenikmatan, dlsb. Kita perlu waspada agar tidak ada akar keinginan, konsep, sikap hidup yang salah yang dapat menjerat kita ke dalam tindakan dosa yang pada hakikatnya menjual Yesus kembali. Itu sama saja menjual nyawa sendiri.

Renungkan: Berapa harga nyawa Anda? Yesus sudah membayar harga tebusan nyawa kita dengan nyawa-Nya sendiri. Dia dapat menolong kita sungguh menghargai hidup.

(0.109814525) (Mrk 1:1) (sh: Yohanes Pembaptis (Senin, 13 Januari 2003))
Yohanes Pembaptis

Yohanes Pembaptis. Dengan mengutip kitab Perjanjian Lama, Markus memberi indikasi bahwa kedatangan Yesus sudah dinantikan sejak lama. Tanda-tanda kedatangan-Nya secara rinci dinubuatkan. Kedatangan-Nya ditandai dengan hadirnya seorang pendahulu, Yohanes Pembaptis. Ia mempersiapkan jalan bagi Yesus. Bagaimana Yohanes mempersiapkan jalan? Dengan memberitakan tobat untuk pengampunan dosa (ayat 4). Dengan pertobatan, jalan Mesias dipersiapkan. Tugas ini Yohanes lakukan sepenuh hati, giat dan rajin. Yohanes bekerja keras. Buktinya? Khotbah-khotbah pertobatannya menjangkau orang- orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem (ayat 5).

Istilah 'seluruh' dan 'semua' menunjuk pada semua lapisan dan tingkat sosial masyarakat. Mereka memberi respons pada pemberitaan Yohanes. Sebagai tanda kelihatan dari respons tersebut mereka dibaptis. Bukti lain bahwa Yohanes melakukan tugas dengan sepenuh hati terungkap dalam ayat 6. Yohanes tidak dipusingkan oleh urusan-urusan pakaian dan makanan. Berita tentang kedatangan Yesus lebih penting daripada perkara-perkara materi. Yohanes berkhotbah bukan untuk memperkaya diri. Khotbahnya adalah pelayanan kepada Yesus, bukan sarana cari uang. Apa lagi? Khotbah Yohanes berfokus pada Yesus. Yohanes tidak mengajarkan prinsip agama dan moral hasil penemuannya. Yohanes tidak membentuk suatu komunitas militan yang setia dan taat padanya. Yohanes mengarahkan mereka kepada Yesus (ayat 7). Yohanes menegaskan bahwa Yesus lebih tinggi dan mulia. Baptisan yang dilakukannya lebih rendah dari baptisan yang dilakukan Yesus (ayat 8). Sentralitas Yesus terlihat jelas melalui perbuatan dan perkataan Yohanes. Hidup Yohanes menunjuk pada Yesus.

Renungkan: Kepada siapakah hidup kita menunjuk? Siapa atau apa yang terungkap bila orang lain melihat hidup kita? Sebagai orang yang sangat mengasihi Yesus?

(0.109814525) (Mrk 1:21) (sh: Hanya sekadar takjub? Sudah merupakan kebiasaan Yesus — seperti (Kamis, 16 Januari 2003))
Hanya sekadar takjub? Sudah merupakan kebiasaan Yesus — seperti

Hanya sekadar takjub? Sudah merupakan kebiasaan Yesus -- seperti orang Yahudi lainnya -- untuk beribadat di sinagoge atau rumah ibadat. Di rumah ibadat ada suatu tradisi yang dikembangkan, yaitu siapa saja yang hadir dalam ibadah saat itu, boleh berkhotbah. Kesempatan ini dimanfaatkan Yesus untuk mengajar. Mengenai apa yang diajarkan-Nya, tidak dicatat oleh Markus. Tetapi, Markus memberi catatan detail tentang pengaruh khotbah-Nya terhadap para pendengar-Nya.

Markus mencatat dua pengaruh yang dirasakan langsung dari khotbah Yesus. Pertama, orang banyak takjub mendengar khotbah-Nya (ayat 22). Takjub karena -- secara mencolok -- ajaran Yesus berbeda dengan apa yang selama ini mereka dengar. Khotbah Yesus berbeda dengan khotbah para pemimpin agama Yahudi yang selama ini mereka dengar. Meski fakta ini nyata, namun tidak ada tanda-tanda yang jelas bahwa orang banyak yang takjub itu menjadi percaya pada Yesus. Mereka hanya sekadar takjub, tidak lebih.

Kedua, roh jahat yang biasanya dengan tenang turut beribadah di sinagoge, menjadi terganggu dan terancam (ayat 24). Menarik untuk diperhatikan bahwa roh jahat juga beribadah dengan tenang di rumah ibadat. Namun, kehadiran Yesus mengungkapkan kehadiran roh jahat tersebut. Roh jahat tidak dapat bertahan di depan mata Yesus karena tidak tahan melihat kesucian Yesus. Ketika orang banyak melihat bahwa roh-roh jahat taat kepada Yesus, mereka semua menjadi takjub. Dalam hidup sehari-hari, kita sering melihat dan menjumpai demonstrasi kuasa roh-roh jahat di dalam hidup manusia. Akibatnya banyak sekali orang takut terhadap roh- roh jahat. Bacaan Alkitab hari ini mengajarkan dengan jelas bahwa Yesus jauh lebih berkuasa dari roh-roh jahat.

Renungkan: Jika kita percaya kepada Yesus, kita tidak perlu takut kepada roh-roh jahat. Sebaliknya, takut atau tunduk pada roh-roh jahat membuktikan bahwa kita tidak percaya pada Yesus.

(0.109814525) (Mrk 2:13) (sh: Membenci dosa, mengasihi orang berdosa (Senin, 20 Januari 2003))
Membenci dosa, mengasihi orang berdosa

Membenci dosa, mengasihi orang berdosa. Yesus terus mengajar orang banyak. Namun, tampaknya Markus tidak begitu tertarik untuk melaporkan isi pengajaran-Nya (ayat 13). Markus lebih memfokuskan narasinya pada dampak yang dihasilkan atau respons orang terhadap perbuatan Yesus.

Di dalam narasi ini, terungkap dua bentuk perbuatan Yesus. Pertama, Yesus memanggil seorang pemungut cukai (ayat 14) yang bernama Lewi. Apakah Lewi ini adalah Matius? Tidak dapat dipastikan. Namun, akhir-akhir ini banyak pakar berpendapat bahwa Lewi dan Matius adalah dua orang yang berbeda. Jika murid-murid yang dipanggil Yesus dalam 1:16-20 segera meninggalkan pekerjaan mereka, maka Lewi hanya dikatakan 'bangkit dan mengikut Dia' (ayat 14). Namun, respons yang diberikan sama, yaitu ketika mendengar panggilan Yesus, Lewi segera mengikut-Nya, meninggalkan profesinya sebagai pemungut cukai. Kesegeraan respons Lewi memberi indikasi bahwa Lewi telah mengenal Yesus sebelumnya.

Kedua, Yesus makan bersama dengan orang-orang berdosa (ayat 15). Lewi sekarang memiliki status baru yaitu sebagai pengikut Yesus. Lewi bersukacita. Ia lantas mengekspresikan sukacita ini dalam sebuah perayaan. Bahkan setiap kali Lewi mengingat perayaan tersebut, sukacita yang mendasari perayaan tersebut pun teringat kembali. Kita mempelajari tentang makna perayaan yang memiliki dua fungsi. Pertama, fungsi sosial, yaitu sebagai sarana untuk bersekutu dan berbagi dengan teman-teman. Kedua, fungsi historis, sebagai peringatan. Ketika kita sedih dan kecewa, maka dengan mengenang kembali peringatan sukacita tersebut, kita mengingat kembali kebaikan Allah pada kita. Memang hidup dalam persekutuan dengan Allah di dalam Yesus Kristus adalah suatu perayaan.

Renungkan: Membenci dosa dan membenci orang berdosa adalah dua hal yang berbeda. Kita harus seperti Yesus, membenci dosa, tetapi mengasihi orang berdosa.

(0.109814525) (Mrk 2:23) (sh: Hakikat sabat (Rabu, 22 Januari 2003))
Hakikat sabat

Hakikat sabat. Makna sesungguhnya dari Sabat adalah saat ketika umat beristirahat dan 'bersenang-senang karena Tuhan' (Yes. 58:14). Allah menciptakan alam semesta beserta isinya selama 6 hari, lalu pada hari ke 7 beristirahat. Satu hari perlu bagi Allah untuk relaks. Allah pun menyadari bahwa manusia bukanlah robot yang mampu bekerja tanpa henti. Sabat merupakan saat ketika manusia disegarkan kembali rohani dan fisiknya. Namun, orang Farisi mengartikan lain. Bagi mereka tindakan para murid Yesus memetik bulir-bulir gandum pada hari Sabat adalah suatu pelanggaran. Sesungguhnya apa yang dilakukan para murid Yesus melanggar hukum yang ditetapkan orang Farisi, tetapi tidak melanggar Taurat.

Melalui perikop ini kita melihat bahwa Yesus tidak membatalkan Sabat, apalagi membuatnya menjadi tidak berlaku. Justru Yesus berupaya meletakkan kembali fungsi sabat bagi umat manusia. Bahkan terjadi perluasan jangkauan, tidak hanya berlaku bagi orang Yahudi saja, tetapi untuk semua umat manusia (ayat 27). Sabat dibuat untuk manusia, untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia. Sabat bukan beban bagi manusia. Melalui Sabat, umat mengingat Allah, yang menciptakan alam dan isinya selama 6 hari, dan beristirahat pada hari ke-7. Kita mendapatkan pelajaran penting mengenai makna Sabat, yaitu bahwa selama enam hari manusia menikmati ciptaan -- bekerja, berusaha -- dan pada hari ke tujuh manusia menikmati persekutuan dengan sang Pencipta. Hanya dengan demikian manusia mengerti makna dan tujuan ciptaan. Kedua, Sabat mengingatkan bahwa Allah pembebas dan penyelamat (Ul. 5:15). Mengabaikan Sabat berarti mengabaikan Allah pencipta dan penyelamat.

Renungkan: Menikmati ciptaan tanpa mengenal Allah pencipta berarti penghujatan. Manusia perlu keselamatan dari penghujatan kepada Allah.

(0.109814525) (Mrk 3:1) (sh: Yesus, Tuhan atas Sabat (Kamis, 23 Januari 2003))
Yesus, Tuhan atas Sabat

Yesus, Tuhan atas Sabat. Tradisi yang berlaku di agama Yahudi, hari Sabat adalah hari ketika umat berada di rumah ibadat untuk beribadah pada Allah (ayat 1). Sebagai orang Yahudi, Yesus pun beribadah pada hari Sabat di sinagoge. Bagi Yesus ini adalah suatu kebiasaan baik, ketika umat mengekspresikan rasa syukur kepada Allah yang telah menciptakan alam semesta ini. Namun, ternyata tidak semua orang berpikiran yang sama dengan Yesus. Ada sekelompok orang yang datang ke sinagoge bukan untuk bersekutu dan beribadah, tetapi untuk mempersalahkan Yesus (ayat 2). Mereka adalah para pemimpin agama Yahudi (ayat 6; bdk. 2:24-28).

Keberadaan seorang yang tangannya mati sebelah dijadikan objek oleh para pemimpin agama Yahudi. Mereka berharap agar Yesus menyembuhkannya, sehingga Yesus dipersalahkan karena melanggar hukum Sabat. Meski tidak diutarakan, Yesus tahu pikiran mereka. Yesus meminta orang yang tangannya mati sebelah untuk berdiri di tengah-tengah (ayat 3). Meskipun orang tersebut tidak menunjukkan indikasi bahwa ia sedang sekarat, tetapi Yesus menyembuhkannya. Melalui tindakan ini, Yesus menyatakan bahwa Dia adalah Tuhan atas hari Sabat.

Apa yang harus dilakukan pada hari Sabat: berbuat baik dan menyelamatkan orang atau berbuat jahat dan membunuh orang? Para pemimpin agama itu tahu pilihan yang tidak melanggar Sabat. Tetapi, karena tidak mau percaya pada Yesus, mereka tetap diam. Yesus marah -- kemarahan yang mengungkapkan bahwa Yesus adalah manusia sejati -- tetapi bukan kemarahan yang tanpa alasan. Yesus marah karena kedegilan orang yang tidak mau percaya pada- Nya. Marah yang timbul karena ingin mendamaikan manusia dan Allah. Amarah Yesus adalah amarah damai. Penolakan terhadap damai inilah yang membangkitkan amarah-Nya.

Renungkan: Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat. Hari Sabat adalah hari ibadah dan bukan hari mencari musuh.

(0.109814525) (Mrk 7:14) (sh: Hati-hati dengan hati Anda! (Kamis, 13 Maret 2003))
Hati-hati dengan hati Anda!

Hati-hati dengan hati Anda! Yesus meneruskan proses olah kata menuju olah makna yang lebih menusuk. Ia memanggil orang banyak lagi, suatu indikasi kenabian -- Ia akan meminta mereka mendengarkan sesuatu yang penting bagi kehidupan mereka, sebuah pesan Ilahi! Terdengarlah suara surgawi, suara yang melawan sistem manusia, suara yang antibatasan semu. Sistem kemurnian bukanlah sesuatu yang di luar manusia, tetapi yang di dalam manusia.

Yesus memberikan penjelasan kepada murid-murid-Nya yang sering kali digambarkan lamban untuk mengerti. Bukan makanan yang menajiskan seseorang, tetapi natur manusia yang berdosa, itulah yang mencemarkan kehidupan. Hati yang rusak bagaikan mata air yang terpolusi, mengalirkan air beracun senantiasa. Kita seakan-akan di sini mendengar gema teriakan dalam Yer. 17:9, "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?" Kalau hati dalam pemahaman Ibrani adalah pusat dari kepribadian manusia yang menentukan keseluruhan tindakannya baik yang aktif maupun pasif, maka kerusakan hati manusia akan menjadi sumber kenajisan.

Itulah yang tak dapat dilihat oleh orang-orang Farisi. Mata mereka silau dengan kemegahan jubah keagamaan dan peraturan-peraturan kaku. Sayang, mereka lupa bahwa dosa-dosa "roh" jauh lebih berbahaya dan mengakar daripada dosa-dosa "daging". Dosa-dosa yang tak kelihatan itulah yang mematikan -- dosa kekerasan hati, dosa kesombongan.

Orang-orang Farisi gagal untuk memahami kebenaran ini. Namun, murid- murid diharapkan dapat mengerti pesan kekal tersebut.

Renungkan: Hati Anda adalah milik Kristus. Perhatikan dengan saksama supaya Anda tidak jatuh dalam kekacauan pribadi dan sosial.

(0.109814525) (Mrk 9:42) (sh: Melepas dan menerima (Senin, 24 Maret 2003))
Melepas dan menerima

Melepas dan menerima. Kita bukan hanya hidup di dunia, tetapi dunia itu mengikat kita. Kadang dunia memiliki kita dan kita harus terus hidup di dunia. Namun demikian, bagaimana seharusnya hidup di dunia tanpa tercengkeram olehnya?

Para pengikut Yesus diperingatkan agar tidak menghentikan usaha mereka yang mengusir setan demi nama Yesus karena mereka juga adalah orang-orang percaya. Jika para murid "menyesatkan" mereka, yaitu, membuat mereka tidak lagi bersekutu dengan Yesus, maka para murid akan menerima ganjaran yang keras -- suatu hukuman mati. Yesus meneruskan nasihat-Nya, masih berkenaan dengan bagaimana menaati kehendak Allah. Yesus berbicara tentang pengorbanan diri sampai semaksimal mungkin, dengan melepas apa yang seharusnya dilepas daripada hal-hal tertentu akan membuat orang kehilangan segala sesuatunya.

Di sini kita diingatkan lagi tentang tiga zona dalam kehidupan manusia, yang mencakup tangan, kaki, dan mata. Kehidupan orang percaya haruslah utuh untuk Tuhan, dan ia harus berusaha untuk sedapat mungkin meminimalkan kecemaran dengan melepaskan kemelekatan.

Ayat 49 memberikan kepada kita semacam peringatan akan pemurnian. Murid-murid akan menghadapi penganiayaan, dan mereka akan dimurnikan. Untuk itu, mereka perlu menyiapkan diri menghadapi masa-masa sulit. Ayat 50 berbicara bukan lagi tentang garam penyucian, tetapi tentang garam sehari-hari. Di sini para murid berfungsi sebagai garam dunia yang akan menyucikan dunia dengan tumpahnya darah mereka ke tanah. Misi yang mereka kerjakan adalah misi yang krusial, dan mereka harus bersatu padu untuk melaksanakan amanat agung Tuhan memberitakan Injil-Nya!

Renungkan: Melepaskan sesuatu yang kita sayangi dan nikmati memang tidak enak. Namun, kita akan menerima kehidupan yang sejati bila itu sesuai kehendak Allah.

(0.109814525) (Mrk 10:1) (sh: Cita-cita Allah (Selasa, 25 Maret 2003))
Cita-cita Allah

Cita-cita Allah. Salah satu topik penting yang terus dibicarakan dan diperdebatkan di kalangan Kristen adalah perceraian. Dari dulu, gereja menggumuli bagaimana mengatasi persoalan ini. Namun, persoalan ini semakin pelik dan sulit dicarikan titik temunya karena masing-masing gereja memiliki persepsi sendiri. Bagaimana Alkitab memandang hal ini?

Dengan tujuan hendak menguji apakah Yesus sepandangan dengan Musa, orang Farisi bertanya tentang perceraian. Namun usaha pengujian ini menjadi sia-sia karena ternyata Yesus justru balik bertanya mengenai apa yang Musa perintahkan. Kemungkinan besar, Yesus sudah tahu maksud orang-orang Farisi yang ingin mengadunya dengan pandangan Musa. Tetapi, orang-orang Farisi itu tidak menjawab apa yang diperintahkan tetapi apa yang diperbolehkan Musa. Memang, menurut Ulangan 24:1, Musa memperbolehkan perceraian dengan syarat ada surat perceraian. Yesus tidak menyangkal hal itu, tetapi ketentuan itu diberikan bukan berdasarkan perintah Allah, yang diberikan sejak awal penciptaan, tetapi untuk memuaskan kedegilan hati orang-orang zaman itu.

Yesus menjelaskan dua hal penting tentang cita-cita Allah menciptakan laki-laki dan perempuan (lih. Kej. 1:27 dan 2:24). Pertama, pernikahan adalah rencana Allah. Di dalamnya laki-laki dan perempuan hidup dalam suatu persekutuan yang tak terpisahkan, saling berbagi, saling mengisi, saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan harus berlangsung seumur hidup. Kedua, laki-laki harus meninggalkan ayah dan ibunya untuk menjadi "satu daging" dengan istrinya. Artinya, mereka berada dalam persekutuan hidup yang utuh dan permanen. Karena itu tidak mungkin dipisahkan, bahkan dengan alasan apa pun!

Renungkan: Pernikahan Anda dengan istri atau suami Anda adalah cita-cita Allah untuk Anda. Karena itu peliharalah perkawinan Anda sebagai bentuk syukur Anda kepada Allah.

(0.109814525) (Mrk 10:32) (sh: Ada apa dengan Yerusalem? Yerusalem, adalah kota yang disebut-sebut (Jumat, 28 Maret 2003))
Ada apa dengan Yerusalem? Yerusalem, adalah kota yang disebut-sebut

Ada apa dengan Yerusalem? Yerusalem, adalah kota yang disebut-sebut Yesus dalam pemberitaan-Nya sebagai kota penggenapan rencana keselamatan Allah. Di kota inilah Yesus akan mati di tangan bangsa-bangsa kafir! Mereka yang menyertai Yesus masuk kota itu cemas. Satu-satunya yang tidak menunjukkan kecemasan dalam rombongan itu hanyalah Yesus. Yesus dengan penuh kerelaan menyadari bahwa Ia harus menderita, dan mati bagi semua orang. Perjalanan menuju Yerusalem adalah perjalanan penuh ketakutan dan penderitaan, tetapi sekaligus perjalanan menuju kemenangan di mana semua tindakan dan karya-Nya mengarah ke salib yang membebaskan kita dari kuasa dosa.

Sungguh ironis, sebab di saat para murid cemas, Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, melihat kondisi ini sebagai suatu kesempatan untuk mendapatkan kedudukan tinggi, dan tempat terhormat. Namun permintaan mereka dijawab Yesus dengan menjelaskan dua hal. Pertama, cawan yang harus Ia minum. Cawan itu merupakan lambang sukacita (lih. Mzm. 23:5; 116:13), dan dukacita dalam PL (lih. Mzm. 11:6; Yeh. 23:31-34; Yes. 51:17-23; Yer. 25:15; Rat. 4:21). Yesus memakai cawan dalam pengertian terakhir, yaitu bahwa Ia harus minum dari cawan yang berisikan hukuman. Kedua, baptisan. Dibaptis berarti merendahkan diri dengan penuh kepatuhan, mengorbankan diri sendiri (bdk. Luk. 12:50). Melalui kedua gambaran ini jelas bahwa demi Kerajaan itu Yesus harus menderita. Mampukah para murid melakukan hal ini?

Melalui penderitaan Kristus, kita mendapatkan teladan pelayanan dan kehidupan kristiani, yaitu melayani dalam kasih, kerendahan hati, penaklukan diri kepada kehendak Allah (bdk. Flp. 2:1-11).

Renungkan: Kebenaran Allah menjadi nyata melalui kematian Yesus Kristus, dan belas kasihan Allah kepada kita dinyatakan melalui kurban pengganti yang Allah sendiri berikan.

(0.109814525) (Mrk 10:46) (sh: Bartimeus (Sabtu, 29 Maret 2003))
Bartimeus

Bartimeus. Buta, miskin, sendiri, hidup dari belas kasihan orang lain. Begitulah gambaran tentang Bartimeus yang dipaparkan oleh Markus. Dalam semua Injil Sinoptik, hanya Markus yang menyebutkan namanya. Ada apa dengan Bartimeus? Ternyata Bartimeus bukanlah tipe orang yang malas, yang tidak mau bangkit dari keadaan seperti anggapan orang saat itu. Justru Bartimeus adalah tipe orang yang berkemauan keras dan berkeyakinan bahwa suatu saat ia akan terbebas dari penderitaan. Apakah keyakinan Bartimeus berlebihan? Secara kasat mata mustahil bagi Bartimeus untuk terpenuhi harapannya. Tetapi, semua keraguan kebanyakan orang saat itu pupus ketika Yesus melintasi kota Yerikho, dalam perjalanan menuju Yerusalem.

Berita bahwa Yesus akan lewat, membuat hati Bartimeus tergerak untuk meminta perhatian Yesus. Cemoohan dan hardikan orang banyak bukan penghalang bagi Bartimeus untuk terus berseru kepada Yesus. Bartimeus yakin bahwa inilah saat yang tepat baginya untuk bangkit dari ketidakberdayaan, untuk hidup normal seperti kebanyakan orang. Usaha kerasnya tidak sia-sia. Sapaan "Anak Daud, kasihanilah aku" menunjukkan bahwa siapa Yesus telah sampai ke telinga Bartimeus, dan itu menggerakkan hati Yesus. Yesus mendengar seruannya dan memenuhi kebutuhannya.

Dari Bartimeus kita belajar tentang iman yang benar, yaitu iman yang diarahkan kepada Anak Daud, Mesias yang dijanjikan Allah. Keyakinan yang didasari iman yang hidup itu tidak hanya membuatnya mampu bertahan tetapi lebih lagi membuatnya mengalami perkara besar dalam hidupnya. Masing-masing kita pun dapat terhisab dalam perkara besar Allah sejauh dasarnya adalah iman yang benar dan hidup.

Renungkan: Kenalilah benar permohonan yang Anda sampaikan kepada Tuhan Yesus. Apakah itu benar-benar kebutuhan hakiki yang didasari oleh iman yang hidup atau sekadar keinginan belaka?



TIP #30: Klik ikon pada popup untuk memperkecil ukuran huruf, ikon pada popup untuk memperbesar ukuran huruf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA