Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 201 - 220 dari 237 ayat untuk padang [Pencarian Tepat] (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.14681629206349) (Mzm 8:1) (sh: Anugerah kemuliaan (Kamis, 2 Januari 2003))
Anugerah kemuliaan

Anugerah kemuliaan. Banyak orang mencari kemuliaan dengan mengandalkan harta atau kuasa. Justru yang didapatkan adalah kehinaan, ketika harta membawanya kepada perbudakan materialisme, dan kuasa membawanya kepada tirani yang dibenci orang banyak.

Mazmur 8 menolong kita meletakkan kemuliaan pada perspektif yang tepat. Kemuliaan adalah milik Tuhan (ayat 1,10). Seluruh alam menyaksikan kemuliaan-Nya (ayat 4). Namun, manusialah yang dianugerahkan Allah kemampuan untuk memuji dan memuliakan Allah. Bahkan, suara-suara sederhana dari mulut bayi dan anak-anak sudah mencerminkan kapasitas memuliakan Allah itu (ayat 3), sebab manusia adalah mahkota ciptaan-Nya (ayat 5-6). Berarti letak kemuliaan manusia ada di dalam anugerah Allah. Pertama di dalam pujian dan kehidupan yang memuji Allah. Kemudian di dalam karyanya manusia mendapatkan kehormatan dan tanggung jawab mengurusi makhluk-makhluk ciptaan lainnya (ayat 7), kambing domba, lembu sapi, binatang padang, burung-burung dan ikan-ikan (ayat 8-9).

Di hari kedua tahun baru ini kita kembali disadarkan akan besarnya kemuliaan yang telah Allah pertaruhkan di dalam hidup dan di atas bahu kita. Hidup yang Tuhan inginkan ada pada kita pun adalah hidup yang penuh kehormatan dan kemuliaan. Tetapi, hidup terhormat dan mulia itu tidak kita alami dengan menjadikan diri kita seolah pusat dunia ini. Keserakahan, hawa nafsu, kesombongan, keduniawian justru akan menghempaskan kita ke jurang kehinaan. Hanya dalam penyangkalan diri, kerendahan hati, kesalehan, ketaatan kepada firman Allah, kita menghayati kemuliaan Allah sejati yang bertambah-tambah jelas. Semua manusia adalah mahkota penciptaan yang dianugerahi kemuliaan Allah.

Renungkan: Hidup yang mulia adalah yang mencerminkan sifat-sifat mulia Allah. Kristus saja sanggup menciptakan kesanggupan hidup dalam kemuliaan Ilahi di dalam diri kita.

(0.14681629206349) (Mzm 25:1) (sh: Petunjuk hidup baru (Selasa, 25 Februari 2003))
Petunjuk hidup baru

Petunjuk hidup baru. Mazmur ini lahir dari pergumulan seorang yang hidup dalam persekutuan yang mesra dengan Tuhan. Ia menyadari dosanya, namun yakin dan percaya bahwa kasih setia Allah menaunginya. Ia datang kepada Tuhan meminta pembebasan dari kesesakan batiniah dan ancaman lahiriah.

Sikap pemazmur yang merupakan sikap iman tersebut mencakup tiga hal: [1] seluruh perhatian pemazmur diarahkan kepada Tuhan, {2] ia mempercayakan dirinya kepada Allah, sehingga ia merasa tak mungkin dipermalukan oleh musuh, [3] ia juga menanti-nantikan Tuhan, sehingga masa depannya terbuka karena Tuhan menyelamatkan umat-Nya (ayat 1-3). Dari sikap iman yang demikian, di dalam kesulitan pribadi yang dialaminya, pemazmur meminta kepada Allah -- seperti yang pernah di lakukan Musa di padang gurun -- agar ia mengenal jalan Tuhan, supaya ia dapat hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan (ayat 4-5, bdk. 1:6). Sama seperti orang tua yang membesarkan dan melatih anak-anaknya, Allah mengajarkan dan menunjukkan jalan itu, dan bertindak sebagai navigator dalam perjalanan hidup umat.

Sejak zaman dahulu kala, kasih setia Tuhan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan di dalam kehidupan umat-Nya. Sekalipun pemazmur menyadari hal ini, tetapi ia juga meminta agar Tuhan mengampuni perbuatan dosa masa mudanya. Akankah Tuhan memberikan pengampunan kepadanya? Jika kasih setia yang diingat Tuhan, maka nasib orang berdosa itu ditentukan menurut kebaikan Tuhan (ayat 6-10). Tuhan penuh kasih dan kesabaran. Kita acap kali tidak dapat bertahan untuk hidup kudus dan benar, tetapi Allah selalu mengampuni dan memberi kesempatan untuk memperbaiki diri.

Renungkan: Setiap kali pengampunan dinyatakan, petunjuk hidup baru diberikan. Sekarang hiduplah senantiasa dalam pola petunjuk hidup baru yang telah Allah berikan dalam kehidupan Anda!

(0.14681629206349) (Mzm 29:1) (sh: Tidak tuli terhadap Allah! (Sabtu, 1 Maret 2003))
Tidak tuli terhadap Allah!

Tidak tuli terhadap Allah! Beberapa ahli menyoroti suatu fenomena psikologis yang menarik pada anak-anak: "tuli terhadap ibu"/mother deafness. Beberapa anak kelihatannya tidak dapat mendengar suara ibu mereka sendiri yang sedang berbicara, tetapi kemudian tanggap ketika dipanggil oleh orang lain. Bukan kurang ajar, atau cuek, tetapi entah bagaimana seakan otak mereka telah terlatih untuk menganggap suara ibu mereka sebagai suara rutin yang tidak penting (seperti suara nafas sendiri, deru mobil), lalu secara refleks mengabaikannya.

Kristen masa kini banyak mengeluh tentang sulitnya mendengarkan suara Allah. Sayangnya, sebagian kesulitan itu paralel dengan "tuli ibu" yang kita baca di atas: beragamnya suara-suara dalam hidup dan hati kita telah membuat kita secara refleks mengabaikan suara Allah. Zaman ini cenderung membuat kita menganggap suara Allah, dorongan dan bahkan peringatan Roh-Nya, sebagai bagian dari kebisingan batiniah yang rutin terdengar dan tidak terlalu penting untuk disimak.

Mazmur ini menyatakan suara Allah sebagai kekuatan dahsyat yang mengatasi dan membuat gentar alam semesta dengan segenap isinya. Suara-Nya mengguntur bagai badai di atas perairan (ayat 3), bagai guruh di atas Gunung Libanon dan padang gurun (ayat 5-9). Ini bukan mazmur biasa, tetapi pengakuan pemazmur dan umat Israel atas kedahsyatan Allah dalam sejarah Israel. Suara Allah, yang menjadi lambang kedahsyatan kuasa dan keagungan Allah, mampu mereka saksikan nyata dalam dunia riil mereka. Dan kesadaran akan kedahsyatan suara Allah membawa berkat bagi umat; mereka yakin Allah yang dahsyat itu juga akan menyertai mereka. Kesadaran, perendahan diri, kepekaan dan keberserahan kepada Allah akan bermuara pada penyertaan-Nya (ayat 10-11).

Renungkan: Orang yang menempatkan Allah sebagai Raja atas hati dan hidupnya akan tanggap mendengar suara dan kehendak Allah.

(0.14681629206349) (Mzm 68:1) (sh: Pahlawan Ilahi yang memperhatikan kita (Minggu, 14 Oktober 2001))
Pahlawan Ilahi yang memperhatikan kita

Pahlawan Ilahi yang memperhatikan kita. Mazmur 68 ini dimulai dengan seruan yang menyatakan bahwa Tuhan adalah Pahlawan Ilahi yang menyatakan kemenangan-Nya dan karya keselamatan-Nya bagi umat-Nya. Fokus dari mazmur ini adalah tindakan Allah atas bangsa-bangsa yang menghadang Tuhan dan umat- Nya memasuki Kanaan dan mendirikan Bait-Nya yang kudus.

Secara garis besar, ayat 1-19 berbicara tentang karakter dan karya Tuhan yang adalah Penyelamat Israel. Ia membimbing umat-Nya melintasi padang gurun, mengalahkan musuh-musuh-Nya dan terus melangkah maju menuju gunung kediaman-Nya. Secara lebih terinci, mazmur ini dapat dibagi dalam beberapa bagian sebagai berikut: [1] Seruan agar Tuhan bangkit melaksanakan penghukuman (ayat 2-4); [2] Panggilan untuk memuji Tuhan yang telah menjadi pembela bagi yang lemah (ayat 5-7); [3] Pengagungan keperkasaan Tuhan yang membela, memulihkan, dan memenuhi kebutuhan umat-Nya yang tertindas (ayat 8-11); [4] Kekaguman terhadap firman Tuhan yang penuh kuasa, yang tidak dapat dihalangi oleh apa pun (ayat 12-15); dan [5] Kesadaran Israel sebagai bangsa yang dipilih untuk menjadi representasi pemerintahan Allah di bumi (ayat 16-19).

Melalui mazmur ini, kita diajar untuk: [1] Melihat Allah sebagai Pahlawan yang perkasa, yang memiliki kelembutan hati seorang bapa terhadap mereka yang lemah (ayat 5-7); [2] Menyadari keberadaan diri kita yang tidak berdaya dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan yang memberikan keselamatan; [3] Menyadari panggilan kita sebagai tentara Allah yang dipanggil untuk membawa kabar baik dengan penuh kemenangan (ayat 12).

Renungkan: Bagaimanakah Anda menghayati peran Tuhan sebagai Pahlawan yang berjuang dan memperhatikan Anda?

Bacaan untuk Minggu ke-19 sesudah Pentakosta

Kejadian 2:18-24

Ibrani 2:9-13

Markus 10:2-16

Mazmur 128

Lagu: Kidung Jemaat 441

PA 6 Mazmur 65

Berkat-berkat yang Tuhan berikan merupakan wujud dari perhatian dan terlaksananya pemulihan hubungan dengan Tuhan. Tujuan dari berkat- berkat yang Tuhan berikan bukanlah untuk memuaskan nafsu kita, tetapi agar kita dapat menikmati dan merasakan kedekatan dengan- Nya. Kesadaran tentang hal inilah yang akan mewarnai isi pujian yang kita naikkan. Mazmur ini merupakan teladan dari ekspresi seorang pemazmur yang menyadari hakikat berkat Tuhan.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Kata apakah yang sering muncul dalam bagian ini? Kepada siapakah kata itu ditujukan? Daftarkan perbuatan-perbuatan Tuhan yang dijabarkan di sini berkaitan dengan karya penciptaan-Nya, pemeliharaan-Nya, dan penebusan-Nya!

2. Perhatikan ayat 2-6b! Apakah yang dilakukan Tuhan bagi umat-Nya (ayat 3-6b)? Bagaimanakah respons umat-Nya terhadap perbuatan Tuhan (ayat 2-3)? Menurut Anda mengapa respons umat demikian?

3. Perhatikan ayat 6c-9! Bagaimanakah bangsa Israel memandang kebesaran Tuhan, Allah mereka, berkaitan dengan kemasyhuran-Nya di seluruh dunia? Dalam hal apakah dan bagaimanakah Tuhan menjadi kepercayaan dan harapan segala ujung bumi (ayat 6c-9)?

4. Perhatikan ayat 10-14! Apakah yang dilakukan Tuhan terhadap tanah perjanjian yang diberikan kepada umat-Nya? Jelaskan!

5. Bandingkan jawaban pertanyaan nomor 2, 3 dan 4. Pelajaran apakah yang Anda dapatkan? Tuhan seperti apakah yang memperhatikan dan berkarya bagi umat-Nya? Apakah dampak dari karya-Nya? Apakah sebenarnya hakikat dari berkat Tuhan?

6. Bagaimanakah Anda memandang berkat-berkat Tuhan yang Anda terima? Melalui berkat-berkat tersebut, apakah sebenarnya yang harus Anda hayati? Bagaimanakah respons Anda terhadap berkat-berkat yang sudah Tuhan berikan itu? Bagaimanakah hal ini menjadi pengharapan Anda pada waktu menghadapi kekurangan? Bagaimana hal ini mengarahkan pandangan Anda ketika menikmati keberhasilan? Bagaimanakah Anda akan menyaksikan kebaikan Tuhan yang sudah Anda terima kepada mereka yang kekurangan?

(0.14681629206349) (Mzm 77:1) (sh: Memantapkan akar iman (Minggu, 24 April 2005))
Memantapkan akar iman

Memantapkan akar iman
Ada seorang janda miskin yang telah lama menderita kanker. Selama sakit, ia selalu berseru kepada Tuhan. Berbagai upaya telah ditempuh, termasuk didoakan oleh hamba Tuhan yang mempunyai karunia penyembuhan. Namun, ibu ini tak kunjung sembuh. Bagaimanapun iman ibu ini tak sampai sirna, ia tetap percaya Tuhan mengasihi lepas dari disembuhkan atau tidak.

PeMazmur sedang mengalami penderitaan berat (ayat 3). Ia merasa tidak mampu menghadapinya sendiri, maka ia pun berseru nyaring memohon pertolongan Tuhan (ayat 2). Yang luar biasa dari peMazmur ini ialah ia tidak larut dalam penderitaannya melainkan tetap mencari Tuhan dan mengingat-ingat-Nya (ayat 4). Memang dalam pergumulan itu sesaat sepertinya ia merasa Tuhan tidak lagi mengasihinya. Ia merasa Tuhan sudah berubah setia, tidak seperti masa lampau (ayat 5-11). Namun, peMazmur menolak percaya bahwa Tuhan benar-benar telah berubah! Kembali ia mengingat-ingat perbuatan Tuhan di masa lampau (ayat 12-13). Yaitu, perbuatan Allah menuntun umat-Nya dengan perantaraan Musa dan Harun melewati padang gurun dan laut menuju tanah perjanjian (ayat 21). Tuhan dengan ajaib telah menyatakan pertolongan-Nya pada umat Israel dengan cara mengalahkan musuh-musuh mereka (ayat 15-16). Bukan hanya bangsa-bangsa yang gentar menghadapi-Nya, alam pun ngeri kepada kedahsyatan kuasa-Nya (ayat 17-20).

Saat kita berada dalam penderitaan dan masalah, adalah kesempatan untuk mengenang pertolongan-Nya pada masa lampau. Ketika kita berhenti mengeluh dan berpaling pada-Nya, kita akan dikaruniai kekuatan untuk melihat sekali lagi karya ajaib Tuhan dalam hidup kita. Akar-akar pengalaman iman inilah yang memampukan kita menyongsong masa depan dan sekali lagi meyakini bahwa sesuai dengan kedaulatan dan kehendak-Nya, Ia akan menolong.

Renungkan: Tatkala kita menuruni jurang derita, ingatlah kedalaman keterlibatan Allah dalam Yesus Kristus. Jadikan derita-Nya dasar keteguhan iman kita.

(0.14681629206349) (Mzm 78:56) (sh: Tuhan siap merombak dan membangun ulang (Minggu, 28 Oktober 2001))
Tuhan siap merombak dan membangun ulang

Tuhan siap merombak dan membangun ulang. Tujuan perjalanan panjang bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan adalah untuk membentuk suatu bangsa milik Allah sendiri. Namun perjalanan ini diwarnai berbagai pemberontakan yang berorientasi pada "keinginan perut" bangsa Israel, sehingga mereka harus berputar di padang gurun selama 40 tahun.

Betapa menyedihkannya keadaan bangsa pilihan Allah ini, karena mereka tidak pernah belajar melakukan apa dikehendaki Allah, justru berulangkali mereka hidup dalam kesenangannya sendiri. Kedegilan hati mereka membuat kasih Allah tidak terselami, walau sudah dinyatakan berulang kali. Hal ini menggerakkan Allah untuk melakukan penghukuman-Nya (ayat 66-67), tetapi tidak membuat-Nya putus asa terhadap keadaan umat-Nya. Allah membangun kembali dari awal apa yang telah dirobohkan oleh kesalahan manusia (ayat 69). Di balik penghukuman-Nya yang bertujuan memurnikan umat-Nya, Ia menyelamatkan sekumpulan kecil orang yang setia kepada-Nya, yang akan menjadi tunas bagi pembangunan yang baru. Dia memilih Yudea, Gunung Sion, dan mengangkat Daud menjadi gembala bagi umat-Nya (ayat 70-72).

Karena Allah adalah setia dan senantiasa bersedia merombak kembali, maka pemberontakan umat-Nya tidak akan menggagalkan rencana yang telah disediakan-Nya bagi umat-Nya. Kesediaan Allah untuk merombak dan membangun ulang apa yang sudah rusak, melebihi daya perusak dari manusia yang lemah.

Renungkan: Kasih setia Tuhan mampu membangun kembali apa yang telah dirobohkan manusia. Namun bukan berarti Tuhan membiarkan manusia seenaknya merusak dan menghancurkan. Rindukah Anda menjadi alat Tuhan memurnikan umat-Nya?

Bacaan untuk Minggu ke-21 sesudah Pentakosta

Yesaya 53:10-12

Ibrani 5:1-10

Markus 10:35-45

Mazmur 91:9-16

Lagu: Kidung Jemaat 423

PA 8 Mazmur 74

Mazmur ini merupakan nyanyian ratapan atas hancurnya Bait Allah di Yerusalem oleh bangsa Babilon pada tahun 587 sM. Mereka menulis mazmur ini dalam pembuangan ketika identitasnya sebagai suatu bangsa telah dihapuskan, tanah perjanjian yang dimilikinya telah dirusak, dan Bait Allah yang menjadi pusat ibadah mereka telah dihancurkan. Mereka berada dalam suatu kondisi yang sedemikian tertekan dan tidak dapat mengerti mengapa Tuhan yang sedemikian berkuasa tidak menyelamatkan mereka dari tangan para musuh mereka.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Bagaimanakah kehancuran Bait Allah digambarkan (ayat 3-9)? Bagaimana keadaannya? Apa yang dilakukan oleh para lawan mereka? Krisis apakah yang dialami bangsa Israel?

2. Empat pertanyaan apakah yang mereka ajukan kepada Tuhan (ayat 1, 10, 11)? Bagaimana mereka memahami identitas diri mereka? Bagaimanakah mereka melihat sikap Tuhan terhadap mereka? Pernahkah Anda melihat Tuhan seperti mereka melihat-Nya? Pada saat dan peristiwa apakah hal itu terjadi?

3. Apakah mereka terus tenggelam dalam kesedihan mereka? Peristiwa- peristiwa apakah yang mereka renungkan pada saat mereka sangat tertekan (ayat 12-15; 16-17)?

4. Mengapa mereka dapat teringat kepada peristiwa-peristiwa pada masa lampau yang diceritakan kepada mereka, ketika mereka berada dalam keadaan yang sangat sulit? Apa dampak dari firman yang mereka ingat bagi masa-masa yang sukar? Bagaimana firman Tuhan yang pernah Anda dengar berdampak bagi kehidupan Anda, khususnya pada saat Anda mengalami krisis?

5. Perhatikan empat permohonan mereka yang dimulai dengan kata "janganlah" (ayat 19, 21, 23), "ingatlah" (ayat 2, 18, 22), dan juga permohonan mereka yang dimulai dengan kata "pandanglah" (ayat 20), "biarlah" (ayat 21), dan "bangunlah" (ayat 22). Apakah yang menjadi landasan bagi keyakinan mereka kepada Tuhan? Bagaimana Anda mengaplikasikan pelajaran pada hari ini bagi kehidupan Anda secara pribadi dan pergumulan bangsa kita?

(0.14681629206349) (Mzm 99:1) (sh: Keadilan Tuhan (Kamis, 13 Oktober 2005))
Keadilan Tuhan

Keadilan Tuhan Hukum di Indonesia dapat dibeli dengan uang. Perbuatan yang salah bisa menjadi benar dan yang benar bisa menjadi salah. Adakah pemerintahan yang adil di dunia ini? Tentunya tidak ada. Akan tetapi, kita bisa berbesar hati karena Mazmur 99 mengajarkan kita tentang keadilan Tuhan.

Mazmur 99 sangat gamblang berbicara mengenai hukum dan kebenaran Tuhan. Secara garis besar mazmur ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu ay. 1-5 dan ay. 6-9. Pada setiap akhir bagian terdapat kalimat yang sama, yaitu meninggikan dan menyembah Tuhan sebab Dia kudus (ayat 5,9). Apa yang menjadi isi dari kedua bagian tersebut?

Bagian pertama adalah ajakan untuk menyatakan bahwa Tuhan adalah Raja sehingga Ia layak untuk disembah. Pemerintahan Tuhan dengan dunia sangat berbeda. Takhta Tuhan membuat seluruh bumi goyang (ayat 1) karena Dia mengatasi semua bangsa. Inti sari bagian pertama ini adalah Tuhan mencintai hukum dan menegakkan kebenaran (ayat 4). Kekuatan dan kekuasaan Tuhan dipakai untuk menyatakan hukum dan kebenaran, bukan untuk menindas. Umat Israel telah mengalaminya sepanjang sejarah mereka.

Dalam bagian kedua, pemazmur mengingat para pemimpin Israel yang telah merespons Tuhan dengan benar. Musa, Harun, dan Samuel adalah orang-orang Israel yang dikenal karena doa mereka. Mereka mendengar suara Tuhan dan menaati setiap perintah Tuhan (ayat 7). Penyebutan ketiga tokoh ini juga mengingatkan pengalaman bangsa Israel di padang gurun. Dalam pengalaman tersebut, hukuman dan pengampunan selalu menyertai sejarah bangsa Israel (ayat 8).

Sama seperti Israel, kita diingatkan kembali bahwa Raja yang sesungguhnya adalah Tuhan. Pengampunan dan penghukuman-Nya secara adil akan selalu menyertai umat Tuhan maka kita perlu belajar merespons Dia seperti para hamba Tuhan masa lampau.

Doaku: Kiranya kerajaan-Mu datang dan ditegakkan di muka bumi.

(0.14681629206349) (Mzm 105:16) (sh: Kebaikan Allah adalah dasar harapan (Jumat, 21 Oktober 2005))
Kebaikan Allah adalah dasar harapan

Kebaikan Allah adalah dasar harapan Orang yang sedang menderita membutuhkan pengharapan agar mampu melewati kesulitan itu. Israel membutuhkan pengharapan. Hal itu ditawarkan pemazmur dengan cara menengok kepada sejarah kehidupan mereka.

Israel diajak melihat bagaimana Allah memimpin dan memelihara nenek moyang mereka. Cara Allah sungguh ajaib dan tidak terduga. Allah memakai seorang pemuda, Yusuf yang lemah dan tak berpengalaman, namun yang bersandar penuh kepada-Nya untuk menyelamatkan satu keluarga besar (ayat 16-22). Pemuda ini harus mulai dari bawah, mengalami berbagai penderitaan sebelum Tuhan dapat memakainya. Ini sekaligus gambaran akan penggemblengan umat Tuhan sebelum dapat dipakai menjadi alat anugerah-Nya.

Lain lagi cara Allah menyelamatkan umat-Nya dari per-budakan Mesir. Ia mendemonstrasikan kemahakuasaan-Nya dengan menghantam Mesir memakai beragam tulah (ayat 26-36). Kuasa-Nya tidak tertandingi para ilah Mesir. Firaun dan rakyat Mesir harus tunduk kepada Allah dan memberkati Israel dengan kekayaan yang limpah (ayat 37). Kasih dan panjang sabar Ia tunjukkan ketika Ia memimpin perjalanan mereka di padang gurun menuju Tanah Perjanjian (ayat 39-45). Kesetiaan dan kemurahan-Nya melimpahi hidup mereka.

Penderitaan dapat menjadi cara Allah mengajar umat-Nya bersandar kepada-Nya. Dengan mengingat kasih karunia dan perbuatan-Nya pada masa lampau, kita diajak menaruh masa depan kita kepada-Nya. Karena Dia adalah Allah yang tidak berubah, kemarin, hari ini, dan selama-lamanya pengharapan kita tidak sia-sia. Mungkin hidup tidak akan menjadi lebih mudah; malahan persoalan semakin bertubi-tubi menimpa anak Tuhan. Namun, kasih dan setia-Nya akan terus menopang kita karena kita milik-Nya.

Doa: Tuhan, saat mata kami terbelalak oleh kompleksnya masalah hidup ini, ingatkan kami bahwa Engkau dulu telah menolong kami. Kami percaya, Engkau tetap akan menopang kami selamanya.

(0.14681629206349) (Yes 46:8) (sh: Ingatlah dan jadilah malu! (Minggu, 14 Februari 1999))
Ingatlah dan jadilah malu!

Ingatlah dan jadilah malu! Perkataan Allah ini tegas dan lugas. Apakah yang harus diingat dan mengapa menjadi malu? Yang harus diingat adalah masa lalu, di mana Allah bertindak memimpin dan menyertai umat-Nya sejak keluar dari perbudakan di Mesir, sampai perjalanan di padang gurun. Namun Israel tak tahu malu! Berulang kali memberontak terhadap Allah, mengingkari ikatan perjanjian umat pilihan dengan Allah, bahkan membuat patung sembahan. Israel seharusnya Israel menjadi malu, karena mengingkari fakta bahwa karya Allah yang telah nyata dalam sejarah perjalanan hidup mereka.

"Tidak ada yang seperti Aku!" Tidak ada yang dapat disamakan atau disejajarkan dengan Allah, yang Maha segala-galanya. Adakah yang lain yang sama seperti Allah? Dengarlah hai segenap pemberontak, orang congkak, bahwa hanya Allah yang sanggup melepaskan dan menyelamatkan manusia, tidak ada jaminan keamanan, kenyamanan dan keselamatan di luar Allah. Yang ada di luar Allah hanyalah keselamatan semu yang menggiurkan namun berakhir dalam kesia-siaan!

Allah penjamin keselamatan. Banyak orang yang terjerat dalam dosa, tidak kembali kepada Tuhan karena malu. "Malu" sebenarnya selain lahir dari rasa bersalah dan sayang pada diri sendiri juga menunjukkan bahwa hati nurani masih berfungsi baik. "Malu" adalah juga langkah awal seseorang mengasihi dirinya dan sadar akan kesalahannya di hadapan Allah. Pintu pertobatan dan pengampunan baginya telah Allah bukakan. Allah menjamin keselamatan setiap orang yang malu terhadap Allah karena perbuatan dosanya. Jaminan Allah ini pasti sepasti diri-Nya yang tak pernah berubah. Sekokoh diri-Nya yang setia pada perkataan-Nya. Ia selalu ingat akan janji-Nya dari dulu hingga sekarang. Sebaliknya orang yang malu mengaku dosanya di hadapan Allah sesungguhnya adalah orang yang tidak tahu malu.

Renungkan: Kepada siapakah Anda menggantungkan segala-galanya kini? Jawabannya akan Anda temukan di saat Anda kehilangan pegangan hidup.

(0.14681629206349) (Hos 2:1) (sh: Perselingkuhan Israel semakin diperjelas lagi (Senin, 2 Desember 2002))
Perselingkuhan Israel semakin diperjelas lagi

Perselingkuhan Israel semakin diperjelas lagi.
Pasal 2 ini menggunakan bahasa peradilan (kebiasaan para nabi) untuk menyatakan kecaman dan penghukuman Allah atas umat-Nya (kata ‘adukanlah’, (ayat 1)). Di sini hubungan Allah dengan Israel digambarkan sebagai suami-istri. Hal ini tidak hanya merupakan penegasan tentang kepemilikan mutlak Allah atas Israel, tetapi sekaligus menegaskan tentang perselingkuhan Israel dengan kekasih lain, yaitu dewa-dewa Kanaan (ayat 4,6). Mereka (umat) menganggap bahwa kelimpahan hasil pertanian dan peternakan berasal dari dewa kesuburan Kanaan yaitu Baal (ayat 4). Mereka tidak menyadari bahwa itu berasal dari Suami yang sesungguhnya, yaitu Allah Israel. Karena itu, pantaslah jika Allah mengambil semua kelimpahan itu dari mereka (ayat 8- 12).Penghukuman itu bertujuan untuk menghajar, agar umat menyadari dosa-dosa mereka. Tetapi mereka tidak juga insaf (ayat 7). Pada pasal ini tampak lagi kasih Allah yang melampaui segala akal. Allah tidak hanya sabar, tetapi juga kembali berinisiatif menyelamatkan umat-Nya. Allah membawa kembali mereka ke Padang Gurun dengan maksud menenangkan hati mereka (ayat 13). Allah mau memulihkan kembali hubungan suami-istri yang langgeng dan ideal, seperti yang pernah terjadi dahulu (ayat 15,17-19). Ketika itu umat Israel belum tergoda untuk mengikuti kekasih yang lain.

Tindakan Allah ini selain menunjukkan bahwa Allah kembali mengasihi Israel (ayat 22), juga harapan Allah agar umat-Nya mengenal-Nya. Mengenal Tuhan merupakan inti iman Israel. Mengenal berarti mengenal secara intim, mengenal kehendak-Nya, mengenal kasih- Nya, dan mengenal jalan-Nya. Berarti juga bersedia menjalankan kehendak Allah dalam kehidupan Israel sebagai umat Allah. Pemulihan hubungan itu akan meliputi pemberian kembali kelimpahan yang pernah mereka terima di tanah Kanaan (ayat 14).

Renungkan:
Pada minggu advent pertama ini, kita sebagai umat Allah diajak untuk mengenang kembali kasih Allah kepada kita, sehingga kita dapat mengoreksi diri; apakah kita dalam kehidupan sehari-hari kita, kita mampu memberlakukan kasih itu.

(0.14681629206349) (Hos 9:10) (sh: Kau bukan yang dulu lagi (Jumat, 12 November 2004))
Kau bukan yang dulu lagi

Kau bukan yang dulu lagi. Kasih Allah tidak terbatas, dan tidak pernah berubah walaupun anak-anak-Nya sering mengecewakan-Nya. Kita meyakini hal tersebut sebagai kebenaran karena firman Tuhan menyatakannya. Ini dibuktikan melalui kematian dan kebangkitan Kristus, demi keselamatan kita. Akan tetapi, kalau sampai Allah berkata dalam kepedihan hati, "Aku tidak akan mengasihi mereka lagi!" (ayat 15b), itu berarti kedurhakaan umat-Nya sungguh-sungguh keterlaluan.

Buah anggur tidak pernah tumbuh di padang gurun. Berarti menemukan anggur di tempat yang gersang itu sungguh suatu berkat yang luar biasa. Demikian juga, memperoleh buah sulung ara merupakan suatu santapan yang lezat. Itulah dulu gambaran keadaan Israel di mata Allah (ayat 10a). Namun, sekarang Israel telah berubah, tidak seperti yang dulu lagi. Ketika itu Israel masih suci dan bersih, menjadi kesayangan dan kesukaan Allah. Mengapa Israel bisa berubah? Karena mereka telah berkhianat dengan menyembah Baal-peor. Mereka telah berkali-kali menajiskan diri dengan ilah lain, dan diulangi kembali di nas ini. Hal ini menyebabkan Allah kembali harus menghukum Israel. Dan ini menyedihkan hati Allah ketika Ia menimpakan hukuman-Nya kepada umat-Nya. Kedudukan Israel tidak lagi mulia dan anak-anak mereka tidak lagi diberkati. Kejahatan mereka sendirilah yang membuat Allah tidak mungkin mengampuni mereka lagi. Israel bukan hanya dihajar dan diserahkan ke tangan musuh, melainkan Allah sendiri akan membuang mereka (ayat 15-17). Beratnya hukuman Allah ini menyiratkan Allah sudah patah arang dengan mereka. Semua ini menyatakan betapa sakit hati-Nya Allah dikhianati oleh kekasih-kekasih-Nya sendiri.

Syukur kepada Tuhan, belas kasihan dan kasih-Nya jauh melampaui rasa sakit hati-Nya terhadap umat-Nya. Penghukuman Allah yang begitu dahsyat tidak pernah dimaksudkan untuk memusnahkan umat-Nya.

Bersyukurlah: Kasih dan pengampunan Tuhan lebih besar dari sakit hati-Nya akibat pengkhianatan kita. Nyatakan syukur Anda tidak saja melalui bibir tetapi terutama melalui kelakuan.

(0.14681629206349) (Yl 2:1) (sh: Hari Tuhan (Senin, 10 Desember 2012))
Hari Tuhan

Judul: Hari Tuhan
"Hari ini, hari Tuhan", itulah lirik satu nyanyian rohani dengan nada riang. Sukacita yang terdengar dari nadanya selaras dengan pesan yang hendak disampaikan. Namun berapa banyak dari antara kita yang menyadari bahwa tema "hari Tuhan" mempunyai asal-usul yang menggentarkan hati? Dalam bacaan ini, hari itu digambarkan sebagai hari yang hebat dan dahsyat, diliputi gelap gulita dan kelam kabut (2, 11; bdk. Yl. 1:15).

Yoel bukan nabi pertama yang menggunakan gambaran hari Tuhan. Yesaya dan Yehezkiel juga memberitakan tentang hari itu (Yes. 13:6-22; Yeh. 30:2, 3). Malapetaka dan kehancuran yang dikaitkan dengan hari itu semula ditujukan kepada bangsa-bangsa asing (goyim) yang menjadi musuh umat Tuhan. Namun, mulai dari pemberitaan nabi Amos, murka dan penghukuman Ilahi ini ditujukan pula kepada umat Tuhan sendiri (Am. 5:18-20).

Dengan tiupan sangkalala yang biasa dibunyikan sebagai tanda bahaya (1), mendekatnya hari Tuhan dimaklumkan. Yoel memberitakan serbuan pasukan belalang sebagai gambaran awal tentang dahsyatnya hari itu. Barisan mereka dibandingkan dengan pasukan berkuda yang menyerbu ke dalam kota, memanjati tembok-tembok, dan membuat bangsa-bangsa gemetar (5-6, 9). Efek serangan mereka bahkan membuat bumi gemetar, dan benda-benda langit kehilangan cahayanya (10). Gerombolan belalang yang menutupi permukaan bumi dan dihamburkan oleh tiupan angin gurun yang dahsyat dilukiskan sebagai gerhana yang mencekam. Sungguh luar biasa, makhluk-makhluk kecil ini dilihat sebagai pasukan Tuhan, bahkan pelaksana firman-Nya (11)!

Pemberitaan Yoel mengajak kita merenungkan peristiwa lain yang melampaui zamannya: Akhir Zaman. Dunia kini akan berakhir, didahului dengan berbagai petaka yang dapat membuat kita bergidik. Namun, bagi orang yang melihat dengan mata iman, di balik bencana sedahsyat "gerhana belalang" pun, ada Dia yang "memperdengarkan suara-Nya" di depan pasukan-Nya. Dia yang menentukan perjalanan sejarah dan kepada Dialah mestinya pandangan dan harapan kita tertuju sampai akhirnya.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2012/12/10/

(0.14681629206349) (Mat 3:1) (sh: Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat (Selasa, 28 Desember 2004))
Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat

Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat. Berita tentang Kerajaan Surga mungkin sering kita dengar. Akan tetapi, pernahkah Anda turut memberitakan Kerajaan Surga itu?

Berita tentang Kerajaan Surga dicetuskan pertama kali oleh Yohanes yang kita kenal sebagai Yohanes Pembaptis. Pernyataan Yohanes ini dicatat oleh penulis ketiga Injil dalam Alkitab, kecuali Injil Yohanes. Yohanes Pembaptis dan penulis Injil Yohanes adalah orang yang berbeda. Siapakah Yohanes Pembaptis? Ia adalah anak Zakaria dan Elizabeth. Ketidakpercayaan Zakaria terhadap berita kelahiran Yohanes menyebabkan Zakaria bisu (Lukas 1:18-21). Setelah Yohanes dewasa, ia mengembara di padang gurun Yudea. Kehadiran Yohanes di hadapan umum menimbulkan kegemparan dan dibicarakan (ayat 5).

Tampaknya Yohanes menarik perhatian banyak orang karena beberapa hal: cara berpakaiannya yang unik (Mat. 3:4a), jenis makanan yang disantapnya (ayat 4b), pemberitaannya tentang Kerajaan Surga (ayat 2), dan teguran kerasnya terhadap orang Farisi dan orang Saduki dengan menyebut mereka sebagai keturunan ular beludak. Ajaran Yohanes tentang Kerajaan Surga merupakan berita baru. Pada waktu itu kehidupan agama masyarakat Yahudi menekankan segi lahiriah saja, yaitu hanya mengandalkan status lahiriah keturunan Abraham (ayat 8-9). Oleh sebab itu, Yohanes mengingatkan mereka bahwa penghakiman Tuhan akan berlaku bagi semua orang yang tidak bertobat tanpa terkecuali! (ayat 10, 12; band. Mat. 5:20).

Berita Kerajaan Surga sering dianggap "angin lalu" karena orang Kristen menganggap menjadi warga gereja berarti otomatis masuk Kerajaan Surga. Padahal, masuk Kerajaan Surga terjadi karena percaya pemberitaan firman dan mengizinkan Tuhan Yesus merubah kehidupannya. Jika Anda tidak bersedia untuk menanggalkan kehidupan rohani yang tidak berbuah kapak telah disediakan Tuhan untuk menebang pohon yang tidak menghasilkan buah-buah Roh (Gal. 5). Jangan mengaku pengikut Kristus kalau kehidupan Anda tidak mau berubah.

Yang kulakukan: Aku mau berubah dengan mempersilahkan Roh Allah memperbarui seluruh segi kehidupanku.

(0.14681629206349) (Mat 10:34) (sh: Dua kutub yang bertolak-belakang. (Minggu, 18 Januari 1998))
Dua kutub yang bertolak-belakang.

Dua kutub yang bertolak-belakang.
Para malaikat di padang Efrata mengumumkan:"Yesus datang untuk membawa damai sejahtera, di antara orang yang berkenan kepada-Nya." Tetapi Yesus juga berkata,"Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan membawa pedang pemisah". Apakah Yesus tidak berkenan pada ikatan kesatuan keluarga? Justru Dia menghendaki. Buktinya, Allah telah melaksanakan kesatuan itu di taman Eden, pada Adam dan Hawa.Yesus tidak berkenan pada ikatan kesatuan yang: 1) mengutamakan kesatuan di atas yang lain, 2) mengisolasi diri, tidak menjadi berkat bagi orang lain, 3) merasa aman tanpa Allah, 4) mencuri kemuliaan Allah. Ingatlah, Allah telah mendobrak kesatuan menara Babel dalam Perjanjian Lama.

Kesatuan karena salib. Yesus berkenan pada kesatuan keluarga anak-anak Allah yang menempatkan Dia secara benar, menjadi yang utama, menjadi Raja dan Tuhan di atas segalanya. Melalui jalan salib orang-orang percaya dipersatukan. Yesus menyamakan diri dengan murid-murid-Nya Penghargaan atas murid-murid-Nya patut mendorong kita orang-orang percaya untuk bangga dan setia melayani Dia dengan segenap hati dan pikiran kita. Bila semangat kita kendur dalam pelayanan, itu pertanda bahwa kita kurang mensyukuri kasih karunia Allah yang sedemikian besar. Hanya dengan bertelut di bawah kaki salib-Nyalah, kita boleh diperbarui kembali. Kembali kepada kasih yang mula-mula, kembali pada penyerahan diri sepenuh, kembali pada perenungan tentang harga yang begitu mahal yang telah Tuhan berikan bagi nyawa kita yaitu nyawa-Nya sendiri.

Renungkan: Tidak ada penyataan kemuliaan Allah lebih besar selain kedatangan dan pengorbanan-Nya di dalam diri Yesus Kristus.

Doa: Kiranya salib Kristus beroperasi mempersatukan umat Kristiani dalam era globalisasi ini. Kiranya segala ambisi dan kepentingan kelompok ditundukkan dan kemuliaan Allah yang ditinggikan dan dijunjung.

(0.14681629206349) (Mrk 6:30) (sh: Sisi perut pelayanan Yesus (Senin, 10 Maret 2003))
Sisi perut pelayanan Yesus

Sisi perut pelayanan Yesus. Dari nas ini, tampak bahwa Yesus bukanlah tipe pelayan yang sanggup berkata dalam hatinya, "yang penting mereka sudah kenyang secara rohani dan diberkati." Yesus mengajar orang banyak yang datang kepada-Nya. Yesus pun mengutus para murid-Nya ke sekeliling Galilea. Tetapi Ia juga memperhatikan kebutuhan fisik mereka, para murid dan orang banyak, yang memang mendesak waktu itu: makan dan istirahat.

Karena itu perkataan para murid pada ayat 35 menjadi sesuatu yang ironis bila kita mengingat keprihatinan Yesus yang mengusahakan agar mereka dapat beristirahat dan makan (ayat 31). Walaupun demikian, keberatan para murid memang logis (ayat 37). Yang kurang begitu logis justru adalah jawaban Yesus (ayat 37a) yang kembali ditanggapi dengan keberatan yang juga logis (ayat 37b). Perkataan Yesus ini menjadi pembuka bagi mukjizat yang akan dilakukan-Nya. Ini bukan sakramen, tetapi makan malam biasa ala Yahudi. Yesus menengadah ke langit untuk mengucapkan berkat kepada Bapa sambil memecah-mecah makanan/roti, seperti yang biasa dilakukan orang Yahudi pada saat mereka makan. Orang banyak duduk di padang berkelompok, dalam suasana keakraban khas Yahudi. Yang tidak biasa adalah dari mana makanan yang mereka santap itu datang. Dapat dikatakan, inilah pesta yang merayakan providensi Allah, ketika hari keenam kisah penciptaan diulang kembali: Allah berkehendak bagi manusia untuk beristirahat dan makan, kini dikonkretkan kembali oleh Yesus Kristus, Sang Mesias. Kerajaan Allah yang diberitakan-Nya juga punya keprihatinan dan perhatian terhadap kebutuhan fisik manusia, selain pemberitaan kabar keselamatan.

Renungkan: Renungkan apakah sikap Anda, keluarga Anda dan jemaat Anda terhadap makanan dan istirahat layak menjadi kesaksian tentang Kerajaan Allah bagi orang di sekitar Anda.

(0.14681629206349) (Luk 1:57) (sh: Mengapa bersukacita dan memuji? (Selasa, 24 Desember 2002))
Mengapa bersukacita dan memuji?

Mengapa bersukacita dan memuji?
Bagi sanak keluarga Zakharia dan Elisabet, jelas karena kelahiran anak bagi pasangan tersebut yang menunjukkan rahmat Tuhan yang besar kepada mereka (ayat 57-58). Namun, alasan mereka tidak hanya itu. Zakharia dan Elisabet punya alasan yang lebih besar lagi. Alasan dari sukacita dan pujian itu lah yang telah menyebabkan mereka melakukan dan mengalami hal-hal yang membuat para sanak keluarganya heran (ayat 62), dan banyak orang geger (ayat 65). Alasan itu tampak jelas melalui himne yang dinyatakan oleh Zakharia. Himne Zakharia yang didasari oleh kuasa Roh Kudus, di samping berfungsi sebagai pujian kepada Tuhan (terutama 68-75, juga 78-79), juga merupakan nubuat tentang Yohanes Pembaptis (ayat 76-77). Himne ini menunjukkan karya penyelamatan Allah bagi Israel. Allah tidak pernah melupakan umat-Nya, dan telah menjanjikan kepada Abraham dan mereka yang bertahan kedamaian yang diisi dengan ibadah; kelepasan dari musuh tanpa rasa takut.

Saat untuk ini telah mendekat, ditandai dengan kelahiran anak Zakharia, Yohanes yang kemudian disebut Pembaptis. Karena itu, sumber sukacita Zakharia tidaklah hanya kelahiran anaknya, tetapi juga kedatangan Dia, yang jalan-Nya akan dipersiapkan oleh Yohanes. Kedatangan-Nya, dan karya penyelamatan yang dilakukan-Nya, sudah cukup untuk memicu pujian dan ucapan syukur dari Zakharia ini (ayat 64, 68). Bagian ini ditutup dengan catatan bagaimana Yohanes Pembaptis menjadi besar, dan tinggal di padang gurun sampai saatnya ia mulai melayani Israel. Dengan demikian, narasi Injil ini seakan-akan menahan nafas, menanti kemunculan sang Mesias, Juruselamat, yang tinggal beberapa saat lagi. Kedatangan Mesias adalah dasar lebih kuat lagi bagi sukacita sejati kita.

Renungkan:
Apa yang sedang Anda siapkan menjadi dasar kegembiraan pada hari Natal besok? Ada dua pilihan: semata karena Anda akan berlibur? Atau karena Anda akan merenungkan kembali kebenaran kabar baik Natal, lalu bergembira ria dan bersukacita bersama keluarga dan teman?

(0.14681629206349) (Luk 4:1) (sh: Melawan pencobaan (Senin, 5 Januari 2004))
Melawan pencobaan

Melawan pencobaan. Waktu Adam dan Hawa dicobai, mereka berada dalam kelimpahan dan kenyamanan hidup. Semua yang mereka butuhkan tersedia. Bahkan Allah senantiasa hadir menyertai mereka. Tetapi dalam keadaan serba tersedia, mereka tidak mampu menolak godaan Iblis, sehingga mereka berdosa. Bandingkan keadaan tersebut dengan Tuhan Yesus pada waktu Ia dicobai. Selama empat puluh hari lamanya Yesus berada di padang gurun yang kering dan panas. Tidak makan, sehingga Ia pasti sangat lapar. Dalam keadaan demikian Iblis datang mencobai Yesus.

Pencobaan pertama Iblis berkenaan dengan kuasa (ayat 2-4). Ia menantang Yesus untuk mengubah batu menjadi roti. Mudah bagi Yesus untuk melakukannya, tetapi Yesus tahu bahwa kehadiran-Nya di dunia ini adalah dalam rangka ketaatan kepada Bapa.

Pencobaan kedua Iblis mengenai perbudakan materi (ayat 5-8). Iblis menawarkan suatu keadaan yang “berkecukupan” kepada Yesus asalkan Yesus mau menyembah dia. Yesus menolak kerajaan dunia yang berlimpah-limpah harta kemewahan dan kekuasaan karena dunia ini milik Allah, bukan milik Iblis. Lagipula Yesus mengetahui bahwa jalan Allah adalah melalui ketaatan kepada kehendak Allah.

Pencobaan ketiga mengenai “mencobai” Tuhan (ayat 4-12). Iblis memutarbalikkan firman Tuhan yang dikutipnya dari Mazmur 91:11,12 yang menyatakan bahwa Allah menjanjikan pemeliharaan atas hamba-Nya. Mencobai Tuhan artinya menuntut bukti dari Tuhan untuk dapat percaya. Hal itu sama saja dengan tidak mempercayai Tuhan.

Iblis mencobai Yesus. Oleh karena Yesus tetap pada pendirian-Nya yaitu setia pada panggilan-Nya, maka iblis mengundurkan diri sesaat.

Renungkan: Pencobaan-pencobaan seperti ini akan kita hadapi. Untuk menang terhadapnya kita harus memahami rencana Tuhan atas hidup kita, dan memiliki kemantapan akan tujuan hidup kita.

(0.14681629206349) (Kis 7:30) (sh: Melepaskan takhta (Rabu, 25 Juni 2003))
Melepaskan takhta

Melepaskan takhta. Jika berbicara soal utang, mungkin bangsa Israel berutang paling besar kepada Musa. Tidak ada seorang nabi pun yang pernah mendampingi dan memimpin Israel di padang gurun selama 40 tahun. Bukan waktu yang singkat dan bukan tugas yang mudah. Namun, pada masa hidupnya, Musa tidak menerima penghargaan atas jerih payahnya, ia malah sering menerima ancaman dan celaan dari umatnya. Bukannya kepatuhan, melainkan penolakan yang acapkali diterimanya. Bangsa Israel tidak merasa berutang, baik kepada Musa maupun kepada Tuhan yang telah membebaskan mereka dari penindasan Mesir.

Dari mulut Musalah keluar nubuat tentang kedatangan Mesias, "Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh Tuhan Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan" (Ul. 18:15). Namun, perkataan nabi Tuhan ini seperti angin lalu di telinga orang Israel. Alih-alih mendengarkan nubuat Musa untuk masa yang akan datang, mendengarkan perkataan Musa untuk masa itu saja sudah sulit. Kecenderungan mereka adalah menolak Allah dan kesenangan mereka ialah menyembah dewa-dewa lain.

Mengapakah sukar bagi mereka, mungkin juga bagi kita untuk mematuhi Allah? Kuncinya terletak pada kata "menyembah" yang berarti menundukkan diri di bawah kuasa dan kehendak obyek yang kita sembah. Menyembah mengandung makna mengosongkan diri dan menyerahkan hak atas diri kepada obyek yang kita sembah sehingga pada akhirnya kita berubah menjadi obyek dan Ia menjadi subyek. Kita sering tergoda untuk lebih percaya pada pertimbangan sendiri. Tuhan meminta kita untuk mempercayai-Nya dan menyerahkan takhta hidup kita kembali kepada-Nya. Di sinilah penyembahan menemukan makna sejatinya.

Renungkan: Percaya dan patuh tetap merupakan resep yang tidak pernah usang untuk hidup bahagia dalam Kristus.

(0.14681629206349) (Kis 11:19) (sh: Injil tidak bisa dimatikan (Senin, 7 Juli 2003))
Injil tidak bisa dimatikan

Injil tidak bisa dimatikan. Kekristenan di Yerusalem tidak dimatikan seiring dengan kematian Stefanus. Walau peristiwa kematian Stefanus sangat tragis, tetapi juatru telah menjadi titik berangkat bagi tersebarnya Injil. Di dalam kehidupan kita sekarang, banyak sekali nilai-nilai kebenaran dalam kehidupan yang kelihatannya sedang dihancurkan secara teratur dan sistematis. Tetapi teks ini menyiratkan kepada kita bahwa nilai-nilai kebenaran tidak pernah bisa dimatikan. Peristiwa tragis itu telah membuat Kekristenan keluar dari padang gembalaan lokal dan mulai menjangkau dunia secara utuh sebagai ladang Injil. Dengan demikian Kekristenan keluar dari cobaan untuk selalu mempersempit ruang gerak atau membatasi karya pelayanan hanya di satu kawasan tertentu. Hasil yang diperoleh? Jumlah orang Kristen semakin bertambah. Firman Tuhan mengatakan: "Dan tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan." Tidak saja terjadi perubahan secara kuantitas, tetapi juga perubahan secara kualitas.

Barnabas, seorang pemimpin yang baik dan berkualitas. Seorang dermawan, berkarakter baik, dan beriman kepada Tuhan. Hal pertama yang dilakukan ketika sampai di Antiokia ialah mengingat Paulus. Ia bisa melihat sebuah potensi yang luar biasa di dalam diri Paulus, akan sangat disesalkan jika potensi itu ditelantarkan. Bukankah banyak sekali pemimpin yang tidak bisa bekerja sama dengan orang lain? Akibatnya banyak sekali kesempatan-kesempatan yang menentukan berlalu begitu saja. Banyak sekali masalah besar di dalam gereja, karena kepemimpinan yang sangat menyedihkan.

Renungkan: Ketika tantangan datang baik dari dalam dan dari luar menerpa kehidupan kekristenan, kita membutuhkan seorang pemimpin seperti Barnabas. Pemimpin seperti inilah yang mampu membuat suatu perubahan besar.



TIP #10: Klik ikon untuk merubah tampilan teks alkitab menjadi per baris atau paragraf. [SEMUA]
dibuat dalam 1.40 detik
dipersembahkan oleh YLSA