(0.58664296428571) | (Mrk 6:45) |
(sh: Menyedihkan dan ironis (Selasa, 11 Maret 2003)) Menyedihkan dan ironisMenyedihkan dan ironis. Tindakan para murid Yesus ini memang menyedihkan, bahkan patut ditertawakan. Mereka baru kembali dengan penuh percaya diri atas keberhasilan mereka mengusir setan-setan (ayat 6:12-13, 30), dan telah menyaksikan mukjizat-mukjizat Yesus yang luar biasa. Tetapi sekarang, mereka kembali bertindak seperti orang yang tidak pernah melihat kuasa Yesus (ayat 49). Kuasa yang bahkan setelah peristiwa ini nyata kembali melalui mukjizat penyembuhan yang dilakukan Yesus di Genesaret (ayat 53-56). Seharusnya setelah segala yang telah mereka alami sampai pada momen waktu itu, para murid menunjukkan respons yang lebih dewasa dan lebih percaya. Karena kuasa-Nya telah mereka saksikan, pengutusan-Nya mereka terima, dan bahkan dalam nama-Nya mereka melakukan perbuatan ajaib. Seharusnya mereka dapat mulai mengerti siapa Dia yang menjadi Guru mereka, dan seperti apa kuasa yang dipunyai-Nya. Sepatutnya kita tersenyum ketika membaca nas ini; tersenyum kecut dan dengan penuh rasa maklum, juga menertawakan diri. Pesan yang disampaikan Markus melalui nas ini jelas sekali. Tindakan dan kepercayaan mereka belum memadai, tidak seperti apa yang seharusnya sudah mereka tunjukkan. Komentar Markus tegas dan pedas: hati mereka masih degil (ayat 52). Sepatutnya tindakan dan kepercayaan para murid sepadan dengan pengajaran yang mereka terima dan pelayanan yang mereka lakukan. Hal ini pula yang selalu harus tampak pada hidup tiap Kristen. Sumbangnya kesaksian gereja sering kali karena iman dan tindakan Kristen tidak sepadan dengan pengajaran yang mereka pegang. Pertanyaannya kini, masihkah kita menjadi murid yang degil? Renungkan: Tiap Kristen punya momen kegagalan. Tugas kita adalah agar perjalanan kehidupan iman kita tidak lagi menyedihkan dan ironis, melalui tindakan-tindakan iman. |
(0.58664296428571) | (Mrk 7:1) |
(sh: Cuci tangan sebelum makan (Rabu, 12 Maret 2003)) Cuci tangan sebelum makanCuci tangan sebelum makan. Salah satu cara untuk berbicara mengenai keseluruhan sistem makna disebut sistem kemurnian, sistem murni (pada tempatnya) dan tidak murni (tidak pada tempatnya) atau sistem tahir/halal (pada tempatnya) dan najis/haram (tidak pada tempatnya). Hal-hal ini bisa dikenakan ke individu, kelompok, benda, waktu, dan tempat. Kontroversi yang terjadi antara Yesus dan orang-orang Farisi (dan juga ahli-ahli kitab dalam Markus) mengenai norma-norma kemurnian dapat kita perhatikan di keseluruhan Injil. Yesus tidak menaati peta waktu (Sabat, 3:1-6), atau peta tempat (ayat 11:15-16). Ia melanggar peta individu juga: menyentuh orang kusta (ayat 1:41), wanita yang menstruasi (ayat 5:25-34), dan mayat (ayat 5:41). Yesus melampaui peta hal ketika ia menolak upacara pembasuhan tangan (ayat 7:5). Bertentangan dengan peta makan, Yesus makan dengan pemungut cukai dan para pendosa (ayat 2:15). Dengan menolak peta-peta ini, Yesus menunjukkan penyangkalan-Nya terhadap sistem kemurnian yang berlaku waktu itu. Hampir tidak mungkin bagi orang-orang nomad seperti Yesus dan murid- murid-Nya untuk senantiasa mematuhi hukum-hukum ketat ini, apalagi sebenarnya hukum pemurnian itu awalnya hanya untuk para imam. Yesus melihat bahwa esensi hukum bukanlah hukum itu sendiri, tetapi cinta kepada Allah dengan sepenuh hati (ayat 7:6; Ul. 6:4). Orang-orang Farisi lebih mementingkan tradisi oral daripada tunduk kepada Allah sepenuhnya -- karena itulah mereka disebut munafik. Kemunafikan mereka juga ditunjukkan dengan membiarkan hukum oral mengenai persembahan lebih berkuasa daripada hukum ke-5 (ayat 7:10). Mereka kehilangan esensi keagamaan mereka. Renungkan: Esensi keagamaan bukan hukum, tetapi relasi yang penuh kasih dengan Allah. Legalisme membuat manusia tersesat dalam peta-peta kehidupan! |
(0.58664296428571) | (Mrk 7:14) |
(sh: Hati-hati dengan hati Anda! (Kamis, 13 Maret 2003)) Hati-hati dengan hati Anda!Hati-hati dengan hati Anda! Yesus meneruskan proses olah kata menuju olah makna yang lebih menusuk. Ia memanggil orang banyak lagi, suatu indikasi kenabian -- Ia akan meminta mereka mendengarkan sesuatu yang penting bagi kehidupan mereka, sebuah pesan Ilahi! Terdengarlah suara surgawi, suara yang melawan sistem manusia, suara yang antibatasan semu. Sistem kemurnian bukanlah sesuatu yang di luar manusia, tetapi yang di dalam manusia. Yesus memberikan penjelasan kepada murid-murid-Nya yang sering kali digambarkan lamban untuk mengerti. Bukan makanan yang menajiskan seseorang, tetapi natur manusia yang berdosa, itulah yang mencemarkan kehidupan. Hati yang rusak bagaikan mata air yang terpolusi, mengalirkan air beracun senantiasa. Kita seakan-akan di sini mendengar gema teriakan dalam Yer. 17:9, "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?" Kalau hati dalam pemahaman Ibrani adalah pusat dari kepribadian manusia yang menentukan keseluruhan tindakannya baik yang aktif maupun pasif, maka kerusakan hati manusia akan menjadi sumber kenajisan. Itulah yang tak dapat dilihat oleh orang-orang Farisi. Mata mereka silau dengan kemegahan jubah keagamaan dan peraturan-peraturan kaku. Sayang, mereka lupa bahwa dosa-dosa "roh" jauh lebih berbahaya dan mengakar daripada dosa-dosa "daging". Dosa-dosa yang tak kelihatan itulah yang mematikan -- dosa kekerasan hati, dosa kesombongan. Orang-orang Farisi gagal untuk memahami kebenaran ini. Namun, murid- murid diharapkan dapat mengerti pesan kekal tersebut. Renungkan: Hati Anda adalah milik Kristus. Perhatikan dengan saksama supaya Anda tidak jatuh dalam kekacauan pribadi dan sosial. |
(0.58664296428571) | (Mrk 7:24) |
(sh: Menjadi seperti anak anjing (Jumat, 14 Maret 2003)) Menjadi seperti anak anjingMenjadi seperti anak anjing. Yesus menarik diri dari kerumunan. Ia pergi ke Tirus untuk menyendiri, masuk ke dalam sebuah rumah, dan tak mau diganggu. Sebenarnya dalam waktu-waktu melayani Tuhan, sama seperti Yesus, kita pun perlu mengambil waktu beristirahat. Mengasihi diri sendiri tidak selalu sama dengan egoisme. Jika kita gagal mengasihi diri sendiri, kita pun akan gagal mengasihi orang lain (Mat. 22:39). Orang-orang Yahudi telah berkeras hati menolak Yesus. Maka, para pembaca Markus yang nonyahudi akan tertarik membaca bagian ini. Jelaslah bahwa wanita yang datang kepada Yesus berada di luar sistem Yahudi. Kesohoran Yesus membawanya datang -- kasih seorang ibu kepada anak yang kuat, melawan segala halangan sekalipun. Yesus kelihatannya dengan kasar menolak untuk menerima permintaan sang ibu. Kemungkinan ini disebabkan karena pada waktu itu juga banyak pembuat mukjizat dan banyak orang mencari Yesus bukan untuk mendengarkan pengajaran-Nya dan tunduk kepada otoritas- Nya, melainkan hanya karena ingin disembuhkan. Yesus dengan demikian ingin menguji mengapa sang ibu datang kepada-Nya. Yesus memakai istilah "anjing", suatu penghinaan yang besar di dunia Mediterania pada waktu itu. Wanita Samaria itu bersedia diumpamakan seperti anak anjing yang menerima remah-remah yang jatuh dari meja tuannya -- demi anaknya, dan tentu karena kepercayaannya yang sungguh bahwa Yesus bisa menyembuhkan. Kerendahhatiannya dan kepercayaannya tidak sia-sia. Ia mendapatkan apa yang dipohonkannya dengan amat sangat -- suatu kontras dengan orang-orang Farisi yang bebal dan sombong. Renungkan: Ada tiga hal yang harus orang Kristen pelajari dalam kehidupan ini: [1] kerendahan hati, [2] kerendahan hati, [3] kerendahan hati. |
(0.58664296428571) | (Mrk 7:31) |
(sh: Di dalam kesunyian (Sabtu, 15 Maret 2003)) Di dalam kesunyianDi dalam kesunyian. Kita ada di dalam dunia ini tanpa bisa memilih untuk tidak ada. Meskipun kita adalah manusia yang bebas untuk memilih, tetapi kita tak bisa lari dari hal-hal yang dipilihkan untuk kita oleh kehidupan. Yesus berangkat lagi ke Danau Galilea. Ada seorang yang tuli dan gagap dibawa kepada-Nya -- kemungkinan bahwa ia tidak bisu dan tuli sejak lahir, tetapi ia pernah menderita sakit suatu waktu dalam kehidupannya. Orang-orang membawanya kepada Yesus supaya Ia memberkatinya -- dan mereka tercengang karena Yesus bukan hanya memberkati orang itu, tetapi juga menyembuhkannya! Demonstrasi yang dilakukan Yesus menunjukkan modus yang berbeda dari biasanya. Ia bisa saja berkata-kata dan orang itu sembuh seketika. Namun, di sini ia memakai jari dan ludah-Nya untuk menyembuhkan orang tersebut. Dalam tradisi Yunani dan Yahudi, ludah dianggap memiliki kekuatan menyembuhkan. Yesus ingin meyakinkan orang itu akan kekuasaan-Nya. Tentu saja, perintah agar telinganya terbukalah yang memulihkan orang itu -- ia berbicara dengan baik. Kontras dengan ahli-ahli Taurat yang banyak berbicara dan aktif, orang ini diam dalam kesunyian dan pasif. Namun, di dalam kesunyian ia menemukan Allah. Kita menemukan satu hal yang penting di sini, bahwa keagamaan dan doktrin-doktrin serta peraturan-peraturan kaku adalah suatu penghalang bagi kita untuk menjadi naif, penghalang bagi Allah untuk hadir menyentuh keberadaan kita sekarang dan di sini. Yesus menunjukkan bahwa keterlemparan orang itu ke dalam kehidupan dan ke dalam penyakitnya, serta iman yang melampaui doktrin, menjadi bagian dari kehidupan yang perlu kita jalani sehari-hari. Renungkan: Saat ini mungkin Anda hanya bisa pasrah menerima realitas kehidupan yang kadang memuakkan. Dalam kesunyian dan iman, biarlah Allah menghampiri Anda. |
(0.58664296428571) | (Mrk 8:14) |
(sh: Belajar dari kehidupan (Senin, 17 Maret 2003)) Belajar dari kehidupanBelajar dari kehidupan. Dunia Mediterania secara tradisional memikirkan manusia dengan apa yang disebut para antropolog sebagai "zona-zona interaksi" dengan dunia sekitarnya. Tiga zona itu membentuk pribadi manusia, dan ketiganya muncul dalam Injil-injil: [1] Zona emosi yang mencakup kehendak, intelek, penilaian, kepribadian, dan perasaan. [2] Zona ekspresi-diri, mencakup komunikasi, khususnya pengungkapan diri. Ini adalah aktivitas mulut, telinga, lidah, bibir, tenggorokan, dan gigi (berbicara, mendengar, bernyanyi, mengutuk, menyumpah, bernyanyi, menangis, dst.). [3] Zona tindakan yang bertujuan adalah zona tingkah laku eksternal atau interaksi dengan lingkungan. Ini adalah aktivitas tangan, kaki, dan jari (berjalan, duduk, berdiri, menyentuh, dst.).
Dalam bacaan kita hari ini, ketiga zona tersebut muncul (ayat Dalam ayat 17, Yesus berbicara tentang "hati yang degil", yaitu, ketidakmampuan untuk berpikir dan memahami dan menilai secara benar, biasanya disebabkan karena kehendak yang keliru. Dalam ayat 18, Yesus berkata-kata tentang mata yang memberikan informasi kepada hati, telinga yang belajar dari orang lain, dan hati yang seharusnya mengingat. Ayat 19 menunjuk ke zona tindakan tangan-kaki. Ketika Markus menulis tentang ketiga zona ini, ia berbicara tentang pengalaman manusia secara keseluruhan. Belajar dari kehidupan berarti melibatkan seluruh bagian diri kita untuk menjadi wadah anugerah Allah. Renungkan: Seluruh kehidupan adalah sebuah sekolah untuk mempelajari tanda anugerah Allah. |
(0.58664296428571) | (Mrk 8:22) |
(sh: Di dalam kegelapan (Selasa, 18 Maret 2003)) Di dalam kegelapanDi dalam kegelapan. Seperti apa rasanya menjadi orang yang buta rohaninya? Tanyakan kepada orang-orang Farisi di zaman Yesus. Mereka merasa melihat, namun sebenarnya yang mereka lihat hanyalah bayang-bayang semu dalam gua yang gelap gulita. Murid-murid Yesus juga adalah orang-orang yang buta. Mereka begitu dekat dengan Yesus, namun mereka tidak pernah menyadari siapa Yesus sesungguhnya. Penglihatan mereka tertutup kabut pemikiran mereka yang bebal. Seorang buta dibawa kepada Yesus di Betsaida. Beberapa hal patut kita perhatikan di sini. Yesus dikatakan membawa orang itu secara pribadi keluar kampung. Di sini kita melihat ada sesuatu yang tidak biasanya -- Ia menyembuhkan tidak di depan orang banyak, tetapi secara pribadi. Jelas bahwa Yesus ingin menjalin hubungan antarpribadi dengan orang buta tersebut. Hubungan pribadi dengan Yesus jauh melampaui kepentingan penyembuhan orang buta itu secara fisik. Yesus melakukan penyembuhan secara bertahap, dan akhirnya orang itu sembuh total. Tidak seperti para murid dan orang-orang Farisi yang "buta", orang buta itu akhirnya melihat Tuhan dan memiliki hubungan pribadi dengan Dia. Siapa yang sebenarnya buta? Beberapa kali kita menemukan bahwa setelah Yesus melakukan mukjizat, Ia melarang orang-orang membicarakannya. Di sini pun demikian. Yesus melarang orang itu untuk masuk ke kampung. Keadaan sosial pada waktu itu kemungkinan membuat Yesus tidak ingin membesar- besarkan diri-Nya karena masyarakat bisa mencurigai keluarga- Nya. Namun, kelihatannya perintah Yesus itu dimaksudkan agar berita-berita yang tersebar tidak menghambat pelayanan-Nya. Renungkan: Tuhan dan firman-Nya dekat dengan Anda. Namun, hidup Anda bisa lebih gelap daripada kegelapan dalam diri orang buta yang percaya kepada Allah. |
(0.58664296428571) | (Mrk 8:27) |
(sh: Buat saya (Rabu, 19 Maret 2003)) Buat sayaBuat saya. Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kaisarea Filipi. Tempat ini adalah tempat politik penting di mana kaisar diakui sebagai Tuhan. Tempat ini juga merupakan supermarket berhala, tempat orang-orang memilih dewa-dewi untuk dibeli dan disembah. Maka, kita melihat bahwa pertanyaan Yesus mengenai siapa diri-Nya diajukan pada konteks yang tepat. Yesus memulai dengan pertanyaan mengenai apa yang orang-orang katakan tentang Dia. Ini adalah kebiasaan masyarakat Mediterania purba. Zaman itu, identitas ditentukan bukan oleh diri sendiri, tetapi oleh komunitas. Identitas itu ditegaskan ulang oleh orang-orang lain. Maka, meskipun tentu Yesus mengetahui jawaban dari pertanyaan-Nya, di sini Ia benar-benar ingin mengetahui apa kata orang-orang dan ingin mendapatkan konfirmasi dan identifikasi dari murid-murid-Nya. Penilaian orang-orang lain menunjukkan ketidakmengertian mereka bahwa Yesus adalah yang akan menjadi penyelamat umat manusia sampai setuntas-tuntasnya. Para murid pun ditanyai Yesus, "Menurut kamu ...". Petrus mewakili para murid dan menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias, orang yang diutus dan diurapi Tuhan. Di sini Petrus menunjukkan bahwa bagi dirinya Yesus sungguh-sungguh bermakna. Kebenaran bukan hanya di otak, tetapi Petrus sungguh memahami bahwa Kristus itu adalah Mesias "bagi saya", "buat saya", "untuk saya". Sayang sekali, pemahaman Petrus keliru. Yesus menyatakan bahwa diri-Nya adalah Mesias yang akan menderita, dan mati, tetapi akan menang. Petrus bingung. Ia tidak siap menghadapi kenyataan bahwa Mesias harus menderita. Memang, kebenaran itu sudah ditunjukkan dalam hubungan personal, hanya ia masih harus merevisinya. Renungkan: Kristus bukanlah doktrin, tetapi Penyelamat Anda secara pribadi, sekarang dan di sini. Siapakah Kristus bagi Anda? Siapkah Anda merevisi pemahaman Anda tentang Dia? |
(0.58664296428571) | (Mrk 8:34) |
(sh: Harga mengikut Yesus (Kamis, 20 Maret 2003)) Harga mengikut YesusHarga mengikut Yesus. Dalam perikop ini, Yesus memanggil banyak orang dan murid-murid- Nya untuk mendekat. Ia ingin sebanyak mungkin orang mendengar apa yang akan dikatakan-Nya. Ia berbicara mengenai penyangkalan diri ketika orang-orang ingin mengikut Dia. Ia sungguh adalah Mesias, dan mengikut Dia berarti mengikut Allah yang mengutus- Nya. Adalah kepentingan orang-orang yang mendengar pada waktu itu untuk taat kepada Allah dan kepada Mesias yang diutus Allah. Namun, Mesias yang datang adalah Mesias yang harus menderita dan Mesias yang menuntut orang-orang untuk juga menderita bersama Dia. Menyangkal diri dan memikul salib menunjukkan panggilan untuk mengarahkan hidup dari diri kepada Allah. Yang penting adalah kehendak Allah. Bahkan, jikalau harus mati sekalipun, sebagaimana digambarkan dengan perjalanan memikul salib ke tempat pemakuan, itu adalah syarat yang harus ditempuh. Tujuan akhirnya adalah mengikut Yesus, masuk dalam hubungan pribadi dengan Dia secara utuh -- "bukan Aku, melainkan Kristus". Mereka yang menolak untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah adalah mereka yang akan kehilangan banyak hal. Mereka juga akan menerima hukuman kekal dari Anak Manusia yang akan datang menjadi Hakim untuk kedua kalinya. Di antara orang yang mendengar, dikatakan bahwa mereka akan melihat Kerajaan Allah datang dengan kuasa. Ini mengacu ke peristiwa pemuliaan Yesus di atas gunung dalam bagian selanjutnya. Peristiwa itu adalah kecapan awal dari Kerajaan Allah yang datang secara penuh di akhir zaman. Harga yang dibayar akan diganti kemuliaan! Renungkan: Hari ini, sangkal keinginan dan dosa Anda yang bertentangan dengan firman Allah. Kita sedang dibawa menuju kemuliaan! |
(0.58664296428571) | (Mrk 9:2) |
(sh: Anda berharga di mata Allah (Jumat, 21 Maret 2003)) Anda berharga di mata AllahAnda berharga di mata Allah. Teks hari ini mengajak kita melihat bahwa Yesus dan tiga orang murid-Nya naik ke sebuah gunung dan di sana Yesus dimuliakan, Ia mengalami transfigurasi -- sebuah perubahan penampakan. Yesus tampil sebagai Yang Mulia, dengan cahaya yang selalu menyertai ide tentang kebesaran dan keagungan Allah. Dengan peristiwa ini, tergenapilah apa yang disampaikan dalam 9:1, bahwa ada orang- orang yang akan melihat Kerajaan Allah datang dengan kuasa. Mengiringi Yesus, tampillah Elia dan Musa. Kedua nabi ini muncul lagi dengan maksud-maksud yang jelas. Musa adalah wakil dari perjanjian yang lama yang akan segera digenapi dengan kematian Kristus. Elia adalah yang akan memulihkan segala sesuatu (ayat 12). Maka, kehadiran Musa dan Elia menunjukkan bahwa penderitaan Kristus sudah dekat dan perwujudan rencana Allah bagi manusia akan makin jelas. Petrus kembali menunjukkan bahwa ia tidak memahami kemesiasan Kristus (ayat 5-6). Ia melihat kemesiasan hanya sebagai sesuatu yang mulia, bukan kemuliaan yang akan dicapai melalui penderitaan. Bagian ini menunjukkan ketragisan - - di dalam posisinya yang paling dekat dengan kebenaran, Petrus kehilangan kebenaran karena silau oleh kemuliaan. Ia ingin menjadi berharga. Datanglah awan kemuliaan Tuhan dan suara yang menyatakan ke-Anakan Yesus kembali terdengar, mengingatkan kita akan saat pembaptisan Yesus. Jelaslah bahwa otoritas Yesus diteguhkan di sini, namun juga keberhargaan-Nya. Ia adalah Anak Allah, entah apa pun perkataan dan penolakan orang. Ke-Anakan ini juga memunculkan tanggung jawab untuk taat mutlak terhadap kehendak Allah. Sebagaimana Yohanes Pembaptis menderita (ayat 11-13), Yesus akan menderita -- namun menuju kemuliaan.
Renungkan:
Anda berharga meskipun orang lain dan Anda sendiri tidak merasa
demikian. Anda berharga karena Anda adalah anak Allah ( |
(0.58664296428571) | (Mrk 9:14) |
(sh: Sebuah kebergantungan (Sabtu, 22 Maret 2003)) Sebuah kebergantunganSebuah kebergantungan. Pengalaman hidup kerohanian kita, doktrin yang kita miliki, prestasi yang telah kita capai kadang membuat kita tidak peka lagi terhadap kerohanian yang sesungguhnya. Kehidupan rutin keagamaan sering kali menumpulkan kita, dan kita terhanyut oleh rutinitas yang hampa, namun berjubah mengkilap. Para murid mengalami keadaan seperti ini. Mereka bingung karena gagal mengusir setan dari seorang yang kelihatannya diserang ayan, tetapi akibat kerasukan. Mereka merasa bahwa otoritas dan kuasa ada dalam genggaman mereka, sama dengan sang pengutus, dalam hal ini Kristus. Tetapi, yang terjadi adalah mereka dipermalukan -- mereka gagal, dan akibatnya otoritas dan kuasa Yesus pun dipertanyakan oleh banyak orang. Apa yang keliru di sini? Yang keliru adalah bahwa para murid hanya bersandarkan kekuatan diri mereka sendiri. Mereka mengingat kejadian-kejadian lampau ketika mereka berhasil mengusir setan, dan merasa bahwa mereka bisa melakukannya lagi. Namun, tentu saja mereka tidak begitu pasti dengan apa yang mereka lakukan. Maka, di sana terdapat keraguan juga -- dan para murid tidak berdoa kepada Allah untuk mendapatkan kekuatan. Mereka bergantung kepada diri mereka sendiri. Reaksi para murid sangat kontras dengan apa yang dikatakan oleh ayah sang anak (ayat 24). Ia menyatakan dengan jujur bahwa ia ingin percaya kepada Yesus, dan ia menyerahkan ketidakpercayaannya kepada Yesus. Iman yang seperti ini merupakan iman yang hidup, iman yang peka, iman yang jujur kepada diri sendiri, kepada orang lain, dan kepada Tuhan. Inilah permulaan dari spiritualitas yang sejati: suatu pemilahan yang jelas akan kemurnian hubungan kita dengan Tuhan. Renungkan: Periksalah hubungan Anda dengan Tuhan. Apakah suatu kebergantungan mutlak atau sekadar memori yang indah. |
(0.58664296428571) | (Mrk 9:42) |
(sh: Melepas dan menerima (Senin, 24 Maret 2003)) Melepas dan menerimaMelepas dan menerima. Kita bukan hanya hidup di dunia, tetapi dunia itu mengikat kita. Kadang dunia memiliki kita dan kita harus terus hidup di dunia. Namun demikian, bagaimana seharusnya hidup di dunia tanpa tercengkeram olehnya? Para pengikut Yesus diperingatkan agar tidak menghentikan usaha mereka yang mengusir setan demi nama Yesus karena mereka juga adalah orang-orang percaya. Jika para murid "menyesatkan" mereka, yaitu, membuat mereka tidak lagi bersekutu dengan Yesus, maka para murid akan menerima ganjaran yang keras -- suatu hukuman mati. Yesus meneruskan nasihat-Nya, masih berkenaan dengan bagaimana menaati kehendak Allah. Yesus berbicara tentang pengorbanan diri sampai semaksimal mungkin, dengan melepas apa yang seharusnya dilepas daripada hal-hal tertentu akan membuat orang kehilangan segala sesuatunya. Di sini kita diingatkan lagi tentang tiga zona dalam kehidupan manusia, yang mencakup tangan, kaki, dan mata. Kehidupan orang percaya haruslah utuh untuk Tuhan, dan ia harus berusaha untuk sedapat mungkin meminimalkan kecemaran dengan melepaskan kemelekatan. Ayat 49 memberikan kepada kita semacam peringatan akan pemurnian. Murid-murid akan menghadapi penganiayaan, dan mereka akan dimurnikan. Untuk itu, mereka perlu menyiapkan diri menghadapi masa-masa sulit. Ayat 50 berbicara bukan lagi tentang garam penyucian, tetapi tentang garam sehari-hari. Di sini para murid berfungsi sebagai garam dunia yang akan menyucikan dunia dengan tumpahnya darah mereka ke tanah. Misi yang mereka kerjakan adalah misi yang krusial, dan mereka harus bersatu padu untuk melaksanakan amanat agung Tuhan memberitakan Injil-Nya! Renungkan: Melepaskan sesuatu yang kita sayangi dan nikmati memang tidak enak. Namun, kita akan menerima kehidupan yang sejati bila itu sesuai kehendak Allah. |
(0.58664296428571) | (Mrk 10:1) |
(sh: Cita-cita Allah (Selasa, 25 Maret 2003)) Cita-cita AllahCita-cita Allah. Salah satu topik penting yang terus dibicarakan dan diperdebatkan di kalangan Kristen adalah perceraian. Dari dulu, gereja menggumuli bagaimana mengatasi persoalan ini. Namun, persoalan ini semakin pelik dan sulit dicarikan titik temunya karena masing-masing gereja memiliki persepsi sendiri. Bagaimana Alkitab memandang hal ini? Dengan tujuan hendak menguji apakah Yesus sepandangan dengan Musa, orang Farisi bertanya tentang perceraian. Namun usaha pengujian ini menjadi sia-sia karena ternyata Yesus justru balik bertanya mengenai apa yang Musa perintahkan. Kemungkinan besar, Yesus sudah tahu maksud orang-orang Farisi yang ingin mengadunya dengan pandangan Musa. Tetapi, orang-orang Farisi itu tidak menjawab apa yang diperintahkan tetapi apa yang diperbolehkan Musa. Memang, menurut Ulangan 24:1, Musa memperbolehkan perceraian dengan syarat ada surat perceraian. Yesus tidak menyangkal hal itu, tetapi ketentuan itu diberikan bukan berdasarkan perintah Allah, yang diberikan sejak awal penciptaan, tetapi untuk memuaskan kedegilan hati orang-orang zaman itu. Yesus menjelaskan dua hal penting tentang cita-cita Allah menciptakan laki-laki dan perempuan (lih. Kej. 1:27 dan 2:24). Pertama, pernikahan adalah rencana Allah. Di dalamnya laki-laki dan perempuan hidup dalam suatu persekutuan yang tak terpisahkan, saling berbagi, saling mengisi, saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan harus berlangsung seumur hidup. Kedua, laki-laki harus meninggalkan ayah dan ibunya untuk menjadi "satu daging" dengan istrinya. Artinya, mereka berada dalam persekutuan hidup yang utuh dan permanen. Karena itu tidak mungkin dipisahkan, bahkan dengan alasan apa pun! Renungkan: Pernikahan Anda dengan istri atau suami Anda adalah cita-cita Allah untuk Anda. Karena itu peliharalah perkawinan Anda sebagai bentuk syukur Anda kepada Allah. |
(0.58664296428571) | (Mrk 10:13) |
(sh: Anak berhak atas kabar keselamatan (Rabu, 26 Maret 2003)) Anak berhak atas kabar keselamatanAnak berhak atas kabar keselamatan. Di tengah perbincangan Yesus dengan para murid tentang ketidakmengertian mereka terhadap topik perceraian, para murid merasa terganggu dan marah. Mengapa? Karena ada orang-orang yang secara spontan membawa anak-anak mereka untuk Yesus jamah. Kemungkinan besar kemarahan mereka ini didasarkan pada tiga hal. Pertama, konsentrasi mereka terganggu; kedua, mereka tidak ingin Guru mereka direpotkan oleh anak-anak, dan ketiga, tradisi. Dalam agama Yahudi anak-anak sama sekali tidak ada harganya, termasuk tidak memiliki hak untuk menjadi anak-anak Allah. Pemahaman poin ketiga inilah yang Yesus jadikan senjata untuk mengubah pandangan tersebut. Jika para murid marah melihat orang-orang yang mengantarkan anak- anak mereka, Yesus pun marah. Namun kemarahan Yesus tertuju pada tindakan para murid. Dia menolak tindakan tersebut. Jika masyarakat Yahudi menganggap bahwa anak-anak hina, tak berguna apalagi memiliki hak untuk menjadi warga Kerajaan Allah, Yesus bersikap sebaliknya. Ia membiarkan anak-anak itu datang kepada- Nya. Yesus menjelaskan bahwa Kerajaan Allah justru tersedia bagi yang kecil, yang terhina dan yang tidak berguna (ayat 14)! Ucapan Yesus ini bernada anti-Farisi, artinya Yesus ingin menunjukkan kepada mereka yang beranggapan bahwa hanya orang- orang yang telah melaksanakan hukum menurut pemahaman Farisi sajalah yang berhak masuk ke Kerajaan Allah. Tidak dipungkiri bahwa pemahaman seperti ini masih ada yang meyakini. Yesus menggunakan keberadaan anak-anak untuk menjelaskan tentang prinsip atau sikap spiritual yang harus orang-orang Kristen laksanakan. Yesus mengajak kita agar belajar dari kepolosan, kesederhanaan, dan kesetiaan yang dimiliki oleh anak-anak ketika kita menyambut Kerajaan Allah. Renungkan: Hanya dengan keberadaan yang kecil, rendah, dan hina itulah kita tertunduk dan takluk kepada Allah. |
(0.58664296428571) | (Mrk 10:32) |
(sh: Ada apa dengan Yerusalem? Yerusalem, adalah kota yang disebut-sebut (Jumat, 28 Maret 2003)) Ada apa dengan Yerusalem? Yerusalem, adalah kota yang disebut-sebutAda apa dengan Yerusalem? Yerusalem, adalah kota yang disebut-sebut Yesus dalam pemberitaan-Nya sebagai kota penggenapan rencana keselamatan Allah. Di kota inilah Yesus akan mati di tangan bangsa-bangsa kafir! Mereka yang menyertai Yesus masuk kota itu cemas. Satu-satunya yang tidak menunjukkan kecemasan dalam rombongan itu hanyalah Yesus. Yesus dengan penuh kerelaan menyadari bahwa Ia harus menderita, dan mati bagi semua orang. Perjalanan menuju Yerusalem adalah perjalanan penuh ketakutan dan penderitaan, tetapi sekaligus perjalanan menuju kemenangan di mana semua tindakan dan karya-Nya mengarah ke salib yang membebaskan kita dari kuasa dosa. Sungguh ironis, sebab di saat para murid cemas, Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, melihat kondisi ini sebagai suatu kesempatan untuk mendapatkan kedudukan tinggi, dan tempat terhormat. Namun permintaan mereka dijawab Yesus dengan menjelaskan dua hal. Pertama, cawan yang harus Ia minum. Cawan itu merupakan lambang sukacita (lih. Mzm. 23:5; 116:13), dan dukacita dalam PL (lih. Mzm. 11:6; Yeh. 23:31-34; Yes. 51:17-23; Yer. 25:15; Rat. 4:21). Yesus memakai cawan dalam pengertian terakhir, yaitu bahwa Ia harus minum dari cawan yang berisikan hukuman. Kedua, baptisan. Dibaptis berarti merendahkan diri dengan penuh kepatuhan, mengorbankan diri sendiri (bdk. Luk. 12:50). Melalui kedua gambaran ini jelas bahwa demi Kerajaan itu Yesus harus menderita. Mampukah para murid melakukan hal ini? Melalui penderitaan Kristus, kita mendapatkan teladan pelayanan dan kehidupan kristiani, yaitu melayani dalam kasih, kerendahan hati, penaklukan diri kepada kehendak Allah (bdk. Flp. 2:1-11). Renungkan: Kebenaran Allah menjadi nyata melalui kematian Yesus Kristus, dan belas kasihan Allah kepada kita dinyatakan melalui kurban pengganti yang Allah sendiri berikan. |
(0.58664296428571) | (Mrk 10:46) |
(sh: Bartimeus (Sabtu, 29 Maret 2003)) BartimeusBartimeus. Buta, miskin, sendiri, hidup dari belas kasihan orang lain. Begitulah gambaran tentang Bartimeus yang dipaparkan oleh Markus. Dalam semua Injil Sinoptik, hanya Markus yang menyebutkan namanya. Ada apa dengan Bartimeus? Ternyata Bartimeus bukanlah tipe orang yang malas, yang tidak mau bangkit dari keadaan seperti anggapan orang saat itu. Justru Bartimeus adalah tipe orang yang berkemauan keras dan berkeyakinan bahwa suatu saat ia akan terbebas dari penderitaan. Apakah keyakinan Bartimeus berlebihan? Secara kasat mata mustahil bagi Bartimeus untuk terpenuhi harapannya. Tetapi, semua keraguan kebanyakan orang saat itu pupus ketika Yesus melintasi kota Yerikho, dalam perjalanan menuju Yerusalem. Berita bahwa Yesus akan lewat, membuat hati Bartimeus tergerak untuk meminta perhatian Yesus. Cemoohan dan hardikan orang banyak bukan penghalang bagi Bartimeus untuk terus berseru kepada Yesus. Bartimeus yakin bahwa inilah saat yang tepat baginya untuk bangkit dari ketidakberdayaan, untuk hidup normal seperti kebanyakan orang. Usaha kerasnya tidak sia-sia. Sapaan "Anak Daud, kasihanilah aku" menunjukkan bahwa siapa Yesus telah sampai ke telinga Bartimeus, dan itu menggerakkan hati Yesus. Yesus mendengar seruannya dan memenuhi kebutuhannya. Dari Bartimeus kita belajar tentang iman yang benar, yaitu iman yang diarahkan kepada Anak Daud, Mesias yang dijanjikan Allah. Keyakinan yang didasari iman yang hidup itu tidak hanya membuatnya mampu bertahan tetapi lebih lagi membuatnya mengalami perkara besar dalam hidupnya. Masing-masing kita pun dapat terhisab dalam perkara besar Allah sejauh dasarnya adalah iman yang benar dan hidup. Renungkan: Kenalilah benar permohonan yang Anda sampaikan kepada Tuhan Yesus. Apakah itu benar-benar kebutuhan hakiki yang didasari oleh iman yang hidup atau sekadar keinginan belaka? |
(0.58664296428571) | (Mrk 11:12) |
(sh: Kuantitas tanpa kualitas? (Senin, 31 Maret 2003)) Kuantitas tanpa kualitas?Kuantitas tanpa kualitas? Sama seperti manusia kebanyakan, Yesus pun dapat merasakan lapar. Keberadaan pohon ara yang lebat daunnya membangkitkan selera Yesus untuk menikmati buahnya. Tetapi harapan-Nya tidak terpenuhi karena ternyata pohon itu tidak berbuah. Tentu saja Yesus tidak akan menemukan buahnya, karena saat itu belum musim buah ara. Tetapi Yesus kecewa sehingga Ia mengutuk pohon ara tersebut. Mungkinkah Yesus mengutuk pohon ara karena rasa lapar? Tindakan Yesus ini banyak menimbulkan perdebatan. Sebagian ahli berpendapat bahwa kemarahan Yesus tidak dapat diterima akal sehat. Jangan kita terburu-buru mengeluarkan pendapat tentang peristiwa ini. Perhatikan apa yang Markus katakan. Markus melihat bahwa kutukan ajaib Yesus ini mempunyai makna simbolis. Pohon ara adalah simbol bagi umat Israel. Sebagai bangsa yang memiliki status umat Allah, Israel adalah pohon ara Allah. Allah berharap bahwa pohon tersebut menghasilkan buah-buah kebenaran sehingga makin banyak orang mengenal-Nya. Tetapi sayang, status mulia itu hanya menjadi kebanggaan hampa karena tidak diiringi kenyataan yang membuktikan keistimewaan tersebut. Secara kuantitas, umat bertumbuh pesat dalam pengetahuan dan pekerjaan keagamaan, tetapi secara kualitas, mereka mandul karena tidak menghasilkan buah-buah kebenaran. Status umat Allah tanpa diiringi dengan kenyataan, hanya akan mempermalukan nama Allah. Ini tampak jelas ketika Yesus melihat bagaimana mereka memperlakukan Bait Suci seperti pasar. Seperti umat Israel, kita pun menyandang status umat Allah. Jangan membuat Yesus kecewa karena Dia tidak menemukan buah-buah kebenaran dalam diri kita. Membuat Yesus kecewa sama artinya dengan menyiapkan diri menerima nasib seperti pohon ara. Renungkan: Mengaku diri Kristen berarti siap mengeluarkan buah yang sepadan, dan tidak puas hanya dengan status dan simbol. |
(0.58664296428571) | (Mrk 11:20) |
(sh: Memindahkan gunung (Selasa, 1 April 2003)) Memindahkan gunungMemindahkan gunung. Bagi orang Kristen, ini mungkin sudah biasa. Iman yang sanggup memindahkan gunung adalah slogan dari banyak orang Kristen. Sayang, kadang iman dimengerti secara sangat simpel, "percaya saja!" Nas ini mengajak kita untuk merenungkan, iman seperti apa yang sanggup memindahkan gunung. Pohon ara yang mengering karena kutukan Yesus menjadi batu loncatan bagi diskusi tentang apa arti dari kepercayaan kepada Allah. Pertama tentu saja adalah kepercayaan penuh kepada kuasa Allah. Bahkan, iman ini (Yun.: pistis) dapat memindahkan gunung ke dalam laut. Tidak ada yang tidak mungkin untuk terjadi bagi orang yang meminta dan berdoa kepada Allah. Tetapi ada hal penting lain yang tidak boleh dilupakan. Seseorang yang beriman kepada Allah juga harus mempunyai hubungan yang baik pula dengan sesamanya. Iman yang dapat memindahkan gunung tidak terpisahkan dari perbuatan yang dapat meruntuhkan tembok- tembok pemisah. Yesus dengan spesifik menunjuk kepada mengampuni kesalahan sesama. Di dunia yang penuh dengan kemajuan teknologi ini, kadang sungguh-sungguh lebih mudah memindahkan sebuah bukit ke dalam laut untuk menguruk sebuah teluk ketimbang meruntuhkan tembok maya berupa kebencian antara sesama manusia. Karena itu, pengampunan kepada sesama sebenarnya merupakan salah satu tanda iman yang penting. Bahkan bisa dikatakan, seseorang belum benar- benar beriman kepada Allah, dan kepada karya pengampunan-Nya, bila ia belum dapat mengampuni sesamanya. Ingin memindahkan gunung, dan melakukan hal-hal besar lain bagi Allah dalam iman dan ketaatan kepada kehendak-Nya? Saling mengampunilah karena Allah. Renungkan: Hal terpenting bukan bahwa gunung pindah, tetapi demi rencana kasih dan kemuliaan Siapa sang gunung pindah karena iman? |
(0.58664296428571) | (Mrk 11:27) |
(sh: Abstain terhadap kebenaran (Rabu, 2 April 2003)) Abstain terhadap kebenaranAbstain terhadap kebenaran. Kita di Indonesia terbiasa mengerti, membaca, mendengar kata "politik" dan "kuasa" dalam makna silat kata, dan sering kali berujung pada silat antar pendukung. Nas ini memberikan suatu dimensi baru bagi kata "politik". Karya-karya mukjizat Yesus ternyata juga punya dimensi politis, sehingga menarik perhatian para petinggi sosio-religius Yahudi. Pertanyaan para imam dan ahli Taurat itu bukanlah pertanyaan polos penuh kekaguman yang ingin sungguh-sungguh mengetahui kuasa yang menyebabkan Yesus mampu melakukan semua itu. Pertanyaan mereka adalah pertanyaan yang berusaha mengeksplorasi kemungkinan- kemungkinan untuk menjatuhkan Yesus. Respons Yesus justru membalikkan pertanyaan mereka sehingga kini para iman dan ahli Tauratlah yang terpojok dan harus memutuskan: menurut mereka sendiri dari manakah kuasa Yesus berasal? Respons mereka yang berupa jawaban "tidak tahu" sangat menyedihkan. Pemimpin bangsa memutuskan mana yang "benar" berdasarkan pertimbangan yang picik dan mementingkan diri secara politis, dan akhirnya bersikap pengecut dengan tidak berani menerima implikasi pertanyaan mereka sendiri. Kuasa Yesus jelas datang dari Allah ("surga", ayat 30, adalah kata ganti favorit orang Yahudi untuk Allah, demi menaati hukum ke- 3), sama seperti jika kuasa dan panggilan Yohanes untuk membaptis dan memberitakan seruan pertobatan. Keduanya terkait. Menyatakan bahwa salah satu dari Allah berarti menegaskan keduanya dari Allah, juga sebaliknya. Kiranya Kristen masa kini tidak menjadi seperti para imam yang dengan konyol memilih tidak tahu pada saat harus memilih. Renungkan: Dalam mengakui, menyatakan dan memperjuangkan kebenaran, tidak dikenal pilihan abstain. Sabda Yesus: "barangsiapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku ..." (Mat. 12:30). |
(0.58664296428571) | (Mrk 12:1) |
(sh: Karikatur verbal para imam dan ahli Taurat (Kamis, 3 April 2003)) Karikatur verbal para imam dan ahli TauratKarikatur verbal para imam dan ahli Taurat. Dalam sejarah berbagai negara, reformasi bahkan revolusi biasanya memakan banyak korban. Cukup sering korban pertama yang jatuh justru di kalangan seniman. Sebabnya simpel, bentuk-bentuk penyampaian pesan yang bersifat nyeni dan tak langsung kadang lebih tajam dan meresap daripada yang langsung. Yesus ahli dalam menggunakan ini. Perumpamaan pun adalah salah satu media yang tajam, yang ketajamannya sangat terasa melalui perumpamaan pada nas ini. Perumpamaan ini didasari oleh nas Yesaya 5 yang menyebut Israel sebagai kebun anggur Allah (Yes. 5:7). Namun, kini yang menjadi pusat perhatian bukanlah kebun anggur itu sendiri, tetapi para penggarap upahan yang mengurus kebun anggur tersebut. Interaksi antara pemilik kebun anggur, para penggarap dan anak kekasih inilah yang menjadi inti dari perumpamaan ini. Ia mengarahkan perhatian para pendengarnya kepada dua hal. Pertama, pemberitahuan tentang kematian Yesus, yang diumpamakan sebagai anak pemilik kebun anggur yang kekasih, yang diutus kepada para penggarap. Kedua, penolakan serta keputusan penghukuman terhadap para pemimpin keagamaan Yahudi yang diumpamakan sebagai para penggarap penyewa yang tidak bertanggung jawab dan jahat. Perumpamaan ini menjadi karikatur yang suram tetapi mengena tentang para pemimpin keagamaan Yahudi zaman Yesus. Karikatur verbal ini makin lengkap ketika mereka marah dan berusaha menangkap Yesus, tetapi takut kepada orang banyak. Peringatan bagi kita, bahwa selalu ada godaan untuk menyalahgunakan otoritas yang diberikan Allah. Penyalahgunaan adalah penolakan terhadap Allah, yang akan diikuti oleh penghukuman. Renungkan: Kristus diutus dan mati bagi kita. Pementingan diri sendiri adalah penolakan terhadap kedatangan dan pengorbanan-Nya. |