Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 241 - 260 dari 1252 ayat untuk masih [Pencarian Tepat] (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.28643082222222) (Mi 5:2) (ende)

Dawud berasal dari Betlehem. Kelak dari kota jang tidak seberapa itu akan muntjullah radja jang besar menurut rentjana Jahwe (bagiKu). Ia berasal dari sediakala dan masa purba, sebab ia adalah turunan Dawud, wangsa keradjaan jang kuno. Radja itu ialah al-Masih.

(0.28643082222222) (Mi 5:3) (ende: karena itu)

jakni karena radja itu kelak muntjul, pembuangan akan berlangsung untuk sementara sadja. Pembuangan itu berhenti bila ibu tertentu melahirkan anak tertentu. Ibu dan anak itu ialah perawan dengan anaknja dari Yes 7:14. (lihat keterangan disana). Djadi al-Masih dengan ibunja.

(0.28643082222222) (Mat 11:11) (ende: Jang terketjil)

Barangkali Jesus maksudkan dengan ungkapan itu, para rasul. Kalau demikian maka dasar perbandingan bukan keunggulan pribadi, melainkan keagungan tugas. Tetapi mungkin pula Jesus ingat akan martabat (kekudusan) ataskodrati setiap "anak Allah" dalam Keradjaan Allah jang baru, sedangkan "kekudusan" Joanes Pemandi masih bersifat kebenaran Perdjandjian Lama.

Bagaimanapun djuga, maksud utama Jesus tentulah menekankan keutamaan Perdjandjian Baru diatas jang Lama.

(0.28643082222222) (Mat 14:1) (ende: Herodes)

ini ialah Putera Herodes Agung. Ingatlah Mat 1:2. Ia hanja mendapat sebagian dari keradjaan ajahnja. Gelarannja jang resmi ialah "tetrarka", jang lebih rendah dari pada gelaran "radja".

Ia baru-baru mentjeraikan isterinja jang sah, lalu kawin dengan isteri saudaranja Pilipus, sedangkan Pilipus masih hidup.

(0.28643082222222) (Mat 26:31) (ende: Menaruh sjak)

Murid-murid kemudian ragu-ragu dan gelisah sebab merasa seolah-olah rentjana dan usaha Jesus telah gagal. Mereka akan melarikan diri (Mat 26:56) dan Petrus akan menjangkal Jesus. Pengertian dan iman mereka masih sangat lemah.

(0.28643082222222) (Mrk 2:19) (ende)

"Pengantin". Pemakaian istilah ini sebagai pelambang hubungan Jesus dengan umatNja jang masih ketjil, jaitu dengan murid-muridNja, mirip sekali dengan pemakaian istilah itu oleh Allah, untuk menjatakan hubunganNja jang mesra dengan umat Israel. Djadi Jesus disinipun menjatakan DiriNja dengan samar-samar sebagai Putera Allah, jang bermartabat Ilahi.

(0.28643082222222) (Luk 3:2) (ende: Anas)

Ia imam-agung dalam tahun 6-15, tetapi dipetjat oleh pemerintah Roma dan diganti oleh mentuanja Kaifas. Meskipun demikian ia masih digelar imam-agung dan pengaruhnja jang sangat besar tetap tinggal.

(0.28643082222222) (Rm 7:6) (ende: Dalam kekolotan huruf)

Hidup kolot itu ialah hidup orang Jahudi, jang masih berusaha melaksanakan tuntutan-tuntutan hukum dan adat-istiadat Jahudi, tetapi mentjukupkan diri dengan perbuatan-perbuatan lahiriah sadja, tepat menurut bunji perkataan (huruf)nja. Mereka didorong oleh tjita-tjita djasmani dan duniawi dan tidak oleh tjinta kepada Allah dan kepada sesama manusia.

(0.28643082222222) (Rm 9:23) (ende: Untuk menjatakan kekajaan kemuliaanNja)

Kedua Rom 9:22 dan Rom 9:23 dalam hubungannja dapat ditafsirkan: Allah membiarkan kaum Jahudi masih tetap menolak Indjil, supaja Indjil lebih berhasil diantara bangsa-bangsa bukan-Jahudi. Bdl. Rom 11:11-12 dan sikap Paulus dalam Kis 13:46; 18:16 dan Kis 19:9.

(0.28643082222222) (Rm 11:17) (ende: Zaiton hutan)

ialah jang tidak dipelihara orang, tidak berbuah atau buah-buahnja tidak berharga.

(0.28643082222222) (Rm 13:12) (ende: Malam)

kehidupan didunia jang masih mengalami kekaburan pengertian dan ketjondongan kepada dosa.

(0.28643082222222) (Rm 14:4) (ende: Siapakah engkau?)

Tentu sadja Paulus memaksudkan golongan saudara-saudara Jahudi, dan saudara-saudara bukan Jahudi jang dipengaruhi oleh mereka itu, jang masih pertjaja dan teguh berpegang pada adat-istiadat Jahudi.

(0.28643082222222) (1Kor 6:8) (ende)

Kata-kata sangat hebat dalam ajat ini, lebih lagi berhubung dengan daftar dosa-dosa dalam kedua ajat berikut, mengesankan, bahwa apa jang dimaksudkan Paulus dengan "katakadilan" dan "perampasan" djauh lebih buruk dari pada gugatan tentang perkara-perkara remeh dimuka hakim tak beriman. Dan kita mendapat kesan, bahwa dosa-dosa itu masih djuga terdapat dalam umat itu.

(0.28643082222222) (1Kor 6:11) (ende)

Rasul tiba-tiba melembutkan suaranja. Rupanja ia takut kalau-kalau katanja jang memang terasa agak berlebih-lebihan dan kasar, mengetjilkan hati umat. Sebab itu ia menandaskan, bahwa keadaan mereka sudah lain sekali. namun Paulus masih tjemas, seperti terang dalam fasal berikut.

(0.28643082222222) (1Kor 16:10) (ende)

Dalam 1Ko 4:17 kita batja, bahwa Timoteus sudah ditengah djalan, tugasnja tentu tidak mudah, sebab harus membereskan kekatjauan seperti jang tergambar dalam surat ini. Tambah lagi bahwa ia masih muda. Sebab itu dapat kita mengerti, bahwa Paulus sangat chawatir, kalau-kalau Timoteus tidak mendapat sambutan jang lajak sampai pekerdjaan kurang berhasil.

(0.28643082222222) (Gal 1:7) (ende: Orang-orang tertentu)

Njata dari uraian Paulus selandjutnja, bahwa jang dimaksudkan, ialah saudara-saudara bangsa Jahudi, jang masih beranggapan, malah mengandjurkan kepada saudara-saudara bukan-Jahudi, bahwa untuk diselamatkan disamping kepertjajaan akan Kristus, perlu lagi mereka disunat dan menganut adat kebiasaan orang Jahudi.

(0.28643082222222) (Ef 2:6) (ende: Telah mendudukkan kita disurga)

Sebagai anggota Tubuh mistikNja kita ada "dalam Kristus", jaitu dalam Kristus jang duduk dalam kemuliaanNja disurga. Kita sudah mempunjai bagian dalam kemuliaan itu, tetapi masih setjara tersembunji. Kita sedang menikmati "tjengkeramnja" (Efe 1:14) dalam kepertjajaan dan pengharapan dan itu sudah mempengaruhi sikap dan tjara hidup kita. Bdl. Efe 1:18-23.

(0.28643082222222) (Kol 3:3) (ende: Sudah mati)

jaitu mengenai hidup lama dalam keadaan berdoa.

(0.28643082222222) (1Ptr 1:1) (ende)

SURAT PERTAMA SANTU PETRUS

KATA PENGANTAR

Pengarang

Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah penulis surat ini. Kesatuan pendapat itu telah utuh, sampai ketika sardjana- sardjana Kitab Kudus dari djaman modern ini mengemukakan beberapa keberatan terhadapnja.

Isi surat ini sendirilah jang harus memberi putusan dan penjelesaian jang sebenarnja. Disamping setjara terang-terangan menundjukkan dirinja sebagai Petrus, "Rasul Kristus", pengarang sepintas lalu dalam bab 5:1 menjebut dirinja sebagai rekan-imam dan penjaksi kesengsaraan Kristus". Djuga Markus, jang oleh Papias disebut sebagai "djuru bahasa" Petrus di Roma, disangka ada bersama Petrus, tatkala dia menulis suratnja (5:13). Keaslian surat ini diperteguhkan lagi oleh beberapa perhubungannja dengan kehidupan dan pengadjaran Kristus .

Gaja bahasa Djunani, sekalipun kurang mutunja daripada gaja jang dipergunakan oleh St. Jakobus dalam suratnja, dahulu pernah dianggap sebagai suatu alasan untuk mengingkari Petrus sebagai pengarang surat ini. Namun sebagaimana halnja dengan Jakobus dan Judas, orang sama menjetudjui sekarang sistim pemakaian djurutulis, jang tentu djuga terdjadi pada masa Petrus.

Penulis terus terang mengatakan bahwa ia menulis "dengan perantaraan Silvanus" (5:12). Akibatnja ialah sekalipun isi pikiran itu timbul dari Petrus, tetapi bahasanja disusun oleh djurutulisnja.

Pembatja

Ajat pertama dari surat ini menundjukkan bahwa ia ditulis untuk orang serani di Asia Ketjil. Entah orang-orang serani itu terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi atau kafir, masih dipersoalkan. Karena alasan-alasan jang diberikan belum mentjapai persetudjuan penuh, maka rasanja dapat dikatakan bahwa tak ada kelompok orang serani tertentu jang dimaksudkan. Dengan pasti ialah bahwa bagian terbesar orang serani terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi. Tetapi tatkala surat ini ditulis, Paulus dan rekan-rekannja telah menobatkan banjak orang kafir di Asia Ketjil. Kemungkinan jang terbesar ialah bahwa surat ini ditudjukan kepada Para miskin dan hamba sahaja di Asia Ketjil (2:18).

Waktu, kesempatan dan tempat dimana surat ini ditulis

Pada kesempatan mana Petrus menulis surat ini, tidak kita ketahui. Dari isi surat hanja dapat kita simpulkan bahwa Petrus bermaksud memberanikan orang serani dalam pertjobaan, dan menghidupkan iman jang mendapat serangan sekian banjak (4:12).

Bahwa surat ini ditulis di Roma, itu tentu pasti. Dengan menjebut nama Babylon (5:13), Petrus agaknja hendak mengawaskan kota Roma jang kafir itu, jang kedjajaannja menjamai kemakmuran djasmani Babylon purba. Karena Petrus meninggal di Roma pada djaman penganiajaan Nero, dan karena ketika itu penganiajaan belum lagi meletus, maka agaknja surat ini ditulis mendjelang achir tahun 64 ses. Kristus. Kepastian waktu surat ini menundjukkan bahwa kutipan-kutipan surat St. Paulus didalam surat St. Petrus itu mungkin.

Gajabahasa

Sekalipun surat ini, sebagaimana djuga surat St. Jakobus, pada dasarnja berisikan adjakan moril, namun dalam beberapa hal ia bukan memuat adjaran moral. la lebih menjerupai bentuk sebuah surat dengan suatu kata pendahuluan jang pandjang (1:1-2), lalu menjusul suatu doa sjukur (1:3-5) jang lazim kedapatan pada banjak surat dizaman itu, dan berachir dengan suatu utjapan selamat (5:12- 14). Tjara penjadjian bahan djuga sederhana, tidak sangat ilmiah. Achirnja, faktor-faktor iman jang digunakan untuk memberi arti kepada adjakan itu djauh lebih banjak daripada St. Jakobus dan menundjukkan suatu teologi penebusan jang tjukup dalam isinja. Teologi penebusan itu dikemukakan dalam suatu bentuk jang sesuai benar dengan liturgi Sakramen Permandian (tjontohnja: 1:3; 2:2; 3:21 dll). Banjak sardjana modern berjakin bahwa isi surat ini sebenarnja terpetik dari suatu katekese permandian jang pernah digunakan St. Petrus. Pemakaian sematjam itu kita ketemukan djuga dalam tulisan-tulisan lain dari Perdjandjian Baru. Ini adalah suatu bukti bahwa liturgi memainkan peranan penting dalam pembentukan Perdjandjian Baru. Ini harus diperhatikan djuga, agar kita dapat mengerti lebih baik Kitab Kudus dan kehidupan liturgi pada zaman purba Geredja Katolik.

Adjaran

Karena surat ini pada dasarnja berisi suatu adjakan moril, maka djangan kita harapkan suatu pementasan kebenaran dogmatis jang teratur didalamnja. Tetapi, kita bisa menemukan djuga teologi jang kaja dan dalam disitu. Kebenaran teologis jang asasi ialah bahwa orang kristen diseluruh dunia ini bersatu (5:9); dahulunja mereka pendosa (2:24) jang tak tahu suatu apapun (1:14) tetapi kini mereka telah ditebus oleh darah kudus Kristus (1:18-19) dan dipilih untuk berbakti kepadanja (1:2).

Tjaranja mereka ditebus itu diterangkan sedjelas-djelasnja. Allah Bapa, jang maharahim (1:3) dan kudus (1:15-16), sudah merentjanakan penjelamatan mereka (1:2), bahkan sebelum dunia tertjipta (1:20). Nabi-nabi Perdjandjian Lama menginsjafi rentjana tersebut dan bernubuat pula tentang rentjana itu (1:10-12). Rentjana itu dipenuhi dalam sedjarah dengan kedatangan Kristus, jang biarpun tak bersalah (1:19; 2:22), tetapi menderita sengsara (2:21; 4:1), dan wafat disalib (2:24; 3:18). Hasil daripada sengsara dan wafat Kristus ialah penjilihan dosa manusia (1:18; 3:18).

Mati untuk dosa berarti lahir kembali kesuatu hidup baru jang telah diperoleh berkat kebangkitan Kristus (1:3), dan itu kita dapat dalam Sakramen Permandian (3:12), suatu Sakramen jang telah digambarkan lebih dahulu dalam peristiwa ai bah (3:20). Oleh ketaatan kepada Kristus (1:2), dan iman terhadap ebasiat penebusanNja (1:5,7-9), orang kristen ada harapan untuk memperoleh istirahat abadi disurga (1:5; 3:22).

Akan memperoleh gandjaran kekal, orang kristen hendaknja kudus (1:15), melawan penggodaan setan (5:8-9), meninggalkan dosa-dosa dahulu (1:14;2:11;4:2- 5), menerima pertjobaan dan penderitaan hidup ini (1:6; 2:19; 5:13; 4:12), mengusahakan kebadjikan jang sesuai dengan tugas hidup (2:13; 3:7; 5:1-5), dan terlebih berusaha akan beroleh kebadjikan tjinta-kasih persaudaraan (3:8).

Biarpun kehidupan sematjam itu kelihatan sukar, toh akan lebih mudah karena diteladani oleh Kristus sendiri (2:21; 3:17; 4:1), oleh semakin mendekatinja (2: 3-4), oleh kesadaran bahwa mereka mengambil bagian dalam penderitaannja (4:13), dan oleh memikirkan kedudukan mereka jang tinggi dimata Allah "batu-hidup", didalam rumah Allah (2:5), suatu bangsa jang terpilih, imamat radjawi, umat jang kudus (2:9).

Dengan tjara hidup demikian, orang kristen dapat hidup dengan penuh kepertjajaan kepada penjelenggaraan Allah (5:7), kepada pengadilan ilahi pada achir zaman, suatu peristiwa jang dirasa Petrus sudah dewat (4:5,7,17), dan akan berachir serta diberkati oleh penampakan mulia Jesus (1:7; 5:1,4).

(0.28643082222222) (Why 1:1) (ende)

WAHJU JOANES

KATA PENGANTAR

Tjorak chas karangan ini

Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.

Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.

Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.

Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.

Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.

Siapa sebenarnja Joanes penulis itu

Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.

Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.

Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.

Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.

Alasan dan latar-belakang karangan ini

Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.

Atjara pokok karangan ini

Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".

Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.

Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah, 7:5; 9:4; 11:1; 12:14-16. Berbabagialah mereka jang mati martir. Mereka segera dibangkitkan pula, lalu hidup berkeradjaan bersama dengan Kristus dalam kemuliaan disurga. (20:4). Dan rupanja sama kebahagiaan orang-orang, tak terbilang banjaknja, jang biarpun tidak mati martir, tetapi bertahan dalam perdjuangan, dan bertekun dalam kesetiaanja ditengah-tengah kesulitan-kesulitan karena agamanja, dan "meninggal dalam Tuhan". Itu dapat ditafsirkan dari 20:4 dan terkesan pula dalam 7:14 dan 14:12-13. Kebangkitan semua mereka itu disebut "kebangkitan jang pertama" sedangkan mereka menunggukan kebangkitan sempurna pada kedatangan Kristus diachir zaman. Dan guna mendapat kesan-kesan betapa kegemilangan kemenangan dan kebahagiaan para pemenang disurga, baik renungkanlah upatjara penjembuhan Allah dalam bab 4 dan 5, dan tersebar dalam seluruh buku, madah-madah pudjian, penuh sjukur atas kedaulatan dan keadilan Allah, lagi lukisan-lukisan surgawi, dalam 7:11-17; 11:15-18; 12:10,12; 15:3-9; 19:1-9; 21:2-7,22-24 dan 22:1-5.



TIP #28: Arahkan mouse pada tautan catatan yang terdapat pada teks alkitab untuk melihat catatan ayat tersebut dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA