| (0.17197886857143) | (1Tim 3:16) | (jerusalem: Dia) Ialah Kristus. Sejumlah naskah dan terjemahan memakai kata penghubung yang menunjuk barang. Kalau demikian maka pelaku semua kata kerja yang berikut ialah rahasia ibadat kita". bdk Kol 2:3+. Ayat ini kiranya sebuah kutipan dari madah jemaat purba, bdk 1Ti 6:15-16; 2Ti 2:11-13 dan juga Fili 2:6-11. Nyanyian ini boleh dibandingkan dengan Efe 1:3-14; 5:14; Kol 1:15-20 |
| (0.17197886857143) | (1Ptr 1:15) | (jerusalem: kudus) Manusia perlu menuruti kekudusan Allah (Ima 19:15). Yesus menegaskan bahwa dengan mengasihi sesama manusia orang mengikuti teladan Allah, membedakan diri dengan orang yang tidak mengenal Allah, lalu menjadi anak Allah (Mat 5:43-48) dsj. Tetapi dari manakah kekuatan yang diperlukan? Tradisi rasuli membalikkan urutan tsb: oleh karena menjadi anak Allah (1Pe 1:14-16; 1Yo 3:2-10; Efe 5:1 dst). Sebab Allah adalah kasih, 1Yo 4:8, dan menjadi pokok pangkal perbuatan-perbuatan kita. Menurut pandangan Paulus mengikuti teladan Allah berarti memulihkan ciptaan, Kol 3:10-13; Efe 4:24. |
| (0.17197886857143) | (1Ptr 2:21) | (jerusalem: mengikuti jejakNya) "Karunia" untuk menanggung ketidak-adilan, 1Pe 2:19-20, bersumberkan teladan Kristus, bdk Yoh 13:15; 1Ko 11:1; Fili 2:5; 2Te 3:7+. 1Pe 2:21-25 yang menyinggung Yes 53 mungkin berasal dari salah satu nyanyian. Orang-orang Kristen yang dianiaya perlu ingat akan Yesus yang disalibkan oleh karena dosa kita, 1Pe 3:18; Kis 2:23; dll, dan yang meskipun tidak bersalah dengan sabar menderita, Luk 23:41; Yoh 8:46; 2Ko 5:21; Ibr 4:15. |
| (0.17197886857143) | (1Raj 5:1) |
(sh: Menabur angin, menuai badai (Rabu, 2 Februari 2000)) Menabur angin, menuai badaiMenabur angin, menuai badai. Persiapan pembangunan Bait Allah dilakukan secara teliti, cermat, dan dengan perhitungan yang matang. Untuk kayu dipilihlah kayu dari pohon aras yang terkenal sangat baik dan untuk dasar rumah dipilih pula batu-batu yang mahal. Untuk pekerja-pekerja utama dipilih orang-orang Sidon yang memang ahli menebang pohon. Persiapan ini juga melibatkan ratusan ribu pekerja termasuk di dalamnya 30.000 orang yang bekerja secara bergilir. Tampaknya persiapan Salomo begitu sempurna sehingga segala sesuatu berjalan lancar, mulai dari pengadaan material yang dipakai sampai sumber daya manusia yang dibutuhkan. Namun bila kita amati dengan seksama, akan terlihat kekhilafan cukup fatal yang dilakukan Salomo. Untuk mendapatkan pohon aras dari raja Tirus, Salomo melakukan strategi pendekatan yang canggih terutama dalam soal pembayaran sehingga perjanjian kerja dapat disetujui dengan baik. Semua pihak disenangkan. Bahkan raja Hiram sampai memuji Tuhan sebagai pengakuan atas kehebatan Salomo. Sebaliknya ketika ia membutuhkan sumber daya manusia dari bangsanya sendiri, Salomo menggunakan pendekatan pemaksaan yaitu kerja rodi dengan sistem bergilir tanpa bayaran. Mereka tahu bahwa Bait Allah itu adalah untuk kepentingan kehidupan rohani mereka, namun demikian tak satu pun pujian keluar dari mulut bangsa Israel yang terlibat dalam kerja rodi, sebagai respons atas persiapan pembangunan Bait Allah. Pembedaan dalam pendekatan ini menunjukkan keteledoran yang timbul dari sikap menganggap remeh dan semena-mena dari Salomo terhadap rakyat kecil. Walaupun konsekuensi secara langsung tidak dialami oleh Salomo, tindakannya itu bisa dianggap sebagai menabur suatu biji permasalahan yang nantinya akan berbuah yang menjadi pemicu perpecahan kerajaan Israel (1Raj. 12:4). Salomo sudah menabur suatu biji permasalahan yang tampaknya sepele, namun setelah kematiannya biji itu menjadi pemicu kesulitan besar dan perpecahan. Renungkan: Dalam melaksanakan tugas pelayanan atau pekerjaan, terutama yang menyangkut manusia, pikirkan secara bijak dan untuk jangka panjang. Keteledoran sepele masa kini merupakan sebuah bom waktu yang sewaktu-waktu dapat meledak, sehingga mengakibatkan kehancuran pelayanan atau pekerjaan yang sedang kita tekuni. Apa yang kita tabur kini, akan kita tuai kelak. |
| (0.17197886857143) | (1Raj 8:14) |
(sh: Berkat yang menjadi kesaksian dan kesaksian yang menjadi berkat (Rabu, 9 Februari 2000)) Berkat yang menjadi kesaksian dan kesaksian yang menjadi berkatBerkat yang menjadi kesaksian dan kesaksian yang menjadi berkat. Berkat dan kesaksian tidak bisa dipisahkan, artinya bila seseorang menyadari akan berkat Allah di dalam kehidupannya, pasti ada dorongan yang kuat di dalam dirinya untuk menyaksikan karya Allah itu kepada orang lain. Namun kita perlu berhati-hati karena fokus dan tekanan dalam kesaksian yang kita berikan seringkali membuat orang tidak memuji Allah, sebaliknya mereka menjadi iri dan dengki terhadap berkat yang kita terima. Penyebab utamanya adalah: fokus utama di dalam kesaksian bukanlah Allah dan karya-Nya, tetapi diri sendiri dan jumlah berkat yang diterimanya. Berbeda dengan kesaksian Salomo dalam teks kita hari ini, yang memberikan model sebuah kesaksian pribadi yang dapat membawa orang lain memuji dan memuliakan nama Allah. Salomo mempunyai kriteria tertentu tentang berkat yang ia terima. Bagi Salomo, berkat bukanlah sekadar materi, kesuksesan mega proyek yang ia pimpin, atau takhta agung yang berhasil ia duduki. Berkat adalah bahwa Allah sudah bertindak sesuai dengan yang Ia firmankan (ayat 15, 20). Salomo membandingkan apa yang Allah katakan dengan apa yang Ia lakukan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tidak semua kelimpahan materi dan keselamatan fisik dapat dikategorikan ke dalam berkat Allah. Batasannya adalah apakah itu merupakan perealisasian dari apa yang Allah firmankan atau bukan. Kemudian berkat yang ia saksikan adalah berkat yang berhubungan erat dengan perjanjian Allah dengan bangsa Israel sejak dulu kala. Artinya berkat itu berada dalam konteks dan berdampak bagi komunitas pilihan Allah, bukan semata-mata bagi pribadi Salomo (ayat 21). Berkat bagi Salomo adalah ketika ia diperkenankan oleh Allah untuk berperan serta dalam perealisasian rencana-Nya (ayat 20,21). Dan Salomo dalam kesaksiannya secara terus-menerus menegaskan bahwa TUHAN, Allah Israel berperan penuh, bukan dirinya. Bahkan ia menduduki takhta pun karena Allah merealisasikan janji-Nya kepada Daud (ayat 20). Renungkan: Kesaksian yang menjadi berkat dan berkat yang menjadi kesaksian adalah jika Allah bekerja di dalam dan melalui orang percaya untuk menggenapi maksud dan rencana-Nya bagi umat pilihanNya. Kesaksian seperti ini akan menjadi berkat bagi orang lain, sehingga mereka pun mengalami berkat dan kuasa Allah dalam hidup mereka. |
| (0.17197886857143) | (1Raj 11:41) |
(sh: Pentingnya sentuhan pribadi bagi pembangunan keluarga (Jumat 18 Februari 2000)) Pentingnya sentuhan pribadi bagi pembangunan keluargaPentingnya sentuhan pribadi bagi pembangunan keluarga. Salomo mempunyai 700 istri dan 300 gundik. Bisa dibayangkan berapa jumlah anak yang ia dapat dari 1000 wanita itu. Namun dari sekian banyak anak yang dimiliki, hanya satu yang tercatat sebagai calon pengganti Salomo, yaitu Rehabeam. Sebagai anak yang akan menduduki takhta raja, tampaknya ia tidak mewarisi kepandaian ayahnya. Padahal Rehabeam pasti mendapatkan mutu dan metode pendidikan kelas satu. Keadaan ini sangat berbeda dengan Daud, yang hanya mempunyai beberapa anak yang terkenal cakap dan pantas menjadi raja. Kebodohan Rehabeam tampak ketika ia harus menjawab permohonan orang-orang Israel untuk meringankan tanggungan mereka. Jika ia berhikmat seperti Salomo, ia dapat menggunakan secara tepat dan benar pengetahuan yang ia miliki, dan ini bisa menunda perpecahan kerajaan. Pengetahuan yang ia miliki adalah tentang sepak terjang Yerobeam dan ancaman perpecahan kerajaan Israel. Ia seharusnya mengambil hati mayoritas orang Israel untuk memperkuat kedudukannya terlebih dahulu. Ini sama sekali tidak dilakukan, justru ia memperberat tanggungan mereka. Dalam konteks yang demikian, apa yang difirmankan Allah tentang terpecahnya kerajaan Israel menjadi dua, digenapi. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa Allah telah membuat atau memaksa Rehabeam menjadi bodoh. Sebaliknya ini lebih merupakan akibat dosa Salomo sendiri. Ia terlalu sibuk untuk memuaskan keinginan diri sendiri dan keinginan istri-istri dan gundik- gundiknya, sehingga ia lalai untuk mempersiapkan seorang anak yang cakap sebagai penggantinya. Kesalahan yang Salomo lakukan berakibat fatal, bukan saja bagi pribadinya yaitu martabat dan harga dirinya sebagai raja yang agung akan terhempas, namun juga kepada Rehabeam yaitu menjadi orang yang tidak cakap untuk mempertahankan keutuhan kerajaan Israel. Akhirnya, seluruh rakyat Israel harus pula terkena dampaknya karena kebodohan Rehabeam. Renungkan: Mempersiapkan dan membekali anak-anak kita demi masa depan mereka tidaklah cukup dengan menyediakan segala keperluan, mulai dari pendidikan hingga permainan yang serba kelas satu. Mereka juga perlu sentuhan, perhatian, dan teladan kita secara pribadi. Mereka merindukan keterlibatan pribadi kita di dalam hidup mereka bukan hanya uang kita. Persiapkanlah generasi penerus sebelum terlambat! |
| (0.17197886857143) | (1Raj 19:1) |
(sh: Krisis rohani lebih mengerikan daripada krisis moneter (Rabu, 8 Maret 2000)) Krisis rohani lebih mengerikan daripada krisis moneterKrisis rohani lebih mengerikan daripada krisis moneter. Apakah Izebel lebih hebat dari nabi-nabi Baal? Itu mungkin pertanyaan yang timbul dalam pikiran kita ketika membaca kisah ini. Betapa tidak, Elia yang dalam kisah sebelumnya secara luar biasa dan mengagumkan, menantang dan mengalahkan nabi-nabi Baal yang berjumlah 450. Bila mengamati pernyataan ancaman Izebel, ketakutan Elia sangat tidak masuk akal. Izebel mengatakan bahwa 'para allah akan menghukumnya'. Bukankah Baal sudah tidak berkutik lagi? Lalu apa makna ancaman Izebel? Dengan kata lain sebetulnya ancaman Izebel adalah kosong belaka. Keadaan ini memperlihatkan bahwa Elia tidak hanya ketakutan, tetapi juga kehilangan kemampuan berpikir secara nalar dan geografis untuk menganalisa pernyataan Izebel. Walaupun ia sudah sampai ke Bersyeba (wilayah Yehuda yang jauh dari Yizreel), ia masih merasa perlu masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya. Ketakutannya terus mempengaruhi dan menguasainya hingga ia putus asa dan ingin mati. Ketakutan dan keputusasaan Elia menunjukkan bahwa ia mengalami krisis rohani yang sangat berat dan hebat, sehingga pengenalan dan imannya kepada Allah sebagai sumber dan pusat dari segala sesuatu, sirna begitu saja. Krisis rohani membuat dia terputus dengan Sumber segala kehidupan. Karena itu tidak heran jika kemudian ia ingin mati saja.Mengapa Elia sampai kepada krisis yang demikian parah? Mulai dari ancaman Izebel hingga Elia ingin mati, tidak dikatakan bahwa firman Allah datang atasnya atau kuasa Allah berlaku atas Elia seperti pasal-pasal sebelumnya. Ini berarti Elia sudah melalaikan persekutuan pribadinya dengan Allah. Akibatnya fokus pikirannya ketika menghadapi ancaman itu bukanlah Allah namun ancaman itu. Ancaman itu dilihatnya semakin lama semakin besar dan tak terpecahkan. Elia mendapatkan 'sedikit' kekuatan ketika Allah menghampiri dan 'melayani'nya. Renungkan: Mungkin Anda pernah atau sedang mengalami krisis rohani karena berbagai pergumulan dan tantangan yang terjadi. Namun jangan lupa satu hal, dalam menjalani kehidupan ini, janganlah sekali-kali kita memutuskan tali persekutuan kita dengan Allah walau apa pun yang terjadi, agar mata dan pikiran kita selalu terfokus kepada-Nya dan bukan kepada ancaman. |
| (0.17197886857143) | (2Raj 4:38) |
(sh: Belajar dari keyakinan Elisa (Sabtu, 20 Mei 2000)) Belajar dari keyakinan ElisaBelajar dari keyakinan Elisa. Bila Kristen masa kini ditanya: "Mengapa kamu yakin bahwa Allah akan memelihara kamu melalui segala kesulitan?" Jawabannya dapat bermacam-macam. Namun bila pertanyaan ini kita tujukan kepada Elisa, maka jawabannya adalah "Sejarah sudah membuktikan bahwa Allah senantiasa memelihara hamba-Nya, dan tentunya juga akan memelihara aku." Jawaban Elisa ini merupakan dasar bagi sikap dan tindakan dia ketika menghadapi kelaparan yang melanda Gilgal, sementara itu serombongan nabi datang menemuinya. Dia tidak bingung, panik, atau cemas menghadapi situasi demikian. Sebaliknya, ia malah menyuruh bujangnya untuk menaruh kuali yang paling besar dan memasak sesuatu dalam jumlah besar. Dalam situasi normal, permintaan Elisa bukanlah perkara yang besar, namun dalam keadaan kelaparan melanda seluruh negeri maka permintaan Elisa bukanlah perkara kecil. Lalu ketika bujangnya mengumpulkan sulur-suluran dan labu liar - tanaman yang tidak mereka kenal, Elisa pun tidak menolak. Bahkan ketika para nabi berteriak-teriak karena tanaman itu beracun, Elisa dengan tenangnya meminta tepung dan melemparkannya ke dalam kuali sehingga makanan yang beracun itu menjadi tawar dan enak! Sikap dan tindakan Elisa ini pasti berdasarkan pemeliharaan Allah terhadap Elia melalui burung gagak, seekor binatang yang nampaknya tidak mungkin berguna bagi manusia. Tanaman liar dan beracun yang nampaknya tidak mungkin berguna bagi manusia tentunya dapat dipergunakan Allah untuk memelihara hamba-Nya. Demikian juga peristiwa memberi makan 100 orang adalah mirip dengan peristiwa dimana Elia dipelihara melalui janda Sarfat. Elisa yakin bahwa Allah berbuat seperti yang pernah diperbuat-Nya kepada hamba-Nya Elia. Elisa melihat sejarah sebagai bukti bahwa Allah peduli dan sanggup memelihara umat-Nya, dan berdasarkan sejarah itu pula maka Elisa mempunyai keyakinan yang teguh untuk melandasi sikap dan tindakannya. Renungkan: Alkitab penuh dengan fakta sejarah. Allah telah membuktikan bahwa Ia peduli dan sanggup memelihara umat-Nya sepanjang zaman. Seharusnya kita pun mempunyai keyakinan seperti Elisa di dalam menghadapi segala ancaman dan kesulitan yang mengelilingi kita, karena keyakinan inilah yang akan melandasi sikap dan tindakan kita. |
| (0.17197886857143) | (2Raj 24:8) |
(sh: Hukuman Allah memang mengerikan (Kamis, 20 Juli 2000)) Hukuman Allah memang mengerikanHukuman Allah memang mengerikan. Pernah seorang bertanya di dalam kemarahan dan kebencian yang sudah tak tertahankan melihat kebobrokan moral dan akhlak bangsa kita: "Aku sudah memohon kepada Tuhan berkali-kali, kiranya Ia menjatuhkan hukuman kepada bangsa ini agar mau bertobat. Tapi kenapa Allah belum juga menjatuhkan hukuman-Nya?" Jawabannya adalah Allah, karena kasih-Nya, masih memberikan kesempatan kepada bangsa ini untuk bertobat tanpa harus mengalami penghukuman-Nya. Sebab penghukuman dari Allah sungguh dahsyat dan mengerikan seperti api besar membara yang akan menghanguskan semua yang disentuhnya. Apa yang dialami Yoyakhin merupakan salah satu contoh betapa dahsyat dan ngerinya penghukuman Allah. Yehuda tidak mungkin lepas dari penghukuman yang sudah dinubuatkan. Mereka tidak bisa lari atau menghindar. Perubahan politik internasional yang biasanya mendatangkan keuntungan malah menciptakan penderitaan yang hebat. Mesir yang menindas Yehuda berhasil ditaklukkan oleh Babel. Namun ini tidak membuat Yehuda menjadi bangsa yang merdeka. Seperti kata pepatah 'lepas dari mulut singa, masuk ke mulut buaya'. Lepas dari Mesir, masuk ke cengkeraman Babel. Peristiwa ini membuat Yoyakhin tidak hanya terpaksa lengser dalam waktu yang sangat singkat (8), namun identitasnya juga dihilangkan secara paksa, dari seorang raja menjadi seorang tawanan; dari kedudukan sosial yang tingi kepada seorang yang tidak berstatus sosial sama sekali. Demikian pula ibunya dan para pembesar lainnya. Kehilangan identitas secara paksa merupakan penghinaan yang besar dan memberikan tekanan mental yang berat. Nebukadnezar benar-benar rakus, buas, dan sadis sebab ia tidak hanya menguras seluruh kekayaan Yehuda bahkan juga menutup dan memusnahkan kesempatan Yehuda untuk dapat bangkit membangun perekonomian negrinya, karena hanya orang-orang yang tidak mempunyai keahlian untuk membangun kembali negara Yehuda yang ditinggalkan di tanah Yehuda (13-16). Renungkan: Paparan penghukuman Allah ke atas Yehuda haruslah membuat kita bersyukur bahwa sampai saat ini bangsa kita masih dikasihani oleh-Nya dan mendorong kita untuk terus-menerus menjadi juru-bicara Allah yang menyerukan kebenaran kepada mereka yang sudah bosan mendengarkan kebenaran-Nya. |
| (0.17197886857143) | (Est 1:1) |
(sh: Tuhan di tengah dunia sekular (Kamis, 21 Juni 2001)) Tuhan di tengah dunia sekularTuhan di tengah dunia sekular. Pasal pertama Kitab Ester merupakan jendela bagi kita untuk memahami latar belakang sebuah kisah umat Tuhan di tengah dunia sekular pada masa pemerintahan Ahasyweros (485-465 s.M.). Pada saat itu orang-orang Yahudi terbuang, tertawan, dan hidup di bawah hukum dan kekuasaan Media-Persia. Di dalam pembuangan, kehidupan mereka tidak lagi diatur berdasarkan Hukum Taurat Musa yang diterima dari Allah, tetapi dengan segala konsekuensinya mereka harus tunduk kepada hukum Media- Persia yang dibuat dengan sekehendak hati raja, bersifat mutlak, tidak dapat diganggu-gugat ataupun digagalkan. Dengan latar belakang tersebut, maka ada beberapa pertanyaan yang perlu kita pikirkan seperti: dimanakah dan apakah yang dilakukan Tuhan di tengah dunia sekular seperti ini? Apa yang dilakukan Tuhan di balik kekuasaan, kekayaan, wilayah, dan keagungan Ahasyweros yang sedemikian besar (1-8)? Bagaimana Tuhan memelihara umat- Nya di tengah keputusan yang sewenang-wenang dan tidak dapat diganggu-gugat ataupun dibatalkan (9-19). Keseluruhan Kitab Ester memberikan penjelasan kepada kita bahwa di balik kekuasaan Ahasyweros, Tuhan yang tidak nampak, tinggal bersama-sama umat-Nya. Dia tidak berdiam diri, namun Dia mengendalikan situasi. Walaupun Ahasyweros tidak memiliki integritas yang bercirikan hikmat dan prinsip hidup yang mulia (8, 10-12), Tuhan tetap melaksanakan maksud dan rencana-Nya dengan sempurna. Ia mempersiapkan pengangkatan Ester di balik mahkota, kecantikan, pamor, pesta pora, peninggian diri, pemecatan, dan pengucilan Wasti (9-12, 19-22). Tuhan Raja di atas segala raja mengatasi kekuasaan dan kebesaran Ahasyweros, Ia mempersiapkan rencana-Nya dengan sempurna melalui Ahasyweros yang memiliki banyak kelemahan. Keyakinan bahwa Tuhan yang mengatasi kekuasaan pemerintahan ini memberikan penghiburan bagi kita kaum minoritas di Indonesia, yang walaupun tertindas namun dibela oleh Allah. Renungkan: Di tengah dunia yang semakin sekular, jauh dari Allah dan membuat hukum-hukumnya sendiri, seberapa jauhkah Anda menyadari kehadiran dan karya Tuhan dalam hari- hari yang Anda lewati? Temukan Tuhan dalam kehidupan Anda dan berjalanlah bersama-Nya! |
| (0.17197886857143) | (Mzm 18:1) |
(sh: Kristen dan penderitaan (2) (Sabtu, 10 Maret 2001)) Kristen dan penderitaan (2)Kristen dan penderitaan (2). Setelah mempelajari ratapan Daud ketika menghadapi penderitaan, kita akan mempelajari pengalaman Daud terlepas dari penderitaan. Pengalaman Daud dapat menjadi pengalaman kita secara nyata jika kita sudi melakukan apa yang Daud lakukan, sebab Allah yang telah menyertai Daud adalah Allah kita juga yang selalu setia pada janji dan umat-Nya. Pemaparan Daud tentang siapakah Allah bukanlah pemaparan yang berdasarkan teori namun pemaparan yang berdasarkan pengalaman pribadi yang terjadi karena hubungan pribadi yang terjalin erat antara Allah dengan dirinya. Hubungan yang erat itu termanifestasi melalui gambaran yang ia miliki tentang siapakah Allah sesuai dengan perannya sebagai seorang panglima perang yang harus selalu berjuang di medan perang, yaitu Allah sebagai pelindung dan kekuatan untuk menghadapi serangan musuh (2-3). Dengan kata lain Allah adalah Allah yang terlibat secara nyata dalam profesi dan kariernya. Hubungan dengan Allah yang sedemikian erat membuatnya mampu terus bertahan walau ia sudah mendekati maut sekalipun (5-6). Tidak sedetik pun ia berpaling dari-Nya dan tetap menggantungkan pengharapannya kepada Allah (7). Pengharapannya tidak sia-sia karena Allah segera menolongnya terlepas dari segala marabahaya yang akan menelannya (8-20). Gambaran yang ia gunakan untuk memaparkan cara Allah menolongnya juga sesuai dengan profesinya sebagai panglima perang. Sekali lagi ini merupakan bukti bahwa Daud mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Allah dan sudi melibatkan Allah secara nyata dalam kehidupannya. Di samping mempunyai persekutuan yang erat dan pengharapan yang teguh, Daud juga mempunyai kehidupan yang benar di hadapan Allah (21-29). Kekuatan moral Daud merupakan dasar baginya untuk meminta pertolongan Allah dan jaminan untuk menerima pertolongan dari-Nya. Karena itulah ia berani menghadapi kesulitan dan marabahaya apa pun bersama Dia (30). Renungkan: Persekutuan yang erat dengan Allah dan kekuatan moral yang tinggi, memampukan Kristen menjadi manusia yang kuat dan berani menembus badai kehidupan sedahsyat apa pun. Walau nampaknya ia tertelan oleh gelombang dunia yang mengganas, pada akhirnya ia akan muncul kembali mengatasi badai itu bersama-Nya. |
| (0.17197886857143) | (Mzm 35:1) |
(sh: Kekuatan doa menerobos berbagai tekanan (Jumat, 3 Agustus 2001)) Kekuatan doa menerobos berbagai tekananKekuatan doa menerobos berbagai tekanan. Mazmur ini menyingkapkan kepada kita kemenangan Daud atas pergumulan yang penuh dengan kecemasan di tengah pertempuran (ayat 2-10), tuduhan palsu dalam persidangan (ayat 11-18), dan permusuhan tanpa alasan dari orang-orang yang ada di sekitarnya (ayat 19-28). Kengerian perang, fitnahan, kebencian, dan penghinaan meliputi dirinya. Ia dikejar dan dijebak oleh orang- orang yang ingin mencabut nyawanya (ayat 3, 4, 7), difitnah oleh orang-orang yang dekat dengannya sebagai balasan atas kebaikannya (ayat 11-16), ditipu dan diolok-olok oleh orang-orang yang ada di sekelilingnya (ayat 19, 20). Ia terkucil, ada di bawah tekanan, kecemasan, bahaya, dan kekecewaan yang sedemikian berat dan mendalam. Namun imannya terus melaju menerobos tumpukan kegelisahan yang membebaninya. Ia tidak tenggelam dalam keputusasaan. Ia mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan serta menemukan kekuatan dalam doa, yang memampukannya bertahan dan bertumbuh semakin mengenal Tuhan. Ia menutup setiap bagian ratapannya dengan pujian, sorak-sorai, kegirangan, dan nyanyian syukur (ayat 9-10, 18, 28). Ia melantunkan pujian di tengah jemaah yang besar (ayat 18) dan memenuhi hari-harinya dengan pujian kepada Tuhan dan keadilan-Nya (ayat 28). Tulang-tulangnya tidak menjadi kering karena kecemasan, sebaliknya bertutur memberitakan kebesaran Allah: "Ya, TUHAN, siapakah yang seperti Engkau, yang melepaskan orang sengsara dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya, orang sengsara dan miskin dari tangan orang yang merampasi dia?" (ayat 10). Apakah yang membuat Daud memiliki kekuatan seperti ini? Ia menemukan kekuatan di dalam doa yang dipanjatkan dengan keyakinan dan pemahaman yang tepat tentang Tuhan. Ia mencurahkan seluruh isi hatinya dengan keyakinan kepada Tuhan Sang Pahlawan Perang dan Hakim yang adil, yang berperang, memberikan kemenangan dan pembebasan baginya (ayat 1-3, 22-24). Renungkan: Pengenalan yang benar akan Tuhan merupakan pembimbing bagi kita untuk menghayati peran serta-Nya di tengah berbagai pergumulan yang kita hadapi. Pencurahan isi hati yang berlandaskan pengenalan ini akan menolong dan memberikan kekuatan kepada kita untuk melewati berbagai tekanan kecemasan. |
| (0.17197886857143) | (Mzm 45:1) |
(sh: Keagungan mempelai (Rabu, 15 Agustus 2001)) Keagungan mempelaiKeagungan mempelai. Mazmur ini merupakan puisi yang dilantunkan pada upacara pernikahan kerajaan yang sering dipergunakan di sepanjang sejarah Israel. Namun demikian mazmur ini juga disebut Mazmur Mesianik (mazmur yang berbicara tentang Mesias yang akan datang sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam kerajaan yang didirikan oleh Allah). Dua dimensi mazmur ini dapat terjadi karena orang Yahudi memahami Kerajaan Dinasti Daud sebagai refleksi pemerintahan Allah, dimana Allah sendirilah yang menjadi penguasa tertinggi. Sifat mesianik mazmur ini nampak melalui karakteristik raja yang digambarkan di sini: [1] Sang Raja bersifat kekal, Ia telah diberkati Allah untuk selama-lamanya (ayat 3), Takhtanya adalah kepunyaan Allah sendiri yang tetap untuk seterusnya dan selamanya (ayat 7), generasi demi generasi akan memasyurkan namanya dan segala bangsa akan bersyukur kepadanya untuk seterusnya dan selamanya (ayat 18); [2] Sang Raja bersifat Ilahi, takhtanya adalah milik Allah sendiri (ayat 7), ia dipanggil dengan sebutan "sebab itu Allah", padahal orang Israel tidak pernah melihat raja mereka sebagai sosok yang bersifat Ilahi (ayat 8); dan [3] Sang Raja adalah puncak keagungan manusia, ia terelok di antara anak- anak manusia (ayat 3), diurapi oleh Allah melebihi semua penguasa yang lain (ayat 8).
Semua gambaran di atas secara nyata berbicara tentang
karakteristik Mesias yang digenapi dalam pribadi Yesus Kristus,
sebagaimana dinyatakan penulis Perjanjian Baru, yang
mengaplikasikan mazmur ini dalam keterkaitannya dengan hubungan
antara Kristus sebagai mempelai laki-laki dan Gereja sebagai
mempelai perempuan (bdk. ayat 7, 8 -- Ibr 1:8, 9; lih. Renungkan: Kita seharusnya menyadari dan menghargai status khusus kita sebagai anggota gereja yang adalah mempelai wanita Kristus yang mulia dan agung, serta tidak membiarkan status ini dicemari oleh berbagai konflik tentang yang sia-sia dengan intrik-intriknya yang duniawi. Bagaimana kesadaran ini menolong Anda melihat kondisi gereja saat ini? |
| (0.17197886857143) | (Mzm 54:1) |
(sh: Ujian yang membuktikan keyakinan dan kesetiaan kita (Sabtu, 25 Agustus 2001)) Ujian yang membuktikan keyakinan dan kesetiaan kitaUjian yang membuktikan keyakinan dan kesetiaan kita. Salah satu alasan mengapa Allah mengizinkan anak-anak-Nya mengalami kesulitan dan tekanan adalah untuk menguji sampai dimanakah kesetiaan dan keyakinan mereka terhadap diri-Nya. Daud adalah salah seorang anak-anak Allah yang mengalami ujian itu sebelum ia menaiki takhta menjadi raja atas Israel. Daud dikhianati hingga 2 kali (ayat 1-2) oleh orang-orang Zilfi yang telah ia selamatkan dari tangan Filistin. Betapa sakit hati Daud sekaligus jiwanya terancam. Namun Daud hanya menuliskan sebuah mazmur pendek. Isinya terkesan sangat sederhana yaitu permohonan agar Allah bertindak beserta alasannya (ayat 3-5), keyakinan Daud (ayat 6-7), dan diakhiri dengan janji Daud terhadap Allah (ayat 8-9). Namun isi mazmur singkat ini dari awal hingga akhir, berorientasi hanya kepada Allah. Permohonan Daud (ayat 3) memperlihatkan bahwa Daud hanya bergantung kepada seluruh karakter dan keberadaan Allah. Sedangkan alasan ia minta tolong kepada Allah bukan karena serangan yang ia alami semata tapi karena penyerangnya adalah orang-orang yang mengabaikan Allah. Permohonannya merupakan tindakan konkrit dari sebuah keyakinan terhadap siapakah Allah bagi dirinya dan siapakah dirinya di hadapan Allah (ayat 6). Bahkan permohonannya agar Allah bertindak didasarkan pada apa yang pernah para musuhnya lakukan dan kesetiaan-Nya (ayat 7). Masih ada unsur kasih terhadap musuhnya dalam permohonan Daud. Akhirnya mazmur Daud diakhiri dengan janji Daud kepada Allah (ayat 8-9). Janji ini merupakan pengakuan sebelum Allah bertindak bahwa Allah pasti akan menyelamatkannya. Keyakinannya tidak dibatasi oleh dimensi waktu. Renungkan: Mazmur yang Daud tulis membuktikan bahwa ia sudah lulus dari ujian yang Allah berikan. Ia tetap berpusatkan pada Allah dan kedaulatan-Nya. Ia tidak membiarkan sakit hati dan ancaman yang ia terima membuat pandangannya terhadap Allah menjadi kabur sehingga ia mencari pertolongan dari sumber yang lain. Inilah teladan Daud yang sangat indah. Ancaman apa pun dapat Anda alami seperti ancaman intelektual, teologi, emosi, sosial, atau ekonomi. Jika ini yang terjadi hendaklah kita tetap seperti Daud yang tetap berorientasi kepada Allah dan kedaulatan-Nya sebab hanya Dialah penolong kita. |
| (0.17197886857143) | (Mzm 58:1) |
(sh: Allah yang memberi keadilan di bumi (Kamis, 4 Oktober 2001)) Allah yang memberi keadilan di bumiAllah yang memberi keadilan di bumi. Mazmur 58 tidak mencatat suatu peristiwa penting di dalam sejarah, namun dari tinjauan isinya menunjukkan suasana kepahitan dari sebuah pemerintahan yang penuh kelaliman.
Mazmur ini dimulai dengan satu pertanyaan tajam yang ditujukan
kepada para penguasa yang bertindak menghakimi manusia. Banyak
ahli berpendapat bahwa para penguasa ini mungkin saja menerima
gelar atau kehormatan setara dengan Allah, bila dibandingkan
penggunaan kata yang dipakai menghadap Allah, menghadap imam-imam,
atau menghadap hakim-hakim (Kel. 21:6; 22:8, 9; Ul. 17:8-13), lalu
mengaitkannya dengan penguasa-penguasa masyarakat dalam Pemazmur mohon agar Allah menjatuhkan 3 rangkap hukuman kepada para penguasa yang mencintai kelaliman. Pertama, pemazmur meminta agar mereka dibuat tidak berdaya (ayat 7) lalu dilenyapkan dari muka bumi (ayat 8a). Kedua, pemazmur memohon agar keadaan mereka yang sebenarnya dinyatakan, berkenaan dengan kefanaan mereka dan kerapuhan mereka, kemudian sehubungan dengan kejahatan yang sudah mengental di dalam diri mereka (ayat 8b, 9a). Ketiga, pemazmur menginginkan agar mereka disingkirkan bahkan dengan suatu penyingkiran yang mutlak sehingga seolah-olah mereka tidak pernah ada, seperti periuk yang dilanda api (ayat 9b, 10). Di penghujung mazmur ini, tampaklah kepuasan yang diperoleh orang benar, yang ditebus Allah, yang dipandang benar oleh-Nya ketika kejahatan dilenyapkan oleh Allah (ayat 12). Mazmur ini secara keseluruhan menyatakan bahwa pada akhirnya semua manusia akan mengamini, bahwa hanya Allah yang dapat mengadili dengan adil (ayat 12) dan semua mulut akan mengaku bahwa pengadilan Allah tidak terelakkan (Flp. 2:9-11). Renungkan: Kristen setiap hari berhadapan dengan kasus-kasus yang ringan dan yang pelik. Seringkali di dalam desakan kepenatan kita tergoda untuk bertindak sebagai hakim. Hari ini kita diingatkan kembali bahwa kita dapat menyerahkan seluruh perkara kita kepada Hakim Semesta Alam yang Maha Adil. |
| (0.17197886857143) | (Mzm 93:1) |
(sh: Pemerintahan Allah menegakkan bumi (Senin, 8 April 2002)) Pemerintahan Allah menegakkan bumiPemerintahan Allah menegakkan bumi. Mempercayai sepenuh hati dan mengakui melalui kata serta perbuatan bahwa Tuhan memegang kendali atas dunia ini, bukanlah perkara yang mudah. Dengan fakta bahwa dunia ini semakin gelap dan penuh kejahatan yang mengguncangkan hidup, boleh jadi ucapan- ucapan iman tentang kekuasaan Allah yang kekal tinggal slogan kosong saja. Mazmur-mazmur penobatan raja dalam pasal 93-99 (kecuali ps. 94), menolong kita untuk memantapkan penglihatan iman kita tentang pemerintahan Allah atas segala sesuatu. Drama yang digambarkan secara puitis dalam Mazmur ini mungkin mengacu pada peristiwa ketika Allah menjinakkan Laut Merah dan membuat Israel melintasi dasar laut yang telah kering (ayat 3). Bisa jadi juga hal itu mengacu pada kepercayaan bahwa laut dengan gelombang ombaknya yang dahsyat melambangkan kekuatan yang mengacaukan dan mengancam kehidupan di bumi. Gambaran mana pun yang dimaksud pemazmur, yang jelas adalah bahwa Allah dilukiskan sebagai raja pahlawan. Mazmur ini menegaskan beberapa hal penting tentang Allah. Pertama, Allah adalah Raja (ayat 1). Sebagai Raja, Allah memakai jubah kemuliaan. Tentunya “jubah” di sini adalah sesuatu yang simbolis menunjuk pada hal-hal yang tampak oleh kita yang menyatakan kemuliaan Allah. Sesungguhnya segenap isi alam semesta ini menampakkan kemuliaan Allah tersebut. Kedua, Allah berikatpinggangkan kekuatan. Ikat pinggang dipakai pada waktu orang maju berperang. Pemazmur ingin mengatakan bahwa bagaimana pun kondisi dunia dan sedahsyat apa pun perlawanan dewa-dewa Kanaan (digambarkan sebagai gelora lautan), Allah tetap mengendalikan dunia ini. Itulah dasar untuk percaya bahwa bumi ini tetap tegak. Ini adalah pernyataan iman yang tidak saja melihat ke belakang, tetapi juga ke masa kini dan masa depan dengan penuh pengharapan. Dengan tujuan mengakarkan keyakinan ini dalam-dalam, pemazmur mengakhiri mazmur penobatan ini dengan pengajaran. Hal ini serupa dengan yang dibuat dalam Mazmur 19. Perenungan tentang perbuatan Allah berpuncak pada ajaran Firman tentang Allah. Renungkan: Bila situasi dunia ini membuat kita meragukan pemerintahan Allah, lihatlah keajaiban-keajaiban perbuatan tangan-Nya dalam alam dan sejarah, dan renungkanlah firman-Nya dalam Alkitab. |
| (0.17197886857143) | (Mzm 100:1) |
(sh: Alasan dan sifat pujian kepada Tuhan (Senin, 15 April 2002)) Alasan dan sifat pujian kepada TuhanAlasan dan sifat pujian kepada Tuhan. Adakalanya pujian dalam ibadah telah mengalami pengurangan makna sehingga hanya menjadi suatu hiburan rohani yang bertujuan untuk memuaskan ataupun melegakan hati. Pujian seperti ini tidak membangkitkan di dalam kita pemahaman dan kesadaran tentang sifat serta alasan untuk memuji. Ini sungguh berbeda dengan Mazmur 100. Seperti mazmur-mazmur lainnya, pujian orang beriman dimaksudkan untuk memuliakan Allah sambil mengacu pada sifat-sifat dan karya- karya Allah. Pujian tidak pernah boleh berorientasi pada faedah yang ingin diperoleh pihak yang memuji Allah. Meski tidak secara nyata sinambung dengan mazmur penobatan, tema tertentu dalam mazmur penobatan masih bergema. Tema itu adalah seruan ke seluruh bumi untuk beribadah dengan meriah kepada Tuhan (ayat 1-2). Alasan yang melandasi seruan tersebut adalah bahwa Allah yang memerintah segenap alam semesta ini layak menerima puji sembah seisi semesta. Lebih dari itu, Allah layak menerima penyembahan dari semua manusia yang telah diciptakan-Nya dan dijadikan-Nya umat gembalaan-Nya. Kata “ibadah” dalam arti harfiah bahasa aslinya lebih luas dari sekadar kegiatan ibadah di rumah Allah. Kata ini dipakai pada zaman itu untuk mengungkapkan sikap mengorientasikan hidup sepenuhnya kepada seorang raja, entah manusia atau Allah. Jadi, konsep ibadah yang dimaksud adalah pengabdian total atas dasar kemilikan total Allah atas umat-Nya. Seluruh segi hidup yang taat dan mengasihi Allah menyatakan pemerintahan Allah. Pokok penting tersebut menjadi lebih jelas di dalam penggunaan kata ganti orang dalam ayat 3: “… Dia, dia, kita, -Nya, -Nya.” Struktur sedemikian menegaskan bahwa pertanyaan tentang jati diri kita harus mulai dari dan berakhir pada Allah. Bagi umat Allah Perjanjian Lama, hal Allah menjadikan mereka dalam penciptaan dan menjadikan mereka menjadi umat dalam Keluaran adalah dua hal yang saling terkait yang mensahkan kemilikan Allah dan keumatan mereka. Alasan lain mengapa umat patut beribadah adalah karena “Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun temurun” (ayat 5). Renungkan: Sadarilah bahwa Allah adalah Gembala baik bagi kita umat-Nya dan atas seluruh alam semesta ini. |
| (0.17197886857143) | (Mzm 103:1) |
(sh: Pujilah kasih setia Tuhan, hai jiwaku (Kamis, 18 April 2002)) Pujilah kasih setia Tuhan, hai jiwakuPujilah kasih setia Tuhan, hai jiwaku. Tidak tahu berterima kasih adalah sikap yang menunjukkan kedangkalan orang menerima sesuatu yang baik dari pihak lain. Sikap itu bisa menyebabkan orang tidak tahu menghargai kebaikan orang dan bisa berlanjut dalam perbuatan yang berlawanan dengan kebaikan yang telah diterima. Tidak tahu bersyukur inilah yang telah dilakukan Israel pada zaman Keluaran dan menyebabkan mereka bersungut-sungut kepada Tuhan dan menyebabkan mereka mengembara di padang gurun tanpa tujuan. Maka, kini pemazmur dengan berseru kepada jiwanya sendiri agar memuji Tuhan dan tidak melupakan segala kebaikan-Nya, hendak menunjukkan suatu sikap hidup baru yang menolak kesalahan generasi Keluaran. Tekad pemazmur ini dimulai dengan ungkapan kata kerja yang kuat sekali. “Pujilah Tuhan” dalam arti harfiahnya adalah menundukkan diri kepada pihak yang berdaulat (bdk. 95:6, 96:2). Jadi, yang dimaksudkannya bukan sekadar menaikkan pujian dengan suara, tetapi meninggikan Allah dengan segenap hidup. Hal yang tidak ingin dilupakannya adalah segala kebaikan Allah. Sebenarnya istilah yang dipakai dalam bahasa aslinya adalah “manfaat” yang bisa berarti sesuatu yang berakibat entah positif atau negatif. Maksud pemazmur di sini adalah bahwa tindakan Allah yang bersifat penghakiman mendatangkan kehancuran bagi pihak yang menolak Allah, tetapi mendatangkan keselamatan bagi pihak umat yang taat kepada-Nya. Puncak dari satu perbuatan berdampak dua itu dapat kita saksikan di dalam kurban kematian Kristus yang sekaligus menanggung hukuman Allah demi mendatangkan kehidupan kekal bagi orang percaya atau penghukuman bagi yang tidak percaya. Kasih dan perbuatan ajaib Allah macam inilah yang tidak boleh dilupakan oleh orang beriman. Perbuatan ajaib Allah itu bersumber pada sifat Allah sendiri (ayat 7- 19). Dengan demikian, mengingat-ingat perbuatan Allah berarti mengingat-ingat sifat-sifat Allah. Ini berakibat pada pengenalan lebih dalam akan Allah. Renungkan: Merenungkan perbuatan Allah tidak saja membuat kita makin sadar akan keberdosaan kita yang terancam kebinasaan, tetapi juga membuat kita takjub bagaimana Allah dapat menyerasikan kasih setia-Nya dengan kedaulatan dan keadilan-Nya. Ketakjuban ini menjadi insentif lebih besar bagi hidup tahu bersyukur kepada Allah. |
| (0.17197886857143) | (Yes 29:1) |
(sh: Allah melawan umat-Nya sendiri! (Minggu, 22 November 1998)) Allah melawan umat-Nya sendiri!Allah melawan umat-Nya sendiri! Tak ada toleransi di pihak Allah. Sudah tidak ada lagi belas kasihan dan toleransi Tuhan melihat seluruh umat-Nya, mulai dari raja, nabi, panglima, hingga rakyat biasa yang telah kedapatan melanggar hukum dan ketetapan-Nya. Hukuman segera ditetapkan dan umat harus menanggung segala konsekuensinya. Ariel (Sion, bdk. ayat 8) akan berubah menjadi kota perapian (ayat 2), penduduk merintih takut dan mengerang kesakitan (ayat 4), seluruh indera tubuh penduduknya Tuhan lumpuhkan (ayat 9-12). Semuanya lumpuh total. Kengerian mewarnai seluruh sendi-sendi kehidupan umat. Allah Pengasih dan Penyayang bagi Israel berubah menjadi Allah Penghukum! Bertindak benar dalam terang firman. Hidup dalam kepalsuan sama saja dengan membangun karakter iman di atas pasir. Hidup dalam ibadah palsu, berpura-pura taat, sama saja dengan hidup dalam gelap. Semuanya ini bertentangan dengan sifat dan makna firman Tuhan yang memberi terang, memimpin pada jalan kebenaran bukan kesesatan (bdk. Mzm. 105:110). Jika kita ingin luput dari bahaya penghukuman ini, kita harus membawa hati, pikiran, pujian, kehendak, dalam setiap ibadah kita. Dan setiap umat Tuhan yang mengaku telah mendengar firman dituntut untuk hidup benar menurut firman. Siapa yang mempermainkan firman akan menanggung hukuman dari Dia yang berfirman. Renungkan: "Firman-Nya menyegarkan jiwaku", ungkap pemazmur. Mendengarkan, mengerti firman Tuhan dan menerapkannya dengan kesungguhan, semakin memimpin kita hidup dalam kebenaran. Doa: Tuhan, tolong ku taat penuh pada Firman-Mu |
| (0.17197886857143) | (Yer 4:1) |
(sh: Pertobatan yang mahal (Kamis, 31 Agustus 2000)) Pertobatan yang mahalPertobatan yang mahal. Bangsa Yehuda untuk kesekian kalinya menjauh dari Tuhan dan untuk kesekian kalinya pula Allah mengundang untuk bertobat. Yehuda seharusnya mengalami pertobatan yang dalam dan radikal (1-2). Yakni kembali kepada Allah namun dengan meninggalkan segala berhala. Artinya harus ada perbedaan sikap yang jelas terhadap Allah, sebab Allah dan berhala tidak dapat disamakan dan disatukan. Kesungguhan pertobatan ini harus lebih dikuatkan lagi dengan sumpah dalam kesetiaan, dalam keadilan, dan dalam kebenaran demi TUHAN yang hidup (2). Bagi kita yang hidup di zaman ini, sumpah sudah tidak mempunyai arti yang besar. Banyak orang bersumpah palsu di pengadilan. Namun bagi bangsa Yehuda, artinya besar sekali. Sebab bagi mereka, orang yang tidak mengakui kedaulatan Allah tidak berani bersumpah demi Dia. Bahkan salah satu hukum Taurat melarang umat Allah untuk menyebut nama TUHAN dengan sia-sia (Kel. 20:7). Artinya nama TUHAN harus disebut dalam kebenaran dan keadilan. Pertobatan sejati mendatangkan berkat bagi bangsa Yehuda dan bangsa-bangsa lain. Mengapa demikian? Bangsa-bangsa lain yang melihat berkat yang diterima oleh Yehuda, mencari untuk mendapatkan berkat yang sama. Pencarian ini akan berakhir pada penyerahan diri kepada Allah yang berdaulat sebab dari sanalah berkat bagi Yehuda mengalir. Apa yang diutamakan dalam pertobatan sejati? Permulaan yang baru! (3) Karena masa depan bangsa Yehuda terancam oleh kejahatannya di masa lampau. Hanya permulaan baru yang total dan radikal yang dapat menyelamatkan bangsa Yehuda. Karena itu nantinya, kerajaan Yehuda harus dihancurkan dan bangsanya dibuang ke Babel. Namun sekali lagi ini hanya dapat dimungkinkan jika ada komitmen hati yang total kepada TUHAN (4). Renungkan: Uraian di atas memperlihatkan bahwa untuk sampai kepada pertobatan sejati bangsa Yehuda harus membayar harga yang mahal. Mereka terlalu terlambat. Seandainya dari dulu mereka mau mentati Allah, mereka tidak perlu mengalami pembuangan dan kehancuran. Ini peringatan keras bagi Kristen untuk berbalik dari jalan yang salah dan berpaling kepada Allah segera setelah Allah memperingatkan kita. Jangan sampai kita terlalu terlambat, hingga seluruh hidup kita harus dirombak untuk sampai kepada pertobatan yang sejati |



pada popup untuk memperbesar ukuran huruf. [