Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 2721 - 2740 dari 2954 ayat untuk Israel [Pencarian Tepat] (0.005 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.10347054375) (Ul 16:18) (sh: Kata dan perbuatan (Selasa, 20 Mei 2003))
Kata dan perbuatan

Kata dan perbuatan. Rumusan, pernyataan, dan pengakuan iman tentang karya penyelamatan Allah berakar pada tindakan nyata Allah dalam peristiwa dan sejarah umat Allah. Karena itu kata firman (Ibr. davar) mengandung dua arti yaitu kata dan perbuatan. Firman Allah adalah kata dan perbuatan Allah. Keduanya mengungkapkan hati Allah, keduanya mewujudkan kehendak Allah, serasi tanpa konflik. Apabila umat dituntut melakukan firman, maka yang dimaksud adalah memberitakan perbuatan Allah melalui kata sekaligus perbuatan. Tuntutan untuk serasi kata dan tindakan serta memberlakukan karya penyelamatan dan kasih Allah dalam kehidupan umat, khususnya perlu dilaksanakan di bidang peradilan.

Firman dengan dimensi peradilan ini disampaikan ketika berbagai penindasan dan ketidakadilan di tengah-tengah masyarakat Israel dilakukan para elit politik waktu itu. Jelas, penindasan dan ketidakadilan bertentangan dengan kebaikan, kasih dan kebenaran Allah. Setiap orang yang menerima suap dan mengadili dengan mempermainkan standar kebenaran, tidak hanya melanggar hukum peradilan, tetapi juga melawan Allah. Karena itu, para hamba peradilan diminta agar khusus menjaga diri dari menerima suap, sebab suap membutakan mata orang-orang bijaksana dan orang-orang benar (tsadiq). Para hamba peradilan menduduki kehormatan mewakili Allah. Sepatutnya bahwa wibawa Allah dan kebenaran dihormati oleh mereka. Mereka bertanggungjawab untuk menjamin peradilan yang adil dan benar bagi seluruh bangsa (bdk. 18,20). Keadaan bangsa Indonesia tercinta ini akan terus terpuruk karena praktik-praktik ketidakadilan dan suap. Selama orang tidak segan-segan melakukan ketidakadilan, berarti mata mereka buta dan tak berhikmat menegakkan keadilan.

Renungkan: Berserulah kepada Tuhan agar Ia menegakkan keadilan dan kebenaran-Nya di tengah-tengah bangsa kita.

(0.10347054375) (Ul 16:21) (sh: Pengabdian mutlak (Rabu, 21 Mei 2003))
Pengabdian mutlak

Pengabdian mutlak. Menyembah patung atau apa pun yang diperlakukan sebagai ilah, pasti akan membangkitkan amarah Allah yang teramat besar. Kasih Allah sedemikian besar, menuntut pengabdian mutlak tak mendua hati. Menyembah sesuatu yang bukan Allah adalah menyangkali Allah. Tindakan itu kekejian sebab selain melawan Allah juga merusakkan maksud baik Allah bagi manusia. Pelanggaran ini berakibat kematian.

Dalam Perjanjian Lama orang yang melanggar hukum Allah pasti akan mati. Mati di sini dapat diartikan dalam dua pengertian: [1] putus hubungan dengan Allah, [2] mati dalam pengertian tidak hidup lagi atau kehilangan nyawa. Dalam perikop ini dipakai pengertian kedua. Namun, sebelum hukuman mati itu dijatuhkan si terdakwa harus diperiksa dengan saksama dan harus dikuatkan oleh keterangan dua atau tiga orang saksi (ayat 6). Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya fitnah seperti yang dialami Nabot.

Bagi kita penerapan hukuman mati itu terasa kejam. Tetapi pada waktu itu, hukuman mati sangat relevan dengan keadaan Israel. Sebab ketika firman ini disampaikan kepada umat, umat sedang gencar- gencarnya mempraktikkan kepercayaan bangsa-bangsa Kanaan, tanpa memedulikan Allah. Karena itu hukuman mati setimpal untuk mereka yang menyembah ilah-ilah lain. Walaupun demikian, di balik pemberlakuan hukum ini Allah bertindak adil. Ia tidak hanya menghukum tetapi juga menyelamatkan. Dalam minggu-minggu Paskah ini kita sedang merenungkan makna kematian dan kebangkitan Yesus. Kematian dan kebangkitan Yesus adalah wujud dari keadilan dan kebenaran Allah. Mengimani Paskah berwujud pada memberlakukan penyelamatan dan keadilan Allah dalam komitmen hidup yang utuh kepada Allah maupun dalam mengupayakannya lewat kesaksian dan perbuatan.

Renungkan: Semakin bulat komitmen orang pada Allah semakin berani ia memberlakukan kebenaran dalam hidupnya.

(0.10347054375) (Ul 18:1) (sh: Dikhususkan oleh Allah (Selasa, 22 Juni 2004))
Dikhususkan oleh Allah

Dikhususkan oleh Allah. Pasti setiap kita memiliki barang berharga yang dikhususkan. Mungkin berupa mobil yang antik, suvenir berharga dari tempat yang jauh, atau buku yang kita sering baca. Biasanya barang-barang itu kita istimewakan, kita rawat, bersihkan dan simpan baik-baik. Apabila ada suatu hal kritis yang terjadi atas barang itu, misalnya sesuatu yang mengancam keberadaannya, kita akan mengusahakan untuk memperbaiki, membersihkan atau mengamankannya terlebih dahulu.

Dalam Perjanjian Lama, umat Allah ditandai dengan adanya orang-orang khusus yang dipanggil untuk pelayanan yang khusus. Orang-orang ini biasanya memiliki tugas khusus dalam pelayanan di dalam rumah Tuhan. Para imam dan orang Lewi merupakan orang-orang khusus di antara umat Allah. Allah mengkhususkan mereka. Mereka tidak memiliki warisan pusaka seperti orang Israel lainnya, tetapi memiliki bagian khusus yaitu korban bakaran yang diberikan kepada Tuhan, bahkan Tuhanlah seharusnya yang menjadi milik pusaka mereka (ayat 1-2). Kesejahteraan hidup mereka juga harus diperhatikan oleh umat Allah lainnya (ayat 3-8). Orang-orang ini hidup di dalam iman dan kekhususan di dalam Perjanjian Lama.

Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa memang ada orang-orang khusus yang diberikan tugas dan tanggung jawab untuk memelihara pekerjaan pelayanan Allah (ayat 1Pet. 4:10). Di dalam Yesus Kristus, penggolongan antara yang istimewa dan umat biasa itu ditiadakan. Kita semua kini bangsa "imamat rajani" yang memiliki status dan tanggung jawab imamat seperti di dalam zaman Perjanjian Lama (ayat 1Pet. 2:9). Kita semua dikhususkan untuk hidup melayani Tuhan dan Raja kita Yesus Kristus.

Bersyukurlah: Karena kita telah dipilih dan dikhususkan di dalam Yesus Kristus menjadi bangsa yang imamat dan rajani. Lakukanlah tugas kita sesuai dengan kekhususan itu.

(0.10347054375) (Ul 23:15) (sh: Peduli pada orang lain dan diri sendiri (Jumat, 2 Juli 2004))
Peduli pada orang lain dan diri sendiri

Peduli pada orang lain dan diri sendiri. Ada orang rela berkorban untuk kepentingan orang lain tetapi mengabaikan diri sendiri dan keluarganya. Apa artinya pengorbanan diri bagi orang lain, kalau hidup pribadi dan hidup keluarganya berantakan? Keduanya harus diberikan perhatian yang sama.

Pesan-pesan dari perikop ini dapat dilihat sebagai pesan kepedulian terhadap orang lain dan kepada diri sendiri. Peduli kepada orang lain, yaitu: Pertama, peduli terhadap nasib budak yang melarikan diri mungkin sekali lari dari penindasan majikannya (ayat 15-16). Kedua, peduli terhadap sesama saudara dengan tidak memungut bunga pinjaman darinya (ayat 19-20). Hanya kepada orang asing mereka diizinkan mengenakan bunga pinjaman. Kebanyakan orang asing datang untuk berdagang, sementara sebagian besar penduduk Israel adalah petani. Ketiga, peduli kepada sesama yang membutuhkan makanan di dalam perjalanannya (ayat 24-25). Peraturan ini dirancang untuk orang-orang yang dalam perjalanan jauh tidak sempat membawa bekal makanan.

Peduli terhadap diri sendiri dan keluarga diwujudkan dengan cara: Pertama, peduli terhadap kesucian hidup sehingga tidak membiarkan diri atau anggota keluarganya terjebak dalam pelacuran bakti dan semburit bakti (= persetubuhan sesama lelaki), walaupun hasilnya dipersembahkan untuk Tuhan (band. dengan upaya pencucian uang [money laundry] melalui persembahan di gereja) (ayat 17-18). Kedua, peduli terhadap integritas pribadi sehingga tidak sembarangan bernazar. Bila sudah bernazar, yang bernazar harus menepatinya dengan sungguh-sungguh (ayat 21-23). Peduli terhadap diri sendiri dengan menjaga kesucian hidup dan integritas pribadi berarti menghormati Tuhan. Peduli pada orang lain dan diri sendiri harus diberikan porsi yang seimbang. Peduli pada orang lain adalah wujud kasih Kristiani. Peduli terhadap diri sendiri dan keluarga adalah wujud penghormatan kita pada Kristus. Keduanya harus berjalan bersama.

Tekadku: Menjadi berkat bagi sesama, pelindung bagi keluarga dan menjaga diri dari kenajisan, itulah kewajibanku.

(0.10347054375) (Ul 25:5) (sh: Menjaga nama dan kehormatan keluarga (Senin, 5 Juli 2004))
Menjaga nama dan kehormatan keluarga

Menjaga nama dan kehormatan keluarga. Rencana Allah menjadikan Israel suatu umat yang besar dan terhormat, tampak dalam aturan ini. Kematian tidak perlu membuat garis keturunan seseorang terhenti, tidak juga membuat seorang janda terlantar. Rencana Allah di dalam umat-Nya tidak dapat dihentikan oleh kematian.

Perikop ini mengatur bagaimana nama dan kehormatan keluarga dijaga melalui pernikahan levirat (=pernikahan ipar). Bila suami meninggal sebelum memiliki keturunan untuk meneruskan namanya, maka saudara pria yang tinggal bersamanya berkewajiban menikahi janda saudaranya itu untuk memberi keturunan. Anak sulung hasil pernikahan diakui sebagai keturunan suami yang sudah meninggal itu (ayat 5-6). Adakalanya, saudara pria yang meninggal itu tidak mau melakukan pernikahan levirat tersebut. Hukum Taurat memperhitungkan kemungkinan itu, walaupun tidak merekomendasikannya bahkan mencelanya (ayat 7-10).

Mengapa pernikahan levirat pada masa itu dianggap penting? Pertama, agar nama dan kehormatan keluarga dipelihara. Hal ini dianggap penting karena pada masa itu ikatan kekeluargaan dalam suatu komunitas lebih kuat dibandingkan hak individu. Betapa beda dengan masa kini, orang cenderung peduli diri sendiri, dan ikatan kekeluargaan dianggap penghalang bagi kebebasan pribadi. Kedua, melalui pernikahan levirat si janda terpelihara hidupnya. Pada masa itu penghargaan kepada kaum wanita masih rendah. Jika ia tidak memiliki anak laki-laki, ia dianggap tidak berguna. Terlebih bila suaminya meninggal, ia dianggap sudah mati, atau bukan tanggung jawab siapapun. Ini tidak boleh terjadi di antara umat Allah.

Orang Kristen harus menjadi teladan dalam menjaga nama keutuhan dan kehormatan keluarga. Keindahan hubungan keluarga Kristen adalah kesaksian tentang kebenaran iman kita.

Camkanlah: Taurat mengajarkan kepedulian terhadap sesama dimulai dengan kepedulian dalam keluarga. Orang yang tidak peduli terhadap anggota keluarganya sendiri, tidak mungkin peduli kepada orang lain!

(0.10347054375) (Ul 25:11) (sh: Tidak jujur dalam bisnis (Selasa, 6 Juli 2004))
Tidak jujur dalam bisnis

Tidak jujur dalam bisnis. Masyarakat Israel adalah masyarakat yang diatur oleh Hukum Taurat pemberian Allah. Hukum Taurat mengatur perilaku mereka sehari-hari. Salah satu perilaku itu diwujudkan dengan hidup jujur terhadap sesamanya.

Peraturan di ayat 13-16 diberikan guna mengatur transaksi dagang agar dilakukan dengan jujur. Kejujuran dalam transaksi dagang ditekankan pada penggunaan batu timbangan dan efa. Batu timbangan adalah alat untuk mengukur berat. Sedangkan efa adalah alat untuk mengukur volume. Pedagang yang tidak jujur menggunakan batu timbangan yang lebih berat dari seharusnya agar mendapatkan lebih banyak. Misalnya, ia membeli 100 kg beras. Dengan batu timbangan yang beratnya 1.05 kg, ia mendapatkan 105 kg beras. Ketika ia menjual beras itu, ia menggunakan batu timbangan yang lebih ringan (ayat 0,95 kg). Dengan demikian pembeli dirugikan setengah ons setiap kilonya. Demikian pula pedagang yang tidak jujur menggunakan efa yang lebih besar untuk mendapatkan jerami lebih banyak, namun ia menjual jerami itu dengan menggunakan efa yang lebih kecil. Praktik seperti ini mungkin lazim kita temui pada masa kini di pasar.

Tindakan berdagang yang tidak jujur seperti ini dilarang oleh Hukum Taurat dengan dua alasan: Pertama, adalah "supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan kepadamu oleh TUHAN Allahmu" (ayat 15). Penipuan dalam jangka panjang tidak dapat ditutupi. Bila ketahuan, si penipu akan kehilangan kepercayaan dari pelanggannya dan hidup tidak sejahtera. Masyarakat dan bangsa menjadi rusak bila ketidakjujuran merajalela. Kedua, orang yang berbuat curang adalah kekejian di hadapan Tuhan, oleh karena itu Ia akan menghukum setiap tindakan ketidakjujuran yang dilakukan oleh umat-Nya. Tuhan menuntut orang Kristen untuk hidup jujur, bukan hanya jujur dalam perdagangan saja tetapi juga jujur dalam segala tindakan sehari-hari.

Camkanlah: Tuhan tidak senang terhadap ketidakjujuran. Hidup tidak jujur menyebabkan Anda tidak menjadi berkat bagi orang lain.

(0.10347054375) (Ul 32:1) (sh: Setialah (Sabtu, 17 Juli 2004))
Setialah

Setialah. Musa menyampaikan pengajaran yang indah, baik isi maupun cara penyampaiannya. Hal ini berbeda dari kebanyakan kita kini melihat pengajaran. Pengajaran Musa tentang tindakan dan kebenaran Allah bagaikan air hujan atau embun yang menumbuhkan tanaman. Sama sekali jauh dari kesan banyak orang kini bahwa pengajaran (doktrin) adalah sesuatu yang gersang. Doktrin, yang berpusat pada pemahaman tentang maksud-maksud Allah dan yang bertujuan meninggikan Nama Allah (ayat 3), patut lebih dikembangkan dalam cara yang menarik untuk menumbuhkan kehidupan gereja Tuhan masa kini.

Pengajaran Musa itu berkisar pada fakta sikap dan tindakan Allah terhadap Israel dan bagaimana dampaknya terhadap status dan keadaan mereka. Allah telah berlaku begitu penuh anugerah, mengkhususkan mereka dari sekian banyak anak-anak Adam (ayat 8-13), menjadikan mereka harta kesayangan-Nya agar mereka dapat serasi menjadikan Allah harta kemuliaan mereka sebagai bangsa. Hanya umat Allah yang dapat merasakan hubungan anak-bapa dengan Allah, dapat mengalami penghormatan (ayat 10), jaminan pemeliharaan dan kasih mesra Allah yang menyeluruh (ayat 12). Sudahlah sepatutnya kebenaran ini menjadi makanan rohani yang menumbuhkan kesetiaan mereka makin teguh. Kesetiaan kita akan sangat terkait dengan sejauh mana kita memahami dan menghayati sikap dan tindakan Allah atas hidup kita.

Allah setia, adil dan benar. Allah tidak pernah dipengaruhi oleh tindakan umat-Nya. Dari sejak mereka di Mesir Allah setia menyertai mereka (ayat 7). Di padang gurun Allah menjaga mereka seperti biji mata-Nya (ayat 10). Sungguh mengagumkan kesetiaan Allah yang tidak pernah berubah kepada umat-Nya. Kesetiaan Allah berbeda dengan kesetiaan manusia yang bersyarat dan mudah pudar. Saat ini, banyak orang setia kepada Allah dengan syarat mendapat berkat (secara materi). Perikop ini mengajarkan bahwa kesetiaan Allah yang tidak pernah berubah adalah berkat terbesar bagi umat-Nya.

Renungkanlah: Belajar tidak melupakan kesetiaan Allah adalah disiplin untuk mencegah kita berlaku tidak setia kepada-Nya.

(0.10347054375) (Hak 7:19) (sh: Tuntaskan pekerjaan Tuhan! (Minggu, 12 Oktober 1997))
Tuntaskan pekerjaan Tuhan!

Tuntaskan pekerjaan Tuhan!
Melaksanakan pekerjaan apa pun harus konsisten, bila orang ingin memerik hasilnya. Demikian pun halnya dengan pekerjaan Tuhan, dalam hal Gideon ini peperangan. Selain harus tuntas, juga harus ada tindak lanjut. Justru karena kedua hal itu diabaikanlah maka orang Israel saat itu harus mengalami banyak masalah dan sengsara.

Kelompok-kelompok kerja. Gideon membagi pasukan komandonya ke dalam tiga kelompok kerja (pokja). Kerja atau perang yang harus mereka lakukan bukanlah membunuh musuh atau memenggal kepala mereka, melainkan menaati aba-aba perang. Tugas mereka bukan menyerang dengan serangan fisik tetapi melakukan beberapa hal yang telah Tuhan atur sebelumnya yang menyebabkan kekacauan, kebingungan, kekalutan pada pasukan orang Midian. Tugas itu ialah meniup sangkakala, memecahkan buyung secara serempak, dan berteriak: "Demi Tuhan dan demi Gideon." Akibat taktik ilahi itu luar biasa! Musuh kacau balau terbirit-birit dan saling bunuh sendiri. Itulah hasil dari kelompok kerja yang taat dan kompak! Hikmat di atas konflik. Pemimpin perlu punya hikmat saat menghadapi konflik. Ini yang oleh para pakar masa kini disebut sebagai menejemen konflik. Orang-orang Efraim itu merasa tersinggung tidak diikutsertakan oleh Gideon dalam peperangan tersebut. Tetapi dengan sangat bijaksana Gideon menjelaskan bahwa alasannya bukan negatif. Bahkan ia menyanjung hal positif dalam diri mereka sehingga kemarahan mereka reda. Kalau Anda pemimpin, rendahkanlah diri Anda, berbicaralah positif dan berkatilah orang yang bereaksi atau bersikap negatif terhadap Anda.

Renungkan: Konflik dengan para musuh Tuhan harus diselesaikan dengan tegas berpegang pada kebenaran dan perintah Tuhan. Konflik intern dalam umat Tuhan hanya kasih dapat mengatasinya.

Doa: Padukan hati kami untuk tugas lebih besar dariMu.

(0.10347054375) (1Sam 2:1) (sh: Pengakuan dalam sukacita (Selasa, 29 Juli 2003))
Pengakuan dalam sukacita

Pengakuan dalam sukacita. Seseorang menjadi spesial ketika ia bertindak lebih baik dari kecenderungan rata-rata orang. Rata-rata orang, bila ditempatkan dalam posisi Hana, akan melihat peristiwa ini sebagai pembenaran bahwa Allah adalah Tuhannya Hana. Hana layak menyandang status spesial karena tindakannya yang sama sekali tidak membalaskan sakit hatinya dengan tindakan seperti yang Penina lakukan. Hana mengungkapkan sakit hatinya kepada Tuhan.

Kata 'musuh' dalam ayat 1 sama artinya dengan ungkapan yang sering kita temukan dalam kitab Mazmur. Musuh Allah adalah orang fasik, orang-orang yang melawan keadilan Allah dengan menindas orang- orang lemah. Tema utama nyanyian syukur Hana bukanlah cibiran, tetapi bagaimana Allah terus menyatakan keadilan-Nya, seperti yang dinyatakan-Nya melalui kelahiran Samuel. Allah membela orang lemah dengan membalikkan keadaan penindasan yang dilakukan oleh orang-orang fasik dan jahat (ayat 4-10). Mereka yang tadinya lemah, tertindas, hina, ditinggikan Allah dan diberikan kehormatan (ayat 7-8).

Nyanyian Hana ditujukan bukan kepada Penina atau orang tertentu, tetapi kepada khalayak umum bangsa Israel ('kamu' pada ayat 3 dalam bahasa Ibrani adalah dalam bentuk jamak: 'kamu sekalian', bdk. ay. 2 'Allah kita'). Hana sadar bahwa Allah bertindak semata-mata karena kekudusan dan keadilan-Nya. Allah akan melawan orang fasik siapa pun dia, termasuk Hana seandainya ia berbalik menjadi penindas. Teladan dari Hana adalah di tengah ungkapan sukacitanya, ia mengakui bahwa berkat dari Allah harus disambut dengan pengakuan akan keadilan dan kekudusan yang ditunjukkan dan dituntut-Nya dari umat-Nya, termasuk kita.

Renungkan: Ekspresikan sukacita sejati atas berkat-berkat-Nya tiap hari melalui pengakuan dan penghayatan akan kebenaran, kekudusan dan keadilan Allah dalam kata dan perbuatan kita!

(0.10347054375) (1Sam 2:11) (sh: Kesalehan: penting dan berpengaruh (Rabu, 30 Juli 2003))
Kesalehan: penting dan berpengaruh

Kesalehan: penting dan berpengaruh. Ada dua macam pelayan yang dipaparkan dalam nas ini. Pertama, orang yang sungguh-sungguh melayani Tuhan, yang dihadirkan dalam sosok Hana (ayat 11, bdk. 1:28). Kedua, orang yang berkedok melayani Tuhan untuk melayani diri sendiri, yang hadir dalam sosok Hofni dan Pinehas (ayat 13-16, 22, bdk. Bil. 5:10).

Sejak awal nas 1 Samuel, kita sudah diperhadapkan dengan sosok Hana sebagai orang yang melayani Tuhan dengan kesungguhan hati dan keberserahan penuh. Bahkan ia rela menyerahkan Samuel, anak yang telah lama dinantikannya, untuk menjadi pelayan Tuhan (ayat 11, bdk. 1:28). Tindakan Hana ini bertolak belakang dengan tindakan anak-anak Eli: Hofni dan Pinehas. Mereka adalah orang-orang yang berkedok melayani Tuhan, tetapi sebenarnya mereka melayani diri sendiri. Dengan sewenang-wenang mereka melanggar dan mengubah peraturan kurban yang ditetapkan Tuhan disertai dengan tindakan- tindakan bejat (ayat 12-17). Hofni dan Pinehas tidak hanya tidak memedulikan nasihat ayah mereka, dan keluh kesah umat Israel, tetapi yang terparah, mereka tidak memedulikan tuntutan ilahi akan kekudusan mereka sebagai pelayan Allah. Mengapa kebejatan semacam ini bisa terjadi di dalam keluarga yang seharusnya menjadi panutan umat Allah? Sebab Imam Eli sendiri tamak dan lebih menyayangi anak-anaknya daripada menghormati Allah (ayat 29).

Kita belajar dua hal: pertama, konsekuensi ketaatan melayani dengan sungguh adalah berkat berlimpah (ayat 21), sedangkan konsekuensi terhadap ketidaktaatan dan hidup jahat di hadapan Allah adalah mati (ayat 25). Kesalehan adalah hal yang penting dan berpengaruh dalam perjalanan hidup manusia, membuahkan kesetiaan.

Renungkan: Ingatlah, kehidupan Kristen sehari-hari adalah ranah pelayanan utamanya di hadapan Allah. Jaga kekudusan hidup Anda!

(0.10347054375) (1Sam 3:1) (sh: Kata dan makna (Jumat, 1 Agustus 2003))
Kata dan makna

Kata dan makna. Kata bukan sekadar bunyi, tetapi penyampaian makna melalui bunyi. Kata diucapkan karena ada hal yang ingin disampaikan oleh pengucapnya. Supaya itu terjadi kata tersebut harus didengar. Akan sia-sia usaha pengucap, jika ternyata tidak ada telinga yang terbuka dan kehendak yang sedia untuk mendengar.

Nas ini menyajikan perbandingan tentang dua kondisi sikap terhadap kata-kata Allah. Pertama, Samuel, anak muda yang belum pernah menerima firman Allah secara langsung, tetapi mendengar (ayat 7,9-10), dan Eli, imam dengan pengalaman kerohanian segudang yang tidak mendengar (ayat 13). Kedua, Samuel yang menyampaikan seluruh yang difirmankan Allah kepada Eli (ayat 17-18) dan Eli yang tidak menyampaikan sepenuhnya kemarahan Allah kepada anak- anaknya (ayat 12-13). Ketiga, jarangnya pernyataan firman Tuhan di zaman Eli (ayat 1) dengan tidak pernah gagal-Nya firman Tuhan pada masa Samuel. Bahkan perkataan Samuel pun sampai ke seluruh Israel (ayat 3:19-4:1a). Semua berkait dengan kata, firman, atau davar dari Allah (davar, kata Ibrani untuk 'kata'/'firman'). Karena itu, ketika Samuel bangun untuk keempat kalinya dan mendengarkan firman Tuhan, ia bangun untuk menjadi bagian dari suksesi kenabian menggantikan Eli (ayat 20). Allah sendiri yang memilih Samuel, dan Ia menyertainya (ayat 19). Dari sudut pandang narasi ini, Samuel adalah nabi yang sejati. Ia yang mendengarkan panggilan Tuhan itu bertumbuh dewasa untuk menjadi pendengar dan pemberita davar Allah yang sejati.

Jelas bahwa hidup Samuel adalah teladan, dan hidup Eli adalah peringatan bagi kita. Sebagai Kristen, entah sudah berapa banyak firman, khotbah, renungan, tulisan dll. tentang kebenaran firman Tuhan yang melewati dan meriuhrendahkan hidup kita. Jangan sia- siakan semua itu. Bangun dan dengarkan, lakukan dan beritakan!

Renungkan: Semua orang percaya adalah pemberita-pemberita firman dengan misi penting di tengah zaman yang genting (ayat 1Pet. 2:9).

(0.10347054375) (1Sam 19:1) (sh: Luput dari bahaya (Sabtu, 9 Agustus 2003))
Luput dari bahaya

Luput dari bahaya. Saul mulai menyadari bahwa ia berhadapan bukan hanya dengan Daud yang populer dan menarik, tetapi dengan Yahweh sendiri. Namun fakta itu belum cukup bagi Saul untuk menghentikan kebatilannya terhadap Daud.

Ada 4 keluputan yang dialami Daud. Pertama, Daud terluput dari bahaya karena Yonatan berpihak kepada Daud. Bagi Yonatan, Daud adalah aset kerajaan yang begitu berharga. Usaha Yonatan meyakinkan Saul membuahkan hasil. Saul bersumpah tidak akan membunuh Daud. Keluputan pertama Daud menyiratkan bahwa Saul telah "kehilangan" anaknya karena keberpihakan Yonatan kepada Daud. Kedua, Daud terluput dari lemparan tombak Saul. Tidak ada yang kebetulan di sini. Saul dikatakan dihinggapi "roh jahat". Kemungkinan ini adalah satu cara pengungkapan bahwa emosi Saul tidak stabil dan di luar kebiasaan. Meskipun Daud cekatan menghindar, kita mengetahui bahwa ia adalah raja masa depan Israel yang dipelihara Allah.

Ketiga, Daud terluput dari bahaya karena Mikhal. Mikhal berdusta dan mengkhianati ayahnya agar Daud bisa lolos. Kali ini Saul kehilangan anaknya yang lain lagi. Terakhir, Daud terluput dari bahaya karena peristiwa kepenuhan roh. Roh Allah menghinggapi para utusan Saul dan Saul sendiri sehingga tidak dapat menangkap Daud. Kariernya telah berakhir jauh sebelum ia mati dengan mengenaskan. Ia telah kehilangan segala-galanya!

Tuhan memiliki maksud yang unik untuk masing-masing kita. Ada misi khusus yang Tuhan berikan bagi setiap individu, setiap anak Tuhan. Misi itu bisa kecil, bisa besar, bisa sempit ataupun sangat luas. Intinya, Tuhan mempunyai rencana bagi setiap orang dan pasti akan mewujudkan rencana itu, tidak peduli betapa sengit perlawanan dari luar menghadang.

Renungkan: Jika Tuhan tak mengizinkan, sehelai rambut pun dari kepala Anda tidak akan jatuh ke dalam tangan musuh!

(0.10347054375) (1Sam 27:1) (sh: Usaha Manusia (Minggu, 08 Februari 1998))
Usaha Manusia

Usaha Manusia
Daud manusia biasa yang bisa jenuh tak tahan terus mengalami himpitan. Gerak lajunya memimpin 600 orang, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, mendatangkan kejenuhan dan mungkin juga stress dalam dirinya. Cukup sudah tekanan bayang-bayang Saul yang terus menghantuinya.Langkah pintas pun ditempuhnya. Datang kepada musuh bebuyutan bangsa Israel memohon perlindungan. Tindakan Daud ini sangat disayangkan karena dalam situasi kritis seperti itu ia tidak datang menyerahkan pergumulannya kepada Tuhan seperti yang selama ini dilakukannya. Kondisi fisik yang lemah, capek, jenuh, dan kondisi hati yang kecewa, sering membuat orang melupakan Allah dan mengandalkan dorongan hati. Dengan berbuat demikian, ia mengandalkan diri, sombong, melupakan Tuhan.

Tak disia-siakan. Di satu pihak keputusan Daud merupakan kesempatan emas bagi Raja Akhis untuk mengubah status dari musuh yang disegani menjadi sahabat sejati. Namun di pihak lain, ini tidak mudah, sebab bagaimanapun juga Daud tetap pahlawan sejati yang tidak mungkin mengkhianati bangsanya sendiri. Akibat tindakan gegabah ini, Daud berada pada posisi serba salah.

Andalkanlah Allah. Dari peristiwa Daud ini kita belajar, bahwa di luar Allah, kemampuan akal dan kesuksesan kuasa yang kita peroleh tidak mampu membebaskan kita dari permasalahan. Peranan Allah dalam kehidupan kita besar pengaruhnya. Selain mampu mengubah gerak hidup, kuasa-Nya juga mampu membangkitkan semangat dan meningkatkan mutu kehidupan kita. Kuasa Allah bukan isapan jempol. Kuasa Allah itu nyata dan akan terus berkarya.

Renungkan: Bila lupa bahwa kesuksesan dan kemampuan akal yang kita miliki adalah anugerah Tuhan, kita dapat dibuat lengah dan jatuh.

Doa: Ya Tuhan, ampuni kami yang berlebihan memperlakukan akal dan kesuksesan kami.

(0.10347054375) (2Sam 6:1) (sh: Menyekat kehidupan (Minggu, 10 Agustus 2003))
Menyekat kehidupan

Menyekat kehidupan. Daud, raja Israel yang baru naik takhta, ingin menegakkan sebuah orde baru yang penuh pengharapan.

Ada beberapa hal yang Daud lakukan berkenaan dengan pengokohan dinasti barunya. Pertama, Daud ingin membuat Yerusalem menjadi pusat kegiatan pemerintahan sekaligus keagamaan. Ia membutuhkan sokongan dari berbagai pihak. Cara yang dipikirkannya begitu brilian: ia membawa tabut Allah sebagai simbol keagamaan teragung yang telah lebih dari 20 tahun ditaruh di rumah Abinadab (ayat 1Sam. 7:1-2) ke Yerusalem. Siasat Daud "menggunakan" tabut Allah untuk maksud politik bisa membuatnya meremehkan kekudusan Allah. Karena itulah peristiwa kematian Uza menjadi penting di sini: Daud tidak boleh memanipulasi agama dan Allah untuk kepentingan politik.

Tiga bulan setelah peristiwa kematian Uza, Daud membawa tabut masuk ke Yerusalem dengan sebuah liturgi perayaan yang penuh sukacita. Ia menari-nari bagi Allah. Kedua, tarian dan nyanyian merupakan pernyataan bahwa Allah telah hadir di kota Daud dan mengesahkan pemerintahannya. Terakhir, ia memutuskan ikatan dengan orde yang lama, yang diwakili Mikhal sebagai keturunan Saul. Sikap Mikhal yang cenderung sombong pada akhirnya dicemooh dengan fakta yang diungkapkan di akhir pasal ini: Mikhal mandul -- dan Daud siap untuk memerintah dalam masa-masa puncak kejayaannya!

Renungkan: Mulailah hidup yang baru dengan takut akan Allah, penuh ucapan syukur, dan pemutusan mutlak dari semua dosa dan kelemahan Anda!


Bacaan untuk Minggu ke-10 sesudah Pentakosta

I Raja-raja 3:5-12; Roma 8:26-30; Matius 13:44-52; Mazmur 119:129-136

Lagu KJ 314

(0.10347054375) (2Sam 7:1) (sh: Antara "jika" dan "meskipun" (Senin, 11 Agustus 2003))
Antara "jika" dan "meskipun"

Antara "jika" dan "meskipun". Tabut Allah telah dibawa ke Yerusalem, berarti kehadiran Allah sudah mengesahkan dinasti Daud yang baru. Namun, apakah hal itu cukup bagi Daud? Kelihatannya tidak. Daud ingin memastikan bahwa Allah menetap secara permanen di Yerusalem. Karena itu, Daud memutuskan untuk membangun Bait Allah. Dengan demikian Allah akan "berdiam" di Yerusalem, dan kerajaan Daud dipastikan kokoh. Sekali lagi ini adalah tindakan brilian Daud. Ia membuat sebuah simbol keagamaan yang selama ini belum ada, dan lebih dahsyat daripada tabut Allah.

Keputusan Daud memang penting dalam kaitan dengan kehadiran Allah. Namun demikian, Allah yang bebas tidak bisa "diikat" oleh rumah yang didirikan manusia. Manusia tidak bisa mengatur Allah dengan simbol-simbol keagamaan. Allahlah yang mengatur manusia. Daud sekali lagi hampir terjebak untuk mengatur Allah bagi kepentingan politiknya. Demikian juga dengan Natan yang telah mengesahkan keputusan Daud (ayat 3). Namun, Allah berfirman kepada Natan untuk menarik persetujuannya. Allahlah yang akan membangun "rumah" (bisa berarti dinasti) bagi Daud (ayat 11).

Janji Allah bagi Daud begitu luar biasa. Allah yang biasanya mensyaratkan ("jika") ketaatan dalam memberikan berkat, kini menjadi tanpa syarat ("meskipun") dalam menganugerahkan kesejahteraan bagi Daud (ayat 15). Ini adalah pernyataan kasih Allah yang mutlak, tidak tergantung dari tindakan manusia. Dengan janji Allah yang teguh ini, komunitas Israel (dan akhirnya komunitas Kristen) menjadi komunitas pengharapan. Namun demikian, tidak berarti ketaatan tidak diperlukan lagi. Baik respons kita maupun kasih Allah merupakan dua unsur yang terus-menerus hadir dalam Alkitab. Keduanya penting untuk kepenuhan hidup kita.

Renungkan: Kasih Allah dalam Kristus bulat tanpa syarat. Jalanilah hari-hari Anda dengan ketaatan dan ucapan syukur atas kasih-Nya juga tanpa syarat.

(0.10347054375) (2Sam 11:1) (sh: Lepas kendali (Rabu, 13 Agustus 2003))
Lepas kendali

Lepas kendali. Bacaan kita hari ini mengagetkan karena membawa kita menjumpai sebuah titik tanpa jalan kembali dalam kehidupan Daud. Dosa masuk dan hidup pun berubah. Kita akan mencoba melihat tidak hanya bagaimana Daud jatuh dalam perzinahan, namun lebih dari itu, kita akan melihat bagaimana situasi Daud bisa menjadi satu refleksi yang dalam buat kehidupan kita masing-masing.

Peristiwanya terjadi ketika bangsa Israel masih terus berada dalam ketegangan militer dengan bani Amon. Daud, yang adalah seorang raja, yang seharusnya diharapkan maju berperang untuk melindungi bangsanya, malah berada di singgasananya yang nyaman di Yerusalem. Dalam situasi santai seperti itu, Daud melihat seorang wanita yang sangat cantik. Ia menanyakan siapa namanya dan milik siapa wanita itu. Ternyata ia adalah isteri Uria, orang Het, komandan pasukannya sendiri.

Daud tidak berhenti di sana. Ia merasa memiliki kendali. Bukankah ia adalah seorang raja yang kekuasaannya memampukannya melakukan apa saja? Maka, ia meniduri Batsyeba. Tidak ada masalah, sampai ketahuan bahwa wanita itu mengandung. Kini keadaan mulai berada di luar kontrol Daud. Daud panik. Ia memanggil Uria berharap agar Uria pulang dan melakukan hubungan seksual dengan istrinya. Dengan demikian peristiwa itu akan menutupi dosa Daud. Namun, Uria tetap tidak mau bersenang-senang.

Tindakan Uria ini merupakan suatu sindiran kepada Daud yang tidak punya jiwa semulia Uria. Uria adalah komandan pasukan yang senantiasa kuatir terhadap keberadaan anak buahnya dalam pertempuran. Daud makin kehilangan akal. Dosa membuatnya menjadi raja yang lepas kendali.

Renungkan: Kemenangan atau kekalahan tidak terjadi sekejap mata. Itu adalah proses dari bagaimana kita mengandalkan diri dan semua aspeknya, juga menghargai wilayah-wilayah yang harus kita hormati.

(0.10347054375) (1Raj 2:13) (sh: Ancaman dari dalam (Senin, 26 Juli 2004))
Ancaman dari dalam

Ancaman dari dalam. Ancaman roboh bagi sebuah rumah tidak hanya dari faktor luar, seperti bencana alam. Ancaman yang tidak kalah bahayanya adalah ancaman dari dalam yang tidak disadari, misalnya rayap.

Adonia menghadap Batsyeba dan meminta agar Batsyeba memohonkan kepada Salomo agar Abisag diperbolehkan menjadi istrinya. Permintaan Adonia disampaikan oleh Batsyeba ke Salomo. Reaksi Salomo adalah menghukum Adonia dengan menyerahkannya kepada Benaya bin Yoyada agar Adonia di pancung hingga mati (ayat 22-25). Mengapa Salomo menghukum mati Adonia?

Permohonan Adonia agar Abisag menjadi istrinya sama saja mengklaim takhta kerajaan. Ini suatu ancaman yang sangat serius yang dapat menggoyahkan takhta Salomo. Berarti sudah dua kali Adonia berupaya mengkudeta raja. Tidak hanya itu, Salomo juga melihat ancaman yang datang dari musuh-musuh yang ingin menggoyahkan takhtanya. Sehingga ia menghukum mati Yoab yang memihak kepada Adonia (ayat 28-34), Simei yang melanggar perintahnya (ayat 46) serta mengangkat imam Zadok menggantikan imam Abyatar (ayat 35). Salomo menegakkan keadilan untuk mencapai kedamaian dengan menyelesaikan pemberontakan di dalam kerajaannya. Dengan bertindak demikian Salomo juga memperbaiki beberapa kegagalan Daud (lihat renungan kemarin).

Seperti halnya Salomo menghadapi ancaman dari dalam yang membahayakan kestabilan kerajaan Israel yang dipimpinnya, demikian juga ancaman yang ingin menghancurkan relasi kita dengan Tuhan tidak saja dari luar, tapi juga dari dalam diri kita sendiri. Misalnya, berbagai kelemahan pribadi, keinginan jahat dan perasaan negatif (iri hati, sombong, dengki) itu semua adalah ancaman dari dalam yang menghancurkan relasi kita dengan Tuhan.

Renungkan: Serangan iblis terhadap kita tidak selalu dari luar diri kita sendiri, tapi iblis dapat menggunakan hal yang hanya diketahui oleh Allah dan kita. Oleh karena itu waspadalah terhadap ancaman dari dalam diri kita.

(0.10347054375) (1Raj 3:16) (sh: Yang sederhana di tangan yang bijak (Minggu, 30 Januari 2000))
Yang sederhana di tangan yang bijak

Yang sederhana di tangan yang bijak. Dalam konsep PL, hikmat adalah penerapan praktis dari pengetahuan yang dimiliki seseorang ke dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menyatakan hikmat Salomo yang luar biasa, kitab 1 Raja-raja tidak mengetengahkan kemampuan arsitek Salomo di dalam membangun Bait Allah dan istana, namun memilih peristiwa ini.

Permasalahan yang dibawa kedua pelacur ke hadapan Salomo sangat pelik dilihat dari berbagai faktor. Salomo tidak mengenal latar belakang kedua pelacur tersebut, sehingga ia tidak bisa menentukan mana yang benar dan yang salah. Bayi yang diperebutkan masih terlalu kecil untuk mengenali siapa ibu yang sebenarnya. Dan yang paling utama, tidak ada saksi yang dapat memperkuat argumentasi masing-masing pelacur itu. Dengan kata lain, Salomo sama sekali tidak mempunyai pengetahuan mengenai faktor-faktor yang terkait secara langsung dengan kasus itu. Namun tidak berarti ia tidak bisa menyelesaikan kasus ini.

Sebaliknya Salomo menggunakan pengetahuan yang paling sederhana yang pasti dimiliki oleh semua orang Israel. Pengetahuan itu ialah bahwa seorang ibu kandung rela melakukan dan berkorban apa saja asalkan anaknya dapat tetap hidup. Bahkan dengan tidak mengakui anaknya sekalipun akan dilakukan, asalkan anaknya dapat tetap hidup. Pengetahuan yang sederhana inilah yang diterapkan dengan sangat bijak pada waktu yang tepat. Hasilnya sangat mengagumkan. Siapa ibu kandung bayi itu terbukti dengan sendirinya. Kekuatan dan manfaat suatu pengetahuan tidak terletak pada tingkat kekompleksitasan masalahnya, namun pada tangan orang yang mempergunakan pengetahuan itu.

Renungkan: Orang dikatakan bijak bukan karena ia mengetahui segala sesuatu, namun karena ia dapat mengaplikasikan apa yang diketahuinya secara benar dan tepat, sehingga bagaimana pun kompleksnya suatu masalah tetap dapat dipecahkan dengan baik.

(0.10347054375) (1Raj 20:1) (sh: Mengandalkan Tuhan (Selasa, 24 Agustus 2004))
Mengandalkan Tuhan

Mengandalkan Tuhan. Banyak orang sulit untuk memperoleh kepastian dengan mengandalkan satu hal saja. Sebab itu, mereka cenderung mengandalkan beberapa hal sebagai pedoman dalam hidup agar merasa lebih pasti dan lebih terjamin.

Ahab adalah raja Israel yang tidak memiliki prinsip dan mengandalkan banyak hal, tergantung pada situasi dan kondisi. Kadang dia mau bekerja sama dengan bangsa yang menghina Tuhan, atau bersedia tunduk menjadi jajahan negara lain (ayat 4), tetapi terkadang ia mengandalkan Tuhan juga (ayat 13-16).

Perikop ini menceritakan bahwa Ahab sebenarnya tersinggung dengan permintaan Benhadad, raja Aram, namun ia tidak mampu menolak sebelum ia didukung oleh semua tua-tua negeri (ayat 7,9). Ahab sulit untuk mengandalkan Tuhan saja, meski Tuhan telah menunjukkan kuasa-Nya dalam pertempuran melawan Benhadad (ayat 14-21), bahkan setelah Tuhan menjamin kehidupan masa depan Ahab yang masih gelap (ayat 22).

Lebih mudah tampaknya bagi kita percaya bahwa Tuhan bertindak dalam hal-hal yang telah terjadi di masa lampau, seperti: bagaimana Tuhan berbicara kepada Abraham, Musa, dan Petrus. Kita juga lebih mudah percaya tentang hal-hal yang belum terjadi di masa depan, seperti: janji Tuhan untuk menjemput anak-anak-Nya pulang ke surga. Kedua hal ini mudah dipercayai sebagai teori yang tidak melibatkan kita secara langsung. Tetapi untuk saat ini, ketika kita terlibat langsung, kita kurang mampu mengandalkan Tuhan sepenuhnya dengan tulus, menyerahkan keinginan dan kekhawatiran dalam hidup ini untuk diatur dan ditentukan oleh Tuhan.

Memang sulit menjadi orang yang hanya mengandalkan Tuhan saja, terutama jika kita kurang mempercayai bahwa perencanaan Tuhan atas kehidupan kita mencakup masa kini.

Renungkan: Pada saat kita bersedia menyerahkan semua keinginan dan kekhawatiran kepada Tuhan, sang penguasa dan penentu segala sesuatu, kita akan menikmati arti sebenarnya dari kepastian dan jaminan.

(0.10347054375) (2Raj 1:1) (sh: Selalu ada peringatan yang lebih dari cukup (Minggu, 14 Mei 2000))
Selalu ada peringatan yang lebih dari cukup

Selalu ada peringatan yang lebih dari cukup. Karena begitu besar kasih Allah akan umat manusia baik sebagai individu maupun kelompok, maka Ia akan menggunakan berbagai cara dan media untuk menegur, memperingatkan, dan menyadarkan seorang manusia agar ia bertobat. Selain keberagaman cara dan media, Allah juga menggunakan keberagaman intensitas dalam menggunakan cara dan media. Itu semua disesuaikan dengan kondisi dan situasi seseorang, khususnya disesuaikan dengan berapa lama lagi manusia itu masih mempunyai kesempatan untuk hidup.

Pemahaman ini tergambar jelas dalam kisah Ahazia. Sebagai pengganti Ahab - ayahnya, ia hanya memerintah selama 2 tahun. Waktu yang singkat itu dipenuhi oleh perbuatan jahat, sehingga menimbulkan sakit hati Allah (1Raj. 22:54). Di dalam waktu yang singkat itu pula, terjadi beraneka ragam bencana, baik yang nampaknya alamiah maupun supranatural yang harus ditanggung oleh Ahazia. Di dalam bidang politik, terjadi pemberontakan oleh Moab setelah Ahaz meninggal. Peristiwa ini pasti mempengaruhi kondisi, sosial, ekonomi, dan keamanan negara Israel. Dalam bidang ekonomi, Allah menggagalkan kerjasama ekonominya dengan Yosafat (2Taw. 20:36-37). Hukuman ini adalah cara Allah memperingatkan Ahazia agar bertobat.

Ketika Ahazia 'meniadakan' Allah dengan cara mencari petunjuk dari Baal-Zebub dan dilanjutkan dengan rencananya menangkap Elia, Allah masih mau memberikan peringatan yang lebih jelas dan keras melalui hukuman api yang menimpa 2 orang perwira Ahazia dan 50 bawahannya. Hukuman ini dimaksudkan untuk menyatakan dengan lebih tegas lagi bahwa Ia ada dan jauh lebih berkuasa dari Baal.

Renungkan: Begitu besar kasih Allah kepada manusia. Itulah sebabnya Allah tetap selalu memperingatkan dosa-dosa kita lebih dari cukup.

Bacaan untuk Minggu Paskah 4:

Kisah Para Rasul 2:36-41 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Kis/T_Kis2.htm#2:36 1Petrus 2:19-25 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/1Pe/T_1Pe2.htm#2:19 Yohanes 10:1-10 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Yoh/T_Yoh10.htm#10:1 Mazmur 23 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Maz/T_Maz23.htm

Lagu: Kidung Jemaat 157



TIP #21: Untuk mempelajari Sejarah/Latar Belakang kitab/pasal Alkitab, gunakan Boks Temuan pada Tampilan Alkitab. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA