(0.17665903448276) | (Ul 26:16) |
(sh: Pembaharuan perjanjian (Kamis, 8 Juli 2004)) Pembaharuan perjanjianPembaharuan perjanjian. Sepasang suami istri merayakan pernikahan emas. Mereka meminta pendeta memberkati ulang pernikahan mereka dan mereka saling mengikrarkan janji sehidup semati lagi. Suatu kenyataan yang jarang dijumpai di dunia modern, di mana komitmen dan kesetiaan adalah langka. Di akhir khotbah panjang Musa (pasal 12-26), Musa menantang umat Israel untuk mengikrarkan ulang komitmen mereka untuk setia kepada Tuhan, sama seperti ikrar orang tua mereka dengan TUHAN di Sinai empat puluh tahun silam (Kel. 19-24). Ayat 17 dapat diterjemahkan: "Hari ini engkau telah berjanji kepada TUHAN bahwa Ia akan menjadi Allahmu" berarti umat Israel merespons dengan berjanji untuk meng-Allah-kan TUHAN (Yahweh) dan bukan "yang lain" yang menjadi allah mereka, dan setia melaksanakan peraturan dan ketetapan-Nya. Respons Allah bagi umat Israel terdapat di ay. 18 yang dapat diterjemahkan: "Hari ini TUHAN telah berjanji bahwa Israel akan menjadi umat-Nya" ini berarti TUHAN pun mengikatkan diri-Nya ulang pada umat Israel, berjanji menjadikan mereka umat kesayangan-Nya, terpuji, ternama, terhormat, serta kudus demi hormat dan kemuliaan nama-Nya sendiri. Agar umat Israel tidak melupakan ikatan perjanjian ini dan tetap setia maka setelah mereka menyeberangi sungai Yordan dan memasuki tanah Perjanjian, dibangunlah monumen berupa batu peringatan dan mezbah. Mereka menuliskan Taurat pada salah satu batu dan mengadakan persekutuan dengan mempersembahkan korban keselamatan (ayat 27:4-10). Monumen ini kelak diwujudkan di bawah kepemimpinan Yosua (Yosua 8:30-32). Kita perlu mencari waktu di antara kesibukan pelayanan untuk berhenti sejenak, mengingat kembali kasih Allah yang sudah dinyatakan pada masa lampau. Lalu, dengan ucapan syukur mengikrarkan ulang komitmen kita untuk tetap setia kepada-Nya, sebagaimana Ia setia kepada kita. Renungkan: Dengan mengingat kembali kesetiaan Tuhan di dalam hidup Anda mulailah memelihara hari-hari setia Anda kepada Tuhan, hari ini, esok, lusa, seterusnya hari lepas hari. |
(0.17665903448276) | (1Raj 3:16) |
(sh: Yang sederhana di tangan yang bijak (Minggu, 30 Januari 2000)) Yang sederhana di tangan yang bijakYang sederhana di tangan yang bijak. Dalam konsep PL, hikmat adalah penerapan praktis dari pengetahuan yang dimiliki seseorang ke dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menyatakan hikmat Salomo yang luar biasa, kitab 1 Raja-raja tidak mengetengahkan kemampuan arsitek Salomo di dalam membangun Bait Allah dan istana, namun memilih peristiwa ini. Permasalahan yang dibawa kedua pelacur ke hadapan Salomo sangat pelik dilihat dari berbagai faktor. Salomo tidak mengenal latar belakang kedua pelacur tersebut, sehingga ia tidak bisa menentukan mana yang benar dan yang salah. Bayi yang diperebutkan masih terlalu kecil untuk mengenali siapa ibu yang sebenarnya. Dan yang paling utama, tidak ada saksi yang dapat memperkuat argumentasi masing-masing pelacur itu. Dengan kata lain, Salomo sama sekali tidak mempunyai pengetahuan mengenai faktor-faktor yang terkait secara langsung dengan kasus itu. Namun tidak berarti ia tidak bisa menyelesaikan kasus ini. Sebaliknya Salomo menggunakan pengetahuan yang paling sederhana yang pasti dimiliki oleh semua orang Israel. Pengetahuan itu ialah bahwa seorang ibu kandung rela melakukan dan berkorban apa saja asalkan anaknya dapat tetap hidup. Bahkan dengan tidak mengakui anaknya sekalipun akan dilakukan, asalkan anaknya dapat tetap hidup. Pengetahuan yang sederhana inilah yang diterapkan dengan sangat bijak pada waktu yang tepat. Hasilnya sangat mengagumkan. Siapa ibu kandung bayi itu terbukti dengan sendirinya. Kekuatan dan manfaat suatu pengetahuan tidak terletak pada tingkat kekompleksitasan masalahnya, namun pada tangan orang yang mempergunakan pengetahuan itu. Renungkan: Orang dikatakan bijak bukan karena ia mengetahui segala sesuatu, namun karena ia dapat mengaplikasikan apa yang diketahuinya secara benar dan tepat, sehingga bagaimana pun kompleksnya suatu masalah tetap dapat dipecahkan dengan baik. |
(0.17665903448276) | (1Raj 4:1) |
(sh: Pemimpin yang berhikmat (Kamis, 29 Juli 2004)) Pemimpin yang berhikmatPemimpin yang berhikmat. Bagaimana caranya berhasil memimpin bangsa yang besar? Salomo merasakan beban berat untuk melanjutkan kepemimpinan Daud. Mengapa demikian? Pada zaman Daud, Israel telah mengalami kejayaan dalam peperangan. Bagaimanakah nasib Israel di tangan Salomo? Apakah Salomo merupakan orang yang tepat untuk meneruskan kepemimpinan Daud? Menjadi seorang raja atas bangsa Israel yang besar jumlahnya memerlukan hikmat. Hikmat pada masa itu, bukanlah hikmat teoretis dan ilmu pengetahuan semata-mata. Hikmat pada masa itu terkait dengan kemampuan untuk meraih kesuksesan, yaitu suatu hal yang nyata dan praktis. Salomo memiliki hikmat tersebut. Hikmatnya terwujud nyata dalam bagaimana dia mengatur administrasi pemerintahannya dengan membagi duabelas kepala daerah. Tugas kedua belas kepala daerah ini: Pertama, menjamin kebutuhan setiap bulan dalam hal makan raja dan seisi istana. Kedua, bertanggung jawab atas keadilan dan kesejahteraan wilayah masing-masing sehingga tidak ada daerah yang terlalu kaya atau terlalu miskin. Hasil dari kebijaksanaan administrasif Salomo, membuat orang Yehuda dan orang Israel terjamin kebutuhan hidupnya (ayat 7-20).
Keberhasilan Salomo dalam memimpin bukan semata-mata karena
kecakapan administratifnya yang luar biasa tetapi karena dia
terlebih dahulu mengarahkan hidupnya untuk hidup takut akan
Tuhan. Takut akan Tuhan merupakan sumber hikmat (band. Kita harus meneladani apa yang dilakukan oleh Salomo, yaitu takut akan Tuhan. Setiap kita dipanggil untuk memimpin, pertama-tama memimpin hidup kita masing-masing, baru kemudian memimpin orang lain. Landasilah hidupmu dengan takut akan Tuhan, maka hikmat Tuhan akan dicurahkan kepadamu. Renungkan: Supaya kita bisa memimpin dengan baik dan benar, mulailah dengan hidup takut akan Tuhan dan menyesuaikan hidup kita dengan kehendak Tuhan. |
(0.17665903448276) | (1Raj 15:32) |
(sh: Sejarah berulang (Rabu, 18 Agustus 2004)) Sejarah berulangSejarah berulang. History repeated itself (sejarah berulang), demikian pepatah Inggris. Hal ini bisa dilihat bahkan pada sejarah dunia. Satu negara muncul, menghancurkan negara lain. Kemudian negara baru ini akan dihancurkan oleh negara lainnya yang muncul kemudian. Dalam dunia politik, dapat terjadi kepala negara yang tiran (= kejam, jahat) dan korup dikudeta oleh saingannya. Setelah saingan ini menjadi kepala negara, ia menjadi sama bahkan lebih dahsyat tirani dan korupsinya daripada kepala negara yang digulingkannya. Baesa sudah menggulingkan Nadab, dan menghancurkan dinasti Yerobeam. Ternyata pemerintahan Baesa tidak lebih baik daripada pemerintahan Nadab. Komentar terhadap Baesa serupa dengan komentar terhadap Nadab: "Ia melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, serta hidup menurut tingkah laku Yerobeam dan menurut dosanya, yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula" (ayat 15:34). Akibatnya Tuhan mengirimkan Nabi Yehu bin Hanani untuk menubuatkan penghukuman terhadap Baesa dan keluarganya, sama seperti nubuat penghukuman terhadap Yerobeam dan keluarganya (ayat 16:1-4; 7). Penghukuman ini terwujud tuntas pada masa Ela, putra Baesa yang sama jahatnya dengan ayahnya (ayat 16:8-13). Sejarah berulang. Apa yang harus menjadi pelajaran sejarah untuk kita di masa kini? Pertama, Allah adil. Orang berdosa pasti dihukum. Kedua, pada waktu Allah memakai kita untuk menjadi alat Allah baik untuk memberkati maupun menghukum, itu adalah kesempatan untuk mengabdi kepada Allah. Janganlah kita takabur yang menyebabkan jatuh dalam kesombongan, dan jatuh dalam dosa yang mengakibatkan Allah harus menghukum kita. Berulangnya sejarah kerajaan Israel yang negatif itu tidak perlu terjadi dalam diri kita karena Kristus mengasihi kita. Kasih-Nya memperbaharui kita terus menerus dan membuat kita peka dan berkeinginan menaati-Nya. Bersyukurlah: Di dalam Yesus, Allah telah mematahkan lingkaran setan sejarah dosa kita! |
(0.17665903448276) | (2Raj 11:21) |
(sh: Ikut Dia sampai akhir hidup (Sabtu, 25 Juni 2005)) Ikut Dia sampai akhir hidupIkut Dia sampai akhir hidup
Alkitab mencatat Yoas sebagai raja yang takut akan Tuhan selama 40 tahun ia berkuasa (ayat 12:1-2). Ia banyak melakukan hal baik semasa pemerintahannya. Salah satunya adalah upayanya merenovasi rumah Tuhan yang sudah rusak (ayat 4-5). Mula-mula ia memercayakannya kepada para imam. Namun, kemungkinan praktik korupsi terjadi di antara mereka sehingga renovasi rumah Tuhan terabaikan! (ayat 6-8). Akhirnya Raja Yoas dan Imam Yoyada sendiri yang menangani pengaturan untuk mengumpulkan uang persembahan rakyat dan kemudian memperbaiki rumah Tuhan (ayat 9-15). Perbuatan berhikmat Yoas juga terlihat pada ayat 16, yaitu bagaimana ia mengatur uang persembahan. Uang bagi renovasi diberikan kepada para pekerja, sedangkan bagian para imam tetap diserahkan kepada mereka. Sayang, ketaatan Yoas tidak utuh. Ia masih membiarkan umat Tuhan beribadah di bukit-bukit pengurbanan (ayat 3). Ia juga tidak bersandar kepada Tuhan ketika Yerusalem menghadapi penyerbuan Hazael, raja Aram. Raja Yoas menyogok Hazael dengan harta dari bait Allah dan istananya agar Hazael tidak menyerang Yerusalem (ayat 17-18). Akhir hidup Raja Yoas tidak menyenangkan, ia dibunuh oleh para pegawainya sendiri (ayat 19-21). Yoas memulai pemerintahannya dengan benar, tetapi tidak menyelesaikannya dengan baik. Permulaan yang benar tidak menjamin akhir yang baik. Oleh karena itu, kita harus terus menerus menjaga diri untuk tetap setia sampai akhir. Dengan penuh kerendahan hati, kita bersandar pada Tuhan dalam doa, disertai dengan ketaatan melakukan firman-Nya. Renungkan: Kapal memerlukan nakhoda yang andal agar sampai ke pelabuhan. Kita membutuhkan Tuhan agar dapat mengakhiri hidup ini dengan baik. |
(0.17665903448276) | (2Raj 13:14) |
(sh: Perjalanan hidup yang tidak sia-sia (Senin, 27 Juni 2005)) Perjalanan hidup yang tidak sia-siaPerjalanan hidup yang tidak sia-sia
Bagian ini istimewa sebab mengisahkan akhir hidup Elisa yang
terkesan "diselipkan" di antara cerita para Raja Yehuda dan
Israel. Pelayanan Elisa dimulai ketika ia menggantikan Elia
(Lihat 2Raj. 2:1-18). Elisa dikenal di Israel sebab ia sering
menubuatkan jalannya politik negara Israel (Lihat Di akhir hidupnya, Elisa tidak menolak kedatangan Yoas meski ia tahu Yoas tidak takut pada Tuhan. Ia justru bernubuat sebab ia berharap agar dengan jalan ini Yoas berpaling pada Allah. Itu sebabnya, tindakan Yoas yang melakukan petunjuk Elisa dengan setengah hati membuatnya gusar (ayat 19,22,24-25). Kehidupan, integritas, kesetiaan, dan pelayanan Elisa kepada Allah Israel tak berubah sampai akhir hidupnya. Elisa mengakhiri hidupnya dengan baik dan benar sampai-sampai kuasa Allah tetap dinyatakan setelah kematiannya (ayat 20-21). Seumur hidupnya Nabi Elisa tetap melayani Israel sebab ia tahu Allah mengasihi mereka (ayat 23). Sayang sekali, sampai Elisa meninggal pun Raja Yoas tak kunjung berpaling kepada Allah Israel. Melayani mereka yang tersesat tidak selalu memberikan hasil seperti yang kita harapkan, yaitu melihat pertobatan mereka. Apakah hal ini berarti para hamba Tuhan tidak usah melayani umat-Nya lagi? Apakah berarti kita tidak perlu lagi menjaga integritas diri sesuai dengan firman-Nya? Jawabnya tidak! Sebab upah kita bukan dari manusia melainkan dari Allah yang melihat semua jerih-payah kita. Renungkan: Pertahankanlah panggilan Allah untuk melayani-Nya! Akhirilah perjuangan pelayanan dengan hati yang tetap tertuju pada-Nya. |
(0.17665903448276) | (2Raj 18:1) |
(sh: Hizkia kudus dalam lingkungan berdosa (Rabu, 6 Juli 2005)) Hizkia kudus dalam lingkungan berdosaHizkia kudus dalam lingkungan berdosa Betapa sulit menjaga hidup kudus di lingkungan yang tidak mengenal Tuhan. Apalagi bila keluarga juga tidak seiman. Namun, itulah risiko hidup di dunia modern. Ternyata keadaan tersebut bukan hanya terjadi di dunia modern. Sejak zaman dulu anak-anak Tuhan sudah mengalami hal yang sama, yaitu tantangan dan godaan untuk kom-promi dengan dosa. Hizkia menjadi raja di tengah-tengah lingkungan yang jahat baik lingkungan di negaranya sendiri maupun di kerajaan Israel. Ahas, ayah Hizkia adalah raja yang tidak takut akan Tuhan. Pada masa pemerintahannya, Yehuda menyembah berhala. Sedangkan di bagian utara, kerajaan Israel dipimpin oleh Raja Hosea yang berlaku jahat sebagai penguasa terakhir. Tentu Hizkia menyaksikan kejatuhan Israel di tangan Asyur. Pada saat itu, ia belajar bahwa dosa harus dihukum. Israel berdosa besar terhadap Allah maka mereka harus menerima hukuman-Nya yang dahsyat. Hizkia menyadari dosa tersebut maka ia tidak mau mengulang dosa yang dilakukan ayahnya dan bangsanya. Hizkia memutuskan untuk hidup kudus dan setia beribadah kepada Allah Israel (ayat 3-6). Penulis 2Raja memberikan komentar yang sangat positif terhadap Hizkia, "di antara semua raja-raja Yehuda, baik yang sesudah dia maupun yang sebelumnya, tidak ada lagi yang sama seperti dia" (ayat 5). Kesetiaannya dihargai oleh Allah dengan memberikan kepadanya kemenangan terhadap para musuh Yehuda. Pada masanya tidak ada musuh yang bertahan melawannya. Sikap yang benar di tengah-tengah kedurjanaan adalah tetap percaya kepada Yesus, satu-satunya Allah yang layak disembah, dan setia mempertahankan hidup kudus. Biarpun orang lain menjalani hidup yang najis dan mengolok-olok cara hidup kudus kita sebagai anak-anak Tuhan, kita tidak boleh menyerah apalagi kompromi. Tuhan akan menyertai kita seperti Ia menyertai Hizkia. Camkan: Kita bisa melawan arus kejahatan dunia jika kita hidup dalam hadirat-Nya. |
(0.17665903448276) | (2Raj 19:20) |
(sh: Asyur bagai tong kosong (Sabtu, 9 Juli 2005)) Asyur bagai tong kosongAsyur bagai tong kosong Tidak ada orang yang dapat bertahan di hadapan Tuhan. Sehebat-hebatnya orang itu, ia tetap manusia ciptaan-Nya. Jadi, sikap sombong pada hakikatnya adalah sikap tidak tahu diri, lupa hakikat diri, dan tidak mau mengakui Tuhan. Melalui Nabi Yesaya, Allah menjawab doa Raja Hizkia yang meminta pertolongan-Nya agar Yehuda diselamatkan dari pengepungan tentara Asyur. Pertama, kesombongan Asyur tidak berarti apa pun di mata Allah (ayat 22). Allah sudah menentukan akhir hidup mereka maka Allah akan menggiring mereka pulang melalui jalan yang sama saat mereka datang (ayat 25-28). Mereka tidak akan mampu mengepung Yerusalem apalagi mengalahkan umat Allah (ayat 32-34). Kedua, Allah akan menyelamatkan umat Yehuda dari tangan Asyur, memelihara umat-Nya serta mencukupi kebutuhan hidup mereka. Allah sendiri akan memulihkan kehidupan umat-Nya dari segala penderitaan akibat penindasan musuh mereka (ayat 29-31). Pernyataan firman Tuhan segera tergenapi. Allah menghukum Asyur dengan pukulan dahsyat. Pasukan Sanherib dibunuh oleh Malaikat TUHAN, sementara Sanherib, raja Asyur yang pongah itu akhirnya dibunuh oleh anak-anaknya sendiri (ayat 35-37). Sedangkan Yehuda luput dari penyerbuan Asyur. Yehuda terhindar dari kekerasan Asyur karena belas kasih Allah dan karena ikatan perjanjian Allah dengan Daud, leluhur mereka (ayat 34). Jangan seperti tong kosong yang nyaring bunyinya. Jangan seperti Asyur yang sombong menghadapi umat Tuhan padahal Asyur tidak mampu. Jangan takut pada musuh yang sombong, Tuhan pasti melindungi kita. Namun, bila kita sudah ditolong-Nya, janganlah merasa diri sendiri lebih baik daripada para musuh kita. Tuhan menolong karena Ia mengasihi kita. Camkan: Tangan Tuhan terangkat memukul mereka yang congkak, namun dengan lembut tangan-Nya melindungi mereka yang bersandar pada-Nya. |
(0.17665903448276) | (2Raj 20:1) |
(sh: Panjang umur adalah berkat? (Minggu, 10 Juli 2005)) Panjang umur adalah berkat?Panjang umur adalah berkat? Bolehkah kita berdoa meminta panjang umur pada Tuhan? Jawabannya tentu tergantung motivasi di balik permintaan tersebut. Ada orang yang ingin panjang umur karena sebenarnya takut mati. Apa gunanya panjang umur, namun dibayang-bayangi takut mati? Ada yang ingin hidup lebih lama karena merasa belum memberi kontribusi apa pun bagi keluarga, gereja, masyarakat, dan dunia ini. Motivasi seperti ini tentu sangat mulia. Namun, pada akhirnya kedaulatan Tuhanlah yang menentukan pendek atau panjang umur seseorang. Nas hari ini tidak terlalu jelas memaparkan motivasi Hizkia memohon panjang umur kepada Tuhan. Dalam doanya, Hizkia hanya mengingatkan Tuhan bahwa ia telah berlaku setia kepada-Nya, percaya, bersandar, serta taat pada firman-Nya (ayat 3). Tuhan pun mengabulkan doa permohonan Hizkia bukan semata-mata karena hal-hal baik yang telah ia lakukan melainkan karena kasih setia-Nya kepada keluarga Daud (ayat 6). Hizkia mendapatkan peneguhan akan jawaban Tuhan melalui suatu tanda yang spektakuler, yaitu waktu yang dimundurkan sepuluh tapak (sekitar 15 menit) (ayat 11). Keputusan Tuhan yang mengabulkan atau menolak permohonan panjang umur Hizkia adalah hak penuh Tuhan. Namun, respons Hizkia dan tindakannya setelah doanya dikabulkan adalah tanggung jawab Hizkia sendiri. Lima belas tahun bukan waktu yang singkat. Bagaimana Hizkia mengisi hari-hari depannya akan membuktikan apakah permintaannya itu bijaksana atau tidak. Bagi anak-anak Tuhan yang telah dianugerahi kepastian keselamatan, pendek atau panjang umur bukanlah hal yang utama. Hal yang utama adalah bagaimana kita mengisi kehidupan ini dengan hal-hal yang baik, berguna, dan berkenan kepada-Nya. Seharusnya doa kita sama seperti doa Musa dalam Mazmur 90:12. Doaku: Ajarlah aku menghitung hari-hariku sehingga aku beroleh hati yang bijaksana. |
(0.17665903448276) | (2Raj 20:12) |
(sh: Masa depan yang bukan untuk diketahui — adalah anugerah (Jumat, 14 Juli 2000)) Masa depan yang bukan untuk diketahui — adalah anugerahMasa depan yang bukan untuk diketahui -- adalah anugerah. Manusia cenderung ingin mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi di masa mendatang. Allah melarang bahkan tidak memampukan manusia untuk mengetahui masa depan, mengapa? Reaksi Hizkia setelah mendengar firman Allah yang dibawa oleh Yesaya memberi jawaban kepada kita. Allah melalui Yesaya menegur Hizkia dengan keras ketika menerima utusan raja Babel (14-18). Mengapa? Pada zaman itu, Asyur adalah kerajaan yang paling kuat dan berpengaruh. Negara-negara di sekitarnya merasa terancam dan kuatir jika Asyur terus mengadakan perluasan kekuasaan. Karena itulah raja Babel, Merodakh-Baladan, mendekati Mesir dan Yehuda agar bergabung melawan Asyur (peristiwa ini terjadi sebelum Asyur mengepung Yerusalem di pasal 18). Dengan memperlihatkan seluruh kekayaannya menandakan bahwa Hizkia menyetujui rencana penggabungan kekuatan untuk memberontak terhadap Asyur (18:14). Allah menentang tindakan Hizkia yang dilakukan tanpa persetujuan dari Allah (Yes. 30-31). Bahkan Allah akan menghukum Yehuda dengan keras karena kesalahan ini (16-18). Bagaimanakah reaksi Hizkia terhadap nubuat hukuman bagi keturunannya (19)? Ia malah bersyukur kepada Allah karena seumur hidupnya, kerajaan Yehuda akan diwarnai dengan damai dan keamanan. Reaksi yang sangat egois! Banyak orang mengritik Hizkia. Namun demikian ada makna yang dapat dipelajari. Pertama, reaksi Hizkia pada dasarnya mengungkapkan bahwa kita tidak akan dapat melakukan sesuatu pun untuk mempengaruhi apa yang akan terjadi setelah zaman kita. Kita seharusnya menikmati berkat yang menjadi milik kita sekarang ini. Kedua, Perkataan Hizkia tidak diinspirasikan oleh Allah, sehingga ungkapan dia tidak sepenuhnya benar. Babel memang tidak menyerang Yehuda pada zamannya, namun negara Asyur memberikan ancaman semasa pemerintahannya (18:13-37). Renungkan: Dari makna yang kedua ini kita bisa menemukan pelajaran yang indah. Betapa besar anugerah Allah sehingga Ia tidak memampukan kita untuk mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Dan betapa besar anugerah-Nya ketika kita mengetahui bahwa Allah beserta dengan kita selalu dan kita ada dalam tangan-Nya. |
(0.17665903448276) | (2Raj 20:12) |
(sh: Ketika harta menjadi yang utama (Senin, 11 Juli 2005)) Ketika harta menjadi yang utamaKetika harta menjadi yang utama Orang yang bijaksana menaruh pengharapannya pada hal-hal yang bernilai kekekalan. Baginya, hal-hal yang sementara seperti: kekayaan, kesehatan, kepandaian, dan kekuasaan walaupun penting, bukan hal yang utama. Ia tidak akan menjadikan hal-hal tersebut sebagai alat pengukur kebahagiaan. Sebab kebahagiaan adalah anugerah Tuhan yang membuat seseorang beroleh persekutuan dengan-Nya dan dapat menikmati kebaikan-Nya. Sebagai seorang raja, Hizkia tentu tidak kekurangan apa-apa bahkan berlimpah dalam segala sesuatu. Kekayaannya pasti signifikan sehingga ia dengan bangga memperlihatkannya kepada para utusan raja Babel (ayat 13). Sebenarnya untuk apa Hizkia pamer kekayaan? Sangat mungkin untuk menimbulkan kesan pada raja Babel bahwa Yehuda berjaya dan rajanya perkasa. Atau untuk menunjukkan bahwa Hizkia dapat membayar (upeti) kepada Babel demi keamanan bangsanya, Yehuda. Tanpa disadari, Hizkia sudah terjebak oleh ukuran dunia tentang jaminan hidup, yaitu kekayaan, kekuasaan, dan hikmat. Padahal peringatan Allah kepada raja Israel akan godaan kekayaan sudah disampaikan di dalam kitab Ulangan (Ul. 17:17b). Itu sebabnya, Nabi Yesaya mengingatkan Raja Hizkia bahwa semua kekayaan itu kelak akan diangkut ke Babel termasuk keturunan Hizkia juga akan ditawan di tanah pembuangan (2Raj. 20:17-18). Respons Hizkia menunjukkan ketidakpekaannya bahwa sikap menggantungkan diri pada kekayaan adalah dosa. Bagi Hizkia kekayaannya sekarang menjamin hidup damai dan keamanan (ayat 19b). Ajaran Tuhan Yesus mengenai hidup ini adalah "carilah dahulu kerajaan Allah, maka semua (kebutuhan hidup) akan ditambahkan kepadamu." Waktu kita belajar mengutamakan Tuhan, bukan harta dan takhta, Dia akan melimpahkan hal-hal itu sesuai dengan kehendak-Nya. Renungkan: Hanya dengan sepenuhnya mendudukkan Tuhan Yesus di singgasana hati Anda, semua harta dunia ini beroleh posisinya yang tepat. |
(0.17665903448276) | (2Raj 23:31) |
(sh: Mereka memilih jalan berdosa (Jumat, 15 Juli 2005)) Mereka memilih jalan berdosaMereka memilih jalan berdosa Anugerah Tuhan selalu dicurahkan dengan melimpah kepada orang-orang yang mengasihi Dia. Setiap orang harus merespons anugerah itu dengan syukur dan ketaatan. Bila mereka menolak anugerah dan memilih hidup dalam dosa maka mereka akan menerima konsekuensinya. Yoahas dan Elyakim adalah anak-anak Raja Yosia. Mereka telah menyaksikan bagaimana salehnya ayah mereka. Mereka dapat puas menikmati Kitab Taurat. Sepanjang ayah mereka masih hidup, mereka hidup beribadah mengikut Allah nenek moyang mereka (lih. 2Taw. 34:33). Namun, setelah ayah mereka mati mereka memilih untuk hidup berdosa (2Raj. 23:32, 37). Pada masa Raja Yoahas yang jahat berkuasa, Allah mulai menghukum Yehuda dengan menyerahkan bangsa itu ke tangan Firaun Nekho (ayat 33). Nekho memecat Raja Yoahas dan mengangkat Elyakim (Yoyakim) sebagai raja Yehuda (ayat 34). Raja Yoyakim ternyata sama jahat dengan Yoahas. Tuhan menghukum Yehuda melalui Nebukadnezar, raja Babel dan gerombolan penyamun dari bangsa Kasdim, Aram, Moab, dan Amon (ayat 24:1-2). Raja Yoyakim sendiri tidak luput dari penderitaan. Raja Nebukadnezar membelenggunya dengan rantai tembaga dan membawanya ke Babel. Kematiannya mengerikan. Ia diseret dan dilemparkan keluar dari pintu gerbang Yerusalem, lalu dikuburkan dengan tidak hormat dan tidak ada yang meratapi kematiannya (lih. Yer 22:18-19). Berbagai hukuman ini adil karena dosa-dosa yang telah dilakukan Yehuda pada masa lampau dan yang terulang pada masa Yoahas dan Yoyakim (2Raj. 24:3-4). Tuhan membenci dosa. Dia tidak kompromi terhadap orang yang berdosa. Namun, dalam kasih dan kesabaran-Nya Tuhan selalu menegur dan mengingatkan kita agar bertobat. Kita bebas memilih untuk mendengar teguran Tuhan dan berbalik kepada-Nya atau mengeraskan hati dengan akibat menghadapi hukuman Tuhan. Camkan: Jangan salah pilih! Jalan berdosa ujungnya maut. |
(0.17665903448276) | (1Taw 22:2) |
(sh: Arahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari Tuhan, Allahmu (Senin, 18 Februari 2002)) Arahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari Tuhan, AllahmuArahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari Tuhan, Allahmu. Di dalam bukunya tentang kepemimpinan, Leroy Eims menuliskan 12 ciri kepemimpinan yang efektif sebagai berikut : 1. Bertanggung Jawab 2. Bertumbuh 3. Memberikan Teladan 4. Membangkitkan Semangat 5. Bekerja Efisien 6. Pemerhati 7. Berkomunikasi 8. Berorientasi pada Sasaran 9. Tegas 10. Cakap 11. Mempersatukan 12. Bekerja. Daud memiliki ke-12 ciri tersebut. Keseluruhan ciri tersebut kelihatan dari kebesaran hatinya menerima akibat dosa yang dilakukannya. Hukuman Allah tidak membuat ia meninggalkan Tuhan atau tawar hati untuk mempersiapkan pembangunan Bait Allah. Walaupun bukan dirinya yang direstui Tuhan sebagai pembangun Bait Allah, Daud memiliki jasa besar di dalamnya karena dialah yang menyiapkan segala kebutuhan dasarnya. Hingga pada akhirnya tercetuslah satu kerelaan penyerahan estafet kepemimpinan kepada anaknya dengan kalimat, "Maka sekarang, arahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari Tuhan, Allahmu. Mulailah mendirikan tempat kudus Tuhan, Allah, supaya tabut perjanjian Tuhan dan perkakas kudus Allah dapat dibawa masuk ke dalam rumah yang didirikan bagi nama Tuhan" (ayat 19). Mulai dengan bagian ini seterusnya, catatan kitab ini tentang Daud terfokus pada Bait Allah. Dalam bagian ini sendiri ungkapan "mendirikan Rumah Allah" muncul sembilan kali dan ungkapan "mengadakan persediaan" paling tidak lima kali. Persediaan atau persiapan yang dimaksud terdiri dari tiga hal. Pertama, firman yang telah Daud terima menjadi prinsip bagi seluruh tindakan Daud menyiapkan pembangunan Bait Allah. Kedua, penyiapan diri Salomo agar taat kepada Allah menempati prioritas mendahului persiapan material. Itu sebabnya Daud berbicara mewakili Allah memberikan pesan-pesannya kepada putranya ini. Sesudah kedua hal tersebut, barulah hal ketiga dimunculkan, yaitu penyediaan material. Renungkan: Bukan rahasia lagi bahwa pemimpin yang tingkatnya semakin tinggi justru cenderung berkelakuan bebas tanpa batas dan menganggap diri kebal terhadap nilai dan norma-norma legalitas. Wahai Kristen pemimpin, arahkanlah hatimu kepada Tuhan dan layanilah Dia dan sesamamu. |
(0.17665903448276) | (1Taw 29:20) |
(sh: Pemerintahan bagi Allah (Rabu, 27 Februari 2002)) Pemerintahan bagi AllahPemerintahan bagi Allah. Daud tidak hanya memuji Allah sendirian, namun mengajak semua jemaat (ayat 20). Di sini ditunjukkan pentingnya ibadah kepada Allah dalam komunitas pascapembuangan, sekaligus hubungan yang erat antara raja dengan ibadah Bait Suci. Pada hari berikutnya, semua orang berkumpul untuk mengangkat Salomo menjadi raja (ayat 21-25). Pertama, ditunjukkan proses persiapan penahbisan Salomo (ayat 21-22a). Rakyat mempersembahkan berbagai macam kurban (ayat 21). Untuk menekankan kesatuan, dinyatakan bahwa tindakan ini dilakukan demi seluruh Israel (ayat 21). Sebagaimana Daud didukung oleh seluruh rakyat, penahbisan Salomo pun demikian. Selain persembahan kurban, dilakukan pula pesta dengan sukacita karena seorang raja akan diangkat dan persiapan pembangunan Bait Suci sudah lengkap. Kedua, Salomo diangkat sebagai raja (ayat 22b-25). Zadok, yang mengurapi Salomo, dinyatakan sebagai imam untuk kerajaan Daud. Status Zadok amat penting karena nantinya Yosua, seorang keturunan Zadok, bersama-sama Zerubabel, seorang keturunan Daud, akan membangun kembali Bait Suci pada periode awal pascapembuangan. Salomo akhirnya naik takhta. Ia makmur (ayat 23) dan ditinggikan (ayat 25), menunjukkan bahwa Allah begitu memberkatinya dan menyetujui pengangkatannya. Ia juga adalah raja Israel yang paling memiliki keagungan kerajaan (lih. 2Taw. 1:12). Di atas semuanya ini, kualitas pemerintahan Salomo dinyatakan. Setiap orang Israel tunduk pada pemerintahannya (ayat 23) dan meninggikan dia (ayat 25). Demikian pula, semua anak buah Daud mendukung pemerintahan yang baru ini, menunjukkan adanya kesinambungan antara pemerintahan Daud dan Salomo. Kerajaan Salomo sama idealnya dengan kerajaan Daud, dan akan menjadi model pula bagi komunitas pascapembuangan. Sebagai penutup, penulis Tawarikh merangkumkan pemerintahan Daud (ayat 26-28a), mencatat pengganti Daud (ayat 28b), dan menunjukkan catatan-catatan pendukung lainnya (ayat 29-30). Di sini ditunjukkan lagi kemuliaan Daud yang berumur panjang dan memiliki kemuliaan yang besar (ayat 28). Komunitas pascapembuangan meneladani model kerajaan Daud dalam pemulihannya. Renungkan: Ketika Anda memerintah kehidupan Anda sendiri atau memerintah orang lain, biarlah Allah yang menjadi pemerintah Anda! |
(0.17665903448276) | (2Taw 9:1) |
(sh: Kesaksian tentang kebesaran Tuhan (Jumat, 17 Mei 2002)) Kesaksian tentang kebesaran TuhanKesaksian tentang kebesaran Tuhan. Apabila Tuhan menyertai hidup seseorang atau suatu komunitas, penyertaan dan kehadiran-Nya itu dapat dirasakan pihak lain. Kesan adanya kekudusan, kasih, kewibawaan, dlsb. timbul dalam hati orang-orang yang pernah berjumpa dengan mereka yang dalam hidupnya Allah hadir secara kuat. Sebutlah contoh hidup orang-orang seperti John Sung, Ibu Teresa, atau para pengkhotbah berwibawa masa kini.Hal yang sama dialami Ratu Syeba dari Arab Selatan. Tujuan utamanya adalah berdagang. Pada waktu itu negerinya terkenal secara luas dalam perdagangan rempah-rempah. Tertarik oleh berita tentang hikmat yang Salomo miliki, Ratu Syeba sendiri langsung memimpin delegasi dagang itu. Akibatnya, bukan saja transaksi dagang yang terjadi, tetapi kesempatan menyaksikan penyertaan dan berkat Tuhan atas Salomo dalam bentuk hikmat administratif kenegaraan (ayat 2-5). Ratu Syeba bukan saja memuji Salomo dan segala kemegahannya melainkan terutama juga memuji Tuhan. Ketika ia menyebut, “terpujilah Tuhan Allahmu,” (ayat 8) pada hakikatnya Ratu Seba mengakui bahwa Tuhan Allah Salomo memang besar adanya dan Dialah yang membuat Salomo besar, berhikmat, dan menjadi berkat bagi rakyatnya. Tukar-menukar hadiah pun pada hakikatnya bukan saja saling menghargai, tetapi dalam catatan Tawarikh, ini dilihat sebagai cara untuk Tuhan menambahkan kekayaan Salomo. Akhir hidup Salomo dalam catatan Tawarikh lain dari catatan Kitab Raja-raja. Yang ditekankan hanya keberhasilan dan kebesaran Salomo dalam mengumpulkan kekayaan dan memperluas berbagai hubungan internasional (ayat 22-24), sementara kejatuhannya dalam mengawini ratusan istri dan gundik asal kafir (ayat 1Raj. 11) sama sekali tidak disinggung. Ini terjadi karena tujuan Tawarikh adalah memberi pola bagi umat yang kembali dari pembuangan, yang memerlukan lebih dari sekadar menyesali kesalahan, tetapi bangkit membangun ke arah pola yang benar yang sesuai kehendak Allah. Renungkan: Berkat dan hadirat Allah terjadi di dalam persekutuan dengan kematian dan kebangkitan Kristus. Di dalam Dia, kita terus- menerus mengalami dan menyaksikan pembaruan dari-Nya. |
(0.17665903448276) | (2Taw 28:1) |
(sh: Makin terdesak, makin berubah setia (Selasa, 2 Juli 2002)) Makin terdesak, makin berubah setiaMakin terdesak, makin berubah setia. Ahas membalikkan segala hal baik yang telah dilakukan oleh Yotam, ayahnya. Untuk semua tindakan tersebut hanya penilaian terburuk yang bisa diberikan penulis Tawarikh. Kehidupan Ahas, yang menghidupkan kembali pengurbanan manusia dan anak ala bangsa Kanaan (ayat 3), dipersamakan dengan "kelakuan raja-raja Israel" (ayat 2). Akibatnya, berturut-turut dan bergantian, Allah menyerahkan Yehuda ke tangan Aram (ayat 5a), Israel utara (ayat 5b), Edom dan Filistin (ayat 17-19). Bahkan Asyur yang dimintai bantuan pun malah "menyesakkan" Ahas (ayat 20). Bagi penulis Tawarikh, semua yang terjadi jelas merupakan akibat dari dosa Ahas dan Yehuda (ayat 6, juga 19). Pada masa inilah untuk pertama kali sebagian penduduk Yehuda harus mengalami pembuangan ke negeri lain (ayat 17-19). Para pembaca pertama kitab Tawarikh mengerti bahwa peristiwa pembuangan yang mereka alami bermula dari keadaan bangsa dan kerohanian yang seperti ini. Semua penghukuman itu tidak juga menyebabkan Ahas berbalik dari kesalahan-kesalahannya. Ahas justru "malah semakin berubah setia kepada TUHAN" (ayat 22). Ahas mencari dewa sembahan baru (ayat 23), dan makin kehilangan rasa hormat terhadap Allah dan bait-Nya. Penghukuman yang dialami Ahas tidak membuatnya bertobat. Ahas malah makin menenggelamkan dirinya ke dalam dosa yang lebih keji dan konyol. Kebejatan Ahas makin menonjol dengan ironi yang muncul pada pasal 28 ini. Tindakannya dipersamakan dengan kebejatan raja-raja Israel utara (ayat 2a). Namun, pada ayat 9-15, justru orang Israel Utara yang mau mendengar peringatan seorang nabi TUHAN (ayat 9), dan memberi respons yang tepat dengan mengakui keberdosaan mereka dan melakukan kehendak Allah. Mereka tidak seperti Ahas, anak Yotam, keturunan Daud "bapa leluhurnya" (ayat 1b), yang justru "menyakiti hati TUHAN, Allah nenek moyangnya" (ayat 25). Renungkan: Orang yang berkeras hati tetap tinggal teguh di dalam dosa, menolak jauh-jauh ketetapan Allah, berarti juga menjauhi Allah. Padahal Allah sajalah satu-satunya sumber pertolongan terpercaya untuk hidup. |
(0.17665903448276) | (2Taw 30:23) |
(sh: Sukacita dan pembaruan dalam kesatuan (Sabtu, 6 Juli 2002)) Sukacita dan pembaruan dalam kesatuanSukacita dan pembaruan dalam kesatuan. Hal inilah yang mungkin sangat didambakan oleh penulis Tawarikh. Jemaat pascapembuangan masih rindu untuk terus merayakan karya dan perbuatan-perbuatan Allah yang besar, yang tidak hanya bagi nenek moyang mereka, tetapi juga bagi mereka sendiri. Tidak hanya Yehuda, tidak hanya para imam, tetapi juga orang-orang Israel Utara yang bergabung dan orang-orang asing ikut bersama-sama merayakan dengan bersukaria (ayat 25). Melalui kesatuan seperti ini, kejayaan Israel seperti pada zaman Salomo kembali terulang (ayat 26). Bahkan, ada beberapa kesejajaran dengan Salomo yang sengaja disebutkan oleh penulis Tawarikh: lama perpanjangan hari raya (lih. 7:8-10) dan jumlah kurban yang cukup besar (ayat 7:5). Pada saat para imam Lewi berdoa dan memberkati rakyat, penulis Tawarikh mencatat bahwa "suara mereka didengar TUHAN dan doa mereka sampai ke tempat kediaman-Nya yang kudus di surga" (ayat 26). Kalimat ini bukan hanya keterangan pemanis yang bersifat tambahan. Kalimat ini didasarkan atas kata-kata yang diucapkan Salomo di dalam doanya pada 6:21,33, dan 39. Artinya, Allah telah berkenan mengampuni dosa mereka (ayat 6:21,39c), akan bertindak bagi mereka (ayat 6:33), dan memberikan keadilan bagi mereka (ayat 6:39b). Umat yang bersukaria dan telah menerima rahmat yang luar biasa dari Allah ini tidak langsung berpuas diri. Mereka yang mengikuti perayaan Paskah ini langsung bertindak dan melakukan reformasi keagamaan dengan menghancurkan segala bentuk penyembahan berhala yang mereka temukan, "sampai musnah semuanya" (ayat 31:1). Melalui peristiwa ini, nyata bahwa yang dipentingkan umat dari perayaan Paskah bukanlah mencari pemuasan pengalaman rohani semata, tetapi bagaimana mereka dapat mempertahankan sikap taat dan takut kepada Allah, bahkan setelah segala perayaan itu selesai. Tindakan mereka membuktikannya. Renungkan: Persekutuan sejati antarsesama umat Tuhan seharusnya tidak dinodai perseteruan, tetapi sebaliknya menghasilkan sukacita di dalam persatuan, dan kerinduan membara untuk terus menguduskan diri bagi Tuhan. |
(0.17665903448276) | (2Taw 34:1) |
(sh: Apa dan bagaimana memulai reformasi (Kamis, 11 Juli 2002)) Apa dan bagaimana memulai reformasiApa dan bagaimana memulai reformasi. Melalui tokoh raja Yosia, penulis Tawarikh memberikan satu lagi teladan bagi orang-orang Yehuda pascapembuangan. Reformasi yang dilakukan oleh raja Yosia menjadi teladan bagi mereka, seperti yang terlihat dalam dua langkah penting yang diambil Yosia. Langkah pertama adalah bertindak tegas terhadap dosa-dosa terdahulu. Yosia mulai mencari Tuhan pada saat yang sangat muda, tetapi juga saat ketika ia mulai dapat mengambil keputusan secara mandiri sebagai raja (ayat 3a). Permulaan yang baik ini menuntunnya untuk bertindak tegas, menghancurkan semua bentuk ibadah kepada berhala di Yerusalem, di Yehuda, dan pada saat melemahnya kekuatan Asyur, juga di antara suku-suku Israel Utara (ayat 3b-7). Tidak ada kompromi bagi dosa yang selalu menjadi titik lemah untuk orang-orang Israel. Penulis Tawarikh menyatakan bahwa Yosia ingin "menahirkan negeri dan rumah Tuhan" (ayat 8). Tindakan ini juga mencerminkan keinginan Yosia agar Yehuda tidak terjatuh ke dalam dosa yang sama pada masa pemerintahannya. Menyeluruhnya tindakan pembersihan ini juga menunjukkan keikutsertaan rakyat untuk bertobat. Ini tentunya menjadi teladan bagi mereka yang kembali dari pembuangan ke Babel, yang adalah penghukuman Allah justru atas dosa ini. Hal kedua adalah kesadaran dalam diri untuk segera membawa bangsanya kembali kepada Allah, hanya beribadah kepada Allah, dan melakukannya dengan cara yang benar (ayat 8-13). Usaha tersebut dilakukan tidak hanya melalui menghancurkan berhala, tetapi juga dengan membangun, bahkan memotivasi rakyat dari Yerusalem sampai Efraim untuk memberikan kontribusi bagi perbaikan bait Allah (ayat 9). Selain itu, penulis Tawarikh juga menyebutkan pengaturan yang cukup saksama yang dilakukan oleh Yosia untuk memperbaiki bait Allah (ayat 8-13). Perhatian yang saksama dan dukungan Yosia bagi perbaikan bait Allah ini, juga patut diteladani para pemimpin Yehuda. Renungkan: Bertobat berarti berhenti berkompromi terhadap dan memberi celah bagi dosa, serta terus mengarahkan diri kepada ibadah dan kekudusan yang berkenan bagi Allah. |
(0.17665903448276) | (2Taw 36:1) |
(sh: Pembuangan, upeti, dan pengganti (Senin, 15 Juli 2002)) Pembuangan, upeti, dan penggantiPembuangan, upeti, dan pengganti. Masing-masing catatan mengenai trio raja terakhir Yerusalem sebelum Zedekia ini memperlihatkan terjadinya ketiga peristiwa ini kepada diri mereka. Hukuman Allah kepada Israel mulai diberlakukan. Meskipun demikian, Yoyakim serta Yoyakhin pun ditunjukkan tetap saja berbuat apa yang jahat di mata Tuhan (ayat 5,9). Akibatnya, ketiga raja tersebut sama-sama mengalami pembuangan. Mereka juga sama-sama dipaksa membayar upeti, sehingga harus membiarkan bait Allah dijarah. Bahkan mereka juga diturunkan, lalu digantikan oleh orang yang diangkat oleh bangsa asing. Ringkasnya catatan penulis Tawarikh tentang ketiga raja ini mengarahkan pembacanya ke satu hal penting: tidak ada hal yang dapat diteladani dari ketiga raja tersebut. Tindakan-tindakan mereka hanya mengulang dosa-dosa raja-raja jahat sebelum mereka. Sangat kontras, misalnya, dengan catatan penulis Tawarikh mengenai Yosia dan reformasinya yang belum lama kita gali. Catatan tentang Yoahas yang hanya memerintah selama tiga bulan (ayat 1) menunjukkan tidak banyak yang dapat dilakukannya ketika kerajaannya berada di bawah penghukuman dan disiplin Tuhan. Kisah mengenai Yoyakim dan Yoyakhin sekali lagi menunjukkan bahwa dwitunggal lembaga kerajaan dan bait Allah tanpa kesungguhan untuk mencari Allah, tidak akan membawa kesejahteraan dan kejayaan bagi Yehuda. Melakukan apa yang jahat justru akan mendatangkan nasib yang sebaliknya: penistaan dan kesengsaraan. Ini terjadi tidak hanya melalui pembelengguan raja, seperti yang dialami Yoyakim, tetapi juga penjarahan bait Allah. Pada masa itu, tindakan ini merupakan tanda takluknya suatu bangsa secara menyeluruh, baik secara militer maupun keagamaan. Sebenarnya apa yang dialami Yoyakim ini masih akan terjadi di masa yang akan datang pada zaman raja Zedekia, dalam bentuk yang lebih buruk. Renungkan: Kesimpulan terakhir dari segala sesuatu yang dikerjakan tanpa penyertaan Allah adalah keterpurukan dan ratapan. Kepemimpinan Kristen harus sungguh-sungguh berusaha agar ini tidak terjadi pada komunitas Kristen sekarang. |
(0.17665903448276) | (Ayb 12:1) |
(sh: Membandingkan diri (Kamis, 25 Juli 2002)) Membandingkan diriMembandingkan diri. Ketika kita menderita salah satu godaan terbesar pada saat itu ialah membandingkan penderitaan yang diri kita alami dengan kebahagiaan orang lain. Ini adalah respons manusiawi; kita cenderung mengukur keadilan dari sudut, apakah orang lain menerima yang sama seperti yang kita terima atau tidak. Tetapi, dampak dari sikap ini adalah kekecewaan yang dalam terhadap Tuhan. Kita mulai mengklaim bahwa Tuhan tidak adil dan tidak mengasihi kita. Tampaknya Ayub terperangkap di dalam jebakan yang serupa. Pada ayat 6, Ayub mengeluh dengan sinis. Ayat ini merupakan pengkontrasan dengan ayat 4, ketika Ayub berseru dan seakan menyesali kondisinya, "Aku menjadi tertawaan sesamaku … orang yang benar dan saleh menjadi tertawaan." Ayub menganggap bahwa ia telah diperlakukan tidak adil oleh Tuhan. Bagaimana mungkin Tuhan mengizinkan hal ini terjadi pada dirinya, sedangkan ia telah hidup saleh? Tuhan tidak adil karena telah menghadiahinya penderitaan. Sebaliknya, orang yang hidup dalam dosa, menurut Ayub, justru menikmati ketenteraman. Dalam penderitaan, Ayub membandingkan diri dengan orang lain. Ini sangat berbahaya karena ia menuntut keadilan Tuhan. Melalui perikop ini, kita belajar bahwa beberapa hal yang penting dan perlu untuk kita pelajari dan pahami dalam perjalanan iman kita adalah pertama, bahwa apa yang menjadi bagian kita adalah wujud dari keadilan dan kasih Allah. Kedua, menerima bagian kita apa adanya tanpa harus membandingkannya dengan bagian orang lain. Tuhan tidak mengharapkan agar kita dapat memahami seutuhnya setiap tindakan-Nya, namun Ia mengharapkan supaya kita mempercayai-Nya, bahwa Ia adalah Allah yang baik, kudus, dan adil. Renungkan: Ketika kita berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan hidup, tidak jarang kita menemukan kegagalan, kegagalan yang sering kali juga diciptakan oleh konsep rohani yang sempit dan dangkal. Akibatnya, kita mulai berpikir bahwa tidak mudah memahami kesulitan hidup. Hal ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa hanya dalam Kristus sajalah kebenaran itu mewujud. |