Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 261 - 280 dari 299 ayat untuk Roma (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.10887995) (Yer 20:7) (sh: Teladan Yeremia (Minggu, 1 Oktober 2000))
Teladan Yeremia

Teladan Yeremia. Sepintas Yeremia nampak seperti orang yang tidak menyenangkan karena selalu cemberut, selalu mengeluh, dan selalu memberitakan penghukuman. Ketika kita membaca kata-kata Yeremia kepada Allah setelah ia dipasung oleh imam Pasyur, hampir selalu terdengar sungut-sungut atau keluhan di dalam perkataannya. Puncak keluhan Yeremia terjadi ketika ia mengharapkan ibunya melakukan aborsi saat ia masih dalam kandungan (17) dan menyesali mengapa ia keluar dari kandungan ibunya hidup-hidup (18).

Harus diakui bahwa kehadiran orang yang selalu mengeluh akan membuat kita lelah dan jengkel. Namun demikian dari keluhan-keluhan Yeremia kita bisa mendapatkan 2 pengajaran. Pertama, segala sesuatu yang dikeluhkan berdasarkan kenyataan. Dia sungguh-sungguh kesakitan dan didera berbagai kesulitan. Bila dibandingkan dengan kehidupan Yeremia, kehidupan kita bagaikan kebun bunga mawar. Seandainya kita berada dalam posisi Yeremia, kita pun pasti melakukan apa yang ia lakukan. Yeremia memberikan teladan yang indah buat kita yaitu meskipun banyak mengeluh karena sering mengalami depresi dan tekanan mental, ia tetap setia kepada Allah. Ia tetap memberitakan firman-Nya meskipun ia tahu bahwa mereka tidak akan mendengarkan, bahkan akan semakin mengalami kesulitan dan kesakitan. Yeremia tetap berkomitmen kepada Allah walaupun masalah menggunung. Kedua, ketika Yeremia mengeluh, Allah mendengarkan. Allah tidak menjadi marah atau kehilangan kesabaran sehingga menganggap sepi keluhannya.

Renungkan: Situasi dan kondisi bangsa kita berpotensi untuk menyebabkan Kristen mengalami apa yang dialami oleh Yeremia. Karena itu, ketika kita mengalami kepedihan dan kesakitan carilah telinga Allah. Ketika sesama kita yang mengalami kepedihan dan kesakitan,

jadilah telinga Allah bagi mereka.

Bacaan untuk Minggu ke-16 sesudah Pentakosta Yehezkiel 33:7-9 Roma 13:8-10 Matius 18:15-20 Mazmur 119:33-40 Lagu: Kidung Jemaat 438

(0.10887995) (Yer 23:25) (sh: Pengkhotbah dan firman-Nya (Minggu, 8 Oktober 2000))
Pengkhotbah dan firman-Nya

Pengkhotbah dan firman-Nya. Setiap kebaktian Minggu di gereja-gereja Protestan dimulai dengan seorang penatua atau majelis gereja memberikan Alkitab kepada pengkhotbah sebelum ia naik mimbar. Demikian pula setelah kebaktian selesai, sang pengkhotbah akan mengembalikan Alkitab itu kepada penatua gereja. Upacara sederhana ini melambangkan secara jelas bahwa firman Tuhan adalah otoritas tertinggi dalam gereja Tuhan dan bahwa sang pengkhotbah harus berkhotbah sesuai dengan firman Tuhan. Namun tidak sedikit pengkhotbah, setelah membaca nas Alkitab lalu menutup Alkitabnya dan khotbah yang disampaikan terlepas sama sekali dari nas Alkitab.

Yang menyedihkan banyak Kristen yang menyenangi khotbah demikian. Padahal firman Tuhan menegaskan bahwa khotbah yang demikian adalah jerami bukan gandum (28).Tidak bermanfaat, tidak membangun, dan tidak memperbaharui kehidupan umat-Nya. Seharusnya firman Tuhan seperti api dan palu besi yang mempunyai kekuatan, bukan seperti jerami yang lembek dan tak bertenaga sama sekali (29).

Dosa para nabi Israel adalah bukan karena menjadi pemimpi namun karena mereka sombong. Mereka menyamakan mimpi dan kebohongan mereka setara dengan firman Tuhan yang harus diikuti dan ditaati oleh umat Yehuda (30-32). Allah dengan tegas akan menjadi lawan nabi-nabi yang demikian. Sebab apa yang mereka lakukan akan menjauhkan umat-Nya dari Allah dan berpaling kepada allah lain (25-27). Peran dan keberadaan mereka tidak berguna sama sekali (32). Allah juga menegaskan bahwa tugas memberitakan firman-Nya harus dilakukan dengan penuh keseriusan dan tanggung jawab (33-40).

Renungkan: Jika khotbah yang tidak berdasarkan firman Tuhan dapat menjauhkan kita dari Allah, maka seharusnya kita membaca dan mengggali firman Tuhan dengan cara yang benar.

Bacaan untuk Minggu ke-17 sesudah Pentakosta Kejadian 4:13-16 Roma 14:5-9 Matius 18:21-35 Mazmur 103:1-13 Lagu: Kidung Jemaat 53

(0.10887995) (Yeh 36:22) (sh: Dilarang Ge-eR (Rabu, 14 November 2001))
Dilarang Ge-eR

Dilarang Ge-eR. Merasa layak menerima sesuatu kadang diperlukan. Orang minder tak pernah merasa berhak mendapatkan apa-apa -- ini tidak sehat. Sayangnya, ada pula orang yang terlalu merasa diri layak. Siapa yang suka mengajak makan orang yang selalu merasa dirinya harus ditraktir?

Bagian kedua pasal 36 ini memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai motivasi Allah untuk kembali memberikan pengharapan kepada bangsa Israel: bukan karena Israel pada dirinya sendiri layak mendapatkan pemulihan, tidak pula karena Israel telah berbuat baik, tetapi semata-mata karena Allah ingin menguduskan nama-Nya kembali.

Ketika bangsa Israel dihukum, maka Allah dianggap tidak menepati perjanjian-Nya dengan Daud. Sikap ingkar janji bertentangan dengan kekudusan Allah karena di dalam kekudusan hanya ada kesempurnaan, kebaikan, dan kesetiaan. Ini menjelaskan mengapa cemoohan bangsa-bangsa kafir merupakan pencemaran nama Allah yang kudus.

Kini Allah ingin menunjukkan bahwa diri-Nya tetap kudus. Ia menghukum bangsa Israel dan seakan-akan mengingkari janji- Nya, justru karena Ia kudus. Namun demikian, Ia tidak mungkin diam ketika bangsa-bangsa lain salah menafsirkan hukuman Allah sebagai tanda ketidaksempurnaan-Nya. Ia kembali menyelamatkan Israel dengan kekuasaan-Nya. Nama Yahweh harus ditinggikan oleh segala bangsa!

Keselamatan yang diberikan kepada bangsa Israel menyeluruh sifatnya: bukan hanya secara fisik dengan pemulihan ekonomi, sosial, politis, budaya, tetapi juga pemulihan hati atau religi (ayat 25-27). Tanpa pemulihan dari dalam, pemulihan dari luar akan segera sirna kembali. Ini berarti ketaatan dan kemampuan menuruti kehendak Allah pun merupakan suatu anugerah. Bangsa Israel harus merasa malu akan dosa mereka dan bersyukur pada Tuhan yang tidak pernah melalaikan perjanjian-Nya.

Renungkan: Kehidupan orang percaya berasal dari anugerah dan ditopang sepenuhnya oleh anugerah. Ketika kita mulai merasa mampu mengasihi Dia dengan kekuatan kita sendiri, bukalah Roma 11:36!

(0.10887995) (Am 5:1) (sh: Hidup hanya ada pada Allah (Minggu, 20 Juli 2003))
Hidup hanya ada pada Allah

Hidup hanya ada pada Allah. Konsekuensi hidup bersekutu dengan Allah adalah hidup menurut jalan-Nya. Sebaliknya, konsekuensi meninggalkan Allah dengan segala jalan-Nya berarti kematian dan ratapan (ayat 1-3). Sikap mereka yang meninggalkan Allah tampak dalam tingkah laku mereka sehari-hari. Mereka mengubah keadilan menjadi ipuh dan menghempaskan kebenaran ke tanah (ayat 7,10); menindas dan merampas hak milik orang lemah dengan uang dan memungut pajak gandum yang mestinya harus ditolong oleh negara (ayat 11,12). Semua kejahatan itu jelas perbuatan-perbuatan yang melawan Allah sekaligus menghancurkan nilai kemanusiaan.

Tuhan sama sekali tidak menolelir sikap hidup mereka yang membunuh kehidupan dan pengharapan mereka yang lemah. Sebagaimana Allah memihak kepada Israel ketika ditindas di Mesir, demikianpun Allah akan mendengar seruan mereka yang tertindas di antara umat Allah. Para penindas akan mengalami penghukuman Allah. Kemewahan yang mereka peroleh dari hasil penindasan akan musnah. Kebun anggur yang mereka bangun dengan indah tidak akan mereka nikmati (ayat 11).

Sesungguhnya hanya di dalam Allah ada kehidupan. Carilah Tuhan, maka kamu akan hidup. Israel keliru menyamakan Tuhan dengan tempat. Semua tempat ibadah tidak menjamin Tuhan boleh didapatkan, sebab Tuhan ada bagi hati yang bertobat.

Renungkan: Tuhan tidak menginginkan ibadah status. Ia ingin agar hubungan nyata dengan-Nya terwujud di dalam kelakuan sehari-hari kita.


Bacaan untuk Minggu ke-7 sesudah Pentakosta

Zakharia 9:9-13; Roma 8:6-11; Matius 11:25-30; Mazmur 145

Lagu KJ 450

(0.10887995) (Yun 2:1) (sh: Kasih setia Tuhan (Minggu, 13 Juli 2003))
Kasih setia Tuhan

Kasih setia Tuhan. Bila kita hanya membaca pasal pertama, tentu kita berpikir bahwa kisah Yunus berakhir menyedihkan. Karena menolak kehendak Allah, ia harus menanggung risiko mati. Kita lalu menarik kesimpulan bahwa setiap orang yang berani menentang Tuhan harus siap berhadapan dengan risiko hidup berakhir tragis. Kita memang tidak boleh bermain-main dengan kehendak Allah. Kisah Yunus masih berlanjut karena rencana Allah masih harus dilakukannya. Ia tidak mati sebab Allah mengutus ikan besar untuk menelan Yunus kemudian memuntahkannya ke darat (ayat 2:10).

Di dalam perut ikan itu -- di dalam kondisi yang bila terjadi pada orang lain pasti merupakan pengalaman maut -- lahirlah doa pertobatan dan syukur (ayat 4-9). Itulah keajaiban kasih setia dan anugerah Allah. Di dalam kedalaman samudera raya dan kegelapan maut dalam perut ikan, hidup dari Allah bekerja. Pengalaman ini juga kelak dipakai oleh Tuhan Yesus untuk secara terbatas melukiskan pengalaman-Nya memasuki dunia maut demi untuk memberi hidup kita manusia-manusia pendosa.

Kekuatan hidup dalam kisah Yunus dan dalam kurban Kristus, adalah bukti nyata kasih Allah untuk orang berdosa. Kasih itu masih terus bergulir dalam tindakan-tindakan misioner sepanjang zaman.

Renungkan: Kasih Allah yang luar biasa yang kita alami tidak pernah berdiri lepas dari maksud kekal Allah mengasihi dunia ini. Jangan hanya berhenti pada menikmati, teruskan dengan berbagi kasih Allah dengan sesama.


Bacaan untuk Minggu ke-6 sesudah Pentakosta

2Raja-raja; 4:8-16; Roma 6:1-11; Matius 10:37-42; Mazmur 89:1-4,15-18

Lagu: Kidung Jemaat 370

(0.10887995) (Mat 1:1) (sh: Silsilah Yesus (Minggu, 24 Desember 2000))
Silsilah Yesus

Silsilah Yesus. Injil Matius dimulai dengan silsilah Yesus Kristus. Apa yang ingin Matius ungkapkan sebenarnya? Di dalam Septuaginta (Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani) istilah 'silsilah' hanya ditemukan dalam Kej. 1 dan 5. Ini menandakan bahwa penggunaan istilah 'silsilah' dimaksudkan Matius untuk mengungkapkan asal usul Yesus. Berarti sejak ayat pertama, Injil Matius telah membawa kita ke dalam pertanyaan yang sangat penting bagi setiap manusia yaitu: Siapakah Yesus? Apa peran-Nya dalam rencana Allah dan dalam kehidupan kita?

Sebagai anak Daud, Yesus menggenapi janji Allah kepada Daud bahwa keturunannya akan tetap menduduki takhta Israel dan memerintah kerajaan di seluruh alam semesta (2Sam. 7:12-16; Yes. 9:6-7). Sebagai anak Abraham, Yesus menggenapi janji yang diberikan kepada nenek moyang bangsa Israel. Karena Dia, seluruh umat manusia akan diberkati (Kej. 12:1-3). Penggenapan tentang berkat universal kepada semua bangsa di dalam Yesus memang menjadi fokus utama Injil Matius. Karena berkat universal disebut dalam ayat pertama dan ayat terakhir Injil Matius. Sebagai anak Daud dan anak Abraham Yesus benar-benar telah lahir dan ada dalam sejarah manusia. Ini dibuktikan oleh Matius melalui silsilah Yesus Kristus (2-16).Silsilah Yesus Kristus ini berdasarkan data sejarah dalam Perjanjian Lama dan buku catatan di dalam Bait Allah di Yerusalem. Ini semakin menegaskan bahwa berkat universal itu telah tersedia bagi umat manusia.

Renungkan: 17 ayat pertama Injil Matius kembali mengingatkan kita bahwa Yesus adalah fokus utama dalam firman Tuhan. Dialah Tuhan dan Juruselamat yang Allah berikan bagi seluruh umat manusia. Marilah di malam Natal ini kita panjatkan puji syukur yang paling agung atas berkat yang telah dilimpahkan bagi kita di dalam Yesus, sekaligus mengevaluasi apakah hidup kita sudah senantiasa terfokus kepada-Nya.

Bacaan untuk Minggu Advent 4

2Samuel 7:8-16

Roma 16:25-27

Lukas 1:26-38

Mazmur 89:1-4, 14-18

Lagu: Kidung Jemaat 122

(0.10887995) (Mat 17:22) (sh: Kewajiban bayar pajak! (Senin, 14 Februari 2005))
Kewajiban bayar pajak!

Kewajiban bayar pajak! Membayar pajak adalah kewajiban setiap warga negara. Pajak digunakan untuk pembangunan dan menjalankan roda pemerintahan. Namun, kalau pajak itu diselewengkan untuk kekayaan pribadi oknum pejabat, bolehkah kita tidak membayar pajak?

Yesus memberikan teladan yang sangat baik. Pelayanan-Nya memang mengkonfrontasikan diri-Nya dengan para pemimpin agama, yang pada akhirnya akan menyalibkan Dia (ayat 22-23). Namun, ketika diperhadapkan pada kewajiban sebagai orang Yahudi untuk membayar pajak bait Allah, Ia tidak menghindar walaupun kewajiban membayar pajak Bait Allah tidak tercantum dalam Hukum Taurat. Peraturan itu diciptakan oleh para pemimpin agama. Yesus tetap membayarnya karena tidak ingin menjadi batu sandungan bagi para pemimpin agama (ayat 27). Ia tidak menjadikan pertentangan dengan para pemimpin agama sebagai alasan untuk tidak menaati peraturan.

Dengan memperlihatkan sikap Yesus di nas ini, Matius menampilkan teladan Yesus supaya para pengikut-Nya tahu bersikap dengan tepat. Pada waktu Matius menulis Injilnya, pemerintah Roma memaksa penduduk Yahudi untuk juga membayar pajak kuil dewa-dewi Romawi. Orang-orang Yahudi menolak dengan keras dan menimbulkan huru-hara. Sikap inilah yang Yesus tidak inginkan ada dalam diri para pengikut-Nya. Jadi, meski mereka tidak setuju dengan keputusan pemerintah, rakyat harus menaati peraturan yang dibuat.

Orang Kristen masa kini memang harus bersikap kritis terhadap kinerja pemerintah, khususnya kalau mereka tidak menjalankan tugasnya dengan jujur. Namun demikian, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak membayar pajak. Sebagaimana teladan Yesus maka membayar pajak adalah tanggung jawab setiap orang Kristen sebagai warga negara yang baik.

Tekadku: Bersaksi bagi Kristus dengan meneladani Dia dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara!

(0.10887995) (Mat 22:23) (sh: Kembali ke firman Tuhan (Minggu, 4 Maret 2001))
Kembali ke firman Tuhan

Kembali ke firman Tuhan. Terjadinya perbedaan pemahaman teologis seringkali tidak dapat dihindari. Namun Kristen memiliki dasar berpijak yang tidak pernah berubah sampai kapan pun, walaupun telah dan terus akan muncul banyak teolog dengan berbagai pemahaman yang berbeda bahkan bertentangan sekalipun, yakni firman Tuhan. Kristen harus kembali kepada kebenaran firman Tuhan. Inilah yang senantiasa ditekankan Yesus dalam pengajaran-Nya, kali ini kepada orang Saduki.

Mereka adalah suatu golongan pemimpin agama Yahudi yang sebagian besar terdiri dari imam-imam. Mereka mendasarkan pengajarannya pada kelima kitab Musa dan menolak segala adat-istiadat yang ditambahkan kemudian. Mereka tidak percaya mukjizat termasuk kebangkitan. Berangkat dari ketidakpercayaan ini, mereka mempertanyakan masalah pernikahan poliandri setelah kebangkitan (24-28), karena mereka yakin bahwa pertanyaan ini tidak mungkin dijawab Yesus. Kesalahpahaman teologis orang Saduki berawal dari ketidakpenguasaan keseluruhan dan keutuhan firman Tuhan, sehingga mereka hanya berpijak pada pemahaman yang sepenggal-sepenggal.

Teguran Yesus kepada mereka sangat jelas, keras, dan tegas (29). Keterbatasan pemahaman Kitab Suci membuat mereka membatasi kuasa Allah dan membawa mereka kepada kesesatan, menyimpang dari kebenaran Kitab Suci. Jika mereka menguasai kitab Taurat, maka apa yang dikutip Yesus pun seharusnya menuntun mereka kepada pemahaman yang benar tentang Allah yang hidup dan sanggup memberi kehidupan (31-32).

Renungkan: Betapa berbahaya bila Kristen tidak serius memahami firman Tuhan: sesat dan meragukan kuasa Allah. Jangan tunda lagi, kini saatnya kita kembali kepada firman Tuhan!!

Bacaan untuk Minggu Sengsara 2

Kejadian 22:1-2, 9-13

Roma 8:31-39

Markus 9:1-9

Mazmur 50:1-6

Lagu: Kidung Jemaat 52

(0.10887995) (Mat 27:57) (sh: Mati pun dikuatirkan (Sabtu, 14 April 2001))
Mati pun dikuatirkan

Mati pun dikuatirkan. Kematian telah mengakhiri penderitaan Yesus di dunia. Siapa yang bertanggungjawab terhadap tubuh kaku Yesus? Apakah akan tetap tergantung di kayu salib hingga akhirnya hancur membusuk? Menurut hukum pemerintahan Roma, seorang penjahat yang mati di kayu salib akan terus dibiarkan hingga tubuhnya membusuk. Hal itu pun mungkin akan diberlakukan bagi tubuh Yesus seandainya Pilatus tidak mengizinkan Yusuf dari Arimatea, seorang Yahudi yang kaya, meminta tubuh Yesus untuk dikuburkan secara layak. Yusuf membungkus tubuh Yesus dengan kain kafan, lalu membaringkan-Nya di dalam kubur miliknya sendiri. Saat itu hanya orang-orang kaya saja yang memiliki kubur. Dengan demikian genaplah nubuat nabi Yesaya dalam Yes. 53:9, "Orang menempatkan kubur-Nya di antara orang fasik, tetapi dalam mati-Nya Dia bersama dengan seorang kaya"

Namun pada saat yang sama, para pemimpin orang Yahudi mengingat tentang perkataan Yesus bahwa sesudah tiga hari, Ia akan bangkit. Mereka menjadi kuatir dan takut. Karena itu mereka memohon kepada pemerintah agar mengirimkan penjaga untuk menjaga kubur Yesus. Bila kita mengikuti pemahaman-pemahaman yang mereka perdebatkan bersama Yesus, dalam masa-masa pelayanan- Nya, khususnya tentang kebangkitan-Nya, mereka seolah tidak peduli. Tapi setelah Yesus mati mereka malah kuatir jika perkataan Yesus itu terbukti. Kekuatiran para imam sebenarnya menunjukkan bahwa mereka mengimani perkataan Yesus. Memang sulit untuk menerima fakta apalagi mengimani pemahaman yang selama ini justru ditentang kebenarannya.

Kekuatiran seperti ini juga dimiliki oleh orang-orang yang membenci Kristen. Mereka kuatir bila kebenaran tentang Yesus Kristus pada akhirnya dapat mempengaruhi dan membuat mereka percaya. Akibatnya cara apa pun, yang dianggap dapat menghambat dan mematikan akan dilakukan. Apakah dengan cara tersebut mereka berhasil mengatasi kekuatiran mereka?

Renungkan: Bila orang yang tidak percaya mengkuatirkan kebenaran Yesus mampu mengubah keyakinan mereka sehingga menjadi percaya kepada-Nya, mengapa Kristen harus kuatir akan keyakinannya kepada Tuhan Yesus? Bukankah yang Kristen imani adalah sesuatu yang benar yang berasal dari Allah sendiri?

(0.10887995) (Mrk 12:13) (sh: Kejujuran dan Kaisar (Jumat, 4 April 2003))
Kejujuran dan Kaisar

Kejujuran dan Kaisar. Tahun 6 Masehi adalah tahun kelam bagi penduduk Palestina. Tributum capitis, pajak per kepala penduduk yang opresif, mulai diberlakukan pada tahun tersebut. Dari sisi ini, wajar bila pertanyaan seperti pada ayat 14 ditanyakan kepada seorang guru seperti Yesus (+ 30 M). Tetapi Yesus mendeteksi sesuatu yang lain, sebuah pertanyaan jebakan yang munafik. Jika Yesus menjawab "ya, umat harus membayar pajak," maka Ia dapat dicaci sebagai kolaborator penjajah. Jika Ia menjawab "tidak," biro intelijen Kekaisaran Roma pasti tertarik dengan informasi ini. Yesus, yang digombali para calon penjebak dengan sebutan "orang jujur", menjawab dengan jujur pula: definisikan sendiri apa hak Allah dan apa hak Kaisar, dan berikan hak masing-masing (ayat 17).

Jawaban Yesus pada ayat 17 bukanlah sekadar tangkisan verbal terhadap pertanyaan para penjebak. Tiap orang dari berbagai latar belakang bisa memunculkan daftar yang berbeda mengenai apa yang wajib diberikan kepada Allah dan kepada Kaisar. Sebagai pengajar Yahudi yang berpegang kepada PL, Yesus berpegang pada prinsip bahwa Allah selalu mengatasi siapa pun termasuk Sri Paduka Kaisar. Kesetiaan kepada pemahaman ini menentukan apa saja yang menjadi hak Kaisar. Ia tidak menjawab pertanyaan para calon penjebak-Nya secara langsung dan sesimpel "boleh/tidak." Jawaban-Nya mengedepankan prinsip di atas, dengan pertanyaan ikutan yang implisit: apakah pajak menyebabkan Anda tidak memberikan sesuatu yang menjadi hak Allah (mis. penghormatan, integritas dan kekudusan diri, ketaatan)? Pajak, ketaatan kepada pemerintah/ otoritas lain, dll. Kristen penuhi selama itu tidak menghalangi pengabdiannya kepada Allah dan menjadi bagian dari pengabdian kepada Allah yang mengasihinya.

Renungkan: Hanya Allah yang layak menerima pengabdian tertinggi kita karena Ia telah memberikan Anak-Nya yang tunggal bagi kita.

(0.10887995) (Luk 9:18) (sh: Pengakuan dari pengenalan yang benar (Minggu, 23 Januari 2000))
Pengakuan dari pengenalan yang benar

Pengakuan dari pengenalan yang benar. Pertanyaan: "Siapakah Yesus?" tak pernah pupus di sepanjang sejarah era-mesianik. Berbagai asumsi orang tentang Yesus muncul dari kalangan rakyat sampai raja Herodes. Yesus perlu mempertegas pengenalan murid-murid tentang siapa Dia. Yesus bertanya: "Siapakah Aku ini?". Bukan menurut pendapat orang banyak tetapi menurut diri mereka sendiri. Petrus menjawab: "Mesias dari Allah".

Beberapa pengenalan akan Yesus dari orang banyak: Yesus dari Nazaret anak tukang kayu Yusuf, Rabi yang mengajarkan Kerajaan Allah, Penyembuh penyakit, dan Pengusir Setan. Maka mereka berpendapat bahwa Yesus mungkin Yohanes Pembaptis atau nabi Elia yang bangkit. Sama sekali tak ada dalam benak mereka bahwa Yesus adalah Mesias Karena gambaran Mesias yang diharapkan bangsa Yahudi adalah raja yang akan menjadi pembebas dari penjajahan bangsa Roma, raja yang agung dan perkasa. Sedang Yesus, sama sekali tidak menampakkan sifat rajawi-Nya. Pengakuan Petrus dan murid-murid tidak perlu disebarluaskan. Hal ini menjaga terjadinya salah paham dari orang-orang Yahudi tentang Kemesiasan Yesus.

Pengakuan ini amat penting. Yesus adalah nama pribadi, sedangkan Mesias (Kristus) adalah gelar-Nya. Mesias berarti yang diurapi untuk menyelamatkan manusia, bukan hanya dari penderitaan jasmani tetapi dari dosa dan maut. Sepanjang hidup-Nya di dunia Yesus tak dikenal sebagai Mesias yang sudah dinantikan berabad-abad. Kemesiasan-Nya menjadi jelas setelah kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya ke sorga. Namun bagi murid-murid pengenalan ini amat penting. Sebab menjadi pengikut Yesus tanpa memiliki pengenalan pribadi yang jelas akan mudah terpengaruh oleh pendapat dan pandangan orang banyak yang jelas-jelas salah.

Renungkan: Pengakuan Petrus akan Kemesiasan Yesus lahir karena pengenalannya akan Dia. Pengenalan yang benar melahirkan pengakuan yang benar pula.

(0.10887995) (Luk 9:22) (sh: Pengakuan iman dan identitas diri (Minggu, 5 Maret 2000))
Pengakuan iman dan identitas diri

Pengakuan iman dan identitas diri. Setiap hari Minggu, Kristen di seluruh dunia mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli. Namun berapa banyakkah yang menyadari bahwa di dalam setiap pengakuan iman yang diucapkan terkandung di dalamnya pernyataan identitas diri mereka. Pengakuan iman tidak bisa dilepaskan dari identitas diri. Pengakuan para murid bahwa Yesus adalah Mesias (9:20-21) merupakan puncak pengalaman mereka bersama Yesus, karena merupakan awal dari kehidupan iman para murid dengan identitas baru. Setelah melarang memberitahukan kepada orang lain tentang identitas-Nya, Yesus menyatakan rentetan peristiwa yang harus Ia derita hingga kebangkitan-Nya.

Berdasarkan pemahaman ini, setiap murid harus menjauhkan setiap pemahaman bahwa menjadi murid-Nya akan terlepas dari setiap tantangan dan penderitaan. Justru sebaliknya, Yesus mengingatkan bahwa setiap pengikut-Nya harus menyangkal diri, memikul salib setiap hari, mengalami penderitaan, mengalami malu dan penghinaan karena Dia. Ini berarti bahwa setiap murid-Nya harus seperti Yesus yang mengalami berbagai penderitaan karena kesetiaannya kepada kehendak-Nya, walau sering kali bertentangan dengan keinginan pribadi kita masing-masing.

Ini seakan-akan merupakan anti-klimaks dari pengakuan para murid yang menakutkan dan menyebabkan para murid gentar. Oleh karena itu Yesus merasa perlu menguatkan iman para murid dengan mengatakan bahwa di antara mereka akan melihat Kerajaan Allah sebelum mati yaitu melihat kemuliaan Yesus dan Kerajaan-Nya (9:28-36). Ini merupakan jaminan atas pengharapan mereka terhadap Yesus sendiri.

Renungkan: Pengakuan iman yang kita ucapkan harus senantiasa mengingatkan kita akan identitas kita sebagai Kristen yang harus hidup menurut kehendak-Nya, walaupun harus menentang arus dunia dan keinginan pribadi.

Bacaan untuk Minggu Sengsara 1: Kejadian 2:7-9; 3:1-7 Roma 5:12-19 Matius 4:1-11 Mazmur 130

Lagu: Kidung Jemaat 446

(0.10887995) (Luk 9:43) (sh: Murid Kristus bukanlah murid gampangan (Minggu, 19 Maret 2000))
Murid Kristus bukanlah murid gampangan

Murid Kristus bukanlah murid gampangan. Dunia pendidikan masa kini menuntut orang-tua mempersiapkan anak-anak agar berhasil masuk di sekolah lanjutan dan universitas yang bermutu. Oleh karena itu sejak Sekolah Dasar, anak-anak sudah diikutkan berbagai les. Meskipun menyadari bahwa beban anak-anak mereka semakin berat, waktu istirahat mereka pun semakin sedikit, dan pengeluaran bulanan akan meningkat, para orang-tua tetap melakukannya. Untuk menjadi murid sebuah sekolah yang berkualitas tinggi bukanlah hal yang gampang dan tidak setiap orang mempunyai kesempatan untuk itu.

Demikian pula menjadi murid Kristus, bukanlah murid gampangan juga. Karena sebagai murid Kristus, kita adalah wakil Kristus yang adalah Allah sendiri, sekalipun ia masih anak kecil (ayat 48). Luar biasa sekali kedudukan seorang murid Kristus. Namun untuk menjadi murid-Nya ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi.

Dalam dunia yang mengagungkan kekuatan dan kekuasaan, seorang murid Kristus tidak boleh mengandalkan itu semua dalam menjalankan tugas dan misinya. Konsep ini diambil berdasarkan pernyataan Yesus bahwa Anak Manusia harus mengalami 'salib', ketika semua orang masih keheranan menyaksikan kebesaran Allah yang dinyatakan melalui diri-Nya (ayat 43b-45). Seorang murid Kristus juga harus siap menerima ketidakramahan dan kekejaman dunia terhadap dirinya tanpa membalas (ayat 51-56). Ia juga harus menyadari bahwa dunia bukanlah tempat tinggal abadi (ayat 58).

Sikap seorang murid terhadap Gurunya adalah memberikan prioritas utama kepada-Nya di atas tugas-tugas pribadi dan tradisi agama (ayat 59-62). Kemudian sebagai sesama murid, tidak pandang golongan atau kedaerahan.

Renungkan: Bagaimana sikapku terhadap Tuhan, dunia, dan sesama murid Kristus? Apa yang bisa kulakukan untuk mengaplikasikan ketiga sikap ini dalam hidup sehari-hari, agar tidak disebut murid gampangan?

Bacaan untuk Minggu Sengsara 3: Keluaran 24:12-18 Roma 5:1-5 Yohanes 4:5-15, 19-26 Mazmur 95:1-2, 6-11

Lagu: Kidung Jemaat 424

(0.10887995) (Luk 16:19) (sh: Kesalahan yang fatal seorang manusia (Minggu, 2 April 2000))
Kesalahan yang fatal seorang manusia

Kesalahan yang fatal seorang manusia. Bahaya cinta uang tergambar dalam cerita Yesus tentang seorang kaya yang berpakaian mewah dan tiap hari mengadakan pesta pora dalam kemewahan. Seringkali kita berpendapat bahwa karena ia tidak mendermakan uangnya dan tidak mempunyai belas kasihan kepada orang miskin, maka ia tidak dapat diselamatkan. Jawaban ini akan membawa kita pada pemahaman yang salah, yakni bahwa keselamatan manusia dapat diperoleh dengan upayanya sendiri, padahal keselamatan adalah karena iman.

Orang kaya tersebut tidak pernah sungguh-sungguh percaya seperti pengakuannya. Dia bukan seorang ateis, juga bukan seorang Saduki yang tidak percaya pada kehidupan sesudah kematian. Kesalahan utamanya ialah bahwa ia tidak pernah serius terhadap berita firman Tuhan. Bukankah Hukum Taurat mengajarkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, tetapi mengapa ia tidak pernah menunjukkan belaskasihannya kepada Lazarus. Ia pun berkata kepada Abraham bahwa saudara-saudaranya tidak mungkin menanggapi secara serius firman Tuhan jika tidak ada orang yang datang dari dunia orang mati. Abraham atau di sini berarti Allah, menolak permintaan orang kaya bukan karena Ia melihat bahwa kedatangan orang mati tidak akan membantu. Mereka tidak perlu diyakinkan bahwa kehidupan setelah kematian itu ada atau penghakiman setelah kematian atau neraka itu ada. Namun mereka perlu diyakinkan bahwa pengabaian dan pemberontakan terhadap firman-Nya adalah suatu hal yang serius. Dan ini berhubungan dengan masalah moralitas manusia dan karakter moralitas Allah.

Renungkan: Jika kita meremehkan peringatan Alkitab tentang dosa kita di hadapan-Nya, maka betapapun banyaknya penglihatan tentang dunia orang mati yang kita terima, tidak pernah akan meyakinkan kita secara pribadi bahwa kita berada dalam bahaya, jika kita tidak bertobat.

Bacaan untuk Minggu Sengsara 5: Yehezkiel 37:11-14 Roma 8:6-11 Yohanes 11:1-4,17, 34-44 Mazmur 116:1-9

Lagu: Kidung Jemaat 358

(0.10887995) (Yoh 18:28) (sh: Penjahat (Rabu, 27 Maret 2002))
Penjahat

Penjahat. Tuhan dianggap penjahat? Begitulah yang terjadi! Bukan karena Dia jahat, tetapi justru karena Dia baik. Orang baik banyak yang masuk ke dalam penjara karena kebaikan mereka. Orang jahat tak senang kepada orang baik karena kehadiran orang baik mengungkap kejahatan mereka. Itulah yang kini terjadi pada Tuhan. Orang banyak itu bahkan adalah orang-orang beragama. Mereka menaati hukum yang mencegah mereka berbuat najis (ayat 28), namun sekaligus malah merencanakan kejahatan terhadap Yesus. Hanya iblis yang bisa menuduh Tuhan jahat. Dengan tuduhan sejahat itu, jelaslah betapa jahatnya iblis dan para pengikutnya.

Raja. “Engkau mengatakan bahwa Aku adalah raja,” kata Yesus kepada Pilatus, sang wakil kaisar Roma untuk jajahannya di Yudea (ayat 37). Penjahat menghakimi dengan ukuran kejahatannya, namun seorang raja yang benar menghakimi dengan keadilan. Yesus datang untuk memberi kesaksian tentang kebenaran. Ia adalah raja yang baik dan sempurna atas kerajaan yang surgawi. Tak heran bila dalam dialog tentang raja dan kerajaan itu, kebodohan dan kegelapan hati dan pikiran Pilatus ditelanjangi. Ia tidak tahu apa itu kebenaran, walaupun ia memegang kuasa untuk menjadi hakim. Yesus yang disengsarakan itu yang akan menghakimi semua orang yang berbuat jahat, termasuk Pilatus. Saat itu pun Yesus telah menghakimi Pilatus. Pilatus seharusnya bijak membuat keputusan. Namun, hatinya yang bercabang membuatnya tak berdaya. Keputusan salah boleh diambil hakim dunia ini, namun di tangan Allah semua keputusan harus tunduk pada rencana dan keputusan Ilahi.

Renungkan: Ketika kejahatan semakin meluas, bahkan juga dilakukan oleh para pemimpin, pengikut Kristus harus berani berkorban demi terungkapnya kejahatan dan terpancarnya kebenaran.

(0.10887995) (Kis 16:25) (sh: Penderitaan yang tidak sia-sia (Sabtu, 28 Mei 2005))
Penderitaan yang tidak sia-sia

Penderitaan yang tidak sia-sia
Ada dua penyebab derita dalam pelayanan yaitu diri sendiri dan akibat bersaksi. Menderita karena bersaksi berarti Tuhan mengizinkan Iblis menghambat pelayanan. Dalam kendali Tuhan, penderitaan itu justru memajukan pekabaran Injil karena menghasilkan pertumbuhan iman pewarta Injil dan membuka hati pendengar Injil.

Sikap Paulus dan Silas ketika menghadapi penderitaan dalam pelayanan bukan bersungut-sungut dan menyesali panggilan Tuhan. Sebaliknya, mereka memuliakan Tuhan dengan puji-pujian (ayat 25). Kita tidak tahu pasti apa pujian yang mereka nyanyikan. Ada dua bagian surat Paulus yang bercerita tentang Kristus dengan makna teologis yang dalam, yaitu Kolose 1:15-20 dan Filipi 2:6-11. Keduanya merupakan kutipan nyanyian Kristen purba. Mungkin nyanyian inilah yang dipujikan Paulus dan Silas. Melalui nyanyian, Paulus dan Silas menyaksikan iman mereka bahwa Tuhan berdaulat atas apa pun yang terjadi dalam hidup mereka.

Iman ini terbukti ketika Tuhan mengirimkan gempa bumi yang membongkar semua belenggu para tahanan dan membuka seluruh pintu penjara, mereka tidak memanfaatkannya sebagai kesempatan untuk melarikan diri (ayat 28). Sikap mereka itu menjadi kesaksian yang membuat kepala penjara dan seisi rumahnya bertobat (ayat 30-34). Sebaliknya Paulus memanfaatkan peristiwa pemenjaraan mereka untuk melindungi jemaat Filipi agar tidak mengalami hal serupa. Mereka menuntut permintaan maaf dari para pejabat kota yang sudah menganiayanya. Hal ini dimungkinkan sebab sebagai warga negara Roma, mereka berhak memperoleh perlakuan adil dalam hukum (ayat 35-40).

Saat Anda sedang menderita karena melayani Tuhan, ingatlah bahwa ketekunan dan kesetiaan Anda merupakan kesaksian bagi orang lain. Upah dari kesaksian penderitaan Anda adalah jiwa-jiwa yang bertobat.

Renungkan: Orang yang menabur firman dengan cucuran air mata akan menuai jiwa-jiwa baru dengan sukacita.

(0.10887995) (Kis 17:1) (sh: Risiko memberitakan kebenaran (Minggu, 29 Mei 2005))
Risiko memberitakan kebenaran

Risiko memberitakan kebenaran
Kebenaran selalu memperhadapkan orang pada dua pilihan. Menerima dan mengalami transformasi hidup atau menolak dan tetap dibelenggu dosa. Demikian juga, orang yang memberitakan kebenaran selalu menghadapi risiko yaitu ditolak, dibenci, bahkan dibunuh.

Hal yang sama terjadi dengan Paulus ketika melayani di Tesalonika. Dengan berani Paulus memberitakan Injil kepada orang-orang Yahudi maupun orang-orang Yunani yang hadir di rumah sembahyang Yahudi. Dengan merujuk kepada Perjanjian Lama, kitab suci orang Yahudi, Paulus menjelaskan kebenaran Injil bahwa Kristus harus menderita dan mati, kemudian bangkit (ayat 3). Pemaparan kebenaran yang begitu gamblang membawa pendengar Yahudi kepada pertobatan. Banyak orang nonyahudi pun yang menjadi percaya pada Tuhan Yesus sebagai Juru selamat mereka (ayat 4). Sayang sekali, tidak semua orang Yahudi dapat menerima bahwa orang-orang kafir juga mendapatkan anugerah keselamatan yang sama dengan mereka. Oleh sebab itu, orang-orang Yahudi ini memfitnah Paulus sebagai pengacau dan pemberontak terhadap hukum Roma dengan mengembus-embuskan isu politik. Kemudian mereka menghasut penduduk Kota Tesalonika untuk melawan Paulus dan kawan-kawannya (ayat 5-7). Sikap ini membuktikan penolakan mereka terhadap kebenaran tentang Tuhan Yesus.

Pada masa kini pun penolakan terhadap kebenaran masih terus berlanjut. Gereja yang setia memberitakan Injil harus selalu siap untuk ditolak, dibenci, dan bahkan dianiaya. Akan tetapi, kita tidak perlu berkecil hati karena di pihak lain akan selalu ada orang-orang yang oleh pekerjaan Roh Kudus hatinya terbuka untuk menerima kebenaran dan diselamatkan.

Doakan: Bagi para pengabar Injil dan gereja-gereja yang menghadapi aniaya oleh karena pemberitaan Injil yang mereka lakukan, supaya Tuhan memberikan kekuatan sehingga mereka tidak undur.

(0.10887995) (Kis 20:1) (sh: Rahasia prestasi gemilang (Minggu, 25 Juni 2000))
Rahasia prestasi gemilang

Rahasia prestasi gemilang. Selama 14 tahun pelayanannya, Paulus berhasil membangun sekitar 30 gereja di Asia hingga Eropa. Dan gereja-gereja yang ia bangun adalah gereja-gereja yang bertumbuh, berkembang, dan berbuah di tengah tantangan dan penderitaan yang tiada henti-hentinya mendera gereja.

Di dalam waktu 14 tahun, di tengah kondisi medan yang sulit, dan perlakuan orang-orang Yahudi dan pemerin-tahan Romawi, Paulus telah berhasil mencapai prestasi yang dapat dikatakan 'spektakuler'. Apa rahasia kesuksesannya? Ia tidak hanya mengabarkan Injil namun juga memfollow-up (pelayanan lanjutan), yakni menguatkan murid-murid secara konsisten dan berkesinambungan (1-2). Ini dilakukan setiap kali ia akan meninggalkan jemaat, mengunjungi jemaat yang sudah lama ditinggalkan, atau menulis surat kepada sebuah jemaat. Penguatan ini merupakan pelayanan yang diwujudnyatakan dengan kata-kata penghiburan, dorongan, pujian dlsb. yang dengan kekuatan Roh Kudus berusaha menguatkan Kristen untuk tetap setia dan bertahan dalam menghadapi berbagai penganiayaan.

Paulus juga bukan seorang 'pemain tunggal', karena ia mempunyai tim kerja dari berbagai latar belakang (4-6). Ketika di Troas, Paulus memperlihatkan bahwa gereja harus dibangun berdasarkan pelayanan firman dan sakramen (7-11). Selain memecah-mecahkan roti (perjamuan kudus), Paulus pun rela menghabiskan waktu untuk mengeksposisi firman Tuhan dan berdiskusi dengan jemaat (11). Sebab ia yakin bahwa hanya firman Tuhan yang mampu menguatkan jemaat untuk tetap setia, bertumbuh, dan berbuah. Peristiwa kebangkitan Euthikus, menegaskan bahwa sumber utama kekuatan dan penghiburan Kristen adalah Kristus yang telah mengalahkan kematian, musuh utama manusia.

Renungkan: Keberhasilan sebuah pelayanan nampak dari hasil pertumbuhan, buahnya, dan ketahanannya dalam menghadapi penganiayaan.

Bacaan untuk Minggu ke-2 sesudah Pentakosta

Ulangan 11:18-21 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Ula/T_Ula11.htm#11:18 Roma 3:21-28 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Rom/T_Rom3.htm#3:21 Matius 7:21-29 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Mat/T_Mat7.htm#7:21 Mazmur 31:1-5,19-24 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Maz/T_Maz31.htm#31:1

Lagu: Kidung Jemaat 343

(0.10887995) (Kis 22:23) (sh: Aku warga negara Rum (Minggu, 2 Juli 2000))
Aku warga negara Rum

Aku warga negara Rum. Tindakan orang-orang Yahudi tidak sekadar mengekspresikan kemarahan besar atau bahkan kebuasan, namun lebih merupakan reaksi kengerian terhadap penghujatan yang `dilakukan' Paulus. Kepala pasukan Rum berhasil menyelamatkan Paulus dan membawanya ke markas. Ketika tentara Rum tidak dapat menjelaskan sebab-musabab huru-hara itu, kepala pasukan memerintahkan tentaranya untuk memeriksa Paulus dengan siksaan. Ini merupakan prosedur yang lazim untuk mendapatkan informasi dari seorang pesakitan. Ia akan disesah dengan sebuah cambuk kulit yang ujungnya berlogam tajam. Seseorang yang disesah dengan cambuk demikian jika tidak mati, maka akan mengalami kelumpuhan seumur hidupnya.

Ketika Paulus menyatakan bahwa ia warga negara Rum, maka kepala pasukan itu membatalkan penyesahan atasnya dan menjadi ketakutan, karena menyesah seorang warga negara Rum adalah tindakan melanggar hukum. Dalam kasus ini terlihat jelas bahwa Paulus tidak ragu-ragu menuntut haknya sebagai seorang warga negara Rum. risten di Indonesia seharusnya juga bangga terhadap status kewarganegaraannya dan harus secara aktif menuntut haknya sesuai hukum yang berlaku, untuk mengekpresikan iman kepercayaannya dan beribadah dengan bebas dan rasa aman yang penuh. Harus diakui bahwa zaman sekarang hak-hak warga negara Kristen di berbagai bidang banyak yang dikebiri. Saatnya akan tiba dengan segera dimana tantangan yang legal terhadap hak-hak konstitusional kita akan memuncak dan setiap Kristen akan dipanggil dan dituntut untuk membuat suatu keputusan apakah tetap setia atau menyangkali Dia.

Renungkan: Paulus yang telah setia mengikuti pimpinan Allah dan Allah bertindak melindungi hamba-Nya. Demikian pula Kristen, Allah akan melindungi Kristen pada saat kita mengikuti pimpinan-Nya dan setia pada-Nya.

Bacaan untuk Minggu ke-3 sesudah Pentakosta

Hosea 6:1-6 Roma 4:13-25 Matius 9:9-13 Mazmur 50:1-15

Lagu: Kidung Jemaat 337

Pemahaman Alkitab 1 -- Kisah 22:1-22

Kecerdasan dan ketajaman Paulus dalam berstrategi tidak diragukan lagi. Sebagai penganut jalan Tuhan, Paulus tidak kurang akal untuk membinasakan para pengikut Kristus, dengan meminta surat kuasa dari Imam Besar. Kemahiran berstrategi yang melekat dalam pikirannya ini pun nampak ketika ia harus mempertanggungjawabkan misinya di hadapan orang Yahudi. Berbagai cara pengungkapan kebenaran dipakainya sebagai metode pendekatan kepada orang Yahudi yang memusuhi dan berniat membunuhnya. Dengan demikian misi pemberitaan injil keselamatan dapat tetap disebarluaskan, walaupun saat itu ia hanyalah seorang tawanan.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Sebutan apakah yang dipakai Paulus sebagai sapaan awal kepada orang-orang Yahudi (1)? Mengapa ia menyebut mereka demikian? Dalam menyampaikan pembelaannya, mengapa ia memakai bahasa Ibrani? Langkah-langkah awal inikah yang membuat mereka menjadi agak tenang? Jelaskan!

2. Apakah maksud Paulus menceritakan identitas dirinyadengan lengkap? Ketika mengidentifikasikan dirinya, Paulus sangat berhati-hati memilih istilah, misalnya: 'jalan Tuhan' sebagai pengganti kata `pengikut Yesus' (5), mengapa demikian? Peristiwa penting dalam hidupnya pun tak lupa diceritakan (6-9), apa yang ingin ditekankan Paulus dalam pengalaman ini? Mengapa kesaksian ini perlu disahkan dengan kehadiran Ananias, orang Yahudi yang taat Taurat (12)?

3. Paulus tak lupa menjelaskan misi yang dipercayakan kepadanya, yakni kepada bangsa-bangsa non-Yahudi. Bagaimana reaksi mereka ketika mendengar bahwa bangsa-bangsa non-Yahudi ini dapat terhitung sebagai bangsa Yahudi karena Kristus? Mengapa mereka menjadi marah dan langsung berteriak, adakah yang salah dari misi Paulus ini?

4. Dari semua penjelasan Paulus, nampak jelas bahwa ia tidak bersalah, baik secara politik maupun agama. Lalu dengan alasan apakah mereka menangkap Paulus? Apa yang dapat kita teladani sebagai Kristen di tengah masyarakat pluralis? Bagaimana masyarakat menilai Anda sebagai Kristen, apakah Anda dibenci karena tingkah laku atau karena kebenaran Injil yang harus dipertahankan?

(0.10887995) (Kis 22:30) (sh: Kebangkitan Kristus membuat Kristen berbeda (Senin, 3 Juli 2000))
Kebangkitan Kristus membuat Kristen berbeda

Kebangkitan Kristus membuat Kristen berbeda. Paulus yang telah melalui saat-saat yang sulit dan genting, mengalami kemerosotan fisik dan psikis. Karena itulah ia sempat kehilangan kontrol emosi setelah mendapat tamparan pada mulutnya, sehingga ia membalas tamparan itu dengan kutukan. Pernyataan Paulus (1) adalah hujatan kepada Allah, karena menurut Yudaisme, jika seorang yang mengaku Yahudi namun mengikuti ajaran Yesus, ia adalah seorang pendosa besar di hadapan Allah.

Hanya sesaat Paulus kehilangan kontrol. Begitu menyadari bahwa ia berhadapan dengan Imam Besar, ia pun mengakui kesalahannya. Tindakan ini mempunyai dua implikasi sebab-akibat yang dalam. Pertama, Paulus masih mentaati tradisi Yahudi yang begitu menghormati seorang pemimpin bangsanya. Kedua, ini merupakan penegasan tidak langsung dari Paulus bahwa persengketaan yang terjadi antara dia dan orang-orang Yahudi bukanlah permasalahan tradisi, kebudayaan, ataupun etnis. Ada persoalan yang lebih hakiki. Karena itulah, tanpa membuang waktu, Paulus segera mengungkapkan alasan utama penangkapan dirinya. Paulus hanya melihat bahwa hadirnya 2 partai besar (Farisi dan Saduki) ditambah dengan wakil pemerintah Romawi dalam satu sidang merupakan kesempatan berharga bagi Paulus untuk menyatakan kebenaran fundamental Kekristenan yaitu kebangkitan Kristus yang menjadi dasar bagi kebangkitan orang mati. Sebab Saduki mempunyai pengaruh yang cukup dominan di dalam Mahkamah Agama. Sedangkan Farisi mempunyai suara yang lebih dominan di masyarakat.

Bahkan bagi Paulus kebangkitan Kristus bukan sekadar kebenaran yang ia yakini namun kebenaran yang ia alami sebab kuasa kebangkitan Kristus senantiasa hadir dan menguatkannya. Setelah diselamatkan untuk yang kedua kalinya oleh tentara Romawi, adalah wajar jika dia cemas dan bertanya-tanya tentang masa depannya. Harapan untuk meninggalkan Yerusalem hidup-hidup apalagi kesempatan untuk pergi ke Roma sangat kecil.

Renungkan: Kristen berbeda dengan orang lain bukan karena perbedaan etnis, ras, ataupun latar belakang budaya. Kristen beda karena Yesus dan kuasa kebangkitan-Nya yang senantiasa hadir di dalam kita, apa yang perlu kita takutkan?



TIP #03: Coba gunakan operator (AND, OR, NOT, ALL, ANY) untuk menyaring pencarian Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA