Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 261 - 280 dari 1007 ayat untuk melakukan (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.20) (Kis 13:26) (sh: Perjumpaan yang mengubah dan memperbarui (Senin, 21 Juni 1999))
Perjumpaan yang mengubah dan memperbarui

Perjumpaan Tuhan Yesus dengan para murid setelah kebangkitan-Nya telah membuat hidup para murid berubah secara radikal. Mereka tidak lagi hidup untuk diri sendiri, tidak lagi menikmati anugerah keselamatan untuk diri sendiri, tetapi mereka memberitakan keselamatan itu ke seluruh dunia. Dalam rangka mengemban tugas kesaksian itulah mereka kini berani menghadapi berbagai tantangan yang ada.

Tantangan. Paulus dan Barnabas sebagai saksi Kristus memberitakan bahwa Allah menganugerahkan keselamatan di hadapan orang-orang Yahudi maupun yang bukan Yahudi. Padahal orang Yahudi memegang prinsip bahwa hanya dengan melakukan hukum Taurat orang akan selamat. Mereka tidak keberatan orang-orang kafir masuk dalam persekutuan; asalkan terlebih dahulu melakukan sunat dan upacara-upacara agama lainnya. Sejak dulu hingga sekarang, dunia memang cenderung mengutamakan penampilan lahiriah daripada menghayati dan hidup sesuai dengan nilai-nilai hidup Allah. Kesalehan diukur dari seberapa banyak kewajiban agama yang dijalankan. Padahal melalui sikap hati yang sungguh-sungguh menjunjung tinggi Allah akan lahir perilaku yang berharga di hadapan Allah dan umat-Nya.

Doa: Tuhan Yesus, ajar kami untuk memiliki sikap Kristiani sejati.

(0.20) (Ef 4:17) (sh: Hitam—putih; di luar—di dalam Kristus (Minggu, 9 November 2003))
Hitam—putih; di luar—di dalam Kristus

Hitam bukan putih, keduanya berbeda tajam. Ilustrasi warna ini    tepat untuk menggambarkan kehidupan orang Kristen yang jelas,    sebagai manusia baru yang hidup di dalam Kristus. Artinya, hidup    kita kini jelas-jelas telah menanggalkan manusia lama yang hidup    dalam dosa. Orang yang ada di dalam Kristus tidak mungkin    serempak hidup di dalam dosa.Dalam bagian ini Paulus memberikan    perbandingan mencolok antara kehidupan orang di dalam Kristus    dengan orang yang di luar Kristus. Orang yang berada di luar    Kristus adalah orang yang tidak mengenal Tuhan. Mereka hidup    terpisah dari Sang Pencipta, dan menyerahkan diri kepada    kecemaran hawa nafsu untuk memperoleh kenikmatan semu (ayat 17-19).    Sedangkan orang yang berada di dalam Kristus adalah orang    yang mengenal Kristus. Mereka adalah orang yang hidupnya telah    ditebus dari dosa, dan menjadi anak-anak Allah (ayat 21-24).    Hidup mereka menuju kepada kehidupan kekal bersama Allah. Apa    maksud Paulus membuat dan memaparkan perbandingan ini? Maksudnya    adalah agar jemaat di Efesus melakukan tanggung jawabnya hidup    sebagai orang kudus di dalam Kristus. Diharapkan pula bahwa    kita, orang-orang Kristen sebagai tubuh Kristus masa kini pun    melakukan tanggung jawab hidup kudus di hadapan Tuhan Yesus    Kristus.

Renungkan:    Anda yang telah menanggalkan citra kemanusiaan lama untuk    selama-lamanya, haruslah juga menanggalkan semua perilaku lama    yang penuh kecemaran.

(0.18) (Ef 5:18) (full: ANGGUR. )

Nas : Ef 5:18

Kepenuhan Roh Kudus tergantung pada tanggapan orang percaya terhadap kasih karunia yang diberikan kepada mereka untuk mencapai dan memelihara pengudusan. Maksudnya, seseorang tidak mungkin "mabuk oleh anggur" dan pada saat yang sama "penuh dengan Roh." Paulus mengingatkan semua orang percaya tentang perbuatan sifat berdosa -- bahwa mereka yang melakukan hal itu "tidak akan mendapatkan bagian dalam Kerajaan Allah" (Gal 5:19-21; bd. Ef 5:3-7). Lagi pula, mereka "yang melakukan hal-hal yang demikian" (Gal 5:21) tidak akan mendapat bagian dalam kehadiran dan kepenuhan Roh Kudus. Dengan kata lain, tidak memiliki "buah Roh" (Gal 5:22-23) berarti kehilangan kepenuhan Roh

(lihat cat. --> Kis 8:21).

[atau ref. Kis 8:21]

(0.18) (2Raj 15:8) (sh: Tanda-tanda kehancuran sebuah bangsa (Kamis, 8 Juni 2000))
Tanda-tanda kehancuran sebuah bangsa

Zakharia anak Yerobeam baru memerintah selama 6 bulan ketika terjadi kudeta oleh Salum bin Yabesy. Sebagai balasan, Menahem anak Tirza pun melakukan kudeta berdarah dan menewaskan tidak hanya Salum tapi juga seluruh rakyat. Selama 10 tahun memerintah, takhta Menahem juga tidak luput dari goyangan, misalnya Pul, raja Asyur yang melakukan invasi ke Israel. Untuk mempertahankan takhtanya, ia harus memberikan upeti kepada Pul sebanyak 1.000 talenta perak atau sekitar 37 ton perak. Biaya upeti itu dibebankan kepada semua orang kaya di Israel.

Setelah Menahem meninggal, anaknya Pekahya menggantikannya. Pemerintahannya baru berlangsung 2 tahun ketika panglimanya sendiri Pekah melakukan kudeta dan membunuhnya. Seperti Menahem ia pun harus menghadapi serangan dari Asyur yang dipimpin oleh Tiglat Pileser. Akibatnya Tiglat Pileser memberlakukan pertukaran penduduk (29) agar terjadi proses 'pengasyuran' rakyat. Selain goyangan dari luar negeri, ia pun menghadapi goyangan dari dalam negeri yang dipimpin oleh Hosea. Ia tewas dibunuh oleh Hosea.

Lima dinasti Israel ini memerintah dari tahun 753-732 sM. Pada tahun 722 Israel dihancurkan oleh Asyur ketika di bawah dinasti Hosea yang memerintah dari 732-722 sM. Berarti dalam kurun waktu 31 tahun situasi dan kondisi di Israel memburuk drastis, tidak hanya secara politik namun secara moral, etika, dan iman. Darah dan nyawa orang-orang yang tidak tahu menahu urusan politik (16) menghantar sebuah dinasti kepada kekuasaan. Sikap tunduk, hormat, dan menghargai penguasa merupakan barang langka sehingga kudeta menjadi cara yang dilazimkan. Pengeksploitasian rakyat demi kepentingan elit politik disahkan (20). Uanglah yang menjadi penopang utama sebuah kekuasaan (19). Inilah yang membawa sejarah bangsa Israel menuju kehancuran nasional. Walau demikian tidak nampak seorang pun yang mempunyai kepekaan untuk berbalik, bertobat, dan memohon belas kasihan Allah (9,18,24,28).

Renungkan: Kehancuran dan kejayaan sebuah bangsa ditentukan oleh moral, etika, dan iman yang berlaku, sebab Allah sang Hakim Agung akan menghukum setiap dosa. Kepekaan umat Allah yang ada di dalam setiap negara dapat merupakan 'penunda' hukuman Allah dan 'pengubah' hukuman menjadi berkat. Masa depan bangsa tergantung kepekaan Anda.

(0.18) (2Raj 24:18) (sh: Kebodohan pembawa kehancuran (Jumat, 21 Juli 2000))
Kebodohan pembawa kehancuran

Tahukah Anda arti pepatah 'keledai tidak akan jatuh di lubang yang sama'? Binatang sebodoh keledai diyakini tidak akan melakukan kesalahan yang sama karena ia dapat dan mau belajar dari kesalahan yang lampau. Manusia, sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi, mempunyai kepandaian jauh di atas keledai. Dengan kata lain seharusnya manusia tidak akan begitu mudah melakukan kesalahan karena ia dapat berpikir, menganalisa, bahkan mengevaluasi setiap tindakan yang akan dilakukan. Apalagi jika ia sudah dibekali dengan petunjuk dan nasihat.

Zedekia ternyata lebih bodoh dari keledai. Tentunya ia sudah melihat sebuah contoh hidup mengapa Allah menghukum Yoyakim, saudara kandungnya. Namun anehnya, ia mengulangi apa yang Yoyakim lakukan (19). Ketika, ia bersekongkol dengan Mesir dan bangsa-bangsa lainnya untuk menentang Babel, bukankah Allah sudah memberikan petunjuk dan nasihat untuk tidak melakukannya (Yer. 27:3-8; Yeh. 17:11-21). Contoh hidup dan petunjuk dari Allah sebenarnya merupakan bekal yang cukup bagi Zedekia untuk tidak melakukan kesalahan. Namun inilah kebodohan Zedekia yang melebihi keledai.

Akibatnya sebagai pribadi ia harus membayar dengan harga yang sangat mahal (7). Sebuah pemandangan yang tidak akan pernah ia lupakan selama ia hidup dan sebuah penghukuman yang sangat kejam hingga perlu untuk disebutkan secara khusus dalam kitab tentang raja-raja Israel dan Yehuda. Sebagai bangsa, Yehuda semakin terpuruk dan tersungkur (9-17). Yehuda sudah hancur-lebur. Kehidupan sosial, politik, dan ekonomi tidak mungkin dibangun lagi karena yang dibiarkan hidup bukan lagi orang lemah namun orang-orang miskin, itu pun hanya beberapa saja (12 bandingkan dengan 24:14). Kalau pun yang tersisa berhasrat bangkit dan mulai membangun dari kehidupan rohani mereka, itu juga tidak mungkin sebab para pemimpin rohani mereka juga dibunuh (18-21). Tidak ada yang tersisa. Tidak ada lagi yang berharga.

Renungkan: Bukankah kebodohan Zedekia adalah gambaran kebodohan manusia pada umumnya? Ia dapat dengan mudah ditemukan di sekitar kita atau mungkin dalam diri kita sendiri. Misalnya, tahu narkoba berbahaya tetapi mengapa peminatnya semakin meningkat? Mampukah kita memeranginya?

(0.18) (Mat 25:31) (sh: Memberi 'saudara Yesus', memberi kepada Yesus (Rabu, 4 April 2001))
Memberi 'saudara Yesus', memberi kepada Yesus

Memberikan perhatian, pertolongan, atau harta kepada saudara Tuhan Yesus yang hina, miskin, dan perlu pertolongan menyebabkan seseorang dapat masuk dalam kerajaan Allah. Penghargaan dan hak masuk ke dalam kemuliaan diberikan Raja kepada mereka yang melakukan perbuatan baik, bukan karena motivasi untuk mendapatkan pahala. Bahkan mereka melakukan semua itu karena kasih tanpa pamrih. Mereka melakukan kepada orang-orang yang paling hina tanpa memikirkan untuk keuntungan atau kemuliaan diri. Akan tetapi mereka rela berkorban, rela berbagi harta, terbuka melihat kesulitan dan kekurangan orang lain, dan tidak berpusat pada kebutuhan sendiri tetapi peka terhadap kebutuhan yang lain. Hati dan sikap ini jelas tidak akan dimiliki mereka yang tidak mempunyai kasih Allah.

Suatu hari kelak bila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya, Ia akan datang sebagai Raja yang adil. Ia akan memisahkan bangsa-bangsa menjadi dua golongan seperti gembala yang memisahkan domba dan kambing. Domba diberi hak masuk ke dalam kemuliaan Sang Raja sedang kambing dimasukkan ke dalam siksaan kekal. Raja yang adil memperhatikan pola dan gaya hidup para murid-Nya selama di bumi ini. Apa yang dilakukan oleh murid-murid-Nya, sekalipun tidak menjadi motivasi murid-murid untuk mendapatkan pahala, ternyata dihargai dan Raja memberikan kemuliaan dan hidup kekal kepada mereka.

Penggambaran tentang apa yang akan terjadi kelak di hadapan takhta kemuliaan Raja hendaknya menjadi pelajaran yang perlu kita camkan dan lakukan. Perhatian, bantuan, pemberian tidak kita arahkan kepada orang yang dapat membalas kebaikan kita; justru kepada yang paling hina, kepada yang tidak dapat membalas, kepada yang paling membutuhkan. Itu pun kita lakukan bukan untuk menumpuk pahala dalam Kerajaan Allah tetapi dalam ketulusan, kerendahan hati, dan tidak bermotivasi keuntungan atau kemuliaan diri.

Renungkan: Berdasar firman Tuhan hari ini marilah kita memeriksa diri, motivasi apakah yang mendorong kita berbuat baik kepada sesama. Kepada siapakah kita biasanya memberikan bantuan dan pertolongan, yang bisa membalas kebaikan kita ataukah kepada yang paling membutuhkan pertolongan tanpa dapat membalas jasa.

(0.18) (Yoh 8:37) (sh: Keturunan atau hubungan iman? (Sabtu, 19 Januari 2002))
Keturunan atau hubungan iman?

Percaya kepada Yesus tidak berarti perjalanan hidup sudah berhenti. Apakah manusia sekarang bebas berbuat apa saja? Tidak. Iman kepada Yesus harus diperlihatkan. Bagi yang telah percaya kepada-Nya, Tuhan Yesus mengajarkan agar mereka tetap tinggal dalam firman-Nya (ayat 31). Hanya dengan tinggal dalam firman-Nya iman dapat bertumbuh. Tanpa firman Yesus iman tidak dapat bertumbuh dan berkembang. Tinggal dalam firman-Nya berarti bersekutu dengan-Nya. Jika tidak tinggal dalam firman-Nya, ini sama dengan membunuh Yesus, tanpa persekutuan dengan-Nya (ayat 37).

Tuhan Yesus mengatakan bahwa tinggal di dalam firman-Nya membawa beberapa akibat. Pertama, tinggal dalam firman-Nya berarti menjadi murid sejati (ayat 31). Orang percaya bukan lagi budak atau hamba, melainkan anak-anak merdeka (ayat 36). Pemimpin-pemimpin agama merasa bahwa mereka adalah anak-anak Abraham (ayat 33). Tetapi, Yesus mengungkapkan bahwa mereka adalah hamba-hamba dosa (ayat 34). Hanya Yesus, Anak Allah, yang dapat memberikan kemerdekaan. Kedua, orang percaya akan mengetahui kebenaran yang membebaskan (ayat 32). Merdeka dari apa? Jawabannya terdapat dalam ayat 41,44. Kemerdekaan dari perbudakan iblis dan dosa. Orang percaya tidak lagi berada di bawah cengkeraman iblis. Mereka tidak lagi melakukan keinginan dan kehendak iblis. Mereka tidak lagi melakukan perbuatan-perbuatan jahat. Mereka tidak lagi mendengarkan suara iblis. Iblis tidak lagi menjadi bapanya (ayat 44). Sekarang mereka melakukan kehendak Allah. Mereka mendengarkan suara Allah (ayat 47). Allah sekarang adalah Bapanya. Mereka sekarang mengasihi Allah Bapanya (ayat 42).

Ketiga, orang percaya yang tinggal dalam firman-Nya tidak lagi melihat kematian (ayat 51). Apakah ini berarti orang percaya tidak lagi mengalami kematian fisik? Tidak. Kematian masih tetap dialami, namun persekutuan dengan Yesus tidak akan berhenti. Inilah artinya tidak melihat kematian. Persekutuan dengan Tuhan Yesus yang diciptakan oleh iman kepada-Nya tidak dapat berakhir dan berhenti.

Renungkan: Iman kepada Yesus harus melahirkan perbuatan-perbuatan iman. Apa yang dipercayai akan keluar dalam bentuk sikap dan tindakan. Dengan ringkas, teologi melahirkan etika.

(0.18) (Yak 1:19) (sh: Mendengar tanpa melakukan tidak ada artinya (Senin, 4 Juni 2001))
Mendengar tanpa melakukan tidak ada artinya

"Jika padaku ditanyakan apa akan kusampaikan dalam dunia yang penuh dengan cobaan. Aku bersaksi dengan kata, tapi juga dengan karya menyampaikan kasih Allah yang sejati”. Syair lagu yang dimuat dalam Kidung Jemaat 432 ini mengingatkan tentang hal yang sesungguhnya harus Kristen lakukan, yaitu menjadi pendengar sekaligus pelaku firman Tuhan. Yakobus memberi penjelasan penting lainnya tentang arti berbahagia yang sesungguhnya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua Kristen "berbahagia" mendengar penjelasan ini.

Ketidakbahagiaan ini lebih disebabkan oleh sikap penolakan diri untuk menjadi pelaku firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Penolakan ini bukan disebabkan oleh ketidakmampuan melakukan tetapi karena ketidakmauan! Orang-orang yang seperti ini lebih senang menuruti kehendak hati dan kebenaran dalam persepsi diri sendiri daripada menuruti kehendak dan kebenaran Allah.

Menjadi pendengar atau pelaku bukanlah merupakan pilihan bagi Kristen dan hal ini tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, yakni firman Tuhan. Jadi dapat dipastikan bahwa pernyataan dan peringatan Yakobus ini berhubungan erat dengan tema: “Kristen dan Firman-Nya”. Bagaimana Kristen tahu kebenaran dan prinsip-prinsip hidup Kristen yang sesuai dengan firman-Nya, selain dari membaca dan mendengar firman-Nya. Namun apa gunanya pengetahuan tanpa aplikasi? Tidak ada! Jika demikian pengetahuan tentang kebenaran ini seharusnya nyata dalam tindakan-tindakan dan perilaku yang bercermin dan mencerminkan firman-Nya. Kedua proses ini tidak berlaku sebaliknya atau dapat dipisahkan. Mendengar tanpa berbuat seperti orang yang bercermin tapi kemudian lupa apa yang dilihatnya. Sebaliknya tanpa membaca dan mendengar firman-Nya, orang tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Menjadi pendengar dan pelaku firman akan membongkar sifat lama dan dosa yang masih menempel, dan menggantinya dengan sifat baru dan buah Roh.

Renungkan: Bagaimana kehidupan kekristenan Anda, berapa kali Anda bercermin kepada kebenaran firman-Nya namun kemudian melupakannya. Firman yang Anda baca, renungkan, dan gali setiap hari, sampai dimanakah fungsi kebenaran- Nya? Respons ketaatan yang akan membuka kesempatan agar kuasa firman-Nya menyempurnakan kita.

(0.18) (Yak 5:1) (sh: Kaya harta tetapi miskin nurani (Senin, 11 Juni 2001))
Kaya harta tetapi miskin nurani

Kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara si kaya dan si miskin bukanlah hal yang baru kita ketahui. Bahkan hal-hal apa saja yang dilakukan oleh si kaya seperti pemerasan, penindasan, pelecehan, dlsb. terhadap si miskin bukan rahasia lagi. Begitu pula respons orang miskin terhadap perlakuan yang mereka terima, merampok, membunuh, dlsb. sudah menjadi berita-berita yang setiap hari mewarnai hampir seluruh surat kabar. Bila hal ini sudah bukan rahasia lagi, pihak berwenang harus mengambil sikap untuk melakukan sesuatu. Seperti halnya Yakobus yang mengecam orang-orang kaya pada zaman itu. Ia tidak mengecam kekayaan mereka tetapi sikap mereka. Orang-orang kaya itu menjadi sombong, serakah, tidak jujur, dan memiliki kecenderungan untuk menindas orang- orang miskin, orang-orang yang mereka anggap rendah derajatnya. Mereka merasa dapat melakukan apa saja sesuai keinginan mereka, termasuk keinginan tidak membayar upah kaum buruh yang bekerja pada mereka.

Kecaman Yakobus ini juga ditujukan pada orang-orang kaya di zaman ini. Harta dan kekuasaan membuat mereka merasa paling berhak melakukan apa saja sekehendak hati mereka tanpa memikirkan kepentingan orang lain. Misalnya, upah buruh di bawah UMR (Upah Minimum Regional), bertindak semena-mena terhadap pembantu rumah tangga, membeli hukum, membayar aparat untuk membungkam kebenaran, dlsb. Orang-orang kaya itu tidak dapat dilawan, mereka memiliki harta, dan kuasa untuk mempertahankan diri. Sebaliknya orang-orang miskin, tidak dapat berbuat apa- apa selain hanya mengeluh. Untuk semua perbuatan ini Yakobus dengan tegas mengatakan bahwa Allah sendirilah yang akan menghukum mereka. Sebab perbuatan mereka telah Allah lihat, jeritan orang-orang miskin yang mereka tindas didengar Allah (lih. Ams. 4:1-3). Sebenarnya, orang-orang seperti ini kaya materi tetapi miskin nurani. Mereka tidak memiliki kepekaan terhadap kebutuhan dan kepentingan orang-orang di sekitar mereka. Seandainya mereka memiliki hati nurani, mungkin kesenjangan ekonomi, sosial, relasi dengan orang-orang miskin, sedikit demi sedikit akan terkikis.

Renungkan: Jadikan kami Kristen yang memiliki keprihatinan dan kepedulian bersama-Mu terhadap sesama.

(0.18) (1Yoh 2:1) (sh: Wajib hidup seperti Kristus hidup (Selasa, 5 Desember 2000))
Wajib hidup seperti Kristus hidup

Adalah seorang pemuda yang telah mengalami banyak kepahitan hidup karena perlakuan orang-tuanya yang tidak menghendaki kelahirannya. Pada suatu hari pemuda ini bertobat dan hidup dalam Kristus. Sejak itu ia menyadari bahwa ia harus belajar mengasihi kedua orang-tuanya. Tak mudah baginya untuk mengubah kebencian yang ada dalam hatinya menjadi kasih sejati. Namun kasih Kristus dalam dirinya terus menguatkan dia untuk belajar mengasihi. Delapan tahun berselang, akhirnya kedua orang-tuanya juga menerima Tuhan Yesus dalam hidupnya karena mereka mengalami betapa besar kasih putranya kepada mereka. Hanya kasih Kristus yang mampu mengubah kebencian menjadi kasih.

Kristen wajib hidup seperti Kristus hidup, yakni mencirikan kasih. Mengapa mengasihi saudara sebagai tanda seseorang telah hidup dalam Kristus (10)? Seorang yang hidup dalam Kristus berarti telah mengalami terlebih dahulu kasih Kristus yang mati di salib sebagai wujud kasih-Nya kepada manusia berdosa. Kasih yang telah dialaminya ini akan memampukannya mengasihi orang lain: keluarga, sahabat, teman, dan siapa saja. Mengasihi orang dekat - keluarga - jauh lebih sulit dibandingkan mengasihi orang lain, karena mereka dapat melihat bagaimana kualitas hidup kita sehari-hari. Oleh karena itu mengasihi tidak dapat dipisahkan dengan menaati perintah-Nya. Setiap orang yang mengasihi Allah, baik bapa-bapa, orang muda, dan anak-anak akan melakukan perintah-Nya yang intinya adalah kasih. Tetapi seorang yang tidak mengenal, menerima, dan melakukan kasih adalah seorang yang masih hidup dalam kegelapan dan ia tidak tahu kemana arah hidupnya (11).

Hidup dalam terang tidak berarti terpisah dari dunia, namun tidak mengikuti arus dunia yang akan lenyap (17). Segala yang dari dunia: keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup harus ditanggalkan, semuanya ini bukan lagi merupakan tujuan hidup karena akan menghambat kasih kita kepada Bapa.

Renungkan: Hanya ada dua pilihan: mengikut dunia atau mengikut Tuhan, tidak ada pilihan lain. Tetap mengikuti dunia akan lenyap bersama dunia yang fana. Tetapi menjadi pengikut Tuhan yang setia, yang hidup seperti Kristus hidup, yang melakukan kehendak Allah, akan hidup selama-lamanya.

(0.18) (Ul 19:21) (ende)

Hak untuk melandjutkan pembalasan atas dasar kesalahan merupakan hal jang sangat biasa didalam masjarakat timur kuno. Hukuman jang lebih ringan daripada kesalahan jang dilakukan tidak tjukup efektif untuk menghalang-halangi orang melakukan kekerasan terhadap musuhnja. Dilain pihak harus didjaga djangan sampai orang jang membuat kerugian bagi orang lain: mendjadi kurban dari pembalasan jang tidak setimpal. Aturan itu menundjukkan suatu moralitas: jang masih harus dibina dengan hukum dan hukuman. Akan tetapi hukum Deut. mengandaikan bahwa kebanjakan diantara umat mempunjai kesetiaan batin kepada Allah.

Itu tidak berarti: bahwa hukuman tidak lagi perlu bagi pelanggaran-pelanggarannja: tetapi bahwa itu diatur menurut hukum dan bukan dibiarkan sekehendak hatinja sadja.

Dalam Perdjandjian Baru persesuaian batin dengan hukum sebagai Kehendak Penjelamatan Allah akan disempurnakan oleh Jesus dengan mentjurahkan Roh Kudus didalam diri manusia jang beriman. Dengan demikian bukan hukuman sendiri jang dibatalkan: melainkan segala matjam bentuk balas dendam kepada musuh. (Mat 5:38-41).

(0.18) (Ul 24:16) (ende)

Tanggung-djawab perorangan merupakan salah satu gagasan pokok dalam kitab Ulangtutur. Hal itu berlaku baik dalam melakukan perintah-perintah maupun dosa dan hukuman. Dalam teks-teks jang lebih tua kerapkali ditekankan ikatan seseorang dengan seluruh bangsa dalam hal dosa dan hukuman (lih. mis. Yos 7:24; 2Sa 3:29; 21:1). Ini tidak berarti bahwa tanggung-djawab perorangan itu dahulu tidak dikenal. Orang selalu melihat dua kenjataan: perbuatan perorangan dan disamping itu lingkungan jang mendorong untuk berbuat dosa. Namun lingkungan hidup itu djuga ditentukan oleh perbuatan-perbuatan baik dan djahat dari orang masing-masing: terutama djika mereka mempunjai tempat dan tugas jang penting ditengah-tengah umat.

(0.18) (Kej 9:6) (full: SIAPA YANG MENUMPAHKAN DARAH MANUSIA, DARAH-NYA AKAN TERTUMPAH OLEH MANUSIA. )

Nas : Kej 9:6

Akibat nafsu untuk melakukan kekerasan dan penumpahan darah yang timbul di hati manusia (bd. Kej 6:11; 8:21), Allah berusaha untuk melindungi kekudusan hidup manusia dengan membatasi pembunuhan yang ada di dalam masyarakat;

  1. (1) dengan menekankan bahwa manusia telah diciptakan menurut gambar-Nya (Kej 1:26) dan bahwa nyawa mereka itu kudus di hadapan-Nya;
  2. (2) dengan menetapkan hukuman mati, yaitu memerintahkan agar semua pembunuh dijatuhi hukuman mati (bd. Kel 21:12,14; 22:2; Bil 35:6-34; Ul 19:1-13;

    lihat cat. --> Rom 13:4).

    [atau ref. Rom 13:4]

    Kekuasaan pemerintah untuk mempergunakan "pedang" dalam hukuman mati ditegaskan kembali dalam PB (Kis 25:11; Rom 13:4; bd. Mat 26:52).
(0.18) (Kej 19:33) (full: MEMBERI AYAH MEREKA MINUM ANGGUR. )

Nas : Kej 19:33

Kedua putri Lot salah karena melakukan dosa berzina dengan ayahnya dan Lot salah karena mabuk.

  1. 1) Rupanya pergaulan akrab gadis-gadis itu dengan orang fasik di Sodom, yang dibiarkan oleh ayahnya (ayat Kej 19:14), telah menyebabkan mereka menerima standar moral yang sangat rendah. Karena Lot membiarkan orang fasik itu, ia kehilangan keluarganya dan keturunannya menjadi orang kafir.
  2. 2) Lot tetap merupakan contoh dari seorang ayah beriman yang imannya dan penyerahannya adalah cukup untuk menyelamatkan dirinya sendiri, namun tidak cukup untuk menyelamatkan keluarganya. Dia sadar terlambat bahwa jalan iman yang sejati ialah mengajar keluarganya menjauhi diri dan "tidak mengasihi dunia" (1Yoh 2:15,17;

    lihat cat. --> 2Kor 6:14).

    [atau ref. 2Kor 6:14]

(0.18) (Im 19:19) (full: DUA JENIS BAHAN. )

Nas : Im 19:19

Beberapa hukum dalam Imamat hanya berlaku bagi Israel di bawah perjanjian yang lama (mis. ayat Im 19:19-25), sedangkan yang lain masih berlaku bagi orang percaya di bawah perjanjian yang baru (mis. ayat Im 19:11-18,26,31;

lihat cat. --> Mat 5:17).

[atau ref. Mat 5:17]

Mengenai yang pertama, beberapa peraturan diberikan agar bangsa Israel tidak ikut serta dalam kebiasaan-kebiasaan kafir dari aneka kebudayaan di sekitar itu. Misalnya, larangan untuk mencampur dua jenis bahan mungkin berlandaskan kenyataan bahwa imam-imam kafir berusaha melakukan sihir dengan mencampur berbagai jenis kain ke dalam pakaian jabatan mereka. Ayat ini secara keseluruhan berbicara tentang prinsip kemurnian tanpa campuran.

(0.18) (Ul 1:26) (full: MENENTANG TITAH TUHAN. )

Nas : Ul 1:26

Umat Israel seharusnya sudah masuk Kanaan tiga puluh sembilan tahun sebelumnya (ayat Ul 1:2-3), tetapi karena ketidaktaatan dan kegagalan mereka untuk melakukan kehendak Allah, masuknya mereka tertunda (Bil 14:33-34). Kegagalan untuk hidup di dalam kehendak Allah dan oleh Roh-Nya (Rom 8:12-15; Gal 5:16) dapat mengakibatkan penundaan atau bahkan kehilangan rencana Allah untuk kehidupan kita. Kita harus memiliki rasa takut yang kudus untuk berada di luar kehendak Allah dan kehilangan kehadiran, kasih karunia, dan perlindungan-Nya dalam kehidupan kita

(lihat art. KEHENDAK ALLAH).

(0.18) (Ul 3:25) (full: BIARLAH AKU MENYEBERANG. )

Nas : Ul 3:25

Musa telah melakukan ketidaktaatan yang serius dan diberi tahu bahwa ia tidak akan diizinkan memasuki Kanaan (Bil 20:8-12). Namun ia memohon kepada Allah untuk mengubah keputusan-Nya dan mengizinkan dirinya menyeberang Sungai Yordan dan memasuki tanah yang dijanjikan itu. Allah menolaknya (ayat Ul 3:26) supaya mengajar bahwa dosa seorang pemimpin rohani berdampak berat dan mendatangkan hukuman yang lebih berat (bd. Yak 3:1); para pemimpin rohani umat Allah dapat mendiskualifikasikan diri dari bidang pelayanan tertentu apabila mereka gagal menjadi teladan ketaatan (bd. Bil 20:12;

lihat cat. --> Bil 20:8;

lihat cat. --> Bil 20:12).

[atau ref. Bil 20:8,12]

(0.18) (Ul 32:17) (full: ROH-ROH JAHAT. )

Nas : Ul 32:17

Di belakang dewa-dewa dan agama-agama palsu dunia ini terdapat kuasa-kuasa roh-roh jahat (Mazm 106:37; 1Kor 10:20;

lihat art. SIFAT PENYEMBAHAN BERHALA).

Roh-roh jahat ini dapat bertindak melalui para pengikut mereka bahkan sampai melakukan mukjizat (Kel 7:11,22; 2Tes 2:9-10; Wahy 13:13; 19:20). PB mengakui adanya roh-roh jahat itu dan mendorong orang percaya untuk melawan mereka dengan kuasa dan wibawa Kristus (Ef 6:12;

lihat art. KUASA ATAS IBLIS DAN SETAN-SETAN).

(0.18) (Hak 6:1) (full: ORANG ISRAEL MELAKUKAN APA YANG JAHAT. )

Nas : Hak 6:1

Sekali lagi umat Allah berbalik kepada agama sinkretik yang selaras dengan cara-cara orang Kanaan. Akibatnya, selama tujuh tahun Allah membiarkan suku Midian, yang dibantu oleh suku Amalek dan suku-suku lain dari daerah timur, untuk menyerbu dan menindas Israel (Hak 6:3). Mereka terpaksa bersembunyi di dalam gua dan menyembunyikan hasil panen mereka (ayat Hak 6:2-5); mereka baru berseru kepada Allah ketika situasi sudah tidak dapat ditahan lagi (ayat Hak 6:6).

(0.18) (Hak 8:27) (full: MEMBUAT EFOD. )

Nas : Hak 8:27

Efod ini mungkin merupakan tiruan dari jubah luar yang dipakai imam besar ketika melayani Allah

(lihat cat. --> Kel 28:6).

[atau ref. Kel 28:6]

Gideon mungkin membuat efod ini dengan tujuan baik, selaku suatu peringatan akan keberhasilan Israel dalam pekerjaan Allah. Akan tetapi, efod itu tidak disahkan oleh Allah dan menjadi objek pemujaan, dengan memuliakan Gideon dan prestasi Israel; tindakan penyembahan berhala ini mengakibatkan bencana rohani bagi bangsa itu dan rumah tangga Gideon. Kita dapat belajar dari kesalahan tragis Gideon ini bahwa:

  1. 1) Mengangkat dan memuliakan gereja, lembaga, atau pemimpin manusiawi yang memiliki kharisma khusus akan mengakibatkan kemunduran rohani dan kematian.
  2. 2) Ketika merencanakan untuk melakukan sesuatu bagi Allah, kita harus berdoa memohon hikmat untuk dapat melihat dari semula dampak-dampak yang mungkin terjadi yang akhirnya dapat merugikan kerajaan Allah.


TIP #11: Klik ikon untuk membuka halaman ramah cetak. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA