Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 281 - 300 dari 467 ayat untuk (68-21) Allah AND book:40 [Pencarian Tepat] (0.003 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.88170382608696) (Mat 11:1) (sh: Mengatasi ragu dan bimbang (Rabu, 26 Januari 2005))
Mengatasi ragu dan bimbang

Mengatasi ragu dan bimbang. Yohanes pembaptis dipenjarakan karena berani menegur Herodes Antipas yang menikahi istri saudaranya. Dari penjara Yohanes mengutus murid-muridnya untuk bertanya kepada Yesus (ayat 3). Bimbang dan ragukah ia kini? Bukankah ia pelopor dalam pemberitaan tentang Yesus? Tampaknya Yohanes bukan sekadar menyampaikan pertanyaannya pribadi (Perhatikan bentuk jamak `kami' dalam ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">3). Ia dan para muridnya butuh kepastian bahwa Yesus sungguh adalah Mesias yang mereka nanti-nantikan. Yohanes ingin Yesus memberi bukti jelas melalui perkataan dan perbuatan Yesus bahwa kesaksian Yohanes selama ini tentang Yesus benar. Bagaimana Yesus mengatasi keraguan itu?

Pertama, Yesus menunjuk pada demonstrasi nyata kuasa Allah dalam pelayanan-Nya. Pelayanan Yesus mengokohkan kesaksian Yohanes selama ini tentang Dia. Kedua, ucapan Yesus itu menunjuk kepada Yesaya 35:5-6; 61:1. Yesus adalah penggenap nubuat Yesaya. Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, merupakan petunjuk bahwa Roh Allah bekerja dalam dan melalui diri Yesus. Ini tanda kehadiran Allah di dunia. Ketiga, Yesus menunjuk pada nubuatan Maleakhi tentang peran Yohanes (ayat 10). Yesus mengakui pentingnya pelayanan Yohanes (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">11a). Posisi Yohanes pembaptis adalah seperti titik temu PL dan PB. Karena itu di antara segala nabi, ia yang terbesar. Namun, karena orang masuk surga melalui Yesus bukan melalui PL, yang terkecil dalam surga pun menjadi lebih besar daripada Yohanes (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">11b).

Pelayanan dan pergumulan Yohanes menunjukkan keutamaan Yesus. Tatkala keraguan muncul, Yesus tidak tinggal diam. Ia tidak ingin orang terus ragu tentang Dia. Karya Yesus, kesaksian firman tentang Yesus, dan perlakuan kasih Yesus akan menguatkan iman dan pengharapan yang tergoyah.

Responsku: Yesus, firman tentang Yesus, karya Yesus untukku, dan firman-Nya kepadaku, ingin kupegang teguh sepanjang jalan imanku.

(0.88170382608696) (Mat 12:46) (sh: Ibu dan saudara jasmani. (Minggu, 25 Januari 1998))
Ibu dan saudara jasmani.

Ibu dan saudara jasmani.
Ucapan Yesus pada ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">49 memberi kesan seolah Dia kurang menghargai ibu dan saudara-saudara-Nya yang secara jasmaniah mempunyai hubungan keluarga. Namun dalam Luk. 2:51 dikatakan bahwa Dia tetap hidup dalam asuhan kedua orang tua-Nya. Jadi Yesus tetap menghargai keluarga jasmaniah-Nya di dunia ini. Oleh sebab itu Dia mengkritik orang Farisi yang lebih mementingkan adat istiadat daripada menghormati ibu bapanya (bdk. Mat. 15:4-9). Meskipun demikian Yesus mengajarkan bahwa di atas segalanya kita harus lebih menghormati Bapa yang di sorga.

Ibu dan saudara rohani. Di pihak lain Tuhan Yesus juga berbicara mengenai persaudaraan dan kekeluargaan dalam iman (ayat 48-49). Semua orang yang percaya kepada Yesus adalah saudara dan ibu-Nya. Sebagai implikasinya, sesama orang percaya adalah saudara seiman. Ikatan persaudaraan ini, jika dihayati secara segar dan mendalam akan melebihi pengertian sekadar saudara jasmani. Roh Allah bekerja menciptakan perdamaian, kesejahteraan dan ikatan hati yang ajaib. Ikatan mana terjadi karena korban penebusan Kristus dan kasih Allah mempersatukan kita.

Ikatan sebagai satu tubuh. Hanya satu kunci keberhasilan agar dapat memahami secara segar dan indah ikatan persaudaraan itu. Itu adalah kesadaran utuh bahwa kita semua adalah anggota Tubuh Kristus. Maka seyogianya sikap yang kita tunjukkan adalah saling menghargai, saling membutuhkan, saling menolong, saling memperhatikan karena semua itu merupakan bagian tak terpisah dari gerak irama kehidupan umat dalam gereja-Nya. Namun usaha mewujudkan fakta indah ini dalam kehidupan bergereja tidak mudah. Selalu akan ada saja hambatan dan penghalang. Namun demikian, tak perlu kita berputus asa, sebab sekali lagi Roh Allah bekerja secara ajaib.

Renungkan: Kuasa pembaruan Tuhan, menciptakan hubungan darah antar manusia yang melampaui kekuatan.

Doa: Ajar kami untuk menghargai dan menghayati arti persaudaran kami di dalam kasih Kristus.

(0.88170382608696) (Mat 13:31) (sh: Rahasia Kerajaan Allah (Kamis, 3 Februari 2005))
Rahasia Kerajaan Allah

Rahasia Kerajaan Allah. Yesus mengajar dengan berbagai perumpamaan tidak saja kepada orang banyak, tetapi juga kepada para murid-Nya. Lima perumpamaan yang kita baca kini berbicara tentang Kerajaan Surga. Dua yang pertama untuk orang banyak, tiga yang terakhir untuk para murid.

Perumpamaan pertama menegaskan daya pertumbuhan dahsyat Kerajaan Surga. Seperti halnya benih sesawi awalnya seolah kecil, tetapi sesudah bertumbuh pasti akan menjadi pohon teramat besar (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">31-32), demikian juga dengan pewartaan Kerajaan Surga yang Yesus beritakan. Tekanan lain kita jumpai dalam perumpamaan ragi. Transformasi menyeluruh Kerajaan Surga berlangsung secara diam-diam namun nyata (ayat 33). Kata kunci adalah kata menyeluruh. Proses transformasinya tidak kelihatan, tetapi akibatnya terhadap seluruh dunia jelas terlihat. Seluruh alam semesta mengalami transformasi. Kerajaan Surga bekerja dahsyat memperbarui seluruh ciptaan.

Kerajaan Surga harus direspons dengan benar. Pengurbanan seperti yang dilakukan penemu harta terpendam mutlak dilakukan oleh mereka yang ingin menjadi warga Kerajaan Surga. Kerajaan Surga menjadi yang terutama dan pertama dalam hidup sehingga segala sesuatu menjadi tidak berharga (ayat 44-45). Pengurbanan itu akan tidak sebanding dengan nilai Kerajaan Surga dan sukacita mendapatkannya (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">44b). Warta Kerajaan Surga bukan untuk ditanggapi sambil lalu. Respons orang terhadap warta Kerajaan Surga itu akan menentukan nasib kekalnya. Maka warta Kerajaan Surga sekaligus menjanjikan hidup kekal dan binasa kekal (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">47-50). Yesus tidak saja mengajarkan tentang Kerajaan Surga, Ia sendiri adalah Kerajaan Surga itu. Ia menjalani pemerintahan Allah dalam hidup-Nya, mewujudkan Kerajaan Surga dengan mati dan bangkit mengalahkan dosa dan maut.

Renungkan: Memang dari kita dituntut kesediaan melepas hal-hal yang kita anggap berharga. Itu bukan lagi kerugian, sebab yang kita dapatkan adalah hidup Yesus sendiri.

(0.88170382608696) (Mat 17:1) (sh: Pengalaman supranatural adalah anugerah (Sabtu, 17 Februari 2001))
Pengalaman supranatural adalah anugerah

Pengalaman supranatural adalah anugerah. Tidak semua orang mengalami pengalaman supranatural, karena pengalaman supranatural adalah anugerah. Pengalaman ini dialami oleh beberapa orang tertentu bukan berdasarkan siapakah mereka di hadapan Tuhan, namun semata-mata berdasarkan anugerah-Nya. Tuhan memiliki tujuan khusus bagi orang-orang yang mengalaminya. Ada yang mengalaminya sehingga ia percaya kepada Kristus, ada yang mengalaminya sehingga kehidupannya berubah, ada pula yang mengalaminya sehinga ia mendapatkan visi yang jelas dari Allah, ada pula yang mengalaminya sehingga mendapatkan kekuatan dalam pergumulan yang berat. Namun pengalaman supranatural bukan satu-satunya cara Allah untuk menyatakan diri kepada manusia.

Ketiga murid Yesus: Petrus, Yakobus, dan Yohanes mengalami pengalaman supranatural bukan karena mereka lebih baik dari yang lain, semata-mata karena ketiganya diperkenankan Yesus untuk menyaksikan kemuliaan-Nya. Ia mengajak mereka naik ke gunung yang tinggi, supaya pengalaman itu hanya dialami oleh mereka berempat. Di sana mereka menyaksikan kemuliaan wajah dan pakaian Yesus bagai matahari dan terang, menandakan betapa berkilaunya sehingga mereka tak sanggup menatap secara kasat mata. Di sana pun hadir Elia yang mewakili nabi dan Musa yang mewakili Taurat. Pengalaman ini membuat mereka begitu bahagia, sehingga mereka tidak mau kembali kepada realita yang penuh penderitaan (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">16:24), maka Petrus menawarkan 3 kemah untuk Yesus, Elia, dan Musa. Tiba-tiba awan yang terang menaungi mereka dan terdengar pernyataan Illahi tentang Yesus, Anak Allah. Puncak penyataan Illahi ini membuat ketiga murid tersungkur dan sangat ketakutan, sehingga mereka tidak sanggup lagi menyaksikan peristiwa selanjutnya.

Pengalaman supranatural bersifat sesaat dan setiap orang yang mengalaminya harus kembali kepada realita, karena pengalaman supranatural tidak bertujuan meninabobokan seseorang, tetapi memberikan dasar kebenaran bagi seseorang untuk hidup dalam realita. Pengalaman supranatutal ini pun bukan untuk dipublikasikan (ayat 9), sehingga orang yang mengalaminya tidak menjadi sombong rohani.

Renungkan: Betapa indahnya kesaksian seorang yang mengalami pengalaman supranatural, yang tidak berfokus kepada kesombongan rohaninya, tetapi kepada kemuliaan Yesus Sang Mesias.

(0.88170382608696) (Mat 17:1) (sh: Bukti Kemesiasan Kristus (Sabtu, 12 Februari 2005))
Bukti Kemesiasan Kristus

Bukti Kemesiasan Kristus. Tidak mudah menjadi murid Yesus dan tidak mudah menyangkal diri untuk sepenuh hati memikul salib yang dibebankan oleh-Nya. Kadang bisa timbul keraguan, apakah kehendak-Nya memang yang benar dan yang terbaik.

Para murid baru saja menerima pelajaran keras, yaitu mengakui Yesus sebagai Mesias berarti siap menerima konsekuensi menderita demi Dia. Maka para murid memerlukan penguatan. Peristiwa Yesus dimuliakan bukan hanya penting untuk meneguhkan misi-Nya, tetapi juga untuk membuka mata rohani murid-murid-Nya bahwa Dia memang Mesias yang dipilih Allah. Apa makna Yesus dimuliakan itu?

Pertama, Yesus adalah Mesias yang sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Musa mewakili Hukum Taurat yang sejak awal menjanjikan seorang Nabi yang akan datang untuk mengajarkan kebenaran sejati (Lih. Ul.18:18-19). Elia mewakili para nabi yang mengarahkan hati umat Israel untuk mengantisipasi datangnya Sang Mesias (ayat 2-3). Tuhan Yesus sendiri menerangkan bahwa Yohanes berperan sebagai Nabi Elia mempersiapkan orang banyak untuk menyongsong kedatangan diri-Nya (ayat 11-13). Kedua, Allah Bapa menyatakan perkenan-Nya atas diri Yesus berupa awan hadirat dan suara restu-Nya. Bapa memerintahkan murid-murid, yang diwakili oleh ketiga murid terdekat untuk memercayai Yesus dan pemberitaan-Nya (ayat 5).

Tanda-tanda kemuliaan Allah apakah yang boleh menguatkan gereja masa kini? Pertama, pertobatan yang terjadi ketika gereja mewartakan kebenaran Injil. Kedua, orang-orang yang percaya dan diubahkan oleh pemberitaan firman Tuhan bahwa Yesus memang satu-satunya Juruselamat manusia. Semua itu menjadi bukti bahwa apa yang dipercayai gereja adalah benar. Sekaligus menjadi penguat gereja untuk tetap setia walaupun di tengah-tengah penganiayaan.

Renungkan: Mukjizat terbesar adalah pertobatan. Itu bukti Yesus adalah Mesias.

(0.88170382608696) (Mat 19:1) (sh: Menikah atau selibat? (Kamis, 17 Februari 2005))
Menikah atau selibat?

Menikah atau selibat? Pertanyaan jebakan orang Farisi kepada Yesus menyiratkan bahwa perceraian telah juga menjadi suatu dilema pada masa itu (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">3). Di antara masyarakat Yahudi ada yang menyetujui perceraian karena Musa, nabi besar Israel, mengizinkannya (ayat 7). Lalu, bagaimana pandangan Tuhan Yesus tentang perceraian? Pertama, jawaban Tuhan Yesus menyiratkan ketidaksetujuan atas dasar tujuan Allah menciptakan laki-laki dan perempuan. Juga Ia menekankan bahwa Allah merestui adanya lembaga pernikahan (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">5-7). Kedua, Tuhan Yesus menyatakan bahwa suami atau istri yang telah bercerai kemudian menikah kembali dianggap telah melakukan perzinaan (ayat 9). Hanya pernikahan kedua kali karena alasan kematian salah satu pasangan yang diperbolehkan.

Bagi murid-murid, syarat Tuhan Yesus itu terlalu berat, sehingga kemungkinan selibat pun terpikirkan (ayat 10). Selibat berarti tidak menikah yang disebabkan beragam motivasi, seperti: ingin melayani Tuhan, pernah merasakan patah hati, takut terhadap perceraian, dsb. Tuhan Yesus mengingatkan bahwa hidup selibat itu hanya berlaku bagi sebagian orang saja, yakni mereka yang dikaruniai (ayat 11-12). Konsep Kristen tentang pernikahan jelas, yaitu apa yang telah dipersatukan oleh Allah tidak bisa dipisahkan oleh manusia, hanya kematianlah yang menceraikan suami-istri.

Itulah sebabnya, orang Kristen tidak boleh gegabah memilih pasangan hidup. Pertimbangan duniawi harus kita singkirkan. Pertimbangan lahiriah, material dlsb. jangan menjadi prioritas. Pertimbangkan juga segi kesamaan iman dalam Yesus Kristus, kedewasaan iman dan kesamaan visi kehidupan. Menikah atau selibat adalah pilihan. Keduanya mengandung resiko yang berbeda. Menikah berarti siap membagi waktu, kepentingan, prioritas dan diri kita dengan keluarga.

Ingatlah: Pernikahan adalah komitmen bersatu dalam Tuhan. Perceraian bagaikan pisau yang mencabik kesatuan nikah di hadapan Tuhan.

(0.88170382608696) (Mat 19:1) (sh: Perceraian bukan kehendak Tuhan (Selasa, 23 Februari 2010))
Perceraian bukan kehendak Tuhan

Judul: Perceraian bukan kehendak Tuhan
Menurut suatu survei yang diadakan di Amerika Serikat, lima di antara sepuluh pernikahan berakhir dalam perselisihan dan perceraian yang pahit. Kelima sisanya tetap utuh seumur hidup, tetapi dengan derajat ketidakharmonisan yang berlainan. Lama kelamaan perceraian jadi hal lumrah.

Dengan maksud untuk mencobai Yesus, orang Farisi menanyakan masalah perceraian kepada Yesus. Mereka ingin melibatkan Yesus dalam pertentangan pendapat di antara dua aliran Farisi yaitu Shammai dan Hillel. Shammai ketat mengajarkan bahwa seorang laki-laki hanya boleh menceraikan istrinya bila kedapatan berzina. Hillel lebih kendur mengajarkan bahwa seorang laki-laki boleh menceraikan istrinya dengan alasan apa pun. Yesus tidak masuk ke dalam pertentangan mereka, melainkan Ia membawa mereka kembali kepada tujuan semula Allah mendirikan institusi pernikahan. Yaitu agar laki-laki dan perempuan menjadi satu kesatuan dari dua pribadi yang berbeda latar belakang, kebiasaan, budaya, sifat, konsep berpikir, dan perilaku. Mereka harus meninggalkan dan menyingkirkan segala hal dan ikatan yang dapat menghambat keharmonisan dan kesatuan mereka. Apa yang telah dipersatukan Tuhan, tidak boleh diceraikan oleh manusia (ayat 6). Musa mengizinkan perceraian (Ul. 24:1) karena ketegaran dan kedegilan hati orang Israel yang suka melawan aturan dan kehendak Tuhan. Padahal sejak awal Tuhan tidak menghendakinya (Mal. 2:16). Perceraian juga akan menimbulkan luka mendalam bagi masing-masing pasangan maupun anak-anak mereka. Lagipula siapa yang bercerai, kecuali karena pasangannya berzina, lalu menikah lagi, sesungguhnya ia sudah berbuat zina.

Dengan anugerah Tuhan dan kesetiaan, kita harus memelihara pernikahan kita. Tuntutan Tuhan terhadap pernikahan memang ketat, tetapi hal ini tidak harus membuat kita memilih hidup membujang saja. Ada karunia khusus untuk seseorang membujang, yaitu agar fokus dalam melayani Tuhan dan membawa orang-orang datang kepada Kristus.

(0.88170382608696) (Mat 22:23) (sh: Kembali ke firman Tuhan (Minggu, 4 Maret 2001))
Kembali ke firman Tuhan

Kembali ke firman Tuhan. Terjadinya perbedaan pemahaman teologis seringkali tidak dapat dihindari. Namun Kristen memiliki dasar berpijak yang tidak pernah berubah sampai kapan pun, walaupun telah dan terus akan muncul banyak teolog dengan berbagai pemahaman yang berbeda bahkan bertentangan sekalipun, yakni firman Tuhan. Kristen harus kembali kepada kebenaran firman Tuhan. Inilah yang senantiasa ditekankan Yesus dalam pengajaran-Nya, kali ini kepada orang Saduki.

Mereka adalah suatu golongan pemimpin agama Yahudi yang sebagian besar terdiri dari imam-imam. Mereka mendasarkan pengajarannya pada kelima kitab Musa dan menolak segala adat-istiadat yang ditambahkan kemudian. Mereka tidak percaya mukjizat termasuk kebangkitan. Berangkat dari ketidakpercayaan ini, mereka mempertanyakan masalah pernikahan poliandri setelah kebangkitan (24-28), karena mereka yakin bahwa pertanyaan ini tidak mungkin dijawab Yesus. Kesalahpahaman teologis orang Saduki berawal dari ketidakpenguasaan keseluruhan dan keutuhan firman Tuhan, sehingga mereka hanya berpijak pada pemahaman yang sepenggal-sepenggal.

Teguran Yesus kepada mereka sangat jelas, keras, dan tegas (29). Keterbatasan pemahaman Kitab Suci membuat mereka membatasi kuasa Allah dan membawa mereka kepada kesesatan, menyimpang dari kebenaran Kitab Suci. Jika mereka menguasai kitab Taurat, maka apa yang dikutip Yesus pun seharusnya menuntun mereka kepada pemahaman yang benar tentang Allah yang hidup dan sanggup memberi kehidupan (31-32).

Renungkan: Betapa berbahaya bila Kristen tidak serius memahami firman Tuhan: sesat dan meragukan kuasa Allah. Jangan tunda lagi, kini saatnya kita kembali kepada firman Tuhan!!

Bacaan untuk Minggu Sengsara 2

Kejadian 22:1-2, 9-13

Roma 8:31-39

Markus 9:1-9

Mazmur 50:1-6

Lagu: Kidung Jemaat 52

(0.88170382608696) (Mat 23:16) (sh: Yesus membongkar kesesatan (Sabtu, 5 Maret 2005))
Yesus membongkar kesesatan

Yesus membongkar kesesatan
Mulai ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">13 Tuhan Yesus menujukan tujuh kata-kata celaka-Nya kepada para pemimpin rohani waktu itu. (Ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">14 tidak terdapat dalam naskah yang dianggap lebih awal). Bila di pasal Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">22 Tuhan Yesus mematahkan taktik licik mereka dengan jawaban-jawaban yang tepat dan berkuasa, dalam pasal ini Tuhan secara langsung melawan dan membongkar kesalahan dan kejahatan mereka.

Yesus menyebut mereka celaka sebab mereka buta rohani (ayat 16) dan munafik (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">23,25,27). Mereka buta sebab berpikir salah tentang hal apa yang mendasari pengudusan. Yang lebih penting dan yang menguduskan, yaitu Allah dan hal-hal dari Allah (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">20-22) mereka tempatkan lebih rendah daripada tata cara atau alat yang sesungguhnya justru perlu dikuduskan. Yesus juga menelanjangi tiga macam kemunafikan mereka. Pertama, mereka melaksanakan aturan ibadah secara rinci, tetapi mengabaikan hakikat ibadah, yaitu keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan (ayat 23). Kedua, mereka kudus lahiriahnya saja, hati mereka serakah dan rakus (ayat 25). Ketiga, mereka kudus di hadapan manusia, tetapi hati mereka busuk penuh berbagai manifestasi maut (ayat 27). Di mata Allah mereka seperti kubur berkapur indah, namun berisikan bangkai.

Mudah sekali kita terjebak berpikir bahwa ucapan tajam Yesus ini hanya untuk para pemimpin agama waktu itu. Memang konteks historis ucapan ini perlu kita terima, namun ucapan celaka ini harus juga dengan serius kita camkan. Ini merupakan kebalikan dari ucapan bahagia Yesus di pasal Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">5. Ini memperingatkan kita bahwa Juruselamat yang penuh kasih dan mengampuni kita melalui kematian-Nya juga adalah Tuhan yang kudus yang menuntut bahwa karya keselamatan-Nya berdampak nyata dalam kehidupan sehari-hari kita. Iman kita harus disertai perbuatan serasi. Ibadah kita harus disahkan oleh sikap hati dan perbuatan sosial yang sepadan.

Camkan: Yesus yang berkata "bahagialah…" juga adalah Ia yang tegas berkata "celakalah…" Kata-kata mana ingin kita dengar dari Dia tentang kita?

(0.88170382608696) (Mat 23:23) (sh: Doktrin tanpa aplikasi adalah pengetahuan yang gersang (2) (Kamis, 8 Maret 2001))
Doktrin tanpa aplikasi adalah pengetahuan yang gersang (2)

Doktrin tanpa aplikasi adalah pengetahuan yang gersang (2). Yesus masih melanjutkan kecaman-Nya terhadap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dengan alasan-alasan yang tegas dan jelas untuk menelanjangi kebobrokan mereka selama ini.

Kemunafikan mereka yang lain adalah bahwa: [1]. mereka memutarbalikkan prioritas peraturan dalam hukum Taurat (23-24), yang seharusnya utama justru disepelekan dan sebaliknya yang kurang penting justru menjadi utama; [2]. mereka lebih mementingkan penampilan luar untuk menyembunyikan kebusukan hati (25-26). Perkataan dan perbuatan mereka semata-mata untuk mendapatkan pujian dan kehormatan dan bukan lahir dari kemurnian dan ketulusan hati. [3]. Mereka menutupi keserakahan dan motif dosa dengan kata-kata dan perbuatan manis (27- 28). Mereka berupaya sedemikian rupa untuk melabur dosa- dosa mereka dengan perkataan dan perbuatan yang menunjukkan kesalehan, kesucian, dan kerohanian. [4]. Mereka sepertinya memelihara ibadah kepada Allah tetapi sesungguhnya mereka telah melawan Allah dan membinasakan para utusan-Nya (29-31). Merenungkan perbuatan mereka yang sangat keji dan menjijikkan karena menggunakan kedok rohani demi kepentingan diri sendiri, betapa hancur dan pedihnya hati Kristen, bila memiliki pemimpin rohani seperti ini. Bagaimana dengan zaman kini, apakah kita masih menemukan pemimpin rohani seperti di atas, yang nampaknya membawa orang kepada Allah namun sesungguhnya semua perbuatan mereka mengarah kepada pemujaan diri, keuntungan diri, dan kepentingan diri?

Ketika kita terjun lebih jauh dan lebih dekat dalam kehidupan para pemimpin rohani atau kita sendiri sebagai pemimpin rohani, seringkali banyak orang kecewa dan mulai menjauh dari gereja, karena perbuatan tidak sejalan dengan perkataan. Masih sanggupkah kita berdiam berpangku tangan menyaksikan banyak jemaat yang akhirnya meninggalkan gereja dan bahkan mengingkari iman mereka karena tersandung para pemimpin mereka?

Renungkan: Kristen membutuhkan para pemimpin rohani yang mau mengoreksi dirinya dan berani membongkar kemunafikan di dalam dirinya, sehingga berkat firman Tuhan mengalir murni dalam keteladanan hidupnya. Saksikan pelajaran firman Tuhan ini atau jadikan pecut bagi diri sendiri!

Pengantar Kitab Mazmur 17-32

Mazmur 17: ratapan individu yang memohon kepada Allah untuk dibebaskan dari musuhnya. Pemazmur tidak bersalah dan memohon agar Allah memperlakukan musuh-musuh-Nya seperti mereka memperlakukan orang lain.

Mazmur 18: dimulai dengan bahasa ratapan namun segera berubah menjadi pujian ucapan syukur, lebih khusus lagi adalah pujian kemenangan. Mazmur 19: dibuka dengan lagu (1-6) yang menggambarkan kekuatan Allah yang dinyatakan melalui ciptaan-Nya. Wahyu umum diungguli oleh wahyu khusus di dalam firman-Nya.

Mazmur 20: ucapan berkat bagi raja (1-5), mengekspresikan keyakinan bahwa Allah akan menolong sang raja (6-8) sebelum menutup dengan doa untuk kemenangan dan pembebasan (9).

Mazmur 21: nyanyian ucapan syukur karena kemenangan raja. Keberhasilan pemerintahan raja berkaitan erat dengan penghancuran musuh oleh Allah.

Mazmur 22: contoh yang sempurna untuk ratapan pribadi.

Mazmur 23: menggunakan metafora gembala untuk menyatakan kepercayaan. Mazmur ini berakhir dengan perubahan gambaran dari domba kepada manusia yang menjadi tamu Allah.

Mazmur 24: menggabungkan pujian dan hikmat. Merupakan pujian untuk memasuki Bait Allah.

Mazmur 25: pujian yang menyatakan kepercayaan kepada Allah serta permohonan pengampunan. Ini merupakan ratapan pribadi.

Mazmur 26: ratapan individu. Pemazmur membanggakan pelayanan dan kebenarannya yang memotivasi Allah untuk menolongnya.

Mazmur 27: ratapan inidividu yang diselingi panggilan kepada Allah untuk melakukan intervensi.

Mazmur 28: ratapan individu teriakan minta tolong dan ucapan terima kasih atas pertolongan Allah.

Mazmur 29: sebuah pujian dari alam menyaksikan kebesaran Tuhan.

Mazmur 30: nyanyian ucapan syukur yang telah disembuhkan dari sakit.

Mazmur 31: dimulai sebagai ratapan namun diselingi dengan ucapan syukur karena kelepasan dari Allah.

Mazmur 32: berisi ratapan dan ajaran hikmat yang mendorong pembaca untuk menyatakan pertobatan kepada Allah.

(0.88170382608696) (Mat 24:1) (sh: Yesus dan akhir zaman (Senin, 7 Maret 2005))
Yesus dan akhir zaman

Yesus dan akhir zaman
Mulai pasal ini Yesus mengajar tentang akhir zaman. Ia menubuatkan kehancuran Bait Allah yang begitu megah dan mulia (ayat 2). Ini digenapi ketika Romawi di bawah pemerintahan Titus menghancurkan Yerusalem termasuk Bait Allah di dalamnya. Mereka yang menolak Kristus harus menuai hukuman atas kebebalan hati mereka sendiri. Ini baru semacam cicipan dari akhir zaman yang sesungguhnya, saat Kristus akan datang sebagai Hakim yang menghancurkan bukan hanya Yerusalem, melainkan semua yang tetap hidup dalam kejahatan. Kemegahan dan kemuliaan lahiriah tidak akan bertahan, karena Bait Allah yang sesungguhnya adalah diri Tuhan Yesus sendiri yang sudah dikurbankan, mati di kayu salib, dan bangkit pada hari yang ketiga.

Beberapa tanda akhir zaman menurut Tuhan Yesus:

1) Timbulnya Mesias palsu dan para nabi palsu. Mereka diizinkan meniru hal-hal yang Tuhan pernah lakukan sehingga menyesatkan banyak orang (ayat 4-5).

2) Peperangan akan melanda bangsa-bangsa (ayat 6). Ini menyatakan bahwa tanpa Kristus mustahil mencapai kedamaian dunia yang sejati. Yang ada hanyalah kebencian dan gila kuasa.

3) Bumi yang kita diami akan semakin tidak bersahabat dengan manusia (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">7b). Manusia dalam keserakahannya sudah menguras, mengeksploitasi, dan akhirnya menghancurkan alam yang seharusnya dikelola dengan baik.

4) Orang-orang percaya akan dibenci bahkan dianiaya dan dibunuh dan mereka yang bukan orang percaya sejati akan disaring, mereka akan meninggalkan Tuhan (ayat 10). Namun, Tuhan akan memberikan kekuatan bagi orang percaya untuk dapat bertahan (ayat 13).

5) Nabi-nabi palsu bermunculan.

6) Kasih manusia akan menjadi dingin (ayat 12). Akan tetapi,

7) Injil akan diberitakan di seluruh dunia.

Renungkan: Di setiap peringatan keras Yesus selalu berdengung panggilan kasih-Nya agar orang menyambut Ia. Di setiap pewartaan kabar baik dari Yesus selalu berdengung peringatan keras bahwa hukuman kekal akan menimpa orang yang tidak menyambut-Nya.

(0.88170382608696) (Mat 24:15) (sh: "Gaya hidup waktu singkat" (Selasa, 8 Maret 2005))
"Gaya hidup waktu singkat"

"Gaya hidup waktu singkat"
Kembali Tuhan Yesus menyampaikan nubuat. Sebagian dari nubuat itu telah digenapi, sebagian lagi terus berlangsung sampai puncak penggenapan di kedatangan-Nya kedua kali. Acuan kepada kitab Daniel pada ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">15 terjadi pada tahun 168 SM, ketika Antiokus Epifanes mendirikan altar kafir bagi Zeus di atas altar suci di Bait Allah. Menurut beberapa penafsir, ada dua peristiwa lagi yang menjadi penggenapan ayat ini yaitu 1) penghancuran oleh Romawi pada tahun 70 M dan 2) didirikannya suatu patung antikristus di Yerusalem (bdk. 2Tes. 2:4; Why. 13:14-15). Antikristus ini menggunakan Bait Allah sebagai takhtanya dan menganggap dirinya Allah.

Bagaimana orang percaya seharusnya bersikap? Yang digambarkan di situ adalah keadaan darurat. Tidak ada lagi waktu untuk pulang, mengambil barang-barang di rumah, melakukan kegiatan sehari-hari seolah masih ada banyak waktu. Semangat inilah yang harus kita tangkap jika kita ingin sungguh-sungguh menghayati apa arti hidup dalam zaman yang terakhir yaitu tidak ada waktu lagi. Orang yang berpikir seperti itu mengerti urgensi, kepentingan, dan prioritas dalam hidup bersama dengan Tuhan. Dia tidak akan memboroskan waktunya untuk hal-hal yang tidak penting. Dia akan mengerjakan hal-hal yang memiliki makna dalam kekekalan, bukan kesementaraan.

Sulit membayangkan hal ini terjadi dalam kehidupan kita sekarang. Kita bisa sedikit mencicipinya ketika mengalami keadaan darurat. Alkitab juga mengatakan bahwa siksaan yang dahsyat akan terjadi dan bahwa orang-orang percaya akan mengalami semuanya itu. Orang percaya dipanggil untuk menderita bagi Kristus. Ajaran yang mengajarkan bahwa orang percaya akan dihindarkan dari penderitaan tidak sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus. Namun, Tuhan akan memelihara anak-anak-Nya (ayat 22).

Renungkan: Latihlah diri Anda hidup dalam suasana darurat agar Anda tak terlena oleh dunia yang akan binasa ini.

(0.88170382608696) (Mat 26:36) (sh: Berjaga-jagalah dengan Aku (Minggu, 5 April 1998))
Berjaga-jagalah dengan Aku

Berjaga-jagalah dengan Aku
Tidak jauh dari tempat itu, Yesus sedang bergumul. Dunia dengan segala isinya sedang dipertaruhkan. Ia berjuang sekuat tenaga menggumuli berbagai konsekuensi dahsyat yang harus ditanggung-Nya yang sebenarnya tidak mungkin dipahami seorang pun, apalagi ditanggung bersama dengan-Nya. Ia ingin sekali melepaskan hal yang disebut-Nya cawan pahit itu, tetapi Ia harus meminumnya sampai tetes-tetes yang terakhir. Ironisnya tidak jauh dari tempat di mana Yesus sedang bergumul, murid-murid-Nya malahan tertidur lelap. Pada saat yang sedemikian mendebarkan dimana nasib seluruh isi dunia termasuk ketiga murid itu sedang genting, mereka malah tidak berjaga-jaga bersama Yesus. Syukurlah Yesus berjaga terus, bergumul terus sampai menang bulat dalam penaklukkan diri penuh kepada rencana penyelamatan Allah untuk manusia. Untuk kita para manusia yang tak sanggup bersiaga rohani sendiri.

Kehendak-Mu jadilah. Yesus tidak berdoa supaya yang diinginkan-Nya menjadi kenyataan. Yesus tidak memutlakkan kehendak-Nya, tetapi berserah kepada kehendak Tuhan. Bukan kepentingan sendiri yang diperjuangkan, tetapi kepentingan Tuhan dan kepentingan umat manusia. Tiga kali ia mendoakan hal yang sama, tanda begitu serius Ia menggumuli, memohonkan, menghayati apa yang didoakan-Nya itu. Tiap kali Ia mendoakan, Ia sadar benar akan dahsyatnya penderitaan yang harus ditanggung-Nya. Tiap kali Ia mendoakan, Ia mengakui ketakutan dan keinginan diri-Nya. Tiap kali pula Ia mempersegar komitmen-Nya untuk tunduk penuh kepada kehendak Bapa, betapa pun sulit dan dahsyat hal itu. Tiap kali pula Ia makin mempertautkan diri kepada rencana Allah. Kemenangan Yesus di Getsemani itulah yang menghasilkan Golgota, Gunung Batu Keselamatan kita.

Renungkan: Jika kita gagal dalam Getsemani kita, kita tak akan pernah menjadi instrumen rencana Allah bagi dunia ini.

Doa: Kiranya nafas hidupku serasi dengan doa Yesus: Jangan kehendakku bapa, kehendak-Mu jadilah.

(0.88170382608696) (Mat 26:47) (sh: Yesus pegang kendali (Senin, 29 Maret 2010))
Yesus pegang kendali

Judul: Yesus pegang kendali
Kemenangan di taman Getsemani dan fokus-Nya pada salib telah membuat Yesus dapat mengendalikan segala situasi menyangkut penangkapan-Nya. Hal ini tercermin dari sikap, perkataan, dan tindakan-Nya yang lugas dalam menghadapi situasi tersebut.

Yesus pertama-tama tidak tertipu oleh ciuman pengkhianatan Yudas (ayat 50). Sebaliknya Yesus menolak upaya Petrus yang impulsif untuk membela diri-Nya dengan cara kekerasan (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">51-52; lih. Yoh. 18:10). Penolakan Yesus untuk dibela bukan karena Dia tidak punya kuasa untuk membela diri (ayat 53). Ia menolak dibela karena inilah cawan yang harus Ia minum. Inilah cara yang Bapa pakai untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya bagi manusia berdosa (ayat 54). Yesus berani menantang para penangkap-Nya bahwa mereka tidak akan mampu ataupun berkuasa untuk menangkap Dia kecuali atas izin Allah (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">55; lih. Mar. 14:48-49). Yohanes mencatat bahwa para penangkap-Nya sempat tergetar jatuh oleh wibawa Yesus saat itu (Yoh. 18:6). Terhadap tuduhan bahkan saksi dusta yang diajukan oleh mahkamah agama, Yesus tetap fokus pada misi-Nya. Bahkan Ia sudah melihat kemenangan-Nya, yang kelak akan berdampak penghakiman pada mereka yang menolak percaya (ayat 64).

Berbeda dengan Yesus yang begitu siap, para murid-Nya justru gagal. Mereka gagal karena tidak berharap kepada Bapa dalam doa sehingga akhirnya tergoncang iman. Mereka melarikan diri dengan meninggalkan Yesus seorang diri menghadapi pengadilan Mahkamah Agama Yahudi.

Kita tidak bisa meneladani Yesus untuk mati di salib menyelamatkan manusia berdosa. Namun kita bisa meneladani sikap-Nya yang mantap melakukan kehendak Allah walau harus menanggung pengkhianatan dan penganiayaan dari pihak musuh. Kita bisa menyatakan kesetiaan kita pada-Nya dengan ambil bagian dalam pelayanan untuk memberitakan karya keselamatan-Nya yang sudah tuntas kepada mereka yang masih dibelenggu dosa.

(0.88170382608696) (Mat 27:11) (sh: Kriminalisasi Yesus (Rabu, 31 Maret 2010))
Kriminalisasi Yesus

Judul: Kriminalisasi Yesus
Ingat kasus kriminalisasi Bibit dan Chandra, ketua-ketua KPK November 2009 lalu? Mereka mendapat tuduhan palsu telah memeras dan melakukan sejumlah kesalahan yang pantas untuk dihukum penjara. Syukur, kasus itu akhirnya di-SKPP (Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan) oleh kejagung. Namun tidak demikian dengan kasus kriminalisasi Tuhan Yesus!

Apa kesalahan Yesus sehingga harus dihukum mati? Jawabannya: tidak ada! Tuduhan para pemuka agama terhadap Yesus, tidak satu pun yang dapat mereka buktikan wa-laupun mereka telah memakai banyak saksi palsu (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">26:59-61). Hanya satu tuduhan mereka yang sepertinya "diakui" Yesus, yaitu Dia sebagai Mesias, Anak Allah, yang menyebabkan Ia disebut sebagai penghujat Allah (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">26:63-65). Namun hal itu tidak bisa dijatuhi hukuman mati. Pilatus tahu akan hal tersebut (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">27:11). Pilatus tahu pula bahwa tuduhan-tuduhan itu disebabkan oleh kedengkian mereka (ayat 18). Pilatus tahu bahwa Yesus seharusnya dibebaskan.

Mengapa Pilatus akhirnya memerintahkan penyaliban Yesus (ayat 26)? Pilatus tidak berani menghadapi rakyat yang sudah dihasut oleh para pemuka agama. Apabila mereka berdemonstrasi besar-besaran, hal itu akan merugikan popularitasnya di mata orang Yahudi, maupun reputasinya di mata pemerintah Romawi yang mengangkatnya. Pilatus yang takut dirinya terseret masalah memilih untuk menyenangkan hati orang banyak dengan mengabaikan hati nurani sendiri (ayat 24).

Apa sikap terbaik menghadapi kriminalisasi seperti itu? Yesus memilih diam seperti seekor domba yang dibawa ke pembantaian (Yes. 53:7). Dia tidak membela diri karena kematian-Nya merupakan kehendak Allah. Kebangkitan-Nya kelak membuktikan kebenaran-Nya. Saat kita difitnah bahkan dituduhkan yang jahat oleh karena iman kita, biarlah sikap Yesus yang berfokus pada salib dan kehendak Bapa menjadi sikap kita pula. Tidak perlu membela diri karena Allah pembela kita.

(0.88170382608696) (Mat 27:32) (sh: Menderitaan tak tertanggungkan (Jumat, 13 April 2001))
Menderitaan tak tertanggungkan

Menderitaan tak tertanggungkan. Penyaliban adalah suatu bentuk hukuman yang sangat mengerikan. Bagi orang Roma, penyaliban hanya dikhususkan bagi para budak yang melakukan kesalahan, dan penjahat yang terjahat. Selain itu, penyaliban juga merupakan suatu penganiayaan yang dengan sengaja memperberat penderitaan dan menunda kematian. Melalui pengertian ini kita tahu bagaimana pemerintah Roma dan orang-orang Yahudi menempatkan keberadaan Tuhan kita Yesus Kristus. Mereka bisa saja menempatkan Yesus pada posisi itu, tetapi mereka tidak dapat memahami keberadaan Yesus yang sesungguhnya di tiang itu. Mereka tidak dapat menyamakan Yesus dengan kedua penjahat yang berada di sebelah kanan dan kiri Yesus yang harus disalib karena kejahatan yang mereka lakukan. Tetapi tidak demikian halnya dengan Yesus. Dia harus menderita di kayu salib untuk menggenapi perjuangan-Nya menghubungkan kembali persekutuan manusia dengan Allah yang terputus karena dosa. Yesus menderita karena kejahatan yang tidak Dia lakukan. Bahkan untuk kejahatan kita Yesus rela disiksa, disakiti, diolok, dihina, ditelanjangi, dibuat tak berdaya, hingga akhirnya di salib.

Kita diingatkan bahwa keterbuangan penderitaan yang dialami-Nya adalah hukuman Ilahi yang seharusnya ditanggung oleh dosa-dosa kita. Dia menenggak "cawan" murka Allah yang seharusnya menjadi bagian kita. Hingga akhirnya Dia harus mengorbankan nyawa- Nya, juga untuk kita. Kematian-Nya diiringi peristiwa dahsyat dimana bumi bergoyang, bukit batu terbelah, gelap gulita, kubur terbuka, orang mati bangkit! Mata dunia terbuka, bahwa kematian yang dialami-Nya bukanlah kematian manusia biasa.

Renungkan: Hendaklah mata hati dan iman kita pun tetap terbuka untuk melihat fakta bahwa persekutuan kita dengan Allah terjalin kembali karena Kristus, melalui kematian-Nya, telah mengangkut seluruh dosa- dosa kita.

Bacaan untuk Jumat Agung

Ulangan 16:1-8

Wahyu 1:4-8

Matius 26:17-30

Mazmur 116:12-19

Lagu: Kidung Jemaat 167

(0.88128260869565) (Mat 4:2) (ende: Berpuasa)

Jesus sebagai manusia hendak menjediakan diri untuk melaksanakan tugasNja, dengan berdoa dan memperkuat doa-doaNja dengan berpuasa, guna memperoleh berkat atas pekerdjaanNja dan kekuatan hati untuk bertahan dalam mengurbankan Diri sampai mati disalib. Sikap Jesus disini dapat dibandingkan dengan sikapNja di Getsemani.

"Digoda". Rupa-rupanja setan hendak membudjukNja untuk menampakkan Diri sebagai manusia dan Putera Allah dalam seluruh kemuliaan dan kekuasaanNja, jaitu sebagai seorang Mesias seperti jang diharapkan oleh orang-orang Jahudi. Sikap Jesus dimaksudkan mendjadi tjontoh-teladan bagi kita.

(0.88128260869565) (Mat 6:22) (ende: Tubuhmu)

Ajat ini sangat kabur dalam bahasa kiasannja. Keadaan "tubuh" disini sudah harus dianggap sebagai ibarat keadaan batin. Kalau "mata-batin" jaitu minat hati mengarah Allah dan harta surgawi, maka mata itu, dan seluruh batin, diterangi dengan tjahaja Ilahi. Tetapi kalau mata batin keruh atau buta oleh tjita-tjita djasmani dan duniawi, maka manusia jang demikian tidak dapat melihat atau mengerti nilai-nilai rohani dan atas kodrati. Mereka seolah-olah meraba-raba dalam gelap, tak bertudjuan pasti dan sebab itu tidak mungkin mentjapai bahagia sedjati.

(0.88128260869565) (Mat 10:12) (ende: Salam)

Orang Jahudi bila bertemu dengan seseorang, biasa menjapa atau menjambutnja dengan mengutjapkan kata "salam". Sama maksudnja dengan mengutjapkan "Selamat" dalam bahasa dan adat kita.

Salam berarti "damai", dan utjapan itu sebenarnja merupakan suatu doa, misalnja: hendaknja Tuhan menganugerahkan damai (atau sedjahtera) kepadamu.

Rasul-rasul adalah pembawa damai dan utjapan "salam" jang bersifat resmi itu maksudnja menjampaikan damai dan sedjahtera kepada orang atas nama Allah.

Menilik tafsiran ini kita dapat mengerti pula apa jang dikatakan dalam ajat Mat 10:13 berikut, jakni: "salam itu akan berbalik kepadamu pula".

(0.88128260869565) (Mat 19:1) (ende)

Beralasan soal chusus jang diadjukan oleh parisi tentang pertjeraian perkawinan, maka Jesus membitjarakan soal itu tertindjau hanja dari segi chusus itu pula. Berdasarkan wahju lama dalam I Mos. (Kej 2:24) Jesus menerangkan, bahwa tiap-tiap pertjeraian perkawinan jang sah adalah bertentangan dengan maksud Pentjipta. Dan dengan kewibawaanNja sendiri Ia menafsirkan dan menetapkan, bahwa orang jang telah bertjerai, lalu kawin dengan seorang lain, berbuat zinah. Djadi hal itu terlarang setjara mutlak. Dari penetapan Jesus ini pula harus disimpulkan, bahwa perkawinan dimaksudkan Allah sebagai monogam, artinja seorang laki-laki boleh beristeri hanja seorang sadja.



TIP #07: Klik ikon untuk mendengarkan pasal yang sedang Anda tampilkan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.33 detik
dipersembahkan oleh YLSA