Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 281 - 300 dari 304 ayat untuk Jawab (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.15) (1Yoh 5:19) (full: SELURUH DUNIA BERADA DI BAWAH KUASA SI JAHAT. )

Nas : 1Yoh 5:19

Kita tidak akan pernah memahami PB dengan memadai kecuali kita mengenali keyakinannya yang mendasar bahwa Iblis adalah penguasa dunia ini. Dia adalah si jahat dan kuasanya mengatur zaman yang jahat ini (bd. Luk 13:16; 2Kor 4:4; Gal 1:4; Ef 6:12; Ibr 2:14;

lihat cat. --> Mat 4:10;

[atau ref. Mat 4:10]

lihat art. KERAJAAN ALLAH).

  1. 1) Alkitab tidak mengajarkan bahwa Allah kini menguasai langsung dunia yang tidak beriman termasuk orang yang berdosa, kejahatan, kekejaman, dan ketidakadilan. Allah sama sekali tidak menginginkan atau menyebabkan penderitaan di dalam dunia, dan segala sesuatu yang terjadi juga bukan merupakan kehendak-Nya yang sempurna (lih. Mat 23:37; Luk 13:34; Luk 19:41-44;

    lihat art. KEHENDAK ALLAH).

    Alkitab menunjukkan bahwa sekarang ini dunia tidak berada di bawah kekuasaan Allah, tetapi sedang memberontak terhadap pemerintahan-Nya dan diperbudak oleh Iblis. Oleh karena keadaan inilah Kristus datang untuk mati (Yoh 3:16) dan untuk mendamaikan dunia dengan Allah (2Kor 5:18-19). Jangan sekali-kali kita memakai pernyataan "Allah sedang menguasai segala sesuatu" untuk membebaskan diri kita dari tanggung jawab untuk berjuang melawan dosa, kejahatan dan kesuaman rohani.
  2. 2) Akan tetapi, pada batas tertentu Allah juga berkuasa atas dunia yang jahat ini. Allah berdaulat, dan karena itu segala sesuatu terjadi karena kehendak-Nya yang mengizinkan dan pengawasan-Nya, atau kadang-kadang melalui campur tangan-Nya secara langsung sesuai dengan maksud-Nya. Sekalipun demikian, pada saat ini dalam sejarah, Allah telah membatasi kuasa dan pemerintah-Nya yang agung atas dunia ini. Namun pembatasan diri ini hanya bersifat sementara, karena pada saat yang sudah ditentukan oleh hikmat-Nya Dia akan memusnahkan Iblis dan semua kejahatan (pasal Wahy 19:1-20:15). Baru pada saat itulah, "Pemerintah atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya" (Wahy 11:15).
(0.15) (1Raj 15:25) (sh: Anugerah Allah dan tanggungjawab manusia (Sabtu, 26 Februari 2000))
Anugerah Allah dan tanggungjawab manusia

Kalau Yerobeam, pegawai Salomo, bisa menjadi raja atas 11 suku Israel, semata anugerah Allah. Siapa Yerobeam, tidak ada "darah biru" mengalir dalam dia, namun Tuhan mempercayakan takhta Israel kepada dia. Konsekuensi terhadap anugerah yang ajaib ini antara lain Yerobeam seharusnya hidup dan memerintah Israel dengan penuh tanggung jawab kepada Tuhan. Tetapi Yerobeam berpaling kepada Tuhan. Ia telah mengawali dinasti Kerajaan Israel utara dengan beroposisi terhadap hukum Kerajaan Allah yakni harus mengutamakan dan beribadah kepada Allah saja. Nadab pun seperti kata pepatah "buah jatuh tak jauh dari pohonnya". Anugerah mulia yang tidak dipertanggungjawabkan hanya berlaku atas 2 generasi, selama 24 tahun, Nadab hanya diberi kesempatan yang amat singkat, 2 tahun. Akhirnya seluruh keluarga Yerobeam punah sesuai firman Tuhan.

Mencermati sejarah Israel yang ditokohkan keluarga Yerobeam, kita belajar bahwa Allah tidak membuat manusia sebagai "robot" dalam melaksanakan "skenario"-Nya. Allah memberi keleluasaan kepada manusia untuk memilih dan menentukan sikap hidupnya. Kalau manusia taat, Allah akan memberkati, kalau ia membelakangi Allah, kutuk Allah akan ada atas-Nya. Allah tidak pernah diam sepanjang masa hidup manusia. Ia senantiasa terlibat. Bila saat ini kita tidak melihat tindakan Allah, tidak berarti Ia membiarkan semua berlalu tanpa pengawasan-Nya. Pada waktu-Nya, Ia akan bertindak dan manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Allah. Tidak ada satu pun yang tersembunyi dari hadapan Dia dan yang tidak diperhitungkan-Nya. Allah yang telah menyatakan anugerah dan kasih setia-Nya juga adalah Allah yang adil dan murka terhadap dosa.

Renungkan: Generasi yang bagaimanakah yang akan kita bangun? Kalau kita ingin memiliki generasi yang diberkati Tuhan, kita harus mengawalinya dengan hidup sesuai kehendak dan rencana-Nya. Setiap anugerah Alllah yang memberi kita kesempatan untuk berkarya selama kita hidup hendaknya kita pertanggungjawab kan dengan penuh takut akan Dia. Seyogianya kita tidak hanya memberlakukan hal ini untuk diri kita saja, tetapi juga saat kita mempersiapkan anak-anak sebagai penerus generasi yang akan datang. Anugerah Allah telah disediakan bagi kita, hanya bagaimanakah kita mempertanggungjawabnya di hadapan-Nya.

(0.15) (2Raj 2:1) (sh: Suksesi yang berhasil (Senin, 15 Mei 2000))
Suksesi yang berhasil

Masalah suksesi kepemimpinan baik di dalaminstitusi sekuler maupun rohani merupakan peristiwa yang sangat penting. Karena kelanjutan hidup, misi, dan visi institusi itu terletak di tangan pemimpin pengganti. Peran, tugas, dan tanggung jawab seorang pemimpin memang sangatlah vital. Bagaimana gereja melakukan regenerasi agar kelangsungan misi dan visi gereja tetap terjamin? Suksesi dari Elia dan Elisa dapat memberikan model yang baik bagi gereja.

Pembangunan iman bangsa Israel harus berlanjut. Konflik yang terjadi antara Allah yang diwakili oleh Elia dan kuasa iblis yang diwakili oleh raja-raja Israel akan terus berlanjut. Karena itu diperlukan seorang nabi pengganti Elia yang mempunyai kualifikasi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas Allah dalam misi pembangunan iman bangsa Israel.

Elisa merupakan figur yang tepat sebagai pengganti Elia karena ia mempunyai kualifikasi sebagai berikut: Ia adalah seorang yang setia dan gigih berjuang. Hal ini terlihat dari keinginannya untuk tetap mengikuti Elia kemana pun Elia disuruh pergi oleh Tuhan, walaupun Elia telah berulangkali menyuruhnya pergi. Kesetiaan kepada Tuhan dan kegigihan untuk berjuang diperlukan karena Elisa akan menghadapi berbagai godaan dan ancaman. Tanpa karakter demikian, sulit bagi Elisa untuk menjalankan fungsinya. Elisa adalah saksi mata ketika Elia diangkat ke surga. Peristiwa itu merupakan penyataan Allah yang luar biasa yang meneguhkan Elisa bahwa Allahlah yang memilih dan mengutusnya untuk menggantikan Elia. Ini merupakan bukti legitimasi dari Allah yang diterima oleh Elisa. Di samping itu Elisa pun terbukti mempunyai kompetensi seperti Elia ketika ia membuat mukjizat seperti yang dilakukan Elia. Semua ini karena Roh Allah ada padanya. Di samping legitimasi dari Allah, Elisa pun mendapatkan legitimasi dari rekan-rekan nabi yang lain.

Renungkan: Karakter, legitimasi dari Allah, kompetensi, dan legitimasi dari rekan sekerjanya merupakan kualifikasi seorang pemimpin yang tidak boleh dibolak-balik urutannya. Dua hal pertama menekankan siapa calon pemimpin itu di hadapan Allah dan yang ketiga menekankan apa yang ia punyai untuk melakukan tugasnya. Yang terakhir adalah siapa mereka di hadapan rekan-rekan sekerja lainnya. Bila urutan ini dibolak-balik, maka dapat dipastikan bahwa peran dan fungsi pemimpin itu tidak akan berjalan maksimal. Bagaimana gereja memilih para pemimpinnya?

(0.15) (1Taw 4:1) (sh: Kasih yang istimewa (Jumat, 25 Januari 2002))
Kasih yang istimewa

Silsilah Yehuda ditutup dengan daftar anak-anak Yehuda: keturunan Peres (ayat 1-20) dan Sela (ayat 21-23). Kisah tentang Yabes muncul (ayat 9-10) karena namanya bermasalah. Keturunan Peres (leluhur Daud) ditinggikan oleh penulis Tawarikh. Namun, nama Yabes (artinya "kesakitan"), bukan nama yang mudah dimasukkan ke dalam silsilah. Itu sebabnya dikatakan bahwa ia lebih dimuliakan daripada saudara-saudaranya (ayat 9). Namanya tidak mengungkapkan karakternya, tetapi proses kelahirannya. Karena itu, kehormatan keturunan Peres tetap terjaga. Yabes juga dimuliakan karena doanya dijawab. Doanya dapat menjadi model bagi komunitas pascapembuangan.

Setelah Yehuda, penulis Tawarikh beranjak mencatat suku Simeon (ayat 24-43) yang cenderung dilupakan karena jumlahnya sedikit dan karena tidak memiliki peranan besar dalam sejarah Israel. Bahkan pada zaman Daud, suku ini kehilangan identitasnya dan disatukan dengan Yehuda (lih. 27b). Namun, dalam komunitas pascapembuangan, mereka diteguhkan lagi identitasnya, serta memiliki hak dan tanggung jawab penuh sebagai umat Allah di dalam proses pemulihan.

Ada 3 bagian dalam silsilah ini. Pertama, silsilah Simeon (ayat 24-27). Nama Mibsam dan Misma perlu diperhatikan (ayat 25). Kelihatannya mereka adalah keturunan Ismael. Kepedulian terhadap orang asing yang telah masuk ke dalam bagian umat Allah kembali muncul. Kedua, daftar kediaman suku Simeon (ayat 28-33). Dalam Yosua 19:2-8 dinyatakan bahwa ini adalah warisan mula-mula suku Simeon. Namun, tampaknya sebagian warisan tersebut diambil suku Yehuda setelah masa pembuangan. Bagian ini menyatakan bahwa daerah-daerah itu milik suku Simeon sampai pemerintahan Daud (ayat 31b), dan kini mereka akan memperoleh tanah mereka kembali. Ketiga, pemimpin-pemimpin suku yang terkemuka (ayat 34-37) dan perluasan wilayah (ayat 38-43). Catatan bahwa keluarga mereka berkembang (ayat 38) dan bahwa keadaan aman dan sentosa (ayat 40) menunjukkan keadaan yang ideal. Suku Simeon telah mengecap keadaan awal dari pemulihan yang sempurna.

Renungkan: Allah memandang istimewa umat-Nya yang kehilangan identitas dan tersingkir. Atas dasar penerimaan Allah dalam karya Kristus, kita boleh mengasihi dan menerima diri kita secara benar.

(0.15) (1Taw 7:1) (sh: Sumbangan yang istimewa (Rabu, 30 Januari 2002))
Sumbangan yang istimewa

Kini dijabarkan 6 suku lainnya yang mudah dilupakan orang. Pertama-tama suku Isakhar didaftarkan (ayat 1-5). Daftar ini memfokuskan pada 4 anak laki-laki Isakhar (ayat 1-4) dan ditutup dengan saudara-saudara lainnya (ayat 5). Penyebutan banyaknya isteri dan anak (ayat 4) menunjukkan bahwa mereka diberkati sebagai umat Allah. Masalah militer menonjol di sini. Dalam setiap keturunan ada tentara-tentara (ayat 2,4-5). Suku Isakhar akan memperkokoh tentara Israel bila musuh menyerbu. Selanjutnya suku Benyamin (ayat 6-12). Daftar yang lebih lengkap ada di pasal 8. Daftar pendek dimunculkan untuk menyoroti kekuatan militer. Suku Benyamin sangat berharga dalam bidang pertahanan.

Lalu suku Naftali (ayat 13). Naftali adalah anak Yakub dari Bilha, gundiknya. Ini dapat menggoyahkan status Naftali sebagai umat Allah. Di sini ditegaskan bahwa keturunan Naftali sah sebagai umat Allah. Menyusul suku Manasye (ayat 14-19). Silsilah di sini adalah untuk suku Manasye yang berada di sebelah Barat sungai Yordan (bdk. 5:18,23 -- untuk yang di sebelah Timur). Ada penyebutan perempuan sebanyak 5 kali: gundik dari Aram (ayat 14), Maakha (ayat 15), anak-anak perempuan Zelafead (ayat 15b), isteri Makhir -- Maakha (ayat 16), dan Molekhet (ayat 18). Anak-anak Zelafead mendapatkan warisan berdasarkan hukum Musa yang khusus diberikan bagi keluarga tanpa anak laki-laki (Bil. 36:1-12). Dengan penyebutan ini, peraturan Musa tetap berlaku bagi komunitas pascapembuangan. Para wanita pun adalah bagian umat Allah yang berharga.

Menyusul disebutkan suku Efraim (ayat 20-29). Perhatian difokuskan kepada Yosua bin Nun sebagai pemimpin militer (ayat 27). Suku Efraim juga akan mendukung pertahanan militer umat Tuhan. Daftar kediaman kaum Efraim (ayat 21b-24,28-29) menunjukkan bahwa Allah memberkati mereka dan memberikan harapan akan pemulihan wilayah. Akhirnya, suku Asyer (ayat 30-40). Daftar terdiri dari: [1] Empat anak Asyer (ayat 30), [2] Keturunan Beria (ayat 31-39), dan [3] Informasi militer (ayat 40). Ada 2 tujuan: [1] Silsilah Beria yang panjang bisa merupakan pemastian status keturunan ini, [2] Informasi militer menunjukkan bahwa mereka diperlukan dalam pemulihan.

Renungkan: Selain memiliki hak, Anda juga memiliki tanggung jawab sebagai umat Tuhan. Berikanlah yang terbaik yang dapat Anda berikan untuk pembangunan umat Tuhan. Berkaryalah!

(0.15) (1Taw 24:1) (sh: Tugas penatalayanan (Rabu, 20 Februari 2002))
Tugas penatalayanan

Dalam setiap pribadi Tuhan telah memberi karunia-karunia khusus dan unik sebagai perlengkapan untuk tugas-tugas yang akan diberikan kepada mereka di kemudian hari. Tetapi yang membuat kualitas diri mereka berada di atas teman dan saudaranya yang lain adalah taraf di mana mereka telah mengembangkan karunia-karunia dan rahmat Allah melalui ibadah dan disiplin terhadap diri sendiri.

Selain membagi tugas menurut keturunan, Daud mengatur pembagian kelompok penatalayanan tersebut juga sesuai dengan jumlah yang ada dalam keturunan Eleazar dan Itamar. Dengan demikian, Daud menjalankan prinsip keadilan yang Tuhan ajarkan di dalam kitab Musa juga ke dalam pembagian tugas. Di samping untuk menghindari kecemburuan sosial atau rohani, pembagian tugas yang adil ini juga membuat setiap kelompok mendapatkan beban tanggung jawab yang sesuai dengan keberadaan dan kemampuan mereka.

Bagian ini membangkitkan beberapa pertanyaan prinsip penting tentang ibadah. Dalam sudut pandang Perjanjian Baru kita paham bahwa ibadah terjadi tidak saja dalam kegiatan rohani tetapi di dalam seluruh segi kehidupan kita. Demikian pula ibadah yang kita laksanakan di gereja tidak saja tugas segelintir orang yaitu para pejabat gereja tetapi adalah hak dari setiap orang beriman karena masing-masing kita adalah imamat yang rajani. Ini mungkin dilambangkan oleh kegiatan ibadah 24 jam di Bait Allah waktu itu (ayat 23:30-31; Mzm. 134:2). Apabila zaman itu penugasan dilakukan dengan juga menggunakan undian, kini kita melakukan pemilihan secara "demokratis." Jika contoh pembagian tugas pelayanan ibadah dalam bagian ini kita gabungkan dengan contoh dan ajaran Perjanjian Baru, kita perlu terus memeriksa dan membina bahwa kelangsungan penataan pelayanan gerejani kita melalui para pendeta, penginjil, majelis, diaken, guru sekolah Minggu, dlsb., sungguh menerapkan prinsip pimpinan Allah, kesesuaian dengan karunia, kesalehan hidup dan keterpaduan melayani.

Renungkan: Seorang pemimpin yang benar dan dapat dipercaya mungkin sekali adalah orang yang tidak ingin memimpin, tetapi dipimpin dan didorong Roh Kudus dari dalam dan melalui kondisi luar. Orang-orang seperti itu adalah Musa dan Daud serta beberapa nabi PL dan mungkin juga termasuk Anda.

(0.15) (Est 9:1) (sh: Tuhan di balik penghukuman (Jumat, 29 Juni 2001))
Tuhan di balik penghukuman

Kisah ini merupakan suatu kisah yang mengerikan, penuh dengan darah dan pembunuhan. Jumlah musuh orang Yahudi yang terbunuh dalam benteng Susan pada hari pertama 500 jiwa (6) dan pada hari kedua bertambah sebanyak 300 jiwa (15). Sedangkan di daerah kerajaan yang lain tercatat 75.000 jiwa (16).

Mengapa Tuhan mengizinkan pembantaian seperti ini? Apa yang sesungguhnya terjadi? Untuk dapat menjawab hal ini marilah kita memperhatikan pengulangan kata berikut: "memukulnya dengan pedang", "membunuh", "dibunuh", "terbunuh" (5, 6, 10, 11, 12, 15, 16) yang juga memiliki konotasi penghukuman Tuhan atas musuh- musuh-Nya seperti terdapat dalam Kel. 13:15 "Tuhan membunuh semua anak-anak sulung di Mesir". Bagian ini menegaskan kepada kita bahwa sebagaimana Tuhan dulu membunuh anak-anak sulung Mesir (Kel. 13:15), demikian pula pada masa pemerintahan Ahasyweros Ia membunuh orang-orang Amalek -- musuh-Nya melalui tangan orang Yahudi dalam pertempuran yang tak terelakkan lagi. Kisah Ester ini mencatat kisah pengadilan Tuhan, dimana Tuhan Raja segala raja membangkitkan orang-orang Yahudi untuk menjatuhkan hukuman atas orang-orang Amalek.

Bagian ini tidaklah berbicara tentang kejahatan perang dan pelanggaran hak azasi manusia yang diprakarsai Ester dan Mordekhai, tetapi suatu tekad dan kebulatan hati untuk menyelesaikan tanggung jawab yang telah mereka terima. Ester dan Mordekhai mengerti untuk apa mereka ditempatkan pada posisi seperti sekarang ini. Mereka bertanggungjawab untuk menyelesaikan perintah Allah yang diabaikan oleh raja Saul (bdk. 1Sam 15:1-3, 7-9, 17-19). Karena alasan inilah maka orang Yahudi tidak mengulurkan tangan terhadap barang-barang rampasan (10, 15, 16) walaupun hal itu adalah hak mereka yang sah secara hukum Persia (8:11). Orang Yahudi tidak mengulang ketidaksetiaan raja Saul yang mengambil dan tidak membinasakan segala harta milik bangsa Amalek (bdk. 1Sam 15:9, 19).

Renungkan: Apakah Anda memiliki sikap hidup yang takut akan Tuhan dan hidup dalam kebenaran? Jangan anggap enteng pengadilan Tuhan! Kiranya kesadaran akan keadilan dan penghakiman Allah mendorong kita untuk senantiasa mengintrospeksi diri, hidup dalam kebenaran, dan terus- menerus bertekad memperjuangkan keadilan.

(0.15) (Est 9:20) (sh: Tuhan di balik apa yang terlihat (Sabtu, 30 Juni 2001))
Tuhan di balik apa yang terlihat

Seberapa jauhkah kita menyadari kehadiran Tuhan di dalam hidup kita? Di tengah dunia yang semakin sekular seperti sekarang ini, seringkali kita tanpa sadar telah menggeser Tuhan serta melupakan karya-Nya bagi kita. Untuk mencari jawab dan memperdalam akar rohani kita marilah kita belajar dari kisah Ester -- suatu catatan tentang karya dan kepedulian Tuhan yang melampaui batas pengamatan manusia.

Nama Tuhan sama sekali tidak tercantum dalam kitab ini, namun demikian umat-Nya dapat melihat dan mengalami karya-Nya (26). Ia memegang kendali atas kekuasaan Ahasyweros yang menanggungkan beban berat bagi rakyat dengan menempatkan Mordekhai yang disukai, mengikhtiarkan yang baik, dan berbicara untuk keselamatan bangsanya (1:1-3). Ia mengubah kesedihan umat-Nya menjadi sukacita, dan secara rahasia memelihara serta memakai mereka sebagai alat pelaksana keadilan-Nya (9:22,24-25). Hal ini menegaskan bahwa Tuhan yang ada di balik yang terlihat adalah Raja di atas segala raja yang mengatasi kekuasaan dan kebesaran Ahasyweros, Ia menggenapi rencana penyelamatan umat Allah dan melaksanakan penghukuman bagi bangsa Amalek. Umat-Nya menemukan persekutuan melalui karya-Nya. Pengalaman pembebasan orang Yahudi oleh "Tuhan yang ada di balik hal-hal yang dapat dilihat", ini merupakan bagian penting dalam sejarah orang Yahudi. Hal ini haruslah diingat serta diteruskan dari generasi ke generasi (9:27, 31) oleh semua orang Yahudi di mana pun mereka berada (9:21, 27, 28) sebagai sumber pengharapan dan juga unsur pemersatu orang Yahudi dari seluruh generasi dan daerah. Karena nilai penting pengalaman ini, maka pelaksanaannya diatur dan ditetapkan (9:22, 26-31) sehingga tidak kehilangan maknanya.

Jikalau kita sebagai umat Tuhan di Indonesia mengalami beban yang berat pada saat ini, itu merupakan suatu kesempatan bagi kita untuk memiliki pengalaman penyertaan Tuhan yang nyata dan mahal, yang dapat kita wariskan kepada generasi sesudah kita.

Renungkan: Dia yang ada di balik realita kehidupan kita mempedulikan dan memiliki rencana bagi kita. Ingatlah apa yang sudah Tuhan perbuat dalam hidup Anda dan temukan persekutuan dengan Dia di sana! Ingatlah dan rayakanlah!

Pesan Redaksi

Dalam pandangannya tentang kebajikan dan etika, Aristoteles mengemukakan bahwa: kebajikan-kebajikan utama yang membentuk suatu masyarakat yang beradab adalah keberanian, tahan diri, hikmat, dan keadilan. Berbeda dari Plato yang menekankan perenungan rasio,

Aristoteles melihat keberadaan kebajikan-kebajikan tersebut pada seseorang adalah akibat dari tindakan mempraktikkannya secara nyata.

Apabila gerak pada Plato adalah manusia melalui rasionya bergerak balik kepada Forma yang menjadi sumber jiwa manusia beroleh harkatnya, pada Aristoteles Sebab Pertama mewujud di dalam tindakan-tindakan nyata yang kita lakukan. Tingkah laku rasional adalah ungkapan dari gerak Sang Sebab Pertama di dalam keberadaan nyata dunia ini, yang kemudian mengkristal di dalam bentuk aksi- aksi tindak nyata kita sehari-hari.

Bila kedua pendapat ini kita sederhanakan, akan tampil secara indah di dalam perumpamaan Tuhan Yesus tentang 2 bersaudara dalam sikapnya terhadap perintah ayah mereka. Memang perumpamaan ini tidak sepenuhnya memasalahkan kontradiksi yang mungkin terjadi antara penekanan pada aspek perenungan dan pengertian di satu pihak dan aspek menekankan praktek nyata di pihak lain. Namun jelas bahwa kedua hal tersebut bisa jadi bertentangan dan tidak serasi dalam hidup kita. Tuhan menginginkan kita tidak hanya merenungkan dan memahami firman-Nya, tetapi konsekuen melakukannya secara konkrit dalam kehidupan kita sehari-hari.

Paul Hidayat, Direktur

Pengantar Kitab Kolose ======================

Kitab Kolose yang berbentuk surat berisi nilai-nilai kebenaran yang luar biasa bagi kehidupan Kristen masa kini sebab ketika Paulus memperingatkan jemaat Kolose yang mulai terpengaruh oleh ajaran sesat, ia memaparkan secara mendalam dan jelas Pribadi Yesus Kristus dan peran pusat-Nya dalam rencana Allah dan juga dalam kehidupan Kristen sehari-hari. Inilah yang membuat kitab Kolose merupakan salah satu surat dalam Perjanjian Baru yang sangat penting.

Penulis, waktu, dan tujuan penulisan ------------------------------------

Paulus menulis surat Kolose (ayat 1:1; 4:18), ketika ia berada dalam penjara di Roma antara tahun 59-61. Ia bukanlah pendiri jemaat Kolose bahkan ia tidak pernah mengunjungi kota Kolose (ayat 2:1). Pendiri jemaat Kolose adalah Epafras yang adalah seorang penduduk Kolose.

Tujuan Paulus menulis surat ini adalah untuk memerangi pengajaran sesat yang merasuki kehidupan jemaat di sana. Walaupun tidak diketahui secara pasti bentuk ajaran sesat itu, namun ajaran ini mengandung unsur-unsur agama asing dan Yudaisme yang diselubungi dengan unsur- unsur kekristenan. Ajaran sesat ini menolak keutamaan Kristus dan menganjurkan gaya hidup yang bertentangan dengan iman kristen.

Berdasarkan hal-hal yang dinyatakan oleh Paulus, banyak ahli berpendapat bahwa ajaran sesat yang melanda jemaat di Kolose adalah bentuk awal dari Gnosticism.

Ringkasan ajaran sesat yang ada di Kolose dan respons Paulus: ------------------------------------------------------------- o Dunia materi adalah jahat; Allah adalah roh. Allah tidak mempunyai hubungan dengan materi —> Kolose 1:16 o Karena Yesus menciptakan dunia, Dia bukanlah Allah —> Kolose 1:19 o Apa yang terjadi dalam dunia materi tidak akan membuat perbedaan secara rohani —> Kolose 1:21-22 o Manusia tidak perlu diperdamaikan dengan Allah. Tubuh kita adalah jahat karena terdiri dari materi. Pikiran kita bukanlah materi karena itu baik —> Kolose 2:13 o Kehidupan rohani yang benar adalah persoalan kehidupan batin seseorang. Manusia mendatangi Allah dengan pikiran dan batin dan apa yang manusia lakukan tidak berhubungan dengan-Nya —> Kolose 2:12,17

(0.15) (Mzm 104:1) (sh: Menikmati alam, memuji Allah (Jumat, 19 April 2002))
Menikmati alam, memuji Allah

Bersama Mazmur 103, mazmur ini memuji Allah karena perbuatan- perbuatan-Nya. Mazmur 103 mengagungkan kasih dan kemurahan Allah yang membuat manusia beroleh perkenanan-Nya (ayat 4,8,11,13,17). Mazmur 104 mengagungkan perbuatan-perbuatan Allah yang menyebabkan segenap alam berjalan teratur menuruti ekosistem yang rumit, namun serasi. Dengan demikian, kedua mazmur ini mengingatkan bahwa karya penyelamatan Allah tidak boleh diceraikan dari karya penciptaan Allah dalam alam semesta. Bahkan karya penyelamatan Allah untuk umat-Nya harus dilihat dalam rangka Allah ingin memakai umat-Nya untuk memelihara keutuhan segenap ciptaan-Nya.

Kata kunci dalam mazmur ini adalah “perbuatan”/ ”membuat” (ayat 4,13,24ab,31). Apabila kita mengikuti gerak pemazmur menjelajahi perbuatan-perbuatan Allah dalam alam ini, kita mendapatkan kesan sekilas bahwa mazmur ini tidak beraturan. Perhatian pemazmur seolah melompat-lompat dari langit (ayat 2-4) ke bumi (ayat 5-6), ke air (ayat 7-10), ke binatang liar (ayat 11), ke burung-burung (ayat 12), ke bumi kembali (ayat 13), ke tanaman (ayat 14-15), ke pohon-pohon (ayat 16), ke burung-burung (ayat 17), ke binatang liar (ayat 18), ke benda-benda langit (ayat 19-20a), ke binatang liar (ayat 20b-22), ke manusia kembali (ayat 23). Bandingkan gerak tak menentu ini dengan ketika Anda memandang hamparan pemandangan indah atau ketika seorang anak pada hari ulang tahunnya menerima setumpuk hadiah. Bukan lompatan perhatian tak menentu, tetapi tarian perhatian karena luapan kekaguman luar biasa.

Semua keindahan dan kemegahan dalam alam adalah lambang dari keagungan diri Allah. Keteraturan alam adalah ungkapan dari kuasa dan kebaikan Allah. Bila bait Allah adalah buatan tangan manusia untuk melukiskan kehadiran Allah, seluruh alam semesta ini adalah buatan tangan Allah sendiri yang menjadi bait kudus bagi-Nya. Pemahaman ini menghasilkan keyakinan iman yang berbeda radikal dari kepercayaan lain. Di tangan para ilah, bumi terguncang (ayat 82:5); tetapi di tangan Allah seluruh alam semesta dari tubir terdalam sampai langit tertinggi terpelihara teguh.

Renungkan: Bagi orang Kristen, kepekaan akan tanggung jawab ekologis dimulai dari mensyukuri setiap kebaikan dan keindahan Tuhan dalam alam semesta.

(0.15) (Yer 2:20) (sh: Cermin besar yang terpampang (Senin, 28 Agustus 2000))
Cermin besar yang terpampang

Setelah orde baru runtuh dan Indonesia memasuki era reformasi, banyak pejabat dan petinggi negara zaman orde baru yang tiba-tiba menampilkan diri sebagai orang yang bersih (Mr. Clean). Untuk meyakinkan masyarakat bahwa ia benar-benar bersih, mereka berlomba-lomba berbicara tentang bagaimana memberantas KKN hingga menghujat mantan sang penguasa tertinggi era orde baru. Singkatnya mereka berusaha berkata: 'Itu bukan saya.Saya tidak mungkin berbuat itu.Aku hanya menjalankan instruksi atasan`.

Berani mengelak dari tanggung jawab dan konsekuensi bukanlah ciri-ciri khusus orang modern. Orang-orang sezaman Yeremia -- bangsa Yehuda -- mempunyai sikap mental yang sama untuk membenarkan dirinya (22-23). Allah melalui Yeremia, memasang cermin di depan mereka agar mereka tahu betapa buruknya wajah mereka. Harapannya adalah supaya mereka bertobat dan terbebas dari hukuman (35). Keindahan yang pernah dimilikinya karena kedekatan dengan Allah dan kesetiaan kepada-Nya (2) sudah pudar diganti dengan pengkhianatan dan kebobrokan moral (20, 21). Cermin itu terus menyingkapkan semakin dalam kebobrokan mereka dalam hal perzinahan rohani (23-25), kedegilan hati (25), dan penindasan terhadap orang miskin (34). Namun mereka tetap tidak mau mengakui dosanya, apalagi bertobat. Karena itu satu-satunya cara yang masih ada adalah menghukum mereka (35). Kedegilan hati yang demikian ternyata bukan hanya hak milik orang-orang yang sezaman dengan Yeremia ataupun para mantan pejabat dan petinggi orde baru saja tapi juga para Kristen masa kini.

Renungkan: Tiap hari Kristen membaca Alkitab yang adalah cermin besarnya, namun berapakah dari antara kita yang `bercermin dengan benar dan mau menghilangkan noda yang ada di wajahnya' sehingga penampilan Kristen semakin menawan. Kita terlalu sibuk memperburuk wajah kita dari hari ke hari dengan tetap membuat jarak dengan masyarakat sekitar dan menelantarkan orang-orang miskin. Kita juga membiarkan perpecahan gereja di Indonesia semakin tajam sementara itu individu jemaatnya hanya sibuk membangun keamanan dan perlindungan bagi diri mereka sendiri dan keluarganya dengan kekayaan yang dimilikinya. Janganlah seperti pepatah buruk muka cermin dibelah, yang artinya karena buruk wajah kita maka, Alkitab ditinggalkan.

(0.15) (Yer 11:18) (sh: Allah melindungi hamba-Nya (Sabtu, 16 September 2000))
Allah melindungi hamba-Nya

Berbagai macam perlakuan jahat dialami Yeremia, sampai nyawanyapun terancam. Orang-orang Anatot yang menolak kebenaran pemberitaan firman-Nya terusik untuk melenyapkan Yeremia karena hati mereka justru dipenuhi dengan kegeraman dan kemarahan (19). Sesungguhnya mereka tidak tahan mendengar kebenaran firman-Nya yang telah membongkar ketidaksetiaan dan dosa mereka kepada Allah, namun mereka mengeraskan hati untuk bertobat, maka hamba-Nya yang menjadi sasaran kemarahan mereka. Tuhan ada di pihak hamba-Nya dan tidak membiarkan hamba-Nya dikuasai oleh orang-orang yang memberontak kepada-Nya.

Yeremia telah melakukan seturut kehendak dan perintah-Nya, maka sepenuh hidupnya menjadi tanggung jawab yang mengutusnya, yakni Allah sendiri. Ketika ada maksud jahat dari orang Anatot, segera Tuhan memberitahukannya kepada Yeremia (18). Pada mulanya Yeremia tidak pernah berprasangka buruk terhadap orang-orang Anatot yang dilayaninya, namun Tuhan yang membukakan kebusukan hati mereka kepadanya. Mereka bersepakat melenyapkan Yeremia agar suara kebenaran-Nya tidak lagi terdengar, dengan demikian amanlah hidup mereka dalam dosa. Namun Tuhan yang menguji batin dan hati membongkar semuanya. Setelah Yeremia mengetahui semuanya, ia kembali menyerahkan perkara dan hidupnya kepada Tuhan (20). Inilah langkah tepat yang telah diambil Yeremia, karena ia yakin bahwa Tuhan sendiri yang akan mendatangkan hukuman dahsyat atas mereka pada waktu yang telah ditentukan-Nya (22-23).

Jaminan-Nya atas hidup hamba-Nya yang setia melakukan kehendak dan perintah-Nya memang sungguh nyata. Kemana pun dan apa pun yang hamba-Nya sedang lakukan di garis kehendak-Nya tidak pernah ditinggalkan-Nya sendirian. Tuhan memang tidak pernah berjanji membuat langkah hamba-Nya ringan dan lancar, justru di jalan yang berliku-liku dan penuh tantangan, janji perlindungan-Nya menjadi indah dan sangat melegakan.

Renungkan: Hai hamba-Nya yang setia, tetaplah berjalan dalam garis kehendak-Nya dan terus berjuang bagi kebenaran firman-Nya, walaupun tantangan, ancaman, dan pergumulan mewarnai pelayanan kita, yang berasal dari orang-orang yang kita layani. Tuhan ada di pihak kita.

(0.15) (Yer 12:7) (sh: Sampai kapan pun kitalah buah hati-Nya (Senin, 18 September 2000))
Sampai kapan pun kitalah buah hati-Nya

Apa dan bagaimana jawab Allah ketika Yeremia meminta supaya Ia menghukum dengan berat umat-Nya yang meninggalkan-Nya (3)? Allah telah melakukannya. Ia telah meninggalkan, membuang, menyerahkan umat-Nya yang adalah kediaman-Nya, negeri milik-Nya, dan buah hati-Nya (7). Apa artinya? Allah dengan tangan-Nya sendiri yang akan menghukum umat-Nya. Walaupun sikap dan tindakan mereka menunjukkan bahwa mereka sudah tidak lagi menghormati hubungan yang harmonis antara Allah dan umat-Nya (8). Penghukuman-Nya akan membuat Yehuda benar-benar terpuruk dan hancur (9-10), tidak ada lagi sumber-sumber pangan tersisa bagi kelanjutan kehidupan ekonomi bangsa ini (13), tidak ada lagi sumber kedamaian dan ketentraman bagi batin bangsa ini sebab amukan pedang membentang dari satu ujung ke ujung yang lain. Namun hati dan sikap-Nya kepada umat-Nya tidak berubah. Mereka tetap menjadi kecintaan-Nya. Ia sedih dan merasakan kesakitan yang mendalam. Ia meratapinya sekarang. Allah melakukan itu semua karena Ia memang penuh belas kasihan dan kemurahan kepada umat manusia. Buktinya bangsa-bangsa lain yang telah menghancurkan Yehuda dijanjikan suatu kehidupan dan berkat jika mereka mau mendengarkan dan taat kepada-Nya (14-17).

Kebenaran yang menyentakkan kita adalah ketika kita melihat bahwa Allah meratap dan merintih kesakitan pada waktu Ia menjalankan penghukuman-Nya atas Yehuda. Allah tidak merasakan kenikmatan, kesenangan, atau kelegaan ketika menghukum bangsa-Nya. Ia menghukum karena Ia harus menghukum. Dan terutama karena Allah memaksudkan hukuman itu membawa umat-Nya kembali bersekutu dengan-Nya. Mereka tidak lagi menjadi singa yang siap menerkam tapi domba-domba yang bergantung kepada gembalanya.

Renungkan: Ketika kita merasakan beratnya penghukuman atau disiplin yang Allah berikan kepada kita, ingatlah selalu apa yang dikatakan Allah kepada Yeremia. Kita tetap buah hati Allah bahkan ketika kita patut menerima disiplin yang berat dari-Nya. Disiplin Illahi bukan berarti Allah telah meninggalkan kita. Ia akan tetap berbelas kasihan kepada kita dan akan memulihkan kita kembali.

(0.15) (Yer 13:1) (sh: Jangan bermain-main dengan dosa (Selasa, 19 September 2000))
Jangan bermain-main dengan dosa

Dua peringatan yang diberikan oleh Allah ini, walaupun menggunakan 2 cara, mempunyai tujuan yang sama yaitu jangan bermain-main dengan dosa.Peringatan pertama menggunakan aksi simbolik yang diperagakan oleh Yeremia: yaitu membeli ikat pinggang, memakainya, dan menjaganya supaya tidak tercelup air. Kemudian ikat pinggang tadi dibawa ke sungai Efrat dan disembunyikan di celah-celah batu (1-11). Beberapa bulan kemudian ikat pinggang itu diambil dan ternyata telah lapuk serta tidak berguna. Ikat pinggang itu melambangkan bangsa Yehuda yang kudus dan tak bercacat ketika pertama kali dipanggil oleh Allah (bdk. 2:2, 3). Seperti ikat pinggang dekat dengan pemakainya, segenap bangsa Yehuda dulu juga bergaul akrab dengan Allah sehingga mereka menjadi umat-Nya yang memuji dan memuliakan Dia di hadapan bangsa-bangsa. Namun kini mereka menjadi tercela karena persekongkolan dengan Asyur untuk meminum sungai Efrat (2:18) dan menjadi penyembah berhala kafir (10). Mereka menjadi seperti ikat pinggang yang menjadi lapuk dan tidak berguna. Mereka tidak lagi ternama, terpuji, dan terhormat bagi Allah (11).

Peringatan kedua berdasarkan pepatah yang mengatakan bahwa setiap buyung harus dipenuhi dengan anggur (12-13). Bangsa Yehuda yang dilambangkan sebagai buyung anggur telah kehilangan fungsinya (lihat ayat 11). Mereka sekarang tidak berguna dan hanya pantas dihancurkan. Penghukuman Allah tidak memandang orang, siapa pun yang berdosa akan tertimpa penghukuman (13-14). Ketika kemuliaan sebagai umat Allah sudah berlalu dari bangsa Yehuda, mereka hanya seperti buyung anggur yang kosong, yang tidak berguna. Mereka tidak dapat menuntut kepada Allah bahwa dulu Allah sudah memilih mereka. Hak istimewa sebagai umat Allah selalu disertai dengan tanggung jawab. Bangsa Yehuda yang tidak bertanggungjawab tidak dapat berharap bahwa Allah akan meluputkan mereka dari hukuman.

Renungkan: Kita boleh bangga menjadi umat pilihan Allah. Namun peringatan di atas juga menjadi peringatan bagi kita. Jangan biarkan kita dilapukkan oleh dosa dan menjadi buyung anggur kosong, sehingga kita menjadi Kristen yang tidak berguna bagi Allah dan sesama. Renungkanlah apa yang dapat membuat kita menjadi lapuk dan menjadi buyung anggur kosong!

(0.15) (Yer 14:17) (sh: Kristen, pemerintah, dan bangsanya (Jumat, 22 September 2000))
Kristen, pemerintah, dan bangsanya

Mengapa Allah begitu tega menghabisi umat-Nya sehingga menimbulkan kengerian bagi bangsa-bangsa lain (15:3-4)? Yeremia sendiri pun berduka karena penderitaan yang tak kunjung reda yang akan dialami oleh puteri bangsanya. Tidak ada seorang pun yang akan luput dari penghukuman itu (17-18). Kemana pun mata memandang pasti akan dijumpai mayat-mayat yang bergelimpangan, baik karena pedang ataupun kelaparan. Para nabi dan imam seakan-akan berada di negeri yang tidak dikenal. Sebab kondisi dan situasinya jauh berbeda sebelum bangsa Yehuda mengalami penghukuman Allah.

Kita juga dapat mendengar bangsa Yehuda yang berteriak-teriak, menolak percaya bahwa Allah telah sungguh-sungguh meninggalkan mereka (19). Teriakan pengakuan dosa mereka, permohonan untuk tidak dihukum, dan agar Allah mengingat perjanjian dengan mereka, tidak lagi dipedulikan oleh Allah (20-21). Bahkan pertobatan yang dinyatakan dengan pengakuan bahwa Allahlah satu-satunya sumber pengharapan dan kehidupan mereka juga tidak didengar oleh-Nya (22). Allah tetap tidak akan membatalkan atau menunda penghukuman-Nya sekalipun Musa dan Samuel ada di tengah-tengah mereka (15:1). Tidak ada pilihan bagi masa depan bangsa Yehuda selain kehancuran. Pilihan yang tersedia bagi mereka hanyalah maut, pedang, kelaparan, atau menjadi tawanan.

Mengapa semua itu harus terjadi? Karena dosa yang dilakukan oleh Manasye, raja Yehuda terhadap dirinya dan seluruh bangsanya sungguh amat jahat, melebihi apa yang dilakukan oleh bangsa Amori yang bukan umat pilihan Allah (lihat kembali 2Raja 21:1-16). Negara yang diperintah oleh raja yang tidak takut akan Tuhan hanya akan mendatangkan malapetaka dan penderitaan bagi rakyatnya.

Pemerintahan seperti apa yang kita miliki sekarang? Sepak terjang dan tingkah laku para pemimpin bangsa ini pasti akan membawa dampak bagi seluruh rakyat.

Renungkan: Kristen mempunyai dua tanggung jawab. Pertama, berdoa bagi mereka sebelum kejahatan dan kebobrokan moral mereka terlalu jauh tersesat sehingga bangsa kita tidak punya pilihan lain kecuali kehancuran. Kedua, suarakan kebenaran dan keadilan melalui saluran dan cara yang dapat dipertanggungjawabkan.

(0.15) (Yer 21:11) (sh: Pergilah ke istana (Selasa, 3 Oktober 2000))
Pergilah ke istana

Tuhan sangat serius terhadap masalah ketidakadilan. Ia benci pemerasan. Pemerasan dan ketidakadilan seperti minyak yang memancing api kehangatan murka Tuhan. Api murka Allah yang sudah berkobar tidak dapat dipadamkan oleh siapa pun (12). Allah sangat memperhatikan kehidupan para janda, anak-anak yatim, dan orang-orang yang dirampas haknya yang tidak berdaya membela diri. Orang-orang demikianlah yang seringkali menjadi sasaran empuk para penguasa yang lalim dan serakah untuk ditindas, diperas, dan bila perlu dilenyapkan dari muka bumi (22:3). Karena itu Allah mengutus Yeremia pergi ke istana raja dan mengecam keras keluarga raja Yehuda yang mempraktikkan ketidakadilan dan penindasan. Ia juga mengancam akan menghukum mereka dengan dahsyat jika mereka tidak mau memperbaiki sistem hukum dan peradilan di negara Yehuda (22:1-4). Sebagai penguasa tertinggi, rajalah yang paling bertanggung jawab jika terjadi praktik ketidakadilan, pelecehan hukum, dan ketimpangan sosial. Raja mempunyai wewenang dan kemampuan untuk memperbaiki sistem sosial, ekonomi, dan politik di negaranya.

Pertanyaan bagi gereja di Indonesia adalah apakah masalah ketidakadilan sosial dan pelecehan hukum menjadi agenda utama dalam kegiatan-kegiatan pelayanannya? Atau jangan-jangan kita malah menutup mata, pura-pura tidak melihat, bahkan menarik diri dari masalah yang sangat menjadi perhatian utama Allah, kemudian mengambil keputusan untuk menyerahkan masalah-masalah itu kepada pemerintah, instansi terkait ataupun LSM-LSM yang ada. Seperti Yeremia diutus Allah ke istana, gereja pun diutus Allah untuk pergi ke istana. Gereja diutus untuk menyampaikan suara Allah kepada siapapun yang mempunyai wewenang dan kemampuan untuk menegakkan keadilan dan supremasi hukum di negeri kita. Gereja harus menyuarakan konsekuensi yang akan menimpa bangsa ini jika para pemimpin bangsa tidak segera bertobat dan memperbaiki sistem pemerataan ekonomi secara adil.

Renungkan: Pelayanan ini tidak dapat ditunda lagi. Terlalu banyak rakyat kecil yang menderita karena ditindas dan diperdayai, suara mereka sudah parau karena berteriak meminta belas kasihan kepada para penguasa dan dermawan. Jangan tunda hingga Tuhan mendatangkan hukuman yang dahsyat bagi bangsa ini.

(0.15) (Yeh 44:9) (sh: Menjaga dan memelihara kekudusan Bait Suci (Rabu, 28 November 2001))
Menjaga dan memelihara kekudusan Bait Suci

Ayat 9 menegaskan bahwa teguran dan peraturan-peraturan yang dijabarkan di sini berasal dari Tuhan sendiri. Tuhan mengambil langkah pertama untuk menjamin bahw a kekudusan Bait Suci serta ibadah di dalamnya terpelihara. Ia melarang semua orang asing untuk masuk ke dalam tempat kudus. Sebagai respons terhadap pelanggaran yang diurakan dalam ay. 7-8, Yehezkiel mengukuhkan kembali peraturan Musa tentang siapa yang boleh atau tidak boleh menghampiri tempat kudus (bdk. Kel. 12:43-51).

Sebagai langkah kedua untuk menjaga kekudusan Bait Suci, Tuhan menugaskan kembali orang Lewi sebagai penjaga pintu Bait Suci (ayat 11, 14). Dosa mereka di masa prapembuangan tidak diabaikan, dan mereka harus menanggung hukumannya (ayat 10, 12). Hukuman itu bukan berupa "penurunan status", melainkan "menanggung malu dan noda". Ayat 13 mengingatkan mbali pada pembatasan tugas orang Lewi sebagaimana ditetapkan oleh Taurat Musa, yakni membantu para imam (Harun dan keturunannya) dalam pelayanan di Kemah Suci. Jadi, setelah mereka dihukum karena dosa dan pelanggarannya, oleh anugerah Allah mereka dikembalikan pada fungsinya semula. Kemurahan anugerah Allah ini akan menimbulkan rasa malu pada mereka agar mereka jangan sombong.

Selanjutnya, Yehezkiel menguraikan tugas-tugas para imam, yakni orang Lewi dari bani Zadok, keturunan Harun. Kesetiaan mereka pada Tuhan di masa prapembuangan, ketika seluruh Israel termasuk orang Lewi "sesat dari Tuhan", terus diingat (ayat 15). Kesetiaan ini pun bukan dimaksudkan untuk menyombongkan diri, walaupun mereka dianugerahi dengan tugas utama dan hak- hak istimewa sebagai imam yang mempersembahkan kurban di hadapan Tuhan. Hanya mereka yang boleh masuk ke tempat kudus dan menghampiri Allah (ayat 15, 16). Tetapi, hak istimewa ini juga menuntut dari mereka tanggung jawab yang lebih besar dan standar kesucian hidup yang lebih tinggi (ayat 17-31).

Renungkan: Allah yang Maha Pengasih tidak mengabaikan dosa, tetapi di dalam Kristus Ia mengampuni mereka yang bertobat dan mengakui dosanya (ayat 1Yoh. 1:8-10). Kemurahan dan anugerah Allah yang begitu besar hendaknya membuat kita rendah hati di hadapan-Nya.

(0.15) (Yeh 45:1) (sh: Pelaksanaan ibadah: Persembahan khusus (Kamis, 29 November 2001))
Pelaksanaan ibadah: Persembahan khusus

Guna kelangsungan ibadah di Bait Suci yang baru, umat Israel harus memberikan dua persembahan khusus (ayat 1, 13). Yang pertama adalah sebidang tanah, yang dikhususkan untuk Bait Suci dan kediaman para pelayannya, yakni imam-imam dan orang Lewi (ayat 1-5). Bait Suci terletak di pusat, dikelilingi oleh kediaman imam-imam (ayat 2-4). Di luarnya tempat kediaman orang Lewi (ayat 5). Seluruh wilayah Bait Suci ini merupakan wilayah yang kudus; kudus dalam arti "dikhususkan bagi Tuhan". Berbatasan dengan wilayah kudus adalah wilayah kota dan tanah milik raja (ayat 6, 7). Penempatan kedua wilayah ini menekankan motif kekudusan: harus ada jarak antara kedua wilayah tersebut dengan Bait Suci (bdk. Yeh. 43:8). Manusia berdosa tidak boleh sembarangan mendekati tempat atau menjamah benda-benda yang kudus (bdk. Yeh. 44:9, 10; Kel. 3:5; 19:10-13). Akan tetapi, Kristus melalui kematian-Nya di salib memperdamaikan manusia berdosa dengan Allah, sehingga "oleh darah Yesus kita sekarang dapat masuk ke tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri" (Ibr. 10:19-20).

Allah yang kudus memanggil umat-Nya untuk menjadi umat yang kudus. Dalam amanat para nabi, respons terhadap panggilan tersebut diwujudkan dalam menerapkan keadilan sosial-ekonomi (ayat 9-12). Ibadah umat Allah tidaklah terpisah dari perilaku sosial-ekonomi yang adil, benar, dan jujur. Segala praktik perampasan, kekerasan, aniaya, dan kecurangan takaran serta timbangan, yang merajalela di masa pra pembuangan, harus dihentikan.

Persembahan khusus kedua berupa bahan-bahan untuk persembahan korban di Bait Suci (ayat 13-15; bdk. Im. 1-5). Korban-korban tersebut berfungsi untuk pendamaian bagi umat. Semua bahan tersebut disalurkan melalui raja (ayat 16, 17). Dengan demikian, baik para imam maupun pemimpin negara atau masyarakat bersama-sama bertanggung jawab agar kehidupan umat Allah merefleksikan kekudusan-Nya.

Renungkan: Bagaimanakah Kristen dapat berperan untuk merefleksikan kekudusan Allah di lingkungan rumah tangga, kerja, maupun masyarakatnya?

(0.15) (Yeh 46:1) (sh: Pelaksanaan ibadah: Peranan raja (Sabtu, 1 Desember 2001))
Pelaksanaan ibadah: Peranan raja

Perayaan hari Sabat dan bulan baru ditandai dengan dibukanya pintu gerbang timur (bdk. 44:1-2). Pada hari-hari tersebut, raja dan rakyat akan sujud menyembah Tuhan di tempat itu. Pada hari-hari lain, pintu ini harus selalu ditutup. Peraturan yang ketat ini dimaksudkan untuk menjaga agar kekudusan Bait Suci jangan dilanggar (ayat 44:5). Motif kekudusan juga tampil dalam ketentuan mengenai tempat memasak kurban-kurban, yang harus dilakukan di dalam wilayah kudus (ayat 19-24). Karena kurban persembahan bersifat kudus, imam tidak boleh membawanya keluar dari wilayah tersebut karena sentuhan dengan benda-benda kudus akan menguduskan orang yang tersentuh (ayat 20).

Di dalam ibadah Bait Suci yang baru, raja mendapatkan peranan tertentu di samping para imam dan orang Lewi. Ia mendapatkan posisi kehormatan (ayat 44:3; 46:3). Ia bertugas mengumpulkan persembahan umat, kemudian mengatur penggunaannya dalam upacara-upacara, di samping mempersembahkan dari miliknya sendiri (ayat 45:16, 17, 22-25; 46:4-7, 13-14). Sekalipun demikian, di hadapan Allah ia tetap diidentifikasikan dengan umat dan bukan dengan para imam. Ia mewakili baik dirinya sendiri maupun seluruh umat dalam mempersembahkan kurban penghapus dosa (ayat 45:22). Pada hari Sabat, ia sujud menyembah Allah di ambang pintu gerbang timur, diikuti oleh umat (ayat 2, 3). Ia keluar-masuk Bait Suci bersama umat (ayat 8-10).

Peraturan ini menegaskan solidaritas raja dengan seluruh umat sebagai manusia berdosa. Baik raja maupun umat tidak boleh masuk ke tempat kudus. Hanya mereka yang ditetapkan Allah boleh menghampiri Dia, yang bertakhta dalam kemuliaan di dalam bait-Nya. Ayat 13-14 merupakan kunci dari pasal ini: setiap hari harus dipersembahkan kurban-kurban bagi pengampunan dan pembasuhan manusia dari dosa agar dapat diterima di hadirat Allah. Namun, oleh pengurbanan Kristus, semuanya ini telah berlalu (Ibr. 10:1-10).

Renungkan: Melalui penglihatan Yehezkiel, para pemimpin Kristen diingatkan akan tanggung jawab rohani dan sosial mereka menjunjung kekudusan Allah.

(0.15) (Yun 1:1) (sh: Tuhan belum selesai (Kamis, 13 Desember 2001))
Tuhan belum selesai

Bagi orang Israel, Niniwe merupakan simbol kekejaman bangsa Asyur. Ke sanalah Tuhan mengutus Yunus untuk memberitakan peringatan Tuhan, peringatan yang membukakan peluang bertobatnya bangsa yang kejam itu.

Bagaimana respons Yunus? Menolak dan tidak rela! Ia berbalik arah dan pergi berlayar menuju Tarsis. Ia mengira dapat melarikan diri dari Tuhan. Bukankah ini suatu perkiraan yang keliru? Jika Yunus tidak rela melaksanakan tugas dari Tuhan, Tuhan pun tidak rela Yunus berbalik arah. Ia segera bertindak. Ia mengirimkan badai, yang oleh masyarakat saat itu diyakini sebagai akibat dosa terhadap Tuhan. Lalu, para pe-numpang kapal memutuskan untuk mengundi siapakah yang bertang-gung jawab atas malapetaka ini. Undian jatuh pada Yunus dan ia pun mengakui dosanya. Ia meminta mereka melemparnya ke laut agar ben-cana ini berlalu. Yunus berpikir, inilah akhir perjalanan hidupnya: be-rangkat sebagai nabi yang dipakai Tuhan, berakhir sebagai pelarian yang dibuang Tuhan; sekali lagi perkiraan yang keliru. Tuhan malah mengi-rimkan seekor ikan besar untuk menyelamatkan Yunus dari kematian.

Melalui perikop ini, kita belajar dua hal. Pertama, mata Tuhan tertuju pada semua bangsa, tidak hanya pada satu bangsa. Berbeda dengan kita yang selalu mengarahkan mata hanya kepada orang-orang tertentu; biasanya yang kita sukai, hormati, dan baik kepada kita. Tidak mudah untuk membagikan kasih Tuhan kepada orang yang tidak kita sukai, tidak kita hormati, dan tidak baik kepada kita. Tuhan meminta Yunus, dan juga kita, untuk mengasihi mereka yang tidak layak kita kasihi. Kedua, Tuhan belum selesai dengan kita. Diri kita adalah seum-pama bangunan yang masih belum selesai. Tuhan akan terus membentuk kita meski kadang kita melawan-Nya. Seperti Yunus, kita pun masih diberikan kesempatan menerima uluran tangan-Nya. Adakalanya Tuhan harus mengirimkan "badai" untuk menyadarkan kita. Tetapi, di tengah badai sekalipun, Ia tetap mengirimkan "ikan" untuk menyelamatkan kita.

Renungkan: Tuhan ingin agar kita memiliki mata-Nya dan hati-Nya. Maukah kita masuk ke dalam proses belajar mengasihi? Mari kita menyediakan diri kita senantiasa untuk dibentuk oleh Tuhan.

(0.15) (Ibr 13:7) (sh: Kristen dan para pemimpinnya (Jumat, 12 Mei 2000))
Kristen dan para pemimpinnya

Ingatlah pemimpinmu yang telah berhasil di dalam hidup, pelayanan, dan mengakhiri 'perlombaan iman' dengan baik. Kenanglah mereka namun jangan mengidolakan. Karena mereka pun pasti mengakui bahwa mereka mendapatkan semua itu dari Yesus Kristus. Mereka sudah mati, tapi Yesus tetap sama: kemarin, hari ini, maupun selama-lamanya.

Di dalam Perjanjian Lama, Allah adalah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub yang telah menyatakan diri-Nya kepada setiap generasi. Demikian pula Tuhan Yesus Kristus. Siapa Dia bagi Paulus, bagi Luther, bagi Calvin, adalah juga siapa Dia bagi kita. Kita tidak perlu meminta kepada Allah untuk mengirim balik keindahan masa lalu. Bila kita melihat hidup mereka, melihat kemenangan akhir mereka, kita dapat bersyukur kepada-Nya, sebab kita tetap mempunyai sumber kekuatan yang tidak pernah berubah yaitu Yesus Kristus. Karena itu senantiasa datanglah langsung kepada Yesus. Janganlah terkecoh dengan ajaran-ajaran asing yang hanya akan merendahkan kemutlakan karya keselamatan Kristus seperti jemaat penerima surat Ibrani yang ingin kembali kepada Yudaisme. Mereka lupa bahwa makanan-makanan yang ada dalam upacara persembahan di altar Perjanjian Lama hanyalah simbol dari kasih karunia Allah yang menguatkan. Segala kepercayaan dan bentuk ritual yang ada di dalam Perjanjian Lama hanyalah merupakan simbol-simbol yang sudah digenapi di dalam Kristus. Kristus sudah menderita untuk menguduskan umat-Nya sekali untuk selamanya, itu sudah cukup. Apakah itu cukup? Tidak! Kita harus bersaksi tentang Allah dan karya keselamatan-Nya. Kesaksian yang hidup adalah kesaksian melalui penyembahan Allah yang benar. Penyembahan yang benar ini meliputi 2 hal. Pertama penyembahan dengan mulut-bibir. Kedua penyembahan kehidupan yang baik yaitu berkorban bagi orang lain, menghormati, bertanggung jawab, dan tunduk kepada para pemimpin rohani dan berdoa untuk para pendeta, penginjil, dan hamba Tuhan lainnya.

Renungkan: Di dalam Kekristenan semua membutuhkan semua. Para jemaat membutuhkan pemimpin sebagai teladan, pemimpin sebagai pembimbing dan penuntun. Namun pemimpin juga membutuhkan doa para jemaat. Dan semuanya membutuhkan Yesus yang selalu sama kemarin, hari ini, dan selama-lamanya.



TIP #30: Klik ikon pada popup untuk memperkecil ukuran huruf, ikon pada popup untuk memperbesar ukuran huruf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA