Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 281 - 300 dari 323 ayat untuk kesaksian [Pencarian Tepat] (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.12549319117647) (1Tim 3:8) (sh: Syarat bagi penilik jemaat (Rabu, 12 Juni 2002))
Syarat bagi penilik jemaat

Syarat bagi penilik jemaat. Penilik jemaat (episkopos) pada waktu itu adalah tuan rumah darijemaat yang beribadah di rumahnya, dan karena itu menjadi pengawas/penilik atas pertemuan jemaat di sama (jabaran ini berkembang menjadi penatua seperti yang ada pada gereja masa kini). Namun, harus diingat, jabatan ini adalah jabatan yang diangkat/dipilih. Rasul Paulus menasihatkan Timotius dan jemaat agar tugas ini tidak diberikan kepada sembarang orang. Memang melayani Tuhan adalah suatu panggilan terhormat dan juga indah (ayat 1). Maka, harus ada syarat atau kriteria yang khusus untuk orang dipilih ke dalam pelayanan ini. Syarat-syarat tersebut dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok.

Kelompok pertama adalah kesempurnaan moral: "tidak bercacat" (ayat 2a). Ia harus suami dari satu istri, juga dapat menahan diri/emosi (ayat 2a). Juga bukan peminun, pemarah apalagi "hamba uang" (ayat 3). Kehidupannya pun harus telah menjadi kesaksian yang baik di luar jemaat supaya pelayanan keseluruhan jemaat tidak tercemar karena reputasi penilik jemaat yang cacat (ayat 7). Yang kedua, ia juga harus mempunyai sifat-sifat positif yang tepat. Ia bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang (ayat 2), peramah dan pendamai (ayat 3). Ia juga telah membuktikan kepemimpinannya di dalam keluarganya sendiri (ayat 4-5) supaya ia betul-betul dapat menjadi pemimpin jemaat, yaitu keluarga Allah. Ketiga, adalah kedewasaan rohani. Seseorang yang baru bertobat tidak dapat menjadi pemimin jemaat, "agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis." (ayat 6)

Renungkan: Jika Anda menganggap syarat-syarat ini terlalu ketak, akan menolong untuk mengingat bahwa beberapa perusahaan menerapkan syarat yang jauh lebih ketat bagi para eksekutifnya. Syarat penilik jemaat ini berasal dari Allah, karena Ia ingin yang terbaik bagi gereja-Nya, dan Roh-Nyalah yang akan mempersiapkan orang yang tepat. Bagi kita, Kristen dipanggil untuk menerapkan disiplin rohani yang murni dalam gereja kita, karena dasar kepemimpinan yang unik dan menghasilkan jemaat yang baik pula, timbal-balik.

(0.12549319117647) (1Tim 3:14) (sh: Keluarga Allah, dasar dan penopang kebenaran (Kamis, 13 Juni 2002))
Keluarga Allah, dasar dan penopang kebenaran

Keluarga Allah, dasar dan penopang kebenaran. Dari apa yang Paulus tuliskan pada bagian ini, jelaslah bahwa tujuannya adalah untuk menunjukkan bagaimana para anggota jemaat harus hidup sebagai keluarga Allah. Keluarga Allah itu juga digambarkan sebagai tiang penopang dan kebenaran. Penggambaran ini sebenarnya lazim digunakan oleh Paulus. Dalam surat yang lain, ia sering menggunakan kata "saudara-saudariku." Juga dalam pengajarannya, ia menyatakan Allah sebagai Bapa, dan mereka yang telah ditebus oleh Yesus Kristus sebagai anak-anak Allah (mis. Gal. 4:1-7). Juga bahwa Yesus Kristus adalah "yang sulung di antara banyak saudara" (Rm. 8:29).

Kata-kata "keluarga Allah" menyiratkan bentuk hubungan yang seharusnya terjadi di dalam jemaat. Tiap anggota jemaat seharusnya memperlakukan anggota lainnya sama seperti ia mengasihi kaum keluarga kandungnya. Inilah salah satu alasan mengapa Paulus mensyaratkan keadaan keluarga yang baik bagi para calon penilik jemaat dan diaken.

Jemaat, sebagai keluarga, adalah tiang penopang dan dasar kebenaran (ayat 15). Penggambaran ini menunjukkan tugas gereja untuk menyatakan kebenaran melalui tindakan-tindakan, kehidupan, dan pelayanan anggota-anggotanya. Gereja adalah keluarga yang menyediakan tempat bagi para anggotanya untuk melaksanakan tugas tersebut. Inilah yang dimaksudkan Paulus dengan kesalehan (ayat 2:2) dan "memelihara rahasia iman dengan hati nurani yang suci" (ayat 3:9). Yang dipentingkan oleh Paulus di sini bukanlah sekadar perbuatan baik yang dilakukan Kristen, tetapi bahwa ibadah itu dilakukan berdasarkan keyakinan iman atas karya Yesus Kristus yang menyelamatkan manusia (ayat 16).

Renungkan: Kini sudah jarang Kristen yang menghubungkan suasana kekeluargaan dengan gereja/jemaat. Banyak Kristen yang secara tidak sadar sudah terbiasa dengan tidak adanya suasana kekeluargaan di dalam gerejanya. Semestinya, suasana kekeluargaan itu diwujudkan supaya suasana saling membangun dan melayani karena kasih karunia Allah dapat ditampilkan untuk menjadi kesaksian bagi dunia sekitar.

(0.12549319117647) (1Tim 5:3) (sh: Para janda dalam kehidupan jemaat (Senin, 17 Juni 2002))
Para janda dalam kehidupan jemaat

Para janda dalam kehidupan jemaat. Perjanjian Lama telah mengajarkan bahwa umat Allah harus memperhatikan para janda (mis. Ul. 24:19). Prinsip itu tetap berlaku pada masa gereja Perjanjian Baru. Gereja waktu itu, walaupun dalam keadaan yang sulit, tetap mempunyai kewajiban untuk memperhatikan kesejahteraan mereka yang hidup berkekurangan.

Tetapi, masalah timbul. Tidak semua janda layak menerima bantuan jemaat yang jumlahnya terbatas itu. Beberapa janda masih mempunyai sanak saudara yang sebenarnya masih mampu untuk menanggung mereka (ayat 4-8). Lainnya masih cukup muda dan masih dapat menghidupi diri, entah secara mandiri ataupun dengan kembali berkeluarga (ayat 11-14). Lainnya lagi cukup kaya (ayat 6). Jika mereka tetap ikut menerima bantuan, maka banyak janda lain yang "benar-benar janda" (ayat 1), yang "ditinggalkan seorang diri" (ayat 5) dan betul-betul hidup berkekurangan, malah tidak menerima bantuan. Selain masalah ini, Timotius juga harus membereskan masalah dari keteraturan hidup berjemaat karena beberapa dari antara para janda itu hidup tidak disiplin (ayat 12-14), dan beberapa bahkan telah "tersesat mengikuti Iblis" (ayat 15).

Tuntunan yang diberikan Paulus kepada Timotius ini memberikan beberapa pengajaran penting tentang kehidupan berjemaat. Pertama, suatu jemaat/komunitas Kristen harus memperhatikan sesama saudara/i yang hidup berkekurangan (mis. para janda). Harus ada kebijakan dan langkah yang jelas dan dapat dilaksanakan. Kedua, tidak teraturnya perhatian jemaat terhadap pelayanan diakonia seperti ini akan memberikan "alasan bagi lawan untuk memburuk-burukkan nama kita" (ayat 14). Ini akan berpengaruh pada kesaksian jemaat bagi orang-orang lain. Terakhir, Paulus menunjukkan bahwa mereka yang berkekurangan juga punya kontribusi bagi kehidupan jemaat sebagaimana yang lainnya. Walaupun mereka dibantu, mereka tetap punya peranan dalam kehidupan jemaat yang saling melayani (ayat 9).

Renungkan: Beri penilaian secara jujur tentang keterlibatan Anda di jemaat Anda dengan dan bagi sesama anggota lain yang berkekurangan.

(0.12549319117647) (2Tim 1:6) (sh: Allah sumber kekuatan (Sabtu, 24 Agustus 2002))
Allah sumber kekuatan

Allah sumber kekuatan. Dalam ketiga ayat ini, Paulus menasihatkan dan memperingatkan Timotius untuk melakukan tiga hal. Pertama, untuk mengobarkan karunia Allah yang diterimanya melalui penumpangan tangan Paulus (ayat 6). Karunia yang dimaksud di sini adalah segala pemberian Allah yang memungkinkan dan memperlengkapi Timotius untuk melayani di jemaat Efesus (bdk. 1Tim. 4:14). Karena itu, Paulus menasihatkan Timotius untuk mempergunakan karunia itu dengan lebih "berkobar lagi." Kedua, agar Timotius tidak merasa malu untuk memberitakan Injil dari Tuhan. Kemungkinan untuk merasa malu ini nyata bagi Timotius, karena Injil itu adalah dari Tuhan Yesus Kristus yang mati disalibkan sebagai seorang kriminal; Injil yang juga diberitakan oleh Paulus yang kini meringkuk sebagai tahanan (ayat 8a). Ketiga, agar Timotius mau ikut menderita bagi Injil tersebut (ayat 8b). Kata "ikut menderita" di ayat ini mengandung makna berbagi penderitaan.

Hal yang patut direnungkan lebih mendalam lagi adalah alasan-alasan mengapa Paulus meminta Timotius untuk melakukan ketiga hal tersebut. Paulus menunjuk pada apa yang telah Allah persiapkan. Allah sendiri yang telah memberikan karunia yang mempersiapkan dan memperlengkapi Timotius untuk pelayanan yang sedang dilakukannya. Selanjutnya, Allah tidak memberikan "roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban" (ayat 7). Kata "roh" yang disebut terakhir jelas menunjuk kepada Roh Kudus. Hanya Allahlah sumber kekuatan, terutama yang sanggup memberi kekuatan bagi Kristen dalam penderitaan. Karena itu, hanya Roh Kudus yang sanggup membangkitkan kekuatan dalam diri Kristen untuk menghadapi tiap tantangan. Juga hanya Roh Kudus yang sanggup membangkitkan kasih di dalam diri Kristen secara pribadi, dan di antara sesama Kristen, dan dalam kesaksian mereka dengan orang lain. Terakhir, hanya Roh Kudus juga yang sanggup menjadi sumber ketertiban hidup atau disiplin diri.

Renungkan: Kekuatan dalam menghadapi penderitaan, kasih, dan ketertiban hidup adalah tanda nyata kehadiran Roh Kudus dalam diri seorang Kristen dan kehidupannya.

(0.12549319117647) (Ibr 2:1) (sh: Keselamatan adalah Anugerah Terbesar (Selasa, 1 Agustus 2017))
Keselamatan adalah Anugerah Terbesar

Adalah hal yang wajar memberikan hadiah bagi orang yang dicintai atau dikasihi. Sungguh tidak wajar memberikan sesuatu yang terbaik justru kepada pihak yang telah memusuhi atau melawan kita. Demikianlah yang telah Allah lakukan kepada manusia, yang sejatinya sering kali melanggar pada apa yang menjadi ketetapan-Nya.

Dalam pikiran penulis Surat Ibrani, ada dua wahyu yang dianugerahkan Allah kepada umat-Nya, antara lain: Pertama, wahyu tentang hukum yang datangnya dengan perantaraan malaikat, yaitu wahyu Hukum Dasa Titah (Sepuluh Perintah). Setiap orang yang melanggar Hukum Dasa Titah akan dikenakan hukuman yang setimpal. Kedua, wahyu yang datangnya dengan perantaraan Yesus Kristus, Sang Putra. Wahyu ini jauh lebih besar ketimbang wahyu Hukum Dasa Titah. Setiap pelanggaran terhadap wahyu ini mendapat hukuman yang jauh lebih berat. Karena itu, manusia tidak bisa mengabaikan wahyu yang datangnya dari para malaikat, apalagi mengabaikan wahyu yang lebih besar, yaitu Kristus.

Wahyu Allah melalui Kristus menghantar manusia masa ini pada keselamatan sejati. Hanya percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka manusia sudah memperoleh anugerah keselamatan Allah. Sesungguhnya, yang mengancam hidup manusia bukanlah ketika ia terkena bencana. Sebaliknya saat dirinya terbuai dan terhanyut dalam dosa. Hari demi hari, banyak sekali orang semakin jauh dari Allah. Banyak orang tak sadar bahwa dirinya terlibat dalam suatu keadaan dan pada akhirnya menemukan hidupnya berantakkan dan telah menghancurkan orang lain.

Pelanggaran dan ketidaktaatan bersumber dari ketidaksediaan manusia untuk mendengar firman Allah. Kekerasan hati manusia yang menolak suara Allah, yaitu firman Allah, bisa membuatnya menyia-nyiakan keselamatan Allah itu. Marilah kita senantiasa membuka hati, pikiran, dan telinga kita mendengar firman Allah, agar keselamatan yang telah kita terima tetap lestari dalam kehidupan kita! [AY]

(0.12549319117647) (1Ptr 5:8) (sh: Anugerah Allah dalam penderitaan (Selasa, 26 Oktober 2004))
Anugerah Allah dalam penderitaan

Anugerah Allah dalam penderitaan. Seseorang yang sedang menderita biasanya merasa bahwa ia sendirian, menganggap tidak ada seorang pun yang dapat menolongnya. Ia menjauhkan diri dari persekutuan dengan Tuhan dan sesama. Kondisi seperti ini sangatlah berbahaya bagi hidup orang percaya karena ia merupakan "makanan empuk" bagi Iblis.

Ketika kita sedang mengalami penderitaan, itulah saatnya kita harus lebih waspada dan siaga terhadap serangan Iblis. Karena Iblis akan menyerang kita ibarat singa sedang mengincar dan siap menerkam serta memangsa kita ketika kita lengah (ayat 8). Bisa terbayangkan betapa bahayanya kondisi ini. Bila kondisi kita seperti demikian, maka hidup kita dapat diumpamakan seperti dalam sebuah pertandingan tinju yaitu kita atau Iblis yang kalah (ayat 9). Iblis menginginkan orang percaya yang sedang menderita menyangkali Tuhan, meragukan janji firman-Nya, dan tidak lagi menaati perintah Tuhan. Firman ini menegaskan bahwa peperangan rohani boleh dahsyat, iman boleh menerima serangan sengit, tetapi tidak ada alasan bagi kita untuk kalah. Kita dapat kuat dalam iman karena yang kita hadapi juga dihadapi oleh semua orang beriman (ayat 9b, bdk. 1Kor. 10:13). Kita boleh lemah, tetapi iman tidak boleh lemah, sebab iman tidak bertumpu pada sumber-sumber kodrati, tetapi pada Allah dalam Yesus Kristus (ayat 10-11,12b).

Petrus bukan sekadar menasihati kita untuk menjadikan anugerah Tuhan sebagai perisai tatkala penderitaan menghadang, tetapi ia juga menerapkannya. Hal ini dibuktikannya saat ia mati sebagai martir karena imannya tak tergoyahkan kepada Tuhan (menurut cerita tradisi di kalangan orang percaya zaman gereja mula-mula ia disalibkan dalam posisi tubuh terbalik). Sudahkah Anda menang atas penderitaan dengan iman yang tak goyah? Banyak kesaksian mengokohkan ajaran firman bahwa justru penderitaan bukan melemahkan, tetapi menguatkan dan memurnikan iman. Itu sebabnya Tuhan mengizinkan hal ini dalam pengalaman hidup anak-anak-Nya.

Renungkan: Tidak ada zona damai dan aman dalam dunia ini, kecuali dalam lindungan anugerah Tuhan.

(0.12549319117647) (1Yoh 4:7) (sh: Kasih yang sempurna (Senin, 3 Desember 2007))
Kasih yang sempurna

Judul : Kasih yang sempurna Ada pepatah yang mengatakan, "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya". Pepatah tersebut ingin mengatakan bahwa karakter seorang anak tidak jauh berbeda dibandingkan dengan orangtuanya.

Allah adalah sumber kasih (ayat 7) dan kasih adalah natur Allah (ayat 8). Kasih itu bukan hanya dinyatakan melalui pengorbanan Yesus, melainkan juga melalui pengorbanan Bapa yang telah merelakan Anak-Nya. Barangsiapa yang menyatakan bahwa ia lahir dari Allah atau bahwa ia mengenal Allah, ia harus mengasihi saudara-saudara seiman sebagai sesama anggota tubuh Kristus. Karena kita adalah anak-anak Allah dan kita mengalami kehadiran-Nya di dalam hidup kita, maka seharusnya kita merefleksikan karakter Bapa yang adalah kasih. Orang yang mengasihi membuktikan bahwa ia telah lahir dari Allah.

Yohanes dengan tegas mengatakan, jika tidak ada kasih kepada umat Allah di dalam hati kita, jangan pernah menyatakan bahwa kita mengenal Allah. Meski kasih itu belum sempurna, harus tetap dinyatakan dan harus tetap bertumbuh. Kasih seharusnya tak bersyarat, dimiliki oleh semua orang dan ditujukan untuk siapapun. Kita harus berusaha untuk mengasihi ketika tiap syaraf di dalam tubuh kita berdenyut di dalam kebencian dan keinginan membalas dendam. Salib Kristus tidak memberi kita pilihan tentang kasih. Kita harus mengatasi keangkuhan kita dan dengan taat berusaha mempraktekkan kasih di dalam tiap situasi.

Jika kita ingin lebih mengasihi, kita perlu belajar lebih dekat dengan Allah. Relasi yang lemah di antara dua pihak akan dikuatkan bila keduanya semakin dekat dengan Allah. Sebaliknya, kita tidak dapat bertumbuh dalam pengalaman kita dengan Allah tanpa mengasihi satu sama lain. Jika kita sudah mampu mengasihi, kita mesti bersyukur pada Allah. Namun jika kita merasa kurang mengasihi, kita harus berdoa, meminta Allah merubah hati kita. Dengan kasih, kita akan menemukan sukacita yang lebih besar di dalam hidup.

(0.12549319117647) (1Yoh 4:17) (sh: Allah adalah kasih (Selasa, 9 Desember 2003))
Allah adalah kasih

Allah adalah kasih. Ini pernyataan luar biasa tentang Allah. Harus jelas dipahami bahwa kasih bukan Allah. Kasih adalah salah satu karakter Allah. Yang benar Allah adalah kasih. Relasi Allah dan manusia ditandai dan dibentuk oleh kasih. Berbagai perbuatan Allah bagi manusia adalah tindakan kasih. Namun dalam bagian ini Yohanes menunjuk kepada puncak pernyataan dan wujud kasih Allah kepada manusia.

Kedatangan Yesus ke dunia adalah bukti kasih Allah (ayat 9). Yesus datang ke dunia untuk menggantikan manusia. Kematian-Nya memberi hidup kepada manusia yang percaya pada-Nya, dan ini bukan karena manusia mengasihi Allah. Oleh sebab itu kita tidak dapat memahami kasih Allah jika itu dilepaskan dari kematian Yesus di kayu salib. Penjelasan tentang kasih Allah di luar salib Kristus adalah pengertian kasih yang tidak sempurna. Sebab itu kini kita yang telah menerima kasih Allah harus merespons dan mewujudkan kasih itu di dalam kehidupan kita (ayat 7,11). Jika tidak, maka tidak ada bukti bahwa kita telah mengalami kasih Allah dan sekarang sedang berelasi dengan-Nya (ayat 7). Relasi kepada Allah dan kepada sesama harus kita demonstrasikan dalam kehidupan kita. Hidup dalam kasih merupakan bukti hidup bersama Allah (ayat 13,15).

Manusia sebagai ciptaan Allah memiliki kemampuan untuk mengasihi. Tetapi kasih yang mereka miliki dan wujudkan akan sempurna jika kasih itu menunjuk pada salib Kristus. Sekali lagi Yohanes menegaskan bahwa tidak mungkin manusia mengenal kasih Allah lepas dari Kristus. Jika ingin memiliki kasih maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah percaya pada Yesus (ayat 15,16). Tetapi tidak mungkin manusia menjadi percaya Yesus tanpa mendengar kesaksian orang percaya (ayat 14). Setiap yang percaya kepada-Nya dikaruniakan Roh Kudus (ayat 13).

Renungkan: Kasih bersedia berkurban diri karena orang membutuhkan kurban diri tersebut.

(0.12549319117647) (Why 1:1) (sh: Hai Yohanes, mengapa Wahyu? (Sabtu, 13 Desember 2003))
Hai Yohanes, mengapa Wahyu?

Hai Yohanes, mengapa Wahyu? Mengapa bukan kitab pengajaran doktrin akhir zaman yang sistematis dengan poin-poin yang lugas, dibantu peta waktu yang lengkap detil kronologisnya (bila perlu ditambah sisipan CD software interaktif yang lebih user-friendly)? Mengapa kitab Wahyu ada dalam bentuk seperti yang kita temukan sekarang? Alasan utamanya sederhana saja: Allah di dalam Kristus yang membuatnya seperti demikian; Ia memilih untuk mengaruniakan-Nya dalam bentuk seperti ini (ayat 1). Lalu apa maksudnya? Atau yang lebih penting, apa maksud-Nya?

Kitab Wahyu bukanlah bahan kursus tertulis jarak jauh bagi Kristen yang kebetulan punya waktu luang lebih dan tertarik (bila bukan terobsesi) dengan hal-hal akhir/eskatologi. Yohanes mencatatnya, dan Kristus mengaruniakannya bagi jemaat Kristen yang sedang menderita yaitu Kristen yang terperangah menyaksikan (dan mengalami!) kuasa dunia yang jahat dan dahsyat! Intipati dari apa yang ada di dalam kitab Wahyu telah digemakan pada ayat-ayat yang kita baca sekarang. Kitab ini ditulis agar Kristen mengetahui hal-hal yang akan segera terjadi (ayat 1); sebab, apa yang akan terjadi itu adalah penghiburan bagi mereka (ayat 3). Jati diri Yesus, Tuhan mereka pun menjadi penghiburan dan teladan bagi mereka. Kristus adalah Sang Saksi yang setia dan terus mengasihi kita (ayat 5). Kuasa-Nya yang dahsyat telah nyata dari karya-Nya menyelamatkan Kristen dari dosa (ayat 5), dan akan terus nyata melalui segala sesuatu yang ia sedang dan akan kerjakan selanjutnya (ayat 7-8).

Mengapa Allah kini mengaruniakan Anda kesempatan untuk membaca, menggali, dan merenungkan kitab Wahyu? Agar iman Anda makin teguh, hati Anda makin berserah, dan karya kesaksian Anda makin nyata dalam dunia. Semua ini adalah demi Tuhan kita, yang bagi-Nya “kemuliaan dan kuasa sampai selama-lama-Nya” (ayat 6).

Renungkan: Taatilah Tuhan dalam segala sesuatu, karena hanya dalam ketaatan berita kitab Wahyu menjadi kabar bahagia bagi kita.

(0.12549319117647) (Why 4:1) (sh: Liturgi surgawi (ayat 1) (Selasa, 9 Agustus 2005))
Liturgi surgawi (ayat 1)

Liturgi surgawi (ayat 1) Orang yang ingin tekun mengikuti Kristus harus tangguh menghadapi ancaman maupun prinsip hidup yang berbeda. Hal apa yang membuat para martir Kristen mampu meninggalkan kesaksian sangat mulia dalam jurang derita terkeji sekalipun? Mengapa para martir masa kini tekun mewujudkan nilai-nilai imannya dalam panggilan hidup mereka, meski harus tersingkirkan dan menjadi kurang sukses?

Penglihatan akan Kristus dalam kemuliaan-Nya, yakni: Gereja kini dan kelak dalam pemuliaan dan nasib dunia sesungguhnya, menjadi kekuatan orang Kristen tekun dan menang dalam kesulitan. Sesudah melihat Kristus, orang Kristen diajak melihat suasana surga. Di pusat terdalam surga terdapat Allah yang bertakhta dan dari pemerintahan-Nya yang mulia itu terpancar anugerah. Warna-warni yang terpancar dari berbagai batu permata itu bagaikan pelangi yang menunjuk kepada pelangi kasih Allah pada zaman Nuh (ayat 3). Oleh kemurahan-Nya, tercipta suatu umat yang telah dikuduskan dan dimuliakan. Umat tebusan itu secara simbolis digambarkan oleh dua puluh empat tua-tua yang menunjuk kepada dua belas suku Israel dan dua belas rasul.

Kedaulatan Allah juga terpancar dari takhta-Nya. Ia akan membuat laut sumber kekacauan itu takluk hening bagaikan kristal kaca (ayat 6). Terhadap mereka yang tidak tunduk, Allah adalah kilat dan guruh yang dahsyat. Ia akan menghakimi semua yang menolak kemurahan-Nya (ayat 5). Di hadapan Allah yang Maha Mulia, penuh Kasih, Berdaulat, dan Maha Kudus itu, seluruh isi ciptaan tunduk mengumandangkan liturgi surgawi (6b-9). Hal itu menjadi simfoni utuh saat seluruh umat tebusan-Nya ikut dalam liturgi itu (ayat 10-11).

Apabila hati kita serasi dengan senandung liturgi surgawi tentang kedaulatan dan pemeliharaan Allah, kita akan beroleh kekuatan moral dan spiritual untuk tekun meninggikan Dia dalam hidup kita tiap hari.

Responsku: __________________________________________________________________________________________

(0.12549319117647) (Why 6:1) (sh: Sang Anak Domba menghakimi (Kamis, 11 Agustus 2005))
Sang Anak Domba menghakimi

Sang Anak Domba menghakimi Yohanes telah menguatkan Gereja yang sedang menderita bahwa Kristus sudah memerintah di atas para penguasa dunia (pasal 1-2). Dalam pasal 4-5, Gereja dikuatkan bahwa melalui penderitaan Kristus menang dan karena-Nya Gereja menerima kemenangan. Kini Kristus yang menang itu, bertindak membuka keenam meterai pertama yang berisi berbagai hukuman atas dunia ini. Akibatnya terjadi kekacauan dalam dunia yang diungkapkan dengan "saling gigit" dan membinasakan sebagai dampak pemerintahan dan hukuman Kristus.

Keempat meterai pertama dilambangkan oleh empat ekor kuda pembawa berbagai malapetaka. Keempat malapetaka itu bisa terjadi serempak atau berurutan. Kuda keempat yang menyimpulkan semua malapetaka itu adalah Maut yang datang menimpa penduduk dunia. Kuda pertama dan terakhir memberitahukan bahwa manifestasi hukuman dari Allah itu adalah malapetaka alam dan manusia pengikut sebagai alat si jahat. Sebagai Raja, Kristus kini memurnikan orang beriman dan menghukum mereka yang tidak tunduk kepada-Nya melalui alat-alat penyebar petaka tersebut.

Seperti pemimpin mereka yang telah dibantai (Why. 5:6), para martir telah dibunuh karena iman mereka akan firman Allah dan kesaksian hidup mereka (Why. 6:9). Bagi-Nya, penderitaan umat-Nya bernilai mulia bagaikan kurban di mezbah. Penderitaan karena iman adalah jalan menuju kemenangan dan ungkapan kurban untuk kemuliaan Dia yang lebih dulu berkorban bagi kita. Dia yang telah menang dan memerintah dalam kemuliaan, mendengar doa-doa umat-Nya dan membela mereka. Dia tidak membiarkan begitu saja pengurbanan umat-Nya yang tekun dalam iman dan penderitaan, tetapi Ia bertindak menghukum kejahatan para penyebab penderitaan itu (ayat 12-17). Dia yang telah mencurahkan darah-Nya untuk umat-Nya, akan membela mereka yang karena iman kepada-Nya rela mencurahkan darah mereka.

Responsku: __________________________________________________________________________________________

(0.10756558823529) (Kol 1:24) (ende: Jang kuderita demi kepentingan kamu)

Maksud utjapan Paulus tepat sukar ditentukan. Kami mengemukakan beberapa kemungkinan.

a) Paulus ditangkap oleh orang-orang Jahudi dan sedang meringkuk dalam pendjara karena kegiatannja sebagai rasul bangsa-bangsa penjembah dewa-dewa, jaitu setjara tak langsung demi kepentingan-kepentingan umat Kolose djuga.

b) Tawanannja djuga setjara langsung menguntungkan bagi umat Kristus, sebab ia mendapat banjak kesempatan untuk memberi kesaksian tentang Kristus dan keluhuran tjita-tjita Indjil. Batjalah Fili 1:12-14.

c) Segala sengsara berfaedah untuk memperkuat semangat umat-umat. Batjalah 2Ko 1:4-7.

d) Tetapi pikiran-pikiran Paulus tentu djauh lebih mendalam. Penderitaan dan segala djenis sengsaranja ditanggungnja dengan sabar dan dipersembahkannja kepada Allah sebagai doa-doa bagi umat.

Dalam Mat 5:11-12 Jesus bersabda: Berbahagialah kamu, kalau kamu diumpat, dianiaja dan difitnah oleh karena Aku, bersukatjitalah dan bergembiralah sebab gandjaranmu besar dalam surga kelak. Dan apa jang berguna bagi salah suatu anggota pribadi, menguntungkan bagi seluruh umat menurut tandasan Paulus dalam 1Ko 12:25-26. Lagi pula Paulus banjak berdoa bagi umat-umat, dan umat umat diadjak untuk berdoa baginja atau pula untuk berdoa jang seorang lagi jang lain.

Tetapi doa-doa diungkapkan bukan dengan perkataan sadja, melainkan djuga dengan berpuasa atau pengurbanan-pengurbanan jang lain. Dan demikian biasanja dalam hidup keagamaan mempersembahkan kesabaran dalam kesengsaraan dan kerelaan menanggung penderitaan sebagai doa-doa kepada Allah untuk kepentingan-kepentingan menanggung penderitaan sebagai doa-doa kepada Allah untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Dalam dipersembahkan sebagai kurban-kurban "rohani" jang dipersatukan dengan persembahan abadi Imam Agung kita disurga jang tetap hidup sebagai pengantara kita. Lih. Ibr 7:25 dan ingat akan 1Pe 2:5. Tentu sadja demikian pula pandangan Paulus dalam utjapannja 2Ti 2:10.

(0.10756558823529) (Mat 28:19) (full: PERGILAH ... JADIKANLAH ... MURID-KU DAN BAPTISLAH. )

Nas : Mat 28:19

Kata-kata ini merupakan Amanat Agung Kristus kepada semua pengikut-Nya dari setiap angkatan. Amanat ini menyatakan sasaran, tanggung jawab, dan penugasan gereja dalam tugas misionernya.

  1. 1) Gereja harus pergi ke seluruh dunia untuk memberitakan Injil kepada semua orang sesuai dengan penyataan PB tentang Kristus dan ajaran para rasul-Nya

    (lihat cat. --> Ef 2:20).

    [atau ref. Ef 2:20]

    Tugas ini termasuk kewajiban utama yaitu mengirim utusan gerejani ke setiap bangsa (Kis 13:1-4).
  2. 2) Injil yang diberitakan berpusat pada "pertobatan dan pengampunan dosa" (Luk 24:47), janji penerimaan "karunia Roh Kudus" (Kis 2:38) dan nasihat untuk memisahkan diri dari angkatan yang jahat ini (Kis 2:40) sambil menantikan kedatangan Kristus dari sorga (Kis 3:19-20; 1Tes 1:10).
  3. 3) Tujuan pemberitaan Injil ini adalah untuk memuridkan mereka yang akan menaati semua perintah Kristus. Inilah satu-satunya perintah langsung dalam ayat ini. Kristus tidak bermaksud bahwa penginjilan dan kesaksian para utusan gerejani hanya menghasilkan keputusan untuk bertobat. Tenaga rohani jangan diarahkan hanya untuk memperbanyak jumlah anggota gereja, tetapi untuk memuridkan mereka yang bersedia memisahkan diri dari dunia ini, menaati perintah-perintah Kristus serta mengikut Dia dengan segenap hati, pikiran, dan kehendak mereka (bd. Yoh 8:31).
  4. 4) Selanjutnya, perlu diperhatikan bahwa Kristus memerintahkan kita untuk memusatkan perhatian pada menjangkau pria dan wanita yang terhilang dan bukan untuk mengkristenkan masyarakat atau menguasai dunia ini. Orang yang percaya harus meninggalkan sistem dunia yang jahat ini serta memisahkan diri dari kebejatannya (Rom 13:12; 2Kor 6:14;

    lihat art. PEMISAHAN ROHANI ORANG PERCAYA),

    sambil menyingkapkan kejahatannya (Ef 5:11).
  5. 5) Mereka yang percaya kepada Kristus dan Injil-Nya harus "dibaptis" dalam air. Upacara ini menyatakan bahwa mereka berikrar untuk meninggalkan semua kedursilaan, dunia, dan perangai yang berdosa, dan dengan terang-terangan mengabdi kepada Kristus dan maksud kerajaan-Nya

    (lihat cat. --> Kis 22:16).

    [atau ref. Kis 22:16]

  6. 6) Kristus akan senantiasa mendampingi para pengikut-Nya yang taat melalui kehadiran dan kuasa Roh Kudus (bd. ayat Mat 28:20; 1:23; Mat 18:20). Setelah mereka "diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi" barulah mereka harus pergi kepada semua bangsa dan bersaksi (Luk 24:49;

    lihat cat. --> Kis 1:8).

    [atau ref. Kis 1:8]

(0.10756558823529) (Yoh 2:3) (full: ANGGUR. )

Nas : Yoh 2:3

Kata "anggur" (Yun. _oinos_) dapat menunjuk kepada anggur yang difermentasi atau tidak difermentasi

(lihat art. ANGGUR PADA ZAMAN PERJANJIAN BARU (1)

lihat art. ANGGUR PADA ZAMAN PERJANJIAN BARU (2)).

Sifat dari oinos ini harus ditentukan oleh konteks dan kemungkinan moral.

(0.10756558823529) (Kis 1:1) (full: )

Penulis : Lukas

Tema : Penyebaran Injil yang Penuh Keberhasilan Melalui

Kuasa Roh Kudus

Tanggal Penulisan: Sekitar 63 T.M.

Latar Belakang

Kitab Kisah Para Rasul, seperti halnya Injil Lukas, dialamatkan kepada seorang yang bernama "Teofilus" (Kis 1:1). Sekalipun nama pengarangnya tidak disebutkan dalam kedua kitab itu, kesaksian kekristenan mula-mula dengan suara bulat, serta bukti intern yang mendukung dari kedua kitab ini menunjuk kepada satu orang penulis yaitu Lukas "tabib ... yang kekasih" (Kol 4:14).

Roh Kudus mendorong Lukas untuk menulis kepada Teofilus supaya mengisi keperluan dalam gereja orang Kristen bukan Yahudi, akan kisah yang lengkap mengenai awal kekristenan --

  1. (1) "dalam bukuku yang pertama" ialah Injil tentang kehidupan Yesus, dan
  2. (2) buku yang kemudian ialah laporannya dalam Kisah Para Rasul tentang pencurahan Roh Kudus di Yerusalem serta perkembangan gereja yang berikutnya.

Jelas Lukas adalah seorang penulis yang unggul, sejarawan yang cermat dan seorang teolog yang diilhami.

Kitab Kisah Para Rasul secara selektif meliput tiga puluh tahun pertama dalam sejarah gereja. Sebagai sejarawan gereja, Lukas menelusuri penyebaran Injil dari Yerusalem hingga ke Roma sambil menyebutkan sekitar 32 negara, 54 kota dan 9 pulau di Laut Tengah, 95 orang yang berbeda dengan nama serta beberapa pejabat dan administrator pemerintah dengan gelar jabatan yang tepat. Ilmu purbakala makin menguatkan ketepatan Lukas dalam semua detail. Selaku seorang teolog, Lukas dengan cerdas melukiskan makna beberapa pengalaman dan peristiwa dalam tahun-tahun mula-mula gereja.

Pada tahap awal, Alkitab PB terdiri atas dua kumpulan:

  1. (1) keempat Injil dan
  2. (2) surat-surat Paulus.

Kisah Para Rasul memainkan peranan yang penting sebagai penghubung di antara kedua kumpulan itu dan tempatnya benar dalam urutan kanonik adalah benar. Pasal 13 (Kis 13:1-28) memberikan latar belakang sejarah yang diperlukan untuk memahami secara lebih mendalam pelayanan dan surat-surat Paulus. Bagian ayat-ayat dalam kitab ini di mana Lukas menggunakan istilah "kami" (Kis 16:10-17; Kis 20:5--21:18; Kis 27:1--28:16) menunjukkan keikutsertaannya dalam perjalanan Paulus.

Tujuan

Di dalam mengisahkan permulaan berdirinya gereja, Lukas setidak-tidaknya mempunyai dua tujuan.

  1. (1) Lukas menunjukkan bahwa Injil bergerak dengan kemenangan dari perbatasan Yudaisme yang sempit ke dunia kafir kendatipun tentangan dan penganiayaan.
  2. (2) Dia mengungkapkan peranan Roh Kudus dalam kehidupan dan misi gereja, menekankan baptisan Roh Kudus sebagai persediaan Allah dalam memperkuat gereja untuk memberitakan Injil dan melanjutkan pelayanan Yesus.

Lukas secara eksplisit mengisahkan tiga kali bahwa baptisan dengan Roh Kudus disertai bahasa lidah (Kis 2:4; Kis 10:45-46; Kis 19:1-7). Konteks dari bagian-bagian ini menunjukkan bahwa pengalaman ini adalah normatif dalam kekristenan mula-mula dan merupakan pola Allah yang tetap bagi gereja.

Survai

Dalam Injil karangannya Lukas mencatat "segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus" (Kis 1:1), tetapi kitab ini menerangkan apa yang selanjutnya diperbuat dan diajar oleh Yesus setelah naik ke sorga, melalui kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalam dan melalui murid-murid-Nya dan jemaat mula-mula. Ketika Yesus naik ke sorga (Kis 1:9-11), instruksi terakhir kepada murid-murid-Nya ialah menunggu di Yerusalem hingga mereka dibaptiskan dengan Roh Kudus (Kis 1:4-5). Ayat kunci kitab ini (Kis 1:8) berisi ringkasan padat yang teologis dan geografis dari kitab ini: Yesus berjanji bahwa mereka akan menerima kuasa ketika Roh Kudus dicurahkan atas mereka -- kuasa untuk menjadi saksi-Nya

  1. (1) "di Yerusalem" (pasal 1-7; Kis 1:1--7:60),
  2. (2) "di seluruh Yudea dan Samaria" (pasal 8-12; Kis 8:1--12:25), dan
  3. (3) "sampai ke ujung bumi" (pasal 13-28; Kis 13:1--28:31).

Kisah Para Rasul mengisahkan perpaduan tindakan ilahi dengan tindakan manusia. Seluruh gereja, bukan hanya para rasul, ikut "menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil" (Kis 8:4). Para diaken seperti Stefanus dan Filipus (Kis 6:1-6) menjadi perkasa di dalam Roh Kudus dan iman, "mengadakan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda di antara orang banyak" (Kis 6:8) bahkan sampai menggoncangkan beberapa kota dengan Injil (lih. Kis 8:5-13). Umat yang saleh berdoa dengan tekun, melihat malaikat-malaikat, mendapatkan penglihatan, menyaksikan tanda dan mukjizat yang ajaib, mengusir setan-setan, menyembuhkan yang sakit serta memberitakan Injil dengan keberanian dan kekuasaan. Sekalipun di dalam gereja ada persoalan, seperti ketegangan antara orang Yahudi dan bukan Yahudi (pasal 15; Kis 15:1-41), dan kendatipun penganiayaan terus-menerus dari luar gereja oleh pemimpin agama dan penguasa sipil, nama Tuhan Yesus Kristus dimuliakan dalam perkataan dan tindakan dari kota yang satu ke kota yang lain.

Dalam pasal 1-12 (Kis 1:1--12:25) pusat utama dari penjangkauan gereja adalah Yerusalem. Di situlah Petrus menjadi orang terkemuka yang dipakai Allah untuk menyebarkan Injil. Dalam pasal 13-28 (Kis 13:1--28:31) pusat utama penjangkauan gereja adalah Antiokhia di Siria; di situlah Paulus menjadi orang terkemuka yang dipakai Allah untuk menyebarkan Injil kepada orang yang bukan Yahudi. Kitab Kisah Para Rasul berakhir tiba-tiba dengan Paulus di Roma, sedang menunggu pengadilannya di depan Kaisar. Walaupun hasil pengadilan tertangguh, kitab ini diakhiri dengan nada kemenangan. Paulus masih tertawan, namun ia tetap memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus dengan berani tanpa rintangan (Kis 28:31).

Ciri-ciri Khas

Sembilan ciri utama menandai surat ini.

  1. (1) Gereja: kitab ini menyatakan sumber kuasa dan sifat sejati dari misi gereja, bersama beberapa prinsip yang harus menguasai gereja pada setiap angkatan.
  2. (2) Roh Kudus: oknum ketiga dari Trinitas disebut secara khusus lima puluh kali; baptisan dalam dan pelayanan Roh Kudus memberikan kuasa ilahi (Kis 1:8), keberanian (Kis 4:31), ketakutan yang kudus akan Allah (Kis 5:3,5,11), kebijaksanaan (Kis 6:3,10), bimbingan (Kis 16:6-10) dan karunia-karunia Roh (Kis 19:6).
  3. (3) Amanat gereja mula-mula: Lukas dengan cermat mencatat khotbah-khotbah yang diilhamkan yang disampaikan oleh Petrus, Stefanus, Paulus, Yakobus dan orang lain yang memberikan pengetahuan tentang gereja mula-mula yang tidak terdapat dalam kitab-kitab PB lainnya.
  4. (4) Doa: Gereja mula-mula mengabdikan diri kepada doa yang tetap dan sungguh-sungguh; kadang-kadang sepanjang malam sehingga hasilnya luar biasa.
  5. (5) Tanda-tanda, keajaiban-keajaiban dan mukjizat-mukjizat: penyataan ini menyertai pekabaran Injil di dalam kuasa Roh Kudus.
  6. (6) Penganiayaan: pekabaran Injil dengan kuasa terus-menerus membangkitkan pertentangan dan penganiayaan, baik dari pihak agama maupun yang sekular.
  7. (7) Urutan Yahudi -- bukan Yahudi: sepanjang kitab ini Injil pertama-tama disampaikan kepada orang Yahudi, baru kepada bangsa-bangsa lainnya.
  8. (8) Wanita: keterlibatan wanita disebutkan secara khusus dalam pelaksanaan pelayanan gerejani.
  9. (9) Kemenangan: tembok pemisah (nasional, keagamaan, budaya, atau suku) dan pertentangan serta penganiayaan tidak dapat menahan meluasnya Injil.

Prinsip Hermeneutis

Beberapa penafsir memandang kitab Kisah Para Rasul seolah di bawah suatu perjanjian PB yang lain daripada melihatnya sebagai patokan Allah bagi gereja dan kesaksiannya selama seluruh periode yang disebut PB "hari-hari terakhir" (bd. lihat cat. --> "Kis 2:17"). [atau ref. Kis 2:17] Kisah Para Rasul bukan saja buku sejarah dari gereja mula-mula, melainkan menjadi buku pedoman bagi kehidupan Kristen dan untuk gereja yang dipenuhi Roh. Orang percaya seharusnya mendambakan dan menantikan, sebagai norma atau patokan gereja masa kini, semua unsur pelayanan dan pengalaman gereja PB (kecuali penulisan PB); semuanya ini dapat dicapai apabila gereja bergerak dalam kuasa Roh yang penuh. Tidak ada sesuatu dalam Kisah Para Rasul atau PB yang mengatakan bahwa tanda-tanda, keajaiban-keajaiban, mukjizat-mukjizat, karunia-karunia rohani atau tolok ukur rasuli bagi kehidupan dan pelayanan gereja pada umumnya akan berhenti secara mendadak atau untuk selama-lamanya pada akhir masa para rasul. Kisah Para Rasul mencatat apa yang seharusnya gereja perbuat di dalam setiap generasi selama ia melanjutkan pelayanan Yesus dalam kuasa Pentakosta dari Roh Kudus (lihat cat. --> "Kis 7:44"). [atau ref. Kis 7:44]

(0.10756558823529) (2Kor 10:5) (full: MENAWAN SEGALA PIKIRAN. )

Nas : 2Kor 10:5

Peperangan orang Kristen meliputi tindakan menyesuaikan segala pikiran kita dengan kehendak Kristus; kegagalan untuk melakukan hal itu akan menyebabkan kebejatan dan kematian rohani (Rom 6:16,23; 8:13). Pakailah empat langkah berikut ini untuk menaklukkan pikiran saudara kepada ketuhanan Kristus.

  1. 1) Sadarlah bahwa Allah mengetahui setiap pikiran dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari hadapan-Nya (Mazm 94:11; 139:2,4,23-24). Kita harus memberi pertanggungjawaban kepada Allah bagi pikiran, perkataan, dan perbuatan kita (2Kor 5:10; Pengkh 12:14; Mat 12:35-37; Rom 14:12).
  2. 2) Sadarlah bahwa pikiran kita merupakan medan pertempuran. Beberapa buah pikiran berasal dari kita sendiri, sedangkan lainnya datang secara langsung dari musuh kita. Menawan setiap pikiran menuntut peperangan melawan baik tabiat berdosa kita maupun kuasa roh-roh jahat (Ef 6:12-13; bd. Mat 4:3-11). Tolaklah dan lawanlah dengan gigih pikiran yang jahat dan yang tidak rohani dalam nama Tuhan Yesus Kristus (Fili 4:8). Ingatlah bahwa sebagai orang percaya, kita mengalahkan musuh kita oleh darah Anak Domba, oleh perkataan kesaksian kita, dan dengan terus-menerus mengatakan "Tidak!" kepada Iblis, pencobaan, dan dosa (Tit 2:11-12; Yak 4:7; Wahy 12:11; bd. Mat 4:3-11).
  3. 3) Bersikaplah tegas dalam memusatkan pikiran pada Kristus dan perkara sorgawi lebih daripada perkara duniawi (Fili 3:19; Kol 3:2), sebab pikiran yang dikendalikan oleh Roh itu adalah hidup dan damai sejahtera (Rom 8:6-7). Penuhilah pikiranmu dengan Firman Allah (Mazm 1:1-3; Mazm 19:8-15; 119:1-176) dan dengan perkara yang mulia, yang baik dan yang patut dipuji (Fili 4:8).
  4. 4) Berhati-hatilah selalu akan apa yang dilihat oleh matamu dan apa yang didengar oleh telingamu. Tolaklah dengan tegas untuk mengizinkan
    1. (a) matamu menjadi alat penyalur hawa nafsu (Ayub 31:1; 1Yoh 2:16), atau untuk
    2. (b) meletakkan hal-hal yang tidak patut dan jahat di depan matamu, baik itu berbentuk buku, majalah, gambar, siaran televisi, atau dalam kehidupan sehari-hari (Mazm 101:3; Yes 33:14-15; Rom 13:14).
(0.10756558823529) (Why 2:7) (full: BARANGSIAPA MENANG. )

Nas : Wahy 2:7

Pemenang (Yun. _nikon_) adalah seorang yang, oleh kasih karunia Allah yang diterimanya melalui iman pada Kristus, telah mengalami kelahiran baru dan tinggal tetap dalam kemenangan atas dosa, dunia, dan Iblis.

  1. 1) Sekalipun dikelilingi oleh pertentangan dan pemberontakan yang hebat, orang yang menang itu akan menolak untuk menyesuaikan diri dengan dunia ini dan kefasikan yang mungkin ada dalam jemaat (ayat Wahy 2:24). Mereka mendengarkan dan menanggapi apa yang dikatakan oleh Roh kepada jemaat-jemaat, tinggal setia kepada Kristus sampai saat yang paling akhir (ayat Wahy 2:26) dan hanya menerima standar Allah yang dinyatakan dalam Firman-Nya yang kudus (Wahy 3:8).
  2. 2) Para pemenang dalam jemaat-jemaat Allah, dan hanya mereka yang menang, akan makan dari pohon kehidupan, tidak akan menderita kematian yang kedua (ayat Wahy 2:11), akan menerima manna yang tersembunyi dan akan diberikan nama baru di dalam sorga (ayat Wahy 2:17), akan dikaruniai kuasa atas bangsa-bangsa (ayat Wahy 2:26), nama mereka tidak akan dihapus dari kitab kehidupan tetapi akan dihormati oleh Kristus di hadapan Bapa-Nya dan para malaikat (Wahy 3:5), akan tinggal bersama Allah dalam bait-Nya dan akan mengenakan nama Allah, Kristus, dan Yerusalem Baru (Wahy 3:12), akan duduk bersama-sama dengan Kristus di atas takhta-Nya (Wahy 3:21), dan akan menjadi anak-anak Allah untuk selama-lamanya (Wahy 21:7).
  3. 3) Rahasia kemenangan bagi para pemenang adalah kematian Kristus yang mendamaikan, kesaksian setia mereka akan Yesus, dan ketekunan mereka dalam kasih kepada Kristus bahkan sampai mati sekalipun (Wahy 12:11; bd. 1Yoh 5:4). Perhatikanlah bahwa kita harus menang atas dosa, dunia, dan Iblis, kalau tidak kita akan dikalahkan oleh mereka dan pada akhirnya dilemparkan ke dalam lautan api (ayat Wahy 2:11; 3:5; 20:15; Wahy 21:8). Tidak ada jalan tengah.
(0.10756558823529) (Mat 28:10) (jerusalem: di sanalah mereka akan melihat Aku) Semua Injil sepakat dalam memberitahukan penampakan seorang (beberapa) malaikat kepada wanita, Mat 28:5-7; Mar 16:5-7; Luk 24:4-7; Yoh 20:12-13. Tetapi keempat penginjil sangat berbeda satu sama lain dalam menceritakan penampakan Yesus sendiri. Injil Markus dapat disingkirkan, sebab tiba-tiba berhenti, bdk Mar 16:8+, dan bagian penutup yang ditambahkan hanya berupa ringkasan injil-injil lain. Ketiga injil lain berbeda sekali baik sehubungan dengan caranya menceritakan penampakan itu maupun sehubungan dengan ajaran yang tercantum dalam ceritanya; 1) Ada penampakan buat orang perseorangan yang bermaksud membuktikan kebangkitan: kepada Maria Magdalena seorang diri, Yoh 20:14-17; bdk Mar 16:9, atau bersama teman-temannya, Mat 28:9-10; kepada dua murid di Emaus, Luk 24:13-32; bdk Mar 16:12; kepada Simon, Luk 24:34; kepada Tomas, Yoh 20:26-29; 2) sebuah penampakan kepada kepada semua murid bersama yang diberi tugas mewartakan Injil, Mat 28:16-20; Luk 24:36-49; Yoh 20:19-23; bdk Mar 16:14-18. Ada juga tradisi mengenai tempat penampakan-penampakan itu: hanya di Galilea saja, Mar 16:7; Mat 28:10,16-20; hanya di Yudea, Lukas dan Yoh 20; Yoh 21 yang berupa tambahan menambah sebuah penampakan di Galilea yang meskipun penampakan kepada orang perorangan, namun disertai suatu pengutusan (Petrus). Kerigma tertua yang disajikan Paulus dalam 1Ko 15:3-7 menyebut lima penampakan (dengan ditambah penampakan kepada Paulus sendiri), yang tidak mudah dapat disesuaikan dengan cerita-cerita keempat injil. Khususnya Paulus berkata tentang sebuah penampakan kepada Yakobus, yang juga diceritakan oleh "Injil buat orang Ibrani". Terasa bahwa ada berbagai tradisi yang timbul pada kelompok-kelompok tertentu yang sukar ditentukan lebih lanjut. Tetapi justru sukar ditentukan lebih lanjut. Tetapi justru perbedaan-perbedaan tersebut lebih baik dari kesamaan yang dibuat-buat memberi kesaksian tentang tuanya tradisi-tradisi itu dan tentang ciri historis penampakan Yesus yang memang beberapa kali terjadi.
(0.10756558823529) (Neh 12:27) (sh: Sumber kesukacitaan (Rabu, 29 November 2000))
Sumber kesukacitaan

Sumber kesukacitaan. Nas Alkitab kita hari ini mengisahkan suatu fakta bahwa pentahbisan tembok Yerusalem merupakan kesempatan untuk perayaan yang penuh dengan sukacita. Ketika 2 paduan suara yang besar berarak dari arah yang berlawanan untuk bertemu di depan bait Allah (31-39), seluruh rakyat Israel bersuka cita karena Allah memberi mereka kesukaan yang besar (43).

Ada 2 sumber kesukacitaan bagi bangsa Israel pada waktu itu. Pertama, sesuatu yang tampak mata dan eksternal. Umat Allah telah berhasil membangun kembali tembok Yerusalem. Hasil yang tampak mata ini tidak hanya memuliakan Allah pemilik kota Yerusalem, namun juga mengangkat harkat dan martabat Israel sebagai sebuah bangsa. Mereka tidak lagi disepelekan dan dihina oleh bangsa-bangsa tetangga mereka yang menyadari bahwa keberhasilan Israel adalah karena bantuan Allah (lihat 6:16). Kita sekarang juga hidup di dunia yang mengagungkan materi sebagai simbol keberhasilan. Keberhasilan materi yang kita dapatkan hendaknya tidak hanya membuat mata orang lain terbuka akan keterlibatan Allah dalam dunia ini namun juga harus memberikan kesaksian tentang iman kita kepada orang lain. Kita memang berhak bersukacita atas keberhasilan materi. Namun yang lebih penting adalah hendaknya kita tetap mengakui Allah sebagai sumber keberhasilan dan mempersembahkan setiap keberhasilan kita kepada-Nya. Kedua, sumber terdalam dan terbesar bagi kesukacitaan orang Israel mengalir dari dalam diri mereka dan bersifat rohani. Israel sudah mengakui dosa-dosa mereka dan sudah berkomitmen ulang untuk melayani Allah. Ada kekayaan rohani yang mereka nikmati. Ini merupakan bukti bahwa mereka memiliki hubungan yang benar dan dekat dengan Allah.

Renungkan: Sama seperti bangsa Israel, sumber sukacita yang terbesar bagi Kristen di sepanjang segala zaman haruslah bersifat rohani. Persekutuan yang dekat dan benar dengan Allah hendaklah menjadi sumber kesukacitaan kita. Apabila hubungan kita dengan Allah terjalin dengan indahnya, berkat materi yang sering dianggap sebagai bukti penyertaan-Nya menjadi kurang penting bagi kita. Hubungan kita dengan Allah tetap terjalin dengan indah dan kita tetap dapat bersukacita meski segala sesuatu yang ada di lingkungan tampak hancur berantakan dan tidak mendukung kita.

(0.10756558823529) (Mzm 6:1) (sh: Iman dalam pergumulan (Jumat, 17 Maret 2000))
Iman dalam pergumulan

Iman dalam pergumulan. Sebuah pertanyaan yang berawal dengan kata "mengapa" mungkin akan muncul di benak kita, apabila kita mendengar kesaksian seorang Kristen yang begitu saleh dan takut akan Tuhan, mengalami berbagai kemelut dan bencana dalam kehidupan imannya. Sebuah keluarga yang begitu setia beribadah dan hidup melayani Tuhan, tiba-tiba harus kehilangan anak satu- satunya karena menjadi korban pembunuhan, ketika terjadi perampokan di rumahnya. Beberapa bulan kemudian, suami dari ibu yang telah kehilangan anak satu-satunya ini pun terkena PHK. Betapa pedih dan memilukan hati tragedi kehilangan anak satu- satunya, ditambah lagi dengan kehilangan pekerjaan. Sepertinya tidak satu hal pun yang dapat mengobati luka dan kepedihan hati keluarga ini. Mengapa hal ini menimpa keluarga yang setia dan takut akan Tuhan? Mengapa seolah-olah Tuhan tidak bertindak menolong mereka? Sampai berapa lama keluarga ini harus mengalami pergumulan?

Nampaknya pergumulan yang dialami Daud pun demikian berat, sampai seluruh tubuhnya pun terasa sakit dan lemah. Selaras dengan pemahaman PL bahwa penderitaan adalah akibat dari murka Tuhan atas dosa manusia, maka di awal mazmur ini, Daud mengaitkan penderitaan yang dialaminya dengan hukuman, murka, hajaran, dan amarah-Nya. Pemahaman ini terus bertumbuh dengan bertambahnya pengenalan akan Tuhan yang penuh kasih setia, yang akan mendengar doanya dan menyelamatkannya. Bahkan semua musuhnya pun akan mendapat malu dan mundur dari padanya.

Tuhan bukan hanya mengizinkan penderitaan sebagai hukuman bagi yang berdosa, namun juga mengizinkan berbagai penderitaan dan pergumulan mewarnai kehidupan Kristen yang setia, saleh, dan hidup takut akan Tuhan. Penghayatan makna pembentukan-Nya bukan dari kesuksesan dan kelancaran hidup yang senantiasa diwarnai dengan kesenangan. Justru sebaliknya terlebih banyak Kristen belajar makna pembentukan-Nya melalui berbagai pergumulan yang seringkali membawa duka pada awalnya, namun membawa sukacita di hari kemenangan.

Renungkan: Tuhan menghargai setiap doa ungkapan pergumul-an yang dinaikkan dengan tulus hati dan bukan dengan motivasi pemberontakan. Teladanilah Daud yang pada akhirnya mengerti makna pergumulan yang berbuahkan iman dan pengharapan di dalam Tuhan.



TIP #23: Gunakan Studi Kamus dengan menggunakan indeks kata atau kotak pencarian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA