(0.21827838) | (2Sam 22:31) |
(sh: Dilindungi dan ditempa. (Minggu, 19 Juli 1998)) Dilindungi dan ditempa.Dilindungi dan ditempa. Tuhan yang berperang. Bukan saja kekuatan dan kemenangan yang Daud peroleh dari Tuhan tetapi Tuhan telah membuat musuh-musuhnya kalah sebelum berperang. Itulah yang pada akhirnya membuat Daud berkata, "Tuhan itu hidup". Mata jasmani kita memang hanya dapat menangkap persoalan hidup, tetapi Tuhan telah mengaruniakan mata iman supaya kita dapat memandang-Nya di balik persoalan kita, mendengar sapaan-Nya yang menghibur, di tengah gemuruhnya badai kehidupan. Puncak keajaiban bersama Allah yang Daud alami, meyakinkan kita bahwa ternyata kekuatan dan kemenangan melawan kuasa kegelapan dan pengaruh besar telah kita terima dari Allah. Harus kita sadari bahwa ternyata pengaruh kehadiran Allah itu memampukan kita melewati masa-masa sengsara yang dialami dalam gelombang kehidupan. Itulah fakta bahwa kita menyembah Allah yang hidup. Sebab itu tak cukup kita bersaksi tentang dia, tetapi haruslah kita menaikkan puja dan sembah pada Allah yang hidup. Itulah intisari pujian umat kepada Allah. Renungkan: Jangan berlagak tidak tahu apa-apa tentang karya pemeliharaan Tuhan karena itu akan memadamkan mata iman yang telah dikaruniakan Allah kepada Anda. Sebaliknya sadarlah dengan sedalam-dalamnya akan kehadiran Allah. Doa: Terima kasih untuk mata iman yang Kauberikan kepadaku. |
(0.21827838) | (1Raj 1:28) |
(sh: Minta petunjuk Tuhan (Sabtu, 24 Juli 2004)) Minta petunjuk TuhanMinta petunjuk Tuhan. Banyak orang takut untuk berbuat kesalahan. Untuk menghindari kesalahan, banyak orang melakukan beberapa cara, misalnya: meminta petunjuk kepada orang yang dianggap "pintar". Mereka mungkin menanyakan, "Bisnis apakah yang tepat untuk situasi seperti ini?" Mereka berharap supaya melalui petunjuk itu, mereka terhindar dari kesalahan yang fatal. Persoalannya adalah kepada siapa kita meminta pertolongan, kepada Allah atau kepada manusia? Tanpa petunjuk siapapun juga, Adonia mengangkat dirinya sendiri menjadi raja. Namun ketika Daud mengangkat Salomo menggantikannya sebagai raja dan setelah Salomo diurapi oleh imam Zadok dan Nabi Natan, seluruh rakyat menyambut Salomo sebagai raja. Suara rakyat begitu riuh sehingga digambarkan bagaikan membelah bumi (ayat 34-40). Adonia menjadi takut dan para undangannya pun terkejut, lalu semua melarikan diri (ayat 49). Dalam ketakutan Adonia lari menuju mezbah dan memegang tanduk-tanduk mezbah, tempat belas kasih Allah dan pengampunan-Nya dinyatakan. Ia lari ke sana setelah rencana pemberontakannya terbongkar. Akibat dari perbuatannya yang tidak pikir panjang, Adonia harus menanggung kesulitan dan berhadapan dengan Salomo. Jika Adonia mengutamakan apa yang Allah inginkan dan bukan semata-mata apa yang ia inginkan, ia akan terhindar dari masalah. Apa yang dialami oleh Adonia merupakan suatu peringatan bagi kita. Kita perlu meminta petunjuk pada Allah sebelum melakukan segala sesuatu supaya terhindar dari kesalahan. Jangan mencari petunjuk dari orang "pintar", petunjuk paranormal, petunjuk ramalan bintang, atau petunjuk mbah dukun. Namun, carilah petunjuk dari Allah yang hidup, sebab Ia memberikan petunjuk yang terbaik bagi kita dalam menjalani hidup. Jangan menunggu sampai kita melakukan kesalahan dalam hidup ini baru mencari Allah. Carilah petunjuk dan pimpinan Allah sebelum kita bertindak. Renungkan: Carilah pimpinan Tuhan, sehingga Anda terluputkan dari permasalahan yang tidak perlu dihadapi. |
(0.21827838) | (1Raj 3:1) |
(sh: Tujuan Menghalalkan Prioritas (Sabtu, 29 Januari 2000)) Tujuan Menghalalkan PrioritasTujuan Menghalalkan Prioritas. Prioritas yang diambil dalam kehidupan seseorang sudah dapat menggambarkan kehidupan macam apakah yang akan dipunyainya kelak. Dengan kata lain penentuan prioritas adalah sangat vital bagi kehidupan seseorang. Dalam perikop ini kita bisa melihat bahwa prioritas yang diambil oleh Salomo merupakan preseden yang buruk walaupun karunia Allah tetap menyertainya. Setelah tindakan pembersihan musuh-musuh dari dalam tahta dan pemerintahan Salomo menjadi kuat dan kokoh (2:13-46). Namun demikian, Salomo terus memprioritaskan untuk terus memperkokoh tahta dan pemerintahannya. Karena itulah seluruh keputusan dan tindakannya selalu bermotivasikan hal itu. Hubungan luar negeri yang baik penting untuk memperkokoh tahta karena itu ia menggalang aliansi dengan Mesir dengan menjadi menantunya. Lalu sesuai dengan 'kunci' yang diberikan Daud, Salomo juga menunjukkan kehidupan kerohanian yang indah di mana kasihnya kepada Tuhan dimanifestasikan lewat hidup yang taat kepada-Nya. Kemudian, menyadari bahwa ia mendapat tahta karena kasih karunia-Nya, ia masih sangat muda dan betapa kompleksnya memimpin bangsa yang besar, maka ia pun memprioritaskan untuk meminta hikmat untuk memimpin bangsa ini yang kemudian dengan sendirinya tahta dan pemerintahannya semakin kokoh. Sangat jelas terlihat bahwa prioritas Salomo adalah campur aduk antara bergantung kepada keterlibatan Allah dan manusia sebagai faktor yang sama-sama dominan. Ia bergantung kepada manusia ketika menjalin aliansi dengan Mesir karena firman Allah telah melarangnya untuk mempunyai banyak istri (Ulangan 17:17) mengingat bahwa putri Firaun bukanlah istri pertama Salomo. Disamping itu ia juga melupakan kerohanian bangsanya karena mereka dan ia sendiri masih mempersembahkan di bukit-bukit pengorbanan. Walau kasih karunia Allah masih menyertai Salomo terbukti dengan dikabulkannya permohonan Salomo dan bahkan diberkati oleh banyak hal yang tidak ia minta, namun tindakan Salomo ini merupakan suatu awal yang buruk. Karena setelah itu Salomo cenderung mempunyai lebih banyak istri yang akhirnya membawa pada kehancurannya. |
(0.21827838) | (1Raj 3:1) |
(sh: Bukti Kasih Salomo (Selasa, 27 Juli 2004)) Bukti Kasih SalomoBukti Kasih Salomo. NATO (North Atlantic Territory Organization; Organisasi Pertahanan Atlantik Utara) sering dipelesetkan menjadi No Action Talk Only (banyak bicara tanpa berbuat). Banyak orang hanya bisa berbicara dan berteori tanpa bisa melakukannya. Apakah Salomo seorang raja yang NATO? Alkitab mencatat bahwa Salomo mengasihi TUHAN dengan sungguh-sungguh. Hal itu dibuktikannya dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya (ayat 3). Ia mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN, sebagai wujud kasihnya itu. Korban-korban bakaran itu adalah pernyataan ibadah, ucapan syukur, dan persekutuan Salomo kepada TUHAN. Ini adalah bukti pertama Salomo mengasihi TUHAN sungguh-sungguh. Bukti kedua Salomo mengasihi TUHAN, dapat kita lihat dari permohonannya dalam doa (ayat 6-9). TUHAN mengaruniakan Salomo satu permintaan, dan Salomo memanfaatkannya. Satu permintaan Salomo adalah memohonkan hikmat supaya bisa memerintah dengan baik dan demi kebaikan rakyatnya. Salomo tidak meminta kekayaan, kekuasaan, umur panjang, dll. Ini menunjukkan bahwa Salomo tidak mementingkan diri sendiri, tetapi peduli kepada rakyatnya yang begitu banyak. Dengan hikmat dari TUHAN, Salomo mensejahterakan umat Tuhan. Salomo mengasihi umat TUHAN karena Salomo mengasihi TUHAN! Bukti kedua ini diteguhkan dengan konfirmasi dari TUHAN sendiri (ayat 10-14). Salomo membuktikan diri bukan raja yang NATO. Salomo mengasihi Tuhan bukan sekadar melalui kata-kata tetapi dengan tindakan konkret. Apakah kita mengasihi Tuhan? Apa bukti nyata kita mengasihi Tuhan? Kalau kita mengasihi Tuhan, pasti kita menaati firman-Nya, dan setia beribadah kepada-Nya. Kalau kita mengasihi Tuhan, pasti kita juga mengasihi sesama kita, dan kita akan meminta hal-hal yang terbaik bukan untuk diri sendiri melainkan untuk orang lain. Renungkan: Apakah buktinya kita mengasihi Tuhan. Apakah hidup kita sudah sesuai dengan kehendak-Nya? Apakah hidup kita sudah menjadi berkat untuk sesama kita? |
(0.21827838) | (1Raj 5:1) |
(sh: Waktunya Allah (Jumat, 30 Juli 2004)) Waktunya AllahWaktunya Allah. Sebuah proyek yang hendak diwujudkan memerlukan persiapan yang tepat dan perlu memperhitungkan waktu, bahan, tenaga dan dana serta hal-hal lain yang diperlukan secara cermat untuk menyukseskan proyek tersebut. Ketika Salomo telah diurapi menjadi raja menggantikan ayahnya, dan Allah telah mengaruniakan keamanan kepada negerinya, maka Salomo ingin mendirikan Bait Allah. Allah pernah berjanji kepada Daud bahwa Salomolah yang akan membangun Bait Allah. Salomo mengirim utusan kepada Hiram, raja Tirus yang bersahabat dengan ayahnya, Daud (ayat 1-4). Dengan hikmat dari Allah, Salomo menjalin komunikasi yang baik dalam menyampaikan keinginannya kepada Hiram, raja Tirus untuk membangun Bait Allah. Sebagai hasilnya, Hiram memberikan dukungan dengan mengirimkan kayu Sanobar untuk proyek mendirikan Bait Allah (ayat 7-10). Bukan hanya kayu yang disediakan oleh Hiram, tetapi ia juga menyediakan batu untuk dipahat bagi pembangunan tersebut. Apakah yang dapat kita pelajari dari persiapan Salomo dalam mendirikan Bait Allah? Pertama, Salomo dengan hikmat mengatur semua persiapan pembangunan Bait Allah dengan baik. Kedua, Salomo menggunakan bantuan dari orang lain untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat diupayakannya sendiri. Ketiga, Salomo mengetahui bahwa waktu pembangunan Bait Allah sudah tiba. Persiapan secara tepat sangat diperlukan untuk pembangunan Bait Allah. Namun di samping persiapan yang dilakukan, diperlukan juga kepekaan untuk mengetahui apakah saat ini merupakan "waktunya Allah" untuk membangun Bait Allah. Salomo memiliki kepekaan untuk mengetahui bahwa keamanan yang dikaruniakan Allah merupakan tanda "waktunya Allah" untuk mempersiapkan pembangunan Bait Suci. Renungkan: Orang Kristen perlu memiliki kepekaan dalam melihat waktu Tuhan, bukan saja dalam pembangunan rumah Allah (gereja), tetapi dalam segala aspek hidup. Melakukan sesuatu dalam "waktunya Allah" menghasilkan keberhasilan. |
(0.21827838) | (1Raj 12:25) |
(sh: Kehendak Tuhan, Bukan Kepentingan Kita (Sabtu, 18 Juli 2015)) Kehendak Tuhan, Bukan Kepentingan KitaJudul: Kehendak Tuhan, Bukan Kepentingan Kita Yerobeam kemudian berpikir panjang. Ia tahu bahwa bangsa Israel tunduk pada hukum Musa dan berkewajiban untuk mempersembahkan korban di rumah Tuhan di Yerusalem. Itu sebabnya, Yerobeam khawatir terhadap implikasi politis jika rakyat yang sekarang ini bersedia dia pimpin harus melakukan perjalanan tahunan ke Yerusalem (27). Bisa-bisa mereka berbalik arah, ingin kembali berada di bawah pemerintahan Rehabeam dan kemudian membinasakan dirinya. Yerobeam kelihatannya lupa akan janji Allah yang disampaikan melalui Ahia, bahwa takhtanya akan teguh bila ia taat kepada Allah dengan sepenuh hati. Artinya, tidak mengarahkan bangsa Israel pada penyembahan berhala. Maka untuk mengantisipasi semua yang dia khawatirkan, Yerobeam membuat dua anak lembu jantan dari emas dan menempatkannya di Betel serta Dan (28-29). Kedua tempat itu memiliki arti yang penting bagi Israel. Betel adalah tempat Abraham mendirikan mezbah bagi Allah (Kej. 12:8). Yakub menamakannya "bet-el", yang artinya rumah Tuhan karena ia melihat Dia di sana (Kej. 28:16-19; 35:7). Sedangkan Dan merupakan kota yang letaknya paling utara Israel. Pada masa Yonatan bin Gersom bin Musa menjadi imam, suku Dan -yang mendiami kota- jatuh ke dalam dosa penyembahan berhala (Hak. 18:30-31). Dengan demikian, Yerobeam menggantikan penyembahan kepada Allah yang benar menjadi ibadah kepada Baal.Yerobeam menjadi contoh pemimpin yang memanfaatkan agama bagi kepentingan politiknya. Ini memperlihatkan bahwa Yerobeam tidak menghargai firman Tuhan. Kisah Yerobeam menjadi pelajaran bagi kita. Jangan sampai kita mengutamakan kepentingan-kepentingan kita di atas kebenaran firman Allah. Jangan juga memlintir firman Allah bagi kepentingan kita. Yang kita harus utamakan senantiasa adalah kehendak Tuhan, bukan kepentingan kita. |
(0.21827838) | (1Raj 15:33) |
(sh: Dosa pemimpin menular kepada rakyatnya? (Minggu, 27 Februari 2000)) Dosa pemimpin menular kepada rakyatnya?Dosa pemimpin menular kepada rakyatnya? Bisa "ya" bisa juga "tidak". "Ya" kalau rakyat menganut tanpa mempertimbangkan dosa atau tidak. Terlebih lagi bila batasan itu terlampau tipis atau karena sudah membudaya sampai sudah tidak ada lagi kepekaan terhadap dosa. Bila kebenaran, keadilan, nilai-nilai moral, dan etika menjadi sungsang sehingga sistem masyarakat yang ada: korupsi, kolusi, nepotisme, monopoli, dan manipulasi, merajalela tanpa kendali. Atau sistem ini tercipta karena pemerintah bersama rakyat terlilit dosa tanpa rasa berdosa lagi. Mungkinkah jawabannya tidak? Bagaimana mungkin terjadi dalam sistem yang sudah begitu kompleks dan rumit, bahkan sulit menemukan simpulnya tatkala mau dicoba diuraikan kekusutan masalahnya. Jawabannya hanya satu, bila rakyat mau menjunjung harkat dan martabat insaninya, yakni menjadi manusia yang luhur dan mulia sesuai maksud dan tujuan penciptaan. Jemaat Tuhan seharusnya tidak ikut arus, namun berperan menegakkan kebenaran dan keadilan. Bila tidak, maka hukuman Allah pasti akan dijatuhkan. Itulah yang terjadi di masa dinasti Baesa. Baesa yang diberi kesempatan menjadi raja Israel melakukan apa yang jahat dan seluruh rakyatnya pun mengikutinya. Masa yang cukup panjang diberikan Tuhan kepada Baesa dan rakyat Yehuda untuk berkaca kepada pendahulunya. Tetapi raja dan rakyat tidak mempedulikan. Tidak ada pertobatan, tidak ada perbaikan, dan tidak ada berkat. Kalau 24 tahun lampau Baesa dipakai Tuhan menjadi "alat-Nya" untuk menghukum dinasti Yerobeam, kini apa yang terjadi pada keluarga Yerobeam terjadi juga padanya dan seluruh rakyatnya. Renungkan: Kehancuran kerajaan Israel jangan sampai terulang di negeri kita. Sebagai warga negara janganlah kita hanyut tetapi hasilkan karya, tuturkan karsa yang berdasar pada norma-norma kebenaran ilahi sebagai murid-Nya. Semoga Tuhan memberkati bangsa dan negara Indonesia, tempat Tuhan mengutus kita. |
(0.21827838) | (1Raj 18:1) |
(sh: Maksud Allah di balik kesulitan (Sabtu, 21 Agustus 2004)) Maksud Allah di balik kesulitanMaksud Allah di balik kesulitan. Pada saat kita mengalami kesulitan, kita cenderung memikirkan diri sendiri atau mencari cara untuk mengatasinya dengan usaha sendiri. Akibatnya, kita tidak dapat mengerti maksud Allah di balik kesulitan tersebut. Itulah yang terjadi pada diri Ahab. Ahab, raja Israel jatuh ke dalam dosa penyembahan berhala (ayat 16:30-33). Dosa yang dilakukan Ahab menyebabkan kerajaan dan rakyat yang dipimpinnya mengalami penghukuman Allah yakni bencana kekeringan dan kelaparan (ayat 17:1). Bencana kekeringan dan kelaparan itu terjadi selama tiga tahun (ayat 18:1). Selama itu juga, Ahab dan bangsa Israel menyembah Baal. Ahab tidak mencari Allah, melainkan berupaya mencari cara mengatasinya dengan usaha sendiri. Sikap Ahab ini nampak ketika ia ingin menyelamatkan nasib hewan miliknya (ayat 5). Sebagai raja, Ahab lebih mementingkan diri sendiri daripada kepentingan rakyat. Allah ingin menyatakan kepada Ahab dan umat-Nya bahwa Ia adalah Allah Israel (ayat 2). Melalui Obaja, Elia meminta untuk memanggil Ahab agar menemuinya (ayat 7-16). Ahab yang telah meninggalkan Allah untuk menyembah Baal, beranggapan bahwa bencana kekeringan dan kelaparan yang terjadi itu karena Elia (ayat 17). Ia menganggap bahwa perkataan Elia menyebabkan Baal membuat hujan tidak turun dan tanah menjadi kering. Elia mengingatkan Ahab bahwa bencana kekeringan dan kelaparan terjadi karena dia telah menyembah Baal dan telah meninggalkan Allah Israel (ayat 18). Meski demikian, Allah tetap mengasihi umat-Nya. Ia mempunyai rencana untuk umat-Nya di Gunung Karmel dan akan menurunkan hujan (ay. 1,19,45). Jika kita mengalami kesulitan, itulah saatnya kita mengadakan koreksi diri. Mungkin kesulitan itu adalah peringatan Tuhan agar kita menyadari perilaku yang salah. Kesulitan dan masalah hidup dapat menjadi suara Allah untuk memanggil kita kembali kepada-Nya. Renungkan: Maksud Tuhan mempersulit kita ketika berdosa adalah untuk menuntun kita kembali kepada-Nya, kembali kepada berkat-Nya. |
(0.21827838) | (2Raj 3:1) |
(sh: Kehidupan rohani akar kehidupan manusia (Rabu, 17 Mei 2000)) Kehidupan rohani akar kehidupan manusiaKehidupan rohani akar kehidupan manusia. Kehidupan rohani seseorang merupakan akar dan titik awal bagi tercapainya kehidupan manusia yang seutuhnya, yakni kehidupan yang selaras dengan panggilan hidupnya, kehidupan yang bermakna dan berharga bagi masyarakatnya. Dengan kata lain, walaupun seseorang sukses dalam kariernya, namun kehidupan rohaninya kacau, maka dapat dipastikan bahwa kesuksesan dalam karier itu tidak akan bermakna bagi pribadinya, keluarganya, dan masyarakat. Kehidupan Yoram merupakan contoh yang tepat untuk hal ini. Sebagai raja Israel, panggilan hidupnya adalah memimpin dan membimbing rakyatnya untuk berjalan dalam jalan Tuhan. Namun kenyataannya, ia justru memimpin bangsanya kepada kesesatan dan kemurtadan. Ini berawal dari kehidupan rohaninya yang kacau. Ia mematikan satu penyembahan berhala namun justru menghidupkan kembali penyembahan berhala yang pernah disembah oleh Yerobeam kurang lebih 100 tahun yang lampau. Kehidupan rohani yang kacau ini juga hampir mengacaukan pelaksanaan tugasnya sebagai raja. Rencana menyerang Moab sebenarnya merupakan tindakan yang terpuji. Namun ia nampaknya tidak seperti Yosafat yang sangat berhikmat untuk menentukan siasat penyerangannya. Itu disebabkan karena Yosafat mempunyai kehidupan rohani yang benar di hadapan Allah (Maz. 119:98-100). Ketika menghadapi kesulitan air di padang gurun Edom, Yoram bersungut-sungut sama seperti nenek moyangnya ketika berada di padang pasir menuju tanah Kanaan. Dalam situasi yang genting ini ia telah kehilangan arah dan pegangan. Ia pun menyalahkan TUHAN sebagai penyebab mereka bertiga diserahkan kepada Moab. Padahal kapankah Yoram minta petunjuk dari TUHAN tentang penyerangan ini? Seandainya Yoram sendiri yang menyerang tanpa bantuan Yosafat dapat dipastikan bangsa Israel akan dipukul habis oleh orang Moab di padang gurun. Dengan demikian selain menjerumuskan bangsanya kepada kesesatan, ia juga membawa bangsanya kepada kemusnahan. Renungkan: Apakah panggilan hidupnya sebagai raja terpenuhi? Di sisi manakah Anda berada sekarang? Di sisi Yoram atau Yosafat? Kehidupan rohani yang sehat kunci pembenahan kehidupan Kristen. |
(0.21827838) | (2Raj 4:1) |
(sh: Hamba Tuhan bagi semua orang (Kamis, 5 Mei 2005)) Hamba Tuhan bagi semua orangHamba Tuhan bagi semua orang
Nama Elisa makin populer di Israel. Ia dianggap sebagai pemimpin para nabi di Israel. Ia adalah hamba Allah yang dikenal dan dihormati di kalangan raja. Namun, Elisa tidak menjadi sombong. Ia tetap dapat didekati oleh orang-orang kecil seperti janda miskin dari kelompok para nabi ini. Kepedulian Elisa itu nampak pada sikapnya yang memberi perhatian khusus terhadap masalah janda tersebut. Pertama, ia menyediakan waktu untuk mendengarkan keluhan janda ini (ayat 1). Kedua, ia tidak sekadar memberi pertolongan, tetapi mencoba mengerti situasi dan kondisi si janda itu (ayat 2). Tujuan sikap Elisa adalah supaya ia dapat memberikan pertolongan yang tepat sasaran, sekaligus mendorong si janda untuk memanfaatkan apa yang masih ada padanya (ayat 3-4). Pertolongan yang dilakukan Elisa kepada janda itu bersifat memberikan kail dan bukan sekadar menyediakan ikan. Ketiga, pertolongan yang diberikan Elisa tidak hanya untuk menyelesaikan persoalan sesaat, tetapi untuk mendatangkan masa depan yang lebih baik (ayat 7). Kepedulian seperti yang diteladankan Elisa, kini sulit ditemui. Banyak hamba Tuhan yang melayani dengan motivasi kepentingan diri sendiri. Kalau yang mengundang gereja besar atau persekutuan orang-orang berada, acara apa pun bisa dibatalkan demi memenuhi undangan itu. Akan tetapi, siapa yang peduli kepada persekutuan-persekutuan mahasiswa dan jemaat-jemat kecil. Sebagai hamba-hamba Allah, kita dipanggil untuk menyalurkan berkat Tuhan kepada siapa saja yang memerlukannya. Renungkan: Orang yang sudah mengalami anugerah Tuhan tidak mungkin menutup mata terhadap mereka yang membutuhkannya. |
(0.21827838) | (2Raj 5:15) |
(sh: Kekuatan anugerah Allah (Senin, 22 Mei 2000)) Kekuatan anugerah AllahKekuatan anugerah Allah. Anugerah Allah kepada Naaman sangat luar biasa. Ia tidak sekadar mengalami mukjizat penyembuhan, namun ia pun mengalami anugerah yang berdampak terus bagi kelanjutan sejarah hidupnya, karena dikatakan 'tubuhnya pulih kembali seperti tubuh seorang anak' (14). Itu merupakan penggambaran dari anugerah Allah yang mengampuni dan mentransformasi hidup seseorang, karena pada zaman itu penyakit kusta diyakini sebagai hukuman Allah atas dosa manusia. Naaman menjadi manusia baru dengan identitas yang baru. Ini dibuktikan dengan pernyataannya bahwa 'di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel'. Ia tidak sekadar mengatakan bahwa Allah lebih berkuasa dari dewa-dewa Siria, namun dia pun mengakui bahwa hanya ada satu Tuhan yaitu Allah Israel dan ia mengadopsi iman Israel menjadi imannya sendiri. Ia mengambil identitas sebagai umat Allah -- identitas baru. Identitas Naaman yang baru ini juga ditandai dengan sikap dan karakter hidup yang baru. Hidupnya diwarnai dengan ucapan syukur kepada Allah yang dinyatakan dengan desakannya kepada Elisa untuk menerima penberiannya. Ia pun berketetapan untuk terus memiliki kehidupan yang kudus. Ini dinyatakan dengan permintaannya untuk membawa pulang tanah Israel untuk menguduskan altar yang ia akan bangun di negaranya. Selain itu Namaan juga menyadari bahwa hidupnya secara penuh bergantung kepada kemurahan Allah, karena masih ada hal-hal yang belum mampu ditinggalkan yaitu ketika ia harus bersujud di depan kuil Rimon karena mengantar tuannya. Gehazi mempunyai kualitas hidup yang sangat berbeda dengan Naaman, karena ia tidak menerima anugerah Allah. Gehazi tidak lebih hanya sebagai pembawa berita anugerah karena ia tidak menerima anugerah Allah, sedangkan Naaman menerima, mengalami, dan hidup dalam anugerah itu. Karena itu tidak hanya sikap dan karakter Naaman yang lama muncul dalam kehidupannya, namun juga pelayanan yang selama ini dilakukan tidak mendapatkan pahala dari Allah, bahkan penyakit kusta Naaman melekat padanya dan keturunannya. Renungkan: Anugerah Allah harus diterima, dialami, dan dihidupi agar kita mengalami kekuatan transformasinya yang akan menjadikan kita manusia baru dengan identitas baru, sikap hidup benar, dan karakter Ilahi. |
(0.21827838) | (2Raj 11:21) |
(sh: Ikut Dia sampai akhir hidup (Sabtu, 25 Juni 2005)) Ikut Dia sampai akhir hidupIkut Dia sampai akhir hidup
Alkitab mencatat Yoas sebagai raja yang takut akan Tuhan selama 40 tahun ia berkuasa (ayat 12:1-2). Ia banyak melakukan hal baik semasa pemerintahannya. Salah satunya adalah upayanya merenovasi rumah Tuhan yang sudah rusak (ayat 4-5). Mula-mula ia memercayakannya kepada para imam. Namun, kemungkinan praktik korupsi terjadi di antara mereka sehingga renovasi rumah Tuhan terabaikan! (ayat 6-8). Akhirnya Raja Yoas dan Imam Yoyada sendiri yang menangani pengaturan untuk mengumpulkan uang persembahan rakyat dan kemudian memperbaiki rumah Tuhan (ayat 9-15). Perbuatan berhikmat Yoas juga terlihat pada ayat 16, yaitu bagaimana ia mengatur uang persembahan. Uang bagi renovasi diberikan kepada para pekerja, sedangkan bagian para imam tetap diserahkan kepada mereka. Sayang, ketaatan Yoas tidak utuh. Ia masih membiarkan umat Tuhan beribadah di bukit-bukit pengurbanan (ayat 3). Ia juga tidak bersandar kepada Tuhan ketika Yerusalem menghadapi penyerbuan Hazael, raja Aram. Raja Yoas menyogok Hazael dengan harta dari bait Allah dan istananya agar Hazael tidak menyerang Yerusalem (ayat 17-18). Akhir hidup Raja Yoas tidak menyenangkan, ia dibunuh oleh para pegawainya sendiri (ayat 19-21). Yoas memulai pemerintahannya dengan benar, tetapi tidak menyelesaikannya dengan baik. Permulaan yang benar tidak menjamin akhir yang baik. Oleh karena itu, kita harus terus menerus menjaga diri untuk tetap setia sampai akhir. Dengan penuh kerendahan hati, kita bersandar pada Tuhan dalam doa, disertai dengan ketaatan melakukan firman-Nya. Renungkan: Kapal memerlukan nakhoda yang andal agar sampai ke pelabuhan. Kita membutuhkan Tuhan agar dapat mengakhiri hidup ini dengan baik. |
(0.21827838) | (2Raj 13:1) |
(sh: Jangan menjadi petobat pengemis (Sabtu, 3 Juni 2000)) Jangan menjadi petobat pengemisJangan menjadi petobat pengemis. Banyak lembaga kristen maupun non kristen yang berusaha mengentaskan para anak jalanan dari keterpurukan sosial ekonominya. Rumah-rumah transit didirikan untuk menampung, mendidik, maupun melatih mereka, sehingga mereka bisa keluar dari kubangan kemiskinan. Namun banyak diantara mereka yang malah melarikan diri dan kembali hidup di jalanan sebagai pengemis. Penyebabnya adalah mereka memiliki mental pengemis yaitu tidak perlu bersusah-payah, yang penting kebutuhan tercukupi. Yoahas pun menampakkan mental pengemis dalam kehidupan rohaninya. Reformasi yang dilakukan oleh Yehu ternyata hanya menyentuh permukaan kehidupan masyarakat Israel. Buktinya anaknya sendiri yang menggantikannya mempunyai kehidupan yang jauh dari jalan Tuhan. Akibatnya Yoahas membawa seluruh bangsa Israel kembali ke dalam dosa. Seluruh bangsa Israel yang berdosa bersama rajanya harus menerima konsekuensi penghukuman dari Allah (3). Bahkan keadaan kerajaan Israel waktu itu benar-benar tidak berpengharapan. Karena mereka tidak lagi mempunyai angkatan perang yang kuat untuk mempertahankan diri apalagi untuk menyerang balik (7). Dalam keadaan yang begitu terperosok, Yoahas ingin tampil sebagai pahlawan. Ia mendatangi Allah, namun tidak dengan pertobatan sejati tetapi dengan mental pengemis. Ia ingin segera diberi uang untuk mengeyangkan kelaparan tanpa butuh pertolongan yang lebih mendasar, sehingga bisa mengubah kehidupannya secara total. Yoahas mengemis kepada Allah namun tidak mau berpaling kepada-Nya, yang sesungguhnya merupakan kunci bagi kehidupan Israel yang penuh damai dan sejahtera dari Allah. Yoahas hanya butuh berkat sementara sebab ia masih senang dengan kehidupannya yang penuh dengan dosa. Maka Allah mengirim seorang penolong yang tidak diketahui identitasnya, sebab ia tidak melakukan suatu pekerjaan yang besar seperti para hakim lainnya yang dipakai Allah. Walaupun sementara, tindakan penyelamatan Allah itu sudah merupakan bukti kasih dan anugerah Allah kepada sebuah bangsa yang sesungguhnya tidak layak menerimanya. Renungkan: Petobat pengemis mungkin akan menyelamatkan kita dari hukuman sementara di dunia, namun pasti akan membawa kita kepada hukuman kekal. |
(0.21827838) | (2Raj 20:1) |
(sh: Panjang umur adalah berkat? (Minggu, 10 Juli 2005)) Panjang umur adalah berkat?Panjang umur adalah berkat? Bolehkah kita berdoa meminta panjang umur pada Tuhan? Jawabannya tentu tergantung motivasi di balik permintaan tersebut. Ada orang yang ingin panjang umur karena sebenarnya takut mati. Apa gunanya panjang umur, namun dibayang-bayangi takut mati? Ada yang ingin hidup lebih lama karena merasa belum memberi kontribusi apa pun bagi keluarga, gereja, masyarakat, dan dunia ini. Motivasi seperti ini tentu sangat mulia. Namun, pada akhirnya kedaulatan Tuhanlah yang menentukan pendek atau panjang umur seseorang. Nas hari ini tidak terlalu jelas memaparkan motivasi Hizkia memohon panjang umur kepada Tuhan. Dalam doanya, Hizkia hanya mengingatkan Tuhan bahwa ia telah berlaku setia kepada-Nya, percaya, bersandar, serta taat pada firman-Nya (ayat 3). Tuhan pun mengabulkan doa permohonan Hizkia bukan semata-mata karena hal-hal baik yang telah ia lakukan melainkan karena kasih setia-Nya kepada keluarga Daud (ayat 6). Hizkia mendapatkan peneguhan akan jawaban Tuhan melalui suatu tanda yang spektakuler, yaitu waktu yang dimundurkan sepuluh tapak (sekitar 15 menit) (ayat 11). Keputusan Tuhan yang mengabulkan atau menolak permohonan panjang umur Hizkia adalah hak penuh Tuhan. Namun, respons Hizkia dan tindakannya setelah doanya dikabulkan adalah tanggung jawab Hizkia sendiri. Lima belas tahun bukan waktu yang singkat. Bagaimana Hizkia mengisi hari-hari depannya akan membuktikan apakah permintaannya itu bijaksana atau tidak. Bagi anak-anak Tuhan yang telah dianugerahi kepastian keselamatan, pendek atau panjang umur bukanlah hal yang utama. Hal yang utama adalah bagaimana kita mengisi kehidupan ini dengan hal-hal yang baik, berguna, dan berkenan kepada-Nya. Seharusnya doa kita sama seperti doa Musa dalam Mazmur 90:12. Doaku: Ajarlah aku menghitung hari-hariku sehingga aku beroleh hati yang bijaksana. |
(0.21827838) | (1Taw 22:2) |
(sh: Arahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari Tuhan, Allahmu (Senin, 18 Februari 2002)) Arahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari Tuhan, AllahmuArahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari Tuhan, Allahmu. Di dalam bukunya tentang kepemimpinan, Leroy Eims menuliskan 12 ciri kepemimpinan yang efektif sebagai berikut : 1. Bertanggung Jawab 2. Bertumbuh 3. Memberikan Teladan 4. Membangkitkan Semangat 5. Bekerja Efisien 6. Pemerhati 7. Berkomunikasi 8. Berorientasi pada Sasaran 9. Tegas 10. Cakap 11. Mempersatukan 12. Bekerja. Daud memiliki ke-12 ciri tersebut. Keseluruhan ciri tersebut kelihatan dari kebesaran hatinya menerima akibat dosa yang dilakukannya. Hukuman Allah tidak membuat ia meninggalkan Tuhan atau tawar hati untuk mempersiapkan pembangunan Bait Allah. Walaupun bukan dirinya yang direstui Tuhan sebagai pembangun Bait Allah, Daud memiliki jasa besar di dalamnya karena dialah yang menyiapkan segala kebutuhan dasarnya. Hingga pada akhirnya tercetuslah satu kerelaan penyerahan estafet kepemimpinan kepada anaknya dengan kalimat, "Maka sekarang, arahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari Tuhan, Allahmu. Mulailah mendirikan tempat kudus Tuhan, Allah, supaya tabut perjanjian Tuhan dan perkakas kudus Allah dapat dibawa masuk ke dalam rumah yang didirikan bagi nama Tuhan" (ayat 19). Mulai dengan bagian ini seterusnya, catatan kitab ini tentang Daud terfokus pada Bait Allah. Dalam bagian ini sendiri ungkapan "mendirikan Rumah Allah" muncul sembilan kali dan ungkapan "mengadakan persediaan" paling tidak lima kali. Persediaan atau persiapan yang dimaksud terdiri dari tiga hal. Pertama, firman yang telah Daud terima menjadi prinsip bagi seluruh tindakan Daud menyiapkan pembangunan Bait Allah. Kedua, penyiapan diri Salomo agar taat kepada Allah menempati prioritas mendahului persiapan material. Itu sebabnya Daud berbicara mewakili Allah memberikan pesan-pesannya kepada putranya ini. Sesudah kedua hal tersebut, barulah hal ketiga dimunculkan, yaitu penyediaan material. Renungkan: Bukan rahasia lagi bahwa pemimpin yang tingkatnya semakin tinggi justru cenderung berkelakuan bebas tanpa batas dan menganggap diri kebal terhadap nilai dan norma-norma legalitas. Wahai Kristen pemimpin, arahkanlah hatimu kepada Tuhan dan layanilah Dia dan sesamamu. |
(0.21827838) | (1Taw 28:1) |
(sh: Penugasan Salomo untuk pembangunan Bait Suci (Minggu, 24 Februari 2002)) Penugasan Salomo untuk pembangunan Bait SuciPenugasan Salomo untuk pembangunan Bait Suci. Salomo ditunjuk sebagai penerus Daud untuk membangun Bait Suci. Hal ini menegaskan kembali janji Allah kepada Daud (ayat 1Taw. 17; lih. juga 2Sam. 7). Pertama, takhta Daud akan tetap selama-lamanya (ayat 17:14), kerajaan Daud akan kokoh seterusnya (ayat 28:7a). Kedua, Salomo menjadi anak perjanjian. "Aku telah memilih dia menjadi anak-Ku dan Aku akan menjadi bapanya." Bahasa yang mirip dipakai dalam perjanjian yang diadakan antara Yahweh dengan Israel (lihat Yer. 31:33; Yeh.l 36:28). Syarat yang diberikan adalah ". jika ia bertekun melakukan segala perintah dan peraturan-Ku .." (ayat 28:7b). Ketiga, Salomolah yang akan membangun rumah bagi Tuhan. Bagaimana tindakan Daud dalam penugasan Salomo ini? Pertama, ia memperkenalkan Salomo kepada para pemimpin Israel, bawahan-bawahan Daud, sekaligus menyatakan bahwa Salomo adalah orang pilihan Allah. Tujuannya adalah agar mereka mengakui dan mendukung Salomo (ayat 2-7). Kedua, ia "menahbiskan" Salomo di depan jemaat agar Salomo sadar akan tugas dan tanggung jawabnya di hadapan Allah, juga di hadapan umat Allah (ayat 8). Ketiga, ia menasihati Salomo agar setia kepada Allah dan menjalankan tugas pendirian rumah-Nya dengan benar (ayat 9-10). Ia juga meneguhkan Salomo agar bersandar penuh kepada Allah (ayat 20-21). Keempat, Daud telah menyediakan segala keperluan pembangunan itu terlebih dahulu. Sekarang ia menyerahkannya ke tangan Salomo untuk dipakai dalam pembangunan bait Suci tersebut (ayat 11-19). Renungkan: Mengemban tugas suci merupakan pilihan dan panggilan Allah, bukan inisiatif sendiri. Bila Anda merasa terpanggil untuk melayani Dia, yakinkanlah bahwa itu bukan karena Anda merasa melainkan karena sadar akan anugerah dan kedaulatan-Nya. |
(0.21827838) | (2Taw 13:1) |
(sh: Kemenangan karena perjanjian Allah (Selasa, 21 Mei 2002)) Kemenangan karena perjanjian AllahKemenangan karena perjanjian Allah. Yehuda yang dipimpin raja Abia jelas tidak sebanding dengan Israel yang dipimpin raja Yerobeam. Selain jumlah tentara Abia hanya separuh tentara Yerobeam, tentara Yehuda itu adalah orang “pilihan” karena keberanian, bukan pasukan elit gagah perkasa seperti yang dimiliki Israel (ayat 4). Karena itu ketika memutuskan untuk berperang, Abia tidak mengandalkan kekuatan militernya melainkan kekuatan iman.Strategi penentu kemenangan Abia atas Israel tepat bila disebut sebagai strategi iman, atau lebih tepat strategi iman kepada firman perjanjian Allah. Kata-kata yang ditujukannya kepada Yerobeam bukan saja menantang Israel untuk serius tunduk kepada firman Allah tetapi juga merupakan ungkapan keyakinan iman Abia atas kebenaran Firman Allah tersebut. Beberapa hal perlu kita cermati dari isi ucapan Abia ini. Pertama, ia mengingatkan bahwa rencana Allah yang kekal untuk Israel berlaku atas garis keturunan Daud di Yehuda dan bukan atas kerajaan utara yang berasal dari pemberontak yang melawan keturunan Daud (ayat 6-7). Perjanjian Allah atas Daud kekal sifatnya seperti yang dimeteraikan dengan perjanjian garam. Dalam Taurat Musa, perjanjian yang serius dan mengikat dilambangkan dengan upacara yang menggunakan garam (bdk. Im. 2:13; Bil. 18:19). Jadi, Abia mengklaim janji kekal Allah yaitu bahwa Israel bukan di pihak pemenang karena bukan di pihak penerima perjanjian Allah (ayat 7-9). Kedua, Abia membandingkan ketidaktaatan dan kemurtadan Israel dengan ketaatan dan kesetiaan Yehuda (ayat 9-12). Penerima perjanjian sejati bukan sekadar status tetapi penghayatan. Faktanya, Israel telah membuang tata ibadah yang diatur dalam Taurat. Hanya Yehuda yang memeliharanya dengan setia (ayat 11). Berdasarkan kenyataan itu, Abia yakin bahwa Allah beserta Yehuda dan akan menggenapi janji kekal-Nya (ayat 12). Ketika perang tak bisa dihindari lagi, Abia berseru kepada Tuhan dan Allah menjawab (ayat 18). Renungkan: Keterhisaban kita dalam perjanjian kekal Allah pasti akan berbuah dalam sikap iman yang setia dan taat serta kesungguhan berjuang seiring dengan keyakinan terhadap perjanjian tersebut. |
(0.21827838) | (2Taw 24:1) |
(sh: Berhasil, lalu gagal (Jumat, 28 Juni 2002)) Berhasil, lalu gagalBerhasil, lalu gagal. Permulaan yang baik tidak menjamin bahwa hal tersebut akan berlangsung sampai akhir. Hidup Yoas mulai secara indah, yaitu campur tangan Allah dan pembinaan Imam Yoyada membuatnya menjadi seorang raja yang baik. Ibadah bait Allah yang sempat terhenti karena perlengkapannya dirampok oleh para pengikut Atalya (ayat 7) dan karena pusat-pusat penyembahan berhala bertebaran dimana-mana, kini dibangun dan ditata kembali. Orang lebih tertarik beribadah kepada Baal dan Asytoret yang lebih atraktif ketimbang kepada Tuhan. Ajakannya agar seluruh rakyat Yehuda mengambil bagian dalam program Bait Allah disambut luas dan gembira (ayat 10), bahkan meski itu berarti pengurbanan dana dan tenaga yang sangat besar bagi rakyat. Peraturan Musa yang tadinya bersifat sukarela kini dijadikan wajib. Persembahan mereka yang sudah berusia dua puluh tahun adalah setengah syikal, sementara bagi me reka yang kaya dihimbau untuk tidak hanya memberikan jumlah minimal itu di samping sejumlah uang pendamaian (Kel. 30:12-16). Pembaruan ibadah ini ternyata hanya sampai akhir masa hidup Imam Yoyada, sebab Yoas beralih menuruti nasihat para penyembah Asytoret kembali (ayat 17-18). Perubahan sikap Yoas ini bukan sekadar kemunduran, melainkan kemurtadan sebab membuang ibadah kepada Allah dan menggantinya dengan ibadah kepada berhala. Itu berarti menggeser sentralitas Allah dengan hal yang Allah benci. Kemurtadan Yoas ini sama saja dengan menghidupkan kembali dosa-dosa neneknya dengan segenap pemujaan sesatnya. Bahkan sampai hati pula Yoas membunuh putra penyelamatnya sendiri, Zakharia putra Imam Yoyada (ayat 21-22). Meski dibunuh, kebenaran yang diucapkan Zakharia (ayat 20) berlaku atas Yoas. Melalui serbuan Aram kemudian atas prakarsa para pegawainya sendiri, Yoas terluka berat dan akhirnya dibunuh (ayat 25-26). Renungkan: Kerohanian yang benar bukan sekadar terlibat dalam berbagai kegiatan ibadah bahkan kegiatan pelayanan bagi Tuhan. Kerohanian yang benar berintikan hubungan kasih setia dan persekutuan yang akrab dengan Tuhan yang melibatkan segenap akal, hati, kemauan dan tindakan. |
(0.21827838) | (2Taw 32:1) |
(sh: Bersandar kepada kekuatan manusia (Senin, 8 Juli 2002)) Bersandar kepada kekuatan manusiaBersandar kepada kekuatan manusia. Nas yang kita baca ini memberikan dua contoh bagaimana manusia memperlakukan kekuatannya: yang masih mengingat dan berserah kepada kekuatan Allah, sementara yang lain hanya mengagungkan kekuatannya sendiri. Hizkia menjadi contoh yang pertama. Ketika ia mendengar tentang invasi pasukan Sanherib, Hizkia segera melakukan berbagai tindakan strategis, seperti meniadakan sumber-sumber yang dapat digunakan musuh (ayat 3-4), memperkuat tembok-tembok dan menara pertahanannya (ayat 5a), memperkuat kota berkubunya, memperbanyak persenjataan bagi tentaranya (ayat 5b), dan memobilisasi rakyatnya (ayat 6). Tetapi, semua ini bukan hal utama yang ingin ditampilkan penulis Tawarikh mengenai Hizkia. Dalam ayat 7-8, Hizkia berpidato untuk menguatkan rakyat, dan sekaligus menegaskan sikap iman yang diambil Hizkia, "Yang menyertai dia adalah tangan manusia, tetapi yang menyertai kita adalah TUHAN, Allah kita, yang membantu kita dan melakukan peperangan kita" (ayat 8a). Hizkia tidak berpangku tangan, ia juga bertindak. Tetapi ia tahu, bahwa hanya tindakan Allah sajalah yang menjadi penentu akhir segala sesuatu. Sikapnya ini pun menjadi teladan bagi rakyatnya, karena mereka kembali terinspirasi (ayat 8b). Keangkuhan kata-kata Sanherib menjadi contoh pengandalan kekuatan diri sendiri yang paling vulgar. Allah Israel dipersamakan dengan allah-allah bangsa lain yang telah dikalahkan oleh kekuatan Sanherib. Penulis Tawarikh dengan cukup jelas menyatakan keangkuhan luar biasa dari raja Sanherib, bahwa apa yang dilakukannya itu penuh "hujat dan cela terhadap TUHAN, Allah Israel" (ayat 17). Mungkin ini dapat membuat takut beberapa orang penduduk Yerusalem pada zaman Hizkia (ayat 18). Tetapi tidak bagi saudara-saudari penulis Tawarikh, orang-orang Yehuda yang kembali dari pembuangan. Mereka telah melihat langsung tangan Allah yang kuat itu merendahkan para raja dunia yang berkuasa. Renungkan: Kristen sedang bersandar pada kekuatannya sendiri dan melupakan Tuhan bila berusaha melakukan apa yang sebenarnya baik tanpa berserah kepada Tuhan dan mencari kehendak-Nya. |
(0.21827838) | (2Taw 34:1) |
(sh: Apa dan bagaimana memulai reformasi (Kamis, 11 Juli 2002)) Apa dan bagaimana memulai reformasiApa dan bagaimana memulai reformasi. Melalui tokoh raja Yosia, penulis Tawarikh memberikan satu lagi teladan bagi orang-orang Yehuda pascapembuangan. Reformasi yang dilakukan oleh raja Yosia menjadi teladan bagi mereka, seperti yang terlihat dalam dua langkah penting yang diambil Yosia. Langkah pertama adalah bertindak tegas terhadap dosa-dosa terdahulu. Yosia mulai mencari Tuhan pada saat yang sangat muda, tetapi juga saat ketika ia mulai dapat mengambil keputusan secara mandiri sebagai raja (ayat 3a). Permulaan yang baik ini menuntunnya untuk bertindak tegas, menghancurkan semua bentuk ibadah kepada berhala di Yerusalem, di Yehuda, dan pada saat melemahnya kekuatan Asyur, juga di antara suku-suku Israel Utara (ayat 3b-7). Tidak ada kompromi bagi dosa yang selalu menjadi titik lemah untuk orang-orang Israel. Penulis Tawarikh menyatakan bahwa Yosia ingin "menahirkan negeri dan rumah Tuhan" (ayat 8). Tindakan ini juga mencerminkan keinginan Yosia agar Yehuda tidak terjatuh ke dalam dosa yang sama pada masa pemerintahannya. Menyeluruhnya tindakan pembersihan ini juga menunjukkan keikutsertaan rakyat untuk bertobat. Ini tentunya menjadi teladan bagi mereka yang kembali dari pembuangan ke Babel, yang adalah penghukuman Allah justru atas dosa ini. Hal kedua adalah kesadaran dalam diri untuk segera membawa bangsanya kembali kepada Allah, hanya beribadah kepada Allah, dan melakukannya dengan cara yang benar (ayat 8-13). Usaha tersebut dilakukan tidak hanya melalui menghancurkan berhala, tetapi juga dengan membangun, bahkan memotivasi rakyat dari Yerusalem sampai Efraim untuk memberikan kontribusi bagi perbaikan bait Allah (ayat 9). Selain itu, penulis Tawarikh juga menyebutkan pengaturan yang cukup saksama yang dilakukan oleh Yosia untuk memperbaiki bait Allah (ayat 8-13). Perhatian yang saksama dan dukungan Yosia bagi perbaikan bait Allah ini, juga patut diteladani para pemimpin Yehuda. Renungkan: Bertobat berarti berhenti berkompromi terhadap dan memberi celah bagi dosa, serta terus mengarahkan diri kepada ibadah dan kekudusan yang berkenan bagi Allah. |