Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 3061 - 3080 dari 5284 ayat untuk TUHAN (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.17864401) (Kel 15:1) (sh: Pujian bagi Sang Pahlawan Perang (Selasa, 6 September 2005))
Pujian bagi Sang Pahlawan Perang

Pujian bagi Sang Pahlawan Perang Banyak pencipta dan penyanyi lagu rohani menyebutkan sumber inspirasi utama mereka adalah Tuhan Yesus. Hal ini biasanya mereka ungkapkan pada kata pengantar album mereka. Ungkapan rasa syukur tersebut dituliskan sebagai bentuk terima kasih mereka atas pertolongan-Nya.

Musa dan umat Israel menuliskan pujian syukur mereka dalam bentuk nyanyian. Pujian syukur itu mereka tuliskan setelah Tuhan melepaskan mereka dari kejaran Firaun dan tentaranya (ayat 14:15-31). Tuhan adalah Sang Pahlawan Perang yang perkasa (ayat 15:2-3). Perbuatan Allah nyata, Ia menghancurkan kekuatan Firaun dan pasukannya dengan menenggelamkan mereka di Laut Teberau (ayat 4-10). Di tangan Allah, laut yang menurut kepercayaan kuno dipandang sebagai kekuatan pengacau yang dahsyat ternyata dimanfaatkan Allah untuk mengalahkan para musuh-Nya. Kuasa Allah jauh lebih dahsyat daripada kuasa allah-allah sesembahan bangsa-bangsa lain (ayat 11).

Pujian ini tidak berhenti pada perayaan kemenangan Allah pada saat itu, tetapi memandang kepada perbuatan Allah di masa depan, ketika Ia akan mengantar umat Israel menuju Tanah Perjanjian (ayat 13-17). Arak-arakan Israel yang dipimpin oleh Sang Pahlawan Perang itu akan membuat gentar para musuh yang wilayahnya dilalui. Semua pendu-duk Kanaan akan gemetar ketakutan. Allah sendiri yang akan membawa umat-Nya ke gunung-Nya yang kudus, supaya mereka menetap di sana dan mengabdi kepada Dia, Sang Raja Kekal (ayat 18).

Kristus adalah Sang Pahlawan Perang yang sudah mengalahkan kuasa maut melalui kebangkitan-Nya dari kema-tian. Dia kini sedang mengantar umat-Nya mengarungi padang gurun kehidupan ini menuju Surga yang mulia. Dengan Kristus beserta kita, seharusnya kita tidak takut lagi terhadap musuh-musuh kita dan segala kesulitan hidup.

Responsku: Masalah, kesulitan, dan penderitaan tidak akan menyurutkanku untuk memuji Dia!

(0.17864401) (Kel 18:1) (sh: Pemimpin yang bersedia belajar (Minggu, 11 September 2005))
Pemimpin yang bersedia belajar

Pemimpin yang bersedia belajar Syarat-syarat penting bagi seorang pemimpin yang ingin sukses adalah memiliki visi yang jelas, berintegritas tinggi, mempunyai ketrampilan kepemimpinan yang andal, dan selalu bersedia belajar.

Musa memiliki visi yang jelas. Allah sendiri memilihnya untuk memimpin Israel masuk ke Tanah Perjanjian. Musa yakin akan panggilannya itu karena ia telah melihat bagaimana Tuhan memakainya mengeluarkan Israel dari perbudakan Mesir. Hal tersebut juga diakui oleh Yitro, mertua Musa, yang datang mengunjunginya (ayat 10-11). Integritas Musa pun telah teruji oleh waktu. Ia tulus memimpin umat Israel bahkan kelak ia rela berkorban agar Israel tetap dipelihara dan diberkati oleh Allah (lih. 32:32).

Namun, Musa belum menjadi pemimpin yang andal. Ia masih harus belajar bagaimana memimpin umat yang jumlahnya ratusan ribu itu dengan bijaksana. Mula-mula pola yang ia terapkan bersifat masal dan individual. Ia sendiri yang memimpin orang Israel secara menyeluruh dan ia juga yang menyelesaikan semua masalah pribadi mereka. Akibatnya, Musa kecapaian dan bisa menyebabkan keputusan-keputusannya tidak lagi bijak. Yitro pun melihatnya dan memberikan saran untuk Musa. Di sinilah, Musa menunjuk-kan jiwa besar seorang pemimpin, yaitu bersedia belajar dari orang lain. Nasihat Yitro agar ia mendelegasikan tugas kepemimpinannya kepada orang lain yang cakap dan berintegritas tinggi disambutnya dengan sepenuh hati (ayat 18:24-26). Hasilnya, Musa dapat menggembalakan Israel dengan baik.

Tidak ada pemimpin yang sempurna, kecuali Tuhan Yesus. Oleh karena itu, tidak boleh ada pemimpin yang bersikap sudah tahu segala sesuatu sehingga ia menganggap dirinya tidak perlu lagi belajar. Tuhan dapat mengajar kita lewat firman-Nya, melalui para pemimpin lain, bahkan juga lewat orang-orang yang kita pimpin.

Renungkan: Kesediaan seorang pemimpin menerima saran berarti menunjukkan `kebesaran jiwanya'.

(0.17864401) (Kel 20:16) (sh: Berhenti berdusta! (Kamis, 22 September 2005))
Berhenti berdusta!

Berhenti berdusta! Di manakah kita bisa menemukan kebenaran dan keadilan disuarakan dan dipraktikkan? Dalam tempat tertentu yang seharusnya kebenaran ditegakkan justru sering kali hanya berisikan dusta dan kepintaran bersilat lidah untuk menjungkirbalikkan fakta.

Perintah kesembilan ini melarang umat Israel bersaksi dusta melawan sesamanya di pengadilan. Dalam uraian perintah kesembilan ini di kitab Ulangan, seseorang dinyatakan bersalah dan patut dihukum mati bila ada dua atau tiga saksi yang keterangannya saling meneguhkan. Satu saksi saja tidak cukup. Untuk memastikan kesaksian itu benar maka para saksi sekaligus bertindak sebagai pelaku eksekusi hukuman mati tersebut (Ul. 17:6-7). Hal ini berbeda dengan kasus Nabot, dua saksi dusta yang disogok oleh Izebel telah menyebabkan Nabot dihukum mati walaupun ia tidak bersalah (1Raj. 21:8-10, 13-15).

Dalam Imamat 19:16, perintah kesembilan ini dijabarkan menjadi larangan menyebarkan fitnah di antara umat Israel, yang sekarang lazim disebut sebagai bergosip. Pepatah yang berbunyi, "Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan" memanglah tepat. Fitnah merupakan pembunuhan karakter. Seseorang yang terkena fitnah, hidupnya akan selalu dicurigai dan dipandang bersalah oleh orang lain yang terhasut fitnah. Menfitnah dapat menyebabkan orang yang tidak bersalah menanggung hukuman berat. Bergosip adalah tindakan jahat yang dapat membuat hidup seseorang menjadi hancur dan rumah tangga orang menjadi berantakan.

Anak-anak Tuhan dipanggil untuk menyatakan kebenaran. Tuhan Yesus mengajarkan "Katakan ya bila ya dan tidak bila tidak, selebihnya adalah dosa" (Mat. 5:37). Tindakan bergosip dan bersaksi dusta bukanlah tindakan kristiani, bahkan hal-hal itu menunjukkan seseorang bukan anak Tuhan sejati.

Camkan: Orang yang gemar berdusta adalah anak-anak Iblis karena Iblis adalah bapak para pendusta (Yoh. 8:44).

(0.17864401) (Im 11:1) (sh: Kebiasaan Rohani (Jumat, 13 September 2002))
Kebiasaan Rohani

Kebiasaan Rohani. Kebiasaan rohani menurut pemahaman kebanyakan kita adalah hal-hal seperti pergi ke gereja, memuji Tuhan, berdoa, membaca Alkitab. Tidak terpikirkan oleh kita bahwa kebiasaan makan adalah kebiasaan rohani juga. Oleh karena itu tidak heran jika sulit bagi kita memahami arti rohani bagian ini.Lebih-lebih karena dalam Perjanjian Baru pengaturan tentang makanan haram dan halal ini telah dibatalkan (Kis. 10), kita cenderung menganggap bagian ini tidak relevan.

Peraturan-peraturan yang Tuhan Allah berikan kepada umatNya dalam bagian ini sebenarnya sederhana saja. Ada jenis binatang yang boleh dimakan, dan dipakai juga untuk kurban-kurban; ada jenis binatang yang tidak boleh dimakan karena diperhitungkan najis. Mengapa yang satu dianggap yang lain najis, tidak Allah jelaskan. Jadi tidak dapat kita dogmakan bahwa alasannya karena kesehatan, atau karena ada binatang-binatang yang najis itu yang dipakai dalam penyembahan berhala. Lebih tepat kalau kita akui saja bahwa kita tidak tahu apa sebabnya. Sebab yang lebih dalam terletak pada kehendak Allah sendiri yang sesudah memberi umatNya peraturan tentang jalan masuk ke persekutuan denganNya melalui kurban-kurban, kini mengajarkan tentang kebiasaan-kebiasaan yang menanamkan

Kepekaan tentang kudus tidak kudus dalam kehidupan umat.

Kehidupan kita terdiri dari kebiasaan-kebiasaan. Kebiasaan makan, kebiasaan tidur dan bangun, kebiasaan kerja, kebiasaan yang berhubungan dengan hobi, dlsb. Kita cenderung beranggapan bahwa kebiasaan-kebiasaan itu tidak perlu dikaitkan dengan soal-soal rohani. Akibatnya kehidupan kita terbagi kedalam dua ruang terpisah: aspek rohani dan aspek sehari-hari yang tidak rohani. Bagian firman ini mengingatkan bahwa kita tidak bisa hidup terbelah dua demikian. Kebiasaan-kebiasaan kita dari rumah sampai kekantor, dari pribadi sampai komunal, ddari rumah makan sampai kerumah ibadah, harus serasi dan sepenuhnya mengekspresikan kemuliaan Tuhan.

Renungkan: Kristus menyelamatkan dan membebaskan kita agar kita boleh bebas memuliakan Dia dengan segenap hidup kita.

(0.17864401) (Im 27:1) (sh: Catatan terakhir tentang kekudusan umat di hadapan Tuhan (Rabu, 2 Oktober 2002))
Catatan terakhir tentang kekudusan umat di hadapan Tuhan

Catatan terakhir tentang kekudusan umat di hadapan Tuhan. Pasal yang kelihatannya tidak nyambung ini justru memberikan akhir yang penting dan mendalam bagi kitab Imamat. Nazar adalah janji untuk memberikan diri atau kepunyaan kepunyaan seseorang kepada Allah dalam menanti berkat-Nya kepada orang tersebut. Bernazar itu sendiri memang tidak pernah dinyatakan secara eksplisit sebagai perintah Allah, tetapi merupakan bentuk religiositas khas Israel waktu itu. Bentuk nazar paling dasar adalah menazarkan/memberikan dirinya ataupun orang lain (mis. Anaknya) bagi Allah (ayat 2-8). Namun, hanya orang Lewi dan para imam saja yang dapat membaktikan seluruh hidup mereka di Kemah Suci. Karena itu, mereka yang menazarkan manusia harus memenuhinya dengan membayar uang yang cukup besar, yang jumlahnya kira-kira sama dengan harga budak waktu itu (ayat 1 syikal perak adalah upah umum seorang pekerja biasa untuk satu bulan). Penebusan atau penggantian dengan uang juga berlaku bagi bentuk nazar lainnya, baik yang bersangkutan dengan hewan (ayat 9-13), property tanah/bangunan (ayat 14-25), dan beberapa jenis kurban persembahan tertentu lainnya (ayat 25-33).

Peraturan Allah mengenai nazar ini memberikan beberapa pelajaran penting. Pertama, Allah tidak ingin tiap-tiap pribadi umat dengan gampang dan gegabah mengucapkan suatu nazar atau janji di hadapan Tuhan. Semua yang janji dan nazar harus ditepati. Sangat tingginya biaya nazar untuk manusia seharusnya membuat orang tidak sembarangan bernazar. Kedua, semua peraturan mengenai nazar ini sekali lagi menegaskan bahwa kekudusan umat di hadapan Allah tidaklah sekadar masalah-masalah ritus peribadahan saja. Kekudusan umat di hadapan Allah juga mencakup ke dalam masalah sehari-hari, seperti tanah, rumah, ladang, dll. Pendeknya, kepada seluruh kemanusiaan umat. Umat yang kudus adalah umat yang menjaga kekudusan di dalam setiap aspek kehidupannya.

Renungkan: Selidikilah janji apa saja yang pernah Anda lontarkan di hadapan Allah dan bagaimana Anda telah/belum menepatinya.

(0.17864401) (Ul 1:19) (sh: Antara ketakutan dan kemarahan (Rabu, 23 April 2003))
Antara ketakutan dan kemarahan

Antara ketakutan dan kemarahan. Ketika manusia menghadapi suatu keadaan yang tidak mengenakkan, yang menyerang dirinya, bisa timbul dua macam reaksi. Reaksi pertama adalah marah. Reaksi kedua adalah ketakutan. Ketakutan dan kemarahan menjadi emosi yang terus-menerus hadir bergantian dalam hidup manusia -- bahkan dalam hidup sebuah bangsa.

Musa mengingatkan bangsa Israel tentang perjalanan mereka dari Gunung Sinai (Horeb) sampai ke Kadesy. Mereka telah hadir di sana. Allah sebenarnya sudah memberikan tanah itu kepada mereka. Namun, Allah menginginkan agar mereka berjuang dengan kekuatan militer mereka, bersama dengan kemenangan yang akan Allah anugerahkan dengan pasti bagi mereka.

Musa sudah mengingatkan mereka agar jangan takut, jangan khawatir. Namun, kelihatannya bangsa Israel tetap tidak percaya. Mereka ingin mengutus agen-agen rahasia untuk memata-matai keadaan. Musa menyetujui rencana itu -- dan mungkin sekali karena itulah Tuhan menjadi marah kepadanya (ayat 37). Maksud Musa adalah baik, ia ingin agar laporan dari para mata-mata itu berkenaan dengan rute dan keadaan di tanah perjanjian memberikan semangat bagi bangsa Israel untuk pergi berjuang. Namun, mereka menjadi sangat takut karena ada orang-orang raksasa dan pertahanan yang mencengangkan. Musa waktu itu sudah mengingatkan mereka lagi akan sejarah pembebasan dari Mesir, bagaimana Tuhan telah menolong mereka dengan tangan-Nya yang kuat. Mereka tetap takut, dan menjadi marah kepada Tuhan. Allah pun marah. Ia tidak mengizinkan semua orang berusia dua puluh tahun ke atas, kecuali Kaleb (dan Yosua) untuk masuk ke dalam tanah perjanjian. Mereka harus kembali ke padang gurun untuk mati!

Renungkan: Tujukan kemarahan dan ketakutan Anda kepada objek yang benar. Takutlah kepada Allah, dan marahlah terhadap kejahatan!

(0.17864401) (Ul 2:24) (sh: Menjadi ditakuti (Jumat, 25 April 2003))
Menjadi ditakuti

Menjadi ditakuti. Dalam sebuah masyarakat, kita bisa menjadi sangat bingung karena pemerintahan ternyata kadang-kadang identik dengan terorisme. Pemerintah bisa saja menjadi teroris bagi masyarakatnya agar para pejabat bisa terus duduk di sana. Ini adalah sebuah horokrasi, sebuah pemerintahan horor.

Bangsa Israel telah melewati tiga bangsa pertama untuk menuju ke sebelah timur Sungai Yordan. Mereka kini akan melewati Sihon, melewati Wadi Arnon. Allah menyatakan agar mereka bangkit karena Ia menyerahkan bangsa itu kepada mereka. Orang-orang Amori dari kerajaan Sihon bukanlah saudara bangsa Israel dan mereka tidak dijanjikan tanah oleh Allah. Penyerangan oleh bangsa Israel terjadi karena mereka juga menolak memberikan jalan lewat. Dengan demikian, berhaklah bangsa Israel menyerang balik dan merebut tanah mereka.

Yang perlu kita catat di sini adalah kenyataan bahwa Tuhanlah yang mengeraskan hati Raja Sihon sehingga dengan bebal ia menolak untuk memberikan jalan kepada orang Israel. Melalui cara itu, Allah memberikan izin kepada bangsa Israel untuk menghancurkan bangsa tersebut. Hal ini juga terjadi dengan kasus Firaun ketika ia dikeraskan hatinya oleh Allah saat bangsa Israel akan keluar dari Tanah Mesir.

Kemenangan pun diberikan Tuhan (ayat 33). Di sini dimensi teologis dan duniawi beririsan, dimensi yang tidak kelihatan dan dimensi yang kelihatan. Allahlah yang berada di balik segala sesuatunya. Israel pun masih taat kepada Tuhan untuk tidak melanggar hak-hak orang Amon. Maka, bangsa-bangsa akan takut kepada bangsa Israel. Bukan karena mereka teroris, tetapi karena mereka taat kepada Allah yang mahakasih.

Renungkan: Kekuasaan yang didasarkan pada terorisme dilandaskan di atas pasir yang lembek. Hanya kekuasaan yang dari Tuhan didirikan di atas batu karang yang kokoh.

(0.17864401) (Ul 4:25) (sh: Mengambil jarak (Selasa, 29 April 2003))
Mengambil jarak

Mengambil jarak. Musa kini memperingatkan agar orang-orang Israel tidak lupa diri ketika mereka sudah enak tinggal di Tanah Kanaan. Karena kecenderungan Israel yang sering memberontak, Musa memperingatkan dengan keras agar mereka taat kepada Tuhan untuk tidak membuat patung dan menyembahnya, meskipun demi nama Yahweh. Langit dan bumi dipanggil menjadi saksi sebagai suatu pengesahan perjanjian bahwa bangsa Israel akan dihukum. Mereka di sini dikatakan akan disapu habis, tetapi ini adalah sebuah gaya bahasa yang keras -- dalam ayat 27, kita melihat bahwa tidak semua dari mereka akan dibasmi Allah karena ketidaktaatan. Menyembah patung itu sendiri adalah sebuah hukuman. Bila Israel tidak mau menyembah Allah, mereka hanya akan dapat menyembah patung yang bisu dan tuli.

Kesia-siaan menyembah patung itu seyogyanyalah akan membuat Israel kembali kepada Tuhan. Allah yang dikatakan sebagai pencemburu dan tidak sabar (ayat 24) di sini disebutkan sebagai Allah yang penuh belas kasih. Dalam budaya Timur Dekat purba, jika seorang raja menganugerahkan tanah kepada seorang hamba dan keturunannya, tanah itu tidak akan beralih meskipun ada keturunan hamba itu yang berbuat salah. Hanya orang yang berbuat salah itu yang akan dihukum -- tanahnya tetap menjadi milik keturuan mereka. Ketika Allah berjanji kepada Abraham bahwa Ia akan memberikan tanah perjanjian kepada keturunannya, janji itu juga tak pernah dibatalkan (ayat 31), hanya mereka yang bersalah akan dihukum.

Allah adalah satu-satunya Allah yang layak untuk disembah. Allah adalah Allah yang begitu mengasihi bapa-bapa leluhur Israel. Ia sendiri (harfiah: dengan wajah-Nya) yang membebaskan mereka dari Mesir (ayat 38), tanpa memakai perantaraan malaikat.

Renungkan: Ambillah "jarak" dari situasi Anda agar Anda mengingat siapa diri Anda dan siapa Tuhan yang Anda sembah.

(0.17864401) (Ul 4:41) (sh: Menyiapkan hati (Rabu, 30 April 2003))
Menyiapkan hati

Menyiapkan hati. Ada dua hal yang perlu kita perhatikan dalam teks Alkitab yang kita baca hari ini. Pertama, kita perlu menyelidiki mengenai kota-kota perlindungan (ayat 41-43). Musa dikatakan harus menetapkan tiga kota perlindungan bagi para pembunuh. Hukum yang didirikan di sini muncul dalam 19:1-13 (ayat 42 adalah sebuah ringkasan untuk 19:3-5) dan Bil. 35:9-34. Menurut Bil. 35:14, enam kota harus dipilih, dan tiga di antaranya adalah di sebelah timur Sungai Yordan. Kita bertanya-tanya apakah tindakan Musa merupakan sesuatu yang signifikan di sini, mengingat bahwa Bil. 35:10 menyatakan bahwa keenam kota itu harus ditetapkan setelah bangsa Israel menyeberangi Sungai Yordan.

Mengapa Musa menetapkan ketiga kota tersebut? Kemungkinan sekali Musa bereaksi terhadap penolakan Tuhan meluluskan permohonannya untuk masuk ke tanah perjanjian (ayat 3:26-29). Sebenarnya mungkin sekali Musa sudah berencana untuk menetapkan keenam kota itu, setelah menyeberangi Sungai Yordan. Namun, setelah kemungkinan itu lenyap, ia berusaha untuk melakukan apa yang masih dapat ia lakukan. Kita melihat betapa gejolak emosi manusia begitu dalam dan kuat -- betapa sulitnya menerima kehendak Allah, melepaskan yang harus dilepaskan dan menerima keadaan.

Kedua, ayat 44-49. Sebenarnya bagian ini adalah bagian pendahuluan untuk masuk ke dalam pasal-pasal berikutnya yang berbicara mengenai hukum-hukum Tuhan. Setelah "tertunda" selama 4 pasal yang berbicara tentang sejarah masa lalu Israel, maka dalam ayat 44, kita bisa mendengarkan Musa berkata, "Akhirnya, inilah pengajarannya ...." Empat pasal pertama merupakan persiapan hati supaya Israel siap menerima hukum-hukum Allah. Pengalaman bersama Allah adalah faktor yang penting untuk menyiapkan hati kita.

Renungkan: Ketika Anda membaca firman Tuhan dan berusaha menaati kehendak- Nya, lihatlah itu dalam perspektif pengalaman Anda bersama Dia!

(0.17864401) (Ul 9:7) (sh: Menerobos lingkaran setan (Jumat, 9 Mei 2003))
Menerobos lingkaran setan

Menerobos lingkaran setan. Ada sebagian orang yang percaya bahwa manusia pada dasarnya tidak dapat berubah. Benarkah demikian?

Perjalanan sejarah bangsa Israel menunjukkan bahwa memang perubahan itu sulit. Mereka berdosa, dihukum Tuhan, menyesal, berseru kepada Allah, dilepaskan dari hukuman. Namun, siklus itu berulang-ulang seperti lingkaran setan yang tiada habis- habisnya. Musa mengingatkan bangsa Israel bahwa mereka tidak henti-hentinya berdosa sejak keluar dari Tanah Mesir. Kalau ada satu tempat di mana Israel seharusnya taat kepada Tuhan, tempat itu adalah di Gunung Horeb karena di sana mereka telah bertemu secara pribadi dengan Tuhan, telah melihat bahwa Ialah satu- satunya Allah, dan telah diperintahkan untuk tidak menyembah allah lain. Namun, mereka justru menyeleweng. Sebagai pemimpin besar, Musa dan Harun menunjukkan kualitas mereka dengan menunjukkan berkorban demi orang-orang yang dipimpinnya, dan berdoa syafaat empat puluh hari empat puluh malam!

Bangsa Israel tidak juga bertobat. Empat kali mereka menggusarkan Allah (ayat 22-24). Di Tabera, mereka mengeluh tanpa alasan yang jelas. Allah menurunkan api untuk menghukum mereka (Bil. 11:1- 3). Di Masa mereka mengeluh karena kekurangan air. Di Kibrot- Taawa mereka marah kepada Allah karena ingin makan daging. Tidak ada perubahan dalam diri mereka. Doa syafaat Musa setelah peristiwa anak lembu emas menunjukkan keagungan jiwanya (ayat 25-29). Di dalam pelayanan doanya terlihat juga beberapa kebenaran penting. Selain mengingatkan Israel tentang karya- karya besar Allah, doa Musa juga mengandung keyakinan yang terwujud dalam bentuk mengingatkan bahwa Allah akan bertindak sesuai dengan kemuliaan diri-Nya terhadap Israel.

Renungkan: Teroboslah ketidakpercayaan Anda dengan mengingat janji penyertaan Allah yang teguh.

(0.17864401) (Ul 14:1) (sh: Komunitas terpilih dan kudus (Jumat, 16 Mei 2003))
Komunitas terpilih dan kudus

Komunitas terpilih dan kudus. Israel adalah bangsa yang dikhususkan dan yang dipisahkan oleh Tuhan untuk Tuhan. Kekhususan tersebut membuat Israel harus berbeda dalam berbagai aspek kehidupan dengan bangsa-bangsa lain. Kadang-kadang perintah semacam ini terasa oleh kita sebagai terlampau eksklusif, ekstrim dan fanatik memutuskan hubungan antara umat Allah dengan bangsa-bangsa lain. Misalnya, Israel tidak boleh mengikuti cara berkabung bangsa-bangsa sekitar yang berakar pada kepercayaan akan ilah-ilah (ayat 1,2). Israel juga tidak diperkenankan memakan binatang yang dipersembahkan kepada ilah-ilah bangsa lain dan binatang- binatang yang diharamkan (ayat 7,8,10,12-20).

Dari ketentuan ini, kita mempelajari dua hal: pertama, larangan- larangan ini bertujuan memutuskan mata rantai umat Israel dengan bangsa-bangsa lain yang mempengaruhi Israel menyembah ilah-ilah lain. Pada waktu itu (zaman sesudah pembuangan) umat Allah telah begitu jauh meninggalkan Allahnya dan menyembah ilah-ilah lain. Kedua, larangan-larangan memakan daging hewan, burung, dan binatang laut tertentu tidak secara otomatis menjadi peraturan yang harus dilaksanakan oleh umat Allah sepanjang zaman. Sebab penekanan utamanya bukan pada jenis makanannya, tetapi pada sikap umat yang tahu membedakan mana kudus mana tidak.

Allah berinisiatif memilih dan mengkhususkan orang yang beriman kepada-Nya, termasuk kita, untuk Dia. Bahkan melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, kita telah dikuduskan-Nya. Karena itu respons orang beriman adalah menyerahkan diri dan tunduk total kepada Allah dan kehendak-Nya. Seluruh keberadaan hidup kita sudah seharusnya mengikuti ciri kekudusan Allah: tidak bercacat cela, tidak membangkang terhadap Allah, baik dalam perkataan maupun perbuatan.

Renungkan: Tuhan tidak hanya memilih dan mengkhususkan Anda, tetapi juga menguduskan Anda untuk Dia.

(0.17864401) (Ul 16:1) (sh: Kilas balik karya besar Allah (Senin, 19 Mei 2003))
Kilas balik karya besar Allah

Kilas balik karya besar Allah. Perayaan agama sangat berarti bagi pembaruan iman umat. Itulah sebabnya Allah selalu meminta umat-Nya untuk senantiasa merayakan perayaan agama (ayat 1). Tiap-tiap perayaan memiliki keunikan makna masing-masing, namun sama bertujuan agar umat menyadari semua kebaikan Tuhan dan hidup mengasihi Tuhan.

Khususnya perayaan Paskah bermaksud untuk mengingatkan kembali peristiwa keluaran dari Mesir. Dalam perayaan ini umat harus melakukan kegiatan-kegiatan ritual seperti mempersembahkan korban hewan (ayat 2), sebagai tindakan simbolis dari penyerahan diri umat kepada Allah Israel satu-satunya. Uniknya, kegiatan ini harus dilakukan di tempat yang dipilih Allah (ayat 2,6,7). Pemusatan ibadah di tempat yang dipilih Allah ini bertujuan agar, [1] umat tidak memiliki hati dan sikap yang bercabang. Melalui merayakan Paskah itu hati, pikiran dan jiwa umat ditujukan kepada Allah saja yang telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. [2] Umat diingatkan untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan jalan Tuhan, sesuai dengan berbagai ketetapan, peraturan dan hukum yang relevan pada waktu itu seperti yang terdapat dalam Ulangan 12-26.

Kesukaan dan penderitaan merupakan pengalaman bukan saja umat Israel tetapi juga pengalaman umat Allah masa kini. Keunikan perayaan umat Kristen adalah bahwa perayaan-perayaan itu terjadi karena penderitaan: Penderitaan Allah di dalam Kristus yang rela menjadi manusia dan mati untuk menebus dosa. Terkadang Allah mengizinkan kita menderita. Apabila kita menderita karena kebenaran, kita patut bersyukur atas hak istimewa itu.

Renungkan: Apabila kita tidak paham mengapa kita menderita, setidaknya penderitaan Kristus dapat menjadi sumber penghiburan dan pengharapan bagi sesuatu yang indah yang belum kita lihat kini.

(0.17864401) (Ul 18:1) (sh: Dikhususkan oleh Allah (Selasa, 22 Juni 2004))
Dikhususkan oleh Allah

Dikhususkan oleh Allah. Pasti setiap kita memiliki barang berharga yang dikhususkan. Mungkin berupa mobil yang antik, suvenir berharga dari tempat yang jauh, atau buku yang kita sering baca. Biasanya barang-barang itu kita istimewakan, kita rawat, bersihkan dan simpan baik-baik. Apabila ada suatu hal kritis yang terjadi atas barang itu, misalnya sesuatu yang mengancam keberadaannya, kita akan mengusahakan untuk memperbaiki, membersihkan atau mengamankannya terlebih dahulu.

Dalam Perjanjian Lama, umat Allah ditandai dengan adanya orang-orang khusus yang dipanggil untuk pelayanan yang khusus. Orang-orang ini biasanya memiliki tugas khusus dalam pelayanan di dalam rumah Tuhan. Para imam dan orang Lewi merupakan orang-orang khusus di antara umat Allah. Allah mengkhususkan mereka. Mereka tidak memiliki warisan pusaka seperti orang Israel lainnya, tetapi memiliki bagian khusus yaitu korban bakaran yang diberikan kepada Tuhan, bahkan Tuhanlah seharusnya yang menjadi milik pusaka mereka (ayat 1-2). Kesejahteraan hidup mereka juga harus diperhatikan oleh umat Allah lainnya (ayat 3-8). Orang-orang ini hidup di dalam iman dan kekhususan di dalam Perjanjian Lama.

Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa memang ada orang-orang khusus yang diberikan tugas dan tanggung jawab untuk memelihara pekerjaan pelayanan Allah (ayat 1Pet. 4:10). Di dalam Yesus Kristus, penggolongan antara yang istimewa dan umat biasa itu ditiadakan. Kita semua kini bangsa "imamat rajani" yang memiliki status dan tanggung jawab imamat seperti di dalam zaman Perjanjian Lama (ayat 1Pet. 2:9). Kita semua dikhususkan untuk hidup melayani Tuhan dan Raja kita Yesus Kristus.

Bersyukurlah: Karena kita telah dipilih dan dikhususkan di dalam Yesus Kristus menjadi bangsa yang imamat dan rajani. Lakukanlah tugas kita sesuai dengan kekhususan itu.

(0.17864401) (Ul 27:11) (sh: Dua belas kutuk (Jumat, 9 Juli 2004))
Dua belas kutuk

Dua belas kutuk. Tekad untuk menjunjung hukum-hukum Allah dapat diungkapkan dari sisi negatif yaitu kesehatian menolak dan mengutuk tindakan yang melawan hukum-hukum Allah. Dalam bagian ini, kebulatan tekad mengutuki dosa umat dipimpin oleh orang Lewi. Seluruh umat bersehati menyatakan penolakan mereka atas dosa.

Dua belas ucapan kutuk yang diucapkan oleh sebagian suku Israel di gunung Ebal dan Gerizim merupakan suatu pernyataan bahwa ikatan perjanjian antara TUHAN dan Israel kudus dan serius. Dua belas ucapan kutuk ini bukan suatu uraian lengkap menyeluruh mengenai larangan yang tidak boleh dilanggar oleh Israel, tetapi merupakan beberapa sikap dasar yang harus dipelihara sebagai bagian kesetiaan mereka terhadap perjanjian Sinai. Perjanjian Sinai menyatakan Allah dan Israel terikat dalam suatu perjanjian.

Pengelompokkan kedua belas ucapan kutuk tersebut sbb.: Pertama, ucapan kutuk terhadap pelanggaran hukum pertama dan kedua dari sepuluh hukum Allah (ayat 15). Diletakkan paling atas karena merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan Allah sendiri. Kedua, ucapan kutuk terhadap pelanggaran dari hukum yang mengatur kehidupan dengan sesama (ayat 16-25). Sikap yang dikutuk adalah sikap melecehkan orang tua, sesama saudara, harta milik sesama, kekudusan pernikahan, dan nyawa sesama manusia. Ketiga, ucapan kutuk terhadap pelanggaran pasif hukum Taurat (ayat 26). Hukum Taurat tidak saja untuk tidak dilanggar melainkan untuk diterapkan dalam perilaku setiap hari.

Kita bersyukur, di dalam Tuhan Yesus tidak ada lagi kutukan yang menimpa kita, karena pengampunan-Nya bersifat tuntas. Pengampunan-Nya memampukan kita untuk belajar apa yang Allah harapkan untuk kita lakukan dan tidak lakukan sebagai anak Tuhan.

Renungkan: Ketika umat Allah berkumpul berbakti bersama, penting sekali menyatukan hati dan tekad untuk melakukan kebenaran dan untuk menolak segala bentuk kejahatan dan pelanggaran terhadap hukum Allah.

(0.17864401) (Ul 31:14) (sh: Nyanyian peringatan! (Jumat, 16 Juli 2004))
Nyanyian peringatan!

Nyanyian peringatan! Tidak ada yang tersembunyi di hadapan Allah. Allah tahu isi hati manusia terdalam. Oleh sebab itu, ketika Allah mengungkapkan keprihatinan-Nya terhadap pengkhianatan Israel di kemudian hari, itu bukan untuk sekadar menimbulkan perasaan harap-harap cemas, melainkan sesuatu yang serius untuk ditanggapi Israel.

Bolehkah nyanyian yang dipersiapkan Musa (pasal 32) itu disebut nyanyian perkabungan? Apakah nyanyian ini boleh disebut sebagai nubuat bahwa Israel kelak akan berpaling dari Allah dan mengingkari perjanjian-Nya? Kalau begitu layaklah Israel berkabung, karena suatu saat nanti mereka dipastikan akan menyangkali Allah dan oleh karenanya akan menerima ganjaran kemurkaan Allah dan berbagai malapetaka lainnya. Namun demikian, lebih tepat dikatakan bahwa ungkapan keprihatinan Allah ini bukanlah nubuat, melainkan pernyataan keprihatinan Ilahi akan karakter dasar Israel yang cenderung melupakan Allah dan berpaling kepada ilah-ilah palsu. Artinya nyanyian yang akan digubah Musa itu berfungsi memperingatkan Israel agar mawas terhadap kecenderungan berpaling dari Allah (ayat 16-22).

Musa memerintahkan kaum Lewi untuk meletakkan kitab Taurat yang selesai ditulis itu di samping tabut Perjanjian sebagai peringatan agar Israel tidak berpaling dari Allah. Kitab Taurat dan nyanyian Musa ini berfungsi mengingatkan Israel untuk tidak melanggar firman-Nya. Kitab Taurat menjadi petunjuk bagaimana sikap Israel dan nyanyian Musa berfungsi mengingatkan mereka terhadap kelemahan mereka. Jadi sambil bersandar kepada Allah, mereka menaati firman-Nya.

Hari ini kita memiliki firman Tuhan sebagai pedoman hidup yang berkenan kepada Allah. Kita juga melihat berbagai pengalaman hidup sesama orang Kristen dan sejarah gereja yang menjadikan kita mawas diri akan kelemahan yang masih kita miliki.

Peringatan: Jangan sombong. Jangan merasa kuat. Rendahkan dirimu di hadapan Tuhan. Pelajarilah firman-Nya dengan setia. Belajarlah dari pengalaman anak-anak Tuhan.

(0.17864401) (Ul 32:34) (sh: Kasih yang tidak berkesudahan (Senin, 19 Juli 2004))
Kasih yang tidak berkesudahan

Kasih yang tidak berkesudahan. Allah yang menghukum karena cemburu-Nya, Allah juga yang membela umat kepunyaan-Nya. Namun, Ia menantikan saat-saat umat-Nya sadar akan kesalahan mereka, lalu berpaling dan bertobat. Saat itulah Ia bertindak menyatakan penyelamatan-Nya sekali lagi.

Bagian terakhir nyanyian Musa ini sekali lagi menunjukkan belas kasih dan kasih setia Allah yang tidak pernah memudar dari umat-Nya. Kalau sepertinya Allah membiarkan mereka menderita di dalam dosa, itu bukan karena Ia membenci mereka. Bukan pula karena Ia sudah habis akal dan habis sabar. Semua penderitaan dimaksudkan agar Israel sadar bahwa mereka sudah berdosa kepada-Nya. Allah sengaja membiarkan mereka 'tenggelam' dalam pergumulan kesesakan dosa-dosa mereka, supaya mereka mencari kelepasan. Tatkala mereka menyadari bahwa kelepasan tidak akan mereka temukan pada ilah-ilah yang mereka sembah, barulah mereka berpaling kepada Dia (ayat 36-37).

Saat itulah Ia akan bangkit kembali menebus umat-Nya dari tangan para musuh yang mencengkeram mereka. Dengan keperkasaan Allah menghancurkan lawan-lawan-Nya, supaya umat-Nya dibebaskan, Nama-Nya kembali dipuji bukan hanya oleh Israel, tetapi juga oleh bangsa-bangsa lain yang melihat kebesaran-Nya (ayat 39-43).

Dengan berakhirnya nyanyian itu, tuntas sudah segala nasihat yang harus disampaikan Musa kepada umat Israel. Musa akan segera meninggalkan mereka, karena Tuhan tidak mengizinkan Musa masuk ke tanah perjanjian (ayat 48-52).

Buat umat Tuhan masa kini, nyanyian peringatan Musa ini seharusnya menolong kita untuk mawas diri. Allah setia dan mengasihi kita, tetapi kita tidak boleh mempermainkan kasih setia-Nya. Mempermainkan kasih setia-Nya akan mendatangkan penghukuman Allah bagi kita. Maukah kita dipukul dahulu oleh tangan penghukuman-Nya agar kita bertobat sungguh-sungguh?

Doaku: Tuhan, aku tidak mau bermain-main dengan dosa. Karena aku tahu Engkau membenci dosa. Tolong aku untuk hidup setia kepada-Mu, karena Engkau senantiasa setia dan mengasihiku.

(0.17864401) (1Sam 4:1) (sh: Karena A, maka pasti B? (Sabtu, 2 Agustus 2003))
Karena A, maka pasti B?

Karena A, maka pasti B? Karena Anda cantik/ganteng, maka anak Anda hidup bahagia. Benarkah pernyataan ini? Tentu saja tidak. Orang Romawi bilang: 'non sequitur'; "tidak mengikuti". Pernyataan kegantengan atau kecantikan fisik orang tua tidak dapat dijadikan sebab, lalu 'diikuti' oleh pernyataan bahwa anak orang tersebut bahagia sebagai akibatnya. Tidak ada hubungannya, dan tidak bisa dihubung-hubungkan.

Sayang, istilah Latin itu tidak dikenal orang Israel. Karena kira- kira justru demikianlah cara mereka waktu itu berpikir. Mereka berpikir jika tabut perjanjian Allah dibawa ke medan perang, pasti Allah akan memenangkan mereka (ayat 3). Siapa tahu, seperti yang ditakutkan Filistin (ayat 7-8), karenanya Allah bertindak seperti pada saat Israel keluar dari Mesir. Non sequitur. Dari perspektif teologi PL, hal pemberian kemenangan bagi Israel dalam peperangan bersangkut paut dengan kedaulatan dan kekudusan Allah sendiri, serta ketaatan umat. Kekalahan adalah hukuman Tuhan. Kekalahan Israel yang dahsyat menjadi bukti ketidakberkenanan Allah (ayat 10-11). Melalui peristiwa ini pula firman Tuhan mengenai penghukuman terhadap Eli dan keluarganya digenapi (ayat 11-22). Istri Pinehas memberikan kesimpulan yang tepat: dengan berbuat demikian, justru Israel kehilangan kemuliaan (ayat 21- 22).

Apa yang dilakukan Israel mirip dengan apa yang sering dilakukan Kristen masa kini. Kadang "klaim" akan janji Tuhan berubah menjadi pemerasan terhadap Allah: kita menjebak Allah dengan menaruh janji firman tertentu untuk menghadapi masalah kita. Kita anggap Allah pasti tidak mau dipermalukan karena janji-Nya "tidak digenapi." Padahal, upaya jebak-paksa rohani ini sering berakar dari pengertian salah tentang janji atau firman tersebut. Seharusnya Kristen selalu ingat bahwa Allah tidak bisa dipaksa.

Renungkan: Keyakinan tentang kedaulatan, kasih, keadilan Allah akan mengajarkan kita berserah bukan memaksa Allah.

(0.17864401) (1Sam 9:17) (sh: Penampilan Pemimpin (Minggu, 30 November 1997))
Penampilan Pemimpin

Penampilan Pemimpin
Saul tidak mengenal Samuel karena ia hampir-hampir tidak memiliki perhatian baik pada masalah-masalah rohani maupun pada hal-hal rohani.Tidak heran ia sama sekali tidak mengenal Samuel yang menjadi pemimpin tertinggi umat Allah yaitu Israel. Tetapi hal ini juga memperlihatkan sesuatu tentang Samuel. Pertanyaan Saul kepada Samuel, "Dimanakah rumah pelihat?" (ayat 18), memberi kesan bahwa tidak ada yang istimewa dalam penampilan Samuel. Sebagai pemimpin tertinggi dan berpengaruh besar, tentu wajar bila ia mengenakan pakaian yang istimewa dengan berbagai atribut dan asesoris kepemimpinannya. Sebagai hamba Tuhan, Samuel hidup sederhana. Ia berpenampilan seperti orang kebanyakan. Bobot kepemimpinannya terletak pada kepribadiannya bukan pada penampilannya.

Penyambutan Samuel. Samuel tahu bahwa Saul adalah orang yang akan menggantikannya. Tetapi tidak ada sedikitpun rasa cemburu dan iri hati padanya. Ia menyambut Saul dengan hangat. Ia memberikan tempat terhormat kepada Saul dalam suatu perjamuan (ayat 22) dengan hidangan terbaik (ayat 24). Ia juga menyediakan waktu untuk berbincang-bincang (ayat 25). Mungkin malam itu Samuel menceritakan latar belakang permintaan rakyat Israel akan seorang raja. Sangat mungkin pula ia membimbing Saul secara spiritual. Dalam peralihan kepemimpinan sering terjadi kecemburuan, ketegangan. Warisan yang diberikan seringkali bukan hal positif yang mendukung dan menyiapkan sang pengganti. Sebaliknya seorang pemimpin sering mewariskan banyak masalah, tumpukan hutang yang harus diselesaikan penggantinya, bahkan tidak jarang ada pemimpin yang menjelek-jelekkan penggantinya. Inti semuanya itu ialah, dirinya saja yang paling baik.

Renungkan: Bila kepemimpinan tidak diemban dalam semangat pelayanan bagi Tuhan dan bagi sesama, kepemimpinan itu akan dijangkiti dosa kultus individu.

Doa: Tolong kami meninggikan Tuhan saja dalam segala keberhasilan kami

(0.17864401) (1Sam 17:28) (sh: Seperti Daud vs. Goliat (Rabu, 6 Agustus 2003))
Seperti Daud vs. Goliat

Seperti Daud vs. Goliat. Mungkin ada yang berpikir, seandainya masalah dan kesulitan, bahkan tantangan dan bahaya kita dapat selesai dengan cara seperti ini. Dengan cara dan kekuatan Allah, kita menang. Semudah mencari 5 batu halus di kali dan mengumban sasaran (ayat 40,49). Memang pasti Daud sangat ahli dalam mengumban. Tetapi umban dan batu mengalahkan perlengkapan perang yang lengkap dan fisik yang luar biasa (ayat 4-7)? Pasti ada kekuatan ekstra dari Tuhan, kalau tidak mau disebut mukjizat.

Tetapi, kedaulatan dan rencana Allah sumber segala kuasa adalah satu- satunya penentu apakah Kristen mendapatkan kekuatan ekstra/mukjizat atau tidak. Ketika kita ingin belajar dari Daud yang menghadapi Goliat, ada satu hal yang lebih penting untuk diperhatikan ketimbang mendapatkan kekuatan ekstra: kepercayaan Daud kepada Allah yang hidup (bdk. Ibr. 11:32). Jelas Goliat nyata dan mengerikan. Tetapi para allah yang dalam nama mereka Goliat mengutuki Daud tidak nyata dan mati (bdk. 1Sam. 5). Nas ini menggambarkan Daud sebagai pahlawan yang perkasa, bukan semata karena keterampilannya sendiri, tetapi karena Allah adalah Yahweh semesta alam (ayat 45). Daud sungguh-sungguh percaya bahwa pertempuran itu semata-mata ada di tangan Tuhan (ayat 47), dan Allah menyertai-Nya (ayat 37, bdk. 18:12, 14, 28).

Allah bekerja melalui orang yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya, dan melaluinya Allah akan menyatakan kedahsyatan kuasa-Nya. Walaupun tidak selamanya musuh yang menyerang, masalah yang menghadang, situasi sulit yang menerjang runtuh secepat Goliat roboh, tetapi iman dan penyerahan kepada Allah berarti kemenangan. Mengapa? Karena Tuhan menyertai kita, seperti Ia menyertai Daud.

Renungkan: Tindakan iman adalah penyerahan kepada kepada penyertaan Allah yang berdaulat. Iman tidak memaksa, tetapi berserah dan bertindak menaati Allah dalam situasi apapun.

(0.17864401) (1Sam 17:40) (sh: Keluguan iman. (Minggu, 14 Desember 1997))
Keluguan iman.

Keluguan iman.
Daud bukan sekadar mengucapkan gertak sambal. Daud sungguh melakukan tindakan yang luar biasa berani. Ia maju menghadapi Goliat hanya dengan bersenjatakan tongkat, lima batu licin yang diambilnya dari dasar sungai, kantung gembala dan umban (ayat 40). Tentu saja baik pihak kawan maupun lawan tercengang dan terkejut oleh keberanian yang lugu ini. Tindakannya itu tidak layaknya orang berperang yang mengenakan baju perang yaitu baju zirah dan ketopong tembaga serta perlengkapan serba hebat. Apalagi kalau kita pertimbangkan bahwa musuh yang ingin coba dilawan Daud ini bukan prajurit sembarangan. Goliat adalah raksasa maha perkasa. Tindakan Daud ini tidak sama dengan naif, bodoh, konyol, tetapi tindakan iman yang dalam pertimbangan tanpa iman cenderung dianggap lugu.

Maju dalam nama siapa? Sekilas membaca penuturan kisah ini sudah terbaca oleh kita bahwa konflik yang harus dihadapi Daud (baca Israel) melawan Goliat (baca Filistin) sangat tidak imbang. Dalam situasi demikian jelaslah bahwa konflik atau perkelahian itu bukan lagi terjadi di dalam lingkup fisik tetapi di dalam lingkup jiwani dan rohani. Goliat pun sebenarnya adalah bom perang syaraf yang dilemparkan orang Filistin terhadap Israel. Sosok tubuhnya dan sesumbarnya adalah senjata yang efektif mencabut nyali Israel. Daud tahu benar apa yang sedang terjadi dan apa yang seharusnya terjadi. Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam, Allah segala barisan Israel (ayat 45). Karena itu Daud maju dengan senjata rohani, dengan iman. Akibatnya luar biasa. Tuhan melakukan hal yang di luar perhitungan. Daud menang. Kemenangan iman, kemenangan Tuhan!

Renungkan: Untuk tujuan apa sebenarnya Kristus datang ke dunia ini dan mati disalib?

Doa: Bimbinglah aku menjalani proses pembentukan yang membuatku makin mengenal diriMu, makin teguh iman, agar realitaMu nyata dalam hidupku.



TIP #24: Gunakan Studi Kamus untuk mempelajari dan menyelidiki segala aspek dari 20,000+ istilah/kata. [SEMUA]
dibuat dalam 0.17 detik
dipersembahkan oleh YLSA