(0.23894188888889) | (1Ptr 1:14) | (jerusalem: kebodohanmu) Ialah "ketidak-tahuanmu". para pembaca sudah pindah dari kejahilan kepada pengetahuan tentang Allah, Maz 78:6; Yer 10:25; 1Te 4:5; dll, lalu kelakuan mereka berubah sama sekali, 1Pe 1:18; Efe 4:17-19. |
(0.23894188888889) | (1Ptr 4:13) | (jerusalem) Mereka melalui baptisan menjadi penyerta dalam penderitaan Kristus, 2Ko 1:5-7; Fili 3:10, mendapat jaminan bahwa akan menjadi penyerta dalam kemuliaanNya juga, 1Pe 1:11; 5:1; Rom 8:17; 2Ko 4:17; Fili 3:11. |
(0.23894188888889) | (1Ptr 5:3) | (jerusalem: atas mereka yang dipercayakan kepadamu) Sejumlah naskah tidak memuat kata-kata ini. Yesus sendiri sudah memperingatkan murid-muridNya jangan-jangan suka memerintah dan menguasai, Mat 20:25-28 dsj; Mat 23:8; bdk 2Ko 1:24; 4:5; 1Te 2:7. |
(0.23894188888889) | (Yud 1:7) | (jerusalem: kepuasan-kepuasan yang tak wajar) Harafiah: daging lain. Mereka mengejar "daging" yang bukan daging manusiawi, oleh karena mau menyalah-gunakan bukan manusia, tetapi malaikat-malaikat, Kej 19:1-11. Sama seperti dalam Yudas, Yud 1:6-7, demikianpun dalam buku (apokrip) "Wasiat Keduabelas Bapa Bangsa" disebutkan bersama-sama dosa malaikat-malaikat dan dosa penduduk Sodom. |
(0.23894188888889) | (Why 3:10) | (jerusalem: seluruh dunia) Dalam Wahyu "dunia" (bumi) berarti: dunia orang-orang yang tidak percaya dan bermusuhan, sama seperti arti "dunia" dalam Yoh 1:10; 17:9; dll. Hamba-hamba Allah tidak termasuk penduduk dunia itu. Mereka diluputkan, Wah 7:1 dst, dari malapetaka yang digambarkan dalam bab 8-9; 16 (bdk Wah 18:4). |
(0.23894188888889) | (Why 5:9) | (jerusalem: membeli mereka bagi Allah) Var: membeli kami, atau: membeli kami bagi Allah. Var ini mengandaikan bahwa tua-tua itu adalah manusia, barangkali para bapa bangsa Perjanjian Lama |
(0.23894188888889) | (Why 7:9) | (jerusalem: kumpulan besar) Ialah para martir Kristen yang sudah menikmati kebahagiaan sorgawi, Wah 7:14; 15:2-4 |
(0.23894188888889) | (Why 9:1) | (jerusalem: bintang) Bintang itu melambangkan seorang malaikat yang berdosa, barangkali Iblis sendiri, bdk Wah 9:11; dan Luk 10:18 |
(0.23894188888889) | (Why 15:1) | (jerusalem) Penglihatan tentang tujuh cawan (malapetaka) ini mengulang penglihatan tentang tujuh sangkakala, Wah 8:2 dst. Antara Wah 15:1 dan Wah 15:5 disisipkan sebuah nyanyian yang diangkat oleh orang-orang pilihan untuk memuji Dia yang menyelamatkan mereka. |
(0.23894188888889) | (Why 20:2) | (jerusalem) Setelah kedua binatang serta pasukannya dimusnahkan, tibalah giliran kepala mereka, yaitu si Naga |
(0.23894188888889) | (Why 22:6) | (jerusalem) Bagian ini semacam kata penutup seluruh kitab Wahyu. Merupakan sebuah percakapan antara Malaikat (atau Yesus) dan si Penglihat. Mereka membicarakan penglihatan-penglihatan yang termaktub dalam Wahyu, dan bagaimana penglihatan-penglihatan itu perlu dimanfaatkan. Kebanyakan ungkapan yang dipakai di sini sudah terserak-serak dalam kitab Wahyu. Bagian terakhir, Wah 22:16-20 berupa perkataan yang diucapkan Yesus sendiri. |
(0.23894188888889) | (Kel 21:1) |
(sh: Aturan tentang budak Ibrani. (Rabu, 6 Agustus 1997)) Aturan tentang budak Ibrani.Aturan tentang budak Ibrani. Citra Allah. Umat Allah harus menjadi citra sifat-sifat Allah sendiri. Perlakuan kepada orang bawahan kita merupakan kesempatan emas untuk kita mencitrakan bagaimana Allah sudah memperlakukan kita. Di dalam gereja sendiri pun ada cukup banyak saudara seiman kita yang tingkat sosialnya lebih rendah dari kita. Apakah anugerah yang kita terima dalam Yesus Kristus sudah menyanggupkan kita untuk memandang dan memperlakukan mereka secara terhormat? Doa: Ampuni kami Tuhan, sering kami menghargai orang lain dengan terlebih dahulu melihat status sosialnya. |
(0.23894188888889) | (Kel 29:29) |
(sh: Lingkungan kudus. (Jumat, 22 Agustus 1997)) Lingkungan kudus.Lingkungan kudus. Allah ada di tengah umat-Nya. Bila umat hidup dalam ketaatan dan kekudusan di hadapan Tuhan, Allah akan tinggal di tengah umat-Nya. Allah akan berkarya dalam hidup mereka sehingga iman mereka makin teguh pada kesetiaan Allah. Dia, Allah yang telah membebaskan umat-Nya dari perbudakan Mesir untuk menjadikan mereka milik-Nya. Dia Maha Kudus dan Agung, namun penuh kasih sayang. Kini kita juga mengaku adalah umat milik Allah. Apakah benar Tuhan hadir dalam hidup kita? Bila kita jujur, bukankah Tuhan hanya kita tempatkan sebagai penjaga pintu? Kita hanya mengundang Dia masuk saat kita merasa perlu. Doa: Tuhan, aku ingin Kau memilikiku sepenuhnya. |
(0.23894188888889) | (Kel 31:12) |
(sh: Hari Sabat lambang perjanjian. (Senin, 15 September 1997)) Hari Sabat lambang perjanjian.Hari Sabat lambang perjanjian. Memuji Tuhan dan beristirahat. Orang Farisi memagari Hari Sabat dengan banyak peraturan. Usaha apa pun bentuknya sudah dicap sebagai pekerjaan, sehingga makna Sabat dihapuskan. Kristen merayakan "Hari Tuhan" pada Hari Minggu, sebab pada hari pertamalah Tuhan Yesus bangkit. Kristen merayakan Hari Tuhan bukan dengan muka muram tetapi dengan sukacita. Tentu kita memulai hari itu dengan memuji Tuhan dalam ibadah di gereja. Sesudah itu kita menikmati kebaikan Tuhan dengan bersantai, menonton TV, berekreasi, berkunjung ke rumah kerabat, dlsb. Pokoknya satu hari dalam seminggu itu kita berpesta dengan Tuhan. Kristen bukan saja harus merayakan itu sendiri, tetapi juga memastikan bahwa orang yang bekerja padanya pun beristirahat teratur. |
(0.23894188888889) | (Bil 1:1) |
(sh: Allah dan umat-Nya (Rabu, 4 Agustus 1999)) Allah dan umat-NyaAllah dan umat-Nya. Dua hal yang Allah lakukan setelah menyelamatkan Israel dari perbudakan di Mesir, yaitu: pertama, Ia mengadakan perjanjian dengan Israel untuk menjadi Raja dan Tuhan atas mereka; kedua, menetapkan seperangkat hukum yang mengatur kehidupan bermasyarakat dan kehidupan rohani mereka (Kel.19; Im. 27). Sekarang ketika mereka maju menuju ke tanah perjanjian, langkah berikut yang ditetapkan oleh Allah yaitu mengadakan sensus. Musa diperintahkan untuk mencatat semua laki-laki yang berumur 20 tahun ke atas dan yang sanggup berperang. Untuk apa? Untuk mempersiapkan umat menempuh perjalanan jauh menuju tanah perjanjian. Allah Perjanjian. Kitab ini diawali dengan kata "Yahwe, Tuhan" yang menyatakan bahwa Allah yang mengikat perjanjian dengan umat-Nya, Israel adalah Allah yang mempersiapkan umat-Nya untuk memasuki tanah perjanjian. Allah sendiri bertindak sebagai pemimpin mereka. Betapa indahnya perjalanan suatu bangsa yang Allahnya adalah Allah Yahwe, yang tak pernah ingkar janji atau pun meninggalkan bangsanya. Ialah Allah yang setia. Rencana Allah bagi Israel itu adalah rencana yang sangat terencana dan rapi. Allah sendiri yang memilih kepala-kepala pasukan Israel sebagai wakil masing-masing suku. Tidak ada satu hal pun yang terluput dari perhatian-Nya. |
(0.23894188888889) | (Bil 3:1) |
(sh: Persiapan rohani (Sabtu, 7 Agustus 1999)) Persiapan rohaniPersiapan rohani. Persiapan dan pengaturan fisik bangsa Israel sudah selesai. Namun demikian masih ada suatu persiapan yang harus diperhatikan dan yang sangat diperlukan oleh umat, yaitu hal yang menyangkut bidang kehidupan rohani. Walaupun sudah ada Musa, yang merupakan seorang pemimpin bagi mereka, baik spiritual maupun "sekuler"; namun kehidupan rohani bangsa Israel harus mendapatkan perhatian yang lebih dan harus ditangani secara serius. Eleazar dan Itamar putra Harun ditahbiskan menjadi imam. Mereka dipilih dan diurapi Tuhan. Jabatan mereka bukanlah untuk memperoleh kedudukan yang terhormat, tetapi untuk melayani Tuhan. Mereka itulah yang bertanggungjawab untuk mengajarkan dan mempersiapkan kehidupan rohani umat. Tugas dan kedudukan orang Lewi. Kekhususan semua orang Lewi, selain menjadi kepunyaan Allah, adalah menjadi pengganti semua anak sulung suku-suku lainnya. Namun selain memiliki kekhususan itu, orang Lewi juga harus bertanggungjawab terhadap kehidupan ibadah umat. Karena ibadah sangat penting dalam perjalanan bangsa Israel menuju ke tanah perjanjian, maka Allah perlu mengkhususkan suku bangsa Lewi ini untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan ibadah umat, sehingga umat hidup dalam puji-pujian dan penyembahan kepada Allah. |
(0.23894188888889) | (Bil 11:1) |
(sh: Bersungut-sungut dahulu (Selasa, 19 Oktober 1999)) Bersungut-sungut dahuluBersungut-sungut dahulu. Itulah yang sering dilakukan oleh bangsa Israel ketika menghadapi kesulitan hidup. Mereka tidak segera mencari wajah Tuhan untuk berdoa memohon bimbingan, petunjuk, dan pimpinan-Nya untuk mengatasi segala kesulitan. Sunggut-sungut adalah satu bentuk pemberontakan terhadap Allah, karena merupakan bentuk ekspresi menyalahkan dan menuduh Allah sebagai penyebab dari semua "nasib buruk" (ayat 2) dan menuntut pertanggungjawaban Allah. Yang paling buruk, sikap ini juga menandakan ketidakpercayaan dan ketidaktaatan kepada Allah mereka. Apakah kita seperti mereka? Serba spontan. Allah murka dan langsung mendatangkan hukuman yaitu api Allah yang akan menghanguskan mereka. Respons spontan atas nasib buruk juga diikuti dengan respons spontan atas hukuman Allah (ayat 2). Begitulah pola umum cara orang Israel berdosa dan bertobat. Serba spontan namun tidak bertahan lama. Serba spontan namun tidak memiliki kesungguhan. Ini dibuktikan dari peristiwa-peristiwa selanjutnya. Pola inilah (tindakan dan pertobatan) yang masih dianut Kristen kini. Begitu cepat melangkahkan kaki untuk berbuat dosa dan begitu cepat bertobat. Perlu dipertanyakan apakah pertobatan ini didasari suatu penyesalan dan pengakuan yang sungguh, yang dilanjutkan dengan tekad baru? Kerjakanlah keselamatanmu dengan sungguh-sungguh. |
(0.23894188888889) | (Bil 15:1) |
(sh: Umat diingatkan kembali (Selasa, 26 Oktober 1999)) Umat diingatkan kembaliUmat diingatkan kembali. Prinsip ibadah dalam memberikan korban persembahan kepada Allah dalam kehidupan bangsa Israel sangat kompleks: pertama, karena tuntutan Allah, artinya, korban persembahan diberikan berdasarkan tuntutan Allah. Dalam ibadah tersebut umat menunjukkan penyesalan dan pengakuan dosa sebagai ungkapan pertobatan. Kedua, ibadah mempersembahkan korban merupakan ungkapan sukacita atas penyelamatan dan penyertaan Allah. Kisah perjalanan bangsa Israel ke tanah Kanaan, diisi dengan tindakan Allah mengingatkan umat tentang berbagai bentuk persembahan tersebut. Hal penting yang mendasari prinsip persembahan adalah kekudusan Allah. "Berhenti sejenak". Allah menginginkan agar umat memusatkan hidup mereka pada kedaulatan-Nya selama menempuh perjalanan ke tanah perjanjian. Itu sebabnya Allah tidak memperkenankan umat berjalan terus sesuai keinginan mereka. Ada saatnya Allah menghentikan perjalanan itu agar mereka melihat dan merenungkan kebesaran Allah Pencipta dalam hidup mereka. Kita pun harus memusatkan seluruh hidup pada kedaulatan dan pemeliharaan Allah. Ada saat Allah menghimbau untuk berhenti sejenak dari aktivitas kita, untuk mengarahkan kita pada hal-hal yang telah Allah lakukan dalam kehidupan kita. |
(0.23894188888889) | (Bil 29:23) |
(sh: Beragam jumlah korban bakaran (Jumat, 19 November 1999)) Beragam jumlah korban bakaranBeragam jumlah korban bakaran. Perayaan hari raya pondok daun sungguh meriah, bahkan tidak sedikit jumlah hewan yang dikorbankan. Apabila dihitung dengan nilai rupiah pada saat ini, mungkin jutaan rupiah terbakar habis dalam api. Apakah ini suatu pemborosan? Bangsa Israel diajar untuk menghitung berkat Allah melalui setiap persembahan yang mereka lakukan, karena berkat Allah melebihi jumlah korban bakaran yang mereka persembahkan. Orang yang mengutamakan harta, sulit menghitung berkat Allah, karena berkali-kali mempertimbangkan berapa besarnya persembahan yang akan diberikan kepada Tuhan. Apabila menyadari betapa besarnya Tuhan sudah memberkati diri mereka, pasti mereka akan belajar bersyukur dan dengan sukacita rela memberikan persembahan kepada Tuhan. Ketaatan mendorong ibadah yang benar. Pengenalan umat kepada Allah mendorong hati untuk taat. Pengenalan dan ketaatan ini pula yang dapat mendorong umat menyatakan ibadah yang benar. Renungkan: Ketaatan bersumber pada iman; yaitu percaya dan mau melakukan seluruh firman Allah yang telah didengar. Ketaatan yang benar melahirkan ibadah yang benar. Jadi dapat dikatakan sikap hidup ibadah yang benar bersumber dari pengenalan yang benar kepada siapa kita beribadah. |
(0.23894188888889) | (Ul 32:15) |
(sh: Hidup dengan Allah sejati (Minggu, 18 Juli 2004)) Hidup dengan Allah sejatiHidup dengan Allah sejati. Hukum sebab akibat merupakan hukum yang berlaku dalam Perjanjian Lama, misalnya jika kita taat (= hidup dengan Allah) maka Allah akan memberikan berkat. Tetapi bila kita memberontak atau meninggalkan Dia (= hidup tanpa Allah), akibatnya adalah malapetaka. Malapetaka terjadi atas bangsa Israel karena pemberontakannya seperti diceritakan dalam nyanyian Musa. Pemberontakan bangsa Israel dimulai ketika mereka meninggalkan Allah. Sehingga mereka mempersembahkan korban kepada roh-roh jahat, berbalik setia kepada ilah yang baru. Akibatnya adalah: Pertama, Allah cemburu dan sakit hati (ayat 15-17). Kedua, Allah menyembunyikan wajah-Nya dari bangsa Israel (ayat 20). Dari hidup dalam naungan kasih Allah menjadi mengalami kehampaan hadirat-Nya betapa ngeri akibat dosa! Allah juga memberikan hukuman dalam bentuk: Pertama, Allah menyerahkan mereka kepada bangsa yang bebal (ayat 21). Kedua, Allah menimpakan api murka-Nya dan menimbunkan malapetaka (ayat 22-23). Ketiga, kelaparan serta penyakit akan menimpa hidup bangsa Israel (ayat 21-24). Keempat, ladang tidak menghasilkan panen (ayat 31-33). Inilah hidup yang harus dijalani bangsa Israel ketika mereka hidup tanpa Allah. Ilah-ilah yang bukan Allah sejati menawarkan suatu hal yang terlihat lebih baik bila manusia mau hidup bersamanya. Tapi hidup bersama Allah sejati adalah hal terbaik yang bisa manusia dapatkan. Renungkan: Hidup bersama Allah bukan saja urusan nanti di surga, tetapi kepentingan kita sebagai milik-Nya di dunia ini. |