Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 3281 - 3300 dari 4880 ayat untuk Adalah [Pencarian Tepat] (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.15693125862069) (Ayb 42:1) (sh: Sekali Lagi, Ayub Takjub dan Takzim (Kamis, 22 Desember 2016))
Sekali Lagi, Ayub Takjub dan Takzim

Saat ini Ayub berada pada titik nadir dari keadaan hidupnya. Secara fisik, ia menjadi manusia yang tidak mempunyai daya apa pun. Ia telah berusaha membela diri terhadap serangan dan tudingan dari isteri serta keempat sahabatnya. Ayub tidak merasa kalah, tetapi juga tidak bisa merasa menang atas mereka. Saat asyik beradu argumentasi dengan kondisi Ayub, justru kata terakhir Tuhan yang kurang dipedulikan oleh mereka. Mereka hanya berkutat pada kondisi Ayub yang ditafsir sebagai keberdosaan Ayub. Akhirnya, Tuhan mengintervensi perdebatan mereka dan Ia memberikan kata akhir, bukan untuk isteri dan para sahabat Ayub, tetapi untuk Ayub.

Yang terjadi, sikap takjub dan takzim Ayub tidak hanya diungkapkan dengan 'menutup mulut' (39:37) dan 'bungkam seribu bahasa', tetapi juga Ayub membuat pengakuan iman, "...Engkau (Tuhan) sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencana-Mu yang gagal" (42:2). Berlandaskan pengakuan ini, meskipun Ayub belum melihat nasibnya di kemudian hari, ia sudah bisa bangkit (move on) dari keterpurukan. Ayub tidak lagi memusatkan perhatiannya pada dirinya sendiri dengan segala situasi dan kondisinya, bahkan yang paling buruk sekali pun. Seperti warna putih akan terasa lebih menonjol saat disandingkan dengan warna hitam pekat, begitulah kira-kira pengalaman Ayub.

Dengan nada yang berlebihan tetapi jujur, Ayub mengatakan: "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau" (5). Tindak lanjut pertama yang diambil oleh Ayub adalah menyesali sikapnya dan ia mencabut perkataan yang telah dilontarkannya kepada Tuhan (6). Kata "menyesal" tidak harus selalu diartikan mengakui dosa, tetapi juga dapat bermakna mengubah pikiran (bdk. Kej 6:6). Di sini, Ayub menemukan cara pandang yang baru terhadap hidupnya. "Debu dan abu" menunjukkan pada kesadaran baru Ayub atas keterbatasannya sebagai ciptaan Tuhan.

Tuhan berkuasa atas terang dan gelapnya kehidupan orang yang beriman kepada-Nya. [SS]

(0.15693125862069) (Mzm 3:1) (sh: Tuhan Perisaiku (Selasa, 7 Januari 2003))
Tuhan Perisaiku

Tuhan Perisaiku. Di mana di bumi ini yang aman dari bahaya? Di jalan? Teror, perampok, bom, dan kecelakaan menghantui. Di rumah? Sewaktu- waktu kebakaran, ledakan bom, banjir bisa menimpanya. Perisai macam apa yang bisa kita pakai untuk melindungi diri dari ancaman bahaya?

Pemazmur juga melihat di sekelilingnya penuh bahaya. Musuh mengepung dirinya, bukan hanya puluhan atau ratusan, melainkan puluhan ribu (ayat 7). Ini adalah suasana perang yang dilukiskan dalam mazmur ini. Pemazmur (mungkin raja Daud) sedang terjepit dari segala pihak. Menurut judul mazmur ini, Daud sedang menghadapi makar putranya sendiri, Absalom yang berhasil menghasut hampir seluruh rakyat dan pahlawan untuk menyingkirkan Daud. Namun, bahaya itu ia hadapi dengan berharap kepada Tuhan. Berbagai senjata pencabut nyawa boleh mengancamnya. Memang tidak ada perisai buatan manusia yang dapat melindunginya seratus persen. Tetapi, Tuhan adalah perisai, bukan hanya melindungi pemazmur (ayat 4), melainkan juga akan balik menghantam semua musuh sampai hancur (ayat 8). Ajaib, pemazmur merasa tenang dan tidak khawatir lagi, bahkan mampu tidur dengan nyenyak karena perlindungan Tuhan pasti adanya (ayat 6).

Sejarah mengajarkan bahwa kita tidak dapat mempercayakan kesejahteraan kita sepenuhnya pada sesuatu yang bukan Allah. Terali tidak dapat melindungi nyawa kita. Pengawal pribadi tidak mungkin memberi kebebasan. Jikalau Anda termasuk orang yang mengandalkan uang, senjata, kepandaian, dlsb., segeralah bertobat dan bergantung kepada Tuhan saja. Bahkan andaikan diri kita terancam sekali pun, di dalam Tuhan nasib kekal nyawa kita terjamin sempurna.

Renungkan: Jaminan sejati tidak datang dari dunia ini, tetapi dari surga. Jaminan apa pun dari dunia ini apabila melebihi kedudukan Tuhan, malah bisa berubah menjadi jerat pembantai hidup kita.

(0.15693125862069) (Mzm 8:1) (sh: Mengapa gereja terus bertengkar? (Sabtu, 6 Januari 2001))
Mengapa gereja terus bertengkar?

Mengapa gereja terus bertengkar? Apa penyebab utama perselisihan dan perpecahan gereja sampai saat ini? Tidak lain dan tidak bukan adalah kesombongan yang masih menguasai hati Kristen. Pada hakikatnya kesombongan adalah salah satu bentuk manifestasi mempertuhankan diri sendiri. Karena itu kesombongan harus dihancurkan. Bagaimana caranya? Kita dapat meneladani pemazmur.

Melalui ayat pertama dan ayat terakhir dari Mazmur ini, pemazmur melantunkan nyanyian kekagumannya yang indah kepada Tuhan dimana di dalamnya nama Allah yang mulia ditinggikan. Kekaguman kepada Allah ini sulit diekspresikan sehingga pemazmur hanya dapat mengungkapkan dengan kata-kata 'Ya TUHAN, Tuhan kami`. Kita tidak perlu kaget karena memang tidak ada akal yang dapat mengukur dan tidak ada lidah yang dapat menyatakan, walaupun hanya setengah dari kebesaran Tuhan.

Mengapa pemazmur begitu terkagum-kagum akan kebesaran Allah? Sebab kebesaran Allah tidak hanya dapat dilihat dari apa yang di langit di atas namun juga yang di bumi di bawah, khususnya dari makhluk yang dianggap paling lemah yaitu bayi-bayi dan anak- anak yang menyusu. Pemeliharaan Allah yang luar biasa kepada mereka terlihat ketika Allah mengubah darah seorang ibu menjadi air susu dan memberikan kemampuan bayi-bayi untuk menyusu. Melalui itu semua Allah memelihara dan menumbuhkan.

Pengenalan yang benar akan kebesaran Allah, menuntun manusia kepada kesadaran akan ketidakberdayaan dan ketidaklayakan dirinya (ayat 4-5). Pengenalan akan kebesaran Allah akan menuntun manusia untuk menemukan jati diri yang sebenarnya di hadapan Allah dan di antara makhluk ciptaan lainnya. Jika sekarang manusia mempunyai kemampuan, otoritas, dan kedudukan yang tinggi di dunia, semua itu semata-mata anugerah Allah (ayat 6-9).

Renungkan: Berdasarkan pemahaman di atas, adakah alasan yang membenarkan manusia untuk menjadi sombong, sehingga merendahkan dan melecehkan orang lain? Jika pemazmur membuka dan menutup mazmur ini dengan pujian kekaguman sebagai manifestasi dari pengakuan kebesaran Allah dan kehinaan dirinya, hal-hal lain apakah yang dapat Anda lakukan sebagai manifestasi dari pengakuan kebesaran Allah dan kehinaan kita dihadapan-Nya?

(0.15693125862069) (Mzm 11:1) (sh: Tuhan Perlindunganku (Sabtu, 4 Januari 2003))
Tuhan Perlindunganku

Tuhan Perlindunganku. Menjadi orang Kristen di Indonesia ternyata banyak musuhnya. Orang tidak senang gereja maju, lalu meneror dan membakarnya. Orang tidak senang orang Kristen berhasil, lalu memfitnah atau mempersulit ruang geraknya. Kalau Anda adalah salah seorang yang sedang menghadapi ancaman dan tekanan dari musuh-musuh Kristen, kepada siapakah Anda akan mencari pertolongan?

Mazmur 11 merupakan pernyataan keyakinan si pemazmur. Walaupun orang-orang fasik membenci bahkan berupaya menghancurkan dirinya (ayat 2), sampai seakan-akan tidak ada yang dapat dilakukannya untuk menyelamatkan dirinya (ayat 3), pemazmur percaya kepada Tuhan sebagai tempat perlindungannya. Bagaimana mungkin tetap percaya kepada Allah dalam kesulitan hidup? Pertama, sebab Tuhan adalah mahatahu. Ia tahu siapa yang fasik, siapa yang benar (ayat 4-5). Kedua, Tuhan itu adil (ayat 7a), Ia menghukum orang fasik (ayat 6), tetapi berkenan kepada orang benar (ayat 7b). Jadi, pemazmur dapat mempertaruhkan hidupnya kepada Tuhan karena ia tahu Tuhan pasti membela dirinya yang benar terhadap orang fasik yang jahat.

Di awal tahun 2003 ini, sepertinya situasi tidak semakin baik bagi Kristen di Indonesia. Namun, keyakinan bahwa Tuhan adil dan akan membalaskan kejahatan orang seharusnya membuat kita bertahan dan berserah kepada Tuhan. Pada saat yang tepat, Tuhan akan bertindak menyelamatkan kita. Percaya kepada Tuhan tidak membuat kita menjadi tidak realistis seperti orang hidup dalam dunia mimpi. Dekat Tuhan kita tidak hanya akan terlindung aman, tetapi kita juga akan beroleh ketajaman melihat dan membaca zaman yang makin jahat ini.

Renungkan: Tuhan membalas setiap orang yang fasik dengan hukuman, dan yang benar dengan kehidupan. Dalam persekutuan, atau permusuhankah Anda terhadap Tuhan?

(0.15693125862069) (Mzm 16:1) (sh: Menghadapi ancaman murtad dan maut (Sabtu, 11 Januari 2003))
Menghadapi ancaman murtad dan maut

Menghadapi ancaman murtad dan maut. Sulit untuk melihat bahwa pemazmur sedang menghadapi ancaman kompromi menuju murtad dalam ayat 1-5. Ada baiknya kita mulai dengan melihat isi permohonan pemazmur di ayat 4b-6, yakni tekad dan kerinduan agar Tuhan sepenuhnya menjadi harta kehidupannya, satu-satunya tambatan hati. Doa itu dipanjatkan karena ia tidak ingin mengalami nasib orang seperti yang digambarkannya di ayat 4a. Ayat 1 adalah doa agar Allah melindungi dia dari nasib tersebut. Nasib buruk itu adalah akibat dari perbuatan orang yang dituturkannya di ayat 2, yaitu ucapan orang yang sebaliknya dari menjadikan Tuhan Allah saja sebagai yang terbaik, mulia, sumber kesukaan, kini menjadikan "Tuhan" dan "orang-orang kudus" sebagai ganti Tuhan yang sejati. Jadi, ayat 2 seharusnya dilihat sebagai dosa penyembahan berhala, bahwa orang memuja dan mengandalkan hal-hal apa saja yang dianggapnya mulia, tetapi yang bukan Allah sejati. Dosa ini hanya dapat diatasi dengan tekad dan komitmen untuk tidak mendua hati menjadikan Allah sebagai harta abadi jiwa kita (ayat 5-6).

Untuk orang yang telah belajar menyingkirkan segala macam bentuk allah palsu dari kehidupannya, maut tidak lagi menjadi ancaman yang menakutkan. Allah sedemikian akrab sehingga di kegelapan malam pun Allah selalu memberikan pengajaran yang memurnikan hati nurani (ayat 7) dan Allah terpampang jelas dalam penglihatan mata hati pemazmur (ayat 8). Mazmur ini telah diartikan sebagai mazmur mesianis (Kis. 2:25-28; 13:35) menunjuk kepada kebangkitan Kristus. Memang benar bahwa kebangkitan Kristus tidak saja menyatakan kemenangan Kristus dari maut, tetapi juga dasar bagi kehidupan kekal kita yang tak dapat binasa.

Renungkan: Mengkonsumsi barang palsu mungkin tidak fatal, tetapi memperallah yang bukan Allah pasti menghasilkan akibat ngeri.

(0.15693125862069) (Mzm 22:1) (sh: Jeritan hati orang yang tertindas (Jumat, 21 Februari 2003))
Jeritan hati orang yang tertindas

Jeritan hati orang yang tertindas. Kapan seseorang benar-benar merasakan bahwa dirinya menderita? Ketika orang lain memandang dirinya tidak lebih dari mangsa yang siap diterkam dan dihabisi. Apa yang dapat dilakukan orang yang berada dalam penderitaan? Menjerit dan berdoa kepada Tuhan?

Kali ini kita berhadapan pemazmur yang menjerit kepada Allah karena penderitaannya. Alasan mengapa menderita diungkapkan dalam rangkaian mazmur ini. Tetapi, ia merasa ditinggalkan Allah dengan alasan yang tidak diketahui (ayat 2). Hidupnya sekarang berada dalam suatu ketegangan antara percaya atau tidak kepada Allah. Dia berseru kepada Allah, namun Allah tetap jauh dan tak menjawab, seakan-akan menolak dan membuang dia (bdk. 27:9 dan 71:9). Apakah ia menjadi putus asa? Tidak, karena dia tetap percaya bahwa Tuhan memberi kekuatan dan pengharapan kepadanya. Dibutuhkan perjuangan iman untuk tetap meyakini Allah dan menyerahkan segala penderitaannya kepada Allah. Pernyataan kepercayaan ini disusul dengan suatu permohonan agar Tuhan tidak jauh karena tidak ada yang dapat menolong kecuali Tuhan.

Satu lagi teladan sebagai anak Tuhan pemazmur tunjukkan kepada kita. Benar bahwa penderitaan yang lama dan hebat membuat dia merasa ditinggalkan Allah, tetapi itu tidak membuatnya meninggalkan Allah, malah menyanyikan pujian dan syukur kepada Allah. Perjuangan iman ini akhirnya tidak hanya berujung pada tindakan Allah membebaskan dirinya dari penderitaan, tetapi juga perkenanan Allah mempersilakan dirinya mengalami kembali kasih setia Allah.

Renungkan: Pemazmur memilih mengambil jalan iman, meskipun jalan ini penuh tantangan, kekecewaan, dan ketegangan. Pemazmur memilih jalan ini karena dia percaya bahwa Tuhan adalah Allah yang setia pada diri-Nya sendiri: Dia adalah Allah yang kudus, Allah Penyelamat.

(0.15693125862069) (Mzm 32:1) (sh: Kebahagiaan hanya masalah pilihan (Selasa, 27 Maret 2001))
Kebahagiaan hanya masalah pilihan

Kebahagiaan hanya masalah pilihan. Setiap manusia sepanjang zaman berusaha dengan segala daya upaya untuk mendapatkan kebahagiaan hidup. Bahkan ada yang bekerja tanpa mengenal waktu dan menomorduakan keluarga agar meraih promosi jabatan, karena mereka berpikir bahwa kebahagiaan akan didapatkan jika mereka bergelimang harta dan meraih kedudukan tinggi. Setelah meraih semua itu, bukan kebahagiaan yang ia dapatkan namun penyakit karena stress dan bekerja terlalu keras. Lalu dimanakah kebahagiaan?

Sesungguhnya kebahagiaan bukanlah hal yang sulit digapai oleh manusia. Daud sudah membuktikan. Ia menemukan kebahagiaan bukan dalam kekayaan, kedudukan, dan kekuasaan yang ia miliki namun dalam pilihan bijak yang ia tetapkan. Ia memilih untuk bertobat dan mohon ampun dari Allah maka ia menemukan kebahagiaan (1-2, 5). Orang yang menyadari dosanya namun tidak bertobat tidak akan mengalami kedamaian hati namun justru tekanan (3- 4). Ia juga memilih untuk menggantungkan hidupnya kepada Allah (7). Walaupun tekanan dan kesulitan tetap melandanya, ia tidak sendiri sebab Allahlah tempat perlindungannya (6). Yang terakhir ia memilih untuk menaati perintah Allah (8) bukan seperti kuda atau bagal yang terkenal senang membangkang. Pilihannya yang terakhir adalah sangat tepat sebab orang fasik akan mengalami derita bukan selalu secara fisik, namun yang pasti secara hati dan jiwa karena hanya orang yang sudah dipulihkan hubungannya dengan Allah yang akan merasakan damai sejahtera yang sesungguhnya (10).

Kebahagiaan yang diajarkan oleh Daud adalah kebahagiaan yang sejati sebab tidak tergantung dari situasi dan kondisi dirinya, masyarakat sekitar maupun lingkungannya. Bencana dan derita apa pun boleh menimpanya namun karena pilihannya, ia tetap dapat bersukacita dan bersorak-sorai (11).

Renungkan: Karena itu apa sebenarnya yang Anda cari dengan bekerja keras tanpa batas hingga mengalami stres dan gangguan kesehatan yang serius? Uang, rumah, mobil mewah, atau kedudukan? Daud sudah membuktikan bahwa itu semua tidak membawa kebahagiaan. Tentukanlah apakah Anda mau memilih apa yang Daud pilih. Jika ya maka kebahagiaan sejati tidak jauh dari hidup Anda.

(0.15693125862069) (Mzm 37:1) (sh: Jangan iri terhadap orang fasik (Minggu, 6 November 2011))
Jangan iri terhadap orang fasik

Judul: Jangan iri terhadap orang fasik
Mazmur 37 lebih tepat digolongkan sebagai mazmur hikmat yang bersifat didaktis, bukan sebagai doa. Dengan struktur puisi akrostik, yaitu huruf pertama setiap bait mengikuti urutan abjad Ibrani, mazmur ini mudah dihafal sebagai petunjuk menjalani hidup sebagai orang benar. Mazmur ini mulai dengan ajakan kepada orang benar agar tidak marah atau iri terhadap orang fasik (1-11). Disambung dengan pemaparan akan kejahatan orang fasik dan kebinasaan mereka (12-26), diakhiri perintah agar hidup dalam kebenaran disertai janji Tuhan bagi yang hidup benar (27-40).

Mengapa orang benar tidak perlu marah atau iri kepada orang fasik? Pertama, walaupun orang fasik kelihatan berjaya, mereka akan segera lenyap (2, 9-10). Seperti rumput yang berumur pendek dan daun yang cepat layu, demikian gambaran kefanaan orang fasik. Kedua, orang benar ada dalam pemeliharaan Tuhan (3-6, 11). Bisa saja sesaat kehidupan orang benar lebih sengsara daripada orang fasik. Namun, dalam jangka panjang akan terlihat orang benar justru bertahan sampai kesudahannya. Hal itu terjadi bukan karena kekuatan orang benar sendiri, melainkan kasih karunia Tuhan. Ketiga, iri hati kepada orang fasik merupakan bentuk ketidakpercayaan seseorang kepada Tuhan. Ia meragukan keadilan Tuhan dan kemampuan Tuhan untuk memberkati dia. Iri hati dengan sendirinya adalah dosa. Orang benar dengan iri hati tidak kompatibel. Itu sama saja menyebut orang benar sebagai berdosa.

Apakah Anda sedang marah kepada orang fasik karena kejahatannya merugikan Anda, membuat masyarakat menderita, dan menghina nama Tuhan? Serahkan kemarahanmu pada Tuhan, biarkan Dia bertindak menyatakan keadilan-Nya, membela nama-Nya sendiri. Justru kita perlu berdoa agar dalam belas kasih Allah, hukuman Allah yang dijatuhkan pada orang fasik membawanya kepada pertobatan!

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2011/11/06/

(0.15693125862069) (Mzm 37:21) (sh: Kebahagiaan orang benar (ayat 2) (Senin, 2 Juni 2003))
Kebahagiaan orang benar (ayat 2)

Kebahagiaan orang benar (ayat 2). Di dua bagian terdahulu kita telah melihat bagaimana pemazmur mengajar orang benar untuk tidak marah karena kesuksesan dan kemakmuran orang fasik. Bagian ketiga (ayat 23-29) masih meneruskan pokok-pokok pikiran dari dua bagian sebelumnya, tetapi dengan fokus yang agak berbeda. Kalau bagian pertama didominasi oleh panggilan kepada orang benar untuk bersandar dan berlindung kepada Tuhan, dan bagian kedua menitikberatkan pada kesia-siaan usaha orang fasik, bagian ketiga sekarang memusatkan perhatian pada Tuhan dan perlindungan-Nya atas orang benar.

Tuhan menjaga orang benar sehingga walaupun mereka dapat "jatuh" mereka tidak akan sampai tergeletak (ayat 23-24). Tuhan juga mencukupi kebutuhan mereka dan bahkan dari kecukupan itu mereka dapat memberi dengan murah hati (ayat 25-26). Bagian ini ditutup dengan panggilan ajakan untuk menjauhi kejahatan dan melakukan kebaikan karena Tuhan adalah Tuhan yang "mencintai hukum". Juga terdapat penegasan tentang orang benar yaitu bahwa mereka akan mewarisi negeri (ayat 27-29). Siapa saja orang benar yang akan mewarisi negeri? Orang-orang yang mulutnya mengucapkan hikmat, yang lidahnya mengatakan hukum, yang hatinya dituntun oleh Taurat Allah (ayat 31), dan yang hidupnya senantiasa menantikan Tuhan dan mengikuti jalan-Nya meskipun berada di tengah-tengah ancaman orang fasik (ayat 32-34).

Jika Anda tergoda oleh suatu pencobaan, bandingkanlah hasil akhir orang benar dan orang fasik. Orang yang jatuh ke dalam dosa, sering kali disebabkan oleh kemalasan untuk tidak berpikir panjang. Mata gelap, pikiran pendek, membuat orang begitu saja membiarkan dirinya melakukan dosa.

Renungkan: Pikiran dan pemahaman firman adalah hal utama dalam kehidupan. Bangunlah kebiasaan baik mempelajari firman bila Anda ingin memiliki ketahanan dan ketangguhan rohani.

(0.15693125862069) (Mzm 43:1) (sh: Allah tempat pengungsianku, sukacitaku, dan kegembiraanku (Senin, 13 Agustus 2001))
Allah tempat pengungsianku, sukacitaku, dan kegembiraanku

Allah tempat pengungsianku, sukacitaku, dan kegembiraanku. Kegelisahan-kegelisahan akibat berbagai tekanan hidup, perlakuan yang tidak adil, dan kondisi yang tidak aman seringkali menjadi beban yang memperberat langkah hidup kita. Di saat seperti ini kita membutuhkan adanya pembebasan, pembelaan, dan tempat peristirahatan yang dapat memulihkan sukacita kita. Kebutuhan akan hal seperti inilah yang melatarbelakangi lahirnya doa permohonan pemazmur. Namun dimanakah jawaban atas pergumulan ini dapat ditemukan?

Sebagaimana dalam Mazmur 42, demikian juga dalam Mazmur 43 ini, pemazmur diliputi kegelisahan yang sedemikian dalam. Ia diliputi ketidakmengertian, mengapa Allah yang adalah tempat pengungsian yang aman membuang dirinya sehingga ia hidup berkabung di bawah impitan musuh (ayat 2). Kekuatan dan jawaban atas pergumulannya ini terletak di dalam doa yang dipanjatkannya. Ia memohon agar Tuhan memperjuangkan keadilan dan perkaranya serta meluputkannya dari orang-orang curang yang menipunya (ayat 1). Ia berdoa memohon agar Tuhan memerintahkan terang dan kesetiaan-Nya untuk menuntunnya berjumpa Allah yang adalah sukacita dan kegirangannya (ayat 3-4).

Doanya ini mengubah kegelisahannya menjadi pengenalan akan Allah sebagai tempat pengungsian yang membuatnya bersuka dan bergembira. Doa ini telah membawa keletihan jiwanya pada tempat peristirahatan yang nyaman. Doa ini mengubah nada refrein lagunya, semula ia menyanyikan refrein lagunya dengan nada pilu dengan harap-harap cemas (ayat 42:6, 12), tetapi kini dengan nada optimis ia berkata: "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku, dan Allahku!" (ayat 5). Melalui kekuatan yang ditemukan dalam doanya ia menyadari bahwa tidak seharusnya ia merasa tertekan dan gelisah, karena ia memiliki pengharapan di dalam Allah yang menjadi penolongnya.

Renungkan: Apakah kita merasa tertekan, gelisah, terbuang, dan hidup di bawah impitan? Berharap dan berdoalah agar terang serta kesetiaan Tuhan menuntun Anda mendekat kepada Allah, dan nikmatilah persekutuan yang indah dengan-Nya.

(0.15693125862069) (Mzm 49:1) (sh: Antara harta dan martabat (Minggu, 19 Agustus 2001))
Antara harta dan martabat

Antara harta dan martabat. Kebenaran tentang martabat manusia yang dipaparkan oleh pemazmur (ayat 21) akan dicemooh oleh masyarakat umum sebab mereka sangat mengagungkan harta. Semakin banyak harta, semakin terhormat orang tersebut. Konsep ini sudah ditanamkan ke dalam pikiran manusia sejak kecil.

Bagaimana seharusnya penilaian Kristen terhadap harta? Pemazmur tidak mengajarkan Kristen untuk anti harta. Ia juga tidak mengajarkan bahwa harta membuat martabat manusia serendah binatang. Pemazmur dengan tegas menyatakan bahwa jika manusia hanya mempunyai harta namun tidak mempunyai pengertian, martabatnya akan serendah binatang. Apakah ini berarti bahwa pengertianlah yang membuat martabat manusia tinggi? Ya! Lalu apa yang dimaksud dengan pengertian? Apakah kepandaian akademis? Tidak! Setiap manusia tidak dapat melawan satu fase dalam kehidupannya yaitu kematian. Berapa pun harta yang dimiliki, fase ini tidak dapat dihindari ataupun ditunda ketika saatnya tiba (ayat 8-11). Ditinjau dari fase ini manusia memang tidak berbeda dengan binatang seolah-olah kematian adalah tujuan akhir hidupnya (ayat 12-15). Lalu apa yang membedakan manusia dengan binatang? Tidak lain tidak bukan adalah hubungan dengan Allah yang dimilikinya (ayat 16). Hubungan ini yang membuat kematian bukan akhir dari kehidupannya (ayat 16). Inilah pengertian itu yaitu manusia yang melepaskan Allah dan mengikatkan diri kepada harta bukanlah manusia. Karena itulah Kristen tidak seharusnya menaruh hormat berlebihan kepada orang kaya (ayat 16-20).

Renungkan: Kebenaran ini sangat penting dan bersifat universal karena itu harus dipahami dan diajarkan secara serius (ayat 2-5). Sedini mungkin kebenaran ini diajarkan maka semakin cepat martabat manusia dipulihkan. Mulailah dari sekarang untuk menghormati manusia bukan berdasarkan kekayaan ataupun kedudukannya.

Bacaan untuk Minggu Ke-11 sesudah Pentakosta

Keluaran 16:2-4, 12-15

Efesus 4:17-24

Yohanes 6:24-35

Mazmur 78:14-20, 23-29

Lagu: Kidung Jemaat 365a

PA 7 Mazmur 44

Mazmur ini merupakan suatu doa permohonan bangsa Israel di saat mereka mengalami kekalahan perang. Di tengah keadaan letih dan tertekan, mereka mencoba mengingat-ingat kebaikan Tuhan pada masa lampau, namun hal itu justru membuat mereka tidak mengerti dan bertanya-tanya.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Bagaimana mereka menggambarkan keadaan nenek moyang mereka (ayat 2-9)? Bagaimana mereka menggambarkan tindakan Allah pada masa lampau terhadap nenek moyang mereka (ayat 2-4)? Apakah yang menjadi faktor kemenangan nenek moyang mereka (ayat 5)? Berdasarkan apakah keyakinan mereka dibangun (ayat 6)? Berdasarkan kemenangan ini, apakah yang mereka deklarasikan? Bagaimanakah mereka mendeklarasikannya (ayat 8-9)?

2. Bagaimana keadaan mereka sekarang (ayat 10-23)? Bagaimanakah mereka menggambarkan tindakan Allah terhadap mereka (ayat 10-15)? Berdasarkan kekalahan mereka, apakah yang mereka deklarasikan? Bagaimana mereka mendeklarasikannya (ayat 16-17)? Bagaimana mereka mengajukan keberatan kepada Allah? Alasan-alasan apa yang mereka gunakan (ayat 18-23)?

3. Pertanyaan-pertanyaan apakah yang mereka ajukan kepada Allah sebagai penutup dari ratapannya ini (ayat 24-26)? Apakah Kristen memiliki kebebasan untuk mempertanyakan keraguannya kepada Allah?

4. Adakalanya Tuhan seakan-akan tertidur dan membiarkan diri kita berada dalam kesulitan (bdk Mark 4:35-41), apakah Ia benar-benar tertidur dan tidak peduli? Jika tidak, apakah yang ingin dikerjakan-Nya bagi kita melalui proses seperti ini?

5. Apa yang mereka lakukan ketika menyadari karya Allah pada masa lampau dan krisis yang mereka hadapi sekarang? Apa yang menjadi dasar dari harapan mereka (ayat 27)? Ketika ingatan terhadap apa yang telah Allah perbuat pada masa lampau tidak cukup memberikan jawaban, atas dasar apakah kita menggantungkan harapan kita? Apakah Allah tetap adalah Allah yang dapat dipercayai ketika kita tidak menemukan jawaban atas persoalan yang kita hadapi?

(0.15693125862069) (Mzm 49:1) (sh: Kebahagiaan yang sia-sia (Jumat, 13 Februari 2004))
Kebahagiaan yang sia-sia

Kebahagiaan yang sia-sia. Seringkali kita sebagai orang Kristen merasa rendah diri di hadapan orang yang kaya, atau yang memiliki kuasa, sehingga kita tidak berani memberitakan Injil kepada orang-orang sedemikian. Padahal kita sama-sama manusia ciptaan Allah, yang tidak memiliki apa-apapun yang dapat dibanggakan di hadapan Allah. Lebih lagi kita sebagai anak-anak Tuhan, dengan tetap rendah hati dapat mengatakan bahwa kita memiliki kebahagiaan sejati. Jangan lupa, orang-orang kaya dan atau berkuasa kalau tidak memiliki Kristus di dalam hati, belum tentu bahagia. Kebahagiaan mereka kalaupun ada tidak hakiki.

Pemazmur di dalam hikmat Tuhan mengajak kita merenungkan kembali kebenaran ini: kekayaan, hikmat dan kuasa tidak dapat membeli kehidupan. Semua hal tersebut yang menjadi pegangan selama ini tidak dapat menolong mencegah kematian datang (ayat 6-15).

Persoalannya adalah banyak orang tertipu oleh apa yang di tangannya. Mereka merasa yakin bahwa dengan apa yang mereka miliki, kekayaan, hikmat, ataupun kekuasaan dapat menyelamatkan dirinya, pemazmur mengajar di dalam “hikmat Ilahi” bahwa hanya Tuhan saja yang mampu membebaskan seseorang dari kebinasaan. Paling tidak itulah pengalaman si pemazmur (ayat 16).

Maka sekarang ia mengajak kita semua untuk tidak usah minder terhadap mereka yang membanggakan kekayaannya, atau hikmatnya, atau kekuasaannya (ayat 17). Kita memiliki sesuatu yang lebih daripada semua hal tersebut. Kita dimiliki Allah pemilik hidup. Maka dari itu, justru kita harus berani untuk berkata-kata, menegur dalam kasih orang-orang yang terlalu percaya diri tersebut. Mereka akan binasa bila hanya mengandalkan apa yang mereka miliki. Mereka harus menjadi milik Allah. Tugas kita adalah memberitakan kebenaran itu.

Renungkan: Kapan terakhir kali Anda berkata kepada orang kaya, bahwa mereka membutuhkan Kristus untuk keselamatan mereka?

(0.15693125862069) (Mzm 51:1) (sh: Bukan korban tetapi pengakuan (Sabtu, 5 Juni 2004))
Bukan korban tetapi pengakuan

Bukan korban tetapi pengakuan. Tidak sedikit orang Kristen berpendapat bahwa kalau seseorang jatuh ke dalam dosa, di samping mengaku dosa maka ia harus semakin berusaha untuk hidup kudus. Caranya adalah dengan sering berpuasa, rajin ke gereja, baca Alkitab, dan sebagainya. Namun ironisnya, semakin ia berusaha untuk melakukan yang baik ternyata semakin ia frustrasi. Mengapa? Karena ternyata kebanyakan usahanya itu gagal. Akhirnya, ia berkesimpulan bahwa usaha yang dilakukannya sia-sia. Semakin banyak ia jatuh bangun semakin frustasi dirinya.

Latar belakang mazmur ini adalah kejatuhan Daud ke dalam dosa dengan Batsyeba (ayat 2 Samuel 11). Dosa Daud tidak berhenti sampai di situ. Ia bahkan membunuh Uria, suami Batsyeba untuk menutupi perzinahannya. Namun, Tuhan tidak membiarkan Daud berkanjang dalam dosanya. Melalui Nabi Natan, Tuhan menegurnya (ayat 2 Samuel 12:1-15). Hati Daud hancur. Ia datang ke hadapan Allah dengan pengakuan dan penyesalan yang dalam. Kehancuran hati Daud ini dipandang Allah sebagai korban sembelihan yang berkenan pada-Nya (ayat 18-19) dan sekaligus merupakan tanda bahwa Daud telah mendapat pengampunan dari Allah.

Selanjutnya Daud berdoa agar Allah bermurah-hati dengan membangun kembali "tembok-tembok Yerusalem" (ayat 20). Hal ini menandakan bahwa mazmur ini dituliskan ulang oleh penerus Daud pada saat Bait Suci telah dihancurkan dan karenanya umat TUHAN tidak bisa lagi mempersembahkan korban. Bagi umat, tiadanya persembahan korban berarti TUHAN telah jauh dari umat-Nya. Namun pengalaman Daud ini pastilah menjadi suatu penghiburan bagi umat ketika dibacakan kepada mereka. Karena ternyata bukan korban persembahan yang utama bagi TUHAN tetapi pengakuan dan penyesalan atas dosa.

Renungkan: Jika kita jatuh ke dalam dosa, jangan mencoba menyelesaikannya sendiri. Akuilah dosamu di hadapan TUHAN dengan penyesalan yang dalam dan Ia akan mengampuni!

(0.15693125862069) (Mzm 64:1) (sh: Jangan remehkan intimidasi kata-kata (Jumat, 18 Juni 2004))
Jangan remehkan intimidasi kata-kata

Jangan remehkan intimidasi kata-kata. Pergumulan iman terberat seringkali kita kaitkan dengan masalah-masalah seperti kelemahan fisik, kesulitan dalam pekerjaan, pencobaan moral atau ancaman fisik. Dalam kenyataan sehari-hari, kita menemui bahwa kata-kata seperti ejekan, fitnahan, serangan terhadap isi iman Kristen, dlsb. dapat mengolok iman kita. Tentang pergumulan iman menghadapi serangan kata-kata inilah, pemazmur bicara.

Pemazmur mengalami pergumulan yang berat itu. Ia tahu bahwa musuh yang berat itu bermaksud membinasakannya (ayat 3). Ia tahu bahkan cara-cara licik digunakan untuk menyerangnya pada saat-saat kelemahannya, yaitu berupa gosip, fitnah, dan cercaan (ayat 4-6). Lebih daripada itu, ia tahu mereka bersungguh hati untuk menghancurkan dia. (ayat 7, ayat ini bisa dibaca 'mereka merancang kecurangan-kecurangan: "Kami sudah siap, rancangan sudah rampung, rancangan yang keluar dari batin dan hati terdalam"'). Seorang penafsir mengatakan, betapa dalamnya isi hati seseorang, siapa yang tahu? Apalagi, bila hati yang jahat merencanakan kejahatan, siapa bisa menduga kekejaman dan kekejiannya?

Namun, pemazmur tidak termakan oleh dampak dahsyat kata-kata buruk dari orang jahat. Ia percaya kepada Allah yang berdaulat dan berkuasa atas mereka. Ia tahu kesudahan orang-orang jahat adalah kebinasaan mereka, dan mereka akan binasa oleh senjata mereka sendiri: lidah dusta mereka (ayat 8-9). Ia tahu juga orang benar, orang yang berlindung kepada-Nya akan diselamatkan, dan akan bersukacita (ayat 10-11). Pemazmur belajar bahwa lidah jahat akan termakan jeratnya sendiri. Karena itu, orang yang jujur dalam kata dan tindakan adalah orang yang bertindak sesuai sikap Allah sendiri dalam firman-Nya yang "ya dan amin."

Renungkan: Jangan anggap remeh pengaruh kata-kata baik dari orang yang kita jumpai sehari-hari maupun dari sumber-sumber media. Bangunlah "filter" iman untuk menilai dan menetapkan kata-kata mana yang harus dibuang dan kata mana yang patut disimpan.

(0.15693125862069) (Mzm 74:1) (sh: Goncangan yang memecahkan cangkang pembatas iman (Senin, 22 Oktober 2001))
Goncangan yang memecahkan cangkang pembatas iman

Goncangan yang memecahkan cangkang pembatas iman. Adakalanya untuk menghasilkan pertumbuhan iman yang mampu menerobos cangkang-cangkang pembatasnya dibutuhkan suatu proses perombakan yang radikal. Proses ini tidaklah terjadi secara otomatis, melainkan dikerjakan Tuhan dengan cara yang menggoncangkan. Inilah saatnya Tuhan menghancurkan keyakinan lama kita dan membentuknya kembali menjadi iman yang bertumbuh semakin sempurna.

Proses seperti inilah yang dialami bangsa Israel ketika mereka menyaksikan hancurnya Bait Allah, yang telah menyatu dengan kehidupan keagamaan dan sosial mereka. Bagi bangsa Israel, seluruh identitas dan pusat kehidupan mereka tergantung pada Bait Allah, sehingga dengan hancurnya Bait Allah hancurlah seluruh identitas, pegangan, pusat dan arah hidup mereka. Melalui proses seperti inilah Tuhan menuntun iman mereka hingga bertumbuh melampaui batasan-batasan pemahaman yang membelenggu mereka.

Bangsa Israel melantunkan nyanyian ratapan untuk mengungkapkan ketidakmengertian mereka mengapa Tuhan membiarkan Bait Allah dihancurkan (ayat 1, 10, 11). Namun melalui peristiwa ini mereka dituntun untuk: [1] keluar dari keterbatasan cangkang iman mereka. Melalui peristiwa ini mereka menyadari bahwa Tuhan tidaklah dibatasi, tersimpan, dan terikat oleh Bait Allah. Sebab Ia lebih besar dari Bait Allah.

Lenyapnya Bait Allah tidaklah berarti lenyapnya Tuhan di antara mereka; [2] memiliki fokus iman yang tepat, yakni iman yang tidak lagi berpusat pada Bait Allah di Yerusalem, melainkan kepada Tuhan (ayat 18, 22, 23) yang melampaui kemampuan kapak dan beliung untuk menghancurkan-Nya; [3] memahami bahwa Tuhan berkuasa menaklukkan kekacauan. Ia menaklukkan kekacauan pada masa yang lampau (ayat 13-17), dan hancurnya Bait Allah adalah sama seperti kekacauan pada masa yang lampau. Berdasarkan hal inilah mereka menemukan pengharapan bagi pemulihan Bait Allah dan pertolongan mereka (ayat 18-23).

Renungkan: Keadaan yang menggoyahkan Anda dapat menjadi sarana untuk menyelami kuasa Allah yang menaklukkan kekacauan, serta memiliki iman yang terarah pada fokus yang benar. Belajar menerima apa yang sedang Tuhan kerjakan dalam hidup Anda sebelum Anda belajar mengerti maksud-Nya adalah cara yang bijaksana.

(0.15693125862069) (Mzm 75:1) (sh: Keadilan Allah sumber harapan kita (Jumat, 22 April 2005))
Keadilan Allah sumber harapan kita

Keadilan Allah sumber harapan kita
Mengeluh, mencurahkan gejolak hati saat mengalami kesulitan hidup (pasal 74), adalah wajar. Memuji Tuhan, bersaksi tentang kebesaran-Nya dalam situasi hidup sulit yang sama, wajarkah? Bila Anda menjawab tidak, bersiaplah untuk berubah sesudah merenungkan Mazmur ini!

Situasi dan kondisi boleh sama sukar dan muskil, namun orang beriman bisa maju lebih daripada sekadar bersikap jujur mencurahkan isi hati di hadapan Tuhan. Doa adalah perjumpaan riil dengan Allah. Selain mengakui keberadaan diri secara jujur, doa juga menjumpai dan mengakui keberadaan Allah secara jujur. Bila itu terjadi, firman yang Allah ucapkan akan terdengar ulang secara baru (ayat 3). Prinsip kebenaran dan penghakiman Allah atas orang berdosa dan kenyataan bahwa Allah tak akan membiarkan dunia yang dikasihi-Nya diluluhlantakkan oleh para pelaku kejahatan, bukan lagi teori. Dalam perjumpaan nyata dengan Allah, kebenaran itu akan menjadi kenyataan seturut waktu Allah (ayat 3a). Dari perjumpaan itu, mengalirlah syukur dan kesaksian akan kedahsyatan Allah dan keajaiban karya-karya-Nya (ayat 2).

Sumber harapan kita bukan beberapa aspek diri dan sifat Allah, tetapi keseluruhan-Nya. Kita cenderung hanya menekankan sifat pemurah dan kasih Allah. Padahal Allah menyatakan banyak lagi sifat diri-Nya yang harus kita kenali dan imani penuh. Apabila kita hanya mengimani kebaikan-Nya dan tidak percaya pada keadilan dan penghakiman-Nya, bagaimana kita beroleh penghiburan dan pengharapan menghadapi berbagai kejahatan dalam hidup ini? PeMazmur mampu bersyukur dan bersaksi kendati kesulitan masih menekannya, sebab ia menatap kepada kedaulatan dan keadilan Allah. Kekuatan sejahat sedahsyat apa pun, tunduk ke bawah perintah Allah (ayat 7-8). Kejahatan merajalela segila apa pun, pasti harus menenggak cawan murka Allah (ayat 9).

Renungkan: Perhitungkan Allah sepenuh yang Ia nyatakan dalam firman-Nya, baru Anda dapat memperlakukan kondisi hidup macam apa pun sebagai seorang pemenang.

(0.15693125862069) (Mzm 78:56) (sh: Tuhan siap merombak dan membangun ulang (Minggu, 28 Oktober 2001))
Tuhan siap merombak dan membangun ulang

Tuhan siap merombak dan membangun ulang. Tujuan perjalanan panjang bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan adalah untuk membentuk suatu bangsa milik Allah sendiri. Namun perjalanan ini diwarnai berbagai pemberontakan yang berorientasi pada "keinginan perut" bangsa Israel, sehingga mereka harus berputar di padang gurun selama 40 tahun.

Betapa menyedihkannya keadaan bangsa pilihan Allah ini, karena mereka tidak pernah belajar melakukan apa dikehendaki Allah, justru berulangkali mereka hidup dalam kesenangannya sendiri. Kedegilan hati mereka membuat kasih Allah tidak terselami, walau sudah dinyatakan berulang kali. Hal ini menggerakkan Allah untuk melakukan penghukuman-Nya (ayat 66-67), tetapi tidak membuat-Nya putus asa terhadap keadaan umat-Nya. Allah membangun kembali dari awal apa yang telah dirobohkan oleh kesalahan manusia (ayat 69). Di balik penghukuman-Nya yang bertujuan memurnikan umat-Nya, Ia menyelamatkan sekumpulan kecil orang yang setia kepada-Nya, yang akan menjadi tunas bagi pembangunan yang baru. Dia memilih Yudea, Gunung Sion, dan mengangkat Daud menjadi gembala bagi umat-Nya (ayat 70-72).

Karena Allah adalah setia dan senantiasa bersedia merombak kembali, maka pemberontakan umat-Nya tidak akan menggagalkan rencana yang telah disediakan-Nya bagi umat-Nya. Kesediaan Allah untuk merombak dan membangun ulang apa yang sudah rusak, melebihi daya perusak dari manusia yang lemah.

Renungkan: Kasih setia Tuhan mampu membangun kembali apa yang telah dirobohkan manusia. Namun bukan berarti Tuhan membiarkan manusia seenaknya merusak dan menghancurkan. Rindukah Anda menjadi alat Tuhan memurnikan umat-Nya?

Bacaan untuk Minggu ke-21 sesudah Pentakosta

Yesaya 53:10-12

Ibrani 5:1-10

Markus 10:35-45

Mazmur 91:9-16

Lagu: Kidung Jemaat 423

PA 8 Mazmur 74

Mazmur ini merupakan nyanyian ratapan atas hancurnya Bait Allah di Yerusalem oleh bangsa Babilon pada tahun 587 sM. Mereka menulis mazmur ini dalam pembuangan ketika identitasnya sebagai suatu bangsa telah dihapuskan, tanah perjanjian yang dimilikinya telah dirusak, dan Bait Allah yang menjadi pusat ibadah mereka telah dihancurkan. Mereka berada dalam suatu kondisi yang sedemikian tertekan dan tidak dapat mengerti mengapa Tuhan yang sedemikian berkuasa tidak menyelamatkan mereka dari tangan para musuh mereka.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Bagaimanakah kehancuran Bait Allah digambarkan (ayat 3-9)? Bagaimana keadaannya? Apa yang dilakukan oleh para lawan mereka? Krisis apakah yang dialami bangsa Israel?

2. Empat pertanyaan apakah yang mereka ajukan kepada Tuhan (ayat 1, 10, 11)? Bagaimana mereka memahami identitas diri mereka? Bagaimanakah mereka melihat sikap Tuhan terhadap mereka? Pernahkah Anda melihat Tuhan seperti mereka melihat-Nya? Pada saat dan peristiwa apakah hal itu terjadi?

3. Apakah mereka terus tenggelam dalam kesedihan mereka? Peristiwa- peristiwa apakah yang mereka renungkan pada saat mereka sangat tertekan (ayat 12-15; 16-17)?

4. Mengapa mereka dapat teringat kepada peristiwa-peristiwa pada masa lampau yang diceritakan kepada mereka, ketika mereka berada dalam keadaan yang sangat sulit? Apa dampak dari firman yang mereka ingat bagi masa-masa yang sukar? Bagaimana firman Tuhan yang pernah Anda dengar berdampak bagi kehidupan Anda, khususnya pada saat Anda mengalami krisis?

5. Perhatikan empat permohonan mereka yang dimulai dengan kata "janganlah" (ayat 19, 21, 23), "ingatlah" (ayat 2, 18, 22), dan juga permohonan mereka yang dimulai dengan kata "pandanglah" (ayat 20), "biarlah" (ayat 21), dan "bangunlah" (ayat 22). Apakah yang menjadi landasan bagi keyakinan mereka kepada Tuhan? Bagaimana Anda mengaplikasikan pelajaran pada hari ini bagi kehidupan Anda secara pribadi dan pergumulan bangsa kita?

(0.15693125862069) (Mzm 83:1) (sh: Menyongsong kemenangan (Senin, 26 September 2005))
Menyongsong kemenangan

Menyongsong kemenangan Berbicara tentang kemenangan dalam kondisi sulit, rasanya tidak realistis. Hal yang tidak realistis inilah yang mendominasi doa Asaf ini. Umat Israel sedang terancam persekongkolan jahat bangsa-bangsa yang memusuhi mereka (ayat 8-9). Dalam situasi buruk ini, Perjanjian Allah dan doa yang mengantisipasi kemenangan menjadi dasar umat Israel bersikap sehingga mereka mampu menghadapi persekongkolan jahat itu.

Umat Israel menyadari arti perjanjian Allah bagi mereka dan implikasinya terhadap kesulitan yang mereka alami. Dengan mengadakan perjanjian, Allah menempatkan diri-Nya di pihak umat-Nya. Ia menjadi penyelamat, pemilik, dan pelindung umat-Nya, maka para musuh umat Israel akan menjadi musuh Allah sendiri. Atas dasar ini, pemazmur berseru agar Tuhan membuyarkan kekuatan dari persekongkolan jahat itu (ayat 14-16). Hasilnya, doa permohonan berubah menjadi doa menyongsong kemenangan. Asaf mengingat akan perbuatan-Nya di masa lalu saat para hakim satu per satu mematahkan kejahatan bangsa-bangsa zaman mereka (ayat 10-13).

Berdoa berdasarkan perjanjian ilahi harus menjadi disiplin rohani kita. Realitas hidup tidak selalu ramah. Kesepakatan jahat dari orang-orang yang berprinsip hidup berbeda dengan kita dapat menekan kita. Hadapilah perilaku dari orang tak beriman itu dengan fakta Perjanjian Allah bagi kita. Kita adalah umat perjanjian karena nyawa Kristus dan meterai Roh Allah. Namun, kita hanya dapat menghayati kekuatan yang datang dari fakta perjanjian Allah itu, jika kita sendiri aktif menautkan diri kita kepada-Nya. Kesadaran tinggi bahwa kita adalah milik-Nya membuat kita memiliki keyakinan teguh bahwa apa pun yang kita alami justru akan membuat pihak lawan mengakui kemuliaan Allah (ayat 17-19).

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.15693125862069) (Mzm 84:1) (sh: Gereja, oasis Allah untuk dunia (Selasa, 27 September 2005))
Gereja, oasis Allah untuk dunia

Gereja, oasis Allah untuk dunia Isi mazmur indah ini mengingatkan saya tentang pengalaman saya mendaki Gunung Bromo beberapa tahun lalu. Meski perjalanan itu berat dan meletihkan, saya bertekad terus berjalan menapaki lautan pasir, lalu mendaki lereng gunung itu. Saya berbuat demikian karena ingin menempa ketahanan fisik saya. Tetapi bukan itu saja, daya tarik pemandangan kawah saat matahari terbit juga memicu semangat saya.

Kebiasaan umat Israel berziarah ke Bait Allah di Yerusalem, selain untuk mengenang perjalanan nenek moyang mereka keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian, juga menjadi bagian disiplin rohani yang menempa spiritualitas mereka agar tangguh. Medan berat dan penuh bahaya saat berziarah itu melambangkan situasi perjalanan iman umat Tuhan baik zaman dulu maupun sekarang. Kesulitan itu tidak memadamkan iman, sebaliknya ada berbagai hal penting dalam penghayatan iman itu justru memicu kobaran semangat agar umat terus berjuang untuk maju. Indahnya Bait Allah (ayat 2) dan hadirat-Nya (ayat 3a), arti-Nya sebagai Raja dan Allah bagi umat (ayat 4), serta mezbah-Nya, merupakan pembangkit hasrat besar untuk umat Israel terus maju sampai mereka berjumpa dengan Tuhan dalam rumah-Nya (ayat 3b, 4). Dalam perjuangan untuk maju itu, orang beriman akan membawa dampak transformasi bagi sekitarnya (ayat 7), sementara itu mereka sendiri akan semakin kuat dalam Tuhan (ayat 6,8).

Gereja adalah diri kita sendiri. Gereja adalah tempat hadirat Allah dan keindahan-Nya terpancar, pemberlakuan pendamaian, pewartaan kebenaran, dan keakraban saudara seiman dipraktikkan. Liturgi, fokus pelayanan para pejabat gereja, sikap semua warga, suasana ibadah persekutuan, semangat misi, dan semua unsur penyelenggaraan, harus membuat Gereja menjadi inspirasi bagi umat untuk menyebarkan harum kemuliaan Allah.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------



TIP #10: Klik ikon untuk merubah tampilan teks alkitab menjadi per baris atau paragraf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA