(0.10217822972973) | (Gal 3:19) |
(sh: Taurat menuntun kepada Kristus (Sabtu, 11 Juni 2005)) Taurat menuntun kepada KristusTaurat menuntun kepada Kristus
Paulus menjelaskan fungsi hukum Taurat. Pertama, hukum Taurat berfungsi untuk menunjukkan keberadaan dosa yang memperbudak umat manusia (ayat 19). Dengan hukum Taurat orang tidak dapat berdalih bahwa dirinya tidak berdosa atau tidak tahu bahwa yang diperbuatnya adalah dosa (Lihat Rm. 7:7-11). Dengan demikian hukum Taurat mengurung orang dalam kesadaran akan belenggu dosa yang mengikat mereka (ayat 22). Bahkan dengan hukum Taurat manusia menjadi frustasi karena menyadari diri tidak berdaya. Kedua, hukum Taurat diberikan untuk memimpin orang-orang yang hidup sebelum janji keselamatan dalam Kristus digenapi. Hukum Taurat berfungsi sebagai penjaga kehidupan supaya moral dan perilaku tetap tertahankan sampai janji yang diberikan digenapi. Hukum Taurat tidak dapat membawa manusia kepada keselamatan yang menjadi kebutuhan utama manusia, namun ia dapat menuntun orang untuk mencari atau merindukan kelepasan itu dari sang Juruselamat (ayat 23-24). Maka ketika Kristus sudah datang sebagai pembebas dari segala belenggu dosa, hukum Taurat tidak lagi diperlukan sebagai penjaga kehidupan yang benar (ayat 25). Di dalam Kristus tidak ada lagi perhambaan dosa. Hukum Taurat menuntun kita kepada Kristus. Jadi Kristuslah yang utama. Dialah yang menjadi dasar anugerah kita beroleh hidup. Dia pulalah yang menjadi alasan kita memelihara hidup suci selaras dengan ajaran Taurat. Di dalam Tuhan Yesus kita membaca dan menerapkan ajaran Taurat dari perspektif hukum kasih, yaitu kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama (Mat. 22:37-39). Renungkan: Orang yang terobsesi melakukan hukum Taurat justru kehilangan fokus pada yang utama, yaitu Kristus. |
(0.10217822972973) | (Gal 3:26) |
(sh: Engkau saudaraku (Minggu, 12 Juni 2005)) Engkau saudarakuEngkau saudaraku
Salah satu hasil penyelamatan itu adalah tidak ada lagi perbedaan di antara orang percaya karena semua adalah satu di dalam Kristus Yesus (ayat 28). Mengapa Paulus menekankan hal persatuan ini? Beberapa laki-laki Yahudi, setiap pagi menaikkan doa pengucapan syukur dengan mengatakan: "Tuhan, saya bersyukur karena saya bukan orang kafir, budak, atau wanita." Mereka sangat bangga dengan jati diri mereka yang tidak dimiliki oleh orang lain. Paulus mengingatkan mereka, bahwa sebelum Kristus datang membebaskan mereka, jati diri mereka tidak lebih daripada hamba (ayat 4:1-3). Namun, jati diri sejati umat Tuhan ada pada karya penebusan Kristus yang menjadikan semua orang percaya sebagai anak-anak Allah dan ahli waris surgawi (ayat 4-7). Salah satu wujud kebebasan di dalam Kristus adalah tidak lagi ada diskriminasi ras, gender, dan status sosial di dalam gereja. Dahulu kita semua adalah hamba dosa, tetapi oleh anugerah Allah kita sekarang adalah anak-anak-Nya. Oleh sebab itu, sebelum kita keluar mengabarkan Injil lintas ras, gender, dan status sosial, kita harus lebih dahulu membereskan prasangka-prasangka seperti itu dari lingkungan gereja dan persekutuan kita. Renungkan: Salah satu bukti kebebasan sejati di dalam Kristus adalah tatkala kita mampu berkata kepada orang yang paling berbeda dari kita, "Engkau saudaraku." |
(0.10217822972973) | (Ef 1:7) |
(sh: Hak dan tanggung jawab anak-anak Allah (Sabtu, 1 November 2003)) Hak dan tanggung jawab anak-anak AllahHak dan tanggung jawab anak-anak Allah. Diangkatnya kita menjadi anak-anak Allah adalah dampak dari keputusan Allah memilih kita. Sebagai anak, ada hak yang harus kita terima dan ada kewajiban yang harus kita jalankan. Pernyataan Paulus ini, merupakan adaptasi dari hukum Romawi saat itu yang menetapkan bahwa anak yang diadopsi juga harus memiliki dan menikmati hak yang sama dengan anak kandung.Pertanyaan buat kita adalah siapa saja anak-anak Allah itu? Paulus menegaskan bahwa anak-anak Allah tidak hanya terdiri dari etnis Yahudi saja, tetapi juga etnis non Yahudi. Hal ini jelas melalui kata “kami” (ayat 11,12), dan kata “kamu juga” (ayat 13). Kedua etnis ini sekarang tidak hanya memiliki dasar yang sama yaitu Yesus Kristus (ayat 11,13), tetapi juga sama-sama berada dalam Kristus, memiliki warisan yang sama dan dimeteraikan dengan Roh Kudus sebagai tanda bahwa mereka adalah sah milik Kristus (ayat 13-14). Kita adalah orang-orang Kristen yang juga anak-anak pilihan Allah di dalam Kristus. Kita sudah mengalami penebusan,pengampunan dosa oleh pengurbanan Kristus. Langkah selanjutnya yang harus kita lakukan, sebagai tanggung jawab kita adalah: Pertama, hidup kudus dan tanpa cela. Dalam hal ini kita bertanggung jawab untuk meninggalkan perilaku cemar kita dan memasuki proses penyucian yang dilakukan oleh Roh Kudus. Kedua, bergandengan tangan dengan seluruh umat percaya membawa kasih Kristus yang telah kita terima dan alami kepada orang yang belum mengenal-Nya agar mereka pun dapat dipersatukan dalam karya penebusan-Nya. Renungkan: Pancarkan kemuliaan Tuhan yang telah memilih dan memiliki kita secara utuh dan penuh melalui sikap hidup kita, sehingga dunia dapat melihat tanda bahwa kita adalah sah milik Allah. |
(0.10217822972973) | (Ef 2:1) |
(sh: Siapa manusia? (Senin, 7 Oktober 2002)) Siapa manusia?Siapa manusia? Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat diberikan dari sudut biologis, sosiologis, dlsb. Alkitab menjawab pertanyaan ini dalam hubungan dengan Allah. Manusia diciptakan oleh Allah sehingga pertanyaan siapa manusia harus dilihat dari sisi penciptanya. Paulus dengan tepat dan kurat merumuskan siapa manusia. Tanpa Kristus semua manusia: mati, diperbudak dan dimurkai. Ketiga kata kerja ini melukiskan keadaan manusia. Semua manusia tanpa kecuali sudah mati (ayat 1). Universalitas keadaan manusia ini diungkapkan Paulus melalui pronominal ‘kamu’ (ayat 1,2), dan ‘kita’ (ayat 3). Etnis Yahudi yang mengklaim diri sebagai umat Allah tidak ada bedanya dengan etnis-etnis nonYahudi. Inilah artinya mati. Berikutnya, manusia diperbudak (ayat 2). Apa atau siapakah yang memperbudak kita? Paulus menyebut tiga bentuk: [1]. Manusia mengikuti jalan dunia. Manusia diperbudak oleh system dan nilai-nilai duniawi yang menolak Allah. [2]. Manusia menaati penguasa kerajaan angkasa. Iblis dan pengikut-Nya memperbudak semua manusia dengan berbagai bentuk perhambaaan yang menindas. [3]. Manusia hidup di dalam hawa nafsu daging dan pikiran jahat. Perbuatan manusia mencerminkan perseteruannya dengan Allah. Berikutnya, manusia dimurkai Allah. Murka Allah tidak sama dengan emosi kemarahan manusia. Allah murka karena dosa bukan karena temperamen Allah yang tak terkendali. Murka Allah adalah respons-Nya ketika berhadapan dengan dosa. Harus disadari bahwa gambaran ini adalah gambaran tentang keadaan manusia dalam hubungannnya dengan sesama manusia. Di hadapan sesame manusia tentu saja manusia terlihat saleh dan bermoral. Tetapi di hadapan Allah, sesaleh apa pun seseorang, tetap saja ia orang berdosa dan berada di bawah murka Allah. Kesalehan manusia seperti kain kotor di hadiran Allah. Renungkan: Jika manusia tidak mengenal diri sendiri sulit sekali manusia menyadari betapa besar anugerah Allah. Mengenai siapa kita di hadapan Allah mengantar kita pada pengenalan akan Allah lebih dalam. |
(0.10217822972973) | (Ef 4:1) |
(sh: Disatukan oleh Kristus (Jumat, 7 November 2003)) Disatukan oleh KristusDisatukan oleh Kristus. Bhinneka tunggal jika adalah asas yang dianut bangsa kita sebagai upaya untuk mempersatukan keragaman budaya di negeri ini. Jika negara kita disatukan oleh satu asas, apakah yang mempersatukan orang-orang Kristen yang jumlahnya milyaran dengan beragam karakter? Melalui tulisan ini, kita mendapatkan jawaban menarik bahwa orang Kristen dipersatukan oleh panggilan Allah yang dialaskan pada satu tubuh, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa (ayat 4-6). Semua faktor internal dalam kehidupan orang-orang Kristen mengimplikasikan bahwa manusia yang harkat kemanusiaannya yang lama telah rusak, kini berada dalam pendamaian dan penyatuan di dalam Kristus. Jelas bahwa seharusnya tidak ada perpecahan dalam gereja karena itu bertentangan dengan panggilan Allah. Allah memanggil kita untuk menjadi satu, dan kesatuan itu harus dinyatakan dalam praktik hidup kita sehari-hari (ayat 1-3). Namun, dalam kenyataannya sulit sekali mencegah terjadinya perpecahan di dalam gereja. Sebenarnya, pemicu perpecahan tersebut adalah ketidakseriusan kita memahami arti panggilan Allah. Berbagai perbedaan karakter dan kepentingan dalam jemaat tidak dilihat sebagai “kekayaan umat” yang mempersatukan tetapi dilihat sebagai “kekayaan pribadi” yang mengancam. Paulus mengingatkan dan mengimbau supaya setiap orang Kristen memiliki kehidupan yang berpadanan dengan panggilan-Nya (ayat 1). Artinya, orang Kristen harus menerapkan sikap rendah hati, lemah lembut, sabar, serta menunjukkan kasihnya terhadap sesama dalam menjalankan kehidupannya baik di tengah-tengah persekutuan gereja maupun di tengah-tengah masyarakat (ayat 2). Bisa dibayangkan betapa indahnya kehidupan seperti ini bila terjadi di dalam gereja. Renungkan: Sudahkah hidup kita mencerminkan perpadanan serasi dengan panggilan Allah sehingga Kristus terlihat nyata di dalamnya? |
(0.10217822972973) | (Ef 4:25) |
(sh: Berani tampil beda (Senin, 10 November 2003)) Berani tampil bedaBerani tampil beda. Jika sekali waktu Anda mengunjungi mal, cobalah untuk mengamati gerak-gerik dan penampilan ABG (Anak Baru Gede). Perhatikan atribut yang dipakai mulai dari baju, pernak-pernik sampai tingkah lakunya. Kita akan menyimpulkan bahwa atribut itu merupakan upaya mereka untuk mempublikasi identitas dirinya dengan harapan orang memahami siapa dirinya. Mereka mencari identitas dengan ikut “tren”. Paulus menginginkan agar jemaat Efesus berani tampil beda dalam kehidupannya. Tujuannya adalah agar mereka menjadi berbeda dengan orang di luar Kristus. Oleh karena itu Paulus memberikan beberapa penekanan, yaitu: [1] moralitas bagi kehidupan orang Kristen, di antaranya tidak berkata dusta, mampu mengendalikan diri dalam keadaan marah, tidak emosional, dan menjaga tutur kata sehingga tidak berkata kotor (ayat 25-31); [2] landasan kehidupan yang telah diletakkan oleh Kristus, yaitu kasih-Nya yang dalam untuk umat-Nya sehingga Ia rela menyerahkan diri sebagai persembahan kurban yang harum bagi Allah (ayat 5:2). Paulus menegaskan agar jemaat mempraktikkan pola kasih Kristus ini dalam kehidupan mereka, bukan saja sebagai suatu keharusan tetapi juga sebagai tanda atau bentuk keunikan dalam kehidupan Kristen. Di zaman sekarang ini, sulit menemukan orang atau keluarga Kristen yang memiliki pola hidup seperti ini. Artinya, tidak semua orang Kristen dapat mempraktikkan prinsip mengasihi dan mengampuni seperti anjuran Paulus. Akan tetapi jangan kita mengartikan kesulitan itu sama dengan tidak mungkin. Yesus Kristus telah mencontohkan hal tersebut, dan Ia mampu. Karena Kristus telah melakukannya untuk kita, maka hal-hal yang tidak mungkin bagi kebanyakan orang menjadi mungkin bagi kita. Renungkan: Maukah Anda mendasarkan hidup Anda pada semangat untuk saling mengasihi dan saling mengampuni, sehingga keunikan kita nyata dalam dunia ini? |
(0.10217822972973) | (Ef 6:1) |
(sh: Mendidik dan melayani (Kamis, 13 November 2003)) Mendidik dan melayaniMendidik dan melayani. Jika kita mencermati keadaan di sekitar kita, masih banyak peristiwa-peristiwa mengenaskan yang terjadi karena ketidakharmonisan relasi dalam keluarga. Misalnya, seorang anak laki-laki tidak menyesal telah membunuh ayah kandungnya. Alasannya, karena ia marah melihat sikap ayahnya yang selalu menyiksa ibu yang dicintainya. Peristiwa ini menginformasikan kepada kita bahwa ternyata ketidakharmonisan hubungan suami isteri berdampak pada sikap anak terhadap orang tua. Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya taat dan hormat kepada mereka. Keinginan ini hanyalah ambisi orang tua semata jika anak-anak tidak dididik atau diberitahu caranya. Agar keinginan ini menjadi proyek keluarga, Paulus memaparkan tugas orang tua. Pertama, orang tua, khususnya bapak, bertugas mendidik karena bapak adalah kepala keluarga yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Mendidik anak bukan tugas yang mudah, sehingga Paulus memperingatkan supaya didikan orang tua tidak menimbulkan amarah bagi anak-anak (ayat 4). Anak bukan robot yang hanya menerima dan mengerjakan hal-hal yang yang diinginkan orang tua. Hendaklah para orang tua memperlakukan anak-anak mereka seperti Yesus memperlakukan umat yang Ia kasihi. Begitu pula antara tuan (atasan) dengan hamba (karyawan). Seorang hamba haruslah taat dan melayani tuannya. Sikap seperti hamba inilah yang seharusnya menjadi sikap orang Kristen terhadap Kristus: taat dan melayani Kristus (ayat 5-7). Sebaliknya, seperti Allah memperlakukan kita, hamba-Nya dengan baik, seperti itu pulalah, tuan-tuan harus memperlakukan para hamba mereka dengan adil dan layak. Dengan demikian tidak akan ada perlakuan sewenang-wenang terhadap para pekerja (ayat 9). Renungkan: Didiklah anak-anak kita dalam kasih Allah sebagai pribadi yang utuh. Perlakukanlah pembantu, pekerja, karyawan kita dengan adil dan layak. |
(0.10217822972973) | (Flp 1:27) |
(sh: Karunia untuk menderita (Selasa, 25 Mei 2004)) Karunia untuk menderitaKarunia untuk menderita. Bagi sebagian besar orang menderita berarti tidak bahagia, tidak disayang Tuhan dan nasib sial. Bagi orang lain penderitaan adalah cara untuk memurnikan diri untuk dapat menikmati surga mulia kelak. Bagi Paulus, kedua anggapan itu tidak tepat. Penderitaan demi Kristus adalah karunia (ayat 29). Paulus sadar panggilan untuk menderita demi Kristus adalah panggilan mulia. Ia mendorong jemaat Filipi untuk tetap hidup sepadan dengan Injil (ayat 27) dan tiada gentar akan musuh-musuh yang akan menyerang mereka (ayat 28) walaupun menghadapi resiko sama seperti yang sedang dihadapi Paulus saat itu. Mengapa demikian? Pertama, adalah kehormatan bila seseorang menderita bagi Kristus karena itu berarti ia dipercaya untuk memikul salib dan mengikut Dia. Penderitaan menjadi suatu karunia sebab penderitaan itu karena melayani Dia yang telah menyerahkan nyawa-Nya bagi kita. Kedua, penderitaan mempersatukan Kristen. Bukan hanya berpegang pada prinsip Alkitab mempersatukan umat melalui disiplin ilahi, kenyataan hidup kita juga mempersatukan saat-saat Kristen menghadapi penganiayaan untuk menyangkal imannya, saat-saat itulah persekutuan doa dimulai. Saat-saat itulah Kristen saling menolong dan saling menguatkan. Ketiga, penderitaan merupakan latihan iman. Dengan melatih diri setia walaupun menderita, tetap melayani walaupun sakit, iman menjadi kuat dan tangguh. Tuhan dapat memakai kita untuk menjadi berkat bagi orang lain. Keempat, penderitaan beroleh makna baru. Bagi orang tidak beriman, penderitaan demi Injil adalah kekalahan. Bagi orang beriman, penderitaan demi Injil justru merupakan tanda keselamatan Allah sedang berlaku. Allah menyertai hamba-hamba-Nya dan menyelamatkan orang lain melalui penderitaan para hamba-Nya itu (ayat 28). Renungkan: Penderitaan bukan semata bagian yang tak terelakkan dalam hidup ini. Penderitaan demi Kristus adalah panggilan bahkan karunia mulia yang patut kita sambut dari-Nya dalam hidup ini. |
(0.10217822972973) | (1Tes 2:13) |
(sh: Menerima dan menghambat Injil (Sabtu, 25 Oktober 2003)) Menerima dan menghambat InjilMenerima dan menghambat Injil. Jemaat Tesalonika menerima Injil bukan sebagai perkataan manusia, tetapi sebagai firman yang datang dari Allah. Sebaliknya, orang- orang Yahudi, bukan saja menolak firman Allah bagi diri mereka, tetapi menentang dan menghambat sekuat tenaga tersebarnya Injil bagi orang lain. Orang-orang Yahudi yang disebutkan oleh rasul Paulus bukan hanya telah membunuh Tuhan Yesus dan para nabi, tetapi juga menganiaya para rasul dan pemberita Injil. Bahkan mereka juga berupaya untuk menghalang-halangi bangsa-bangsa nonyahudi sehingga tidak mendengar berita Injil. Sikap yang mereka lakukan agar rencana tersebut terlaksana adalah dengan: [1] tidak peduli dengan apa yang berkenan kepada Tuhan (ayat 15); [2] mereka tidak ingin orang lain mendengar apalagi menerima keselamatan (ayat 16a). Tindakan mereka ini mengindikasikan kepada kita bahwa mungkin sekali mereka merasa bahwa: pertama, hanya merekalah yang berhak atas firman dan mengajarkan firman. Kedua, mereka merasa bahwa diri mereka adalah penuntun, pendidik dan pengajar yang handal (Rm. 2:19-20). Namun menurut Paulus sikap seperti itu akan membuat mereka menerima hukuman-Nya (ayat 16b). Melalui penjelasan Paulus ini, sepatutnyalah kita menaikkan syukur kepada Tuhan, karena ada orang-orang seperti Paulus yang memiliki kasih yang sejati untuk melayani jemaat dan memiliki ketulusan mengajarkan kebenaran kepada jemaat. Jadi kita, sebagai orang- orang Kristen yang hidup di zaman ini, tidak usah terlalu kuatir dengan penindasan dari luar. Karena sama seperti orang-orang Yahudi itu akan dihukum oleh Tuhan, demikian juga Tuhan berdaulat atas pembenci-pembenci umat Tuhan. Renungkan: Penindasan sekeras apapun tidak dapat menghambat pemberitaan Injil dan mematikan jemaat Tuhan, karena Tuhan berdaulat memampukan para hamba-Nya tetap setia. |
(0.10217822972973) | (1Tes 4:13) |
(sh: Kepastian tentang masa depan (Minggu, 16 November 1997)) Kepastian tentang masa depanKepastian tentang masa depan Pengharapan mulia. Banyak orang termasuk Kristen yang takut berpikir tentang akhir zaman. Kejadian utama pada akhir zaman, yaitu kedatangan Tuhan Yesus Kristus kedua kali, adalah pengharapan utama dan mulia dalam iman Kristen. Mengapa? Karena Ia akan turun dari surga (ayat 16), berarti kita tidak hanya beriman dan berharap tetapi berjumpa langsung muka dengan muka. Lebih lagi, kita akan diubah menjadi baru seutuhnya. Tubuh kita akan diubah sehingga tubuh dan roh kita akan serasi penuh dengan kemuliaan surgawi dalam langit dan bumi baru yang akan Tuhan ciptakan ulang kelak. Lalu sesudah itu kita akan bersama-sama dengan Dia selama-lamanya. Betapa indah pengharapan tersebut. Itulah pengharapan yang pasti yang memberikan kepastian bagi kehidupan kita kini. Renungkan: Kita sedang menjalani momen-momen sejarah yang makin jelas menyaksikan bahwa Kristus adalah Raja. Doa: Tuhan mampukan GerejaMu menjadi umat yang ditandai oleh pengharapan, penghiburan, kepastian |
(0.10217822972973) | (1Tes 5:12) |
(sh: Rupa-rupa (Jumat, 29 April 2022)) Rupa-rupaApakah Anda pernah merasa bahwa hal besar lebih penting daripada hal kecil? Benarkah hal spektakuler lebih berharga daripada keseharian yang biasa saja? Nasihat di akhir suratnya menunjukkan bahwa Rasul Paulus memberi perhatian pada hal yang kecil dan biasa. Setelah selesai menyinggung mengenai hal-hal khusus yang berkaitan dengan pergumulan jemaat Tesalonika, Rasul Paulus menambahkan rupa-rupa nasihat umum. Pendek-pendek tulisannya, tetapi semuanya itu penting untuk kehidupan orang percaya dan jemaat. Tampak bahwa Rasul Paulus tidak hanya peduli kepada hal-hal besar. Dia tetap memberi perhatian kepada hal-hal kecil dan keseharian seperti yang tampak dalam rupa-rupa nasihat itu. Dua di antaranya adalah berdoa (17) dan mengucap syukur (18). Kadang-kadang orang bisa terlalu berfokus pada hal-hal besar, sehingga melupakan hal-hal kecil yang juga penting. Tak jarang, orang hanya melihat gambar besar tanpa memedulikan detail-detail kecil. Sering kali orang berpikir bahwa yang perlu mendapat perhatian adalah perkara besar, sementara perkara keseharian sudah berjalan sebagaimana mestinya. Namun, rupa-rupa nasihat Rasul Paulus ini mengingatkan bahwa hal-hal kecil dan keseharian pun perlu selalu diberi perhatian. Sekalipun disinggung dengan amat pendek, tetapi semuanya mendapat perhatian penuh. Kalau diabaikan, bukan tak mungkin pada suatu saat nanti kita kehilangan makna dari hal-hal kecil itu, atau bahkan melupakannya sama sekali. Ambillah satu contoh, berdoa misalnya. Berdoa adalah hal yang wajar dilakukan oleh orang percaya. Namun, kalau tidak mendapat perhatian serius, kita bisa berdoa hanya sebagai kebiasaan dan kita melakukannya secara mekanis, sekadar kewajiban. Bisa pula kita lalai berdoa karena merasa bahwa itu hanya hal kecil. Ingat, Tuhan menciptakan manusia tidak hanya bentuk besarnya, tetapi juga dengan memberi perhatian kepada rupa-rupa detail yang ada. Mari kita pun memberi perhatian kepada rupa-rupa yang kecil tetapi penting dalam relasi kita dengan Tuhan dan sesama. [KRS] |
(0.10217822972973) | (2Tes 1:6) |
(sh: Allah adil dan berkuasa. (Minggu, 18 Oktober 1998)) Allah adil dan berkuasa.Allah adil dan berkuasa. Hakikat gereja sejati. Dipandang dari berbagai sudut, gereja Tesalonika memiliki ciri-ciri sebagai gereja Tuhan sejati. Dari sudut luar tampak bahwa mereka memiliki ketabahan menghadapi aniaya dan penderitaan demi Tuhan Yesus Kritus. Dan dari sudut dalam tampak bahwa mereka memiliki iman dan kasih sebagai tanda keaslian kesetiaan mereka kepada Tuhan Yesus Kristus. Inilah hakikat gereja Kristus sejati. Hakikat sejati yang sesungguhnya tidak dapat diukur oleh megah dan indahnya bangunan gedung gereja, maraknya gereja dengan berbagai bentuk kegiatan dan besarnya jumlah anggota gereja. Hakikat gereja sejati akan terpancar keluar melalui iman, kasih dan kesetiaan gereja kepada Kristus. Ketahanan dan pertumbuhan. Gereja Tesalonika kokoh berdiri karena keyakinan bahwa gereja mampu bertahan dalam kesulitan penganiayaan dan penderitaan bukan karena kekuatannya, tetapi karena Kristus dan karena pertumbuhan dalam Kristus. Istimewa bukan? Mereka bukan saja istimewa dalam ketahanannya tetapi dalam penderitaan itu mereka justru mengalami pertumbuhan. Akankah gereja-gereja di masa kini sekokoh dan setegar gereja di Tesalonika? Bercerminlah dan teladani gereja Tesalonika. Penderitaan tak akan pernah lepas dalam kehidupan Kristen. Selama kita menderita karena kebenaran, kita dapat menerima itu sebagai resiko iman. Anugerah Allah yang ajaib selalu menyertai umat-Nya di mana pun berada dan sampai kapan pun! Doa: Terima kasih Tuhan atas keadilan dan pemeliharaan-Mu |
(0.10217822972973) | (2Tes 2:1) |
(sh: Jangan mau disesatkan! (Senin, 17 Mei 2004)) Jangan mau disesatkan!Jangan mau disesatkan! Seolah dongeng, berita bahwa ada ratusan warga Kristen yang menutup diri di tempat tertentu untuk menanti kedatangan Kristus secara fisik pada bulan November tahun 2003 lalu. Semua harta mereka jual, dan kelompok itu sepenuhnya mempercayai seorang pendeta yang mengaku rasul baru. Kejadian riil seperti ini membuat ayat-ayat kita hari ini sangat relevan. Kerinduan umat Tuhan akan kedatangan Kristus kembali dalam waktu dekat membuat jemaat Tesalonika menjadi gelisah, mereka kuatir ketinggalan informasi sehingga tidak sempat menyaksikan Tuhan Yesus datang kembali (ayat 1,2). Apalagi ada orang-orang yang mengaku mendapat ilham roh. Bahkan ada yang mengaku mendapat surat dari Paulus. Paulus mengingatkan apa yang pernah diberitahukannya: 1) akan datang dulu murtad; 2) harus datang dulu manusia durhaka yang sangat sombong dan mengaku Allah, bahkan duduk di Bait Allah (ayat 4). Pendurhaka akan datang, tapi masih bekerja dengan diam-diam. Banyak orang akan percaya, oleh karena keajaiban dan tanda-tanda palsu. Hal seperti ini akan berlangsung terus sampai akhir masa tiba (ayat 6,7). Masa itu hanya Bapa sendiri yang tahu. Pada masa kini ada banyak penipu mengklaim mendapat wahyu Tuhan Yesus mengenai kedatangan-Nya kembali. Yang lain (orang, atau badan keagamaan) mengklaim memiliki kekuasaan rohani. Tujuannya satu, menyimpangkan Kristen dari mempercayai kebenaran bahwa Kristuslah satu-satunya juruselamat mereka. Yang paling mudah ditipu adalah masyarakat kita (termasuk Kristen) yang telah mengalami malapetaka dan kemalangan dalam berbagai aspek kehidupan sehingga merindukan kelepasan dan damai sejahtera. Agar tidak kena tipu kita harus fokus pada Yesus dan firman-Nya tentang kedatangan-Nya. Tekadku: Aku akan belajar firman Tuhan dengan benar, dan mohon kuasa melalui doa, supaya aku jangan disesatkan! |
(0.10217822972973) | (1Tim 4:1) |
(sh: Mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan (Jumat, 14 Juni 2002)) Mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setanMengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan. Kata "sesat" biasanya dihubungkan dengan tingkah laku dan ajaran yang aneh, mengerikan, penuh hawa nafsu, dll. Tetapi, di sini Paulus menunjuk pada suatu pengajaran sesat yang menekankan hidup melajang dan peraturan-peraturan tentang makanan (ayat 4:3); hal-hal yang justru tampak mulia dan bersih. Ajaran "setan-setan" ternyata (ayat 1) juga dapat mengenakan jubah yang kelihatannya putih bersih. Semuanya ini sangat menyedihkan. Paulus menyatakan bahwa makanan, bahkan juga seksualitas adalah ciptaan Tuhan. Semua yang Tuhan ciptakan adalah baik jika diterima dengan ucapan syukur (ayat 4) karena "semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa" (ayat 5). Tetapi, para pengajar itu memutarbalikkannya dengan menyatakan bahwa apa yang baik yang berasal dari Tuhan itu justru jahat. Ini sama sesatnya dengan menyatakan bahwa apa yang jahat adalah baik. Keduanya sama-sama mengabaikan, bahkan melawan dan melecehkan apa yang telah Allah buat dan nyatakan bagi umat-Nya. Ada beberapa hal yang perlu Timotius perhatikan agar ia dapat menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik. Pertama, kata "terdidik" di sini artinya tidak hanya telah menerima pengajaran, tetapi juga dalam arti memiliki hidup yang berakar dalam "soal-soal pokok iman … dan … ajaran sehat" (ayat 6). Kondisi hidup seperti inilah yang selayaknya dimiliki oleh seorang pelayan Kristus. Kedua, seorang pelayan Kristus melatih dirinya beribadah. Makna dari kata "ibadah" di sini lebih menunjuk pada arti cara hidup yang mencirikan kehidupan Kristen sejati; tidak sekadar apa yang dilakukan di dalam tempat ibadah (ayat 7-8). Ibadah ini mengandung janji (ayat 8) dari Tuhan. Ketiga, pengharapan pada janji itulah yang menjadi dasar bagi seorang pelayan untuk berjerih-payah dan berjuang. Semua ini adalah bagian dari disiplin seorang pelayan Kristus. Renungkan: Menjadi Kristen berarti menjadi pelayan Kristus. Renungkan seberapa jauh Anda telah melatih kehidupan Anda dalam hal-hal di atas. |
(0.10217822972973) | (1Tim 5:3) |
(sh: Para janda dalam kehidupan jemaat (Senin, 17 Juni 2002)) Para janda dalam kehidupan jemaatPara janda dalam kehidupan jemaat. Perjanjian Lama telah mengajarkan bahwa umat Allah harus memperhatikan para janda (mis. Ul. 24:19). Prinsip itu tetap berlaku pada masa gereja Perjanjian Baru. Gereja waktu itu, walaupun dalam keadaan yang sulit, tetap mempunyai kewajiban untuk memperhatikan kesejahteraan mereka yang hidup berkekurangan. Tetapi, masalah timbul. Tidak semua janda layak menerima bantuan jemaat yang jumlahnya terbatas itu. Beberapa janda masih mempunyai sanak saudara yang sebenarnya masih mampu untuk menanggung mereka (ayat 4-8). Lainnya masih cukup muda dan masih dapat menghidupi diri, entah secara mandiri ataupun dengan kembali berkeluarga (ayat 11-14). Lainnya lagi cukup kaya (ayat 6). Jika mereka tetap ikut menerima bantuan, maka banyak janda lain yang "benar-benar janda" (ayat 1), yang "ditinggalkan seorang diri" (ayat 5) dan betul-betul hidup berkekurangan, malah tidak menerima bantuan. Selain masalah ini, Timotius juga harus membereskan masalah dari keteraturan hidup berjemaat karena beberapa dari antara para janda itu hidup tidak disiplin (ayat 12-14), dan beberapa bahkan telah "tersesat mengikuti Iblis" (ayat 15). Tuntunan yang diberikan Paulus kepada Timotius ini memberikan beberapa pengajaran penting tentang kehidupan berjemaat. Pertama, suatu jemaat/komunitas Kristen harus memperhatikan sesama saudara/i yang hidup berkekurangan (mis. para janda). Harus ada kebijakan dan langkah yang jelas dan dapat dilaksanakan. Kedua, tidak teraturnya perhatian jemaat terhadap pelayanan diakonia seperti ini akan memberikan "alasan bagi lawan untuk memburuk-burukkan nama kita" (ayat 14). Ini akan berpengaruh pada kesaksian jemaat bagi orang-orang lain. Terakhir, Paulus menunjukkan bahwa mereka yang berkekurangan juga punya kontribusi bagi kehidupan jemaat sebagaimana yang lainnya. Walaupun mereka dibantu, mereka tetap punya peranan dalam kehidupan jemaat yang saling melayani (ayat 9). Renungkan: Beri penilaian secara jujur tentang keterlibatan Anda di jemaat Anda dengan dan bagi sesama anggota lain yang berkekurangan. |
(0.10217822972973) | (2Tim 1:1) |
(sh: Dari generasi ke generasi (Jumat, 23 Agustus 2002)) Dari generasi ke generasiDari generasi ke generasi. Seperti kebiasaannya, Paulus telah menegaskan seperti apa hubungan antara dirinya dengan penerima surat melalui salam pembuka suratnya. Timotius adalah "anakku yang kekasih;" anak rohaninya. Ketika Paulus menegaskan dirinya sebagai "rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah," tersirat pernyataan bahwa Timotius adalah ahli warisnya di dalam pemberitaan "janji tentang hidup dalam Kristus Yesus" tersebut (ayat 1). Timotius akan meneruskan pelayanan Paulus. Hubungan keduanya tidak hanya ikatan emosional, tetapi juga merupakan pembentukan kepada seorang pelayan muda dari seorang senior yang akan menyelesaikan tugasnya (ayat 4:6-8). Paulus mengingatkan Timotius bahwa, sebagaimana "nenek moyangnya," umat zaman Perjanjian Lama yang setia kepada Allah, dirinya juga melayani Allah dengan hati nurani yang murni (ayat 3). Paulus melihat adanya kesinambungan antara pelayanan yang dilakukan dirinya dengan yang dilakukan oleh generasi sebelumnya yang setia kepada Allah. Karena itu, Paulus juga mengajak Timotius melihat hal yang sama pada dirinya. Timotius tidak hanya memiliki Paulus sebagai bapak rohaninya, ia juga memiliki keluarga yang memiliki warisan rohani. Lois, neneknya, dan Eunike, ibunya, memiliki iman yang tulus ikhlas (ayat 5). Dalam I Timotius, Paulus telah menulis bahwa hati nurani yang murni dan iman yang tulus ikhlas akan menghasilkan kasih (ayat 1Tim. 1:5) dan menjadi perlengkapan bagi perjuangan seorang pelayan Tuhan (ayat 1Tim. 1:18). Kesimpulan bagi kita adalah, Paulus ingin Timotius menyadari siapa dirinya; Timotius adalah penerus perjuangan iman dari generasi-generasi sebelumnya. Kesadaran akan hal ini akan menimbulkan rasa tanggung jawab yang lebih besar, sekaligus juga dasar yang lebih kokoh bagi pelayanannya, di dalam penyertaan "kasih karunia, rahmat, dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita dan Kristus Yesus, Tuhan kita" (ayat 2). Renungkan: Renungkan dan nilai bagaimana hubungan Anda dengan orang-orang seiman di komunitas Anda yang lebih tua dan lebih muda. Sudahkah menjadi sesuatu yang membangun Anda dan orang lain? |
(0.10217822972973) | (2Tim 2:1) |
(sh: Tongkat estafet berita Injil (Senin, 26 Agustus 2002)) Tongkat estafet berita InjilTongkat estafet berita Injil. Kemerosotan moral dan spiritual jemaat Efesus mendatangkan kekecewaan yang dalam bagi Paulus. (ayat 1:15). Untuk itu ia menasihati dan mendukung Timotius - sebagai pelayan di Efesus - untuk tetap kuat dan berdiri teguh menghadapinya. Bagi Paulus, Timotius memerlukan dukungan seperti ini mengingat pembawaannya yang terkesan kurang percaya pada diri sendiri (lih. 1Tim.4:12; bdk. 1Kor. 16:10,11). Dukungan Paulus kepada Timotius ini juga bukan sekadar nasihat agar tabah melayani, tetapi agar Timotius tetap mengandalkan kekuatan kasih karunia Kristus Yesus, sebagai pusat pemberitaannya (ayat 1). Mengapa? Karena Timotius mengemban tugas berat yaitu meneruskan tongkat estafet berita Injil kepada jemaat Efesus - yang notabene pernah menentang kewibawaan Paulus (lih. Kis. 19). Timotius mengemban tugas dan tanggung jawab untuk meneruskan tongkat estafet berita Injil: dari Kristus kepada Paulus, Paulus kepada Timotius, dan Timotius kepada jemaat, begitu seterusnya. Tidak sembarang orang yang dapat diserahi tongkat estafet berita Injil tersebut. Ada dua kriteria yang ditetapkan Paulus, yang harus dimiliki oleh orang-orang tersebut. Pertama, dapat dipercaya, dan benar-benar setia (bdk. 1Kor. 4:1-2). Kedua, cakap/mampu mengajar orang lain (didaktikoi). Untuk menegaskan kedua persyaratan tersebut, Paulus mengambil contoh dari pemusatan pengabdian atau dedikasi seorang prajurit (ayat 4), ketertiban dan kepatuhan seorang olahragawan pada ketetapan yang berlaku (ayat 5), serta kesungguhan dan ketekunan bekerja seorang petani (ayat 6). Melalui perikop ini kita dapat menarik dua hal penting bagi para hamba Tuhan masa kini. Pertama, jika kriteria tersebut terpenuhi, maka misi tongkat estafet berita Injil yaitu mencapai kualitas kedewasaan rohani dan komitmen hidup umat bagi kepentingan berita Injil, yaitu Yesus Kristus, dapat tercapai. Kedua, jika kriteria tersebut dipenuhi, maka meski melayani dalam keadaan sulit, mereka pasti mampu mengatasi dan bertahan untuk tetap setia. Renungkan: Anda percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat, berarti Anda pun bertanggung jawab untuk meneruskan tongkat estafet berita Injil tersebut dalam kehidupan Anda! |
(0.10217822972973) | (Ibr 2:1) |
(sh: Keselamatan adalah Anugerah Terbesar (Selasa, 1 Agustus 2017)) Keselamatan adalah Anugerah TerbesarAdalah hal yang wajar memberikan hadiah bagi orang yang dicintai atau dikasihi. Sungguh tidak wajar memberikan sesuatu yang terbaik justru kepada pihak yang telah memusuhi atau melawan kita. Demikianlah yang telah Allah lakukan kepada manusia, yang sejatinya sering kali melanggar pada apa yang menjadi ketetapan-Nya. Dalam pikiran penulis Surat Ibrani, ada dua wahyu yang dianugerahkan Allah kepada umat-Nya, antara lain: Pertama, wahyu tentang hukum yang datangnya dengan perantaraan malaikat, yaitu wahyu Hukum Dasa Titah (Sepuluh Perintah). Setiap orang yang melanggar Hukum Dasa Titah akan dikenakan hukuman yang setimpal. Kedua, wahyu yang datangnya dengan perantaraan Yesus Kristus, Sang Putra. Wahyu ini jauh lebih besar ketimbang wahyu Hukum Dasa Titah. Setiap pelanggaran terhadap wahyu ini mendapat hukuman yang jauh lebih berat. Karena itu, manusia tidak bisa mengabaikan wahyu yang datangnya dari para malaikat, apalagi mengabaikan wahyu yang lebih besar, yaitu Kristus. Wahyu Allah melalui Kristus menghantar manusia masa ini pada keselamatan sejati. Hanya percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka manusia sudah memperoleh anugerah keselamatan Allah. Sesungguhnya, yang mengancam hidup manusia bukanlah ketika ia terkena bencana. Sebaliknya saat dirinya terbuai dan terhanyut dalam dosa. Hari demi hari, banyak sekali orang semakin jauh dari Allah. Banyak orang tak sadar bahwa dirinya terlibat dalam suatu keadaan dan pada akhirnya menemukan hidupnya berantakkan dan telah menghancurkan orang lain. Pelanggaran dan ketidaktaatan bersumber dari ketidaksediaan manusia untuk mendengar firman Allah. Kekerasan hati manusia yang menolak suara Allah, yaitu firman Allah, bisa membuatnya menyia-nyiakan keselamatan Allah itu. Marilah kita senantiasa membuka hati, pikiran, dan telinga kita mendengar firman Allah, agar keselamatan yang telah kita terima tetap lestari dalam kehidupan kita! [AY] |
(0.10217822972973) | (Ibr 2:10) |
(sh: Imam Besar yang menang dan berhasil (Rabu, 20 Juli 2005)) Imam Besar yang menang dan berhasilImam Besar yang menang dan berhasil Apakah salah satu hal yang paling ditakuti manusia? Kematian. Manusia takut mati karena dosa-dosanya menghantuinya. Manusia takut mati karena ia menyadari bahwa kematian fisik bukan akhir segala-galanya. Sebagai makhluk rohani, manusia sadar rohnya yang kekal masih menghadapi kemungkinan maut kekal, yaitu hukuman kekal yang diberikan Allah atas semua perbuatan dosanya selama hidupnya di dunia ini. Oleh kehendak Allah, Tuhan Yesus menderita untuk membebaskan manusia dari hukuman kekal tersebut. Ia menderita bahkan sampai mati, supaya melalui kematian-Nya Ia mengalahkan dan memusnahkan Iblis yang berkuasa atas maut (ayat 14-15). Tuhan Yesus datang sebagai manusia supaya Ia boleh mewakili manusia dalam menghadapi maut. Kemanusiaan Tuhan Yesus adalah riil. Ia benar-benar menghayati kemanusiaan-Nya sehingga Ia bisa menyebut manusia sebagai sesama-Nya, sebagai saudara-Nya (ayat 11-13). Oleh sebab itu, Tuhan Yesus dapat mengerti dan menghayati pergumulan manusia melawan dosa. Bahkan Ia telah menghadapi pencobaan yang membawa-Nya mengalami penderitaan. Hanya satu yang membedakan diri-Nya dari manusia lain. Ia tidak berbuat dosa. Dengan demikian, Tuhan Yesus bisa menjadi Imam Besar yang mewakili umat manusia memohonkan belas kasih dan pengampunan Allah (ayat 16-18). Inilah dua kemenangan Tuhan Yesus: menang terhadap kuasa maut dan menang dalam mendamaikan manusia dengan Allah. Di dalam Tuhan Yesus, setiap orang percaya tidak lagi menghadapi maut kekal. Orang Kristen tidak perlu lagi takut menghadapi kematian fisik karena ia sudah diperdamaikan dengan Allah. Bahkan kita bisa dengan bebas dan berani menghampiri Allah di dalam Tuhan Yesus untuk segala keluhan dan pergumulan kita karena Dia mengerti dan peduli akan penderitaan kita. Renungkan: Bersama Tuhan Yesus kita berani menjalani hidup ini dan siap menghadapi kematian. |
(0.10217822972973) | (Ibr 3:7) |
(sh: Ketegaran hati yang membinasakan (Jumat, 22 Juli 2005)) Ketegaran hati yang membinasakanKetegaran hati yang membinasakan Apa yang akan terjadi pada seorang anak yang bebal bila tidak ada yang menghajar dan mendidiknya secara benar? Anak seperti itu akan bertumbuh menjadi seorang dewasa yang berperangai keras kepala dan tidak tunduk pada otoritas. Ia hanya akan menjadi pengacau masyarakat. Perilaku umat-Nya, bangsa Israel terhadap Allah pada masa lampau bagaikan seorang anak yang bebal. Mereka telah melihat dan mengalami kuasa Allah, namun tetap menolak percaya kepada-Nya. Kutipan Mazmur 95:7-11 di nas ini dan perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir menunjukkan ketegaran hati mereka (ayat 7-11). Sikap inilah yang membuat Allah murka kepada mereka serta tidak mengizinkan mereka masuk ke Tanah Perjanjian untuk menikmati semua janji dan kemurahan-Nya. Cara penulis Surat Ibrani mengutip Perjanjian Lama menunjukkan bahwa suratnya itu ditujukan kepada para pembaca Yahudi (ayat 16-19). Tujuannya menjadikan ketegaran hati Israel yang menuai murka Allah ini sebagai contoh agar para pembaca suratnya jangan ikut menegarkan hati. Ketegaran hati berasal dari hati yang jahat dan yang menolak percaya pada Yesus. Ketegaran hati ini dapat membuat seseorang menjadi murtad (ayat 12). Penulis tidak menginginkan akibat ini terjadi pada para pembaca suratnya karena mereka telah menjadi milik Yesus (ayat 14-15). Tidak sedikit orang yang mengaku Kristen, namun tidak memercayai Yesus sebagai satu-satunya Juruselamat meskipun ia telah mengalami kuasa, kemurahan, dan kasih Allah. Orang seperti ini menganggap percaya kepada Yesus karena iman dan akan menerima hidup kekal sebagai akibatnya merupakan sesuatu yang tidak masuk akal. Orang seperti ini akan sangat mudah berpaling dari Tuhan Yesus kepada hal-hal dunia yang menawan hatinya. Camkan: Yesus Kristus tanpa pamrih telah memberi diri-Nya untuk keselamatan kita. Iman asal-asalan kita kepada-Nya adalah sikap menghina Dia. |