(0.17500346808511) | (Luk 18:8) |
(full: IA AKAN SEGERA MEMBENARKAN MEREKA.
) Nas : Luk 18:8 Ketika Yesus datang kembali kepada mereka yang berseru kepada-Nya siang dan malam (ayat Luk 18:7), Ia akan mengakhiri kesusahan dan penderitaan yang mereka terima dari dunia yang bermusuhan dan jahat, dan Ia akan membawa mereka untuk tinggal bersama-Nya (lihat cat. --> Yoh 14:2; lihat cat. --> Yoh 14:3). [atau ref. Yoh 14:2-3] Pada saat kedatangan-Nya, orang setia di gereja-Nya akan "diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa" (1Tes 4:17). Kemudian Allah akan menjalankan keadilan dan murka-Nya atas orang fasik (1Tes 5:2-3,9). |
(0.17500346808511) | (Luk 19:45) |
(full: MENGUSIR SEMUA PEDAGANG DI SITU.
) Nas : Luk 19:45 Pembersihan Bait Allah menjadi tindakan besar pertama pelayanan Yesus di muka umum (Yoh 2:13-22) dan tindakan besar terakhir pelayanan-Nya di muka umum (bd. Mat 21:12-17; Mr 11:15-17). Dalam kemarahan yang menyala-nyala Ia mengusir dari rumah Allah orang fasik, orang tamak dan mereka yang merusak tujuan rohani yang benar dari Bait Suci itu. Tindakan Yesus yang dua kali membersihkan Bait Allah selama tiga tahun pelayanan-Nya menunjukkan betapa pentingnya pelajaran rohani itu:
|
(0.17500346808511) | (Rm 16:19) |
(full: BERSIH TERHADAP APA YANG JAHAT.
) Nas : Rom 16:19 Kata "bersih" (Yun. _akeraios_) berarti "murni", "tidak tercampur" yaitu, polos seperti anak yang pikirannya belum dicemarkan oleh kejahatan atau tercampur dengan nilai-nilai dunia ini (bd. 1Kor 14:20).
|
(0.17500346808511) | (Why 16:16) |
(full: HARMAGEDON.
) Nas : Wahy 16:16 Harmagedon (Yun. _Harmagedon_), letaknya di daerah tengah utara Palestina, berarti "pegunungan Megido"; itu akan menjadi pusat "peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa" (ayat Wahy 16:14). Perang itu akan terjadi pada akhir masa kesengsaraan dan berakhir apabila Kristus datang kembali untuk membinasakan orang fasik (lihat cat. --> Wahy 14:19), [atau ref. Wahy 14:19] untuk melepaskan umat-Nya dan untuk meresmikan kerajaan Mesias-Nya. Perhatikanlah yang berikut tentang peristiwa ini.
|
(0.17500346808511) | (Why 20:14) |
(full: LAUTAN API.
) Nas : Wahy 20:14 Alkitab melukiskan gambaran yang dahsyat sekali mengenai nasib akhir orang-orang terhilang.
|
(0.17500346808511) | (Am 5:18) | (jerusalem: mereka yang menginginkan hari TUHAN) Bangsa Israel berbangga bahwa adalah umat terpilih. Karenanya mereka menantikan turun tangan Tuhan yang hanya dapat menguntungkan. dengan "hari Tuhan' yang dinantikan mereka itu nabi Amos melawan "hari Tuhan" menurut pandangan para nabi: Hari Tuhan itu ialah hari kegemasan dan murka, Zef 1:15; Yeh 22:24; Rat 2:22, melawan umat Israel yang tegar hati. Hari itu adalah hari kegelapan air mata, pembunuhan, pendeknya hari yang dahsyat, Ams 5:18-20; 2:16; 8:9-10,13; Yes 2:6-21; Yer 30:5-7; Zef 1:14-18; bdk Yoe 1:15-20; 2:1-4. Semua nas ini menyinggung serangan musuh yang memusnahkan segala sesuatu (orang Asyur orang Kasdim). Di masa pembuangan "Hari Tuhan" mendapat ciri lain dan menjadi pokok pengharapan. Murka Tuhan akan melawan segala penindasan umat Israel, Oba 15, yaitu Babel, Yes 13:6,9; Yer 50:27; 51:2; Rat 1:21; Mesir, Yes 19:16; Yer 46:10,21; Yeh 30:2; orang Filistin, Yer 47:4; bangsa Edom, Yes 34:8; 63:4. Begitu "Hari Tuhan" menjadi hari pemulihan umat Israel, Ams 9:11; Yes 11:11; 21:1; 30:26; bdk Yoe 2:32; 3:1. Di masa sesudah pembuangan "Hari Tuhan" semakin menjadi hari penghakiman yang menjamin kejayaan orang benar dan hukuman orang fasik, Mal 4:1-6; Ayu 21:30; Ams 11:4. Penghakiman itu merangkum semua orang, Yes 26:20-27:1; 33:10-16. Lihat juga Mat 24:1+. Mengenai gejala-gejala di jagat raya yang menyertai Hari Tuhan itu bdk Ams 8:9+. Mengenai lambang "genap", "terang", bdk Yoh 8:12+; Maz 17:15+. |
(0.17500346808511) | (Kej 18:16) |
(sh: Ujian bagi rasa keadilan Abraham (Kamis, 6 Mei 2004)) Ujian bagi rasa keadilan AbrahamUjian bagi rasa keadilan Abraham. Seorang anak Tuhan yang dijanjikan berkat, akan sekaligus menghadapi ujian untuk membuktikan apakah ia layak menerima berkat itu untuk membagikannya kepada sesama manusia. Berkat tidak pernah dimaksudkan untuk dinikmati sendiri. Berkat diberikan supaya orang lain ikut menikmatinya secara limpah. Kepada Abraham, Tuhan membukakan maksud-Nya hendak menghancurkan Sodom dan Gomora oleh karena dosa-dosa penduduk kedua kota tersebut (ayat 20-21). Allah bersifat adil maka Ia harus menjatuhkan hukuman atas orang berdosa. Abraham tahu bahwa Lot, keponakannya ada di Sodom atas pilihannya sendiri. Abraham sudah pernah menyatakan belas kasihnya dengan menyelamatkan Lot dari bangsa yang menawannya (lihat pasal 14). Namun, Lot tetap memilih tinggal di situ. Sekarang apakah yang seharusnya dilakukan Abraham dengan pengetahuan seperti itu? Rasa keadilan Abraham digugah, walau ia tahu Lot bukan lagi tanggung jawabnya sebagai paman. Lot sudah memilih jalannya sendiri, dan sebagai orang dewasa harus menerima akibat pilihannya tersebut. Namun, Abraham melihat dari perspektif lain. Abraham memperhitungkan nama Tuhan yang akan dihujat bila membiarkan orang benar dibinasakan bersama-sama orang fasik (ayat 23-25). Keadilan Tuhan harus ditegakkan. Abraham tergugah untuk bersyafaat demi kemuliaan Tuhan tetap dipertahankan. Saat di mana nama Tuhan kita dipertaruhkan oleh kelemahan saudara-saudara kita, apa yang akan kita perbuat? Apakah kita akan berdiam diri atau akan menyatakan keprihatinan kita? Mungkin kita perlu dalam kasih dan demi kemuliaan Allah menegur saudara kita! Untuk dilakukan: Jaga dirimu, agar jangan sampai oleh perbuatanmu nama Tuhan dipermalukan. Tegur dalam kasih sau-daramu yang sedang jatuh! |
(0.17500346808511) | (2Raj 9:1) |
(sh: Penghukuman Allah dinyatakan! (Senin, 20 Juni 2005)) Penghukuman Allah dinyatakan!Penghukuman Allah dinyatakan!
Demikian juga yang terjadi pada keluarga Raja Ahab. Alkitab mencatat perbuatan jahatnya yang menyebabkan umat-Nya menyembah ilah lain. Bukan hanya umatnya, keluarganya pun turut menyembah berhala. Kesempatan yang diberikan Allah kepada Ahab tidak dipakainya untuk bertobat. Itu sebabnya, nubuat penghukuman Allah kepada Ahab yang pernah diucapkan Elia akan tergenapi pada zaman Elisa dan Yoram (Lihat 1Raj. 21:21-24,29). Pada nas ini, Yoram telah naik takhta sebagai raja Israel menggantikan Ahab. Keadaan ini tepat sebagaimana firman-Nya. Bagaimana cara Ia menggenapinya diungkapkan pada II Raja pasal 9 dan sebagian pasal 10. Pemunahan keluarga Ahab telah ditetapkan-Nya dan tidak ada seorang pun sanggup membatalkan firman-Nya! Allah memakai Elisa dan seorang nabi muda untuk menubuatkan Yehu menjadi raja Israel (ayat 2Raj. 9:1-10). Pada waktu itu, integritas Elisa sebagai nabi Allah bangsa Israel semakin diketahui banyak orang termasuk para panglima tentara Ahab. Mereka sadar dan percaya bahwa nubuat Elisa berasal dari Allah dan pasti digenapi. Inilah yang membuat mereka mau membantu usaha Yehu untuk mengudeta keluarga Ahab (ayat 11-15). Allah tidak dapat dipermainkan! Jika orang fasik belum dihukum, itu karena Allah menunggu pertobatan mereka. Keadilan Allah akan menghukum perbuatan mereka yang menyia-nyiakan kasih-Nya. Tugas anak-anak Tuhan adalah menjadi alat-Nya, bukan sebagai alat penghukuman melainkan untuk menyatakan kasih-Nya. Siapkan diri Anda menjadi kesaksian bagi kasih-Nya kepada mereka. Doaku: Tuhan, teguhkanlah imanku agar aku dapat mengikut Engkau sepenuh hati dan sepanjang hidup. |
(0.17500346808511) | (Ayb 8:1) |
(sh: Terlalu luas untuk dipahami (Senin, 22 Juli 2002)) Terlalu luas untuk dipahamiTerlalu luas untuk dipahami. Ketika Tuhan menciptakan manusia, Tuhan meminta agar manusia mematuhi-Nya, dan bahkan Ia menjanjikan berkat bagi kita yang menaati-Nya. Sebaliknya, hukuman akan diberikan bagi kita yang tidak menaati kehendak-Nya (Mzm. 1). Inilah pemahaman Bildad dan kebanyakan kita, tentang Tuhan - sebuah pemahaman yang benar, namun tidak menyeluruh. Itu sebabnya Bildad terus mendesak Ayub untuk mengakui dosanya. Alasan Bildad sederhana saja, yaitu bahwa Tuhan memberkati orang yang benar dan menghukum orang yang fasik. Tuhan tidak mungkin keliru menjatuhkan vonis-Nya dan Ayub memang layak menerima hukuman ini. Ini adalah sebuah hukum sebab-akibat yang universal dan mudah dicerna. Namun, ada segi-segi lain dalam hukum ini yang perlu kita pertimbangkan. Kemakmuran bukan pertanda bahwa Tuhan memberkati kita dan kesusahan bukan pertanda bahwa Tuhan menghukum kita. Rencana dan karya-Nya terlalu luas untuk dikotakkan dalam hukum ini. Sebagai Allah, Ia memiliki kebebasan untuk berbuat sekehendak hati-Nya dan kadang tindakan-Nya melenceng dari pemahaman kita tentang Allah yang terlalu sederhana ini. Tetapi, jangan mengira bahwa kebebasan Allah identik dengan kejahatan. Kebebasan Allah tidak sama dengan kesewenang-wenangan. Ia adalah Allah yang kudus. Jadi, segala tindakan-Nya tidak akan tercemari oleh dosa dan tidak akan termuati oleh maksud jahat. Sewaktu kesusahan menimpa kita, janganlah kita tergesa-gesa memvonis bahwa Tuhan sedang menghukum kita. Periksalah diri kita, apakah ada dosa tersembunyi yang perlu kita bereskan dengan Tuhan. Jika tidak ada, terimalah kesusahan itu sebagai kehendak Tuhan yang tidak kita pahami. Tuhan tidak berjanji bahwa kita akan senantiasa mengerti tujuan akhir dari tindakan-Nya karena Ia terlalu luas untuk dicerna oleh otak kita yang terlalu kecil ini. Renungkan: Charles Haddon Spurgeon, pengkhotbah terkenal, berkata,"Kemurahan Tuhan kerap kali datang ke pintu hati kita mengendarai seekor kuda hitam yang bernama Penderitaan." Kesusahan tidak senantiasa berarti kemarahan Tuhan; ada kalanya kesusahan adalah baju kemurahan Tuhan. |
(0.17500346808511) | (Ayb 16:1) |
(sh: Bawalah Perkaramu kepada Allah (Jumat, 16 Oktober 2015)) Bawalah Perkaramu kepada AllahJudul: Bawalah Perkaramu kepada Allah Kesulitan hidup membuat tatanan dan prioritas kehidupan kita menjadi nyata. Ada orang yang aktif pelayanan di gereja selama puluhan tahun, tetapi ketika dia hendak membuatkan pesta pernikahan untuk anaknya di lapangan terbuka, dia tidak bisa membendung kekhawatirannya akan turun hujan, maka seorang pawang hujan pun disewa. Menjalani kehidupan religius jauh lebih mudah daripada sungguh-sungguh mengandalkan Tuhan di tengah masalah yang nyata. Ayub mengalami kesulitan yang melibatkan Tuhan. Kebangkrutan total, kematian anggota keluarga, sakit pada tubuh, kejatuhan status sosial dan seterusnya. Bagi orang yang percaya kepada Tuhan, bagaimana ia dapat melihat semua ini terjadi di luar pengetahuan dan izin Tuhan? Bagi banyak orang, jelas ini karma. Bagi Ayub, iman dan integritas dirinya jelas: ini semua terjadi bukan karena kesalahannya. Dalam kesulitan semacam itu, kepada siapa lagi Ayub harus mengadu? Dua pasal hari ini membawa kita kepada satu momen terobosan yang luar biasa dalam pergumulan Ayub. Masih ada satu harapan bagi Ayub: Tuhan sendiri! Orang yang percaya karma melihat bahwa Ayub pasti seorang pendosa yang belum bertobat. Dalam integritas dan imannya, Ayub mengadu kepada Tuhan agar membela dirinya. Ia membawa perkaranya kepada Tuhan (16:19-21, 17:3)! Pada bagian terakhir (17:11-16), Ayub melihat bahwa impiannya telah menguap, masa depannya kelam, dan tiga kali ia bicara tentang ketiadaan harapan (13-15).Kalau harapan itu ada, harapan itu akan ditemukan di dalam Tuhan. Betapa pun berat masalah yang kita hadapi, di dalam Kristus kita akan selalu menemukan harapan yang baru. [AKI] |
(0.17500346808511) | (Ayb 21:1) |
(sh: Kenyataan hidup ini rumit adanya (Jumat, 2 Agustus 2002)) Kenyataan hidup ini rumit adanyaKenyataan hidup ini rumit adanya. Sebenarnya yang dapat menolong orang yang sedang dalam penderitaan adalah sahabat yang sedia sama menanggung dan mendengarkan, bukan mengecam dan menghakimi (ayat 2). Dengan terus terang Ayub menyatakan bahwa hatinya "terhenyak" oleh ketiadaan empati para sahabatnya itu (ayat 5). Karena inti kecaman para sahabatnya berkisar di dua hal: bahwa penderitaan Ayub adalah akibat dosa dan bahwa penderitaan itu berasal dari Tuhan yang menghukum, kini Ayub mengajukan gigih bantahannya di sekitar dua hal itu pula. Pertanyaan Ayub adalah kebalikan dari argumen-argumen Zofar, dan dua sahabatnya lainnya, Bildad dan Elifas. Sebaliknya dari mendukung kesimpulan bahwa Allah menghukum orang berdosa, Ayub kini mengajukan fakta-fakta tentang orang berdosa yang justru tidak sedikit pun memperlihatkan adanya hukuman Tuhan atas hidup mereka (ayat 9b). Berlawanan dari pendapat Zofar yang mengatakan bahwa orang berdosa akan mati muda (ayat 20:11), ternyata mereka panjang umur bahkan semakin uzur semakin bertambah kuat (ayat 7). Keturunan mereka bukannya menderita (ayat 20:10), tetapi bertambah-tambah dan berhasil (ayat 8). Mereka tidak merana miskin, tetapi ternak mereka berkembang biak dan membuat mereka semakin kaya (ayat 10-11). Bahkan sebaliknya dari mengalami penderitaan dan ketidakbahagiaan, hidup mereka penuh dengan keceriaan perayaan (ayat 12-13). Tuhan bahkan tidak berbuat apa pun dalam kenyataan dunia sementara ini, bahkan terhadap orang-orang yang membuang Dia (ayat 14-16). Ayub mengajukan fakta-fakta ini tidak untuk meragukan keadilan Tuhan, tetapi ia berpendapat bahwa tidak selalu Tuhan langsung menghukum di dunia ini secara langsung (ayat 17-21). Keadilan Allah atas orang fasik dan atas orang benar mungkin sekali baru terjadi pada penghakiman kekal di akhir zaman nanti (ayat 30). Renungkan: Banyak masalah dan pergumulan iman kita tidak dapat dijawab dengan pikiran dan ide yang sempit dan pendek. Masalah pelik harus disoroti dari perspektif kekal dan lingkup kebenaran menyeluruh. Bila tidak, bukan hiburan, tetapi ocehan hampa makna yang orang akan dapatkan. |
(0.17500346808511) | (Mzm 1:1) |
(sh: Memilih kebahagiaan (Jumat, 3 Januari 2003)) Memilih kebahagiaanMemilih kebahagiaan. Banyak orang mau melakukan apa saja asal hidupnya bahagia, puas dan tenteram. Maka, tidak heran anak-anak muda lari ke narkoba, seks bebas; orang-orang yang lebih tua menyibukkan diri dengan mencari harta dan kuasa; orang lain mencari agama-agama, kebatinan, apa pun yang dapat menenteramkan hati. Tetapi, mereka yang memilih hal-hal tadi akhirnya harus mengakui bahwa kenikmatan bertolak belakang dengan kebahagiaan. Jadi, adakah pilihan yang tepat? Mazmur 1 memberikan jawabannya. Secara negatif, kebahagiaan tidak didapat dari perbuatan fasik/berdosa (ayat 1). Maka, orang yang mau berbahagia harus menjauhi semua hal yang membawanya berdosa. Jikalau tidak, kehidupan berdosa akan membawa kegagalan hidup (ayat 4), dan akhirnya kebinasaan (ayat 6b). Sebaliknya, secara positif, kebahagiaan hanya didapatkan di dalam hidup sesuai dengan firman Tuhan (ayat 2). Orang yang hidup seturut firman- Nya akan diberkati dengan keberhasilan (ayat 3) dan Tuhan berkenan kepadanya (ayat 6a). Namun, lebih penting dari semuanya itu, orang demikian dijamin penuh oleh sang sumber hidup sendiri (ayat 3). Hidup bahagia itu tumbuh melalui rangkaian pilihan dan keputusan yang membentuk kebiasaan seumur hidup. Hal menghindari dosa dalam segala bentuknya itu, juga hal mengasihi dan menyimpan firman dalam hati. Sudah tiga hari dari tahun baru ini kita jejaki; apakah kita sedang membangun hidup melalui pilihan- pilihan dan kebiasaan-kebiasaan yang membuat kita hidup mesra serasi dengan Tuhan? Kita tidak perlu merasa bahwa perjuangan rohani itu berat, sebab Tuhan Yesus telah memasuki sejarah manusia, membuka jalan dan memberi teladan tentang hidup demikian. Renungkan: Pilihan kebahagiaan adalah tanggung jawab kita sendiri. Allah menyediakan jalannya, tetapi Ia tidak memaksa kita untuk menjalani kehidupan ini menurut kehendak-Nya. Keputusan ada di tangan kita. |
(0.17500346808511) | (Mzm 7:1) |
(sh: Kedaulatan Allah, Hakim yang adil (Sabtu, 18 Maret 2000)) Kedaulatan Allah, Hakim yang adilKedaulatan Allah, Hakim yang adil. Banyak hal terjadi dalam kehidupan kita yang seringkali membuat kita bertanya: "Mengapa semuanya ini terjadi dalam hidupku, padahal aku telah mempertahankan hidup benar di hadapan-Nya?" Daud pun mengalami pergumulan yang sama. Dalam perjalanan hidup iman dan kesalehan hidupnya di hadapan Tuhan, ia mempertanyakan berbagai tragedi yang dialaminya. Daud tahu kepada siapa ia mengadukan semuanya ini. Di tengah segala tantangan, ancaman, dan penderitaan yang disebabkan para lawannya, Daud berseru kepada Tuhan yang setia mendengarkan doanya. Ia berani mengadu dan menyatakan ketidakbersalahannya, karena keyakinannya akan hidupnya yang benar. Melalui pergumulan dan jawaban doa, pengenalannya akan Tuhan semakin bertumbuh. Ia menyadari adanya kedaulatan Tuhan yang melampaui tindakan, kebenaran, pengertian, dan standar manusia. Orang benar diizinkan mengalami berbagai tekanan, ancaman, tantangan, dan pergumulan agar semakin mengerti arti hidup benar di hadapan-Nya. Justru melalui pergumulan inilah, ada sesuatu yang begitu istimewa yang dibukakan oleh Tuhan tentang misteri pergumulan. Orang benar tidak seharusnya meragukan kehidupan benarnya atau kesetiaan Tuhan kepadanya, ketika dalam pergumulan. Daud kenal Tuhan sebagai Hakim yang adil, yang akan murka kepada orang fasik dan meneguhkan orang benar. Pada akhirnya Daud menyaksikan bagaimana Tuhan bertindak menyelamatkannya dengan cara-Nya sendiri. Tuhan memakai berbagai rencana dan tindakan kejahatan justru untuk menunjukkan keadilan-Nya dan menyempurnakan pembentukan anak-anak-Nya. Daud dapat bersyukur ketika ia mengerti dan mengalami bagaimana keadilan-Nya berlaku dalam kehidupannya. Betapa leganya ketika dia menyaksikan bagaimana orang yang merencanakan segala kejahatan itu ternyata "kena batunya". Renungkan: Pengalaman dalam kehidupan silih berganti antara suka dan duka. Kristen hampir tidak pernah lepas dari pergumulan karena hidup dalam dunia yang berlawanan arus. Teladanilah sikap pengaduan Daud dengan motivasi mencari jawab dan kepastian keadilan Tuhan bagi orang benar seperti dirinya. Dan bersyukurlah bila kita tetap memiliki pengharapan akan keadilan Tuhan. Ia pasti menyatakan keadilan-Nya. |
(0.17500346808511) | (Mzm 28:1) |
(sh: Pertolongan pada saat kesesakan (Jumat, 28 Februari 2003)) Pertolongan pada saat kesesakanPertolongan pada saat kesesakan. Bila rasanya pertolongan Tuhan tak kunjung tiba, serasa tangan- tangan jahat sedang merenggut jiwa kita menuju kebinasaan. Saat- saat seperti itu membuat kita merasa kehilangan akal, dan mungkin tergoda untuk mencari pertolongan dari pihak lain, sangat mungkin untuk kompromi dengan para musuh kita. Pemazmur ada dalam situasi yang sangat mirip. Ia tertekan karena sepertinya Tuhan berdiam diri dan membisu (ayat 1). Ia merasa dengan membisunya Tuhan, dirinya seperti sudah ditinggalkan untuk mati ("aku menjadi seperti orang yang turun ke dalam liang kubur"). Pemazmur merasa hampir terseret kepada perbuatan orang fasik (ayat 3). Namun, pemazmur tetap bertahan dan tetap mengharapkan Tuhan mendengar permohonan dan teriakan minta tolong (ayat 2), supaya ia tetap bertahan untuk tidak tergoda berkompromi dengan kejahatan pemazmur mohon, supaya Tuhan mengganjar orang-orang jahat karena kejahatan mereka (ayat 4-5). Lebih jauh lagi pemazmur memanjatkan ucapan syukur seakan Tuhan sudah mendengar permohonannya dan sudah menolongnya (ayat 6-7). Adalah keyakinan pemazmur bahwa Tuhan penolong dan penopang umat-Nya (ayat 8). Oleh sebab itu, seruan kepada Tuhan ini juga ditujukan demi umat milik Tuhan sendiri (ayat 9). Pemazmur menyatakan iman (=percaya)nya di tengah situasi yang sepertinya tidak berpengharapan. Godaan kuat untuk menyerah begitu besar, namun imannya tidak goyah karena ia tahu dan yakin akan pertolongan Tuhan. Ia yakin Tuhan tidak akan membiarkan umat-Nya binasa. Renungkan: Ketika saat-saat kesesakan begitu tidak tertahankan, godaan untuk menyerah begitu kuat, ingatlah akan doa Tuhan Yesus, "Kehendak-Mu yang jadi ya Bapa, bukan kehendakku." Jangan melihat ke situasi yang mencekam, lihatlah kepada Kristus yang sudah menang mengatasi godaan itu. |
(0.17500346808511) | (Mzm 32:1) |
(sh: Kebahagiaan hanya masalah pilihan (Selasa, 27 Maret 2001)) Kebahagiaan hanya masalah pilihanKebahagiaan hanya masalah pilihan. Setiap manusia sepanjang zaman berusaha dengan segala daya upaya untuk mendapatkan kebahagiaan hidup. Bahkan ada yang bekerja tanpa mengenal waktu dan menomorduakan keluarga agar meraih promosi jabatan, karena mereka berpikir bahwa kebahagiaan akan didapatkan jika mereka bergelimang harta dan meraih kedudukan tinggi. Setelah meraih semua itu, bukan kebahagiaan yang ia dapatkan namun penyakit karena stress dan bekerja terlalu keras. Lalu dimanakah kebahagiaan? Sesungguhnya kebahagiaan bukanlah hal yang sulit digapai oleh manusia. Daud sudah membuktikan. Ia menemukan kebahagiaan bukan dalam kekayaan, kedudukan, dan kekuasaan yang ia miliki namun dalam pilihan bijak yang ia tetapkan. Ia memilih untuk bertobat dan mohon ampun dari Allah maka ia menemukan kebahagiaan (1-2, 5). Orang yang menyadari dosanya namun tidak bertobat tidak akan mengalami kedamaian hati namun justru tekanan (3- 4). Ia juga memilih untuk menggantungkan hidupnya kepada Allah (7). Walaupun tekanan dan kesulitan tetap melandanya, ia tidak sendiri sebab Allahlah tempat perlindungannya (6). Yang terakhir ia memilih untuk menaati perintah Allah (8) bukan seperti kuda atau bagal yang terkenal senang membangkang. Pilihannya yang terakhir adalah sangat tepat sebab orang fasik akan mengalami derita bukan selalu secara fisik, namun yang pasti secara hati dan jiwa karena hanya orang yang sudah dipulihkan hubungannya dengan Allah yang akan merasakan damai sejahtera yang sesungguhnya (10). Kebahagiaan yang diajarkan oleh Daud adalah kebahagiaan yang sejati sebab tidak tergantung dari situasi dan kondisi dirinya, masyarakat sekitar maupun lingkungannya. Bencana dan derita apa pun boleh menimpanya namun karena pilihannya, ia tetap dapat bersukacita dan bersorak-sorai (11). Renungkan: Karena itu apa sebenarnya yang Anda cari dengan bekerja keras tanpa batas hingga mengalami stres dan gangguan kesehatan yang serius? Uang, rumah, mobil mewah, atau kedudukan? Daud sudah membuktikan bahwa itu semua tidak membawa kebahagiaan. Tentukanlah apakah Anda mau memilih apa yang Daud pilih. Jika ya maka kebahagiaan sejati tidak jauh dari hidup Anda. |
(0.17500346808511) | (Mzm 32:1) |
(sh: Disiplin bertobat (Jumat, 30 Mei 2003)) Disiplin bertobatDisiplin bertobat. Ayat pembuka dan penutup mazmur ini mengundang kita untuk menanyakan sebuah pertanyaan penting: Siapakah orang benar? Siapakah orang jujur? Siapakah orang yang percaya kepada Tuhan? Jawaban Mazmur 32: mereka yang hidup dengan kesadaran yang dalam tentang dosa mereka, yang menyadari kebutuhan mereka akan anugerah pengampunan dari Allah, dan yang kemudian tekun bertobat! Kalimat "Sebab itu" (ayat 6), menunjukkan bahwa pemazmur memanggil "setiap orang saleh" untuk berdoa, membuka diri di hadapan Tuhan dan mengakui setiap dosa dan pelanggarannya, selagi Ia masih dapat ditemui. Ayat ini sangat instruktif. Jika kita memang benar-benar orang yang percaya kepada Tuhan, kita akan tekun bertobat! Akan tiba saatnya ketika kita tidak lagi dapat bertobat, sekalipun kita menghendakinya. "Mengaku"(ayat 7). Pemazmur menyadari bahwa inilah saatnya untuk tidak lagi menyembunyikan dosa, tetapi mengungkapkan dosa- dosanya kepada Allah. Saatnya untuk menyembunyikan diri di balik Allah! Bersembunyi di balik Allah merupakan ungkapan kesadaran dari pemazmur bahwa ia sepenuhnya tidak berdaya, dan sepenuhnya bersandar pada anugerah Allah untuk "menutupi" dosa-dosanya (bdk. Rm. 4:7-8). Pemazmur kemudian menegaskan bahwa inilah "jalan yang harus kautempuh" (ayat 8). Tentang jalan ini, jangan keraskan hatimu (ayat 9). Ayat 10-11 menjadi kesimpulan dari pengajaran pemazmur. Orang fasik -- orang yang tidak tekun bertobat -- akan menderita banyak kesakitan, tetapi orang yang mempercayakan diri kepada Tuhan, itulah orang benar, orang jujur -- orang yang tekun bertobat -- dikelilingi dengan kasih setia-Nya dan, oleh karena itu, dipanggil untuk bersukacita dan bersorak-sorai (bdk. Mzm 130:4). Renungkan: Berbahagialah orang yang tekun bertobat, karena sukacita surga menjadi bagian hidup mereka. |
(0.17500346808511) | (Mzm 37:1) |
(sh: Mengikis iri hati (Minggu, 5 Agustus 2001)) Mengikis iri hatiMengikis iri hati. Iri hati! Inilah suatu kata yang enggan kita akui, namun memiliki daya yang mempengaruhi panorama hari-hari kita. Kita perlu selalu mewaspadainya, karena walaupun ia muncul dengan cara yang terselip dan merayap perlahan, namun dengan cepat ia akan menyergap serta menjebak kita ke dalam berbagai persaingan, ketidakpuasan, dan kemarahan. Hal seperti inilah yang menjadi sorotan Daud. Ia dengan sangat memperingatkan agar kita menghindari kemarahan dan panas hati yang disebabkan oleh perasaan iri hati terhadap mereka yang berbuat jahat, curang, dan melakukan tipu daya, namun berhasil dalam hidupnya (ayat 17). Kemarahan dan panas hati yang tidak terkendali sangat merugikan dan berbahaya karena akan menggiring seseorang pada kejahatan demi pemuasan kemarahannya (ayat 8). Bukankah sesuatu yang menakjubkan jikalau kita menjadi iri hati bahkan terhadap mereka yang memperoleh keuntungan dengan cara yang fasik? Daud di dalam hikmatnya menyoroti perasaan ini sebagai gambaran dari orientasi hidup yang menyimpang dari Tuhan, dan untuk mengikisnya ia mengajak kita untuk: [1] menatap ke depan dan melihat akhir hidup mereka (ayat 2, 10); serta [2] memusatkan orientasi hidup kepada Tuhan, percaya kepada-Nya (ayat 3), bergembira karena-Nya (ayat 4), menyerahkan hidup kepada-Nya (ayat 5), dan berdiam diri serta menantikan-Nya (ayat 7). Maka Ia akan bertindak, memberikan apa yang kita inginkan (ayat 4, 5), dan memunculkan kebenaran serta hak kita (ayat 6), sehingga kita dapat menikmati kegembiraan dan kesejahteraan yang berlimpah-limpah (ayat 11). Renungkan: Mata yang penuh iri hati terjebak oleh keberhasilan orang lain, sedangkan pandangan mata yang terpusat kepada Allah akan mengikis keirihatian. Apa sebenarnya yang menjadi orientasi hidup Anda? Bacaan untuk Minggu Ke-9 sesudah Pentakosta Lagu: Kidung Jemaat 436 PA 5 Mazmur 36 Mazmur ini memaparkan sebuah kontras antara orang fasik dengan kasih setia Tuhan. Kontras ini bertujuan membawa kita pada pemahaman akan kasih setia Tuhan bagi umat-Nya di tengah-tengah kejahatan manusia. Pemazmur menyusun perenungannya dengan empat elemen: [1] Penjabaran tentang kebiasaan hidup orang fasik (ayat 2-5); [2] Perenungan tentang kasih setia Tuhan (ayat 6-10); [3] Doa permohonan akan kasih setia Tuhan (ayat 11); dan [4] Doa permohonan untuk perlindungan dari yang jahat (ayat 12-13). Pertanyaan-pertanyaan pengarah: 1. Dimanakah letak sumber kesalahan orang fasik (ayat 2a)? Tiga akar kesalahan apakah yang ada di balik kebiasaan dan tekad orang fasik sehingga mereka tidak dapat lagi mengenali, membenci, ataupun berhenti dari kesalahannya (ayat 2-3)? Hal-hal apa saja yang dicemari oleh kondisi hatinya dan bagaimana mereka mewujudkannya (ayat 4-5)? 2. Pada bagian yang kedua pemazmur mengajak kita merenungkan kebesaran Tuhan (ayat 6, 7) dan ketergantungan manusia kepada-Nya (ayat 8-10). Bagaimanakah pemazmur menggambarkan kebesaran serta luasnya jangkauan kasih setia Tuhan (ayat 6)? Setinggi, sedalam, sekokoh, dan sedasyat apakah keadilan dan hukum-Nya digambarkan (ayat 7)? Apakah peranan kasih setia Tuhan terhadap ciptaan-Nya (ayat 7-9)? 3. Pada bagian ini Pemazmur mencetuskan pujian yang sangat indah (ayat 10). Puji-pujian ini merupakan intisari pengakuan umat percaya yang melandasi pemahaman bahwa kita hanya dapat hidup sepenuhnya jika Tuhan menerangi dan menjadi terang bagi kita. Mengapa manusia perlu bergantung sepenuhnya kepada Allah? 4. Melalui mazmur ini kita dapat melihat bahwa; Tuhan tidak berhenti memberikan serta memenuhi bumi dengan kasih setia-Nya walaupun dunia ini dipenuhi dengan kejahatan. Bagaimana kesadaran ini mempengaruhi dan mengubah cara pandang pemazmur? Bagaimana ia berespons(ayat 11)? Bagaimanakah pemazmur mengungkapkan keyakinannya atas akhir hidup orang fasik (ayat 13)? 5. Bagaimanakah perspektif tentang kasih setia Tuhan mengubah cara pandang kita tentang dunia? Bagaimana seharusnya kita berespons? |
(0.17500346808511) | (Mzm 39:1) |
(sh: Allah adalah pihak yang paling tepat (Rabu, 4 Juni 2003)) Allah adalah pihak yang paling tepatAllah adalah pihak yang paling tepat. Benarkah sikap Daud ini ketika ia menghadapi orang-orang jahat? Jika kita di tempat Daud, apa yang biasanya kita lakukan? Duduk dan berdiam diri atau meluapkan kemarahan? Marah terhadap sesuatu yang salah adalah wajar, tetapi jika permasalahan dihadapi dengan sikap diam, bukankah itu hanya akan menambah penderitaan? Akibat dari diam atau mendiamkan bisa membuat kita hidup dalam tekanan -- depressi dan stress. Dalam pikirannya semula, Daud menyatakan keinginannya untuk tutup mulut, sebagai jalan "paling aman" menurut Daud. Keputusan Daud ini didasarkan pada dua hal: [1] ia tidak mau kedapatan menuduh Allah berlaku tidak adil atau berbuat kesalahan; [2] ia tidak mau memberikan kesempatan kepada orang fasik untuk menyerang dia atau menghina Allah karena ucapannya. Tetapi keputusan tersebut ternyata justru memperberat penderitaannya. Akhirnya Daud menyadari bahwa menutup mulut itu bukan saja tidak tepat, tetapi juga tidak sehat. Dari keputusan Daud ini kita belajar bahwa menahan amarah hanya akan menyebabkan kita stress, tetapi melampiaskan amarah dalam kata- kata keras menyakitkan pun tidak menyelesaikan masalah. Daud menolong kita menemukan pilihan yang tepat dan sehat: membicarakannya dengan Tuhan. Menarik bukan? Kapan terakhir kali kita membicarakan permasalahan kita dengan Tuhan? Pergumulan seperti yang Daud alami pun dialami oleh orang beriman. Tetapi, kita tidak dapat menanggungnya sendiri jika hanya berdiam diri, atau dengan membalas berbuat jahat. Segala pergumulan itu perlu untuk diarahkan secara benar kepada Tuhan sebagai pihak yang paling tepat, yang mampu mendukung kita. Renungkan: Siapa lagi yang dapat memberi kita jiwa yang sehat kalau bukan Dia yang dalam Roh-Nya kini mendampingi kita sebagai Penasihat dan Penghibur? |
(0.17500346808511) | (Mzm 55:1) |
(sh: Hai Kristen lompatlah seperti Daud (Minggu, 26 Agustus 2001)) Hai Kristen lompatlah seperti DaudHai Kristen lompatlah seperti Daud. Daud mengawali mazmur ini dengan ratapan yang sangat emosional. Ia mengembara, menangis, cemas, gelisah, ngeri, takut, gentar, merasa seram (ayat 3-6). Keadaan jiwa yang muncul ketika mengalami ancaman memotivasi seseorang untuk menyelamatkan diri seperti Daud yang ingin lari dari kehidupan sosialnya dan mencari perlindungan. Apa yang dialami oleh Daud? Ia mengalami serangan fisik (ayat 4) dan serangan psikis baik yang disebabkan karena hinaan maupun fitnahan. Semua itu tidak datang dari musuh ataupun pembenci Daud namun justru datang dari orang yang sangat dekat dengannya baik secara sosial maupun rohani. Hal ini merupakan pukulan yang sangat telak bagi jiwanya. Serangan yang datang dari kawan-kawan dekat lebih mematikan sebab mereka tahu kelemahan Daud dengan benar. Karena itu tidak heran jika cara ia memohon kepada Allah nampak seperti mendesak dan memaksa Allah (ayat 2-3). Secara psikologis, keadaan jiwa ini akan terus bertahan sebelum ancaman itu ditiadakan. Namun Daud tidak mengalami itu. Sebelum Allah bertindak, Daud sudah mengakhiri doanya dengan keyakinan bahkan anjuran kepada orang percaya lainnya (ayat 23). Ia melakukan lompatan besar dari tertekan menjadi terbebas. Mengapa ia mampu? Ia berpijak pada pemahaman tentang relasi yang ia miliki dengan Allah dan relasi yang dimiliki oleh orang fasik dengan Allah (ayat 16-20). Renungkan: Kristen masa kini pun mampu melakukan lompatan besar seperti Daud ketika mengalami berbagai kesulitan, tekanan, maupun ancaman sebab relasi kita kepada Allah dibangun berlandaskan darah Kristus. Allah sudah memberikan yang terbaik untuk membangun relasi itu. Karena itu jangan takut dan siaplah untuk melompat. Bacaan untuk Minggu Ke-12 sesudah Pentakosta Lagu: Kidung Jemaat 366 Pa 8 Mazmur 51 Perzinahan dengan Batsyeba pasti bukan satu-satunya dosa yang dilakukan Daud dalam hidupnya. Namun dapat dipastikan bahwa setelah ditegur oleh Natan, Daud tidak pernah mengulanginya. Ini berarti bahwa telah terjadi pertobatan sejati dalam kehidupan Daud yaitu dosa dinyatakan -- dosa diakui -- mohon ampun – dosa ditinggalkan. Apa yang terjadi dalam kehidupan Kristen seringkali tidak demikian. Dosa tidak ditinggalkan tapi justru ditingkatkan. Apa rahasia Daud? PA hari ini akan menuntun kita untuk menemukannya. Pertanyaan-pertanyaan pengarah: 1. Setelah ditegur Allah melalui nabi Natan, daftarkanlah permohonan Daud kepada Allah (ayat 3-4, 9)! Apa yang mendasari permohonannya (ayat 5-6)? Berdasarkan penggunaan berbagai kata kerja, apa yang kita lihat tentang penilaian Daud atas perzinahannya? Bagaimanakah pemahaman Daud akan dosa (ayat 5b-7)? 2. Apakah dampak dosa bagi kondisi kejiwaan Daud (ayat 10, 14), relasinya dengan Allah (ayat 13), relasinya dengan sesama khususnya dengan saudara dan kerabat Uria (ayat 16), negara dan rakyat yang ia pimpin (ayat 20)? Apa yang Daud harapkan dari Allah sehubungan dengan dampak dosa tersebut di atas? Pemahaman apa yang Anda dapatkan tentang dosa berdasarkan dampak yang ditimbulkan? 3. Bagaimanakah pemahaman Daud tentang penyesalan yang sejati (ayat 8, 18-19)? Apakah ini sekadar pemahaman Daud secara pengetahuan atau penyesalan sejati? Jelaskan! Seberapa pentingkah penyesalan sejati dalam proses pertobatan yang berkenan di hadapan Allah? Jelaskan! 4. Apa permohonan Daud dalam ayat 12b, 14? Apa arti permohonan tersebut? Mengapa ini penting? Apa janji Daud kepada Allah (ayat 15)? Apa yang kita pelajari tentang Daud dari janji tersebut? 5. Ringkaskanlah proses pertobatan sejati Daud? Bagaimanakah keterkaitan setiap tahap bagi keseluruhan proses tersebut? Bagian manakah dari proses tersebut yang paling sering diremehkan? Apa dampaknya bagi proses pertobatan sejati? Bagaimanakah pertobatan yang Anda lakukan selama ini? Adakah yang akan Anda perbaiki? |