Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 321 - 340 dari 500 ayat untuk sejarah (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.22) (Luk 18:8) (full: IA AKAN SEGERA MEMBENARKAN MEREKA. )

Nas : Luk 18:8

Ketika Yesus datang kembali kepada mereka yang berseru kepada-Nya siang dan malam (ayat Luk 18:7), Ia akan mengakhiri kesusahan dan penderitaan yang mereka terima dari dunia yang bermusuhan dan jahat, dan Ia akan membawa mereka untuk tinggal bersama-Nya

(lihat cat. --> Yoh 14:2;

lihat cat. --> Yoh 14:3).

[atau ref. Yoh 14:2-3]

Pada saat kedatangan-Nya, orang setia di gereja-Nya akan "diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa" (1Tes 4:17). Kemudian Allah akan menjalankan keadilan dan murka-Nya atas orang fasik (1Tes 5:2-3,9).

(0.22) (Kej 2:4) (jerusalem: riwayat) Ini menterjemahkan kata Ibrani toledot yang secara harafiah berarti: apa yang dilahirkan, diperanakkan; keturunan. Arti kedua ialah: riwayat bapa leluhur serta keturunannya, bdk Kej 6:9; 25:19; 37:2. Dengan menggunakan istilah itu kisah penciptaan ini kehilangan ciri mitologisnya, sebab penciptaan itu menjadi awal sejarah dunia. Istilah itu mencegah juga suatu pengertian yang berkembang di negeri Sumer dan Mesir, bahwa penciptaan merupakan serangkaian kelahiran ilahi (dewa)
(0.22) (Kel 13:17) (jerusalem) Di sini mulailah kisah keluaran yang sebenarnya ialah perjalanan umat Israel melalui padang gurun menuju Tanah yang disajikan. Tahap sejarah umat Israel inilah yang kemudian oleh para nabi diingat sebagai masa pernikahan Tuhan dengan umatNya, Yer 2:2; Hos 2:13; 11:1 dst; Yeh 16:8. Dalam seluruh Kitab Suci Allah tetap disebut sebagai "yang menuntun umat Israel dari tanah Mesir", Yos 24:17; Ams 2:10,3:1; Mik 6:4; Maz 81:11. Bagian kedua kitab Yesaya memberitahukan kembalinya umat Israel dari pembuangan sebagai suatu keluaran yang baru, Yes 40:3+. Tradisi Kristen mengartikan perjalanan umat Israel di padang gurun sebagai pralambang perjalanan Gereja (dan masing-masing orang beriman) kepada akhirat.
(0.22) (Yes 11:2) (jerusalem: Roh TUHAN) Roh TUHAN atau roh kudusNya, Yes 42:1; 61:1 dst; Yes 63:10-13; Maz 51:13; Wis 1:5; 9:17, ialah "nafasNya' (kata Ibrani ruah memang berarti: nafas, hembusan, angin, roh) berkarya dalam segenap sejarah yang dikisahkan Alkitab. Sebelum penciptaan roh itu melayang-layang di atas permukaan samudera purba, Kej 1:2; ia memberikan hayat kepada semua makhluk, Maz 104:29-30; 33:6; Kej 2:7; bdk Yes 37:5-6,9-10. Roh Tuhan membangkitkan para Hakim, Hak 3:10; 6:34; 11:29, dan raja Saul, 1Sa 11:6. Roh itu memberi para ahli kepandaiannya, Kel 31:3; 35:31, dan memimpin hakim dalam memutuskan hukum, Bil 11:17. Roh itu mengaruniakan hikmat kepada Yusuf, Kej 41:38. Terutama roh Tuhan menginspirasikan para nabi, Bil 11:17 (Musa), Yes 10:25-26; 24:2; 1Sa 10:6,10; 19:20; 2Sa 23:2 (Daud); 2Ra 2:9 (Elia); Mik 3:8; Yes 48:16; 61:1; Zak 7:12; 2Ta 15:1; 20:14; 24:20, sedangkan nabi-nabi gadungan menurut rohnya (bisikan hati) sendiri, Yeh 13:3; bdk Dan 4:8,18; 5:11-12+; Yes 11 ini menyatakan bahwa roh kenabian itu dikurniakan kepada Mesias. Nabi Yoel, Yoe 2:28-29, menubuatkan bahwa di zaman terakhir roh Tuhan dikurniakan kepada semua orang, bdk Kis 2:16-18. Sebagaimana halnya dengan pengajaran mengenai hikmat Allah, bdk Ams 8:22+; Wis 7:22+, demikianpun pengajaran Alkitab tentang roh Tuhan diperkembangkan sampai selesai dalam Perjanjian Baru, bdk Yoh 1:33+; Yoh 14:16+; Yoh 14:26+; Kis 1:8+; Kis 1:2+; Rom 5:5+.
(0.22) (Mat 23:39) (jerusalem: Diberkatilah.....) Luk 13:35 rupanya mengaitkan perkataan ini dengan masuknya Yesus pada hari palem. Tetapi dalam Matius perkataan dipertalikan dengan suatu kedatangan lain, barangkali kedatangan Kristus pada akhir zaman. Orang Yahudi akan menyambut kedatanganNya itu dengan baik, sebab sudah bertobat, bdk Rom 11:25 dst. Mat 24:1-25:46 Wejangan eskatologis yang tercantum dalam Matius ini menggabungkan pemberitaan tentang musnahnya Yerusalem dengan pemberitaan tentang akhir zaman. Dengan maksud itu wejangan yang tercantum dalam Markus dan yang hanya mengenai kemusnahan Yerusalem dilengkapi dengan tiga unsur: 1) Ditambahkan Mat 24:26-28, Mat 24:37-41, yang diambil dari sebuah wejangan tentang Kedatangan Anak Manusia, yang juga dipergunakan oleh Luk 17:22-37; 2) Matius menyadur Markus dengan menyisipkan "Parusia", Mat 23:3,27,37,39 (istilah "parusia" tidak pernah dipakai dalam keempat injil kecuali di sini; bdk Mat 24:3+; 1Ko 15:23+), kesudahan dunia, Mat 23:3; bdk Mat 13:39,40,49, dan "Tanda Anak Manusia" yang dilihat sekalian bangsa dunia, Mat 23:30; 3) pada akhir wejangan ditambahkan beberapa perumpamaan mengenai perlunya berjaga-jaga, Mat 24:42-25:30; perumpamaan-perumpamaan itu menyiapkan apa yang dikatakan tentang Kedatangan Yesus kelak dan penghakiman terakhir, Mat 25:31-46. Penggabungan kemusnahan Yerusalem dengan kesudahan dunia memang sesuai dengan kebenaran teologis. Meskipun kedua peristiwa berbeda dalam waktu, namun pada pokoknya bersatu-padu: kemusnahan Yerusalem benar-benar pendahulu dan pralambang akhir zaman. Kemusnahan Kota Suci mengakhiri Perjanjian Lama karena datangnya Kristus kembali secara kelihatan (dalam kemusnahan itu) untuk memulai pemerintahanNya dalam Gereja. Peristiwa yang memutuskan dalam sejarah penyelamatan itu baru akan terulang pada akhir zaman, waktu Allah akan menghakimi bangsa manusia yang sudah terpilih dalam Kristus, sama seperti menghakimi bangsa terpilih yang pertama melalui kemusnahan Yerusalem. Bdk 1Ko 1:8+.
(0.22) (Luk 3:1) (jerusalem) Sama seperti dalam Luk 1:5, dan Luk 2:1-3 demikianpun di sini Lukas membuat sejarah keduniawian. Kaisar Tiberius menggantikan Kaisar Augustus, Luk 2:1, pada tanggal 19 Ag. tahun 14 Mas. Maka tahun kelimabelas pemerintahannya berlangsung dari 19 Ag. tahun 28 sampai 18 Ag. tahun 29 Mas. Kalau Lukas mengikuti perhitungan Siria maka tahun 15 pemerintahan Tiberius ialah dari bulan Sept-Okt,tahun 27 Mas. Pada waktu itu Yesus paling sedikit berusia 33 tahun, dan barangkali hanya mau menandaskan bahwa Yesus sudah cukup berumur untuk menunaikan suatu tugas untuk menunaikan suatu tugas dan jabatan resmi (Mesias). Tarikh Masehi dihitung salah oleh Dionisius (bdk Luk 2:2+), oleh karena menganggap keterangan dalam Luk 3:23 sebagai tepat. Tahun 15 pemerintahan Tiberius ialah tahun 782 setelah kota Roma didirikan. Jumlah ini oleh Dionisius dikurangi dengan 29 tahun penuh, sehingga sampai kepada tahun 753 setelah kota Roma didirikan sebagai awal tarikh Kristen. sesungguhnya awal tarikh Kristen bertepatan dengan tahun 750 atau malah tahun 746 setelah Roma didirikan.
(0.22) (Kej 4:1) (sh: Harga diri: sebuah kemewahan (Rabu, 5 Februari 2003))
Harga diri: sebuah kemewahan

Kita melihat sebuah perjalanan kebudayaan. Manusia mulai dengan telanjang. Lalu ia berpakaian untuk menutupi ketelanjangannya. Kini, ia perlu menghiasi dirinya dengan ornamen-ornamen untuk makin menutupi ketelanjangannya, yaitu harga diri. Harga diri itu mahal, karena didapatkan dengan harga darah Habel.

Bukankah sesuatu yang indah ketika Hawa melahirkan anak-anaknya? Pertama lahirlah Kain, kemudian Habel menyusul. Mereka berdua mempersembahkan kurban. Habel membawa kurban terbaik, hasil pertama dari apa yang dikerjakannya. Tidak demikian dengan Kain. Tidak diindikasikan bahwa Kain membawa hasil sulung dari apa yang diusahakannya. Maka, Allah menganggap baik apa yang diberikan Habel dan menolak Kain. Penolakan itu sakit. Kain tak mampu menahan emosi dan kebenciannya. Harga dirinya terlalu tinggi untuk membiarkan seorang Habel hidup. Pembunuhan pertama terjadi dalam sejarah manusia. Ketika Tuhan bertanya pun, ia menjawab Tuhan seenaknya. Tidak ada kasih lagi. Kehidupan di luar Eden memang sudah berbeda.

Kain tak bisa lari dari kenyataan. Disertai jaminan pemeliharaan dari Tuhan, Kain pergi. Kini, pakaian Kain dilumuri dengan harga diri yang membuatnya miskin. Apakah kematian Habel menjadi sia- sia? Mungkin iya, jika kita melihat nama "Habel" dalam bahasa Ibrani yang berarti "sia-sia" atau "sementara". Tetapi, sebenarnya tidak, karena Allah mendengar teriakan darah dari tanah itu. Kebenaran dan keadilan akan ditegakkan. Kalau darah Habel berteriak dengan keras dari tanah, terlebih lagi darah Yesus Kristus. Ia adalah korban tak berdosa, namun harus menanggung manusia berdosa. Darah-Nya akan berteriak bagi mereka yang dikasihi-Nya.

Renungkan: Hati-hati dengan harga diri Anda. Ia bisa merampas kasih dan kebahagiaan hidup Anda yang sejati.

(0.22) (Kej 4:17) (sh: Nyanyian lama (Kamis, 6 Februari 2003))
Nyanyian lama

Alkitab kini berbicara tentang kebudayaan. Manusia semakin kaya, berpakaian dan berharga diri. Sayang, semuanya itu adalah kemiskinan di mata Allah. Kain pun beranak cucu. Ia mendirikan kota pertama dalam sejarah manusia. Silsilah berlanjut sampai ke Lamekh. Setelah kasus Kain, kita bertanya-tanya tentang apa yang akan terjadi dalam drama umat manusia. Bagian narasi ini memberitahukan kita kelanjutannya. Manusia makin bobrok.Lamekh mengambil 2 istri padahal Allah berfirman bahwa laki-laki akan menikah dengan seorang istri (ayat 2:24). Ia juga membunuh seorang laki-laki. Pembunuhan ini adalah pembunuhan berdasarkan ketidakadilan. Kalau Tuhan berbicara mengenai pembalasan 7 kali lipat kepada Kain (=pembalasan setimpal), maka Lamekh berbicara tentang pembalasan yang berlebihan (ayat 70 kali lipat). Celakanya, Lamekh begitu bangga sampai menyanyikan nyanyian dendam. Kasih makin lenyap dari kehidupan manusia.

Sebagai pengganti Habel, lahirlah Set. Kalau kita memperhatikan bahwa Set lahir ketika Adam berumur 130 tahun (ayat 5:3), maka sebenarnya Set lahir sebelum generasi ketujuh Adam, Lamekh. Pertanyaannya, mengapa urutan ini ditempatkan tidak sesuai generasi? Tentu penekanannya adalah garis keturunan yang akan diperkenan Allah. Setelah Set melahirkan anaknya, orang-orang mulai beribadah kepada Tuhan, menyerukan nama Tuhan. Maka, terbagilah umat manusia ke dalam dua jalur: mereka yang menentang Allah, dan mereka yang bersandar kepada Allah.

Nyanyian lama adalah nyanyian pembalasan dendam. Tidak demikian dengan nyanyian baru. Nyanyian baru adalah nyanyian pembebasan, nyanyian kasih yang menang, kasih yang ditunjukkan oleh Anak Domba Allah (Why. 5:9)!

Renungkan: Nyanyian apa yang Anda nyanyikan selama hidup berbudaya di dunia?

(0.22) (Kej 9:18) (sh: Pengaruh dosa (Rabu, 12 Feruari 2003))
Pengaruh dosa

Hidup berlanjut terus, dosa pun mengikutinya. Kisah Nuh dan anak-anaknya menggambarkan lagi kebobrokan umat manusia. Nuh mabuk dan telanjang. Setelah manusia berpakaian, dalam dosanya ketahuanlah bahwa ia sebenarnya telanjang. Anaknya, Kanaan, tidak merasa itu mempermalukan. Ia malah memanggil kedua saudaranya, yang segera menutupi ketelanjangan ayah mereka. Sebagaimana Allah menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa, Sem dan Yafet menutupi ketelanjangan Nuh. Mereka tidak ingin melihat ketelanjangan itu.

Firman ini berbicara tentang masalah seksualitas, entah dalam tingkat yang tinggi ataupun rendah. Yang kita ketahui adalah bahwa dalam periode-periode sejarah selanjutnya, perintah untuk menghormati orang tua dan tidak menyingkapkan aurat ayah merupakan hal-hal yang amat penting. "Menyingkapkan" aurat di sini mungkin mengacu ke hubungan seksual dengan istri Nuh (atau bahkan homoseksual) -- Imamat 18. Namun, bisa juga hanya sekadar ketelanjangan biasa. Intinya Allah ingin manusia berseksualitas terhormat. Peraturan Allah selanjutnya tentang seksualitas perlu kita hayati sebagai anugerah-Nya.

Kutukan Allah perlu kita perhatikan. Kutukan ini dahsyat. Kanaan akan menjadi yang terendah di antara saudara-saudaranya. Perhatikan kontras antara Ham dan Sem. Sem akan beranak cucu dan menghasilkan bangsa Semit, Israel. Ham akan memperanakkan bangsa Kanaan. Kedua bangsa ini akan bertarung akhirnya. Maka, kisah ini mencoba menceritakan asal-usul pertarungan dua bangsa. Keturunan Ham berlaku tidak bermoral dan tidak menuruti kehendak Allah. Keturunan Sem menaati perintah Alah. Keturunan Sem akan menang bukan karena kekuatan mereka, tetapi karena janji berkat Allah!

Renungkan: Kemenangan Anda terhadap dosa bukan dengan kekuatan Anda, tetapi karena kebergantungan pada janji Allah.

(0.22) (Kel 3:13) (sh: TUHAN, nama dan otoritas-Nya (Kamis, 31 Maret 2005))
TUHAN, nama dan otoritas-Nya


Setiap pemimpin paling tidak memiliki tiga kebutuhan. Pertama, kebutuhan otoritas untuk mempengaruhi orang yang dipimpinnya. Kedua, seorang pemimpin rohani harus memiliki visi yang berasal dari Tuhan. Ketiga, pemimpin perlu kekuatan untuk mengatasi berbagai rintangan. Ketiga isu ini muncul dalam dialog Musa dan Allah.

"Siapa nama-Mu?" Pertanyaan ini penting karena apa yang akan dilakukan Musa bukan perkara kecil. Musa diutus untuk merubah kondisi dan nasib bangsa Israel. Visi itu secara manusiawi sangat mustahil diwujudkan. Untuk meyakinkan Israel bahwa visi ini harus diperjuangkan, Musa memerlukan ketegasan bahwa otoritas Allahlah sumbernya. Menyelamatkan Israel dari perbudakan dan pemusnahan yang dicanangkan Firaun memerlukan kuasa yang mampu menghancurkan kuasa dewa-dewi yang diandalkan orang Mesir.

TUHAN memperkenalkan nama-Nya: "Aku adalah Aku" (ayat 14). Nama itu unik karena merupakan kata kerja "ada" yang dikaitkan dengan ungkapan lain yaitu Yahweh adalah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Kedua ungkapan tersebut merupakan penegasan bahwa segala sesuatu bergantung penuh kepada-Nya. Ia satu-satunya Allah sejati yang berdaulat dan berkuasa penuh mengendalikan perjalanan sejarah. Dialah Allah yang mengikat perjanjian dengan Abraham dan sekarang sedang menggenapinya melalui Musa. "Aku yang adalah Aku ini" tidak dapat dielakkan baik oleh Musa, umat Israel, juga Firaun.

Jadi, tidak ada alasan bagi Musa atau Israel untuk meragukan kedaulatan Allah. Nama itu sumber visi dan otoritas Musa memimpin Israel. Nama itu sumber kuasa Musa menghadapi Firaun dan kekuatan-kekuatan mistik yang diandalkannya. Nama itu juga sumber visi, otoritas, dan kekuatan kita dalam penginjilan, pelayanan masyarakat, pelayanan gereja, dan karya-karya kita lainnya.

Ingat: Dia yang mengutus kita lebih besar daripada ilah-ilah dunia ini.

(0.22) (Kel 9:13) (sh: Dihukum supaya bertobat (Minggu, 10 April 2005))
Dihukum supaya bertobat


Firaun tetap menolak untuk membiarkan bangsa Israel pergi. Ia "menutup mata" terhadap kebesaran-Nya yang menunjukkan bahwa Allah Israel adalah Sang Penguasa alam semesta dan bukan ilah-ilah Mesir yang disembahnya. Firaun terlalu angkuh untuk mengakui hal tersebut. Dia lebih mementingkan menjaga kepercayaan bangsa Mesir kepada dewa-dewinya daripada beralih menyembah Allah yang Hidup. Meski demikian, Allah membiarkan Firaun tetap hidup setelah keenam tulah dahsyat itu. Alasan Allah ialah agar nama-Nya masyhur di bumi (ayat 14-16).

Tulah hujan es ini tidak terjadi di Tanah Gosyen sebab Allah setia memelihara umat-Nya (ayat 26). Tulah ketujuh yang menimpa seluruh Tanah Mesir ini adalah sangat dahsyat dalam sejarah bangsa Mesir sebab tulah ini menghancurkan tanaman yang menjadi sumber pangan mereka (ayat 18-19,22-26). Penderitaan karena keenam tulah sebelumnya telah berdampak pada bangsa Mesir, yakni munculnya beberapa orang Mesir yang takut akan firman Tuhan dan mengindahkan peringatan-Nya untuk menyelamatkan ternak dan hambanya (ayat 19-21). Meski demikian, Firaun dan para pegawainya tetap bersikeras untuk tidak mengakui-Nya. Dia hanya ingin Allah mencabut penghukuman-Nya tanpa mau bertobat (ayat 27-30,33-35). Allah belum lagi mematikan Firaun. Gambaran yang dipakai Musa adalah walau rami dan jelai sudah musnah, sekoi dan gandum masih terlindungi karena saat itu belum musimnya (ayat 31-32).

Melalui tulah ketujuh ini, kita belajar bahwa penghu-kuman Allah dimaksudkan supaya manusia memiliki kesempatan untuk berbalik kepada Allah dan bertobat. Maka sebagai orang percaya kita harus selalu bersedia belajar dari setiap peristiwa hidup yang Allah izinkan terjadi menimpa kita supaya menghasilkan pertobatan. Maksud semua perbuatan Allah ialah agar kita semakin mengenal-Nya yaitu bahwa Dia setia memelihara hidup umat-Nya.

Renungkan: Pertobatan adalah pintu pengenalan akan Dia.

(0.22) (Kel 20:1) (sh: Hanya Dia Allahku! (Rabu, 14 September 2005))
Hanya Dia Allahku!

Seorang ibu menuntut hak asuh anak kandungnya dari sebuah keluarga yang mengadopsi anaknya. Ketika anak itu diminta memilih siapa orang tua yang ia inginkan, serta-merta anak itu memilih keluarga yang telah mengasuhnya. Ia berkata, "Mereka adalah orang tua sejatiku. Mereka telah mengasihiku, mengasuhku, dan memberikan semua kebutuhan hidupku."

Sepuluh perintah Allah dimulai dengan fakta tindakan Allah dalam sejarah bangsa Israel. Allah telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir (ayat 2). Dengan demikian, Ia adalah pemilik sejati umat-Nya. Tuntutan-Nya agar Israel hanya menyembah Dia (ayat 3) adalah tindakan yang selayaknya. Perintah pertama ini memang wewenang Allah dan kewajiban Israel untuk menaatinya. Israel seharusnya berkata, "Engkau adalah Allah kami. Engkaulah pemilik, penebus, dan pembebas hidup kami. Hanya Engkaulah Allah dan tidak ada Allah yang lain lagi."

Perintah agar jangan ada allah lain di hadapan Allah Israel bukan lahir dari teori keesaan Allah (monoteisme) melainkan dari kenyataan bahwa hanya Dialah satu-satunya Allah. Israel sudah menyaksikan fakta ini ketika mereka melihat satu per satu dewa dewi Mesir hancur tidak berdaya menghadapi Allah mereka. Oleh karena itu, Allah berhak menerima ketaatan dan kesetiaan total dari bangsa Israel.

Ada perbedaan prinsip antara penyembahan Allah Israel dengan monoteisme. Monoteisme bukan kebenaran teoritis yang harus dibuktikan dengan berbagai argumentasi logis. Kebenaran monoteis muncul dari penyataan Allah dalam firman-Nya dan pengalaman anak Tuhan bersama Dia. Bagi umat Allah yang sudah mengalami penebusan Yesus dan pembebasan-Nya dari belenggu dosa, tak ada yang lebih pantas daripada menyatakan dan mewujudkan loyalitas tunggal kepada-Nya, satu-satunya Allah dan penyelamat.

Camkan: Menduakan Allah adalah mengingkari karya-Nya dalam hidup kita!

(0.22) (Kel 20:8) (sh: Sabat untuk semua (Sabtu, 17 September 2005))
Sabat untuk semua

Perintah keempat ini berbeda dengan perintah lainnya karena berbentuk instruksi positif. Perintah ini berada pada perbatasan antara perintah bagaimana bersikap terhadap Allah dan perintah tentang sikap terhadap sesama.

Mengingat dan menguduskan hari Sabat dilakukan dengan cara menghentikan semua pekerjaan pada hari itu. Semua yang ada dalam rumah tangga Israel, termasuk orang asing dan segala ternak, harus menaati perintah ini. Dasar perintah ini adalah menghormati Tuhan yang berhenti dari karya penciptaan-Nya pada hari ketujuh (ayat 11). Tujuannya supaya umat Tuhan bisa mensyukuri karya Tuhan dalam dunia milik-Nya. Dengan mengizinkan para pelayan dan semua ternak yang telah bekerja keras mengolah lahan pertanian selama enam hari, umat Israel menghormati Allah pencipta mereka dan menunjukkan belas kasih kepada sesama mereka. Dalam kitab Ulangan, Musa menyebutkan alasan lain mengapa hari Sabat perlu dirayakan. Hari Sabat adalah hari peringatan karya kasih Allah dalam sejarah Israel, yakni Ia telah membebaskan Israel dari kerja paksa selama di Mesir. Sebagai ucapan syukur mereka beribadah kepada-Nya setiap hari Sabat dan mengizinkan para pelayan beristirahat supaya mereka juga dapat menyembah Allah (Ul. 5:15).

Ketaatan kepada perintah hari Sabat menunjukkan keutamaan Allah bagi umat. Dengan beristirahat dari segala pekerjaan, kita juga menghargai tubuh pemberian Allah. Dengan mengizinkan karyawan kita beristirahat, kita menghormatinya sebagai sesama kita. Tuhan Yesus menekankan bahwa Ia menciptakan hari Sabat untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat (Mrk. 2:7-8). Perintah memelihara hari Sabat berintikan penghormatan kepada Allah dan penghargaan terhadap hidup yang telah Ia karuniakan. Perintah ini bukan bertujuan membelenggu, tetapi membebaskan!

Renungkan: Sabat bukan membuat kita pasif tetapi proaktif, sebab dengan mengutamakan Tuhan saja kita dapat menghargai sesama dan hidup ini.

(0.22) (Kel 27:1) (sh: Mezbah Korban Bakaran. (Minggu, 17 Agustus 1997))
Mezbah Korban Bakaran.

Mezbah Korban Bakaran dipergunakan untuk mempersembahkan hewan sebagai korban pendamaian (Im. 4). Darah hewan yang dikorbankan itu harus dibubuhkan pada tanduk-tanduk mezbah dan akhirnya dicurahkan pada bagian bawah mezbah. Tanduk yang juga melambangkan kekuatan itu, dapat dipegang oleh orang yang memberikan persembahan sebagai tanda bahwa ia berlin-dung penuh pada kemurahan Allah. Itulah kebenaran yang dilam-bangkan dalam upacara pemberian korban bakaran. Manusia yang berdosa hanya patut diupah dengan maut, karena itu perlu korban agar dapat berdamai dengan Allah. Kata pendamaian dalam bahasa Iberaninya ialah _kippurim_ dari kata _khapar_ artinya "menutupi". Allah menutupi dosa-dosa kita setelah korban tebusan dibayarkan.

Dari dalam ke luar. Sejauh ini kita temui pola pembangunan Kemah Sembahyang yang bergerak dari dalam ke luar. Pertama dibuat Tabut Perjanjian, lalu kandil. Kemudian kita diajak memi-liki dulu pemandangan menyeluruh terkait, yaitu pembangunan seluruh bagian Kemah Sembahyang. Sesudah itu pembuatan mezbah, demikian seterusnya. Selain gerak dari dalam ke luar, kita temui juga bahwa rinci bahan-bahan yang dipakai berangsur menurun dari bahan-bahan yang mulia dan mahal, ke bahan-bahan yang lebih sederhana dan murah. Jelas lambang apa yang dimaksudkan itu. Yang harus terutama diperhatikan, yang menjadi pusat seluruh kehidupan umat Allah ialah kehadiran Allah sendiri. Pusat hidup itulah yang harus dibangun sepenuh pengabdian dan pengorbanan.

Hari ini kita mensyukuri Hari Kemerdekaan RI. Kemerdekaan itu adalah karunia Tuhan yang diberikan-Nya melalui proses sejarah yang tidak mudah. Untuk memampukan kita mengisi dan menata kehidupan kemerdekaan bangsa kita, kita harus mulai dari pusatnya yaitu pemerintahan Allah atas hidup dan bangsa kita.

(0.22) (Im 17:1) (sh: Cara yang kudus sebagai cerminan kekudusan Allah (Rabu, 18 September 2002))
Cara yang kudus sebagai cerminan kekudusan Allah

Permainan politik yang kotor ternyata bukan hanya monopoli politikus negara, karena sering kali juga menjadi bagian dari kehidupan gereja dan pelayanan Kristen. Memang kedengarannya ganjil, namun sudah dimaklumi selama ribuan tahun sejarah gereja.

Tuhan memanggil Israel untuk mencerminkan kekudusan Allah pada setiap aspekdan kebiasaan hidup mereka sehari-hari. Gaya hidup Israel bukanlah ditentukan oleh selera dan keinginan mereka masing-masing, melainkan ditetapkan, diatur dan disesuaikan dengan hukum Tuhan. Tuhan menetapkan waktu dan tempat yang spesifik bagi perngorbanan, serta mengatur tata cara penyembelihan hewan selama mereka dipadang gurun. Baik untuk keperluan kurban ataupun konsumsi ruma tangga, Israel hanya diperbolehkan menyembelih hewan di kemah suci. Tujuan dari semuanya ini adalah untuk menghindarkan Israel dari praktek –praktek penyembahan dan pengobarnan yang dilakukan bagi dewa-dewa asing dengan cara yang tersembunyi (ayat 7).

Melalui pemahaman diatas, kita dapat mempelajari bahwa untuk mencerminkan kehidupan yang kudus di hadapan Allah, maka motivasi yang baik saja belumlah mencukupi. Tidaklah cukup jikalau seseorang dengan motivasi yang baik mencurahkan darah korban di luar Kemah suci, karena hal ini bukannya membuktikan penghormatan kepada Tuhan melainkan sebaiknya suatu perzinahan rohani. Itu merupakan suatu pelanggaran yang menyedihkan, karena selain diperhitungkan sebagai hutang darah (ayat 4), juga memiliki konsekwensi yang berat yaitu hukuman mati (ayat 9).

Tuhan menuntut kita untuk mencerminkan kekudusanNya dalam kehidupan sehari, bukan hanya melalui motivasi yang kudus, melainkan juga melalui cara yang kudus. Di hadapan Tuhan, tidak ada motivasi yang kudus tanpa penerapan cara-cara yang kudus.

Renungkan: Untuk membangun jemaatNya yang kudus, Tuhan tidak membutuhkan intrik-intrik dan cara-cara cemar. Singkirkanlah berbagai strategi kotor, kehidupan yang tidak sepadan dengan Tuhan dan penggunaan uang haram dari gereja dan pelayanan Anda !

(0.22) (Ul 1:19) (sh: Antara ketakutan dan kemarahan (Rabu, 23 April 2003))
Antara ketakutan dan kemarahan

Ketika manusia menghadapi suatu keadaan yang tidak mengenakkan, yang menyerang dirinya, bisa timbul dua macam reaksi. Reaksi pertama adalah marah. Reaksi kedua adalah ketakutan. Ketakutan dan kemarahan menjadi emosi yang terus-menerus hadir bergantian dalam hidup manusia -- bahkan dalam hidup sebuah bangsa.

Musa mengingatkan bangsa Israel tentang perjalanan mereka dari Gunung Sinai (Horeb) sampai ke Kadesy. Mereka telah hadir di sana. Allah sebenarnya sudah memberikan tanah itu kepada mereka. Namun, Allah menginginkan agar mereka berjuang dengan kekuatan militer mereka, bersama dengan kemenangan yang akan Allah anugerahkan dengan pasti bagi mereka.

Musa sudah mengingatkan mereka agar jangan takut, jangan khawatir. Namun, kelihatannya bangsa Israel tetap tidak percaya. Mereka ingin mengutus agen-agen rahasia untuk memata-matai keadaan. Musa menyetujui rencana itu -- dan mungkin sekali karena itulah Tuhan menjadi marah kepadanya (ayat 37). Maksud Musa adalah baik, ia ingin agar laporan dari para mata-mata itu berkenaan dengan rute dan keadaan di tanah perjanjian memberikan semangat bagi bangsa Israel untuk pergi berjuang. Namun, mereka menjadi sangat takut karena ada orang-orang raksasa dan pertahanan yang mencengangkan. Musa waktu itu sudah mengingatkan mereka lagi akan sejarah pembebasan dari Mesir, bagaimana Tuhan telah menolong mereka dengan tangan-Nya yang kuat. Mereka tetap takut, dan menjadi marah kepada Tuhan. Allah pun marah. Ia tidak mengizinkan semua orang berusia dua puluh tahun ke atas, kecuali Kaleb (dan Yosua) untuk masuk ke dalam tanah perjanjian. Mereka harus kembali ke padang gurun untuk mati!

Renungkan: Tujukan kemarahan dan ketakutan Anda kepada objek yang benar. Takutlah kepada Allah, dan marahlah terhadap kejahatan!

(0.22) (Ul 4:1) (sh: Cinta itu eksklusif (Senin, 28 April 2003))
Cinta itu eksklusif

Hubungan antara Allah dan Israel dapat digambarkan sebagai hubungan antarkekasih. Allah begitu mengasihi Israel dan memberikan yang terbaik baginya. Allah menuntut pula kesetiaan dan cinta yang tak terbagi dari Israel. Setelah Musa mengingatkan bangsa Israel tentang sejarah mereka, mulai pasal ini ia menasihatkan mereka untuk menaati hukum-hukum Allah agar mereka hidup.

Allah mencintai bangsa Israel dengan pemeliharaan-Nya yang begitu indah. Ia juga memberikan hukum pengajaran-Nya yang unik, yang tidak dimiliki bangsa-bangsa lain (ayat 5-8). Dengan hukum-hukum ini, bangsa Israel akan menjadi bangsa yang besar (secara spiritual, bukan kuantitas). Ketika mereka menaati hukum-hukum tersebut, Allah akan menjadi dekat dan menolong mereka -- suatu keajaiban bagi bangsa-bangsa lain (ayat 7). Hukum-hukum itu sendiri sempurna dan unik (ayat 8), misalnya adanya peraturan- peraturan mengenai perlakuan yang baik terhadap orang asing dan tidak adanya hukuman mati bagi kejahatan ekonomi -- sesuatu yang berbeda dibandingkan peraturan bangsa-bangsa lain.

Hanya Allah yang patut dicintai dan disembah. Untuk itu, bangsa Israel harus mengingat semua hukum-Nya dan menyampaikannya kepada generasi-generasi berikutnya. Itulah sebabnya dua loh untuk sepuluh perintah Allah dibuat dari batu -- agar hukum- hukum itu permanen. Allah menginginkan agar bangsa Israel tidak menyembah apa pun yang berada di dalam alam ciptaan (ayat 15-20) meskipun mengatasnamakan Yahweh. Hanya Yahweh yang patut disembah. Musa mengingatkan bangsa Israel bahwa Ia adalah Allah yang cemburu (ayat 24). Ia berharap bangsa Israel yang akan masuk ke Tanah Perjanjian tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.

Renungkan: Tuhan mencintai Anda dengan begitu istimewa, memberikan semua yang terbaik bagi Anda. Masakan Anda masih menomorduakan Dia?

(0.22) (Ul 4:41) (sh: Menyiapkan hati (Rabu, 30 April 2003))
Menyiapkan hati

Ada dua hal yang perlu kita perhatikan dalam teks Alkitab yang kita baca hari ini. Pertama, kita perlu menyelidiki mengenai kota-kota perlindungan (ayat 41-43). Musa dikatakan harus menetapkan tiga kota perlindungan bagi para pembunuh. Hukum yang didirikan di sini muncul dalam 19:1-13 (ayat 42 adalah sebuah ringkasan untuk 19:3-5) dan Bil. 35:9-34. Menurut Bil. 35:14, enam kota harus dipilih, dan tiga di antaranya adalah di sebelah timur Sungai Yordan. Kita bertanya-tanya apakah tindakan Musa merupakan sesuatu yang signifikan di sini, mengingat bahwa Bil. 35:10 menyatakan bahwa keenam kota itu harus ditetapkan setelah bangsa Israel menyeberangi Sungai Yordan.

Mengapa Musa menetapkan ketiga kota tersebut? Kemungkinan sekali Musa bereaksi terhadap penolakan Tuhan meluluskan permohonannya untuk masuk ke tanah perjanjian (ayat 3:26-29). Sebenarnya mungkin sekali Musa sudah berencana untuk menetapkan keenam kota itu, setelah menyeberangi Sungai Yordan. Namun, setelah kemungkinan itu lenyap, ia berusaha untuk melakukan apa yang masih dapat ia lakukan. Kita melihat betapa gejolak emosi manusia begitu dalam dan kuat -- betapa sulitnya menerima kehendak Allah, melepaskan yang harus dilepaskan dan menerima keadaan.

Kedua, ayat 44-49. Sebenarnya bagian ini adalah bagian pendahuluan untuk masuk ke dalam pasal-pasal berikutnya yang berbicara mengenai hukum-hukum Tuhan. Setelah "tertunda" selama 4 pasal yang berbicara tentang sejarah masa lalu Israel, maka dalam ayat 44, kita bisa mendengarkan Musa berkata, "Akhirnya, inilah pengajarannya ...." Empat pasal pertama merupakan persiapan hati supaya Israel siap menerima hukum-hukum Allah. Pengalaman bersama Allah adalah faktor yang penting untuk menyiapkan hati kita.

Renungkan: Ketika Anda membaca firman Tuhan dan berusaha menaati kehendak- Nya, lihatlah itu dalam perspektif pengalaman Anda bersama Dia!

(0.22) (Ul 5:1) (sh: Hidupi hukum-hukum Allah (Kamis, 1 Mei 2003))
Hidupi hukum-hukum Allah

Umat Allah adalah milik Tuhan. Tentunya kemilikan Allah atas umat harus berbentuk, dan terujud di dalam hubungan intim antara kedua pihak. Untuk itu Tuhan memberikan hukum-hukum-Nya. Dengan menaati hukum-hukum itu umat mengalami kemilikan Allah atasnya di tengah konteks hidup bermasyarakat.

Sepuluh hukum yang kita renungkan kini adalah pengulangan. Pertama kali hukum-hukum ini diberikan di awal perjalanan mereka ke luar dari Mesir (Kel. 20). Empat puluh tahun mereka harus mengembara sia-sia sebab tidak menaati hukum-hukum tersebut. Kini sesudah generasi pembangkang itu punah dan generasi baru siap memasuki penggenapan janji Allah, Musa mengulang kembali hukum-hukum tersebut.

Sejarah kegagalan generasi pertama Israel tidak saja menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya, tetapi juga bagi kita gereja Tuhan masa kini. Kita adalah milik Tuhan, kita memiliki keunikan dan tidak dapat hidup sama dengan orang yang tidak kenal Tuhan. Tidak memiliki keunikan, tidak menaati hukum-hukum Tuhan, membuat rencana Allah gagal terujud di dalam kita.

Hukum-hukum Tuhan adalah ungkapan sifat Allah sendiri dan bertujuan agar umat Tuhan mengenal Tuhan dan dengan menaati, mengalami maksud-maksud Allah untuk umat-Nya. Dalam PL umat Tuhan mendengarkan firman ini dibacakan berulang-ulang sampai kini, dan maksudnya terpatri di dalam hati mereka. Manusia perlu prinsip dan kaidah yang mempengaruhi pemahaman tentang realitas, dorongan keinginan dalam hati dan pola penilaiannya. Karena manusia jatuh dalam dosa, kebudayaan dengan semua yang baik di dalamnya tidak dapat dijadikan norma untuk hal-hal penting ini.

Renungkan: Sepuluh hukum dari Tuhan ini harus kita jadikan norma utama dan terakhir bagi hal-hal tadi.

(0.22) (Ul 6:13) (sh: Untuk diingat dan dilakukan dalam keluarga (Minggu, 4 Mei 2003))
Untuk diingat dan dilakukan dalam keluarga

Orang tua Israel memiliki tanggung jawab yang besar dalam proses pendidikan agama bagi anak-anak mereka (ayat 20-21). Mereka harus mengajarkan kepada anak-anak bagaimana cara Tuhan menyatakan diri-Nya kepada Israel dan apakah yang diperintahkan- Nya bagi mereka.

Anak-anak Israel haruslah memahami bahwa melalui sejarah bangsa mereka, Tuhan menyatakan diri-Nya kepada Israel; [1] mereka memiliki pengalaman bersama Tuhan di saat Ia membebaskan Israel (ayat 21); [2] mereka menyaksikan penghakiman Tuhan di saat Ia mencelakakan Mesir (ayat 22); dan [3] mereka menerima janji serta rencana Tuhan dengan memiliki negeri (ayat 23). Anak-anak Israel haruslah memahami bahwa Tuhan juga menyatakan diri-Nya melalui firman-Nya. Ia memberikan ketetapan-ketetapan yang kepadanya Israel harus berpegang (ayat 24).

Anak-anak Israel haruslah memahami bahwa Tuhan menetapkan mereka untuk: [1] bersungguh-sungguh menjaga dan berpegang pada perintah-Nya karena melaluinya Tuhan akan memelihara mereka (ayat 17,23-24); [2] melakukan apa yang benar dan baik di mata Tuhan (ayat 18-19); serta [3] terus menceritakan kepada anak cucu mereka bagaimana Tuhan melepaskan mereka dari Mesir (ayat 20-22). Dengan demikian maka iman kepada Tuhan akan terus terpelihara dalam komunitas orang percaya.

Renungkan: Mengingat perbuatan Tuhan di masa lampau serta menjalani firman- Nya merupakan hal-hal mendasar bagi kita kini juga.

Bacaan Untuk Minggu Paskah 3

Kisah Para Rasul 3:12-19; 2Yohanes 3:1-7; Lukas 24:36b-48; Mazmur 4

Lagu: Kidung Jemaat 397



TIP #35: Beritahu teman untuk menjadi rekan pelayanan dengan gunakan Alkitab SABDA™ di situs Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA