Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 321 - 340 dari 605 ayat untuk termasuk [Pencarian Tepat] (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.17588375) (Ibr 5:1) (jerusalem) Dalam seluruh bagian ini tekanan terletak pada kemanusiaan Imam Besar waktu hidupNya sebagai manusia (harafiah: dalam daging, Ibr 5:7). Untuk dapat mewakili manusia perlulah Ia menjadi sama dengan mereka; untuk dapat merasa kasihan terhadap kemalangan manusia perlulah Ia sendiri ikut serta di dalamnya, bdk Ibr 2:17-18; 4:15. Adapun kemanusiaan "kedagingan" itu, Rom 7:5+, nampak pada Yesus selama seluruh hidupNya, dalam kelemahanNya, Ibr 5:2, dan teristimewa waktu mengalami ketakutan di hadapan kematian dan menjalani kematian itu sendiri.
(0.17411603448276) (Est 1:1) (jerusalem)

KITAB-KITAB TOBIT, YUDIT DAN ESTER

PENGANTAR

Dalam terjemahan Latin, Vulgata, tiga kitab, yakni Tobit (Latin:Tobit), Yudit dan Ester ditentukan sesudah kitab-kitab sejarah. Beberapa naskah penting yang memuat terjemahan Yunani (Septuaginta) mengikuti urutan yang sama. Tetapi naskah-naskah Yunani lain menempatkan kitab-kitab itu sesudah kitab-kitab Kebijaksanaan (Hikmat). Ketiga kitab tersebut merupakan sebuah kelompok kecil yang ada banyak ciri khas padanya.

1. TEKS ketiga kitab itu adalah kurang pasti dan kurang terjamin. Kitab Tobit aslinya ditulis dalam bahasa Semit (Ibrani atau Aram). Tetapi teks asli itu sudah hilang Hieronimus menterjemahkan sebuah teks yang memakai bahasa "Khaldea" (Aram) dan terjemahan ini tercantum dalam Vulgata. Tetapi teks yang dipakai Hieronimus untuk menterjemahkannya itu juga tidak kita miliki lagi. Tetapi dalam sebuah gua didekat Qumran ditemukan kembali beberapa kepingan dari empat naskah kitab Tobit yang memakai bahasa Aram dan dari satu naskah yang memakai bahasa Ibrani. Terjemahan Yunani, Siria dan Latin masing-masing mewakili satu dari empat resensi yang tersedia (resensi = teks kitab yang pada umumnya sama, tetapi dengan perbedaan lebih kurang besar). Dua dari keempat resensi adalah paling penting. Yang satu terdapat dalam naskah (kodeks) Vaticanus (B) serta naskah Alexandrianus (A) dan yang lain tersimpan dalam naskah (kodeks) Sinaiticus (S) serta dalam terjemahan Latin kuno. Resensi yang kedua inilah yang sesuai dengan teks yang terdapat dalam kepingan-kepingan dari naskah-naskah yang diketemukan di Qumran. Maka resensi inilah yang nampaknya paling tua usianya. Terjemahan kami uji (pada umumnya) menuruti resensi yang terdapat dalam naskah S.

Teks Ibrani asli dari kitab Yudit juga hilang. Memang dalam abad-abad pertengahan beredarlah beberapa teks dalam bahasa Ibrani. Tetapi boleh disangsikan apakah teks itu betul-betul teks Ibrani yang asli. Ada tiga teks Yudit dalam bahasa Yunani yang cukup berbeda satu sama lain. Selebihnya terjemahan Latin (Vulgata) juga menyajikan sebuah teks yang berbeda dengan semua teks Yunani. Rupa-rupanya Hieronimus hanya memperbaiki suatu terjemahan Latin kuno berdasarkan sebuah parafrase Yudit yang memakai bahasa Aram.

Kitab Ester ada dua bentuknya, yaitu bentuk pendek dalam bahasa Ibrani (termasuk Alkitab Ibrani) dan bentuk lebih panjang yang disajikan terjemahan Yunani itu sendiri ada dua resensi. Resensi yang satu umumnya dipakai dan terdapat dalam naskah-naskah Septuaginta. Tetapi beberapa naskah Yunani memuat suatu resensi lain yang agak menyimpang dan dikerjakan oleh Lusianus dari Antiokhia. Terjemahan Yunani menambah beberapa bagian pada kitan Ester Ibrani, yakni mimpi Mordekhai yang ditempatkan paling dahulu dan tafsiran mimpi itu yang terdapat sesudah Tob 10:3; dua maklumat raja Ahasyweros yang ditempatkan sesudah Tob 3:13 dan Tob 8:12; doa Mordekhai dan doa Ester yang ditaruh sesudah Tob 4:17; suatu ceritera lebih panjang mengenai Ester yang menghadap raja Ahasyweros ditempatkan sesudah Tob 5:1(2) dan mengganti teks Ibrani: suatu kata penutup mengenai dikerjakan terjemahan Yunani ditaruh pada akhir seluruh kitab. Hieronimus menterjemahkan tambahan-tambahan itu, tetapi semua ditempatkan pada akhir terjemahannya yang menurut naskah Ibrani (Vulg 10:4-16:26). Dalam terjemahan ini teladan Hieronimus dituruti, sehingga semua tambahan Yunani itu terdapat pada akhir terjemahan menurut naskah Ibrani.

2. Ketiga kitab itu baru di zaman belakangan masuk ke dalam DAFTAR KITAB SUCI. Kitab Yudit dan kitab Tobit tidak tercantum dalam Alkitab Ibrani dan tidak diterima sebagai Kitab Suci oleh gereja-gereja Reformasi. Maka kitab-kitab itu disebut "Deuterokanonik" atau, dalam peristilah gereja-gereja reformasi: Apokrip. Baru di zaman para Bapa Gereja kitab-kitab itu umum diterima sebagai kitab-kitab suci dan itupun dengan agak banyak keberatan dari pihak beberapa orang. Namun demikian sejak dahulu kala kitab-kitab itu dibaca dipakai. Karenanya dicantumkan juga dalam daftar resmi kitab-kitab suci, di sebelah barat sejak sinode di Roma (th 382 Mas.) dan di sebelah timur sejak konsili Konstantinopolis "in Trullo" (th 692). Bagian-bagian tambahan pada kitab Ester juga disebut "Deuterokanonik"(Apokrip) dan menempuh sejarah sama dengan sejarah kitab Tobit dan Yudit. Dalam abad pertama tarikh Mas. para rabi Yahudi berselisih pendapat apakah kitab Ester (Ibrani) termasuk Kitab Suci atau tidak. Tetapi kemudian dari itu kitab itu sangat dihargai oleh orang-orang Yahudi.

3. GAYA SASTERA ketiga kitab itu pada umumnya sama juga. Baik sejarah maupun ilmu bumi diperlakukan dengan bebas sekali. Menurut kitab Tobit, maka Tobit ayah Tobia, di masa mudanya masih mengalami terpecahnya kerajaan Israel setelah Salomo mangkat (th 931, Tob 1:4); ia diangkat ke pembuangan bersama suku Naftali (th 734, Tob 1:5, 10) dan anaknya. Tobia, baru meninggal setelah kota Ninive hancur (th 612, Tob 14:15); seluruhnya 300 tahun lebih. Kitab Tobit menyebut Sanherib sebagai pengganti langsung raja Salmaneser, Tob 1:15, dengan tidak berkata apa-apa tentang raja Sargon yang mengganti Salmaneser. Jarak antara kota Ragai yang terletak dipegunungan dan kota Ekbatana yang letaknya di tengah dataran, menurut Tob 5:6 adalah dua hari perjalanan jauhnya, padahal kedua kota itu terpisah dengan jarak 300 km dan selebihnya kota Ekbatana, yang terletak di ketinggian 2000 m lebih tinggi dari Ragai. Unsur-unsur historis Kitab Ester memang lebih tepat. Keterangan-keterangan mengenai kota susan cukup kena. Demikianpun halnya dengan apa yang diceriterakan mengenai beberapa adat Persia. Raja Ahasyweros dengan nama Yunaninya Kserkses cukup dikenal.

Wataknya seperti digambarkan kitab Ester cocok dengan apa yang dikatakan Herodotor tentang raja itu. Akan tetapi penetapan yang bermaksud membinasakan orang-orang Yahudi dan ditandatangani raja Ahasyweros kurang sesuai dengan politik toleran wangsa Akhemedes. Dan apa yang sama sekali tidak masuk akan ialah: Raja mengizinkan bawahan-bawahannya sendiri dimusnahkan; dan 75.000 orang Persia membiarkan dirinya dibunuh tanpa perlawanan. Di waktu peristiwa yang diceriterakan Ester terjadi permaisuri raja Persia sesungguhnya bernama Amestris dan ilmu sejarah tidak tahu-menahu tentang seorang permaisuri yang bernama Wasti atau Ester. Seandainya Mordekhai benar-benar diangkat ke pembuangan di zaman raja Nebukadnezar, Est 2:6, maka di masa pemerintahan Ahasyweros ia berumur lebih kurang 150 tahun.

Khususnya kitab Yudit ternyata tidak menghiraukan sejarah atau ilmu bumi. Peristiwa yang diceriterakan terjadi di zaman pemerintahan "Nebukadnezar" yang merajai orang-orang Asyur di Ninive, Ydt 1:1, padahal Nebukadnezar sesungguhnya raja Babel waktu Ninive sudah dimusnahkan oleh ayah Nebukadnezar, yaitu Nabopolasar, Selebihnya kembalinya Israel dari pembuangan di zaman pemerintahan Koresy, raja Persia, dikisahkan sebagai suatu kejadian di masa yang lampau, Ydt 4:3; 5:19. Nama Holofernes dan Bagoas memang nama-nama Persia, tetapi ada juga beberapa ayat dalam kitab Yudit yang dengan jelas menyinggung adat-istiadat Yunani, Ydt 3:7-8; 15:13. Jalan yang ditempuh tentara Holofernes, Ydt 2:21-28, menjadi suatu teka-teki bagi para ahli ilmu bumi. Setelah Holofernes tiba di daerah Samaria, diharapkan ceritera menjadi lebih tepat. Dan memanglah nama-nama tempat menjadi banyak. Akan tetapi kebanyakan nama tidak dikenal dan bunyinya agak aneh sedikit. Bahkan letaknya kota Betulia yang menjadi pusat ceritera tidak dapat ditentukan tempatnya di peta negeri Palestina, walaupun keterangan-keterangan yang diberi Yudit tentang tempat letaknya kota itu nampak sangat terperinci.

Sikap yang tidak ambil pusing mengenai sejarah dan ilmu bumi itu hanya dapat dipahami kalau para pengarang Kitab Tobit, Ester dan Yudit memang tidak bermaksud menulis buku sejarah, tetapi sesuatu yang lain. Mungkin titik-tolak ceritera-ceritera mereka adalah peristiwa-peristiwa yang sungguh pernah terjadi. Tetapi mustahillah menentukan peristiwa-peristiwa manakah yang menjadi landasan ceritera-ceritera itu. Ceritera-ceritera sendiri memang diciptakan oleh pengarang-pengarang dengan maksud menyampaikan suatu pengajaran kepada para pembaca. Maka pentinglah menentukan maksud masing-masing kitab dan menyimpulkan ajarannya.

Adapun KITAB TOBIT adalah sebuah kisah keluarga. Tobit yang bertempat tinggal di kota Ninive adalah seorang suku Naftali yang masuk pembuangan. Ia seorang saleh yang taat hukum Taurat dan suka beramal, tetapi telah menjadi buta. Di kota Ekbatana ada seseorang sanak-saudara Tobit yang bernama Raguel dan mempunyai seorang anak perempuan. Sara namanya. Sara mengalami bahwa tujuh suaminya berturut-turut mati terbunuh oleh setan Asmodeus pada malam hari mereka menikah dengan Sara. Baik Tobit maupun Sara memanjatkan doa kepada Allah, supaya Ia sudi mencabut nyawa mereka. Tetapi Allah membuat kemalangan mereka menjadi sukacita besar. Allah mengutus malaikat Rafael yang mengantar Tobia , anak Tobit, kepada Raguel. Tobia diberiNya Sara sebagai isteri dan obat yang dapat menyembuhkan mata Tobit, ayahnya. Kisah yang mengharukan itu mau membina. Perhatian khusus diberikan kepada kewajiban mengubur mayat dan memberi sedekah; dengan cara menarik peranan keluarga yang baik terungkap dan keluhuran perkawinan ditonjolkan perkawinan sebagai yang diidam-idamkan kitab Tobit sesungguhnya perkawinan Kristen sebelum agama Kristen di bumi. Malaikat Rafael sebagai alat Allah baik menyingkapkan maupun menyembunyikan karya Allah. Kitab Tobit mengajak para pembaca, supaya melihat penyelenggaraan ilahi yang berkarya dalam hidup sehari-hari dan betapa dekatnya Allah yang penuh belas kasihan. Kitab Tobit berlatar belakang beberapa kisah dan ceritera yang terdapat dalam Kitab Suci. Ceritera-ceritera mengenai para bapa bangsa yang terdapat dalam Kejadian cukup besar pengaruhnya. Ditinjau dari segi seni sastra menduduki tempat antara kitab Ayub dan Ester, antara Zakharia dan Daniel. Kecuali itu ada persamaan antara Tobit dan suatu karangan yang di zaman dahulu sangat laris dan yang berjudul: Hikmat Akhikar, bdk Tob 1:22; 2:10; 11:18; 14:10. Karangan itu sekurang-kurangnya dalam abad ke lima seb. Mas. sudah dikenal. Kitab Tobit sendiri agaknya ditulis di sekitar th 200 seb. Mas. dan barangkali di Palestina dengan memakai bahasa Aram.

KITAB YUDIT menceritakan bagaimana umat terpilih mengalahkan seorang musuh berkat tindakan seorang perempuan. Bangsa yahudi yang kerdil berhadapan dengan tentara raksasa yang dikepalai Holofernes. Panglima raja Nebukadnezar itu telah diberi tugas menaklukan seluruh bumi kepada raja Nubukadnezar dan memusnahkan setiap ibadah kecuali ibadah kepada raja. Orang-orang Yahudi terkepung di kota Betulia. Mereka menderita kekurangan air dan hampir mau menyerah saja. Pada saat yang gawat itu muncullah Yudit. Ia seorang janda yang cantik, bijak, saleh dan teguh hati. Berturut-turut Yudit dapat mengalahkan ketawanan hati saudara- saudara sebangsa dan bala tentara Asyur. Para pemimpin kota Betulia ditegurnya karena kurang percaya kepada Allah. Lalu ia berdoa, bersoleh, meninggalkan kota Betulia dan membiarkan dirinya dibawa menghadap panglima musuh, Holofernes. Dengan cerdiknya Yudit berhasil membujuk dan menipu panglima itu. Ketika seorang diri dengan pejuang yang berpengalaman tetapi kini mabuk itu Yudit memenggal kepada Holofernes. Tentara Asyur mendapat tahu tentang kejadian itu, lalu terkejut dan gugup melarikan diri. Orang-orang Yahudi habis-habis merampasi perkemahan tentara musuh. Mereka memuji-muji Yudit dan pergi ke Yerusalem untuk mengadakan ibadah syukur atas kemenangan yang gemilang itu.

Agaknya pengarang Yudit dengan sengaja mengacaukan peristiwa-peristiwa sejarah, agar supaya pembaca kisahnya jangan terpikat pada konteks historis, tetapi memusatkan perhatiannya kepada drama keagamaan yang dipentaskah dan pada akhir drama itu. Susunan kisah sangat halus dan lancar. Contoh-contoh seni sastera yang serupa ditemukan dalam sastera Apokaliptik. Holofernes, hamba Nebukadnezar, melambangkan kejahatan: Yudit, yang namanya berarti "Wanita Yahudi", mengibaratkan pihak Allah yang disamakan dengan pihak umat-Nya. Umat Allah dimusnahkan, tetapi Allah mengurniakan kemenangan dengan perantaraan seorang perempuan yang lemah. Maka umat kudus kembali ke Yerusalem. Ada kesamaan antara kitab Yudit dan Daniel, Yeheskiel dan Yoel. Peristiwa terjadi di dataran Yizree, dekat megindo atau Harmagedon, tempat menurut kitab Wahyu akan berlangsung pertempuran eskatologis, Why 16:16. Kemenangan yang diperoleh Yudit merupakan balasan atas doanya serta ketelitiannya dlam melakukan hukum-hukum tentang ketahiran seperti yang ditentukan hukum Taurat. Namun demikian kisah Yudit mempunyai ciri universil. Sebab keselamatan Yerusalem terjamin oleh apa yang terjadi di Betulia yang terletak di daerah orang-orang Samaria yang dimusuhi oleh kalangan para saleh dalam agama Yahudi yang picik. Makna keagamaan bentrokan yang dikisahkan Yudit dengan tepat diungkapkan oleh Ahior, orang Amon, Ydt 5:5-21, yang akhirnya bertobat kepada Allah sejati, Ydt 14:5-10. Kitab Yudit dikarang di Palestina, kira-kira di pertengahan abad ke-2 seb. Mas. waktu semangat kebangsaan dan keagamaan hangat-hangat sebagai hasil pemberontakan para Makabe.

Sama seperti kitab Yudit, demikian KITAB ESTER menceriterakan bagaimana umat terpilih dibebaskan dari musuhnya dengan perantaraan seorang perempuan. Orang- orang Yahudi yang tinggal di negeri Persia terancam kebinasaan karena dibenci oleh perdana menteri. Haman, yang sangat berkuasa. Mereka diselamatkan oleh tindakan Ester, seorang pemudi sebangsa yang telah menjadi permaisuri di istana raja dan yang dibimbing oleh pamannya, Mordekhai. Tindakan Ester berhasil baik, lalu keadaan terbalik: Haman disulakan. Moedekhai menjadi perdana menteri dan orang-orang Yahudi menumpas musuh-musuh mereka. Sebagai kenangan akan kemenangan itu ditetapkan hari raya Purim yang setiap tahun wajib dirayakan orang-orang Yahudi.

Kisah kitab Ester menggambarkan kebenciannya yang dialami orang-orang Yahudi di zaman dahulu oleh karena ciri khas cara hidup mereka yang bertentangan dengan hukum raja (bandingkan penganiayaan yang dialami bangsa Yahudi di zaman Antiokhus IV Epifanes). Rasa kebangsaan yang tebal dibangkitkan pada bangsa yahudi justru sebagai suatu cara untuk membela diri. Rasa kebangsaan tebal yang tampil dalam kitab Ester belum tahu akan sikap hati yang dibawa oleh wahyu Kristus, Kecuali itu, gaya sastera kitab itu perlu diperhatikan juga. Persekongkolan dan tipu muslihat dalam mahligai raja serta pembunuhan masal yang diceriterakan Ester hanya bermaksud secara dramatis mengungkapkan suatu ajaran yang tidak lain kecuali ajaran keagamaan. Tindakan Mordekhai dan Ester yang membawa keselamatan itu mengingatkan kepada kisah mengenai Daniel dan lebih- lebih lagi kepada kisah tentang Yusuf, yang dianiaya lalu dimuliakan demi keselamatan bangsanya. Dalam kisah mengenai Yusuf sebagaimana tercantum dalam Kejadian itu Allah tidak memperlihatkan kekuasaanNya. Namun Dialah yang memimpin jalannya peristiwa. Dan demikianpun halnya dalam kitab Ester yang berbahasa Ibrani. Kitab itu bahkan tidak sampai menyebut nama Allah. namun penyelenggaraan ilahi membimbing babak demi babak drama umat Israel. Para pelaku drama itu insaf akan bimbingan itu. Mereka dengan sebulat hati percaya pada Allah yang melaksanakan rencana penyelamatanNya, kalaupun manusia yang menjadi pelaksana rencana itu kerap kali mengecewakan. Sehubungan dengan itu perlu dibaca Est 4:13-17, yang menjadi kunci seluruh kitab. Bagian-bagian tambahan yang ditulis dalam bahasa Yunani mempunyai ciri keagamaan yang lebih nyata. Tetapi tambahan- tambahan ini hanya dengan jelas mengungkapkan apa yang disarankan oleh pengarang Ibrani. Terjemahan Yunani kitab Ester sudah ada dalam thun 144 (atau 78) seb. Mas. Terjemahan itu dikirim kepada orang-orang Yahudi di negeri Mesir dengan maksud memperkenalkan hari raya Purim (Ester tambahan Yunani pada akhir kitab). Kitab Ester Ibrani dikarang lebih dahulu. Menurut 2Mak 15:36 orang-orang Yahudi di Palestina sudah merayakan "Hari(raya) Mordekhai" dalam tahun 160 seb. Mas. Ini membuktikan bahwa kisah Ester dan barangkali kitabnya sudah dikenal pada waktu itu. Maka kitab Ester mungkin dikarang di pertengahan abad ke-2 seb. Mas. bagaimana hubungan sebenarnya antara kitab Ester dan Hari raya Purim tidak jelas. Sebab Est 9:20-32 barangkali suatu tambahan, oleh karena gaya bahasa bagian ini berbeda dengan gaya bahasa seluruh kitab. Asal asul hari raya Purim juga tidak jelas. Mungkin kitab Ester baru di kemudian hari dihubungkan dengan hari raya itu (2Mak 15:36 tidak menyebut hari raya Purim, tetapi Hari Mordekhai) dengan maksud memberi dasar historis kepada perayaan itu.

KITAB-KITAB MAKABE

PENGANTAR

Kedua kitab Makabe tidak termasuk ke dalam daftar kitab-kitab suci Ibrani. tetapi oleh Gereja katolik diterima sebagai Kitab Suci (Deuterokanonik), sedangkan gereja-gereja Reformasi tidak menerimanya. isi kedua kitab Makabe ialah: Perjuangan bangsa Yahudi melawan pemerintah wangsa Seleukos di Siria guna merbut kemerdekaan di bidang agama dan politik. Jahudi kedua kitab itu (Makabe) berasal dari gelar "Makabe" yang diberikan kepada pahlawan utama dalam sejarah perjuangan tsb, yaitu Yudas, 1Mak 2:4, lalu kepada saudara-saudaranya.

Pendahuluan KITAB MAKABE YANG PERTAMA, 1-2, memperkenalkan lawan-lawan yang berhadapan maka dalam sejarah yang mau diceritakan, yaitu, di satu pihak kebudayaan Yunani yang bersemarak dan jaya, yang didukung oleh sekelompok orang Yahudi; di lain pihak perlawanan dari pihak kesadaran kebangsaan Yahudi yang taat kepada hukum Taurat dan menjunjung tinggi Bait Allah. Dengan perkataan lain: yang berhadapan maka ialah: di satu pihak Antiokhus, Epifanes, raja Siria, yang mencerminkan Bait Allah dan dengan mengamuk menganiaya agama Yahudi: di lain pihak Matatias yang mengumumkan perang suci.

Bagian inti IMakabe terdiri atas tiga bagian. Masing-masing bagian mengisahkan usaha seorang dari ketiga anak laki-laki Matatias yang berturut-turut memimpin perjuangan bangsa Yahudi. Yudas Makabe (yhn 166-160 seb. Mas), Mak 3:1-9:22, berkali-kali berhasil mengalahkan panglima-panglima yang diutus raja Antiokhus. Yudas dapat mentahirkan Bait Allah dan memperoleh bagi bangsanya kebebasan untuk hidup sesuai dengan adat-istiadat nenek moyang. Di mana pemerintahan raja Demetrius I kegiatan Yudas terlambat oleh persekongkolan Imam Besar, Alkimus. Tetapi Yudas tetap jaya dalam perang. Panglima Nikanor yang bermaksud menghancurkan Bait Allah dapat dikalahkan dan ditewaskan oleh Yudas. Dengan maksud memperkuat kedudukannya terhadap Siria. Yudas berusaha bersekutu dengan orang-orang Roma. Akhirnya Yudas sendiri gugur di medan perang ia diganti adiknya. Yonatan (thn 160-142 seb. Mas.). Mak 9:23-12:53. Sekarang catur politik diutamakan dari perang. Dengan cerdik Yonatan memanfaatkan perebutan takhta yang pada waktu itu timbul di negara Siria. Oleh raja saingan, yaitu Aleksander Balas, Yonatan diangkat menjadi Imam Besar. Pengantar itu kemudian disahkan oleh raja Demetrius II, lalu diteguhkan juga oleh raja Antiokhus VI. Yonatan berusaha perjanjian persahabatan dengan bangsa Sparta dan Roma. wilayah kekuasaannya semakin meluas. Waktu perdamaian di dalam negeri nampaknya terjamin, Yonatan secara kotor dibunuh oleh Trifon yang juga membunuh Antiokhus VI yang masih muda. Kakak Yonatan, yaitu Simon (thn 142-134 seb. Mas.), mak 13:1-16:24 berpihak kepada raja Demetrius II yang baru saja berhasil merebut kekuasaan sebagai raja Siria. Maka oleh Demetrius II dankemudian oleh Antiokhus VII diakui sebagai Imam Besar, panglima dan penguasa orang-orang Yahudi. Dengan demikian otonomi politik sudah terwujud. Gelar-gelar tsb. semua disahkan oleh sebuah penetapan rakyat Yahudi. Perjanjian persahabatan dengan orang-orang Roma dibaharui lagi. Sudah tibalah masa perdamaian dan kesejahteraan. Tetapi raja Antiokhus VII berubah haluan dan mulai memerangi orang-orang Yahudi. Simon beserta dua anaknya dibunuh oleh menantunya sendiri yang menyangka tindakannya itu berkenan di hati raja.

Kisah kitab I Makabe meliputi 40 tahun lamanya, mulai dengan awal pemerintahan raja Antiokhus Epifanes, thn 175 seb. Mas., sampai dengan kematian Simon serta permulaan masa pemerintahan Yohanes Hirkanus, thn 134 seb. Mas. Kitab I Makabe ditulis dalam bahasa Ibrani, tetapi sampai kepada kita dalam terjemahan Yunaninya. Penulis adalah seorang Yahudi tinggal di Palestina. Ia mengarang karyanya sesudah thn 134 seb. Mas., tetapi sebelum Yerusalem direbut oleh Pompeius, panglima Roma, dalam thn 64 seb. Mas. bagaimana penutup kitab, 1Mak 16:23-24, menyarankan, bahwa 1 Makabe selesai dikarang pada akhir masa pemerintahan Yohanes hirkanus, bahkan mungkin sekali segera setelah Yohanes Hirkus meninggal, di sekitar thn 100 seb. Mas. Sebagai dokumen sejarah kitab 1 Makabe sangat berharga untuk mengenal zaman itu. Hanya perlu diperhatikan jenis sasteranya yang meniru gaya sastera tawarikh Israel dahulu. Pun pula maksud pengarang perlu diperhatikan.

Sebab, walaupun penulis 1 Makabe dengan panjang lebar menceritakan peperangan dan catur politik, maupun tujuan utamanya ialah mengisahkan sejarah keagamaan. Kemalangan yang menimpa bangsanya diartikan oleh penulis sebagai hukuman atas dosa; kemenangan-kemenangan para pejuang Yahudi selalu dihubungkan dengan Allah yang kemenangan-kemenangan mereka.

Kitab 1 Makabe dikarang oleh seorang Yahudi yang sungguh-sungguh dijiwai Imannya dan yakin, bahwa justru Iman itulah yang menjadi taruhan dalam bentrok antara pengaruh peradaban kafir dan adat-istiadat nenek moyang Yahudi. Penulis sangat memusuhi kebudayaan Yunani dan mengagumi pahlwan-pahlawan yang berjuang demi untuk hukum Taurat dan Bait Allah, lalu berhasil memperoleh kebebasan agama bagi bangsa mereka dan juga kemerdekaan politiknya. Pengarang 1 Makabe mencatat peristiwa-peristiwa perang yang menyelamatkan agama dan bangsa Yahudi sebagai penerus Wahyu Ilahi.

KITAB MAKABE YANG KEDUA bukanlah lanjutan 1 Makabe. Isi 2 Makabe memang sebagiannya sejalan dengan isi 1 Makabe. Tetapi ia mulai sejarahnya lebih dahulu dengan mengisahkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada akhir pemerintahan raja. Seleukus IV, pendahulu Antiokhus Epifanes. Dan hanya melanjutkan kisahnya sampai kekalahan panglima Nikanor sebelum Yudas Makabe tewas di medan perang. Dengan demikian kisah 2Makabe hanya meliputi lima belas tahun dari kisah yang disajikan 1 Makabe, yaitu tahun-tahun yang diuraikan dalam 1 Makabe 1-7.

Jenis sastera 2 Makabe sangat berbeda dengan jenis sastera 1 Makabe, 2 Makabe langsung ditulis dalam bahasa Yunani dan memperkenalkan diri sebagai ringkasan sebuah karya besar yang dikarang oleh seseorang yang bernama Yason dari Kirene, 2Makabe 2:19-32. Di muka kisahnya pengarang 2 Makabe menempatkan dua pucuk surat yang dikirim orang-orang Yahudi di Yerusalem kepada orang-orang Yahudi di perantauan, 2Makabe 1:1-2:18. Gaya bahasa 2 Makabe meniru-niru sastrawan Yunani di zaman itu, tetapi peniruannya kurang berhasil. Bahasa 2 Makabe kadang- kadang berlebih-lebihan. Gaya bahasa semacam itu lebih sesuai dengan ahli pidato dari pada dengan seorang penulis sejarah. Namun demikian ternyata, bahwa penulis 2 Makabe melebihi pengarang 1 Makabe dalam hal pengetahuan tentang lembaga- lembaga yunani dan tokoh-tokoh yang berperan di zaman yang diceritakannya.

Tujuan pengarang 2 Makabe ialah menyenangkan dan membina, 2Mak 2:25; 15:39, melalui ceritera-ceritera mengenai perang kemerdekaan yang dipimpin oleh Yudas Makabe, didukung oleh penampakan-penampakan sorgawi dan dimenangkan berkat Allah yang turun tangan dalam jalannya peristiwa-peristiwa, 2Mak 2:19-22. Bahkan penganiayaan diartikan oleh penulis sebagai bukti belas-kasihan Tuhan yang memperbaiki umat Israel sebelum dosanya memuncak tak tersembuhkan, 2Mak 6;12- 17. Pengarang 2 Makabe menulis kitabnya bagi orang-orang yahudi di Aleksandria. Maksudnya membangkitkan semangat persatuan mereka dengan saudara-saudara di Palestina. Ia ingin menarik perhatian mereka kepada hal-ihwal Bait Allah yang merupakan pusat hidup keagamaan menurut hukum Taurat, tetapi menjadi rasa benci bangsa-bangsa lain.

Maksud-tujuan penulis 2 Makabe itu nampak dalam susunan kitabnya. Setelah disajikan kisah mengenai Heliodorus,2Mak 3:1-40, dengan maksud menekankan kesucian Bait Allah yang tidak terganggu-gugat, maka bagian pertama kitab, 2 Mak 4:1-10:8, Berakhir dengan kematian ngeri pengejaran yang mencerminkan Bait Allah, yaitu raja Antiokhus Epifanes, dan ditetapkannya hari raya Pentahiran Bait Allah. bagian kedua, 2Mak 10:9-15:36juga berakhir dengan kematian seorang musuh Bait Allah yang lain, yakni Nikanor yang mengancam Bait Allah, dan ditetapkannya hari peringatan yang lain. Sesuai dengan maksud-tujuan itupun kedua puncuk surat yang ditempatkan pada bagian permulaan kitab 2Mak 1:1- 2:18. Kedua surat itu merupajan suatu undangan yang dialamatkan kepada orang- orang Yahudi di Mesir, supaya mereka turut merayakan hari raya Pentahiran Bait Allah (atau: Pentahbisan Bait Allah).

Oleh karena peristiwa terakhir yang dilaporkan ialah kematian Nikanor, maka karya Yason dari Kirene yang diikhtisarkan 2 Makabe, agaknya dikarang tidak lama sesudah thn 160 seb. Mas. Andaikan peringkas sendiri - hal ini memang diperdebatkan para ahli - menempatkan kedua surat pembukaan di muka ringkasan karya Yason sebagai surat pengantar, maka tahun penyusunan ikhtisar itu (ialah 2 Makabe) dapat ditanggalkan pada thn 124 seb. Mas,. sesuai dengan petunjuk yang terdapat dalam 2Mak 1:10a.

Nilai historis 2 Makabe jangan terlalu diremehkan. Sudah barang tentu pembuat ikhtisar (atau seorang redaktur) tidak segan menampung juga cerita-cerita apokrip, seperti yang terdapat dalam 2Mak 1:10b-2:18, dan tidak segan pula penyalin cerita-cerita ajaib seperti cerita tentang Heliodorus, 3, dan cerita- cerita hebat-hebat seperti kisah mengenai kemartiran Eleazar, 2Mak 6:18-31, dan ketujuh orang bersaudara serta ibu mereka, 9, yang semua dipetik dari karya Yason. Cerita-cerita itu memang mendukung (dan dimaksudkan demikian juga) pikiran-pikiran keagamaan yang mau dipaparkan penulis 2 Makabe. Namun demikian, menurut garis-garis besarnya, kisah 2 Makabe sesuai dengan 1 Makabe. Kesesuaian itu menjamin nilai historis kejadian-kejadian yang diceritakan oleh kedua sumber yang tidak bergantung satu sama lain itu. Ada satu peristiwa penting dimana 2 Makabe tidak sesuai dengan 1 Makabe, 1Mak 6:1-13 menempatkan pentahiran Bait Allah sebelum kematian Antiokhus Epifanes, sedangkan 2Mak 9:1-29 menempatkan peristiwa itu sesudah kematian raja itu. Tetapi dalam hal ini 2 Makabe ternyata benar dan 1 Makabe keliru. Baru-baru ini ditemukan sebuah papan yang ditulisi khronologi kerajaan "Babel" dan papan itu membenarkan 2 Makabe. Menurut papan itu Antiokhus Epifanes meninggal dalam bulan Oktober-Nopember thn 164 seb. Mas., jadi sebelum pentahiran Bait Allah yang diadakan dalam bulan Desember. Mengenai peristiwa-peristiwa yang hanya dikisahkan dalam 2 Makabe, tidak perlu diragukan keterangan-keterangan yang tercantum dalam bab 4 tentang tahun-tahun yang mendahului perampasan Bait Allah oleh Antiokhus Epifanes. Lebih-lebih peringkas (2 Makabe) dari pada Yason dari Kirene yang bertanggung jawab atas dicampur- adukkannya beberapa hal, yaitu: Penulis memiliki sepucuk surat dari Antiokhus V, 2Mak 11:22-26, lalu dalam 2Mak 11:1-12:9 dideretkannya beberapa surat lain dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada akhir zaman pemerintahan Antiokhus Epifanes, yang seharusnya ditempatkan dalam bab 8-9.

Sehubungan dengan ajarannya, 2 Makabe penting oleh karena membenarkan kepercayaan bahwa orang-orang mati akan dibangkitkan, 2Mak 7:9; 14:46; bahwa orang mendapat balasan di alam baka, 2Mak 6:26, dan bahwa arwah orang yang meninggal dapat didoakan, 2Mak 12:41-46. Iapun membicarakan jasa para martir, 2Mak 6:18-7:41, dan pengantaraan orang kudus, 2Mak 15:12-16. Semua hal itu tidak diuraikan dengan jelas dalam kitab-kitab Perjanjian Lama yang lain. Dan justru itulah yang membenarkan Gereja Katolik dalam memasukkan 2 Makabe ke dalam daftar kitab-kitab Suci.

Sistem urutan dalam waktu (khronologi) yang dituruti masing-masing kitab Makabe dapat kita kenal dengan lebih baik berkat papan tsb. yang baru-baru ini ditemukan. Papan (kepingan-kepingan) itu ditulis dengan huruf-huruf yang berupa paku. Ia memuat sebagai dari daftar raja-raja wangsa Seleukus. Atas dasar itu dapat ditetapkan tahun mangkatnya Antiokhus Epifanes. Menjadi jelas pula, bahwa 1 Makabe menuruti tarikh Makedonia (Yunani) yang mulai dengan bulan Oktober thn 312 seb. Mas. Sebaliknya 2 Makabe menuruti tarikh Yahudi yang sangat berdekatan dengan tarikh Babel. Tarikh ini mulai dengan bulan Nisan (3 April) thn 311 seb. Mas. Tetapi ada dua kekecualian: dalam 1 Makabe peristiwa-peristiwa yang menyangkut Bait Allah dan sejarah bangsa Yahudi ditanggalkan menurut tarikh Babel-Yahudi (1Mak 1:54; 2:70; 4:52; 9:3, 54; 10:21; 13:41, 51; 14:27; 16:14); sebaliknya, surat-surat yangdikutip 2Mak 11 ditanggalkan menurut tarikh Makedonia dan hal ini memang masuk akan juga.

Adapun TEKS kedua kitab Makabe tersimpan dalam tiga buah naskah yang bertuliskan huruf-huruf besar (unciales), yaitu kodeks Sinaiticus, kodeks Alexandrinus dan kodeks Venetus. Ada pula l.k. tiga puluh naskah yang bertuliskan huruf-huruf kecil/miring (minusculae). hanya sayanglah, dalam kodeks Sinaiticus (yang paling baik) bagian yang memuat 2 Makabe sudah hilang lenyap. Naskah-naskah minusculae yang memuat teks-saduran Lukianus (thn 300 Mas) kadang-kadang menyajikan sebuah teks yang lebih tua dari pada yang terdapat dalam naskah-naskah besar tsb. Teks itu sama dengan yang terdapat dalam Antiquitates Judaicae, ialah sebuah karya sejarahnya Yahudi, Flanius Yosefus. Flavius Yosefus biasanya mengikuti sejarah sebagaimana disajikan 1 Makabe dan sama sekali tidak memperhatikan cerita-cerita yang tercantum dalam 2 Makabe. Adapun terjemahan Latin kuno (Vetus Latina) berlatar-belakang sebuah teks Yunani yang hilang juga. Kerap kali teks terjemahan Latin itu lebih baik dari pada teks Yunani yang terdapat dalam naskah-naskah Yunani yang kita kenal. Terjemahan Latin (Vulgata) bukan karya Hieronimus, tetapi karya seorang lain, sebab Hieronimus tidak menganggap kitab- kitab Makabe sebagai Kitab Suci.

KITAB-KITAB KEBIJAKSANAAN

PENGANTAR

Lima kitab dalam Perjanjian Lama, yaitu kitab Ayub, Amsal, Pengkhotbah, Bin Sirakh dan Kebijaksanaan Salomo, diberi judul bersama: "Kitab-kitab Kebijaksanaan" atrau "Kitab-kitab Hikmat". Kitab Mazmur dan Kidung Agung secara kurang tepat dicantumkan dalam kelompok kitab-kitab ini. Kitab-kitab Kebijaksanaan itu mencerminkan suatu alam pikiran yang juga dijumpai dalam bagian-bagian tertentu Kitab Tobit dan kitab Barukh.

Kesusasteraan "Hikmat" semacam itu berkembang di seluruh dunia Timur dahulu. Bangsa Mesir sepanjang sejarahnya menghasilkan karya-karya kebijaksanaan. Sejak zaman bangsa Sumer di negeri Mesopotamia ada pengarang yang menciptakan pepatah- pepatah, dongeng-dongeng dan juga syair-syair yang bertemakan penderitaan dan yang boleh dibandingkan dengan kitab Ayub. Aliran kebijaksanaan yang berkembang di Mesopotamia itu juga menyusup ke negeri Kanaan. Di Ras Syamra ditemukan kembali tulisan-tulisan kebijaksanaan yang memakai bahasa Akkad. Dari kalangan- kalangan yang berbahasa Aram berasallah "Hikmat Ahikar", yang dikarang di negeri Asyur, lalu diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa kuno. Maka kebijaksanaan itu mempunyai sifat internasional. Ini kurang memperhatikan masalah keagamaan, lebih bertemakan hal keduniawian. Diterangkan olehnya nasib perorangan, tetapi bukan melalui pemikiran ilmu filsafat sesuai dengan kebiasaan orang-oran Yunani, melainkan berdasarkan pelbagai pengalaman. Hikmat itu tidak lain kecuali peri kehidupan yang baik, sebagaimana layak bagi orang yang berpendidikan. Hikmat itu mengajar manusia, bagaimana menyesuaikan diri dengan tata tertib alam semesta dan memberi petunjuk tentang cara orang mencapai kebahagiaan dan mendapat sukses. Tetapi oleh karena tidak senantiasa demikian halnya, maka pengalaman sedih itu membenarkan sikap pesimis dan muram yang diuraikan beberapa karya kebijaksanaan, baik yang digubah di negeri Mesir maupun di negeri Mesopotamia.

Hikmat-kebijaksanaan semacam itu juga dikenal orang-orang Israel. Untuk memuji- muji hikmat raja Salomo, alkitab menegaskan bahwa kebijaksanaan raja itu melebihi kebijaksanaan Bani Timur dan orang-orang Mesir, 1Raj 4:30. Dalam Yer 49:7; Bar 3:22-23; Ob 8, disebelah orang bijak dari negeri Arab dan bangsa Edom. Memang Ayub serta ketiga sahabatnya yang berhikmat, berkediaman di negeri Edom. Pengarang kitab Tobit mengenal "Hikmat Ahikar", sedangkan Ams 22:17-23:11 jelas dan kuat-kuat terpengaruh oleh petuah-petuah Amenemope dari negeri Mesir. Sejumlah mazmur dipertalikan dengan Heman dan Etan, yaitu dua orang bijak dari negeri Kanaan menurut 1Raj 4:31. Kitab Amsal memuat perkataan Agur, Ams 30:1-14, dan perkataan Lemuel, Ams 31:1-9, yang berasal dari Masa, yaitu sebuah suku yang hidup di bagian utara negeri Arab, Kej 25:14.

Tidak mengherankan bahwa karya-karya hikmat pertama yang dikarang di Israel tidak lain kecuali kumpulan-kumpulan sejumlah besar pepatah yang serupa dengan yang lazim di luar Israel. Sebab karya-karya itu berasal dari daerah yang sama. Bagian-bagian tertua dalam kitab Amsam seluruhnya berisikan patokan-patokan kebijaksanaan manusia. Kecuali kitab Bin Sirakh dan kitab Kebijaksanaan Salomo, yang dua-duanya dikarang di kemudian hari, kitab-kitab Kebijaksanaan tidak menyinggung tema-tema yang biasa muncul dalam Perjanjian Lama, yakni: Hukum Taurat, perjanjian pemilihan, keselamatan. Para bijak di Israel tidak menyibukkan diri dengan sejarah atau masa dengan bangsanya. Sama seperti rekan- rekan mereka di daerah Timur mereka memperhatikan nasib manusia perorangan. Hanya mereka merenungkannya dalam terang sorgawi, yaitu dalam cahaya agama Yahwe. Walaupun sama asalnya dan banyak persamaannya dengan karya bangsa-bangsa lain, namun karya para bijak di Israel berbeda secara hakiki. Dan perbedaan yang mengutamakan bijak di Israel dari rekan-rekannya diluar negeri itu semakin jelas dalam perkembangan Wahyu. Hikmat yang diperlawankan dengan kebodohan di Israel menjadi kebenaran, yang lawannya ialah ketidak-benaran atau takwa yang berlawanan dengan kefasikan. Memang hikmat sejati ialah takwa dan takwa tidak lain adalah kesalehan. Kalau hikmat bangsa-bangsa Timur lain boleh dikatakan kemanusiaan, maka hikmat Israelboleh disebut peri kemanusiaan yang bertakwa.

Tetapi mutu keagamaan hikmat itu mekar sedikit demi sedikit. Istilah Ibrani "hokmah" mempunyai banyak arti. Dapat berarti ketangkasan atau keahlian dalam salah satu kejuruan, kebijaksanaan dalam utusan politik, kecerdikan dan malahan kelicikan, "know how" dan ilmu sihir. Hikmat manusiawi dapat dipakai untuk hal- hal yang baik dan yang jahat. Justru karena sifat hikmat yang tidak menentu itu, maka para nabi suka mengecam para bijaksana, seperti misalnya Yes 5:21; 29:14; Yer 8:9. Sifat yang mendua itupun menjadi sebab mengapa begitu lama orang tidak berkata tentang hikmat Allah, walaupun Dialah yang menganugerahkannya kepada manusia dan walaupun di kota Ugarit hikmat sudah dipandang sebagai sifat yang dimiliki ilah utama, yakni El Baru dalam tulisan-tulisan sehabis masa pembuangan dikatakan bahwa hanya Allahlah yang berhikmat, bahwa kebijaksanaan bersifat transenden. Dalam karya penciptaan Allah menusia dapat menatap hikmat itu, tetapi tidak sanggup menyelaminya, Ayb 28:38-39; Sir 1:1-10; 16:24 dst; 42:15- 43:33, dll. Dalam bagian pembukaan kitab Amsal yang panjang, Ams 1-9. Hikmat Allah bertitah sebagai pribadi; Ia berada dalam Allah sejak awal-mulanya dan bergiat bersama denganNya dalam penciptaan, lih terutama Ams 8:22-31. Dalam Ayb 28 ditanyakan bahwa Hikmat itu berbeda dengan Allah, satu-satunya yang tahu di mana Hikmat itu menyembunyikan diri. Tetapi dalam Sir 24 Hikmat itu sendiri menyebut dirinya sebagai yang berasal dari mulut Yang Mahatinggi; Ia bertempat tinggal di sorga, lalu diutus oleh Allah kepada umat Israel. Menurut Keb 7:22-8:1 hikmat itu ialah"pancaran murni dari kemuliaan Yang Mahakuasa" dan "gambar kebaikanNya". Dengan demikian maka hikmat sebagai sifat Allah menjadi terpisah dari padaNya dan mempribadi. Dalam terang kepercayaan. Perjanjian Lama ungkapan-ungkapan yang begitu tajam itu bukan hanya sarana sastera yang memperorangkan sifat ilahi, tetapi dengan tetap mengurung rahasia keterangan-keterangan itu menyiapkan pernyataan tentang adanya diri-diri ilahi. Sama seperti Hikmat itu, demikian Logos yang disebut oleh Yohanes, sekaligus berada di dalam Allah dan di luar. Semua keterangan yang penting itu membenarkan Paulus dalam memberi Kristus gelar "Hikmat Allah", 1Kor 1:24.

Oleh karena para bijaksana terutama sibuk dengan nasib masing-masing manusia, maka masalah pembalasan menjadi persoalan yang mahapenting bagi mereka. Justru di kalangan mereka dan berkat pemikirannya ajaran mengenai pembalasan itu berkembang maju. Dalam bagian-bagian kitab Amsal yang tertua, hikmat, artinya: kelakuan benar, dengan sendirinya menghasilkan kebahagiaan; sedangkan kebodohan, ialah kefasikan, memang membawa kehancuran. Begitulah Allah mengganjar orang yang baik dan menghukum yang jahat. Pendirian yang sama masih terdapat dalam bagian pembukaan kitab Amsal, Keb 3:33-35; 9:6 dan 18. Ajaran itu menjadi dasar pengajaran kebijaksanaan dan berupa kesimpulan yang diambil dari dunia yang dibimbing oleh Allah yang berhikmat dan adil. Ajaran itu dianggap berdasarkan pengalaman. Tetapi justru pengalaman itulah yang sering kali menyangkal benarnya ajaran tersebut. Hal ini secara dramatis diuraikan dalam kitab Ayub, di mana ketiga sabahat Ayub membela pendirian tradisionil itu. Tetapi atas persoalan yang diajukan oleh orang bertakwa yang menderita tidak ada jawaban yang memuaskan hati selama dipertahankannya ajaran tentang pembahasan di dunia. Dalam persoalan itu tidak ada jalan ke luar, kecuali dengan kepercayaan menyerah kepada Allah. Meskipun nadanya berbeda, kitab Pengkhotbah tidak memberi pemecahan persoalan itu secara lain. Juga Pengkhotbah menegaskan bahwa jawaban yang lazim tidak memuaskan. Ia menolak kemungkinan meminta pertanggungan jawab dari Allah atau menuntut kebahagiaan sebagai hak pribadi. Kitab Bin Sirakhpun mempertahankan pendirian yang sama. Yesus bin Sirakh memang memuji kebahagiaan orang yang berhikmat, Keb 14:20-15:10, tetapi ia juga dihantui oleh pemikiran akan kematian: ia tahu bahwa segala-galanya bergantung pada saat terakhir itu. Maka ia menegaskan "Mudah bagi Tuhan pada hari terakhir membalas manusia tingkah-lakunya", Keb 11;26, bdk Keb 1:13; 7:36; 28:6; 41:9.

Dalam kitab Bin Sirakh ini sudahmulai terasa ajaran tentang "nasib terakhir". Hanya ajaran itu belum juga sampai diungkapkan dengan jelas. Tidak lama sesudahnya. Dan 12:2 akan menguraikan kepercayaan akan suatu pembalasan sesudah kematian: Dalam kitab Daniel kepercayaan itu terkait pada kepercayaan akan kebangkitan orang mati. Ini sesuai dengan alam pikiran Ibrani, yang tidak tahu-menahu tentang jiwa yang dapat hidup terus, setelah terpisah dari badan. Dalam pemikiran Yahudi dikota Aleksandria perkembangannya lebih kurang sejalan, hanya lebih maju selangkah. Berkat filsafah Plato dan teorinya tentang jiwa yang tidak dapat mati maka pemikiran Ibrani dibebaskan dari belenggu-belenggunya. Kitab Kebijaksanaan Salomo dapat berkata bahwa "Allah telah menciptakan manusia untuk kebakaan". Sesudah kematiannya jiwa orang beriman dekat pada Allah, menikmati kebahagiaannya yang tidak ada kesudahannya, sedangkan orang jahat akan menerima hukumannya, Keb 3:1-12. Demikian akhirnya terpecahkan persoalan besar yang merepotkan para bijak bangsa Israel.

Bentuk sastera kebijaksanaan yang paling sederhana dan paling kuno ialah "masyal". Inilah (dalam bentuk jamak) judul kitab yang kita sebut kitab Amsal. Kata Indonesia-Arab ini (mufradnya: misal) pada pokoknya sama dengan kata Ibrani itu. Sebuah "masyal" ialah suatu ungkapan jitu yang mencari perhatian, suatu peribahasa rakyat, pepatah atau petuah. Dalam bagian-bagian kitab Amsal yang tentu hanya terdapat peribahasa-peribahasa pendek saja. tetapi kemudian "masyal" itu berkembang menjadi perumpamaan atau kiasan, uraian dan risalat. Perkembangan yang sudah terasa dalam bagian-bagian pendek yang ditambahkan pada kitab Amsal dan terlebih dalam bagian pembukaannya, Ams 1-9, ini, dengan cepat berkembang dalam kitab-kitab Kebijaksanaan yang berikut. Memang kitab Ayub dan kitab Kebijaksanaan Salomo merupakan karya sastera yang besar.

Dengan menembus segala bentuk sastera, bahkan yang paling sederhana sekalipun, orang harus mencari asal-usul hikmat itu dalam hidup kekeluargaan dan kesukaan. Pengalaman-pengalaman mengenai dunia dan manusia yang turun-temurun terkumpul akhirnya terungkap dalam bentuk petuah dan peribahasa yang lazim di kalangan kaum tani, dalam wejangan-wejangan pendek yang bertujuan membina akhlak dan menjadi patokan bagi kelakuan yang baik. Demikian asal-usul perumusan hukum adat yang pertama, yang kadang-kadang isi dan bukan saja bentuknya mengingatkan pepatah-pepatah kebijaksanaan itu. Hikmat kerakyatan itu berkembang terus sejalan dengan terbentuknya kumpulan petuah kebijaksanaan. Hikmat kerakyatan itu berkembang terus sejalan dengan terbentuknya kumpulan petuah kebijaksanaan. Hikmat kerakyatan misalnya mencetuskan pepatah-pepatah yang terdapat dalam 1 Sam 24:14; 1 Raj 20:11, dan dongeng-dongeng dalam Hak 9:8-15 dan 2Raj 14:9. Malahan para nabipun tidak segan memanfaatkan kebijaksanaan rakyat itu, Yes 28:24-28; Yer 17:5-11.

Pendeknya pepatah-pepatah yang mudah dapat dihafal itu menjadi pengajaran lisan. Ayah atau ibu mengajarkan kepada anak, Ams 1:8; 4:1; 31:1; Sir 3:1. Para guru kebijaksanaan akan menyapa anak didiknya sebagai "anakku", sebab para bijaksana memang memimpin sekolah, Sir 51:23; bdk Ams 7:1 dst; 9:1 dst. Hikmat manjadi urusan khusus golongan terdidik, dan golongan itu oleh karenanya juga pandai menulis. Para bijaksana dan para penulis dalam Yer 8;8-9 tampil berdampingan. Sir 38:24-39:11 memuji para penulis yang mendapat kesempatan untuk memperoleh hikmat, sampai memperlawankan para penulis denganpara tukang dan pekerja. Dari kalangan para penulis yang berhikmat berasallah pegawai-pegawai raja dan justru terutama di istana raja berkembanglah kebijaksanaan itu. Semuanya itu juga dijumpai di negeri-negeri Timur yang lain, seperti di negeri Mesir atau Mesopotamia, di mana hikmat dibina dan berkembang. Satu dari kumpulan-kumpulan amsal salomo yang terdapat dalam kitab Amsal memang disusun oleh "pegawai- pegawai Hizkia, raja Yehuda", Ams 25:1. Tetapi para bijaksana bukan hanya pengumpul pepatah-pepatah yang sudah tersedia;mereka juga menciptakan dan menuliskannya. Dua karya sastera yang barangkali dikerjakan di istana Salomo, yaitu riwayat Yusuf dan kisah mengenai penggantian takhta Daud, boleh dianggap sebagai karya kebijaksanaan.

Kalangan para berhikmat cukup berbeda dengan kalangan-kalangan yang menghasilkan karanga-karangan para imam dan kitab para nabi. Yer 18:18 memang menyebut tiga macam golongan, yaitu: para imam, para bijaksana dan para nabi. Berbeda-beda pula apa yang menyibukkan ketiga golongan itu. Para bijaksana itu tidak begitu memperhatikan ibadat dan tidak begitu tergerak hatinya oleh kemalangan- kemalangan yang melanda bangsa mereka dan mereka juga tidak tertarik kepada pengharapan yang menyemangati bangsa Israel. Tetapi mulai dari masa pembuangan ketiga golongan tersebut saling bertemu dan bercampur. Bagian pembukaan kitab Amsal bernada kenabian; Bin Sirakh, Sir 44-49, dan kitab Kebijaksanaan Salomo, Sal 10-19, dengan panjang lebar merenungkan sejarah kudus; Bin Sirakh menjunjung tinggi imamat, menaruh minat besar kepada ibadat dan akhirnya ia menyamakan Hikmat dengan hukum Taurat, Sir 24:23-34. Inilah persekutuan antara penulis (yang berhikmat) dengan ahli Kitab, seperti yang kita jumpai di masa pewartaan Injil.

Penggabungan hikmat dengan hukum Taurat itu dalam Perjanjian Lama merupakan akhir suatu perkembangan yang menempuh perjalanan yang makan banyak waktu. Pada awal perkembangan itu ditemukan raja Salomo. Dalam hal inipun ada kesamaan antara bangsa Israel dan dunia Timur pada umumnya. Ada dua tulisan hikmat Mesir yang dikatakan berupa pengajaran yang pernah diberikan oleh seorang Firaun kepada puteranya. Mulai dengan 1Raj 4:29-34, bdk 1Raj 3:9-12, 28; 10:1-9, sampai dengan Sir 47:12-17, raja Salomo dipuji sebagai orang berhikmat yang paling besar di Israel. Dengan dialah dihubungkan kedua kumpulan pepatah-pepatah yang paling penting dan tertua dalam kitab Amsal, 10-22 dan 25-29. Inipun sebabnya mengapa seluruh kitab Amsal diberi judul: Amsal-amsal Salomo bin Daud, Ams 1:1 Nama Salomo itu juga dicantumkan pada kitab Pengkhotbah, kitab Kebijaksanaan Salomo dan kitab Kidung Agung. Seluruh pengajaran hikmat- kebijaksanaan yang tahap demi tahap disampaikan kepada umat terpilih mempersiapkan penyataan Hikmat yang telah menjadi daging Hanya "yang ada di sini lebih dari pada Salomo", Mat 12:42.

(0.17411603448276) (Kej 1:1) (sh: Bukan cuma adegan pembuka (Senin, 27 Januari 2003))
Bukan cuma adegan pembuka

Bukan cuma adegan pembuka. Seorang teman pernah berkata demikian: beberapa menit pertama dari sebuah film (termasuk penampilan judul film) adalah salah satu kunci penting untuk mengerti sebuah film. Tanpanya, kita yang menonton bisa salah menangkap makna yang ingin disampaikan film itu.

Kedua ayat pendek ini pun bukan sekadar tambahan pelengkap, tetapi menyampaikan berita yang sangat dalam. Allah menciptakan segala sesuatu. Bahkan kekacauan bumi dan samudera juga diciptakan oleh Allah (ayat 1-2). Hal ini kontras dengan mitos penciptaan Mesir, yang menceritakan bahwa bumi, langit, para dewa-dewi termasuk Atum-Ra sang pencipta muncul dari sebuah samudera kekacauan yang dinamakan Nu. Atau kepercayaan Babel yang menyakini langit dan bumi diciptakan Marduk dari mayat dewi-monster ular Tiamat. Keunikan Allah diperkuat dengan pernyataan bahwa Roh-Nya "melayang-layang" di atas kekacauan pratatanan semesta (ayat 2b). Ini menunjukkan kuasa Allah yang menghidupkan, yang berkuasa penuh atas kekacauan tersebut.

Pernyataan ini penting karena umat Israel menghadapi klaim-klaim bangsa-bangsa tetangganya tentang penguasaan dewa/i mereka di dalam seluruh ataupun beberapa bidang kehidupan tertentu, misalnya peperangan, pertanian, dll. Berita Alkitab bahwa Allah mengasihi dan hendak menyelamatkan makhluk-Nya juga didasarkan pada pengajaran bahwa Allah adalah Sang Pencipta. Pemahaman yang benar akan penciptaan berimplikasi bahwa umat tidak akan berpaling ke kuasa lain selain Allah di dalam hal-hal penting dalam hidup mereka.

Renungkan: Kecenderungan dunia sehari-hari kita adalah meniadakan relevansi Allah di dalam kelangsungannya dan tindakan-tindakan yang kita ambil di dalamnya. Pikirkan bagaimana ikrar "aku percaya kepada Allah, Bapa yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi" dapat Anda wujudkan dalam keseharian kehidupan Anda!

(0.17411603448276) (1Sam 2:1) (sh: Pengakuan dalam sukacita (Selasa, 29 Juli 2003))
Pengakuan dalam sukacita

Pengakuan dalam sukacita. Seseorang menjadi spesial ketika ia bertindak lebih baik dari kecenderungan rata-rata orang. Rata-rata orang, bila ditempatkan dalam posisi Hana, akan melihat peristiwa ini sebagai pembenaran bahwa Allah adalah Tuhannya Hana. Hana layak menyandang status spesial karena tindakannya yang sama sekali tidak membalaskan sakit hatinya dengan tindakan seperti yang Penina lakukan. Hana mengungkapkan sakit hatinya kepada Tuhan.

Kata 'musuh' dalam ayat 1 sama artinya dengan ungkapan yang sering kita temukan dalam kitab Mazmur. Musuh Allah adalah orang fasik, orang-orang yang melawan keadilan Allah dengan menindas orang- orang lemah. Tema utama nyanyian syukur Hana bukanlah cibiran, tetapi bagaimana Allah terus menyatakan keadilan-Nya, seperti yang dinyatakan-Nya melalui kelahiran Samuel. Allah membela orang lemah dengan membalikkan keadaan penindasan yang dilakukan oleh orang-orang fasik dan jahat (ayat 4-10). Mereka yang tadinya lemah, tertindas, hina, ditinggikan Allah dan diberikan kehormatan (ayat 7-8).

Nyanyian Hana ditujukan bukan kepada Penina atau orang tertentu, tetapi kepada khalayak umum bangsa Israel ('kamu' pada ayat 3 dalam bahasa Ibrani adalah dalam bentuk jamak: 'kamu sekalian', bdk. ay. 2 'Allah kita'). Hana sadar bahwa Allah bertindak semata-mata karena kekudusan dan keadilan-Nya. Allah akan melawan orang fasik siapa pun dia, termasuk Hana seandainya ia berbalik menjadi penindas. Teladan dari Hana adalah di tengah ungkapan sukacitanya, ia mengakui bahwa berkat dari Allah harus disambut dengan pengakuan akan keadilan dan kekudusan yang ditunjukkan dan dituntut-Nya dari umat-Nya, termasuk kita.

Renungkan: Ekspresikan sukacita sejati atas berkat-berkat-Nya tiap hari melalui pengakuan dan penghayatan akan kebenaran, kekudusan dan keadilan Allah dalam kata dan perbuatan kita!

(0.17411603448276) (1Sam 16:1) (sh: Kualifikasi yang paling utama (Senin, 4 Agustus 2003))
Kualifikasi yang paling utama

Kualifikasi yang paling utama. Perbedaan antara negara yang demokratis dengan yang tidak terletak bukan pada perangkat kenegaraan dan partai yang ada, atau dipilih atau tidaknya si pemimpin. Perbedaan terletak pada siapa yang memilih. Pada tipe negara yang pertama seorang pemimpin dipilih oleh rakyat, sementara pada tipe kedua oleh kroni, orang bayaran, atau bahkan oleh diri sendiri, walaupun kualifikasinya tidak memadai.

Tetapi, untuk monarki Israel waktu itu, raja dipilih hanya berdasarkan kualifikasi penting berikut: pemilihan dan penyertaan Allah (band. 10), dan hati yang mau mengikut dan taat kepada Allah (ayat 7). Raja hanya raja selama kualifikasi ini terpenuhi. Dan tidak seperti pada bangsa-bangsa lain, hak menjadi raja bisa dicabut oleh Allah.

Ayat 13 adalah pemunculan perdana Daud dalam narasi kitab ini, dan Daud muncul dengan kualifikasi yang luar biasa. Walau ia anak paling bungsu dan paling muda, tetapi tokoh-tokoh lain di dalam nas ini tidak punya kualifikasi di atas. Termasuk Abinadab, yang keelokan parasnya sempat memukau Samuel (ayat 8-9), dan kakak- kakak Daud yang lain (ayat 10). Yang terutama, termasuk pula Saul, yang kehilangan kualifikasinya sebagai raja ketika Roh Tuhan meninggalkannya karena ketidaktaatan dan kini diganggu oleh roh jahat yang diizinkan Tuhan (ayat 14).

Roh Tuhan berkuasa atas Daud (ayat 13), dan ia dikenal dan diakui sebagai orang yang disertai Tuhan (ayat 18b). Saul masih menjadi raja secara de facto, tetapi Daud yang diurapi telah muncul, berkembang menjadi orang yang punya kelebihan yang lain (ayat 18), dan bahkan dikasihi Saul (ayat 20-23). Tetapi perjalanan Daud masih panjang, dan Allah masih terus membentuk dirinya dan bangsa Israel agar dapat mengerti pilihan Allah ini.

Renungkan: Pilihan Allah berarti ketaatan dan penyerahan diri. Pilihan itu juga berarti pembentukan, agar kita menjadi layak untuk melakukan pelayanan yang telah Ia tentukan untuk kita lakukan.

(0.17411603448276) (Mzm 50:1) (sh: Spiritualitas Kristen (Senin, 20 Agustus 2001))
Spiritualitas Kristen

Spiritualitas Kristen. Ragam spiritualitas yang dikenal oleh masyarakat secara umum pada dasarnya dapat dibagi menjadi 3. Pembagian berdasarkan pada apa yang ditekankannya. Ragam pertama menekankan pentingnya melakukan ritual keagamaan seperti mengadakan penyembahan dan persembahan sesaji. Ragam kedua lebih menekankan pentingnya perbuatan amal. Ragam ketiga menekankan keduanya. Termasuk yang manakah kekristenan? Bukan ketiganya.

Pemazmur nampaknya mengakhiri puisinya dengan memaparkan ragam spiritualitas yang ketiga yaitu memberikan tempat yang sama baik kepada ritual keagamaan dan moralitas tinggi (ayat 16-22, 23). Namun sebenarnya tidak. Pemazmur menekankan persembahan syukur bukan bakaran. Mengapa? Allah sendiri mengatakan bahwa Ia tidak membutuhkan segala macam korban persembahan sebab Ia adalah pemilik seluruh alam semesta (ayat 7-14). Apa yang akan manusia persembahkan sesungguhnya adalah milik Allah. Karena itu persembahan syukur merupakan bentuk ritual keagamaan yang paling tepat untuk dipersembahkan kepada Allah. Sebab melaluinya pengakuan bahwa apa pun yang dimiliki manusia adalah anugerah Allah sebab Ia pemilik dari semua yang ada (ayat 14-15). Namun bersyukur dengan tulus sebenarnya tidak mudah dilakukan. Penyebabnya adalah tingginya tingkat kemandirian manusia yang disebabkan karena kemajuan ilmu dan teknologi. Untuk mengurangi tingginya tingkat kemandirian itu dan meninggikan persembahan syukur kepada Allah, manusia harus mempunyai pengenalan yang benar akan Allah yaitu bahwa Allah adalah Penguasa seluruh alam semesta (ayat 1), Ia adalah Allah yang tak terhampiri dalam kemuliaan-Nya (ayat 2) namun juga Allah yang terlibat dalam sejarah manusia (ayat 3), Allah adalah hakim yang adil yang akan mengadili siapa pun termasuk umat-Nya (ayat 4).

Renungkan: Jadi apakah spiritualitas kristen? Spiritualitas kristen adalah spiritualitas yang harus dimulai dengan pengenalan akan Allah yang benar, lalu diikuti dengan kehidupan yang penuh syukur dan bermoralitas tinggi. Sudahkah spiritualitas ini menjadi bagian dari hidup Anda? Manakah yang masih harus ditingkatkan dalam kehidupan spiritualitas Anda: pengenalan akan Allah, kehidupan yang penuh syukur, atau moralitas tinggi? Apa yang akan Anda lakukan?

(0.17411603448276) (Mzm 104:19) (sh: Tuhan pemberi hidup (Rabu, 19 Oktober 2005))
Tuhan pemberi hidup

Tuhan pemberi hidup Tidak satu pun benda ciptaan Tuhan yang tidak memiliki fungsi. Baik benda mati maupun makhluk hidup masing-masing ada gunanya. Hal ini menunjukkan kebijaksanaan Tuhan Sang Pencipta (ayat 24). Seharusnya semua ini membuat manusia ciptaan Allah dengan sukacita penuh, memuji dan memuliakan Allah pemberi hidup itu.

Tuhan berdaulat atas segala makhluk ciptaan-Nya. Dia menciptakan benda-benda penentu waktu (ayat 19) untuk mengatur siklus alami yang membuat berbagai makhluk, termasuk manusia memiliki gilirannya masing-masing untuk mencari makanan pada siang atau malam hari karena kegelapan pun berada dalam kuasa Sang Pencipta (ayat 20-23). Betapa mengagumkan karya ciptaan tangan-Nya, termasuk luasnya lautan dengan segala makhluk yang diam di dalamnya. Lautan yang dalam kepercayaan kuno kafir adalah kuasa pengacau (dengan lewiatan sebagai monster lautnya) ternyata tunduk di bawah kedaulatan-Nya. Tidak ada aspek kehidupan di luar kendali Tuhan (ayat 27-30). Baik kebutuhan hidup hari lepas hari, maupun kehidupan itu sendiri sangat bergantung penuh kepada anugerah-Nya. Tuhan berdaulat atas hidup dan mati semua ciptaan-Nya. Dia bahkan terus berkarya dalam menciptakan dan membarui ciptaan-Nya seturut hikmat-Nya. Tidak ada yang patut mendapat hormat dan kemuliaan selain Dia, Sang Pencipta dan Pemilik segala sesuatu. Sungguh fatal-lah nasib semua orang yang menolak Dia (ayat 35).

Mazmur ini mengajak kita merespons kedaulatan Tuhan dengan dua hal. Pertama, terus-menerus memuji, memuliakan Tuhan dalam hidup ini. Wujudkanlah hal itu dengan hidup kudus dan mulia. Kedua, karena Tuhan begitu dahsyat dan berkuasa atas semua yang ada di bawah kolong langit ini, apalagi yang harus dicemaskan anak-anak-Nya? Tidak ada satu hal pun dapat mengganggu apalagi menghancurkan hidup orang Kristen dan gereja.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.17411603448276) (Yl 1:1) (sh: Petaka, tanpa pesan? (Kamis, 18 November 2004))
Petaka, tanpa pesan?

Petaka, tanpa pesan? Bencana yang pernah terjadi dalam sejarah suatu bangsa menjadi peringatan bagi bangsa itu. Namun, saat kemakmuran tiba, banyak orang mulai melupakannya.

Dalam nas ini, Yoel mengingatkan seluruh generasi Israel, untuk memperhatikan apakah kekacauan yang terjadi saat itu pernah dialami pada zaman leluhur mereka (ayat 2-3). Apakah yang terjadi saat itu? Suatu kengerian besar yang pernah mereka alami akibat tulah belalang digambarkan secara jelas di sini (ayat 4). Ketika bencana itu terulang kembali, tidak seorang pun menyangkanya, baik orang yang sadar maupun orang yang mabuk oleh anggur (ayat 5-7). Semua orang secara pribadi merasakan duka karena bencana itu tidak menyisakan apa pun, termasuk apa yang ada di rumah Allah (ayat 6-9). Bencana ini menghantam semua orang, termasuk para pemilik ladang yang berjerih payah menanami ladangnya. Pada waktu itu, tanah sebagai simbol berkat berubah menjadi kutukan karena tidak ada apa pun yang dihasilkannya (ayat 10-12). Akibatnya, tidak ada yang dapat dilakukan manusia. Dalam keputusasaan, mereka hanya mampu berseru kepada Allah sehingga menggerakkan umat Allah dan imam untuk berteriak memohon pertolongan-Nya dalam sikap perkabungan dan ritus (ayat 13-14). Betapa mengerikannya bencana itu. Berbagai malapetaka yang menimpa umat Allah itu menunjukkan bahwa hari Tuhan sudah dekat (ayat 15-18).

Peristiwa demi peristiwa yang terjadi pada bangsa Indonesia, dari krisis ekonomi, politik bahkan moral, janganlah hanya menjadi catatan sejarah pada masa kini. Semua itu harus menjadi peringatan, agar umat Allah di Indonesia sepenuhnya berserah pada-Nya dan bangsa ini meninggikan kebenaran. Lewat peristiwa bencana yang terjadi, manusia baru sadar pentingnya bergantung penuh kepada Allah. Sebagai orang Kristen apakah reaksi Anda di tengah krisis? Apakah berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia membuat kita senantiasa ingat pada Tuhan, sebagai sumber penolong yang melepaskan kita dari bencana itu?

Renungkan: Meski tidak semua bencana adalah hukuman Tuhan, orang Kristen patut bertanya apa pesan Tuhan lewat bencana tersebut.

(0.17411603448276) (Kis 16:13) (sh: Antara gereja dan diskriminasi (Kamis 15 Juni 2000))
Antara gereja dan diskriminasi

Antara gereja dan diskriminasi. Diakui atau tidak, praktek diskriminasi masih dapat ditemui di berbagai bidang kehidupan di negara kita atau di negara mana pun. Praktek ini sulit dihapuskan karena pihak yang menjalankan diskriminasi tidak mau kehilangan keuntungan. Sedangkan pihak yang terkena diskriminasi, karena biasanya terus-menerus dieksploitasi (dimanfaatkan), mereka tidak mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk menentang sistem ini. Sistem ini jelas bertentangan dengan iman Kristen karena bagi Allah semua individu sama dan layak menerima kasih dan anugerah-Nya.

Karena itu gereja seharusnya tidak mengenal sistem ini sebab Injil Yesus Kristus mempunyai kekuatan untuk mempersatukan (bukan menghilangkan) perbedaan antara individu-individu. Ini dibuktikan dengan lahirnya gereja di Filipi. Dua perempuan dalam kisah ini merupakan dua pribadi yang tidak hanya berbeda namun saling bertolak belakang dari berbagai spektrum sosial. Lidia adalah seorang pengusaha perempuan yang mempunyai tingkatan sosial-ekonomi tinggi dan mempunyai kebutuhan intelektual. Seperti dikatakan bahwa ia mendengarkan ceramah Paulus. Kemudian Tuhan membuka hatinya (pikirannya) sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan Paulus. Ia pun termasuk seorang perempuan yang terhormat karena kehidupan beribadahnya.

Sedangkan hamba perempuan itu secara tingkatan sosial-ekonomi tidak mempunyai tingkatan sama sekali. Karena sebagai hamba apalagi seorang perempuan, ia tidak mempunyai hak atas apa pun termasuk hak atas dirinya sendiri. Bahkan uang yang dihasilkan dari kegiatannya tidak dapat ia nikmati. Secara kebutuhan ia mempunyai kebutuhan psikologis yang mendesak. Memang roh yang merasuk dirinya sudah diusir, namun konsekuensi psikologisnya pasti belum hilang. Dia telah kehilangan identitas, kepribadian sebagai seorang manusia. Namun Allah memilih mereka sebagai pendiri gereja di Filipi, karena Allah ingin menyatakan bahwa di dalam Kristus semua itu dapat dipersatukan. Dari awal, diskriminasi tidak mendapat tempat dalam jemaat Filipi.

Renungkan: Dalam masyarakat yang dikriminatif ini, gereja-gereja harus memberikan teladan komunitas yang tidak diskriminatif, namun yang menyapa, merangkul, dan memenuhi kebutuhan setiap individu dari segala spektrum sosial.

(0.17411603448276) (Gal 5:19) (sh: Kemerdekaan dalam pimpinan Roh (Jumat, 17 Juni 2005))
Kemerdekaan dalam pimpinan Roh

Kemerdekaan dalam pimpinan Roh
Ada paradoks besar dalam kehidupan Kristen. Kemerdekaan sejati hanya bisa dialami oleh orang yang sepenuhnya menyerahkan diri dipimpin oleh Roh Kudus. Orang yang merasa diri bebas melakukan apa saja, termasuk berbuat dosa, sebenarnya masih diperbudak dosa!

Di nas ini, Paulus mengontraskan hidup yang dikendalikan daging dan hidup yang dipimpin oleh Roh. Orang yang dikendalikan daging adalah orang yang mengikuti hasrat dan hawa nafsu dosa serta keinginan-keinginan duniawi yang bersifat merusak, seperti yang didaftarkan Paulus pada ayat 19-21. Orang-orang yang melakukannya pasti bukan anggota kerajaan Allah (ayat 21b). Sebaliknya orang yang hidupnya dipimpin oleh Roh akan membuahkan sifat-sifat ilahi seperti yang dicantumkan Paulus pada ayat 22-23. Bagaimana kita dapat memiliki kehidupan yang dipimpin oleh Roh? Yaitu, dengan menyerahkan diri menjadi milik Kristus. Menjadi milik Kristus berarti menyerahkan kendali diri pada pimpinan Roh. Hal itu berarti juga menyangkal diri, hawa nafsu kedagingan, dan hal-hal duniawi (ayat 24). Orang Kristen harus secara aktif dan terus menerus menyangkal diri, supaya Roh Kudus senantiasa aktif dan tak henti-henti memimpin hidup orang percaya (ayat 25).

Latihlah diri Anda untuk menyangkal diri setiap hari atas setiap sifat kedagingan yang masih mengganggu kekudusan hidup Anda. Caranya adalah dengan menerapkan dan mengembangkan sifat-sifat ilahi yang sudah dikaruniakan Roh Kudus kepada Anda. Usaha Anda hanya akan berhasil bila Anda memelihara hubungan pribadi yang dekat dan intens dengan Tuhan melalui saat teduh. Jadikan gereja sebagai sarana untuk bertumbuh dalam kekudusan dengan mempraktikkan saling menolong dan saling meneguhkan antarsaudara seiman.

Camkan: Tak seorang pun, termasuk Anda sendiri, yang berhak mengatur hidup Anda, kecuali Dia yang adalah pemilik dan penebus hidup Anda.

(0.17411603448276) (Ef 2:11) (sh: Ingatlah masa lalu (Rabu, 9 Oktober 2002))
Ingatlah masa lalu

Ingatlah masa lalu. Masa lalu yang manis dan indah bila diingat akan menyenangkan hati. Sebaliknya, masa lalu yang gelap dan kelam bila diingat akan membuat depresi dan hati sedih. Mengapa Paulus mengingatkan masa lalu jemaat Efesus? Dengan mengingat masa lalu mereka akan semakin menyadari perubahan yang telah Allah kerjakan. Kesadaran ini akan membuk mata rohani betapa ajaibnya anugerah Allah.

Bagaimana keadaan jemaat Efesus sebelum menerima Kristus? Dalam ayat 11-12 terungkap 5 bentuk: [1]. Jemaat Efesus dahulu tanpa Kristus. Jika jemaat Efesus tanpa Kristus maka semua berkat-berkat dan pekerjaan Allah melalui Kristus tidak dapat dialami. Mereka tidak mengenal Kristus. [2]). Jemaat Efesus dahulu tanpa kewargaan. Mereka dikatakan tidak tidak termasuk warga negara Israel. Apa maksudnya? Menjadi Kristen tidak berarti menjadi warga negara Israel. Ungkapan ini menunjukkan bahwa jemaat Efesus dahulu tidak hidup di bawah pemerintahan Allah. Semua hukum-hukum Allah yang mengatur umat-Nya tidak mereka kenal. Dahulu jemaat Efesus tidak termasuk anggota kerajaan Allah. [3]. Jemaat Efesus dahulu tanpa perjanjian. Allah tidak mengikat perjanjian dengan mereka seperti Allah mengikat perjanjian dengan Israel. Sehingga janji-janji sebagai umat perjanjian tidak berlaku pada mereka. [4]. Jemaat Efesus dahulu tanpa pengharapan. Mereka tidak memiliki pengharapan bahwa suatu hari Allah akan menjadikan mereka umat-Nya. Hidup tanpa pengharapan. Mereka tidak memiliki pengharapan bahwa suatu hari Allah akan menjadikan mereka umat-Nya. Hidup tanpa pengharapan untuk menjadi umat Allah. [5]. Jemaat Efesus dahulu tanpa Allah. Mereka menyembah banyak allah. Mereka tidak memiliki relasi pribadi dengan Allah yang hidup. Inilah keadaan manusia yang tidak percaya pada Yesus.

Renungkan: Semua kita pun seperti jemaat Efesus bukan Yahudi, maka tidak memiliki hak-hak. Ingatlah semua perubahan yang telah dilakukan Allah melalui dan di dalam hidup kita masing-masing. Apakah kita semakin menjadi serupa dengan Kristus? Mengapa orang sekitar kita tidak melihat perubahan dalam diri kita?

(0.14924231034483) (Mrk 16:9) (jerusalem) Bagian penutup Markus ini pasti termasuk ke dalam Kitab Suci dan diinspirasikan. Ini belum berarti bahwa ayat-ayat ini juga dituliskan oleh Markus. Dan sangat diragukan apakah sungguh-sungguh termasuk ke dalam injil, sebagaimana digubah oleh Markus. Memang ada kesulitan besar timbul dari keadaan naskah-naskah yang memuat Markus. Beberapa naskah, antara lain naskah yang paling penting, Vatikanus dan Sinaitikus, tidak memuat bagian penutup ini. Ada juga beberapa naskah yang memuat bagian penutup lebih pendek, seperti dalam terjemahan ini disajikan (lihat catatan di atas). Ada empat naskah yang menyajikan berturut-turut bagian penutup pendek dan bagian penutup panjang (Mar 16:9-20). Akhirnya ada satu naskah yang menyajikan bagian penutup panjang tetapi menyisipkan antara Mar 16:14 dan Mar 16:15 sisipan ini: Dan untuk membela dirinya mereka mengatakan: Dunia kejahatan dan ketidakpercayaan ini adalah di bawah kekuasaan Iblis(?). (Iblis) tidak mengizinkan bahwa apa yang di bawah roh-roh najis menangkap kebenaran dan kekuasaan Allah. Maka hendaklah sekarang menyatakan kebenaran(Mu). Begitu mereka berkata-kata (kepada Kristus). Dan (Kristus) menjawab: batas tahun-tahun kekuasaan Iblis sudah genap, tetapi lain-lain hal yang mendahsyatkan sudah dekat. Dan Aku diserahkan kepada maut bagai mereka yang berdosa, supaya mereka berbalik kepada kebenaran dan tidak berdosa lagi, dan begitu mendapat warisan di sorga yaitu kemuliaan kebenaran kebenaran yang rohani dan tidak jatuh binasa. Kutipan-kutipan pada para pujangga Gereja juga agak kacau dan sedikit tidak keruan. Boleh ditambahkan juga bahwa antara Mar 16:8 dan Mar 16:9 cerita terputus. Dari lain pihak sukar dapat diterima bahwa injil yang asli sungguh-sungguh dengan tiba-tiba berhenti dengan Mar 16:8. Karenanya sementara ahli mengandaikan bahwa bagian penutup asli hilang, entah karena apa. Maka orang menggubah bagian penutup yang sekarang ada Mar 16:9-20). Bagian ini merupakan ringkasan cerita-cerita tentang penampakan Yesus, dan gaya bahasa ringkasan ini berbeda sekali dengan gaya bahasa Markus. Namun demikian, bagian penutup yang sekarang ada (Mar 16:9-20) sudah dikenal dalam abad II Mas oleh Tatianus dan Ireneus. Inipun terdapat dalam kebanyakan naskah Yunani dan naskah-naskah terjemahan. Tidak dapat dibuktikan bahwa penggubahnya Markus, tetapi menurut Swete bagian penutup ini merupakan peninggalan sejati dari angkatan Kristen yang pertama.
(0.14924231034483) (1Taw 9:1) (sh: Kembali ke Yerusalem (Jumat, 1 Februari 2002))
Kembali ke Yerusalem

Kembali ke Yerusalem. Perikop ini terdiri dari dua bagian: ayat 1 merupakan penutup dari pasal 1-8, sedangkan ayat 2-34 mendaftarkan orang-orang Israel yang kembali dari pembuangan di Babel, khususnya mereka yang menetap di Yerusalem. Ayat 1b sekali lagi menggarisbawai kondisi Israel sebagai akibat dari ketidaksetiaan mereka kepada Tuhan (ayat 1Taw. 2:7; 5:25).

Penekanan pada "seluruh orang Israel" (ayat 1a) berkaitan dengan ayat 3, yang menyebutkan "bani Yehuda, Benyamin, Efraim, dan Manasye." Ketika kerajaan Israel terpecah dua setelah Salomo wafat (ayat 1Raj. 11), suku Yehuda dan Benyamin termasukkerajaan Yehuda di Selatan, sedangkan Efraim dan Manasye termasuk sepuluh suku dari kerajaan Israel di Utara. Dengan menyebutkan keempat suku ini bersama-sama, mewakili seluruh Israel, penulis Tawarikh menekankan pentingnya keutuhan Israel sebagai satu bangsa. Komunitas pascapembuangan harus menjadi satu umat pilihan Allah yang beribadah kepada-Nya dalam bait-Nya di Yerusalem.

Selanjutnya, fokus penulis Tawarikh adalah kepada mereka yang diam di Yerusalem. Selain rakyat awam keturunan Yehuda dan Benyamin (ayat 3-9), dirinci nama kepala-kepala keluarga para imam (ayat 10-13), orang Lewi (ayat 14-16), dan para penunggu pintu gerbang di Bait Allah (ayat 17-34). Enam kepala keluarga para imam yang disebutkan termasuk dalam rombongan yang pertama kembali dari Babel (Ezr. 2:36-39; Neh. 7:39-42). Azarya (ayat 11), keturunan Zadok dan "pemuka rumah Allah", bisa dipastikan adalah imam besar. Dari antara orang Lewi yang disebutkan namanya adalah keturunan Asaf (ayat 15) dan Yedutun (ayat 16). Dapat dipastikan mereka adalah para penyanyi di Bait Allah (bdk. Neh. 11). Para penunggu pintu gerbang adalah orang Lewi juga. Sebagian dari mereka juga memegang tugas logistik (ayat 26-30), mengolah roti (ayat 31-32), dan menjadi penyanyi (ayat 33)

Jelas di sini focus utama penulis adalah ibadah kepada Allah sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan umat Allah. Ibadah tersebut telah dicemarkan dan dinajiskan sebelum pembuangan. Kini umat Allah harus berjalan dalam ketaatan kepada-Nya.

Renungkan: Ibadah kepada Allah hendaknya menjadi bagian yang menyatu dalam kehidupan pengikut Kristus (Kol. 3:12-17)

(0.14924231034483) (Yeh 48:23) (sh: Yahweh shammah, kota yang baru (Rabu, 5 Desember 2001))
Yahweh shammah, kota yang baru

Yahweh shammah, kota yang baru. Teruma, dengan Bait Suci di tengah-tengahnya (ayat 8, 10, 21), membagi wilayah umat Israel menjadi dua bagian yang tidak simetris: tujuh suku di utara dan lima suku di selatan (ayat 23-29). Ini menunjukkan bahwa, bagi Israel, berada "di tengah-tengah" bukan dilihat dari segi geografis (pembagian enam-enam), melainkan teologis. Titik pusat kehidupan bangsa adalah Bait Suci. Di mana ada Bait Suci, di situlah Allah berdiam di tengah-tengah umat-Nya. Seluruh pembagian wilayah dimeteraikan dengan pernyataan "demikianlah firman Tuhan Allah" (ayat 29), yang menunjukkan bahwa pembagian ini ditetapkan bukan oleh manusia, tetapi oleh Tuhan sendiri.

Sekitar 6-7 km di selatan Bait Suci, terletak kota yang baru (ayat 15-20; 30-35). Yerusalem, kota rancangan manusia, telah dihancurkan; sebuah kota rancangan Allah kini didirikan. Kota ini sama panjang dan lebarnya (ayat 4500 hasta, kurang lebih 2250 m), dikelilingi tembok dengan 12 pintu gerbang. Lazim pada masa itu kota memiliki satu pintu gerbang (sebelum pembuangan, Yerusalem memiliki enam). Dengan adanya 12 pintu gerbang, yang diberi nama menurut ke-12 suku Israel (termasuk Lewi), tersedia kemudahan dan keleluasaan untuk masuk-keluar kota ini. Kemudahan itu berlaku bagi seluruh warga, termasuk orang asing, yang hendak berbakti ke rumah Allah.

Kota itu menyandang nama baru: Yahweh shammah, "Tuhan hadir di situ". Sungguh kontras dengan kondisi Yerusalem menjelang pembuangan: "Kota itu penuh kekerasan" (ayat 7:23); "Tanah ini penuh hutang darah dan kota ini penuh ketidakadilan" (ayat 9:9). Masa Allah meninggalkan Bait Suci yang tercemar dosa (pasal 7-11) telah berakhir. Allah telah kembali! Nama baru itu merefleksikan kehadiran Allah di tengah-tengah umat- Nya di kota "sekular", tempat bekerja dan bertani, tempat interaksi sosial berbagai lapisan masyarakat.

Renungkan: Allah ingin hadir bukan hanya di Bait Suci-Nya, tetapi juga dalam hidup kita sehari-hari. Kehadiran Allah akan mengubah sebuah kota sekular menjadi kota yang mempermuliakan nama- Nya. "Berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu" (Yer. 29:7).

(0.14924231034483) (Luk 2:41) (sh: Sisi lain dari Inkarnasi Kristus (Sabtu, 28 Desember 2002))
Sisi lain dari Inkarnasi Kristus

Sisi lain dari Inkarnasi Kristus.
Sekali lagi, Yusuf dan Maria masih harus menjalani "proses pembelajaran" mengenai siapa diri Yesus. Setelah seharian mereka mencari Yesus akhirnya mereka menemukan Yesus (tiga hari dalam ayat 46 termasuk hari pertama perjalanan ke luar Yerusalem, hari kedua kembali ke Yerusalem, hari ketiga mereka sadar bahwa Yesus tidak ikut pulang). Ia ada di Bait Allah, sedang belajar bersama para ahli keagamaan (ayat 47-48). Cara belajar-mengajar keagamaan Yahudi waktu itu memang lebih banyak melalui saling bertanya dan menjawab. Dari jawaban-jawaban Yesus meskipun secara tersirat, dapat ditarik kesan bahwa seharusnya Yusuf dan Maria tahu kalau Yesus akan ada di rumah Bapa-Nya (ayat 49). Kata-kata-Nya ini menandakan: pertama, bahwa Yesus telah memiliki kesadaran tentang pentingnya ibadah, bahkan pada usia semuda ini (walaupun pada usia 12 tahunlah seorang anak Yahudi memang bersiap-siap menjalani ujian Taurat sebelum diterima sebagai anggota komunitas keagamaan Yahudi). Hal kedua yang juga terpenting, kata "Bapa-Ku" menunjukkan kesadaran adanya hubungan yang khusus antara diri-Nya dengan Sang Bapa. Rata-rata orang Yahudi yang saleh menggunakan istilah yang lebih hati-hati, "Bapa kami", walaupun dalam doa pribadi.

Sekali lagi, Maria menyimpan semua ini dalam hatinya dan merenungkannya (ayat 51, bdk. 2:19, juga 1:66). Dari sisi narasi Injil, ini jugalah yang diinginkan Lukas agar dilakukan oleh para pembaca Injil. Merenungkan kembali sejauh mana jati diri Kristus telah ditampilkan, ditunjukkan. Di sini kita melihat pertama kali dari sisi diri Kristus sendiri, kedekatan-Nya dengan Sang Bapa sebagai Sang Anak. Namun, Yesus tetap taat kepada Yusuf dan Maria, dan ikut pulang ke Nazaret. Rupanya Yesus juga menunjukkan bahwa tidak mungkin taat kepada Allah tanpa ketaatan kepada orang tua.

Renungkan:
Syukuri fakta bahwa Kristus sungguh-sungguh menjadi manusia. Kesediaan Kristus untuk menjalani semua implikasi dari kemanusiaan-Nya, termasuk keremajaan, merupakan bukti betapa besar kasih Allah akan dunia ini (Yoh. 3:16).

(0.14924231034483) (Yoh 12:27) (sh: Bapa muliakanlah nama-Mu (Jumat, 8 Maret 2002))
Bapa muliakanlah nama-Mu

Bapa muliakanlah nama-Mu. Mengapa harus ada permohonan Yesus seperti itu kepada Bapa-Nya? Apakah selama ini Ia tidak memuliakan nama Bapa di surga? Ungkapan ini diucapkan saat Ia sangat terharu. Saatnya hampir tiba (ayat 28). Saat kematian-Nya makin dekat. Semua itu harus Ia jalankan, lakukan demi kehendak Bapa-Nya. Sangat sulit rasanya mengungkapkan kesedihan dan keharuan Yesus. Justru pada saat yang mengerikan itu Ia mengucapkan kata-kata ini sebagai bukti kesiapan-Nya melakukan kehendak Bapa. Percakapan Yesus dengan kedua murid-Nya dapat diartikan sebagai jawaban atas kerinduan orang Yunani untuk bisa berjumpa dengan-Nya.

Di tengah-tengah percakapan yang serius itu, terdengarlah suara dari surga: “Aku telah memuliakan-Nya dan Aku akan memuliakan lagi.” Suara Bapa ini menjawab ucapan Yesus, “Bapa muliakanlah nama-Mu.” Hubungan Bapa dan Anak di sini jelas sangat dekat dan harmonis. Suara dari surga itu dapat didengar oleh telinga jasmani orang banyak, termasuk orang-orang Yunani (ayat 28). Hal ini terjadi supaya orang banyak itu percaya apa yang dikatakan Yesus kepada mereka, termasuk orang-orang Yunani yang rindu bertemu dengan-Nya (ayat 29-30). Tetapi, reaksi terhadap suara dari surga itu ternyata tidak sama. Ada yang mengatakan seperti bunyi guntur, juga ada yang mengatakan seperti malaikat yang berbicara kepada- Nya. Sebagian besar tetap saja tidak paham, terutama sesudah Yesus kembali berbicara tentang kematian-Nya (ayat 33-34).

Salib melambangkan penghakiman atas penguasa dunia karena iblis dikalahkan dan kasih Allah dinyatakan oleh ketaatan Yesus (ayat 31-33). Prinsip ini sangat penting. Saat peninggian salib akan menarik banyak orang datang kepada-Nya. Maksudnya kematian Yesus di atas kayu salib mendatangkan berkat bagi banyak orang. Ucapan- ucapan ini tidak dapat dipahami oleh orang banyak, dan mungkin juga oleh para murid-Nya sendiri. Ini terbukti mereka bingung dengan pernyataan itu (ayat 34-35). Atas permintaan agar Yesus bicara lebih jelas, Ia tidak meladeni. Terang telah bersinar. Yang mereka perlukan bukan lebih banyak penjelasan dan tanda, tetapi menentukan sikap.

Renungkan: Masihkah ada kegelapan tersisa dalam hidup Anda yang belum disoroti oleh terang Injil Kristus?

(0.140707) (Kej 1:1) (ende)

KEDJADIAN

KATA PENDAHULUAN

Perintjian Kitab Perdjandjian Lama

Perdjandjian Lama terdiri dari 45 kitab, jang tertulis atas Ilham ilahi, dan memuat wahju-wahju Tuhan serta mentjeritakan karja-karjaNja bagi bangsa Israel selama masa persiapan akan menerima kedatangan Kristus al Masih jang didjandjikan.

Kitab Perdjandjian Lama oleh umat Jahudi dibagi atas tiga golongan, jakni "Torah" (Hukum atau Adjaran), "Para Nabi", dan "Kitab-kitab". Jang disebut Torah ialah kitab Musa: Genesis (Kadjadian), Exodus (Pengungsi), Leviticus (Levitika), Numeri (Tjatjahdjiwa), dan Deuteronomium (Ulangtutur).

"Para Nabi" terdiri dari dua bagian: kitab-kitab nabi jang lebih kuno: Josua, Hakim-hakim, 1-2 Sjemuel, 1-2 Radja-radja; serta kitab-kitab nabi abad-abad kemudian mulai dari Jesaia. Kitab-kitab lainnja termasuk golongan ketiga.

Disamping pembagian tersebut masih ada pula pemerintjian lain jang lebih djelas menundjukkan isi berbagai kitab, jakni kitab-kitab Sedjarah, kitab-kitab Nubuat, dan kitab-kitab Didaktis atau Kebidjaksanaan. Dalam penerbitan-penerbitan modern pemerintah inilah jang lazimnja digunakan.

Kumpulan Kitab menurut bangsa Jahudi tidak memuat semua kitab-kitab jang oleh Geredja Sutji telah diakui sebagai diilhamkan. Lain kata: Daftar buku-buku sutji (Canon) seperti telah ditetapkan oleh bangsa Jahudi sekarang adalah lebih singkat dari pada Canon jang diterima oleh Geredja Katolik sesuai dengan Tradisi Sutji. Perbedaannja terletak pada tudjuan kitab, jang biasanja disebut kitab- kitab deutero-canonis".

Pentjipta-pentjiptanja

Imam Sutji mengadjarkan, bahwa apa jang termaktub dalam Kitab Sutji baik Perdjandjian Lama maupun Perdjandjian Baru adalah Sabda Tuhan sendiri jang ditundjukkanNja kepada bangsa Israel dan kepada umat manusia umumnja.Kitab-kitab sutji ini kita anggap "diilhamkan", maksudnja: Tuhan setjara istimewa telah membantu para pengarang ketika menjusunnja; Ia menerangi budi mereka dan mendorong kehendak mereka, dan membimbing mereka waktu menulis., sehingga dengan tepat-seksama telah termaktub adjaran-adjaran tentang Tuhan, sifat-sifat dan karja-karjaNja, jang memang maksudNja dipermaklumkan kepada manusia.

"Ilham" harap dibedakan daripada "Wahju" atau "Revelasi".Dalam "Wahju" Tuhan sendiri setjara langsung menerimakan suatu pengertian baru tentang DiriNja dan KarjaNja diantara manusia. Istilah "Ilham" atau "Inspirasi"menundjukkan kepada suatu kurnia ilahi jang diberikan kepada orang-orang tertentu, agar mereka atas Nama dan djaminan Tuhan sendiri, dapat menjampaikan dan menerangkan kepada umat Allah apa jang telah diwahjukan.

Kadang-kadang orang itu mengumumkan apa jang diwahjukan kepada mereka sendiri, seperti halnja dengan Nabi-nabi, seringkali djuga mereka menjampaikan atas Nama Tuhan wahju-wahju jang telah diberikan lebih dahulu kepada orang lain, seperti lazimnja terdjadi oleh para pengarang Buku-buku Sudji.

Demikianlah Tuhan adalah Pentjipta Utama dari kitab-kitab ini, dan Kitab Sutji adalah sesungguhnja Sabda Tuhan.

Manusia pentjipta adalah alat Tuhan, tetapi alat jang hidup dan mempunjai sifat- sifat serta kegiatannja sendiri. Tuhan djustru berkenan menggunakan sifat-sifat dan kegiatan ini untuk memberi Sabda-adjaranNja bentuk manusiawi. Djadi djuga manusia pentjipta menerangkan sifat-sifatnja jang tertentu atas buku himpunannja. Ia hidup pada djaman tertentu, menggunakan kata-kata jang mudah ditangkap oleh para pembatja ketika itu, memakai gaja-bahasanja sendiri. Dalam hal ini ternjata ada perbedaan-perbedaan diantara buku-buku.

Oleh karena Tuhan menjampaikan SabdaNja melalui manusia pengarang, maka pentinglah kiranja kita menjelidiki apa jang sebenarnja dimaksudkan oleh pendjipta tertentu ini. Agar dapat menafsirkan maksud itu dengan teliti, haruslah kita mempunjia pengertian tentang keadaan sekitar pada djaman itu, dan tentang gaja-bahasa jang digunakannja.

Kita hendaknja menjelidiki tjorak-kesusasteraan suatu kitab atau suatu kitab atau suatu fasal. Dalam hal ini komentarlah jang harus memberi petundjuk- petundjuk menurut Tradisi dan adjaran Geredja, pun pula sesuai dengan pendapat- pendapat penjelidikan ilmiah. Demikian misalnja untuk melahirkan isi hatinja seorang penjair mazmur memakai tjara-tjara dan gaja-bahasa lain dari seorang pentjipta prosa kitab-kitab para Radja. Tjara membahas kitab didaktis jang bertjorak agak romantis seperti kitab Tobit sudah tentu berlainan dengan tjara menafsirkan kesusastraan Nubuat. Begitu pula umpamanja kita mengetahui, bahwa pada djaman tertentu timbullah apa jang disebut kesusastraan Kebidjaksanaan dengan sifat-sifatnja jang chas.

Diantara para pengarang sutji Perdjandjian Lama jang terkemuka, tradisi mentjatat nama Musa untuk kesusastraan Hukum, sjemuel dan Esra untuk kitab-kitab Sedjarah, Dawud untuk mazmur-mazmur, Sulaiman untuk kesusastraan Kebidjaksanaan, dan berbagai orang Nabi untuk kesusastraan Nubuat. Ini bukan senantiasa berarti bahwa mereka itu sendirilah jang mengarang buku-buku tadi seluruhnja, melainkan mereka melakukan peranan penting dan mempunjai pengaruh jang mendalam atas tersusunnja kitab-kitab. Adjaran merkalah jang merupakan intisari kitab-kitab tersebut.

Tradisi sebagai sumber bahan-bahan

Sebagian besar dari bahan jang termuat dalam Kitab sutji hingga agak lama disalurkan setjara lisan atau tertulis dalam tradisi umat Israel, dan baru kemudian dikumpulkan serta disusun oleh para pengarang sutji. Djelaslah bahwa tidak semua bahan langsung diwudjudkan atau didiktekan oleh Tuhan sendiri kepada pentjipta-pentjipta ini.

Tuhan mewahjukan Diri sepandjang sedjarah Israel. Kenang-kenangan akan bimbingan Tuhan dalam riwajat UmatNja tetap selaku putera-bangsa Israel hidup dalam alam- suasana tradisi ini, menjatat serta menafsirkannja atas nama dan dengan penerangan dan bantuan Tuhan sendiri, dan dengan demikian mengabdikan Sabda Tuhan serta karja-karjaNja bagi keturunan Israel seluruhnja. Oleh karena ia menulis atas inspirasi atau Ilham dari Tuhan, maka dengan pasti kita mengetahui bahwa sungguh benarlah apa jang dinjatakannja, dan itu semua dituliskan tepat seperti dimaksudkan oleh Tuhan sendiri. Seakan-akan Tuhan sendiri menandatangani buah-tjipta manusia-pengarang dan penafsirannja perihal karja-karja Tuhan.

Dalam kitab Sutji masih terdapat pula bekas-bekas tradisi-tradisi asli jang merupakan sumber bahan-bahan bagi para pengarang. Lebih-lebih dalam kelima kitab pertama, jakni Pentateuch, biasanja dibeda-bedakan empat arus tradisi:

Tradisi jahwistis (J), disebut demikian karena inilah jang berlangsung hidup diantara suku-suku daerah selatan, terutama suku Juda.

Tradisi Elohistis (E). Disini Tuhan kerapkali disebut (Allah), chusus dalam tjerita tentang keadaan sebelum Musa, nama Jahwe tidak dipakai. Bahan tradisi ini berasal dari suku-suku daerah utara, termasuk suku Efraim.

Orang berpendapat, bahwa sesudah hantjurnja Keradjaan Utara (Samaria takluk kepada musuh pada tahun 721) kedua tradisi tersebut bertjampur, sebab ketika itu banjaklah penduduk dari utara jang melarikan diri mengungsi kewilajah Juda. Pertjampuran ini tidak sukar terlaksana, karena pada garis-garis besar tradisi ini berhaluan sedjadjar, dan menjalurkan pengalaman-pengalaman religius dari dahulukala jang bersamaan.

Ketjuali dua arus tradisi ini masih terdapat pula suatu tradisi jang berpangkal pada sematjam aliran di Israel kira-kira abad ketudjuh, jang mau mempertahankan dan mengembangkan Hukum musa. Timbullah ketika itu saduran baru dari Adjaran Musa jang disebut "Hukum kedua" atau Deuteronomium (D). Saduran ini sebagian besar kita ketemukan dalam kitab Ulangtutur. Tjiri jang utama ialah: usaha kearah persatuan nasional dan pemusatan ibadat, dengan maksud untuk menghidupkan kembali semangat religius jang semula, pula untuk mentitikberatkan pengabdian terhadap Jahwe jang bersifat batin dan penuh tjintakasih.

Achirnja ada kalangan imam-imam jang mempunjai minat-minat jang chas akan sedjarah terutama akan peraturan-peraturan serta hukum-hukum ibadat. Mereka sangat mengutamakan wadjib mengedjar kesutjian. Perhatian itu mengemukakan aspek-aspek tertentu dari sedjarah Israel, dan mempunjai pengaruhnja djuga atas Kitab Sudji seluruhnja. Inilah jang disebut: Tradisi Imam (P).

Terutama pada saat sesudah pembuangan di Babilonia, para imam berusaha untuk mengumpulkan dan membangkitkan warisan rohani dari nenek-mojang Israel.

Tradisi jang bermatjam-matjam itu setjara berangsur-angsur bertumbuh bersama dan achirnja didjadikan satu keseluruhan, jang menuat kelima buku Pentateuch dan buku-buku lainnja jang menguraikan sedjarah israel. Ditambah dengan buku Nabi- nabi, buku-buku Kebidjaksanaan dan beberapa buku lain, koleksi itu merupakan Kitab Sutji Perdjandjian Lama.

Bekas-bekas dari berbagai tradisitersebut masih diketemukan dalam Kitab Sutji misalnja dimana terdapat satu peristiwa jang tertjatat sampai dua kali dan mentjerminkan dua matjam pandangan jang sedikit berlainan (doublet). Begitu pula kalau dalam suatu tjerita terdapat penghubung-penghubung hal satu dengan hal berikutnja jang terasa tidak lantjar, perbedaan-perbedaan dalam gaja-bahasa dan sebagainja.

Bagaimana djuga halnja, jang lebih penting bagi kita ialah:Kitab sutji seluruhnja dalam bentuknja jang definitif, seperti telah sampai ketangan kita dengan perantara Geredja.

Bagaimana tjara membatja kitab Sutji

Sementara membatja kitab Sudji hendaknja kita ingat, bahwa para pengarang sutji tidaklah mempunjai tugas untuk hanja memuaskan perhatian kita akan sedjarah kuno semata-mata. Tudjuan mereka ialah membimbing kita sekalian menudju kearah tuhan jang telah mewahjukan Diri kepada umatNja dan kepada kita dalam peristiwa- peristiwa sedjarah masa jang silam. Peristiwa-peristiwa itu dikisahkan, supaja panggilan dan karja keselamatan Tuhan nampak didalamnja. Oleh karena itu kitapun hendaknja sedjarah umat Israel sebagai sedjarah keselamatan

Perdjandjian Lama, ketjuali memberi pernjataan tentang apa jang telah dikerdjakan oleh Tuhan, djuga menundjukkan kepada apa jang achirnja akan dilaksanakanNja setjara penuh dan universil. Maka dari itu arti Perdjadjian Lama tidak terbatas pada segolongan ketjil manusia jang hidup pada djaman jang silam. Adapun Israel dipanggil menerima perwahjuan Tuhan untuk membuka djalan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Wahju ini merintis djalan bagi kedatangan kristus, dan oleh karena itu mendjadi milik rohani setiap orang kristen. Sabda dan karja-karja Tuhan tetap berkembang sehingga mentjapai puntjaknja, jaitu ketika Jesus, Sabda Tuhan sendiri dan WahjuNja jang difinitif, turun ditengahtengah kita.

Djadi Perdjandjian Lama membimbing kita kearah Kristus, dan memanggil masing- masing diatara kita untuk bersama-sama dengan Israek menempuh djalan Imam sedjati, melalui pertjobaan-pertjobaan serta kelemahan-kelemahan kita, agar supaja achirnja menerima Kristus sendiri beserta rahmat-rahmatNja seutuhnja.

Demikianlah Perdjandjian Lama merupakan panggilan jang ditudjukan kepada masing- masing diantara kita. Panggilan itu harus kita djawab dengan pernjataan iman kita. Iman ini semakin penuh berkembang, sedang Sabda tuhan meresap berakar dalam hati kita. Demikianlah seharusnja sikap kita sementara membatja Kitab Sutji.

KATA PENDAHULUAN KITAB KEDJADIAN

Pentateuch atau kelima Buku dari Musa.

Kitab Genesis atau kedjadian adalah jang pertama diantara kelima kitab Musa atau Pentateuch (kitab jang terdiri dari 5 bagian; lima gulungan kitab).

Baik dalam riwajat Jahudi maupun dalam Tradisi kitab-kitab Genesis (Kedjadian), Exodus (Pengungsian), Levitika (Levitika), Numeri (Tjatjahdjiwa) dan Deuteronomium (Ulangtutur) selalu dipandang sebagai kesatuan, *) dan lima gulungan kitab jang memuatnja disimpan oleh bangsa Jahudi dengan penuh chidmat. 2alasan utama dari penghormatan jang istimewa ini ialah: bahwa mereka dianggap buah-tjipta Musa, tersusun atas nama Tuhan. Seperti telah diterangkan dalam Kata Pendahuluan Umum tadi, ini tidak berarti bahwa Musa sendirilah jang menulisnja. Namun intisarinja dihimpun oleh Musa, dan kemudian dikembangkan dan diperluas dibawah pengaruh musa serta atas dasar kerja jang telah dilaksanakannja demi umat Israel atas titah Tuhan. Pokok adjaran-adjarannja seakan-akan berkembang dari abad keabad, sehingga achirnja termaktub mendjadi lima kitab jang diilhamkan ini.

Tugas utama jang harus ditunaikan oleh Musa ialah: mengumpulkan bangsa Hibrani, keturunan para bapabangsa jang dahulukala hidup denegeri Mesir sebagai keluarga- keluarga jang belum bersatu sebagai bangsa dan serba tertindas kehidupannja. Jahwe memerintahkan kepada Musa membentuk mereka djadi bangsa jang bebas. Ketjuali mendjadi pendekar bangsa, Musa adalah pula penjusun Hukum. Bhawa bangsa ini semata-mata tersusun berkat rahmat-panggilan Tuhan, haruslah terlahir pula dalam Hukum Dasanja jang menerangkan tjara hidup umat Israel sesuai dengan sifat-sifat dan panggilannja. Israel itulah nama bangsa terpilih sedjak Musa sampai djaman pembuanagan. Sesudah pembuangan kita sebut:umat Jahudi.

Bagi umat Israel Hukum pada hakekatnja bersifat religius, dan bertudjuan mentjiptakan alam kehidupan atau suasana lagi menentukan azas-azas dasarnja, agar supaja bangsa terpilih dapat melaksanakan panggilan serta tugasnja jang chusus didunia ini. Panggilan itu ialah: mengormati serta mewartakan Nama Tuhan jang Mahaesa jang telah berkenan mengadakan Perdjandjian Kasih dengan mereka, dan hidup sesuai dengan Perdjandjian iti.

Tuhan telah mewudjudkan Diri kepada Musa dan membrinja rahmat-rahmatNja djustru untuk menjusun Hukum itu. Azas-azas jang pokok tertjantum dalam Dekalog atau Kesepuluh Sabda, kesepuluh perintah Tuhan. Maka dari itu kelima kitab jang berdasarkan atas karja Musa itu disebut Torah, jakni Hukum atau Adjaran. Hukum ini tidak tersusun berkat usaha manusiawi belaka, melainkan didasarkan atas tuntutan-tuntutan jang tertjantum dalam Wahju Tuhan terhadap Israel. Tuntutan- tuntutan ini dibawah bimbingan Tuhan sendiri dari abad ke abad memperoleh perudjudan jang makin njata dan konkrit.

Oleh karena itu kitab-kitab ini tidak mempunjai bentuk kitab hukum modern atau kumpulan perundang-undangan, seperti diketemukan pada bangsa-bangsa lain dari sekitar tahun 2000 sebelum Kristus (misalnja kitab hukum Hammurabi jang termasjur), melainkan Hukum Israel seolah-olah terdjalin dalam uraian sedjarah perwahjuan jang diterimanja. dan dalam uraian ini dilukiskan kembangan bangsa terpilih, kesetiaannja dan pengchianatannja terhadap Hukum Tuhan, bagaimana umat Tuhan diberkati tetapi djuga disiksa oleh Tuhan.

Demikian kelima kitab ini mengisahkan sedjarah manusia dalam hubungannja dengan Tuhan, sedjak tertjiptanja alam semesta sampai Musa wafat.

Kitab Genesis atau Kedjadian

Terutama kitab Kedjadian mempunjai sifat uraian sedjarah. kitab ini dimulai dengan kisah kedjadian bumi dan langit, dan berachir dengan riwajat Jusuf dan kepindahan keluarga-keluarga para bap[abangsa Hibrani kenegeri Mesir.

Pemerintah

Kitab Kedjadian terdiri dari dua bagian: \a. - Fasal 1-11: sedjarah dunia sebelum Israel: alam semesta ditjiptakan, manusia pertama djatuh kedalam dosa, dosa manusia disiksa dengan air bah. Djaman ini dibagikan dalam dua periode: dari Adam ke Noah (10 keturunan) dan dari Noah Ke Ibrahim (10 keturunan). \b. - Fasal 12-50: permulaan sedjarah bangsa Israel sendiri: para bapa bangsa.

Sifat kedua bagian

Kedua bagian ini masing-masing memiliki sifat-tjoraknja sendiri, sehingga dipandang dari sudut sastera maupun sedjarah tidak dapat disamakan begitu sadja.

Untuk mengarang sedjarah, orang harus memiliki sumber-sumbernja, artinja mempunjai dokumen-dokumen tertulis atau tradisi-tradisi lisan jang lajak dipertjaja dari djaman dahulu.

Adapun Israel hanjalah mempunjai sumber-sumber sedjarah sedjak djaman Ibrahim. Sebelum itu sedjarah Israel belum tertjipta, karena Israel sendiri belum ada.

Dasar pertama lahirnja Israel ialah peristiwa panggilan Ibrahim.Sebelum itu keluarga Ibrahim hanja merupakan suatu unsur dalam keseluruhan bangsa semit jang belum menerima Wahju sedjati dari Tuhan jang Mahaesa.

Golongan bangsa Semit hidupnja seperti nomade, mengembara senantiasa berpindah- pindah tempat-kediaman. asalmulanja ialah padang-gurun Arabia; pada musim-musim kemarau mereka mentjari nafkah serta makanan bagi ternak mereka disekitar sungai-sungai besar: Eufrat, Tigris, disepandjang tepi sungai jordan, bahkan kadang-kadang sampai ditepi bengawan Nil ditanah Mesir.

Disekitar sungau-sungai itu berdiamlah bangsa-bangsa jang besar lagi lebih tinggi taraf kebudajaannja, antara lain bangsa Sumeria (rumpun bangsa Indo- Eropa) di Mesopotamia, kemudian tedesak oleh bangsa-bangsa Babilon dan Assiria, jakni bangsa-bangsa Semit jang sedjak dahulukala beralih dari tanah Arab kedjurusan utara. Lebih keutara lagi kita dapatkan bangsa Hittit disepanjang sungai Halys dekat Laut Hitam (sekitar tanah Turki); ditanah Palestina bangsa Kanaanit (golongan bangsa Semit djuga), dan disebelah barat bangsa mesir.

Demikian pula suku Hibrani dari golongan bangsa Semit asal-usul keluarga Ibrahim, telah meninggalkan padang-gurun Arabia, bertolak ke Ur ditepi sungai Eufrat disebelah barat-laut teluk Persia, kemudian ke Charan, bagian utara "daerah-kedua-sungai" (Aram Naharaim) antara sungai Tigris dan Eufrat. Beberapa kenang-kenangan dari djaman itu, sungguhpun sudah agak kabur, mungkin djuga tersimpan dalam tradisi suku-suku dan kemusian masuk kedalam tradisi Israel. Tetapi berkat adanja hubungan dengan kebudajaan Babilon djuga pada waktu kemudian, ada kisah-kisah dan tjerita-tjerita dari daerah-daerah itu jang dalam bentuk agak berlainan, disalurkan pula kedalam tradisi Israel. Kiranja itu terdjadji a.l melalui kebudajaan suku-suku Kanaan.

Akan tetapi peristiwa bersedjarah pertama jang menentukan timbulnja bangsa Israel ialah pertemuan antara Ibrahim dan Tuhan, serta panggilan Ibrahim untuk bertolak meninggalkan suku-bangsanja sendiri, dan mendjadi inti-permulaan suatu bangsa jang baru jang akan dikaruniakan dengan wahju-wahju Tuhan. Segala sesuatu jang terdjadi sebelum Ibrahim dipanggil, dipandang dari sudut historis, terletak diluar batas-batas sedjarah Israel.

Maksud dari Fasal: 1-11

Demikianlah djelas sekarang, bahwa kesebelas fasal pertama dari kitab Kedjadian bukannja tersusun dari bahan wirajat atau tradisi religieus-historis bangsa Israel sendiri, dan bukan pula merupakan kisah sedjarah dalam arti kata jang modern. Meskipun begitu ini tidak berarti, bahwa fasal-fasal tersebut sama sekali tidak mempunjai nilai atau latarbelakang historis.

Perbedaan dengan kissah tentang periode historis ialah, bahwa kissah-kissah itu mentjeritakan peristiwa-peristiwa jang telah dialami oleh Israel sebagai tanda- tanda historis jang menampakkan Wahju dan Karja Tuhan. Sedangkan dalam uraian tentang periode prasedjarah. Rendjana dan Karja Tuhan diberi wudjud jang konkrit dengan menggunakan tjerita-tjerita kuno dan legenda-legenda jang diketahui umum, disesuaikan dengan maksud pengaang jang chusus.

Maka dari itu, meskipun peristiwa-peristiwa dari masa prasedjarah dalam perintjiannja jang konkrit adalah tersembunji bagi pengarang, tetapi hubungan antara Tuhan dan manusia jang akan diuraikannja tidaklah berupa perumusan- perumusan jang abstrak, melainkan diberi bentuk lukisan jang serba konkrit. Demikian tempo sedjak pentjiptaan bumi sampai Ibrahim mendapat suatu perspektif historis. Adapun maksudnja ialah, untuk menekankan, bahwa Rendjana Tuhan dan sikap manusia terhadapnja adalah realita jang kelihatan dalam sedjarah dan sungguh-sungguh telah menentukan situasi umat manusia. Djadi jang diterangkan dalam fasal-fasal ini bukannja suatu chajalan belaka. Melalui gambaran-gambaran konkrit kita hendaknja menangkap perkembangan historis dari Rendjana Keselamatan Tuhan jang terselubung didalamnja. Dalam teks sendiri terdapat bukti-bukti objektif jang menjatakan, bahwa pentjipa tidak bermaksud menjadjikan lukisan- lukisan jang konkrit itu sebagai laporan, seakan-akan peristiwa-peristiwa semuanja pernah terdjadi tepat seperti tergambar olehnja. (Lihat komentar).

Sumber pengertian tentang keadaan manusia sebelum Ibrahim

Tetapi bagaimana para pengarang sutji telah memperoleh pengertian-pengertian mereka tentang apa jang terdjadi antara Tuhan dan manusia dalam masa prasedjarah?

Sudah kami terangkan diatas, bahwa tradisi historis umat Israel tidak meliputi masa tersebut. Walaupun demikian, kita berhadapan dengan Sedjarah Keselamatan, jang berkat adanja Inspirasi atau Ilham tidak boleh diragu-ragukan lagi kebenarannja. Pengertian para pengarang mengenai purbakala itu melampaui kodrat, dan pada hakekatnja bersadarkan pada Wahju Tuhan.

Akan tetapi tidak usah kita menjangka, bahwa Tuhan telah menampakkan kepada mereka dengan suatu mukdjidjat peristiwa-peristiwa konkrit jang terdjadi dalam masa prasedjarah. Tadi sudah didjelaskan, bahwa unsur-unsur uraian jang mereka gunakan untuk sebagian besar berasal dari tjerita-tjerita kuno dilingkungan Babilonia. Tetapi adjaran-adjaran jang mendjadi intisari tjerita-tjerita itu mereka peroleh dari Wahju jang telah dianugerahkan kepada Israel.

Hendaknja djangan kita lupakan, bahwa mereka jang menjusun bahan-bahan kitab Kedjadian adalah orng-orang Israel dari abad-abad kemudian. Mereka mengetahui sedjarah Israel sebagai Umat jang terpilih. Daripadanja mereka mengambil kesimpulan, bahwa Allah jang telah memanggil Ibrahim dan menampakkan Diri kepada Israel adalah sama sadja dengan Tuhan jang mentjiptakan bumi-langit serta manusia sekalian.

Maka pada orang Israel timbullah pertanjaan, mengapa diantara bangsa-bangsa sekian banjaknja hanja Israelkah jang menerima panggilan Tuhan jang istimewa? Apakah jang terdjadi pada umat manusia lain sebelum Ibrahim?

Djawaban mereka peroleh dari pengertian mendalam tentang maksud-maksud dan djalan-djalan Tuhan seperti telah terkandung dalam wahju-wahjuNja kepada Israel. mereka mendjadi faham, bahwa dalam sedjarah religius bangsa Israel nempaklah djuga pola dari Rendjana ilahi terhadap umat manusia pada umumnja. Maka dari awal mula sedjarah umat manusia telah ditudjukan oleh Tuhan kearah Israel dan Keselamatan jang akan dilaksanakan didalamnja.

Demikianlah, berkat tjahaja-penerangan dari Tuhan dan atas namaNja, pengarang kitab Kedjadian dapat mengadjar kita perihal Tuhan Pentjipta alam semesta, tentang tudjuan manusia dan bagaimanakah seharusnja sikapnja menurut kehendak Tuhan, pula mengenai dosa manusia jang memperbuahkan penderitaan serta maut. Ia memperlihatkan kepada kita, bagaimana kebanjakan manusia makin mendjauhkan diri dari Tuhan dan menudju kebinasaan.

Keadaan itulah jang mendjadi sebabnja Tuhan berkenan memanggil Ibrahim dari dunia penuh dosa dan penderitaan ini dan memilih Israel mendjadi UmatNja. Adapun maksudNja untuk melaksanakan RendjanaNja jang semula dan achirnja membawa Keselamatan bagi seluruh bangsa manusia.

Karena adjaran tentang prasedjaah berdasarkan atas Wahju dan pengalaman- pengalaman Israel, maka gambaran mengenai djaman sebelum Ibrahim itu memperlihatkan beberapa tjorak jang sedjadjar dengan sejarah Israel sendiri.

Misalnja: Tuhan mentjiptakan dunia dari ketiadaan seperti djuga Umat Israel ditjiptakanNja dari ketiadaan, ialah dari dunia berdosa. Manusia dilimpahi Kasih Tuhan jang membahagiakan (keadaan firdaus) seperti Israel kemudian dituntun kepada tanah jang makmur-sedjahtera dan suasana tenteram-damai. Begitu djuga halnja dengan pengchianatan dan menipis atau enjahnja iman pada kebanjakan orang: manusia pertama melanggar perintah Tuhan dan diusir dari firdaus, seperti djuga Israel sendiri melakukan pelanggaran dan merosot serta diusir dari tanah jang dianugerahkan kepada mereka . Achirnja sedjumlah ketjil orang diselamatkan dari kebinasaan dosa dan hukuman (Noah sekeluarganja), seperti dalam israel hanja akan tinggal sisa-sisa jang tetap akan setia pada Tuhan dan jang akan menerima Keselamatan jang telah didjandjikan, pada waktu kedatangan al-Masih.

Namun perbedaan jang besar antara masa prasedjarah dan sedjarah Israel ialah: bahwa dengan panggilan Ibrahim mulailah djalan kembali dari kemerosotan umum kearah hubungan dengan Tuhan, djalan kemenangan atas kedosaan, berkat Wahju dan Rahmat baru jang berlimpah-limpah.

Oleh pengarang sutji Sedjarah Keselamatan purbakala, pentjiptaan alam-semesta, berlipatgandanja bangsa manusia, serta meluasnja keseluruh pendjuru dunia, ditjeritakan setjara singkat dan skematis. Mereka menggunakan kissah-kissah kuno jang mengalami penjaduran sesuai adjaran jang dimaksudkan.

Maka dari itu djanganlah hendaknja kita mentjari didalamnja bahan-bahan ilmu- pengetahuan ethnologi, geografi, archaeologi dan sebagainja.

Apa jang diandjurkan ialah: kepastian tentang situasi-keselamatan umat manusia dahulukala, sebelum mewahjukan Diri kepada bangsa Israel.

Fasal 12-50

Dalam bagian kedua jang mendjadi pokok ialah: Sedjarah karja-karja Tuhan seperti hidup dalam kenangan-kenangan dan tertera dalam tulisan-tulisan bangsa Israel. Sudah barang tentu setelah berselang sekian abad kbar-kabar tentang peristiwa- peristiwa jang terkuno kebanjakan adalah agak kabur. Pada djaman itu segala sesuatu terdjadi dalam lingkungan keluarga para bapabangsa jang terbatas, merupakan sedjarah keluarga. Tetapi kedjadian-kedjadian jang sungguh penting dan mengesankan tersimpan terbaik dalam tradisi-tradisi.

Gambaran jang terdapat dalam kitab Kedjadian tentang periode ini sesuai dengan apa jang kita ketahui dari sumber-sumber sedjarah lainnja dan dari penjelidikan- penjelidikan archeologis mengenai djaman itu.

Jang terutama diutarakan ialah saat-saat Tuhan mewahjukan Diri dan mempermaklumkan firmanNja kepada UmatNja jang terpilih.

Makin singkat djarak antara terdjadinja peristiwa-peristiwa dan saat menulisnja, makin menipis pulalah kabut jang menjelubungi masa silam, makin djelas djuga kedjadian-kedjadian itu tampil kemuka.

Akan tetapi, seperti telah kami kemukakan tadi, djuga disini pada hakekatnja apa jang menuntut perhatian kita terutama seharusnja ialah hal-ichwal jang rohani, rahmat tuhan jang dalam peristiwa-peristiwa itu dilimpahkanNja kepada bangsa Israel dan kepada kita djuga. Oleh karena itu kerapkali ditekankan oleh pengarang sutji, bahwa Tuhan sendirilah sebab pertama dari peristiwa kedjadian sedjarah, sedangkan berbagai sebab-sebab lain, jang djuga mempunjai peranannja, ditempatkan dilatar belakang. Tuhanlah jang membimbing sekalian manusia dan segala sesuatu kearah tudjuan jang ditentukanNja.

Hendaknja kita beladjar menjaksikan peranan Tuhan dalam segala-galanja dan memperhatikan, bagaimana Kasih Tuhan, - jang menggerakkan segala sesuatu dan menudjukan panggilanNja kepada manusia jang bersifat bebas, - telah meresap mempengaruhi djalan sedjarah, baik bila Tuhan menampakkan diri setjara langsung dan dalam wahju-wahjuNja dan kedjadian-kedjasian jang mengagumkan, maupun bila Ia berbitdjara dengan menggunakan orang-orang utusanNja, untuk mengadjar serta membimbing BangsaNja terpilih. (Untuk keterangan lebih landjut mengenai interprestasi sedjarah israel lihat tjatatan jang mendahului Buku Josua)

(0.140707) (Kej 3:24) (ende)

Maksud pengarang mengadjarkan kepada kita kebenaran-kebenaran historis berhubung dengan keselamatan kita: keadaan jang sesungguhnja dari manusia pertama serta keturunannja, dan sikapnja terhadap Tuhan. Keadaan ini dilukiskannja berbentuk suatu drama dengan berbagai-bagai pelakunja. Djadi bentuk gambaran ini bukan dalam segala-galanja menepati apa jang terdjadi dalam sedjarah. Kesimpulan ini dapat kita ambil dari teks sendiri. Pertama-tama: bentuk literer, jang mengandung banjak motif-motif dan unsur-unsur mitologis dari kesusasteraan hikmah: taman kenikmatan, ular jang berbitjara, pohon kehidupan, dan pengertian tentang baik dan djahat. Ini termasuk djenis puisi. Selandjutnja pelaku-pelaku simbolis, jang memegang peranan dalam tjerita. Sifat simbolis ini ternjata dari nama-nama jang mempunjai arti umum: 'adam = manusia; chawa = jang hidup. Demikian pula halnja dalam fasal-fasal berikutnja: Kain, Abil, Enosj, dll, semua ini nama-nama buatan jang timbul dalam tradisi.

Achirnja maksud tersebut diatas ternjata djuga dari tjara penghimpun kitab Kedjadian menggabungkan fasal 1(Kej 1) dengan fasal 2-3(Kej 2-3) mendjadi kesatuan: gambaran olehnja tidak dianggap sebagai kissah-sedjarah jang menguraikan segala-sesuatu tepat sebagaimana tampak terdjadi. Maka dari itu ia tidak berkerabatan mentjampur mempersatukan lukisan-lukisan jang mengandung perbedaan-perbedaan satu sama lain.

(0.140707) (Im 4:2) (ende: dosa)

jang dimaksudkan disini ialah dosa "materiil", pelanggaran hukum Allah, dengan sadar atau tidak, dengan sengadja atau tidak. Anggapan tentang dosa itu tentu masih agak primitif. Kemudian hanja pelanggaran sadar dan disengadja dianggap "dosa". Namun demikian djuga dengan pelanggaran hukum Allah jang materiil belaka hak Tuhan jang objektip diperkosa dan kurban penebus dosa (atau pelunas salah) setjara objektip memulihkan perkosaan hak itu. Selain dari itu djuga dalam dosa jang tak disengadja nampaklah kekurangan jang ada pada manusia. Dan kurban-kurban jang sedemikian itu terus mengingatkan kepada manusia kekurangan dan batas ketjilnja dihadapan Allah, jang mahakudus dan mempunjai hak mutlak atas manusia, meskipun manusia njata-njata tidak mampu menepati segala kewadjibannja kendatipun kemauannja baik. Dengan demikian kurban-kurban itu terus mengingatkan kepada manusia djaraknja jang ada diantara Allah jang Mahasempurna (kudus) dan manusia jang serba kurang.

(0.140707) (Mat 1:16) (ende)

Hendaknja diperhatikan dalam ajat ini, bahwa Mt. tidak meneruskan dengan "Josep menurunkan Jesus....", melainkan, Josep suami Maria, jang telah melahirkan Jesus jang disebut Kristus". Mt. sengadja hendak menekankan, bahwa Josep hanja bapak-angkat Jesus, sebagai suami Maria, menurut hukum. Demikian Josep menurut hukum mempunjai segala hak kebapaan atas Jesus, dan Jesus benar-benar termasuk keluarga David.

Tetapi mungkin Maria djuga berasal dari David, sehingga Jesus betul-betul mengambil daging dan darahnja dari bangsa itu. Santu Justinus Martir, kira-kira tahun 150, menulis dengan terang bahwa Maria dari Bangsa David. Dan sudah lebih dahulu, dalam permulaan abad kedua itu, Santu Ignatius uskup Aleksandria menulis, bahwa daging Jesus dalam Ekaristi berasal dari David, bahwa Jesus menurut daging terbit dari keluarga David, dan bahwa Maria mengandung Jesus dari bangsa David, tetapi oleh Roh Kudus. Barangkali jang sama dimaksudkan Paulus dalam Rom 1:3 dan terkesan dalam Luk 1:27; 1:32; 1:69 dan Kis 2:30. Tetapi ajat-ajat itu dapat ditafsirkan djuga sebagai jang dimaksudkan ialah keturunan dari David menurut hukum.



TIP #33: Situs ini membutuhkan masukan, ide, dan partisipasi Anda! Klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA