Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 341 - 360 dari 1243 ayat untuk doa (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.29) (Mat 14:23) (jerusalem: untuk berdoa) Injil-injil, terutama Lukas, kerap kali memberitahukan bahwa Yesus berdoa seorang diri di tempat sunyi atau di malam hari, Mat 14:23 dsj; Mar 1:35; Luk 5:16, waktu makan, Mat 14:19 dsj; Mat 26:26-27 dsj, dan sehubungan dengan peristiwa-peristiwa penting; waktu dibaptis, Luk 3:21, sebelum memilih keduabelas rasul, Luk 6:12, sebelum mengajar doa "Bapa Kami", Luk 11:1; bdk Mat 6:5+, dan sebelum murid-murid mengakui Yesus sebagai Mesias, Luk 9:18; waktu Yesus dimuliakan di atas sebuah gunung, Luk 9:28-29, di kebun Getsemani, Mat 26:36-44, waktu di salib, Mat 27:46 dsj; Luk 23:46. Yesus mendoakan mereka yang menyalibkanNya, Luk 22:32, semua muridNya dan mereka yang menyusul, Yoh 17:9-24; Iapun mendoakan diriNya sendiri, Mat 26:39 dsj; bdk Yoh 17:1-5; Ibr 5:7. Doa-doa itu menyatakan bahwa Yesus terus menerus berhubungan dengan BapaNya, Mat 11:25-27 dsj, yang tidak pernah membiarkan Yesus seorang diri, Yoh 8:29, dan senantiasa mengabulkan doaNya, Yoh 11:22,42; bdk Mat 26:53. Dengan teladan dan ajaranNya Yesus mau menanamkan ke dalam hati pengikutNya baik perlunya berdoa maupun caranya, Mat 6:5+. Sekarang dalam kemuliaanNya Yesus terus mendoakan pengikut-pengikutNya, Rom 8:34; Ibr 7:25; 1Yo 2:1, sesuai dengan janjiNya, Yoh 14:16.
(0.29) (Yoh 16:26) (jerusalem: meminta bagimu kepada Bapa) Var: meminta kepada Bapa. Memanglah Yesus tetap satu-satunya pengantara, bdk Yoh 10:9; 14:6; 15:5; Ibr 8:6, tetapi para murid menjadi bersatu denganNya oleh karena iman dan kasih, maka mereka dikasihi oleh Bapa: pengantara Yesus menghasilkan seluruh hasilnya. Inilah doa agung Juruselamat yang pada saat korbanNya mempersembahkan diriNya dan mendoakan semua manusia.
(0.29) (Rm 8:27) (jerusalem: berdoa untuk orang-orang kudus) Menurut teladan Yesus, Mat 6:5+; Mat 14:23+, dan sesuai dengan kebiasaan Gereja purba, Kis 2:42+, Paulus kerap kali mengajak orang berdoa tekun, Rom 12:12; Efe 6:18; Fili 4:6; Kol 4:2; 1Te 5:17+; 1Ti 2:8; 5:5; bdk 1Ko 7:5. Paulus sendiri dengan tidak kunjung berhenti mendoakan kaum beriman, Efe 1:16; Fili 1:4; Kol 1:3,9; 1Te 1:2; 3:10; 2Te 1:11; File 4, dan mengajak kaum beriman supaya mendoakan Paulus, Rom 15:30; 2Ko 1:11; Efe 6:19; Kol 4:3; 1Te 5:25; 2Te 3:1; File 22; Ibr 13:18. Mereka perlu saling mendoakan, 2Ko 9:14; Efe 6:18. Mengenai doa untuk saudara yang berdosa dan yang sakit, bdk 1Yo 5:16; Yak 5:13-16. Doa-doa itu meminta karunia-karunia buat kemajuan rohani dan buat menghilangkan rintangan-rintangan, baik lahiriah, 1Te 2:18 dan 1Te 3:10; Rom 1:10, maupun batiniah, 2Ko 12:8-9. Diminta juga hal-hal yang baik di bidang sosial, 1Ti 2:1-2, Paulus sangat menekankan perlunya doa syukur, 2Ko 1:11+; Efe 5:4; Fili 4:6; Kol 2:7; 4:2; 1Te 5:18; 1Ti 2:1. Segala perbuatan, Efe 5:20; Kol 3:17, teristimewa makan perlu di sertai ucapan syukur, Rom 14:6; 1Ko 10:31; 1Ti 4:3-5.
(0.29) (Why 4:4) (jerusalem: tua-tua) Tua-tua itu berperan sebagai imam dan raja: mereka memuji dan menyembah Allah, Wah 4:10; 5:9; 11:16,17; 19:4, dan menyampaikan kepadaNya doa kaum beriman, Wah 5:8. Mereka membantu Allah dalam memerintah dunia (takhta) dan menjadi penyerta dalam kuasaNya sebagai Raja (mahkota). Jumlah mereka barangkali menyinggung 24 rombongan imam-imam, 1Ta 24:1-19.
(0.29) (Kej 24:1) (sh: Jodoh di tangan Allah (Jumat, 14 Mei 2004))
Jodoh di tangan Allah

Tanggal 3 Januari 2004 dunia selebritis heboh karena pernikahan Britney Spears dengan teman sekolahnya, Jason Alexander. Tanggal 5 Januari 2004 Britney membuat heboh lagi karena pernikahannya dibatalkan oleh hukum. Ini mungkin usia pernikahan tersingkat bahkan di kalangan Hollywood. Alasan pembatalan itu sederhana, mereka melakukannya sekadar menuruti perasaan dan besar kemungkinan dalam keadaan mabuk. Betapa rendah nilai pernikahan dalam tindakan demikian.

Berbeda jauh dengan persiapan pernikahan dalam dunia Alkitab. Pernikahan adalah sakral. Bersatunya sepasang pria-wanita dalam mahligai pernikahan adalah atas kehendak dan berkat Allah, oleh karenanya tidak boleh sembarangan. Oleh sebab itu, Abraham pun tidak sembarangan mencarikan pasangan bagi Ishak. Ia mengutus hambanya yang paling senior, Eliezer untuk mencarikan teman hidup bagi Ishak bukan di Kanaan, melainkan kepada sanak Abraham sendiri yang tinggal di Haran (ayat 2-9). Keseriusan tugas itu diungkapkan penulis Kejadian dengan mengulang perintah Abraham kepada Eliezer pada mulut Eliezer (ayat 37-41).

Eliezer tidak menyelesaikan tugasnya itu dengan sendirian. Ia berdoa kepada Allah dan meminta petunjuk yang jelas agar tidak salah memilih. Penulis kitab Kejadian mengungkap keseriusan dan kebersandaran Eliezer kepada Allah dengan mencatat isi doa Eliezer sampai dua kali pada ayat 12-14, 42-44. Keyakinan akan nilai kudus rencana Allah melahirkan sikap berhati-hati dan bergantung penuh dalam memilih dan melakukan segala sesuatu. Tuhan mendengar doa orang yang berserah dan bersandar kepada-Nya. Jawaban doa Eliezer nyata di depan matanya. Semua permintaan doanya digenapi secara mendetail (ayat 15-20).

Renungkan: Doa dan Firman merupakan syarat mutlak mengerti kehendak Tuhan. Tuhan berkehendak memberikan jodoh yang terbaik untuk anak-anak-Nya.

(0.29) (1Sam 1:19) (sh: Allah mengingat, doa terjawab! (Senin, 28 Juli 2003))
Allah mengingat, doa terjawab!

Dalam perikop terdahulu, kita mengetahui bahwa meskipun Hana belum memperoleh jawaban akhir dari ungkapan pergumulannya kepada Allah, tetapi ia telah mengalami perubahan. Paling tidak kesedihan telah berlalu dari hatinya. Kalimat "penantian itu membosankan", rupa-rupanya tidak berlaku bagi Hana. Kuncinya hanya satu, Hana memiliki keyakinan yaitu bahwa ia telah mengungkapkan isi hatinya pada Allah, Sang Sumber Pengharapan.

Bagaimana sikap Allah? Jika kita memperhatikan anak kalimat "Tuhan ingat kepadanya," (ayat 19) mungkinkah Allah sebelumnya telah melupakan Hana? Seperti juga terhadap Abraham, Ishak, Yakub, ketika Allah mengingat kembali perjanjian-Nya terhadap mereka, begitu jugalah Allah mengingat Hana. Tindakan Allah ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa daya ingat Allah melemah, tetapi hal ini mengindikasikan bahwa Allah menyelesaikan rencana-Nya secara bertahap, termasuk rencana Allah mengabulkan permintaan Hana. Allah menjawab permohonan Hana dengan menghadirkan Samuel.

Melalui permohonan Hana dan pemenuhan permohonannya oleh Allah, kepada Kristen sekarang ini dipaparkan beberapa hal penting: pertama, bahwa Allah tidak pernah menutup mata dan telinga-Nya terhadap setiap ungkapan umat-Nya. Seharusnya umat tidak tergesa- gesa menilai bahwa Allah tidak akan pernah mendengarkan doanya karena memiliki latar belakang hidup yang kelam, atau selalu melakukan perbuatan dosa. Datanglah kepada Allah, ungkapkanlah segala pergumulan Anda kepada-Nya. Kedua, isi doa Hana berorientasi kepada kepentingan Allah, bukan kepada kepentingan pribadi. Ketiga, Allah pasti menjawab semua permohonan doa umat- Nya sesuai dengan rencana dan tujuan-Nya.

Renungkan: Allah menyelesaikan semua permohonan umat-Nya secara bertahap. Karena itu teladanilah Hana yang sabar dan setia.

(0.29) (2Taw 20:1) (sh: Sikap orang saleh menghadapi ancaman (Minggu, 23 Juni 2002))
Sikap orang saleh menghadapi ancaman

Kesalehan berperanan besar dalam ketepatan bersikap dan bertindak mengatasi ancaman. Mendengar tentang komplotan yang akan menyerang Yehuda, Yosafat tidak panik meskipun takut (ayat 3). Ia tidak mulai dengan langkah-langkah taktis militer. Langkah pertamanya adalah keyakinan -- bukan tindakan -- keyakinan dasar penting tentang realitas, bahwa segala sesuatu ada dalam kendali tangan Allah. Dari keyakinan itu lahirlah langkah-langkah Yosafat mencari pimpinan Tuhan, mengerahkan rakyat berpuasa dan ia sendiri memimpin doa massal (ayat 4, 5).

Doanya dimulai dengan mengakui fakta yang sering orang lupakan, yaitu bahwa kendatipun tidak terlihat, Allah aktif mengatur seisi realitas dari surga sampai ke bumi. Allah berkuasa penuh dan semua kuasa di bumi ini takluk dan tunduk pada kehendak Tuhan (ayat 6). Ia juga mengingat ulang bahwa sesuai perjanjian-Nya, Allah sendiri telah menetapkan keumatan mereka (ayat 7-8), dan atas dasar hubungan perjanjian itulah perlindungan Allah atas umat terjadi (ayat 9). Doa adalah kesempatan untuk mengakui realitas sebagaimana adanya; bahwa ancaman itu sedemikian serius (ayat 10-11) dan bahwa umat Tuhan itu sendiri sangat lemah (ayat 12). Allah mendengar dan berespons terhadap doa. Yahaziel, yang artinya adalah visi dari Allah, bernubuat membentangkan visi prinsipiil bahwa perang itu adalah perang Allah. Karena itu, kemenangan sudah terlihat meski saat itu bahaya masih ganas mengancam (ayat 13-17).

Renungkan: Puasa dan doa bukan sekadar cara. Keduanya Yosafat lakukan dengan memperhatikan kebenaran teologis yang dikenalnya dalam firman Allah. Tanpa pemahaman kebenaran dan hubungan yang nyata dengan Tuhan, keduanya sia-sia.

(0.29) (Mzm 15:1) (sh: Layak di hadapan Tuhan (Rabu, 19 Februari 2003))
Layak di hadapan Tuhan

Bagaimana kehidupan doa dan ibadah Anda kepada Tuhan? Jika Anda menyejajarkannya dengan ungkapan pemazmur dalam pasal ini, apakah Anda termasuk orang yang boleh menumpang di dalam kemah Tuhan?

Pemazmur menampilkan sejumlah karakter orang yang layak di hadapan- Nya. Kelompok karakter yang pertama (ayat 2-3) terdiri dari tiga positif: tidak bercela, adil, dan mengatakan kebenaran dengan segenap hati (ayat 2), dan tiga negatif: tidak menyebar fitnah, tidak berbuat jahat, dan tidak menimpakan cela (ayat 3). Kelompok karakter yang kedua (ayat 4-5) terdiri dari dua positif: memandang hina orang yang tersingkir (dari hadapan Allah = orang yang menolak firman Allah) dan memuliakan orang yang takut akan Tuhan (ayat 4a), dan tiga negatif: tetap setia pada sumpah (yang teledor) walau rugi, tidak meminjamkan uang dengan bunga, dan tidak menerima suap (ayat 4b,5). Orang yang berkarakter seperti di atas hidupnya berkenan kepada Tuhan (ayat 5b) Pemazmur menyadari bahwa untuk layak di hadapan Tuhan yang suci, hidup seseorang haruslah suci juga. Masalahnya, siapakah orang yang dapat sempurna sedemikian? Jawabannya, jelas tidak ada. Seperti yang sudah diulas dalam Mazmur 14, tidak seorang pun yang baik, apalagi mencari Allah. Yang melayakkan seseorang di hadapan Allah adalah anugerah dan kasih Allah.

Mazmur ini menunjukkan kepada kita betapa erat hubungan antara doa dan hidup, antara ibadah dan melaksanakan kehendak-Nya. Tidak ada doa dan ibadah yang benar kalau itu tidak dipersiapkan dan didukung hidup yang sesuai dengan kehendak Allah.

Renungkan: Kesungguhan ibadah Kristen terletak dalam kasih. Kasih harus mendukung ibadah kita dan sebaliknya, ibadah harus bermuara dalam kasih. Kasih Kristus harus selalu menjadi sumber pertobatan kita setiap kali kita datang menghadap-Nya dalam doa dan ibadah.

(0.29) (Mzm 43:1) (sh: Allah tempat pengungsianku, sukacitaku, dan kegembiraanku (Senin, 13 Agustus 2001))
Allah tempat pengungsianku, sukacitaku, dan kegembiraanku

Kegelisahan-kegelisahan akibat berbagai tekanan hidup, perlakuan yang tidak adil, dan kondisi yang tidak aman seringkali menjadi beban yang memperberat langkah hidup kita. Di saat seperti ini kita membutuhkan adanya pembebasan, pembelaan, dan tempat peristirahatan yang dapat memulihkan sukacita kita. Kebutuhan akan hal seperti inilah yang melatarbelakangi lahirnya doa permohonan pemazmur. Namun dimanakah jawaban atas pergumulan ini dapat ditemukan?

Sebagaimana dalam Mazmur 42, demikian juga dalam Mazmur 43 ini, pemazmur diliputi kegelisahan yang sedemikian dalam. Ia diliputi ketidakmengertian, mengapa Allah yang adalah tempat pengungsian yang aman membuang dirinya sehingga ia hidup berkabung di bawah impitan musuh (ayat 2). Kekuatan dan jawaban atas pergumulannya ini terletak di dalam doa yang dipanjatkannya. Ia memohon agar Tuhan memperjuangkan keadilan dan perkaranya serta meluputkannya dari orang-orang curang yang menipunya (ayat 1). Ia berdoa memohon agar Tuhan memerintahkan terang dan kesetiaan-Nya untuk menuntunnya berjumpa Allah yang adalah sukacita dan kegirangannya (ayat 3-4).

Doanya ini mengubah kegelisahannya menjadi pengenalan akan Allah sebagai tempat pengungsian yang membuatnya bersuka dan bergembira. Doa ini telah membawa keletihan jiwanya pada tempat peristirahatan yang nyaman. Doa ini mengubah nada refrein lagunya, semula ia menyanyikan refrein lagunya dengan nada pilu dengan harap-harap cemas (ayat 42:6, 12), tetapi kini dengan nada optimis ia berkata: "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku, dan Allahku!" (ayat 5). Melalui kekuatan yang ditemukan dalam doanya ia menyadari bahwa tidak seharusnya ia merasa tertekan dan gelisah, karena ia memiliki pengharapan di dalam Allah yang menjadi penolongnya.

Renungkan: Apakah kita merasa tertekan, gelisah, terbuang, dan hidup di bawah impitan? Berharap dan berdoalah agar terang serta kesetiaan Tuhan menuntun Anda mendekat kepada Allah, dan nikmatilah persekutuan yang indah dengan-Nya.

(0.29) (Mzm 74:1) (sh: Mengadu kepada Tuhan. (Minggu, 09 Agustus 1998))
Mengadu kepada Tuhan.

Kehancuran yang dialami umat Tuhan menjelang atau sesudah masa pembuangan teramat berat. Perbuatan musuh-musuh Israel sangat kejam, sampai merusak tanah, membunuh para nabi Tuhan dan menista Nama Tuhan. Seolah-olah Tuhan berdiam diri, tidak melakukan apa-apa dan membiarkan umat-Nya terlantar. Dalam keterjepitan itu mereka berteriak berapa lama lagi Tuhan (ayat 10-11).

Dalam pergumulan hidup yang berat, tanpa sadar kita bersikap sama dengan Asaf. Mengeluh dan mengadu. Bila itu saja tentu dapat diterima. Tetapi bila menuduh Tuhan berdiam diri membiarkan kita sendiri dalam pergumulan itu, benarkah? Tatkala gereja dibakar dan kristen dianiaya, tidak sedikit dari orang Kristen yang berteriak dalam doa. Namun janganlah isi doa kita seolah mau menuduh Tuhan atau menjadi pahlawan bagi Tuhan dengan bertindak sebagai pembela nama dan kehormatan Tuhan. Benarkah sikap demikian? Siapakah kita sehingga kita mau menjadi penasehat Tuhan? Dalam pergumulan hidup bawalah dengan tulus seluruh pergumulan Anda tanpa mendikte Tuhan. Biarlah Allah akan bertindak sendiri sebagai pahlawan kita.

Belajar dari kisah Tuhan dalam sejarah. Doa Asaf tidak berhenti di situ. Asaf merenungkan ulang mengingat sejarah perbuatan Tuhan atas umat-Nya, dari Kejadian bahkan Keluaran seterusnya (ayat 12-17). Bukankah dalam sejarah Indonesia Kristen melihat jelas kisah perbuatan dahsyat Allah? Tepat seperti Musa dan Harun, dengan mengangkat hati kita pasrah kepada Tuhan, kita yakin bahwa Tuhan sendiri bertindak demi kehendak dan nama-Nya. Tuhan tahu apa yang harus Ia lakukan untuk Indonesia. Angkatlah hati kepada Tuhan agar perkara yang kita pasrahkan kepada-Nya, diurus dan diselesaikan-Nya. Jangan sekali-kali bertindak menurut batas budi dan daya kita sendiri!

Doa: Datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga. Kuyakin bahwa hal-hal di bumiku ini sedang Kau urus agar merupakan wujud KerajaanMu.

(0.29) (Mzm 83:1) (sh: Menyongsong kemenangan (Senin, 26 September 2005))
Menyongsong kemenangan

Berbicara tentang kemenangan dalam kondisi sulit, rasanya tidak realistis. Hal yang tidak realistis inilah yang mendominasi doa Asaf ini. Umat Israel sedang terancam persekongkolan jahat bangsa-bangsa yang memusuhi mereka (ayat 8-9). Dalam situasi buruk ini, Perjanjian Allah dan doa yang mengantisipasi kemenangan menjadi dasar umat Israel bersikap sehingga mereka mampu menghadapi persekongkolan jahat itu.

Umat Israel menyadari arti perjanjian Allah bagi mereka dan implikasinya terhadap kesulitan yang mereka alami. Dengan mengadakan perjanjian, Allah menempatkan diri-Nya di pihak umat-Nya. Ia menjadi penyelamat, pemilik, dan pelindung umat-Nya, maka para musuh umat Israel akan menjadi musuh Allah sendiri. Atas dasar ini, pemazmur berseru agar Tuhan membuyarkan kekuatan dari persekongkolan jahat itu (ayat 14-16). Hasilnya, doa permohonan berubah menjadi doa menyongsong kemenangan. Asaf mengingat akan perbuatan-Nya di masa lalu saat para hakim satu per satu mematahkan kejahatan bangsa-bangsa zaman mereka (ayat 10-13).

Berdoa berdasarkan perjanjian ilahi harus menjadi disiplin rohani kita. Realitas hidup tidak selalu ramah. Kesepakatan jahat dari orang-orang yang berprinsip hidup berbeda dengan kita dapat menekan kita. Hadapilah perilaku dari orang tak beriman itu dengan fakta Perjanjian Allah bagi kita. Kita adalah umat perjanjian karena nyawa Kristus dan meterai Roh Allah. Namun, kita hanya dapat menghayati kekuatan yang datang dari fakta perjanjian Allah itu, jika kita sendiri aktif menautkan diri kita kepada-Nya. Kesadaran tinggi bahwa kita adalah milik-Nya membuat kita memiliki keyakinan teguh bahwa apa pun yang kita alami justru akan membuat pihak lawan mengakui kemuliaan Allah (ayat 17-19).

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.29) (Mzm 86:1) (sh: "Engkau sendiri saja Allah" (Kamis, 29 September 2005))
"Engkau sendiri saja Allah"

Sama atau bedakah sikap orang beriman dari orang tak beriman ketika memikul beban berat kehidupan? Jujur, sering kali sikap keduanya hampir tidak dapat dibedakan. Demikian juga yang kita lihat selintas dalam mazmur ini. Namun, bila kita lebih teliti melihatnya, kita akan menjumpai perbedaan mendasar. Di pusat semua pergumulan manusiawinya, pemazmur menempatkan Allah. Sambil mempererat komitmennya kepada Allah dan berfokus pada sifat hakiki Allah (ayat 8-13), pemazmur mencurahkan reaksi-reaksi manusia-winya dalam kesusahan. Keunikan inilah yang harus membedakan sikap orang beriman dari orang tidak beriman dalam menanggung kesusahan hidup.

Terbuka dalam mengungkapkan masalah berat yang ditanggung, jujur tentang perasaan yang timbul, dan gam-blang mengungkapkan permohonan menjadi ciri doa-doa pemazmur (ayat 1-7,14-17). Kalau hanya itu, hampir tidak dapat dibedakan reaksi orang beriman dari reaksi orang tidak beriman dalam kesusahan, bukan? Justru doa dan keluhan demikian harus dipandang salah sebab berpusat pada perasaan, kebutuhan, dan permohonan diri sendiri saja. Namun, doa pemazmur tidak egoistis. Di pusat pergumulannya itu, tebersit sikapnya yang mengutamakan Tuhan dan meninggikan kemuliaan-Nya. Allah saja satu-satunya tempat ia mengadu dan memohon. Ia memohon agar nama Tuhan dihormati semua orang dan ia sendiri pun takut akan nama itu (ayat 9b,11b).

Menjadi beriman bukan berarti menjadi orang aneh dan tidak manusiawi. Banyak hal yang membuat orang tak beriman menjadi gelisah, menangis, dan berkeluh-kesah. Merupakan hal yang wajar jika kita, sebagai orang beriman mengalaminya. Namun, karena pusat hidup kita bukan lagi diri kita sendiri, tetapi Tuhan Allah yang sudah menebus kita melalui Yesus Kristus, maka prinsip kita menghadapi masalah hidup pun harus berbeda.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.29) (Yun 2:1) (sh: "Sepanjang jalan Tuhan pimpin" (Jumat, 14 Desember 2001))
"Sepanjang jalan Tuhan pimpin"

Ini adalah sebuah judul lagu yang ditulis oleh Fanny Crosby. Lagu ini ditulis sebagai ungkapan syukur atas pertolongan Tuhan yang ajaib, ketika ia mengalami masa-masa sulit. Yunus pun merasakan keajaiban pertolongan Tuhan, sehingga lahirlah sebuah untaian doa syukur yang sarat dengan kebenaran, meskipun dia berdoa di sebuah tempat yang sangat tidak lazim, yakni di dalam perut ikan! Pertama, doa ini diawali dengan sebuah pernyataan bahwa Tuhan telah menolongnya (ayat 2). Kedua, muncul ung-kapan pribadi Yunus yang menyatakan bagaimana Tuhan menyelamat-kannya dari ombak yang siap menguburnya di dasar laut (ayat 3-7). Ketiga, Yunus menjelaskan tentang mengapa Tuhan menolongnya (ayat 8-9).

Doa Yunus keluar dari hati yang penuh penyesalan. Yunus tidak hanya menunjukkan bahwa kesadaran tentang keberadaan diri yang berdosa membawanya pada kepasrahan dan kesediaan menanggung hukuman, tetapi juga pernyataan bahwa apa yang Tuhan lakukan atas dirinya adalah tindakan yang adil.

Ada tiga kebenaran dari untaian doa Yunus yang tidak hanya harus senantiasa kita ingat, tetapi juga menjadikannya bagian sikap hidup kita. Pertama, ingat bahwa Tuhanlah yang telah menolong kita, bukan harta, kekuasaan, atau kemampuan kita. Dalam segala kesusahan datanglah pada-Nya, "...carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat. 6:33). Kedua, ingatlah bagaimana Ia telah menolong kita. Dia menarik kita dari dosa dengan cara menyerahkan nyawa-Nya sendiri untuk kita. Seperti Yunus, kita pun siap "dikubur" dalam kesusahan dan dosa kita, namun tangan-Nya telah mengangkat kita keluar. Ketiga, ingatlah mengapa Tuhan menolong kita. Tuhan tidak pernah terpaksa menolong kita; Ia menolong karena Ia mengasihi kita.

Renungkan: Ada saatnya kita mengalami masa-masa yang sulit, yang menghancurkan hati, dan menimbulkan banyak kekecewaan. Ingatlah bahwa meskipun masa-masa tersebut Tuhan izinkan terjadi, Dia jugalah yang, karena kasih-Nya, memberikan pertolongan kepada kita.

(0.29) (Mat 14:22) (sh: Kebutuhan untuk berdoa (Senin, 7 Februari 2005))
Kebutuhan untuk berdoa

Yesus mengambil waktu untuk berdoa secara pribadi kepada Allah. Yesus naik ke atas bukit seorang diri (ayat 23). Jika Yesus merasa doa merupakan bagian penting dalam pelayanan-Nya, siapakah kita sehingga masih memandang remeh doa?

Murid-murid berada beberapa mil jauhnya dari pantai. Malam gelap. Meski berada di bukit tidak ada kemungkinan Yesus melihat dengan jelas situasi murid-murid. Tetapi, apakah Yesus tidak tahu keadaan murid-murid yang sedang diombang-ambing gelombang? Yesus tahu. Itulah sebabnya Ia segera mendatangi murid-murid yang sedang berjuang melawan gelombang. Ketika melihat ada manusia berjalan di atas air, wajar saja jika murid-murid berteriak hantu. Yesus menyatakan diri-Nya dengan ungkapan penting Allah dalam PL yakni `Inilah Aku' (ego eimi 27). Istilah ini bukan hanya identifikasi diri tetapi penyingkapan ke-Allah-an Yesus.

Untuk memastikan bahwa Yesuslah yang dilihat murid-murid, Petrus memberanikan diri menyapa-Nya (ayat 28). Petrus meminta Yesus memerintahkannya untuk datang kepada-Nya dengan berjalan di atas air. Permintaan Petrus dikabulkan Yesus (ayat 29), Petrus berjalan di atas air mengalami kuasa Yesus. Petrus berjalan di atas air bergelombang. Sesaat kemudian timbul ketakutannya. Petrus meragukan perintah Yesus dan kuasa Yesus yang sudah dialaminya, meski sesaat. Dalam situasi demikian tidak ada cara lain kecuali berteriak memohon pertolongan Yesus. `Tuhan, tolonglah aku!'

Inilah doa Petrus. Singkat dan mendesak. Uluran tangan Yesus menyelamatkan Petrus. Yesus menegur Petrus yang sesaat menjadi goyah iman (ayat 31), gelombang menjadi reda, murid-murid menyembah-Nya. Goncangan dan gelombang kehidupan adalah latihan iman dan kesempatan untuk berdoa. Tak satu kejadian pun dalam hidup kita luput dari perhatian dan kasih-Nya.

Renungkan: Dalam doa kita akan mengalami lebih nyata pengakuan iman bahwa `Yesus adalah Anak Allah'.

(0.29) (Mat 17:14) (sh: Iman bukan sekadar pengetahuan (Minggu, 13 Februari 2005))
Iman bukan sekadar pengetahuan

Pernah mengalami pengalaman yang memalukan? Seseorang datang minta didoakan Anda karena Anda orang Kristen. Namun, ternyata doa Anda tidak menghasilkan kesembuhan untuk menolong dia. Wah, apakah doa orang Kristen tidak ampuh lagi?

Kondisi seperti itu yang dihadapi para murid yang ditinggal Yesus naik ke bukit. Mereka tidak mampu menyembuhkan seorang anak yang menderita penyakit ayan (ayat 15-16). Yesus menegur mereka dengan keras. Teguran Yesus ini menunjukkan bahwa Yesus kecewa terhadap mereka. Kekecewaan-Nya ini disebabkan Yesus telah memperlengkapi mereka dengan kuasa untuk mengusir setan dan menyembuhkan penyakit, tetapi mereka tidak menggunakannya. Selain itu, bukankah Yesus sudah mengutus mereka untuk memberitakan kabar baik? Mengapa mereka gagal dalam hal doa?

Masalahnya terletak pada iman para murid yang terbatas pada kehadiran Yesus saja (ayat 17). Meski mereka sudah lama mengikut Yesus, mereka belum memiliki iman yang bersandar kepada Allah sepenuhnya. Iman ini digambarkan sebesar biji sesawi yang dapat memerintahkan gunung untuk berpindah (ayat 20). Namun, bukan masalah besar kecilnya ukuran iman, tetapi kepada siapa iman itu didasarkan!

Zaman ini banyak orang Kristen yang memiliki berbagai rupa doktrin cara penyembuhan. Umumnya menekankan kesembuhan secara spektakuler, ilahi dan mukjizat. Hal ini mulai menggeser iman yang seharusnya ditujukan kepada Allah menjadi kepada teknik-teknik penyembuhan. Orang mengkultuskan pribadi hamba Tuhan, pendeta, majelis yang telah menyembuhkan, tetapi melupakan Tuhan, Sang Penyembuh sejati. Yang diperlukan adalah iman yang benar dari kita kepada Allah. Doa, puasa, karunia, manusia, dll. adalah sarana iman yang dianugerahkan Allah bagi umat-Nya.

Camkan: Siapakah sumber kesembuhan yang Anda harapkan dan imani? Tuhan ataukah manusia yang ia pakai menjadi alat-Nya?

(0.29) (Mat 26:36) (sh: Kehendak Bapa, Yesus harus minum cawan itu sampai habis (Minggu, 8 April 2001))
Kehendak Bapa, Yesus harus minum cawan itu sampai habis

Di saat-saat terakhir menjelang kematian-Nya, Yesus begitu sedih, gentar, dan takut menghadapi murka dan hukuman Allah atas dosa yang akan ditimpakan kepada- Nya. Tiga kali Ia berdoa agar cawan yang melambangkan penderitaan dan kesengsaraan itu disingkirkan. Dalam doa pertama (39) walau tetap dalam penundukkan diri dan ketaatan penuh kepada kehendak Bapa, Yesus masih memohon agar cawan ini tidak diminum-Nya. Pada doa kedua dan ketiga (42, 44) Yesus menyadari bahwa tidak mungkin lagi Ia menghindar dari cawan yang memang harus diminum sampai tetes terakhir. Maka pada doa yang kedua dan ketiga Ia lebih siap melaksanakan kehendak Bapa- Nya. Ia rela minum cawan itu sebab Ia tahu dengan pasti bahwa itulah kehendak Bapa bagi-Nya. Di saat yang begitu menegangkan, Yesus meminta ketiga murid-Nya untuk berdoa bagi diri mereka. Sekalipun tubuh lemah, murid-murid harus berdoa menghadapi pencobaan yang berat. Sayang 3 murid yang diharapkan untuk menjadi teman doa di saat yang paling berat ini justru tidur. Yesus bergumul seorang diri. Akhirnya, Ia menang, Ia siap, Ia taat melaksanakan kehendak Bapa.

Pergumulan berat dilalui Yesus dengan berdoa dan hati yang siap dan rela melaksanakan kehendak Bapa sekalipun sangat bertentangan dengan kemauan dan kehendak diri- Nya. Persekutuan dengan Bapa membuat Yesus sanggup menghadapi sengsara dan derita yang harus ditanggung- Nya. Begitu waktu-Nya tiba, Ia bersiap menyongsong para musuh yang sudah mendekat.

Renungkan: Kesedihan, kepedihan, dan kegentaran untuk meminum itu diabaikan oleh Tuhan Yesus sebab Ia tahu bahwa untuk itu Ia datang ke dalam dunia, yakni menanggung murka dan hukuman Allah atas dosa manusia, dosa saya dan Anda.

Bacaan untuk Minggu Sengsara 7

Ulangan 16:1-8

Wahyu 1:4-8

Matius 26:17-30

Mazmur 116:12-19

Lagu: Kidung Jemaat 157

(0.29) (Luk 1:18) (sh: Ketika tidak mengerti, harusnya tetap percaya (Selasa, 23 Desember 2003))
Ketika tidak mengerti, harusnya tetap percaya

Ketika ragu, nyatakan imanmu dengan mempercayakan diri kepada Tuhan. Sering kita tidak dapat mengerti bagaimana mungkin janji Tuhan dapat digenapi dalam hidup kita, terutama bila kita melihat situasi yang sama sekali tidak berpengharapan. Rasa pesimis ini justru memacu kita untuk menolak mempercayai kebenaran. Seperti halnya Zakharia, seorang imam yang menolak untuk percaya pada kebenaran Allah. Akibatnya, ia dihukum menjadi bisu!

Mengapa bisu? Tentu banyak alasan bisa diberikan. Tetapi satu alasan yang jelas, Zakharia sebagai imam, dipakai oleh Tuhan untuk membawakan doa-doa umat kepada-Nya. Mulut yang biasa dipakai untuk melantunkan doa, kali ini dibungkamkan oleh ketidakpercayaannya kepada pernyataan hamba Tuhan, malaikat Gabriel. Bisu adalah hukuman atas ketidakpercayaan Zakharia. Bisu juga adalah alat untuk mencegah Zakharia bertindak munafik, dengan tetap melantunkan doa permohonan ampun umat kepada Allah, mencegahnya kepada dosa yang lebih berat! Akan tetapi, respons Zakharia berbeda dengan respons Elisabet. Ketika mengetahui dirinya mengandung, ia memuji Tuhan. Ia langsung mengenali perbuatan tangan Tuhan yang baik telah berlaku atasnya. Perhatikan ucapan Elisabet, “Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang.” Ucapan ini mengandung kesaksian atas apa yang Tuhan sudah lakukan pada dirinya. Tuhan dipermuliakan melalui kesaksian atas apa yang terjadi dalam hidupnya.

Zakharia dicegah dari kemungkinan “memalukan” Tuhan, sementara Elisabet diberi kebebasan untuk “memuliakan” Tuhan. Zakharia mungkin tidak perlu “ditutup” mulutnya oleh malaikat, andaikata dalam keraguan ia bersikap seperti nantinya, Maria (bdk. 1:38), “Jadilah kehendak-Mu atasku.”

Renungkan: Waktu Anda menghadapi kemustahilan dalam hidup Anda, apakah menurut Anda hal itu mustahil juga bagi Tuhan?

(0.29) (Yak 5:12) (sh: Antara sumpah dan doa (Rabu, 13 Juni 2001))
Antara sumpah dan doa

Dalam setiap proses pengadilan, setiap orang yang terlibat di dalamnya, terdakwa maupun para saksi, sebelum mereka mengucapkan pembelaan dan kesaksian, terlebih dahulu harus diambil sumpah sesuai agama yang dianutnya. Tujuan pengambilan sumpah itu ialah agar mereka bersikap jujur mengatakan kebenaran. Sumpah adalah sesuatu yang penting karena menyangkut Allah dan manusia. Namun, tidak semua orang melihat hakikat sumpah yang sesungguhnya. Ada orang-orang yang dengan mudah mengucapkan sumpah dalam nama Tuhan hanya untuk memperkuat perkataannya.

Perikop yang kita baca hari ini merupakan nasihat-nasihat Yakobus yang masih berkaitan dengan hari kedatangan Tuhan. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan: [1] Sumpah tidak lagi diperlukan (12) karena dengan kejujuran dan kemurnian kesaksian, seharusnya mampu membuat orang mempercayai kebenaran yang dikatakan. [2] Penderitaan yang dialami seseorang seharusnya menghantarnya untuk menaikkan doa permohonan kepada-Nya dan apabila seseorang bergembira seharusnya menghantarnya untuk menaikkan pujian kepada Allah (13). [3] Penyembuhan terhadap orang yang sakit melalui sarana pengobatan — minyak dan doa penuh iman agar apabila ia berdosa maka dosanya pun diampuni-Nya (14- 16). [4] Kristen berperan menyatakan kebenaran agar orang yang tersesat kembali menemukan jalan kebenaran di dalam Yesus Kristus, sehingga ia mendapatkan keselamatan (19-20).

Melalui nasihat-nasihat di akhir suratnya ini, nampaknya Yakobus sedang mengingatkan seluruh pembaca untuk mengarahkan seluruh hidupnya kepada Dia yang akan datang, sehingga semua yang pengalaman membawa pembaca semakin dekat dan bergantung kepada-Nya. Di samping itu, pembaca juga memiliki peran mempersiapkan orang lain menyambut kedatangan-Nya. Bagaimana pun keadaan kita saat ini, nasihat-nasihat Yakobus menjadi penting bagi kita, karena mengingatkan kita untuk terus mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Nya dan menyediakan diri untuk dipakai-Nya dalam mempersiapkan orang lain menyambut-Nya pula.

Renungkan: Hai Kristen, kita dipanggil sebagai suatu persekutuan untuk memulihkan hubungan, penyakit, dan masalah- masalah rohani, sampai Maranatha.

Pengantar Kitab Yoel

Di zaman modern bencana alam berarti manusia tidak mempunyai kontrol atas hal-hal tertentu. Dalam PL bencana alam seringkali secara harafiahnya adalah kedaulatan Allah yang mengatur peristiwa tertentu untuk mengajarkan kebenaran rohani. Kitab Yoel memaparkan hal ini secara luar biasa. Serangan belalang yang dahsyat membuat umat Allah kelaparan sekaligus mengantarkan Yoel memanggil orang Israel agar berdoa dan berpuasa (1:13-14). Namun yang lebih lagi, bencana alam itu melambangkan penglihatan datangnya hari Tuhan. Pada hari itu Allah akan menghancurkan umat-Nya dengan menggunakan tangan bangsa-bangsa lain. Karena itulah Allah mendesak umat- Nya untuk berbalik kepada-Nya dengan sepenuh hati (2:12). Kitab Yoel ditutup dengan janji kepada umat-Nya yaitu walau mereka akan mengalami penghukuman, akan datang waktunya Allah mencurahkan Roh-Nya ke atas umat- Nya. Ia akan menghakimi bangsa-bangsa lain dan memberkati umat-Nya.

Penulis dan waktu penulisan. Tidak banyak yang kita ketahui tentang penulis selain arti namanya yaitu Yahweh adalah Allah. Kitab ini tidak memberikan data tentang kapan nubuat ini disampaikan. Waktu penulisannya berkisar antara abad ke-9 hingga ke- 4 s.M. Karena itu ada baiknya kita mengikuti pendapat Calvin bahwa kapan kitab ini ditulis tidak dapat diketahui dengan pasti.

Tema-tema utama: Datangnya hari Tuhan. Kitab Yoel memaparkan: 2 hal tentang hari Tuhan. Pertama, hari Tuhan adalah hari penghakiman atas umat Allah melalui tangan bangsa- bangsa lain (2:2, 11). Kedua, hari Tuhan adalah hari penghakiman atas musuh-musuh umat-Nya (3:2-16, 19), sementara itu umat Allah akan menikmati perlindungan- Nya dan akan diberkati baik secara rohani maupun fisik (2:28-32; 3:16-18, 20, 21). Pertobatan. Seruan pertobatan ditujukan kepada seluruh umat Allah (1:13, 14; 2:15-17). Pertobatan ini harus melibatkan seluruh keberadaan umat Allah meliputi hati (2:12, 13) dan tindakan-tindakan yang dapat dilihat oleh orang lain seperti berkabung, meratap, menangis kepada Allah, dan berpuasa. Yoel juga mengingatkan bahwa motivasi pertobatan mereka terletak pada karakter Allah yang pengasih dan penyayang, panjang sabar, dan berlimpah kasih setia (2:13).

(0.29) (1Yoh 5:13) (sh: Masihkah takut berdoa? (Jumat, 12 Desember 2003))
Masihkah takut berdoa?

Tujuan penulisan surat ini adalah supaya jemaat Kristen tahu bahwa mereka memiliki hidup kekal (ayat 13). Dampak terhadap kepemilikan hidup kekal adalah doa. Kita memiliki keberanian menghampiri Allah dalam doa. Allah akan mengabulkan doa yang disampaikan sesuai kehendak-Nya. Allah menjawab doa kita. Contohnya, ketika saya sedang mengetik naskah ini salah satu tuts komputer saya bermasalah. Saya lalu berdoa kiranya Tuhan menolong. Selesai berdoa tuts komputer berfungsi normal. Tidak ada hal yang terlalu kecil atau terlalu besar yang tidak dapat didoakan kepada Allah.

Contoh lain berdoa dalam kehendak Allah adalah berdoa bagi saudara seiman. Ketika melihat saudara seiman jatuh ke dalam dosa segeralah mendoakannya (ayat 16). Tetapi Yohanes membedakan dua bentuk dosa: dosa membawa maut dan dosa tidak membawa maut. Dosa yang membawa maut adalah perbuatan dan perkataan yang menolak Yesus sebagai Anak Allah. Dosa yang tidak membawa maut adalah perbuatan dan perkataan yang tanpa disengaja melanggar hukum Allah namun tidak menolak Yesus sebagai Anak Allah. Terhadap dosa yang tidak membawa maut yang dilakukan oleh saudara seiman hendaklah kita berdoa kepada Allah karena ada kecenderungan dosa tersebut membawanya kepada penyangkalan Yesus sebagai Anak Allah. Itulah sebabnya orang Kristen harus saling mendoakan agar mereka tetap berada dalam persekutuan dengan Yesus.

Tujuan persekutuan Kristen adalah kita saling menguatkan dan mendoakan. Meski kemungkinan untuk berbuat dosa selalu terbuka, Yohanes mendorong kita untuk mencapai tahap ideal yakni kehidupan tanpa dosa (ayat 18).

Renungkan: Di tengah dunia yang memusuhi kita karena percaya pada Yesus, pengenalan yang benar akan Allah yang diberikan Yesus kepada kita menjadi kekuatan dahsyat menghadapi dunia.

(0.29) (Why 9:1) (sh: Bukan bertobat, tetapi mengeraskan hati (Minggu, 14 Agustus 2005))
Bukan bertobat, tetapi mengeraskan hati

Ketika sangkakala kelima ditiup, sebuah bintang jatuh yang menimbulkan malapetaka dahsyat atas dunia ini. Dari uraian tentang perusakan dahsyatnya, bintang jatuh itu adalah malaikat jahat yang ingin memusnahkan manusia. Kesimpulan ini ditopang oleh pembeberan nama si perusak, yaitu Abadon dan Apolion (bhs. Yunani) yang berarti kehancuran dan penghancur. Kehancuran itu sangat dahsyat sebab malaikat jahat itu dilepas dengan kekuatan dari lubang jurang maut untuk menghancurkan dunia (ayat 2). Menurut Yesus, Iblis sudah jatuh dari langit (Luk. 10:17-20). Iblis jatuh karena dicampakkan Yesus. Pencampakkan Iblis itu membawa akibat kehancuran tak terperi bagi manusia yang tidak bermeterai keselamatan Allah (Why. 9:4b). Kejatuhan Si Jahat membawa akibat ngeri bagi para pengikutnya. Namun, perlindungan Allah nyata bagi orang yang setia pada-Nya.

Tulah dari sangkakala keenam mungkin masih menegaskan kaitannya dengan jawaban doa-doa orang kudus. Sebab, tulah sangkakala ketujuh ini keluar dari keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Tuhan (ayat 13). Seperti halnya angka empat dalam bagian terdahulu melambangkan seluruh penjuru bumi, tulah keenam ini adalah tindakan Allah merespons doa-doa segenap umat-Nya di seluruh penjuru bumi. Pembawa petaka kali ini adalah empat malaikat yang sekian lama diikat untuk akhirnya dibiarkan lepas menghancurkan dunia (ayat 14). Mereka mengerahkan pasukan luar biasa banyaknya. Semuanya adalah kekuatan najis yang diberi kuasa untuk membunuh sepertiga manusia (ayat 15). Api, asap, dan belerang yang mematikan manusia itu mirip dengan hukuman neraka kelak. Tujuan hukuman ini selain membela umat Allah juga untuk memperingatkan manusia akan ancaman murka kekal Allah. Namun, bagi mereka yang mengeraskan hati, hukuman peringatan Allah sekalipun hanya tambah membuat mereka mengeraskan hati lebih hebat lagi (ayat 20-21).

Responsku: _________________________________________ ___________________________________________________



TIP #30: Klik ikon pada popup untuk memperkecil ukuran huruf, ikon pada popup untuk memperbesar ukuran huruf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA