Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 341 - 360 dari 955 ayat untuk mengalami (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.35) (Yer 27:1) (sh: Yang terbaik dari yang buruk (Rabu, 18 April 2001))
Yang terbaik dari yang buruk

Perintah Tuhan kepada Yehuda dan negara-negara tetangganya supaya mereka menyerah kepada Babel merupakan perintah Tuhan yang tentunya membingungkan dan mengecewakan mereka. Mengapa Tuhan memerintahkan mereka untuk menyerah tanpa berjuang? Mengapa mereka dilarang untuk mempertahankan tanah airnya? Bahkan mengapa Yehuda harus berdiam diri ketika bangsa asing menajiskan Bait Allah dengan cara merampok seluruh perabotnya? Padahal bukankah Bait Allah merupakan simbol identitas Yehuda sebagai umat pilihan Allah? Namun bila kita renungkan dengan sungguh-sungguh, perintah itu merupakan perwujudan dari kasih setia Allah yang terus memelihara dan menjaga Yehuda dan bangsa-bangsa lain. Jika mereka tidak takluk kepada Babel mereka akan mengalami kehancuran total (8, 13). Allah telah membangkitkan dan menunjuk Nebukadnezar sebagai alat-Nya untuk menghukum bangsa-bangsa lain khususnya Yehuda yang sudah memberontak kepada-Nya, maka kebangkitan Nebukadnezar tidak mungkin dibendung oleh siapa pun. Membendungnya berarti menghadang Allah. Mereka harus menerima hukuman Allah namun bukan mengalami kehancuran (22). Karena itu perintah Allah melalui Yeremia ini merupakan jalan terbaik dalam situasi yang buruk agar mereka tidak hancur. Perintah Allah itu merupakan bukti bahwa pemeliharaan Allah tetap dapat menghasilkan yang terbaik dari keadaan yang tak berpengharapan.

Selain itu dengan membangkitkan Nebukadnezar dan mengaruniakan kepadanya segenap kerajaan, Allah ingin mengajar kepada Yehuda dan bangsa-bangsa lain bahwa kedudukan, kekuasaan, dan kekayaan bukan yang terbaik di dunia, sebab Allah seringkali justru 'memberikan' itu kepada orang-orang fasik atau pemberontak Allah. Yang penting bagi mereka adalah ketaatan kepada rencana dan kehendak Allah yang begitu mengasihi umat manusia bukan hanya Yehuda.

Renungkan: Dalam perjalanan hidup bersama Allah, kita mungkin pernah kecewa atau marah atas apa yang Allah perintahkan untuk kita lakukan. Namun respons yang paling bijak adalah tetap mendengarkan dan tunduk kepada kehendak-Nya sebab perintah Allah walaupun menyakitkan adalah perwujudan kasih setia-Nya yang mendatangkan kebaikan bagi kita.

(0.35) (Yer 30:12) (sh: Paradoks tindakan Allah (Senin, 23 April 2001))
Paradoks tindakan Allah

Firman Tuhan yang berbicara tentang pembaharuan bangsa Yehuda terus berlanjut. Kali ini berisi berita yang paradoks yaitu pemaparan tentang penderitaan bangsa Yehuda dan pemulihannya yang semuanya disebabkan karena tindakan Allah.

Yehuda menderita penyakit yang tidak ada obatnya dan luka yang tidak dapat disembuhkan. Penderitaan fisik yang sangat mengerikan membuat mereka berteriak-teriak kesakitan. Tidak hanya fisik, mereka pun mengalami penderitaan mental sebab semua sekutunya meninggalkan. Mereka dipandang sebagai buangan yang sudah tidak berguna dan tidak layak untuk diajak bersekutu (17). Siapa yang akan berpihak kepada Yehuda ketika Allah sendiri bangkit melawannya? Mengapa Yehuda harus mengalami itu semua? Sebab Allah tidak mentolerir sedikit pun dosa yang menggerogoti manusia apalagi bangsa Yehuda sebagai umat pilihan-Nya. Allah menghajar untuk mengoreksi dan mendisiplin mereka.

Namun murka Allah tidak untuk selama-lamanya. Bila waktunya tiba, Allah akan membebaskan dan menyelamatkan umat-Nya.(16,1 7). Apa yang akan dilakukan oleh Allah? Pembangunan bangsa baik secara sosial, politik, ekonomi, martabat, maupun spiritual akan dikerjakan oleh-Nya (18-21) sehingga teriakan kesakitan akan diganti dengan nyanyian syukur kepada Allah (19). Tindakan Allah yang paling besar adalah membawa Yehuda kembali ke dalam relasi yang benar dengan diri-Nya yaitu menjadi umat-Nya dan Allah menjadi Allah mereka (23). Berkat dan keselamatan akan dialami oleh Yehuda pada saat musuh-musuhnya sedang dihancurkan oleh Allah (20, 23).

Renungkan: Koreksi dan disiplin-Nya juga akan dijatuhkan atas gereja-Nya jika Ia mendapati dosa dan kesalahan menggerogoti kehidupan gereja-Nya. Ia pun dapat menggunakan tangan-tangan musuh gereja untuk mendatangkan hajaran itu dan memporakporandakannya. Namun demikian jika hal itu terjadi, gereja harus bertobat dan jangan pesimis, karena anugerah dan belas kasihan-Nya yang mengejutkan akan memulihkan gereja dengan berkat yang berlipat ganda. Yang terpenting bagi umat Allah saat ini adalah merenungkan dan mencermati setiap peristiwa yang menimpa gereja, apakah merupakan koreksi dan hajaran dari Allah.

(0.35) (Yer 48:1) (sh: Mati semut karena gula (Senin, 21 Mei 2001))
Mati semut karena gula

Sambil melayangkan matanya mulai dari barat ke timur, Yeremia memaparkan penghukuman yang akan menimpa bangsa demi bangsa. Kali ini tibalah giliran bangsa Moab. Mereka tinggal di sebelah timur Laut Mati. Kota-kota bangsa Moab yang menyerang Yehuda pada masa pemerintahan Yoyakim, akan dihancurkan dan dibiarkan tanpa penghuni (1-10). Kesombongannya akan dipatahkan oleh pukulan dahsyat yang mendadak (11-20). Bagaimanakah Allah melakukan semua itu?

Moab begitu membanggakan topografi yang mereka miliki sebab itu bangsa Moab sulit untuk diserang oleh musuh. Batas sebelah utara terdapat sungai Arnon, batas selatan sungai Zered, di sebelah barat membentang Laut Mati, sedangkan sebelah timur membentang padang pasir. Namun benteng yang dibanggakan justru menjadi bumerang. Ketika serangan dari utara berhasil menembus benteng- benteng kebanggaan Moab (1-2) yang kemudian diikuti serangan dari selatan (3-5), Moab hancur lebur dan hanya 1 pilihan untuk menyelamatkan diri yaitu lari ke padang gurun (6) yang berarti kehancuran perlahan- lahan. Kekuatan militer Moab yang sangat dibanggakan tidak mampu membendung serangan pembinasanya (14). Dewa kebanggaan mereka, Kamos, juga akan dihancurkan, bahkan ikut dalam pembuangan (7). Topografi yang jadi bumerang, militer yang turun ke pembantaian, serta dewa yang tak berdaya melenyapkan budaya anggur mereka (11- 13). Budaya anggur muncul dari kemampuan mereka untuk menjual komoditi mereka yang sangat berharga – anggur – ke luar negeri serta di dalam sejarah mereka tidak pernah mengalami pembuangan. Penghukuman yang dahsyat atas Moab disebabkan karena mereka bersekongkol dengan bangsa lain untuk menentang Babel (bdk. Yer. 27:2-3), puas terhadap diri sendiri (11-12), dan bergantung pada kekuatan sendiri (14).

Renungkan: Inilah peringatan bagi semua manusia bahwa di hadapan Allah kekuatan, kekuasaan, dan kemampuan yang sudah melegenda pun tidak ada artinya. Ketika tiba saatnya Allah menghukum manusia yang selalu menentangnya, maka Allah dapat memutarbalikkan semua fakta dan perhitungan logika manusia, sehingga pasti akan mengalami kehancuran karena kekuatannya sendiri, seperti kata pepatah mati semut karena gula.

(0.35) (Yeh 24:15) (sh: Babatan Allah itu membersihkan (Kamis, 13 September 2001))
Babatan Allah itu membersihkan

Allah menyiapkan hati Yehezkiel yang akan kehilangan istrinya tercinta, tetapi ia tidak diperkenankan meratapi kematiannya di depan umum. Tidak ada seremoni perkabungan. Hal ini bukan berarti Allah melarang Yehezkiel untuk bersedih hati secara pribadi atas kematian istrinya. Tidak berbela-sungkawa secara lahiriah dimaksudkan sebagai tanda bahwa kejatuhan Yerusalem dan Bait Suci akan sedemikian hebatnya, sehingga penduduknya tidak sempat menyatakan kesedihan mereka.

Ketaatan hamba Tuhan yang bernama Yehezkiel ini semestinya termasuk tugasnya yang paling berat selaku seorang pengawas dan penjaga umat Allah. Walaupun ia sangat sedih atas kematian istrinya, ia masih harus menyampaikan seruan Tuhan kepada bangsa pemberontak itu. Yehezkiel dapat merasakan penderitaan Allah karena Allah sebentar lagi akan kehilangan umat-Nya, kota-Nya, dan Bait Suci- Nya, sama seperti dirinya yang akan kehilangan istri yang paling dikasihinya. Allah memakai cara ini agar Yehezkiel merasakan apa yang dirasakan Allah, sehingga ia dapat menyampaikan sesuai kepedihan hati Allah.

Kristen kadangkala diizinkan mengalami berbagai kejadian pahit. Hal itu dapat berupa kehilangan reputasi diri, kebangkrutan usaha, perceraian dini, kematian orang yang dekat di hati, konflik di dalam lingkungan kerja, atau kecelakaan lalu lintas. Namun satu hal prinsip harus diingat bahwa seringkali kita yang mengundang bencana kehidupan itu melanda hidup kita karena melalaikan berbagai peringatan dan teguran Tuhan yang memperhatikan kita. Bila semuanya sudah terjadi, barulah kita tertatih-tatih meniti langkah mengikuti Tuhan sambil membenahi diri. Adalah jauh lebih baik apabila kita tidak mengabaikan peringatan Tuhan daripada harus menerima murka-Nya.

Renungkan: Ibarat seorang pembawa logam mulia yang nyaris tenggelam di dasar laut, ia hanya dapat menyelamatkan diri bila rela melepaskan semua bebannya. Demikian pun Kristen yang belum sungguh-sungguh hidup untuk-Nya, harus merelakan dirinya mengalami kepahitan, bila Allah membabat untuk membersihkan karakter kita yang berulangkali menyimpang dari kebenaran. Bagi para hamba Tuhan, ingatlah bahwa pengalaman yang Tuhan izinkan kadangkala bertujuan melengkapi kita agar menyampaikan firman-Nya sesuai hati Tuhan.

(0.35) (Dan 5:17) (sh: Tegas terhadap dosa (Minggu, 25 April 1999))
Tegas terhadap dosa

Penawaran kuasa dan harta ternyata tak menyilaukan mata Daniel. Justru Daniel menganggap tawaran Belsyazar merupakan penghinaan terhadap Allah. Tak ada sedikitpun keinginan Daniel mencuri kuasa dan kemuliaan Allah bagi kepentingan dirinya sendiri. Kuasa ilahi dan kemuliaan sorga yang menyertainya melebihi segala sesuatu di dunia ini membuatnya tidak gila kuasa, dan gila hormat. Daniel menyadari sepenuhnya bahwa kuasa Allah yang dilayaninya itulah yang memampukan dia mengartikan makna dari tulisan yang menggentarkan Belsyazar itu. Daniel menunjukkan kepada kita suatu sikap konsisten yang terus dipertahankan sejak semula. Tidak menutup kemungkinan bila kita pun akan mengalami desakan-desakan dari lingkungan kita. Bila kita tetap mempertahankan keyakinan beriman kita, maka Allah yang Penguasa dan penentu segala sesuatu itu memampukan kita menolak segala bentuk godaan dan tawaran-tawaran "semu" yang menggiurkan.

Melalui wibawa dan kuasa Allah. Dengan kemampuan dan kepercayaan dari Allah, Daniel menegur dosa Belsyazar. Dosa yang merupakan pengulangan terhadap dosa masa lampau. Bahwa Belsyazar menganggap remeh dan tidak belajar dari pengalaman sejarah raja Nebukadnezar pendahulunya. Terbukti ketika ia melakukan kesalahan yang sama. Bila seorang pemimpin tidak belajar dan memetik hikmat dari pengalaman dan fakta sejarah, maka kesalahan yang sama yang pernah dilakukan para pendahulu kita akan terulang kembali. Kedua, Belsyazar terlalu berani mengotori peralatan bait Allah dengan hal-hal yang menajiskan. Hal lain lagi yang dilakukan oleh raja Belsyazar dan mengundang murka Allah, ialah keberaniannya mengotori peralatan bait Allah dengan hal-hal yang menajiskan dan memalukan. Kekuasaan seringkali membuat orang tidak lagi dapat membedakan mana yang milik Allah, mana yang milik manusia.

Renungkan: Pertama: Tidak semua kebaikan yang kita terima harus selalu diresponi dengan menawarkan kekuatan kuasa dan kenikmatan harta. Kedua: Teguran Allah ini bisa terjadi pada siapa saja, dengan tujuan agar supaya pelaku dosa menyadari kesalahannya dan mengalami pertobatan.

Doa: Tuhan, mampukan saya bertahan dan tidak tergoda oleh rayuan dunia ini, yang berusaha menarik saya keluar dari lingkungan kewibawaan-Mu.

(0.35) (Dan 8:13) (sh: Menafsirkan penglihatan (Minggu, 27 Juni 1999))
Menafsirkan penglihatan

Di kalangan Kristen sekarang ini, banyak orang mengaku bahwa dirinya memperoleh penglihatan dari Allah. Penglihatan itu ditafsirkan kemudian dipublikasikan kepada jemaat. Semudah itukah? Hal ini sungguh berbeda dengan pengalaman Daniel, yang semula sama sekali tidak mengerti makna penglihatan yang Allah berikan. Namun setelah malaikat Tuhan berkata-kata menjelaskan pengertiannya barulah ia mengerti; bahwa penglihatan yang ia alami menggambarkan hal-hal apa yang akan terjadi di masa mendatang berkenan dengan Israel. Israel berulang-ulang akan mengalami kesulitan, bukan hanya berkaitan dengan situasi internasional tetapi juga kehidupan internnya. Dengan kata lain, pemerintahan politik Israel akan dipengaruhi bukan saja oleh kekuatan dari luar, tetapi kehidupan ibadah mereka juga akan dikotori oleh seorang penguasa yang sangat jahat. Menurut fakta sejarah, penguasa yang jahat itu adakah Antiokhus IV. Dengan penampilan fisiknya, raja ini telah berhasil menipu Israel.

Menafsirkan zaman. Situasi Daniel yang mengalami kesulitan menafsirkan makna penglihatannya, bukanlah patokan bagi banyak orang. Dengan ilmu yang mereka miliki, para teolog, ilmuwan, tokoh-tokoh dunia dan guru-guru agama, mengklaim bahwa dirinya mampu menafsirkan zaman menurut berita Alkitab. Benar tidaknya penafsiran itu, tergantung dari kebenaran firman Tuhan dan fakta sejarah yang mengikutinya. Memang setiap orang punya hak menafsirkan keadaan zaman, tetapi kebenarannya ada pada Allah. Upaya orang yang mencoba menafsirkan zaman tanpa dibukakan oleh Allah dalam firman-Nya. Alkitab adalah jawaban bagi orang yang mencari jawaban makna kekal untuk masa depan hidupnya. Pahami dan hayati firman dengan pertolongan Roh Kudus, percayakah masa depan sepenuhnya ke tangan Allah.

Doa: Ya , Tuhan Yesus, berikanlah hikmat-Mu kepadaku, agar peka Terhadap perubahan zaman dan tetap setia berpegang pada kebenaran firman-Mu.

(0.35) (Hos 3:1) (sh: Ibarat gelas yang telah pecah (Jumat, 5 November 2004))
Ibarat gelas yang telah pecah

Mungkinkah rusaknya pernikahan karena perselingkuhan dipulihkan kembali? Tentu perlu pengorbanan kedua belah pihak. Pertanyaan yang lebih penting ialah sanggupkah pihak korban mengampuni dan bahkan mau membayar harga?

Perintah Allah agar Hosea mencintai kembali Gomer dan menebusnya supaya menjadi istrinya kembali, bukanlah suatu perintah yang mudah ditaati (ayat 1). Hosea harus mengampuni dan melupakan semua perbuatan sundal istrinya itu. Bahkan Hosea harus membayar harga tebusan Gomer senilai harga jual seorang budak wanita (antara 10-20 syikal perak). Namun, karena ketaatannya kepada Allah Hosea tetap melakukannya (ayat 2). Dari pihak Gomer pun, ada harga yang harus dibayar. Gomer harus mengalami masa penyucian dengan tidak "disentuh"oleh siapa pun, termasuk Hosea sendiri (ayat 3). Masa pengasingan Gomer ini merupakan masa pembinaan kembali hubungan antara umat dengan Allah. Penyucian Gomer adalah langkah simbolis yang berarti Allah mengasingkan Israel dari semua kekasih mereka (para ilah) yakni Israel diasingkan ke Negara Asyur. Di negara pembuangan itu, Israel akan kehilangan para pemimpin selama jangka waktu tertentu. Akibatnya Israel akan mengalami perasaan hampa yang menuntun mereka untuk mencari dan berseru kepada Tuhan (ayat 5).

Kristus adalah harga yang dibayar Allah untuk menebus kita, "istri yang berselingkuh" itu. Kita sudah merasakan kasih Allah yang begitu besar. Hosea bisa mengampuni bahkan menebus Gomer, kita pun pasti bisa. Sekarang kita wajib pula menyatakan kasih dan pengampunan kita kepada pasangan sekalipun ia telah mengkhianati kita. Suami wajib mengampuni istri dan menerimanya kembali dengan kasih. Demikian pula sebaliknya istri mau memberi kesempatan kepada suami kembali.

Renungkan: Gelas pecah memang sulit dilekatkan kembali tanpa meninggalkan bekas. Namun, tiada hal yang mustahil bagi Tuhan. Melalui kasih Kristus, pernikahan karena perselingkuhan sanggup dipulihkan. Berikan kesempatan bagi kasih dan kekudusan Allah.

(0.35) (Yl 2:18) (sh: Anugerah karena pertobatan (Sabtu, 20 November 2004))
Anugerah karena pertobatan

Kedaulatan, kasih, dan keadilan Allah tidak pernah bertentangan dalam diri-Nya, ketiganya berjalan seiring dan indah pada waktunya.

Hal ini terbukti dari berkat yang diberikan Allah kepada Israel atas pertobatan sungguh-sungguh yang mereka lakukan, seperti dalam bacaan hari ini. Tuhan berdaulat menghukum dan Ia berdaulat pula memberi anugerah. Karena perjanjian kasih setia-Nya yang kekal, maka umat yang bertobat tidak mendapat penghukuman. Allah mau mendengar doa dan permohonan yang dinaikkan umat-Nya (ayat 18), bahkan Ia pun menambahkan pemulihan bagi keadaan umat-Nya (ayat 19). Apabila pemulihan Allah terjadi maka musuh umat-Nya pun menjadi musuh Allah juga, sehingga lawan umat Allah akan disingkirkan (ayat 20).

Selain pemulihan diri umat-Nya, kehidupan alam sekitar juga diberkati sehingga hujan diturunkan pada waktunya dan tanaman bertumbuh subur. Itulah Allah kita. Pemulihan-Nya adalah anugerah menyeluruh yang meliputi pemulihan manusia, hewan, dan tumbuhan. Sukacita dan kegembiraan timbul karena Allah semata-mata (ayat 21-23). Bahkan semua kerugian yang pernah dialami umat-Nya selama masa bencana diperbarui. Akibatnya umat Allah kembali mengalami kemakmuran dan kembali terdengar sorak-sorai memuliakan Tuhan (ayat 24-26). Sungguh, tidak ada nama lain sedahsyat Allah Israel (ayat 27).

Pemahaman umat Kristen masa kini banyak dipengaruhi oleh pandangan berkat dan kutuk, yaitu berkat pasti tercurah bila setia ikut Allah dan kutuk menimpa apabila berpaling dari-Nya. Sesungguhnya, pemahaman seperti ini `membatasi' kedaulatan Allah dalam membuktikan cinta kasih-Nya. Padahal, kedaulatan Allah sewaktu menjalankan rencana-Nya bagi umat-Nya tidak pernah dihalangi oleh kesalahan sikap manusia maupun dibatasi oleh tindakan manusia yang tidak setia.

Bagaimana dengan kita? Apakah ingin mengalami anugerah pemulihan Allah? Inilah saatnya kita mengambil keputusan!

Renungkan: Penghukuman -- pengampunan -- pemulihan, itulah kasih Allah.

(0.35) (Am 6:1) (sh: Jaminan semu (Selasa, 22 Juli 2003))
Jaminan semu

Teguran Allah mengaum lebih keras dan kini ditujukan kepada para pemimpin umat. Mereka biasa dikenal sebagai yang terkemuka dan utama (ayat 1) dan yang beroleh kesempatan istimewa menikmati hal-hal terbaik (harfiah: utama) dalam hidup (ayat 6; bdk. ayat 4-5). Di tengah-tengah krisis bangsa seharusnya para pemimpin yang pertama prihatin, tetapi justru mereka larut dalam kehidupan gemerlap dan menganggap kekelaman dari Allah itu jauh dari mereka (ayat 3,6). Mata mereka telah dibutakan oleh kekayaan hasil rampasan dan penindasan terhadap yang lemah. Bahkan mereka masih terus menyelenggarakan pemerintahan dengan tangan besi dan memutarbalikkan keadilan (ayat 3,12). Untuk semua yang mereka lakukan, Tuhan bersumpah demi diri-Nya untuk menghukum (ayat 8) juga memusnahkan bangsa itu (ayat 9). Allah akan membangkitan suatu bangsa untuk menindas mereka (ayat 14).

Tindakan penghukuman Allah untuk bangsa Israel menjadi peringatan keras bagi kita, orang percaya masa kini. Sering kita merasa kuat dan mampu melakukan segala sesuatu tanpa Allah. Bahkan sering pula kita menutup mata terhadap berbagai krisis atau bencana yang terjadi di sekitar kita, karena kita tidak tanggap membaca tanda- tanda zaman. Kita sering bersyukur karena tidak mengalami bencana, tetapi bersikap masa bodoh terhadap orang lain yang mengalami bencana. Sikap-sikap seperti ini tidaklah patut dilakukan oleh umat Allah.

Berbagai bencana atau peristiwa pasti mempunyai hikmat tersendiri yang dapat memberi petunjuk atau tuntutan bagi langkah hidup kita. Walaupun kita memiliki kuasa dan kekuatan, harta dan kekayaan, kita tidak boleh menggantungkan hidup kita pada hal-hal itu. Karena hal-hal itu bukan allah tetapi pemberian Allah untuk diabdikan kepada Allah dan sesama.

Renungkan: Harta dan kedudukan tidak lebih adalah alat-alat agar kita mengabdi Allah dan menjadi saluran berkat-Nya bagi sesama.

(0.35) (Yun 2:1) (sh: "Sepanjang jalan Tuhan pimpin" (Jumat, 14 Desember 2001))
"Sepanjang jalan Tuhan pimpin"

Ini adalah sebuah judul lagu yang ditulis oleh Fanny Crosby. Lagu ini ditulis sebagai ungkapan syukur atas pertolongan Tuhan yang ajaib, ketika ia mengalami masa-masa sulit. Yunus pun merasakan keajaiban pertolongan Tuhan, sehingga lahirlah sebuah untaian doa syukur yang sarat dengan kebenaran, meskipun dia berdoa di sebuah tempat yang sangat tidak lazim, yakni di dalam perut ikan! Pertama, doa ini diawali dengan sebuah pernyataan bahwa Tuhan telah menolongnya (ayat 2). Kedua, muncul ung-kapan pribadi Yunus yang menyatakan bagaimana Tuhan menyelamat-kannya dari ombak yang siap menguburnya di dasar laut (ayat 3-7). Ketiga, Yunus menjelaskan tentang mengapa Tuhan menolongnya (ayat 8-9).

Doa Yunus keluar dari hati yang penuh penyesalan. Yunus tidak hanya menunjukkan bahwa kesadaran tentang keberadaan diri yang berdosa membawanya pada kepasrahan dan kesediaan menanggung hukuman, tetapi juga pernyataan bahwa apa yang Tuhan lakukan atas dirinya adalah tindakan yang adil.

Ada tiga kebenaran dari untaian doa Yunus yang tidak hanya harus senantiasa kita ingat, tetapi juga menjadikannya bagian sikap hidup kita. Pertama, ingat bahwa Tuhanlah yang telah menolong kita, bukan harta, kekuasaan, atau kemampuan kita. Dalam segala kesusahan datanglah pada-Nya, "...carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat. 6:33). Kedua, ingatlah bagaimana Ia telah menolong kita. Dia menarik kita dari dosa dengan cara menyerahkan nyawa-Nya sendiri untuk kita. Seperti Yunus, kita pun siap "dikubur" dalam kesusahan dan dosa kita, namun tangan-Nya telah mengangkat kita keluar. Ketiga, ingatlah mengapa Tuhan menolong kita. Tuhan tidak pernah terpaksa menolong kita; Ia menolong karena Ia mengasihi kita.

Renungkan: Ada saatnya kita mengalami masa-masa yang sulit, yang menghancurkan hati, dan menimbulkan banyak kekecewaan. Ingatlah bahwa meskipun masa-masa tersebut Tuhan izinkan terjadi, Dia jugalah yang, karena kasih-Nya, memberikan pertolongan kepada kita.

(0.35) (Mat 13:1) (sh: Dampak pemberitaan Firman (Senin, 31 Januari 2005))
Dampak pemberitaan Firman

Yesus makin populer. Orang berbondong-bondong mencari Dia. Mungkin mereka ingin mengalami berbagai tanda mukjizat yang sanggup Ia lakukan dan telah tersiar luas kabarnya. Mungkin juga mereka memang terpesona oleh ajaran-ajaran-Nya yang penuh hikmat dan kuasa. Justru dalam situasi itu Yesus memberikan perumpamaan penabur. Maksudnya jelas untuk menantang mereka memeriksa diri, tipe tanah bagaimanakah mereka.

Penabur dalam perumpamaan ini adalah pemberita firman tentang Kerajaan Surga yaitu Yesus (ayat 19). Yesus tentu menginginkan agar semua yang mendengar ajaran-Nya mengalami pembaruan hidup. Namun, dengan perumpamaan ini, Yesus memberikan peringatan bahwa mungkin sekali orang banyak yang tertarik mengerumuni Dia itu tidak murni menyambut-Nya.

Ada empat kemungkinan tipe respons orang terhadap Yesus yang diwakili oleh empat jenis tanah penerima benih. Tanah di pinggir jalan, tanah berbatu-batu, tanah bersemak duri, dan tanah yang baik. Tiga yang pertama menunjukkan penerimaan yang tidak benar terhadap Yesus dan firman-Nya sehingga tidak mengeluarkan pembaruan hidup. Mereka adalah yang tidak percaya dan tidak mengerti firman Yesus (ayat 4, 19), yang tidak bersedia melaksanakan konsekuensi yang dituntut oleh firman (ayat 5-6, 20-21) dan yang hatinya penuh kekuatiran duniawi (ayat 7, 22). Hanya satu jenis respons yang menghasilkan buah pembaruan hidup yaitu yang menyam-but benih dengan segenap hati (ayat 8, 23).

Tiga jenis respons terhadap firman Yesus ini tidak saja terjadi dulu di antara pendengar Yesus. Ketiganya juga ada di kalangan orang yang menganggap diri Kristen atau terlibat dalam kehidupan bergereja. Perumpamaan Yesus memaksa pendengar-Nya untuk memeriksa diri. Kini pun kita didesak untuk memeriksa apakah respons iman kita sejati?

Ingat: Respons yang benar terhadap firman pasti membuahkan pembaruan hidup.

(0.35) (Mat 13:10) (sh: Percaya dan mengerti (Selasa, 1 Februari 2005))
Percaya dan mengerti

Proses beriman mirip proses belajar. Di sekolah kita belajar banyak hal yang belum kita mengerti. Ketika kita tidak mengerti suatu pelajaran, seharusnya respons kita adalah bertanya. Jadi, orang yang tumbuh dalam pengertiannya adalah orang yang memelihara sikap haus belajar dan berani bertanya.

Para murid tidak mengerti mengapa Yesus mengajar dengan perumpamaan (ayat 10). Yesus memakai perumpamaan untuk beberapa fungsi. Pertama, untuk menegaskan sifat rahasia Kerajaan Surga. Untuk masuk Kerajaan Surga, perlu pembukaan yang datang dari pihak Allah yang harus ditanggapi dengan iman (ayat 11). Jadi, inisiatif Allah mutlak diperlukan, baik untuk menyatakan rahasia Kerajaan Allah maupun untuk membimbing orang agar merespons pewartaan Kerajaan Allah itu dengan iman. Kedua, perumpamaan berakibat ganda. Kepada orang yang dikaruniai hati responsif akan terjadi proses bertanya, mencari, beroleh tuntunan, dan aktif mengimani. Orang itu akan mengalami pertumbuhan rohani. Untuk orang yang bebal, perumpamaan akan membuat Kerajaan Surga semakin tertutup baginya bahkan membuat orang itu mengalami proses pembutaan rohani lebih lanjut (ayat 14-15).

Dampak perumpamaan yang memisahkan pendengar ke dalam dua kelompok itu kini terjadi. Para murid langsung menyatakan ketidakmengertian mereka kepada Yesus. Ini adalah langkah iman. Akibatnya, Yesus memberikan penjelasan dan menerangi hati mereka. Orang banyak tidak demikian. Mereka bertahan dalam kegelapan pikiran dan hati mereka. Karena mereka tidak percaya, maka arti dan makna Kerajaan Allah tertutup bagi mereka. Bahkan, itu menjadi pesan penghukuman bagi mereka. Akan tetapi, bagi yang percaya perumpamaan menyingkapkan arti dan makna Kerajaan Allah.

Ingat: Peliharalah sikap terbuka untuk belajar dan diajar Tuhan, sebab itulah tanda iman yang bertumbuh.

(0.35) (Mat 14:22) (sh: Kebutuhan untuk berdoa (Senin, 7 Februari 2005))
Kebutuhan untuk berdoa

Yesus mengambil waktu untuk berdoa secara pribadi kepada Allah. Yesus naik ke atas bukit seorang diri (ayat 23). Jika Yesus merasa doa merupakan bagian penting dalam pelayanan-Nya, siapakah kita sehingga masih memandang remeh doa?

Murid-murid berada beberapa mil jauhnya dari pantai. Malam gelap. Meski berada di bukit tidak ada kemungkinan Yesus melihat dengan jelas situasi murid-murid. Tetapi, apakah Yesus tidak tahu keadaan murid-murid yang sedang diombang-ambing gelombang? Yesus tahu. Itulah sebabnya Ia segera mendatangi murid-murid yang sedang berjuang melawan gelombang. Ketika melihat ada manusia berjalan di atas air, wajar saja jika murid-murid berteriak hantu. Yesus menyatakan diri-Nya dengan ungkapan penting Allah dalam PL yakni `Inilah Aku' (ego eimi 27). Istilah ini bukan hanya identifikasi diri tetapi penyingkapan ke-Allah-an Yesus.

Untuk memastikan bahwa Yesuslah yang dilihat murid-murid, Petrus memberanikan diri menyapa-Nya (ayat 28). Petrus meminta Yesus memerintahkannya untuk datang kepada-Nya dengan berjalan di atas air. Permintaan Petrus dikabulkan Yesus (ayat 29), Petrus berjalan di atas air mengalami kuasa Yesus. Petrus berjalan di atas air bergelombang. Sesaat kemudian timbul ketakutannya. Petrus meragukan perintah Yesus dan kuasa Yesus yang sudah dialaminya, meski sesaat. Dalam situasi demikian tidak ada cara lain kecuali berteriak memohon pertolongan Yesus. `Tuhan, tolonglah aku!'

Inilah doa Petrus. Singkat dan mendesak. Uluran tangan Yesus menyelamatkan Petrus. Yesus menegur Petrus yang sesaat menjadi goyah iman (ayat 31), gelombang menjadi reda, murid-murid menyembah-Nya. Goncangan dan gelombang kehidupan adalah latihan iman dan kesempatan untuk berdoa. Tak satu kejadian pun dalam hidup kita luput dari perhatian dan kasih-Nya.

Renungkan: Dalam doa kita akan mengalami lebih nyata pengakuan iman bahwa `Yesus adalah Anak Allah'.

(0.35) (Mat 18:1) (sh: Terbesar vs terkecil (Selasa, 15 Februari 2005))
Terbesar vs terkecil

Kalau bisa kita ingin menjadi yang terbesar dalam jabatan, harta, prestasi, kehormatan, kepintaran, dlsb, namun menghindari menjadi yang terkecil. Murid-murid Tuhan pun tidak luput dari ambisi ingin posisi tertinggi dalam Kerajaan Surga.

Mereka menganggap Kerajaan Surga suatu kerajaan yang dipimpin oleh Tuhan Yesus sebagai raja. Maka sebagai pengikut-Nya, murid-murid pasti mendapat jabatan (ayat 1). Pertanyaan tentang siapakah murid Tuhan yang akan menduduki posisi tertinggi di antara mereka memenuhi pikiran mereka. Jawaban Tuhan Yesus di luar dugaan. Ia menjadikan seorang anak kecil sebagai contoh. Apa syarat yang Tuhan ajukan bagi murid yang mau jadi yang terbesar? Pertama, harus mengalami pertobatan sejati (ayat 3). Pertobatan sejati adalah syarat utama untuk memasuki Kerajaan Surga. Tanpanya, seseorang tidak mampu mengerti kebenaran ilahi. Itu membuktikan ia belum mengalami kelahiran kembali dalam Roh (lih. Yoh. 3:3).

Kedua, harus bersedia merendahkan diri (ayat 4). Merendahkan diri guna memberitakan Injil hendaknya dijadikan dasar pelayanan. Artinya, menanggalkan prinsip "Siapa kamu? Siapa aku?" Tidak mungkin menjangkau "mereka yang terhilang" tanpa penanggalan kesombongan diri. Kerelaan pergi memberitakan Injil kepada "mereka yang terhilang" ini diumpamakan Tuhan dengan mencari satu domba yang tersesat (ayat 12-14). Hanya orang yang sedia menjadi "kecil" saja yang tahu menghargai arti satu jiwa tersesat dibandingkan sembilan puluh sembilan yang tidak. Ketiga, orang yang sudah diterima Tuhan apa adanya harus menerima "mereka yang terhilang" (ayat 5, 10-11). Hendaklah kita mengulurkan tangan dan menyambut dengan tulus setiap orang agar mereka datang ke persekutuan umat Tuhan tanpa membeda-bedakan status sosial, kekayaan, dan kemampuannya.

Ingatlah: Orang besar adalah orang yang rela menjadi kecil dan tajam melihat arti dari hal-hal kecil.

(0.35) (Mat 24:15) (sh: "Gaya hidup waktu singkat" (Selasa, 8 Maret 2005))
"Gaya hidup waktu singkat"


Kembali Tuhan Yesus menyampaikan nubuat. Sebagian dari nubuat itu telah digenapi, sebagian lagi terus berlangsung sampai puncak penggenapan di kedatangan-Nya kedua kali. Acuan kepada kitab Daniel pada ayat 15 terjadi pada tahun 168 SM, ketika Antiokus Epifanes mendirikan altar kafir bagi Zeus di atas altar suci di Bait Allah. Menurut beberapa penafsir, ada dua peristiwa lagi yang menjadi penggenapan ayat ini yaitu 1) penghancuran oleh Romawi pada tahun 70 M dan 2) didirikannya suatu patung antikristus di Yerusalem (bdk. 2Tes. 2:4; Why. 13:14-15). Antikristus ini menggunakan Bait Allah sebagai takhtanya dan menganggap dirinya Allah.

Bagaimana orang percaya seharusnya bersikap? Yang digambarkan di situ adalah keadaan darurat. Tidak ada lagi waktu untuk pulang, mengambil barang-barang di rumah, melakukan kegiatan sehari-hari seolah masih ada banyak waktu. Semangat inilah yang harus kita tangkap jika kita ingin sungguh-sungguh menghayati apa arti hidup dalam zaman yang terakhir yaitu tidak ada waktu lagi. Orang yang berpikir seperti itu mengerti urgensi, kepentingan, dan prioritas dalam hidup bersama dengan Tuhan. Dia tidak akan memboroskan waktunya untuk hal-hal yang tidak penting. Dia akan mengerjakan hal-hal yang memiliki makna dalam kekekalan, bukan kesementaraan.

Sulit membayangkan hal ini terjadi dalam kehidupan kita sekarang. Kita bisa sedikit mencicipinya ketika mengalami keadaan darurat. Alkitab juga mengatakan bahwa siksaan yang dahsyat akan terjadi dan bahwa orang-orang percaya akan mengalami semuanya itu. Orang percaya dipanggil untuk menderita bagi Kristus. Ajaran yang mengajarkan bahwa orang percaya akan dihindarkan dari penderitaan tidak sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus. Namun, Tuhan akan memelihara anak-anak-Nya (ayat 22).

Renungkan: Latihlah diri Anda hidup dalam suasana darurat agar Anda tak terlena oleh dunia yang akan binasa ini.

(0.35) (Mrk 6:1) (sh: Gaya hidup kemuridan (Sabtu, 8 Maret 2003))
Gaya hidup kemuridan

Gaya hidup (lifestyle) menentukan arah hidup. Pola pikir yang terbalik ini telah merasuk di sekitar kita, terutama yang tinggal di kota besar. Indera kita dibombardir dengan pesan- pesan: inilah gaya hidup orang sukses, dengan mobil merek A, handphone cap B, tinggal di kompleks C, nasabah bank D, makan malam di E, berprestasi dalam bidang F dst. Arah hidup banyak orang akhirnya berbelok menjadi bagaimana memperoleh dan memelihara simbol-simbol tadi. Keputusan-keputusan hidup yang penting pun didasarkan, dan selalu merujuk kepada pemenuhan gaya hidup yang diidealisasikan.

Nas bacaan kita menunjukkan bagaimana hidup yang dijalani Yesus dan para murid-Nya sebagai pemberita. Yesus mengalami penolakan dari orang-orang sekampung-Nya (ayat 3) karena ketidak-percayaan mereka (ayat 6). Yesus menyimpulkan ini bagi murid-murid-Nya (termasuk kita) bahwa seorang pemberita harus siap mengalami penolakan, bahkan oleh orang-orang yang dekat dengannya (ayat 4). Inilah risiko, "salib", yang harus siap diterima para pengikut-Nya.

Tidak hanya yang bersifat insidentil, Yesus juga mengajarkan para murid untuk tidak membawa bekal apa-apa dalam perjalanan penginjilan mereka. Perintah ini bersifat kontekstual hanya untuk pengutusan waktu itu saja (sudut pandang Markus menyatakan para murid kemudian memiliki bekal makanan [6:38]). Yang penting adalah penekanan yang mendasari perintah Yesus. Tiadanya bekal yang dibawa menunjukkan kegentingan -- Injil perlu diberitakan sesegera mungkin -- dan kebergantungan penuh kepada Allah untuk mencukupi mereka. Bagaimana memenuhi panggilan dari Allah, itulah yang harus menjadi penentu gaya hidup tiap Kristen.

Renungkan: Gaya hidup Kristen bukanlah menurut kategori-kategori kaya atau miskin, rohani atau sekuler, tetapi gaya hidup akibat mengikut panggilan dan kehendak Allah, apapun konsekuensinya.

(0.35) (Mrk 15:20) (sh: Jeritan Anak Manusia (Jumat, 18 April 2003))
Jeritan Anak Manusia

Dalam perjalanan hidup kita tidak hanya bertemu dengan saat-saat yang menggembirakan, tetapi juga saat-saat yang mencekam dan menyedihkan. Biasanya di saat-saat seperti itu tidak jarang kita bertanya kepada Allah mengapa Ia membiarkan kita mengalami penderitaan ini?

Dari pembacaan ini, kita juga melihat bagaimana Yesus merintih dan berteriak dalam penderitaan-Nya yang amat sangat kepada Allah, ""Eloi, Eloi, lema sabakhtani?", yang berarti: Allah-Ku, Allah- Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Anak Manusia harus menderita di atas kayu salib bukan karena kesalahan-Nya, tetapi karena Ia menggantikan kita karena menanggung kesalahan kita.

Seruan Yesus itu membuktikan bahwa Allah sungguh-sungguh meninggalkan Yesus dalam penderitaan-Nya. Sang Bapa meninggalkan Anak-Nya bukan karena Ia membenci-Nya, tetapi karena Allah membenci dosa yang ditanggung oleh Anak-Nya, sebab Allah itu kudus. Kekudusan-Nya menuntut untuk tidak berkompromi dengan dosa. Allah meninggalkan Anak-Nya supaya kita diselamatkan. Sebab jika Allah membela Anak-Nya maka kita pasti binasa. Dalam perkataan lain, Allah meninggalkan Yesus dan berdiri di pihak kita supaya kita diselamatkan.

Itu berarti bagi Yesus, salib merupakan suatu pergumulan yang paling pahit dan mengerikan dalam hidup-Nya tetapi bagi manusia, salib Yesus merupakan berita sukacita, karena melalui kematian-Nya kita dibebaskan. Berita sukacita itulah yang mendorong umat beriman agar kita merayakan hari kematian Yesus bukan dengan sedih dan putus asa, tetapi dengan iman dan pengharapan bahwa kematian Yesus merupakan jaminan keselamatan kita.

Renungkan: Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya ketika mengalami penderitaan. Sebab Ia bergumul bersama kita mencari jalan keluar dari segala penderitaan. Ia adalah Allah Imanuel, Allah beserta kita.

(0.35) (Luk 2:39) (sh: Bertumbuh dalam segala aspek (Kamis, 1 Januari 2004))
Bertumbuh dalam segala aspek

Tahun baru lagi! Usia dunia bertambah satu tahun lagi. Biasanya pertambahan usia erat kaitannya dengan pertumbuhan. Jika demikian, apa yang bertumbuh pada diri Anda sepanjang tahun yang lalu? Bertumbuh adalah hal yang wajar terjadi pada semua makhluk hidup. Bila sudah tidak ada pertumbuhan berarti mati. Mungkin Anda tidak lagi bertumbuh secara fisik. Mungkin Anda juga berhasil menstabilkan berat badan dan proporsi bentuk tubuh dengan diet. Namun ada hal-hal lain yang harus terus bertumbuh, tidak boleh berhenti. Pikiran kita harus selalu diisi oleh dan mengolah data-data eksternal agar hidup kita informatif. Hati kita memerlukan siraman kasih dan perasaan-perasaan lain yang menunjang serta menyegarkan mental kita.

Yesus yang masih remaja secara fisik mengalami pertumbuhan (ayat 40). Seiring dengan pertumbuhan fisik-Nya, sebagai manusia Yesus juga mengalami pertumbuhan intelektual dan mental (ayat 40). Hal itu ditunjukkan lewat kemampuan-Nya berdialog dengan para alim ulama di bait Allah. Semua orang heran dengan kecerdasan-Nya (ayat 46-47). Namun, hal yang lebih utama yang ditonjolkan Lukas adalah pertumbuhan kerohanian-Nya yang dikatakan bahwa Ia semakin dikasihi Allah, dan juga dikasihi manusia (ayat 52). Artinya, secara relasi sosial pun Yesus bertumbuh.

Diusia-Nya yang masih remaja, seperti kebanyakan remaja lainnya, Yesus bertumbuh pada segala aspek kehidupan-Nya. Karena itu sudah seharusnya kita, pengikut-pengikut-Nya, meneladani Dia dalam hal bertumbuh. Setiap aspek dalam kehidupan kita pun harus diperhatikan dan diberi kesempatan untuk bertumbuh, sehingga kita seperti Yesus yang “semakin bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan oleh manusia.”

Renungkan: Anak-anak Tuhan harus bertumbuh dalam segala aspek supaya hidupnya semakin menyukakan hati Allah dan semakin menjadi berkat bagi sesama.

(0.35) (Luk 8:16) (sh: Mendengar, berakar, dan berbuah (Senin, 17 Januari 2000))
Mendengar, berakar, dan berbuah

Setiap Kristen yang menyambut dengan kesungguhan hati, menaati, dan memberlakukan kebenaran firman Tuhan dalam hidupnya menunjukkan dua hal. Pertama, orang tersebut telah mengalami pembaharuan total dari Tuhan Yesus. Kedua, kebenaran yang telah tertanam dalam dirinya akan berakar, bertumbuh dan menghasilkan buah. Konsekuensi Kristen yang telah mengalami kedua hal ini ialah buah kebenaran karena perubahan hidupnya secara total itu pula ia juga dapat mempengaruhi kehidupan orang lain.

Untuk menjelaskan ini, Yesus mengibaratkan buah kebenaran itu dengan pelita yang menyala. Mengapa pelita? Sesuai sifat dan fungsinya, maka cahaya dari pelita yang menyala itu akan menerangi lingkungan tempatnya berada. Artinya, cahaya itu tidak hanya telah mengubah gelap menjadi terang, yang tak nampak menjadi nampak, tetapi juga menelanjangi keburukkan setiap orang yang hidup dalam kegelapan. Inilah keadaan yang harus dinyatakan dan diubahkan. Dan ini pulalah tugas Kristen di mana pun ia berada. Lingkungan masyarakat, saudara dan teman harus merasakan pengaruh yang mengubahkan dan mendatangkan kebaikan.

Tidak semua Kristen yang tingkah dan gaya hidupnya memancarkan terang di lingkungan tempatnya berada. Bahkan banyak Kristen yang sudah mendengar kebenaran firman Tuhan, tetapi tidak mau melakukannya, seperti saudara-saudara Yesus. Mereka beranggapan bahwa pengajaran-pengajaran Yesus itu bukan untuk mereka tetapi untuk umat. Anggapan ini didasarkan pada kedekatan hubungan dengan Yesus. Tetapi Yesus sendiri mengecam anggapan itu, sebab menurut Dia hanya orang-orang yang mendengar dan melakukan firman Tuhan dalam hidup yang menjadi saudara-saudara-Nya. banyak Kristen merasa telah mengenal Yesus Kristus hanya dengan mengaku dan mendengarkan firman Tuhan. Akan tetapi percaya itu tidak direalisasikan dalam hidup dan dirasakan oleh orang lain secara nyata, akan menjadi sia-sia.

Renungkan: Bila Kristen hanya mendengar firman tetapi tidak melakukan ia akan cenderung menutupi dan mungkin menyangkali imannya, saat berada di tengah-tengah mereka yang tidak seiman. Sebenarnya sikap demikian tidak mungkin terjadi bila Kristen memiliki keyakinan iman yang hidup.



TIP #04: Coba gunakan range (OT dan NT) pada Pencarian Khusus agar pencarian Anda lebih terfokus. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA