Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 3601 - 3620 dari 3811 ayat untuk greek:14 (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.12650104347826) (2Kor 3:7) (sh: Taurat dan Injil. (Minggu, 06 September 1998))
Taurat dan Injil.

Taurat dan Injil.
Hukum Taurat ditulis untuk menyadarkan orang akan dosa. Hukum itu tidak menyelamatkan sebab tak seorang pun yang memiliki hati yang murni tanpa cela dan yang mampu memenuhi secara sempurna tuntutan Taurat. Walaupun tak menyelamatkan, kemuliaan Allah tampak ketika Allah memberikan hukum itu melalui Musa (ayat 7). Itu menunjukkan bahwa hukum Taurat adalah sabda Allah sendiri yang menyatakan sifat dan kehendak-Nya. Berita Injil lebih mulia daripada Taurat. Injil terjadi karena Kristus dalam kasih-Nya telah datang untuk menyelamatkan. Bila kemuliaan Taurat membuat orang tidak tahan di hadapan Allah, Injil justru membuat orang masuk dalam persekutuan dengan Allah (ayat 9). Bila kemuliaan Taurat bersifat sementara, Injil bersifat kekal (ayat 11).

Yang dapat membuka selubung. Orang Yahudi berpegang pada prinsip usaha menaati Taurat. Menurut Paulus, hati mereka masih terselubung seperti muka Musa yang baru turun dari Sinai (Kel. 34:33). Sebenarnya Kristus telah membuka selubung Taurat melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Tetapi dalam pengalaman nyata dalam pelayanan, kita jumpai orang-orang yang tidak mengalami dampak Injil itu. Mengapa demikian? Karena berita keselamatan itu hanya dapat dimengerti dan bermanfaat bagi pembaca dan pendengarnya, bila mereka menyerah untuk dipimpin oleh Roh Kudus (ayat 14-16). Hal yang rohani hanya dapat dipahami dan dialami bila orang memohon pertolongan Roh Allah. Apakah tiap kali Anda melayani Anda berdoa agar Roh menyingkapkan hati orang yang Anda layani? Apakah Anda mengingatkan mereka akan tanggungjawab mereka meresponi?

Renungkan: Daya yang besar untuk melayani Tuhan dengan benar lahir dari pengenalan yang jernih akan kemuliaan Injil dan dari persekutuan yang hidup dengan Kristus oleh Roh Kudus.

Doa: Kami berdoa bagi mereka yang hatinya masih terselubung terhadap berita keselamatan itu.

(0.12650104347826) (Gal 2:11) (sh: Tolak standar ganda! (Selasa, 7 Juni 2005))
Tolak standar ganda!

Tolak standar ganda!
Joni adalah salah seorang simpatisan Kristen yang akhirnya menolak untuk dibaptiskan karena melihat kelakuan dari seorang pemimpin Kristen. "Munafik," ujar Joni ketika ditanyakan alasannya. Lanjutnya, "Dia berkata Yesus mengasihi tanpa membeda-bedakan suku, bangsa, ras, dan bahasa. Namun, ia (menyebut nama pemimpin itu) menghina suku kami sebagai suku yang rendah dan tidak pantas beribadah di gerejanya."

Sungguh menyedihkan, sikap yang dilihat Joni dan yang menjadi penyebab ia mundur dari memercayai Yesus, justru diperlihatkan oleh Petrus (ayat 12). Petrus masih menganggap tradisi Yahudi (=sunat) lebih penting daripada Injil. Sebaliknya Paulus menyatakan konsistensi imannya dengan berani menegor keras dan terbuka kepada Petrus yang tergolong seniornya (ayat 11,14). Pertama, hukum Taurat tidak dapat menyelamatkan manusia berdosa. Hanya kasih karunia dalam Kristus yang membenarkan seseorang. Kasih karunia dalam Kristus inilah yang mengubah inti kehidupan orang yang percaya. Hidup Kristus ada di dalam hidupnya (ayat 16-20). Kedua, sikap Petrus sebagai salah seorang pemimpin gereja mempengaruhi orang-orang lain sehingga mereka juga terseret dalam kemunafikannya (ayat 13). Kalau hal ini dibiarkan dapat mengacaukan dan merusak persekutuan Injil yang sudah Paulus rintis dan bina selama ini di Antiokhia.

Gereja harus menyadari bahwa peran penting mereka dalam pemberitaan Injil bukan hanya dengan menjadi juru bicara Tuhan, tetapi juga dengan menyaksikan kasih Allah melalui kehidupan. Pertama, gereja harus menolak segala ajaran yang menegakkan peraturan atau tradisi tertentu lebih tinggi daripada ajaran kasih karunia. Kedua, gereja harus mendidik umat Tuhan untuk tidak bersikap membeda-bedakan suku, bahasa, status sosial, pendidikan, dll. Sikap antidiskriminasi ini harus dimulai dari para pemimpin gereja!

Camkan: Jangan rusak kesaksian Injil kasih Allah dengan tindakan diskriminatif umat Allah.

(0.12650104347826) (Gal 5:1) (sh: Tetap merdeka atau menjadi hamba? (Rabu, 15 Juni 2005))
Tetap merdeka atau menjadi hamba?

Tetap merdeka atau menjadi hamba?
Apa daya tarik ajaran yang menjadikan usaha menaati hukum Taurat sebagai jalan keselamatan yang membuat orang berpaling dari Injil anugerah? Jawabannya: Gengsi. Menerima anugerah berarti mengaku tidak berdaya. Sebaliknya dengan melakukan Taurat berarti bisa membanggakan diri telah mengerjakan keselamatan untuk diri sendiri!

Paulus menghimbau jemaat Galatia untuk kembali setia kepada ajaran Injil sejati dan menolak injil palsu yang mau memperhamba diri mereka pada Taurat (ayat 1). Orang yang kembali kepada hukum Taurat akan menerima konsekuensi sbb. Pertama, ia ada dalam bahaya di luar keselamatan karena menolak karya Kristus di salib (ayat 2,4). Baginya Kristus tidak dapat menyelamatkan dirinya. Hanya ia sendiri yang dapat menyelamatkan diri melalui menaati hukum Taurat. Kedua, hukum Taurat menjadi alat pendakwa dirinya karena keselamatannya bergantung penuh kepada kemampuannya menaati secara sempurna hukum tersebut (ayat 3-4). Jemaat Galatia sudah memiliki anugerah keselamatan itu, maka mereka seharusnya tidak membiarkan diri disesatkan (ayat 6-9). Namun, Paulus yakin bahwa jemaat Galatia tidak akan murtad. Sebaliknya, mereka akan berjuang melawan penyesat-penyesat itu. Penyesat-penyesat itu harus dibasmi karena kalau tidak mereka akan merusak keharmonisan gereja. Paulus yakin mereka akan dihukum Tuhan (ayat 10).

Gereja harus berani bertindak tegas terhadap orang-orang yang memaksakan berbagai peraturan sebagai syarat untuk diselamatkan. Kalau hal ini dibiarkan akan menimbulkan kekacauan. Akan ada orang-orang yang menyombongkan diri oleh karena mereka sudah taat melakukan peraturan-peraturan tersebut. Sebaliknya juga akan banyak orang merasa bersalah dan berdosa karena tidak dapat dengan sempurna melakukannya.

Camkan: Setiap ajaran yang menekankan perbuatan menambahi atau bahkan menggantikan kasih karunia hanya akan membuahkan kesombongan dan perpecahan dalam gereja!

(0.12650104347826) (Gal 5:13) (sh: Kasih, hukum, dan kebebasan (Kamis, 16 Juni 2005))
Kasih, hukum, dan kebebasan

Kasih, hukum, dan kebebasan
Kebebasan tanpa norma sama sekali bukan kebebasan melainkan bencana. Banyak orang Kristen salah memahami dan salah memaknai kemerdekaan yang sejati. Seakan-akan bebas dari dosa berarti bebas untuk berbuat dosa. Mengapa bisa timbul salah pengertian seperti ini?

Kesalahan pertama adalah karena tidak mengerti fungsi hukum Taurat secara tuntas. Karena keselamatan adalah anugerah dan bukan diperoleh dengan menaati hukum Taurat, banyak orang merasa ajaran-ajaran etika di hukum Taurat pun tidak perlu diberlakukan. Akibatnya mereka merasa sah saja melanggar hukum Taurat. Padahal hukum Taurat mengajarkan jalan-jalan yang benar untuk dilakukan anak-anak Tuhan. Tuhan Yesus sudah merangkum hukum Taurat menjadi hukum kasih (ayat 14). Kesalahan kedua adalah karena salah mengerti maksud Tuhan menyelamatkan orang berdosa. Seseorang diselamatkan agar menjalani hidup dalam kasih. Jadi, anak-anak Tuhan dimerdekakan dari perbudakan dosa dan dari kutuk hukum Taurat supaya dapat mempraktikkan kasih ilahi kepada sesamanya. Bagaimana cara mempraktikkan hukum kasih itu dan tidak terjerat kepada keingingan-keingingan daging? Hanya satu cara, yaitu dengan menyerahkan hidup kita dipimpin oleh Roh. Kita harus melawan setiap keinginan daging yang masih mau menguasai kita dengan cara membiarkan Roh Tuhan memimpin hidup kita (ayat 16-18).

Orang yang belum diselamatkan berbuat dosa karena memang dibelenggu oleh kuasa dosa. Namun, anak-anak Tuhan hidup mempraktikkan keadilan, kebenaran, dan kekudusan sebagai pernyataan kasih mereka kepada Kristus dan kepada sesama. Bukti kasih mereka kepada Kristus adalah berupa kerelaan diatur dan dipimpin oleh Roh. Bukti kasih mereka kepada sesama adalah menjadi berkat dan teladan hidup beriman bagi sesama.

Renungkan: Hanya di dalam kasih karunia kita dimampukan mengasihi dengan tulus.

(0.12650104347826) (Ef 1:1) (sh: Keselamatan ajaib (Jumat, 31 Oktober 2003))
Keselamatan ajaib

Keselamatan ajaib. Ajaibnya keselamatan dari Tuhan, akan kita sadari apabila kita membandingkan keadaan kita di luar Kristus dengan berkat-berkat rohani yang kita dapat dalam keselamatan (ayat 3). Juga apabila kita merenungkan bahwa untuk mewujudkan keselamatan itu, Allah Bapa (ayat 3-6), Putra (ayat 7-12), Roh Kudus (ayat 13-14) mengerjakan karya-karya yang indah, serasi dalam kerjasama demi kita ciptaan-Nya yang telah berontak berdosa terhadap-Nya.

Kota Efesus, lazimnya kota besar, pastilah dipenuhi dengan berbagai gaya hidup yang salah. Namun, di kota itu kini keselamatan telah mewujud. Orang percaya yang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dalam kehidupan mereka mengalami keselamatan ajaib. Mereka bukan lagi orang yang hidup sia-sia dalam kecemaran dosa. Mereka diubah Tuhan menjadi orang-orang kudus (ayat 1). Sejak itu, berkat rohani seperti kasih karunia dan damai sejahtera (ayat 2), serta seluruh kepenuhan arti keselamatan (ayat 3) menjadi pengalaman riil mereka. Itulah keajaiban keselamatan yang Tuhan kerjakan dari waktu ke waktu, termasuk yang kini Anda terima dan alami.

Bagian ini berbicara tentang sumber keselamatan dan maksud keselamatan. Bapa telah memilih kita (ayat 4), menetapkan kita menjadi anak-anak-Nya (ayat 5). Rencana itu terwujud karena Putra-Nya, Yesus Kristus melakukan karya penyelamatan bagi kita. Itu akan kita renungkan besok. Ajaran tentang rencana keselamatan dan pilihan kekal Allah Bapa ini membuat keselamatan bertumpu pada sesuatu yang pasti dan bukan pada kondisi atau pengalaman kita. Maksud keselamatan adalah agar kita hidup memuliakan Allah. Menerima anugerah Allah yang ajaib ini pasti mendorong kita menaikkan pujian syukur dan menjadikan kehidupan kita suatu kepujian yang serasi dengan kemuliaan dan anugerah-Nya itu.

Renungkan: Keajaiban rencana keselamatan Allah dan kurban penyelamatan yang ditanggung-Nya bagi kita, menolong kita agar dapat menghayati keselamatan, mensyukurinya, dan hidup kudus.

(0.12650104347826) (Ef 2:13) (sh: Apa yang Kristus lakukan bagi kita? (Kamis, 10 Oktober 2002))
Apa yang Kristus lakukan bagi kita?

Apa yang Kristus lakukan bagi kita? Sekarang Paulus menjelaskan bagaimana Allah telah mendekatkan mereka dengan-Nya dan menjadikan mereka satu umat. Perseteruan Allah dengan mereka dan antara mereka dengan Israel telah dirubuhkan oleh kurban darah Kristus yang tercurah di kayu salib. Perseteruan telah didamaikan. Kristulah kurban damai perseteruan antara manusia dan Allah dan sesama (ayat 14). Tidak hanya tembok pemisah antara manusia dan Allah yang rubuh, tetapi tembok pemisah antara etnis Yahudi dan etnis-etnis nonYahudi pun dihancurkan.

Bagaimana Kristus melakukannya? Paulus menjelaskan tiga hal yang dikerjakan Kristus di kayu salib (ayat 15-16). [1]. Yesus membatalkan hukum Taurat (ayat 15). Selain membatalkan hukum-hukum yang memisahkan Yahudi dan nonYahudi seperti hukum sunat dan makanan halal/haram, Yesus juga membatalkan fungsi Taurat sebagai jalan keselamatan. Tetapi fungsi Taurat sebagai hukum bagi umat Allah tetap berlaku sebagai petunjuk hidup baru. [2]. Tuhan Yesus menciptakan satu umat yang baru (ayat 15). Semua etnis Yahudi atau nonYahudi dipersatukan menjadi satu umat di dalam dan oleh Yesus. Namun ini tidak berarti bahwa Yahudi dan nonYahudi bersatu membentuk etnis ketiga atau hilangnya etnis Yahudi dan nonYahudi. Etnis Yahudi tetap Yahudi, etnis nonYahudi tetap nonYahudi. Yang dibatalkan adalah ketidaksetaraan di hadirat Allah. [3].Yesus mendamaikan etnis Yahudi dan nonYahudi dengan Allah (ayat 16). Sekarang umat yang telah didamaikan Kristus disebut sebagai kawan sewarga (ayat 19), dan anggota kerajaan Allah yang hidup di bawah pimpinan dan hukum-hukum Allah. Umat yang didamaikan ini juga disebut keluarga Allah (ayat 19). Sebagai anggota keluarga Allah secara otomatis, relasi antaretnis pun diungkapkan dengan istilah ‘saudara’. Selanjutnya, umat yang didamaikan itu juga disebut sebagai tempat kediaman Allah (ayat 21-22).

Renungkan: Jika ada perintang yang kita biarkan menghalangi penghayatan kita sebagai warga kerajaan Allah, sebagai suatu keluarga Allah, kita sedang menghinakan kurban kematian Kristus.

(0.12650104347826) (Ef 4:7) (sh: Kesucian umat Allah (Selasa, 15 Oktober 2002))
Kesucian umat Allah

Kesucian umat Allah. Orang yang percaya pada Yesus harus hidup sesuai dengan panggilannya sebagi umat Allah. Paulus menasihatkan mereka untuk tidak lagi hidup seperti orang yang tidak mengenal Allah (ayat 17). Bagaimanakah hidup orang yang tidak mengenal Allah? Hati mereka yang keras mengakibatkan pikiran sia-sia (ayat 17), pengertian gelap dan kebodohan, serta jauh dari Allah mengakibatkan mereka hidup di bawah murka Allah. Sehingga hidup mereka serba kacau yang nampak dari pikiran yang tumpul. Dikuasai hawa nafsu dan serakah berbuat cemar (ayat 19).

Sebagai umat Allah, orang percaya harus hidup suci, karena orang yang percaya Yesus telah belajar mengenal Yesus Kristus, mendengar Kristus dan menerima pengajaran dalam Kristus (ayat 21). Sentralitas Kristus terlihat jelas. Ini berarti orang percaya menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru, setiap hari dibarui dalam roh dan pikiran (ayat 23). Tidak ada artinya menyatakan diri sebagai ciptaan baru namun tabiat dan kebiasaan lama masih terus dilakukan. Semua tabiat lama harus dibuang karena manusia lama sudah dibuang. Sekarang orang percaya harus membuang dusta dan berkata benar (ayat 25). Kebohongan menghancurkan persekutuan umat Allah. Orang percaya harus menguasai diri (ayat 26-27). Boleh marah, tetapi jangan menjadi angkuh, dendam dan benci. Boleh marah, namun jangan dipelihara dan berkembang tidak terkendali. Boleh marah, tetapi saat marah jangan membiarkan iblis mengubah kemarahan menjadi kekerasan dan kebencian. Orang percaya jangan mencuri tetapi bekerja keras dan jujur (ayat 28). Jangan mengambil hak dan milik orang lain. Orang percaya mempergunakan mulut untuk membangun sesama (ayat 29), bukan untuk menghancurkan orang lain (ayat 30). Orang percaya jangan memiliki relasi yang pahit, geram, marah, pertikaian, dan fitnah dengan sesama orang percaya. Sebaliknya, dalam persekutuan umat hendaklah ada keramahan, kasih dan pengampunan (ayat 31-32).

Renungkan: Adakah tabiat lama yang harus dibuang hari ini? Mengapa terus memelihara tabiat lama, bila itu berarti menyebabkan kematian?

(0.12650104347826) (Ef 4:7) (sh: Kesatuan yang tidak menghilangkan jati diri (Sabtu, 8 November 2003))
Kesatuan yang tidak menghilangkan jati diri

Kesatuan yang tidak menghilangkan jati diri. Bersatu bukan berarti menghilangkan keunikan kepribadian setiap orang dan juga bukan berarti meleburkan diri dalam sebuah komunitas sehingga kehilangan jati diri.Dalam bagian ini Paulus meneruskan pembahasan dengan menekankan bahwa panggilan Allah agar kita menjadi satu, tidak akan membuat kita kehilangan jati diri dan talenta/kemampuan yang Tuhan berikan kepada kita. Karena itu Paulus menuliskan bahwa Allah tidak menganugerahkan kasih karunia yang sama kepada kita, tetapi masing-masing dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus (ayat 7). Paulus berbicara tentang anugerah Allah dalam konteks kemampuan jemaat melayani Allah. Di dalam gereja ada jemaat yang berfungsi sebagai rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil, gembala-gembala dan pengajar-pengajar (ayat 11). Semua fungsi ini menunjukkan bahwa:

[1] setiap orang Kristen, tidak hanya pendeta atau pemimpin jemaat, memikul tanggung jawab untuk membangun tubuh Kristus sesuai dengan karunia Tuhan yang ada di dalam dirinya;

[2] setiap orang Kristen dapat mencapai kedewasaan rohani yang lebih matang dan iman yang stabil, sehingga tidak mudah untuk diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran (ayat 13-14);

[3] setiap orang Kristen dimampukan menjaga prinsip-prinsip kebenaran Allah dalam bertingkah laku dan bertutur kata sehingga semakin bertumbuh ke arah Kristus (ayat 15).

Penjelasan di atas semakin mempertegas keyakinan kita bahwa komunitas Kristen memiliki kesatuan dan persatuan yang sejati; dan fungsi serta kemampuan yang Allah anugerahkan kepada kita, dapat kita pergunakan untuk membangun tubuh Kristus dan melayani Kristus.

Renungkan: Sudahkah Anda terlibat dengan orang Kristen lainnya membangun tubuh Kristus dan melayani Kristus dengan kemampuan yang Allah anugerahkan untuk Anda?

(0.12650104347826) (Ef 5:1) (sh: Hidup sebagai anak terang (Rabu, 16 Oktober 2002))
Hidup sebagai anak terang

Hidup sebagai anak terang. Sebagai anak-anak terang, umat Allah hidup dengan meneladani Allah (ayat 1). Sama seperti Yesus yang meneladani Allah demikian juga umat-Nya. Paulus juga mendorong orang percaya untuk meneladani Kristus (ayat 2). Hidup dalam kasih merupakan bukti nyata meneladani Kristus. Secara khusus, anak-anak terang harus menjauhi perbuatan seksual. Seks adalah pemberian Tuhan dan hanya boleh dinikmati dalam konteks pernikahan. Sehingga setiap perbuatan seks di luar pernikahan harus dihindari.

Tidak hanya perbuatan seks yang dibuang, juga perkataan vulgar dan kotor (ayat 4). Mengapa? Ada 4 alasan.

1. Orang yang amoral dan vulgar akan dihukum. Segera bertobat untuk menerima pengampunan.

2. Berkaitan dengan hakikat sebagai anak-anak terang (ayat 8-14). Anak-anak terang tidak pantas berlaku amoral dan vulgar (ayat 11). Menjauhi perbuatan jahat tidak berarti membuang orang yang melakukannya. Jika orang percaya menjauhi orang jahat, bagaimana ia bisa percaya pada Yesus dan diperbarui? Jika tidak ada yang mengasihi orang yang amoral dan vulgar, siapa yang akan menelanjangi perbuatan tersebut? Perbuatan dan orang yang berbuat adalah dua hal yang berbeda. Perbuatannya harus ditelanjangi agar orangnya bertobat dan datang pada Yesus untuk menerima pengampunan.

3. Anak-anak terang memiliki hikmat untuk hidup sebagai anak-anak terang (ayat 15-17). Menjadi orang berhikmat berarti mengutamakan kehendak Allah di dalam seluruh hidup (ayat 17). Perbuatan amoral dan vulgar bukan kehendak Allah.

4. Berhubungan dengan Roh Kudus (ayat 18-21). Anak-anak terang telah dipenuhi Roh. Ini berakibat lahirnya suatu persekutuan dimana pujian dominan. Dipenuhi Roh berarti dipenuhi ucapan syukur.

Renungkan: Hakikat menentukan fungsi. Artinya, tentara hidup sebagai tentara, atlit hidup sebagai atlit, dan dokter hidup sebagai dokter. Terlihat aneh jika artis hidup sebagai tentara. Adalah tidak benar bila anak-anak terang hidup sebagai anak-anak gelap.

(0.12650104347826) (Ef 6:10) (sh: Awal kehidupan Kristen (Jumat, 14 November 2003))
Awal kehidupan Kristen

Awal kehidupan Kristen. Akhir dari perjalanan seorang anak menyelesaikan pendidikannya di tingkat SD, merupakan awal baginya untuk menempuh jenjang pendidikan SLTP. Di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, kesulitan yang dihadapinya pun akan lebih tinggi, begitu seterusnya. Demikian juga bagi seseorang yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan atas hidupnya, pertobatan hanyalah awal dari kehidupannya bersama Kristus. Ia masih harus bertahan hingga mencapai garis akhir dalam menghadapi peperangan rohani.Pada bagian akhir surat Efesus ini Paulus secara tidak langsung mengatakan bahwa mereka baru ada pada awal kehidupan Kristen. Oleh karena itu, orang Kristen dianjurkan untuk mengenakan perlengkapan senjata Allah (ayat 11,13). Mengapa? Oleh karena kita akan berjuang menghadapi musuh yang utama yaitu pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap ini dan roh-roh jahat di udara (ayat 12). Tujuannya adalah supaya orang Kristen dapat berdiri sampai akhir dalam peperangan rohani ini (ayat 13). Akan tetapi, kita harus ingat bahwa kita tidak berjuang sendiri. Seluruh komunitas Kristen akan berjuang bersama. Oleh karena itu selain mengenakan perlengkapan senjata Allah (ayat 14-18), kita harus berdoa dengan konsisten baik untuk diri sendiri maupun untuk mendukung yang lainnya (ayat 18-19). Doa adalah bentuk komunikasi kita dengan Allah. Berdoa menunjukkan kebergantungan kita kepada Allah, dan kebergantungan ini memberikan kekuatan untuk kita memenangkan peperangan ini. Kapan peperangan rohani kita dimulai? Ketika kita percaya kepada Kristus. Kapan peperangan rohani ini berakhir? Ketika Tuhan Allah mengatakan “Hamba yang setiawan, mari masuklah” itulah akhir peperangan rohani kita.

Renungkan: Awal kehidupan Kristen Anda adalah peperangan melawan penguasa-penguasa kegelapan. Bersama dengan Kristus, menangkan peperangan rohani Anda dari hari ke hari.

(0.12650104347826) (Flp 1:12) (sh: Bersukacita dalam penderitaan. (Minggu, 25 Oktober 1998))
Bersukacita dalam penderitaan.

Bersukacita dalam penderitaan.
Reaksi orang saat itu terhadap pemenjaraan Paulus tidak sama. Ada yang sedih dan prihatin. Itu adalah reaksi wajar, sebab dipenjara berarti dibatasi ruang gerak kebebasannya. Mereka kuatir bahwa pemenjaraan Paulus akan berakibat buruk pada kelangsungan pewartaan Injil (ayat 12-13). Tetapi ada pula orang tertentu yang karena iri terhadap pelayanan Paulus, malah senang bila Paulus dipenjara. Mereka senang bila Paulus susah karena melihat bahwa tugas pewartaan Injil yang dilakukannya kini diambil alih oleh orang-orang itu (ayat 17). Ternyata kedua hal itu sama sekali tidak menyusahkan Paulus. Pertama, karena di dalam penjara ia tetap bebas bicara menyaksikan Injil (ayat 12). Kedua karena menjadi jelas bahwa ia dipenjara karena Injil bukan karena kesalahan (ayat 13). Ketiga, karena keterpenjaraan Paulus malah menyemangatkan Kristen untuk berani bersaksi bagi Yesus (ayat 14). Keempat, karena pewartaan Injil dengan motivasi salah pun tetap berkuasa untuk mewujudkan karya keselamatan Kristus. Itulah alasan mengapa ia bersukacita (ayat 18).

Hidup atau mati: demi dan dalam Kristus. Inilah kerinduan terdalam Paulus, yaitu bahwa hidup atau matinya boleh mempermuliakan Kristus (ayat 20-21). Karena hubungannya dengan Kristus sedemikian akrab maka kondisi-kondisi yang berubah-ubah tidak mempengaruhi kesetiaannya, kualitas kerohaniannya maupun kobaran semangat pelayanannya. Sebaliknya penderitaan adalah kesempatan untuk mengalami keindahan persekutuan Kristen lebih dalam (ayat 18-19), dan membuat ia lebih berharap berjumpa Kristus (ayat 23).

Untuk Paulus hidup atau mati tidak soal. Yang penting dalam pengalaman mana pun, ia tetap menyatakan Kristus dan ia ingin memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi jemaat Tuhan. Alangkah hebatnya pengaruh orang-orang yang berprinsip sama dalam kualitas pelayanan gerejani kita. Kiranya Roh Allah mengaruniakan kita prinsip hidup yang sama dengan Paulus.

Doa: Kiranya Tuhan menyiapkan kami menghadapi kondisi seburuk apa pun, tetap kokoh dalam iman, hangat dalam kasih, teguh dalam pengharapan, berkobar dalam pelayanan.

(0.12650104347826) (Flp 3:12) (sh: Mengenal Kristus (Senin, 31 Mei 2004))
Mengenal Kristus

Mengenal Kristus. Apakah Anda sudah mengenal Kristus? Puaskah Anda dengan pengenalan itu? Bila Anda sudah puas, berarti Anda sudah berhenti dari belajar mengenal Dia. Anda sedang mengalami kemandekan, bahkan Anda sedang mundur. Mengapa? Karena Kristus adalah Anak Allah, jauh melampaui segala pengetahuan. Pengenalan dan pengalaman iman kita akan Dia tak akan pernah sempurna sampai kita jumpa Ia kelak.

Paulus menilai diri dengan benar, tidak berlebihan. Dia tidak menyatakan dirinya telah sempurna dan memperoleh pengenalan tuntas akan Kristus. Apakah Paulus mengenal Kristus? Ya. Apakah dia telah mengenal-Nya penuh? Paulus mengatakan belum, dan itulah yang terus dia kejar. Memang seorang yang telah mengenal Kristus, ingin mendapatkan pengenalan yang lebih dalam lagi. Ini bahkan lebih lagi daripada keinginan mengenal dan mengasihi lebih dalam orang-orang yang kita kasihi. Keinginan ini membuat ia melupakan apa yang telah di belakangnya. Paulus tidak mengijinkan apa yang sudah dicapainya menjadikannya puas diri, berbangga diri, tetapi pengenalan itu menjadi terhenti. Tidak, melainkan ia mengarahkan dirinya kepada apa yang masih dapat dia peroleh. Orang yang sedemikian akan maju terus, tidak mungkin mandek pertumbuhannya (ayat 12-14).

Paulus terus mencari meskipun ia telah mendapatkan. Dia bahkan memberi jaminan bahwa Tuhan akan menyatakan kepada kita jika tentang salah satu hal kita berbeda pandangan. Perbedaan pandangan tidak seharusnya mencegah dan menghambat kita untuk terus bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus. Setiap orang memiliki tingkat pengertiannya masing-masing dan Paulus mendorong jemaat untuk melanjutkan proses pengenalan yang bersifat progresif tersebut (ayat 15-16).

Renungkan: Tak ada gol hidup yang lebih berarti bagi orang yang kenal Kristus selain makin mengenal dan menyerupai Dia.

(0.12650104347826) (Flp 4:14) (sh: Menjadi pemberi-pemberi bagi Allah (Kamis, 3 Juni 2004))
Menjadi pemberi-pemberi bagi Allah

Menjadi pemberi-pemberi bagi Allah. Bagian terakhir surat ini mencatat sukacita Paulus karena jemaat di Filipi boleh berbagi dalam pelayanan Paulus termasuk dengan harta milik mereka. Paulus mengangkat hal ini bukan dengan motivasi agar dia sebagai hamba Tuhan boleh menerima lebih banyak dan lebih banyak lagi. Dia bukan seorang hamba Tuhan yang mempersoalkan fasilitas hidup atau lebih parah lagi serakah dan tamak, melainkan telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan (ayat 11). Paulus pernah hidup dalam kekurangan maupun kelimpahan, dan segala perkara itu ditanggungnya di dalam Dia (ayat 12). Hidupnya tidak digoncangkan oleh keadaan miskin atau kaya, dia telah belajar untuk sepenuhnya bergantung pada Tuhan yang sanggup memberi kekuatan kepadanya.

Dengan kemurnian motivasi seperti itu Paulus dapat mendorong jemaat untuk terus memberi persembahan. Paulus mendidik jemaat untuk terlibat dan berbagi dalam pekerjaan Tuhan. Memberi bagi pekerjaan Tuhan sungguh adalah suatu hak istimewa yang tidak diberikan Tuhan kepada setiap orang. Tuhan tidak membutuhkan apa-apa dari kita sebab segala sesuatu adalah milik-Nya. Kesempatan memberi adalah kebahagiaan dan kemuliaan yang diberikan Tuhan kepada mereka yang dilibatkan-Nya.

Sekali lagi, bagi Paulus yang utama bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya. Harta dunia suatu saat akan lenyap dan musnah, namun mereka yang dengan bijaksana menggunakannya untuk pekerjaan Tuhan telah mengubahnya menjadi simpanan yang bertahan sampai kepada kekekalan. Mari kita belajar berkorban bukan hanya waktu, tenaga, kepandaian kita, melainkan juga harta kita, uang kita untuk menjadi berkat bagi orang lain. Kita juga akan menikmati buah-buahnya.

Renungkan: Allah akan memenuhi segala kebutuhan kita menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya, agar kita dapat menjadi pemberi-pemberi bagi Allah.

(0.12650104347826) (Kol 1:9) (sh: Doa bagi umat Tuhan (Kamis, 15 April 2004))
Doa bagi umat Tuhan

Doa bagi umat Tuhan. Mengacu pada bacaan kemarin, jemaat di Kolose beriman kepada Yesus Kristus, mengasihi orang kudus dan mengenal kasih karunia yang sebenarnya. Itu sebabnya mereka berdoa dengan tiada henti. Jemaat Kolose mendapat tempat istimewa di hati mereka. Ini bukti nyata bahwa di dalam diri Paulus ada kasih Kristus. Doa-doa Paulus dalam perikop ini terkonsentrasi pada hal-hal yang bersifat rohani.

Pertama, doa untuk pemahaman rohani (ayat 9). Tujuan Paulus memohon hikmat Allah bagi jemaat Kolose adalah untuk menge-tahui kehendak Allah dengan sempurna. Artinya, mereka harus secara matang dan mendalam mengetahui rahasia Injil, mengetahui bagaimana seharusnya hidup sebagai orang beriman pada Yesus Kristus dan mengetahui panggilan Tuhan bagi masing-masing untuk hidup bagi Dia.

Kedua, doa untuk ketaatan praktis (ayat 10-12). Dengan mengenal kehendak Tuhan dan melaksanakannya mereka baru dapat hidup berkenan di hati Tuhan. Berkenan di hati Tuhan artinya "menyenangkan Tuhan". Orang yang menyenangkan Tuhan akan menghasilkan buah pekerjaan yang baik, bertumbuh dalam pengenalan Allah dan dikuatkan dengan kuasa Allah.

Kuasa Allah telah mematahkan belenggu dosa yang mengikat dan menempatkan kita di dalam terang-Nya. Kita pun ditebus dan menerima pengampunan dosa melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. Ia menebus bukan dengan uang tetapi dengan darah-Nya. Bila kita telah ditebus oleh darah Kristus, bersamaan dengan itu kita diampuni atas dosa-dosa kita serta dibebaskan dari hukuman dosa. Kita menerima penebusan dan pengampunan itu bukan karena kita layak tetapi karena dilayakkan untuk menerima kasih karunia Allah.

Bagianku: Mendoakan umat Allah agar dapat mempertahankan iman dan terus bertumbuh dalam pengenalan akan Allah yang sebenarnya.

(0.12650104347826) (Kol 2:20) (sh: Pemujaan diri sendiri (Selasa, 10 Juli 2001))
Pemujaan diri sendiri

Pemujaan diri sendiri. Para penganut gaya hidup asketis berpandangan bahwa tubuh ini jahat, maka untuk menyucikannya perlu penyangkalan diri terhadap hawa nafsu, penolakan terhadap selera makan, dan menekan seminimal mungkin segala keinginan termasuk keinginan yang berkaitan dengan seks. Sepintas nampaknya gaya hidup ini sangat bijaksana, namun sesungguhnya mereka sedang melakukan ibadah yang berpusat pada pemujaan diri sendiri. Ibadah semacam ini mengarah kepada kesombongan rohani karena menilai diri lebih suci daripada yang lain.

Paulus mendorong jemaat Kolose untuk meninggalkan kehidupan asketis, karena kekristenan bukan resep hidup atau daftar peraturan menuju kesempurnaan dan kesucian hidup, tetapi relasi hidup dengan Kristus (ayat 20). Kristen bukan berjuang sendiri melawan dan meminimalkan hawa nafsu, tetapi mengendalikan seluruh keberadaan tubuh bersama Kristus, sehingga perubahan yang dialami bukan paksaan diri melainkan secara alami mengalami pembentukan Roh Kudus yang bekerja di dalam ketaatannya kepada kehendak-Nya. Peraturan yang ditetapkan (ayat 21) adalah buatan manusia belaka yang dibuat seolah-olah merupakan ibadah kepada Tuhan, namun sesungguhnya bertujuan memuaskan diri sendiri (ayat 22-23). Pengendalian diri semacam ini justru akan menyebabkan kemunduran rohani, karena lebih mementingkan legalitas daripada loyalitas.

Bagaimanakah hidup yang merupakan ibadah sejati kepada Tuhan? Fokuskan hidup kepada Kristus, gantikan posisi “aku” dalam takhta kehidupan dengan Kristus (ayat 1-4), maka bukan lagi perkara dunia dan segala kenikmatan semunya yang menjadi tujuan akhir hidup kita, melainkan bagaimana hidup mempertuhankan Kristus setiap hari. Perubahan hidup ini memang tidak otomatis tetapi penggantian posisi “aku” kepada Kristus harus radikal, dengan demikian fokus hidup kita menjadi jelas dan kita mengarahkan hidup kita secara pasti.

Renungkan: Tanpa sadar mungkin kita menyajikan ibadah yang berpusat pada diri sendiri, sehingga posisi Kristus terabaikan. Pujian dan pengakuan tentang Dia yang manis terucap di bibir seringkali bukan lahir dari kehidupan ibadah yang berpusatkan Kristus. Bagaimana kebenaran firman-Nya menuntun kita mengambil sikap konkrit? Adakah sesuatu yang perlu diubah dalam sikap hidup ibadah kita?

(0.12650104347826) (Kol 3:12) (sh: Wujud transformasi hidup (Kamis, 22 April 2004))
Wujud transformasi hidup

Wujud transformasi hidup. Transformasi hanya bisa terjadi bila identifikasi terjadi. Identifikasi yang terus menerus dengan Kristus akan menyebabkan transformasi semakin menyerupai Kristus. Kedua hal ini tidak terpisahkan. Pada perikop ini kita akan melihat bagaimana transformasi itu diteruskan dengan menerapkan tingkah laku yang mulia (ayat 16-17) dan menumbuhkan karakter ilahi (ayat 12-15).

Pertama, menumbuhkan karakter ilahi. Karakter-karakter yang dijabarkan di 12-15 adalah karakter Kristus yang dipraktikkan-Nya sepanjang hidup dan pelayanan-Nya di dunia ini. Teladan sudah ada, tinggal kita mempraktikkannya. Bagaimana caranya? "Sebagaimana Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian(ayat 13b); "kenakanlah kasih ... (ayat 14)"; "Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu ... (ayat 15a)."

Kedua, menerapkan tingkah laku mulia. Saling mengajar, dan saling menegur di antara sesama anak Tuhan (ayat 16a); menaikkan pujian dan syukur kepada Allah (ayat 16b); melakukan perbuatan (yang baik) dan mengatakan perkataan (yang membangun) di dalam nama Tuhan Yesus (ayat 17).

Pada masa modern ini, kadangkala perbuatan baik bukan keluar dari karakter baik, melainkan kamuflase dan manipulasi untuk mencapai keuntungan terselubung. Misalnya, kampanye pemilihan presiden yang akan berlangsung bulan Juni 2004 pasti disertai dengan berbagai perbuatan baik untuk memikat rakyat memilih capres dan cawapres tertentu. Namun, motivasi di baliknya bisa saja sekadar untuk menang dan mendapatkan kesempatan berkuasa untuk kepentingan pribadi/kelompok. Hal itu membuktikan karakter yang nonkristiani!

Yang akan kulakukan: Kristen yang sejati akan selalu mempraktikkan perbuatan baik yang sejalan dengan karakter yang sudah diubahkan.

(0.12650104347826) (1Tes 3:1) (sh: Kekristenan dan penderitaan (Minggu, 26 Oktober 2003))
Kekristenan dan penderitaan

Kekristenan dan penderitaan. Nampaknya ada hubungan antara kekristenan dan penderitaan. Inilah sebuah kebenaran yang paling tidak disukai oleh orang Kristen. Tetapi, meskipun demikian iman Kristiani dan penderitaan akan sering kali berjalan bergandengan tangan.

Paulus telah mengingatkan jemaat Tesalonika bahwa kesusahan akan datang (ayat 3). Sekarang kesusahan sudah datang. Kini, Paulus mencemaskan iman jemaatnya, itu sebabnya ia mengirim Timotius untuk menguatkan dan menasihati mereka (ayat 1-5). Puji Tuhan, Timotius pulang membawa kabar yang sangat menggembirakan, yaitu bahwa iman dan kasih jemaat Tesalonika tidak tergoyahkan oleh penderitaan yang mereka alami (ayat 6). Berita ini sangat menghibur Paulus, yang saat itu sedang mengalami kesulitannya sendiri (ayat 7). Karena itu Paulus memanjatkan doa syukur (ayat 9) dan doa permohonan (ayat 10), agar Tuhan sendiri memelihara mereka dan menambahkan kasih serta iman mereka (ayat 12-13).

Seperti jemaat Tesalonika, kita pun akan diterpa penderitaan. Tetapi, ketika penderitaan itu datang menerpa kehidupan anak-anak Tuhan, jangan kita goyah apalagi jatuh. Karena kita memiliki teladan, bukan hanya rasul besar seperti Paulus, tetapi juga jemaat Tesalonika, yang tidak beda jauh daripada kita. Oleh sebab itu tidak ada alasan untuk goyah dan jatuh!

Renungkan: Waktu penderitaan melanda hidup kita, ingatlah bahwa Tuhan berdaulat untuk memelihara dan menjaga kita. Kita perlu berdoa untuk iman dan kasih agar bertahan dan menang.


Bacaan untuk minggu ke-21 sesudah Pentakosta

Amsal 3:13-18; Ibrani 4:12-16; Markus 10:17-27; Mazmur 90:1-8,12-17

Lagu: KJ 277

(0.12650104347826) (1Tes 4:13) (sh: Kedatangan Tuhan (Selasa, 28 Oktober 2003))
Kedatangan Tuhan

Kedatangan Tuhan. Gereja perdana memiliki keyakinan yang tidak tergoyahkan dan pasti, bahwa sebentar lagi Kristus segera akan kembali. Bahkan ada yang berkeyakinan sebelum mereka meninggal dunia Kristus sudah datang kembali. Pengharapan ini: [1] membuat mereka kuat dan tegar dalam masa-masa penganiayaan; [2] mewarnai semangat dan keberanian mereka dalam bersaksi dan melayani; [3] mendorong dan menyegarkan kehidupan mereka, sehingga mereka memiliki iman yang teguh di tengah badai.

Namun jemaat Tesalonika mempunyai pertanyaan mengenai nasib saudara- saudara mereka yang telah meninggal lebih dahulu. Mereka berduka karena mengira saudara-saudara mereka itu tidak akan bertemu dengan Kristus lagi (ayat 13). Paulus menjawab pertanyaan mereka dengan mengatakan bahwa baik yang sudah lebih dahulu meninggal maupun yang masih hidup ketika Kristus datang, kedua-duanya akan bertemu dengan-Nya dan tinggal bersama-Nya selama-lamanya (ayat 14-17). Tersirat dari teks ini bahwa Paulus memberikan penghiburan dan kekuatan kepada jemaat Tesalonika, bahwa tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus, mati atau hidup semuanya kita alami karena Kristus, dengan Kristus, melalui Kristus dan bersama-sama Kristus.

Agama Kristen adalah agama pengharapan. Itulah sebabnya Kristen penuh dengan optimisme Injil. Ia memproklamirkan nilai-nilai yang kreatif dan positif. Kekristenan menekankan anugerah bukan dosa, pengampunan bukan hukuman, kasih sayang bukan penghakiman, kemenangan bukan kekalahan, hal-hal yang abadi bukan yang temporal. Pusat dari semua pengharapan ini adalah Kristus yang bangkit. Ia hidup sekarang, memberikan inspirasi, membebaskan dan menyelamatkan.

Renungkan: Yesus Kristus sudah bangkit untuk selama-lamanya. Itulah Injil pengharapan, tentang Yesus yang hidup, yang selalu memberikan kita kekuatan.

(0.12650104347826) (1Tes 5:12) (sh: Rupa-rupa (Jumat, 29 April 2022))
Rupa-rupa

Apakah Anda pernah merasa bahwa hal besar lebih penting daripada hal kecil? Benarkah hal spektakuler lebih berharga daripada keseharian yang biasa saja? Nasihat di akhir suratnya menunjukkan bahwa Rasul Paulus memberi perhatian pada hal yang kecil dan biasa.

Setelah selesai menyinggung mengenai hal-hal khusus yang berkaitan dengan pergumulan jemaat Tesalonika, Rasul Paulus menambahkan rupa-rupa nasihat umum. Pendek-pendek tulisannya, tetapi semuanya itu penting untuk kehidupan orang percaya dan jemaat. Tampak bahwa Rasul Paulus tidak hanya peduli kepada hal-hal besar. Dia tetap memberi perhatian kepada hal-hal kecil dan keseharian seperti yang tampak dalam rupa-rupa nasihat itu. Dua di antaranya adalah berdoa (17) dan mengucap syukur (18).

Kadang-kadang orang bisa terlalu berfokus pada hal-hal besar, sehingga melupakan hal-hal kecil yang juga penting. Tak jarang, orang hanya melihat gambar besar tanpa memedulikan detail-detail kecil. Sering kali orang berpikir bahwa yang perlu mendapat perhatian adalah perkara besar, sementara perkara keseharian sudah berjalan sebagaimana mestinya.

Namun, rupa-rupa nasihat Rasul Paulus ini mengingatkan bahwa hal-hal kecil dan keseharian pun perlu selalu diberi perhatian. Sekalipun disinggung dengan amat pendek, tetapi semuanya mendapat perhatian penuh. Kalau diabaikan, bukan tak mungkin pada suatu saat nanti kita kehilangan makna dari hal-hal kecil itu, atau bahkan melupakannya sama sekali.

Ambillah satu contoh, berdoa misalnya. Berdoa adalah hal yang wajar dilakukan oleh orang percaya. Namun, kalau tidak mendapat perhatian serius, kita bisa berdoa hanya sebagai kebiasaan dan kita melakukannya secara mekanis, sekadar kewajiban. Bisa pula kita lalai berdoa karena merasa bahwa itu hanya hal kecil.

Ingat, Tuhan menciptakan manusia tidak hanya bentuk besarnya, tetapi juga dengan memberi perhatian kepada rupa-rupa detail yang ada. Mari kita pun memberi perhatian kepada rupa-rupa yang kecil tetapi penting dalam relasi kita dengan Tuhan dan sesama. [KRS]

(0.12650104347826) (2Tes 3:6) (sh: Menegur yang salah (Rabu, 19 Mei 2004))
Menegur yang salah

Menegur yang salah. Ini adalah bagian terakhir 2 Tesalonika. Bila pada ucapan syukur awal (ayat 1:5) Paulus memberikan indikasi bahwa jemaat yang telah menderita ini layak menjadi warga Kerajaan Allah, maka di sini ia memberikan semacam petunjuk praktis yang dapat dilakukan oleh jemaat untuk mencapai kondisi itu.

Paulus mendengar tentang kelakuan anggota-anggota jemaat yang kalau dibiarkan dapat memberikan dampak kehidupan persekutuan yang terganggu. 1) Ada dari mereka yang tidak melakukan pekerjaannya: menganggap bahwa Hari Tuhan telah dekat sehingga tidak perlu bekerja lagi; mungkin juga memanfaatkan kebaikan anggota gereja yang lain. Apapun alasannya, sikap demikian tidak sehat dan dicela oleh Paulus. 2) ada dari mereka yang tidak mau mende-ngarkan ajaran (Kristus melalui Paulus) yang telah disampaikan kepada jemaat (ayat 6).

Nasihat Paulus adalah agar jemaat menjauhi mereka yang bermasalah. Mereka yang tidak bekerja harus diberitahukan bahwa mereka harus bekerja dan tidak menggantungkan keperluan makan mereka kepada orang lain. Paulus memakai dirinya sebagai teladan. Ia dan Silas sebenarnya dapat mengklaim makanan dari jemaat, namun mereka melakukan tugas (sampingan) sendiri. Jemaat juga dinasihatkan agar melakukan kebaikan tanpa jemu (ayat 11-13).

Sikap Paulus terhadap mereka yang tidak menerima ajaran itu tegas sekali. Mereka sebaiknya tidak diajak bergaul (ayat 14). Ini dilakukan untuk menjaga keteguhan sikap jemaat sendiri. Nasihat Paulus ini sangat kita perlukan saat ini. Bukankah kehidupan bergereja kita terasa tawar sebab praktik saling memberikan teladan, saling meringankan beban, saling mengingatkan sebagai saudara, saling mendoakan dan saling memberikan salam tidak aktif kita lakukan?

Renungkan: Apa saja cela kehidupan jemaat masa kini yang dalam sorotan firman ini perlu mendapatkan teguran tegas?



TIP #23: Gunakan Studi Kamus dengan menggunakan indeks kata atau kotak pencarian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA