Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 3701 - 3720 dari 6683 ayat untuk akan (0.009 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.17581488888889) (2Raj 22:1) (sh: Apa yang dibutuhkan bangsa ini (Minggu, 16 Juli 2000))
Apa yang dibutuhkan bangsa ini

Apa yang dibutuhkan bangsa ini. Komitmen awal Yosia untuk pembaharuan rohani bangsa Yehuda diperlihatkan melalui usaha kerasnya memperbaiki bait Allah (3-7). Tindakan itu dapat dikatakan kurang tepat dan hasilnya kurang efektif, sebab 2 raja sebelum Yosia sudah terlanjur merusak moral, akhlak, dan kerohanian bangsa Yehuda. Untuk memperbaiki keadaan ini dibutuhkan usaha yang lebih dari sekadar memperbaiki bait Allah.

Sesungguhnya Yosia tidak mempunyai penuntun, karena pada zaman raja Manasye, hampir seluruh salinan kitab Taurat Musa sudah dimusnahkannya. Namun Allah tidak membiarkan kerinduannya yang tulus menjadi padam. Ia memberkati usaha Yosia. Perbaikan bait Allah memang tidak membawa kepada pembaharuan rohani namun memimpin kepada ditemukannya kitab Taurat -- yang akan memberi arah dan petunjuk bagi Yosia.

Setelah kitab itu dibacakan, hati Yosia tergoncang karena ia menyadari betapa bangsa Yehuda sudah menjadi umat Allah yang sangat murtad. Begitu murtadnya sehingga hukuman Allah yang sudah direncanakan-Nya tidak dapat dibatalkan lagi (14-17). Yosia menanggapi berita yang menggoncangkan itu dengan sikap terbuka dan rendah hati (11-13). Karena itulah Allah menjanjikan berkat kepada Yosia dan menunda penghukuman bangsa Yehuda hingga kematiannya (20). Kitab Taurat yang ditemukan dan yang menghasilkan penundaan hukuman merupakan anugerah Allah yang besar. Karena berarti bangsa Yehuda masih mempunyai waktu untuk bertobat berdasarkan firman Allah. Pertobatan mereka akan mendatangkan berkat dari Allah, walaupun penghukuman atas bangsa dan negara Yehuda secara keseluruhan tetap akan terjadi.

Renungkan: Jadilah seperti Yosia yang dengan tulus mereformasi bangsa ini dan yang tergoncang hatinya karena melihat betapa bangsa ini sudah meninggalkan kekudusan dan keadilan yang berdasarkan firman-Nya.

Bacaan untuk Minggu ke-5 sesudah Pentakosta

Yeremia 20:10-13 Roma 5:12-15 Matius 10:26-33 Mazmur 69:1-18, 34-36

Lagu: Kidung Jemaat 425

Pemahaman Alkitab 3 -- 2Raja-raja 21:1-18

"Like father, like son". Pepatah ini ternyata tidak berlaku bagi Hizkia dan anaknya, Manasye. Bila Hizkia berperilaku taat, setia kepada Tuhan dan ketetapan-ketetapan-Nya, Manasye melakukan kebalikannya. Perhatikan hal-hal yang dilakukan Manasye, semuanya sangat bertentangan dengan yang dilakukan Hizkia, antara lain dengan melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dengan mendirikan kembali bukit-bukit pengorbanan yang telah Hizkia musnahkan. Dan Yehuda mengalami kebobrokan seorang pemimpin dalam kebijakan-kebijakannya selama 55 tahun.

Selama 32 tahun bangsa Indonesia pun mengalami hal yang sama. Penindasan terhadap orang-orang miskin, praktek KKN, ataupun praktek-praktek ketidakadilan sosial merebak di mana-mana. Beginilah bila suatu bangsa dipimpin oleh seorang yang kehidupan moral dan spiritualnya bobrok, rakyat pun akan terperosok dalam kebobrokan yang sama.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Seandainya Hizkia tidak meminta Tuhan memberinya umur panjang, dan Tuhan tidak mengabulkan permintaan tersebut, Manasye tidak akan lahir. Mungkinkah pengandaian ini akan menghindarkan Yehuda dari kehancuran? Jelaskan pendapat Anda!

2. Untuk menegaskan perbedaan sikap antara Hizkia dan Manasye, buatlah perbandingan sejajar terhadap hal-hal yang mereka lakukan! (18:3-6 dan 21:3-7). Dari perbandingan itu di manakah letak perbedaan hakiki antar keduanya? Mengapa dalam diri Hizkia mengalir kesetiaan kepada Allah, dan sebaliknya Manasye tidak? Jelaskan!

3. Hal apakah yang Allah pertimbangkan ketika menunda penghukuman-Nya atas Yehuda? (8). Didasarkan pada pertimbangan apakah bila akhirnya Allah menjatuhkan hukuman? (12-14). Dalam penghukuman tersebut dimanakah letak konsistensi Allah pada janji-Nya? (8) Jelaskan!

4. Saat ini bangsa Indonesia telah mempercayai arah bangsa ini kepada pemimpin yang baru. Dari kacamata Kristen, kriteria apakah yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin bangsa? Bila ternyata syarat-syarat yang ditetapkan tak terpenuhi, mampukah Kristen tampil dan menyuarakan kebenaran?

(0.17581488888889) (2Raj 23:1) (sh: Tindakan Setelah Pertobatan Hati (Kamis, 24 September 2015))
Tindakan Setelah Pertobatan Hati

Judul: Tindakan Setelah Pertobatan Hati
Kebanyakan orang Kristen beranggapan bahwa Allah hanya peduli dengan hati kita dan tidak peduli dengan perbuatan dan perilaku kita. Nas hari ini mencatat secara rinci segala tindakan reformasi yang dilakukan Yosia, yaitu tindakannya memberantas dan menghancurkan semua patung serta mezbah penyembahan berhala.

Penulis Alkitab biasanya menulis dengan singkat dan tidak bertele-tele. Mereka hanya menuliskan hal-hal penting yang hendak disampaikan oleh Allah. Karena itu rasul Yohanes mengatakan bahwa banyak dari perkataan dan perbuatan Tuhan Yesus yang tidak dicantumkannya (lih. Yoh. 20:30). Dengan demikian, ketika kita melihat bahwa penulis Raja-raja mencantumkan begitu detail tindakan reformasi yang dilakukan oleh Yosia, berarti penulis melihat bahwa tindakan tersebut sangat penting. Yosia memerintahkan supaya segala perkakas yang dipakai untuk menyembah Baal, Asyera, segala tentara langit, dan semua perkakas tersebut dibakar (4). Tiang-tiang berhala dari rumah Tuhan juga dibakar, bahkan ditumbuk halus halus sampai menjadi abu, kemudian dicampakkan ke kuburan rakyat (6). Bukit-bukit pengurbanan dirubuhkan dan dinajiskan (8). Mezbah-mezbah yang dibuat oleh raja-raja Yehuda dan Manasye, dirobohkan, diremukkan, dan abunya dicampakkan ke sungai Kidron (12). Begitu pula bukit-bukit pengurbanan yang didirikan oleh Salomo untuk Asytoret, Kamus, dan Milkom, dinajiskan (13). Allah memakai Yosia untuk menggenapi penghancuran mezbah di Betel yang didirikan oleh Yerobeam, dan membakar tulang-tulang manusia diatasnya untuk menajiskannya seperti yang telah dinubuatkan oleh abdi Allah (15-16; lih. 1Raj. 13:2).

Pertobatan dalam hati yang diikuti oleh tindakan menunjukkan kesungguhan dari pertobatan tersebut. Janganlah kita memandang ringan, karena tindakan itu menyenangkan hati Tuhan. Jadi, kita harus memperlihatkan pertobatan kita dari pelbagai perubahan dalam perilaku dan tindakan kita. [IT]

(0.17581488888889) (2Raj 25:22) (sh: Dihancurkan untuk dipulihkan (Minggu, 17 Juli 2005))
Dihancurkan untuk dipulihkan

Dihancurkan untuk dipulihkan Seorang koruptor muda divonis 20 tahun masuk penjara. Harta hasil korupsi disita negara. Istri dan anak-anaknya meninggalkannya. Selesai menjalani masa hukuman, ia tidak mempunyai apa-apa lagi. Namun, di penjara ia telah bertobat. Ia keluar dari penjara dengan pengharapan, yaitu memulai hidup baru bersama Tuhan.

Bangsa Yehuda dalam keadaan krisis. Sebagian besar penduduk telah dibawa ke tanah Babel sebagai tawanan. Penduduk yang ditinggalkan di tanah Yehuda tidak mengalami nasib yang lebih baik. Penduduk yang tersisa di tanah Yehuda hanyalah kelompok kecil yang tidak berarti. Akan tetapi, dari yang tersisa ini pun masih ada yang tidak mau tunduk kepada Babel. Mereka memberontak terhadap Babel dan membunuh Gedalya, pemimpin yang diangkat Nebukadnezar untuk memimpin Yehuda. Lalu, kelompok ini lari ke Mesir (ayat 22-26).

Tampaknya Yehuda sudah tidak memiliki masa depan. Namun, penulis 2Raja menutup kisah sejarah Israel dengan suatu pengharapan pada bagian akhir tulisannya. Yoyakhin mendapat belas kasih Raja Ewil-Merodakh dengan dibebaskan dari penjara dan dipelihara hidupnya (ayat 27-30). Hal ini merupakan pernyataan keyakinan penulis 2Raja bahwa Allah masih mengasihi Yehuda. Setelah Allah menghukum secara dahsyat, Ia akan kembali mengampuni dan memulihkan mereka (Yer. 32:28-41).

Tuhan tidak memberikan hukuman untuk memusnahkan umat-Nya. Ia menggunakan hukuman tersebut sebagai alat supaya umat-Nya bertobat. Pertobatan yang terjadi akan menghasilkan hidup baru. Oleh sebab itu, jangan sia-siakan kesempatan yang Ia berikan. Bertobatlah dan mulailah hidup baru Anda dengan setia mengikut Dia.

Doaku: Aku bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan karena Engkau sudi menghajarku agar aku bertobat dan dipulihkan kembali. Terima kasih karena kasih setia-Mu jauh melampaui segala kejahatanku.

(0.17581488888889) (1Taw 29:20) (sh: Pemerintahan bagi Allah (Rabu, 27 Februari 2002))
Pemerintahan bagi Allah

Pemerintahan bagi Allah. Daud tidak hanya memuji Allah sendirian, namun mengajak semua jemaat (ayat 20). Di sini ditunjukkan pentingnya ibadah kepada Allah dalam komunitas pascapembuangan, sekaligus hubungan yang erat antara raja dengan ibadah Bait Suci.

Pada hari berikutnya, semua orang berkumpul untuk mengangkat Salomo menjadi raja (ayat 21-25). Pertama, ditunjukkan proses persiapan penahbisan Salomo (ayat 21-22a). Rakyat mempersembahkan berbagai macam kurban (ayat 21). Untuk menekankan kesatuan, dinyatakan bahwa tindakan ini dilakukan demi seluruh Israel (ayat 21). Sebagaimana Daud didukung oleh seluruh rakyat, penahbisan Salomo pun demikian. Selain persembahan kurban, dilakukan pula pesta dengan sukacita karena seorang raja akan diangkat dan persiapan pembangunan Bait Suci sudah lengkap.

Kedua, Salomo diangkat sebagai raja (ayat 22b-25). Zadok, yang mengurapi Salomo, dinyatakan sebagai imam untuk kerajaan Daud. Status Zadok amat penting karena nantinya Yosua, seorang keturunan Zadok, bersama-sama Zerubabel, seorang keturunan Daud, akan membangun kembali Bait Suci pada periode awal pascapembuangan. Salomo akhirnya naik takhta. Ia makmur (ayat 23) dan ditinggikan (ayat 25), menunjukkan bahwa Allah begitu memberkatinya dan menyetujui pengangkatannya. Ia juga adalah raja Israel yang paling memiliki keagungan kerajaan (lih. 2Taw. 1:12).

Di atas semuanya ini, kualitas pemerintahan Salomo dinyatakan. Setiap orang Israel tunduk pada pemerintahannya (ayat 23) dan meninggikan dia (ayat 25). Demikian pula, semua anak buah Daud mendukung pemerintahan yang baru ini, menunjukkan adanya kesinambungan antara pemerintahan Daud dan Salomo. Kerajaan Salomo sama idealnya dengan kerajaan Daud, dan akan menjadi model pula bagi komunitas pascapembuangan. Sebagai penutup, penulis Tawarikh merangkumkan pemerintahan Daud (ayat 26-28a), mencatat pengganti Daud (ayat 28b), dan menunjukkan catatan-catatan pendukung lainnya (ayat 29-30). Di sini ditunjukkan lagi kemuliaan Daud yang berumur panjang dan memiliki kemuliaan yang besar (ayat 28). Komunitas pascapembuangan meneladani model kerajaan Daud dalam pemulihannya.

Renungkan: Ketika Anda memerintah kehidupan Anda sendiri atau memerintah orang lain, biarlah Allah yang menjadi pemerintah Anda!

(0.17581488888889) (2Taw 21:2) (sh: Kemenangan ajaib (Senin, 24 Juni 2002))
Kemenangan ajaib

Kemenangan ajaib. Pernahkah Anda beroleh jalan keluar dari masalah rumit dengan cara yang tak terpikirkan? Kita biasa menyebutnya "kebetulan". Banyaknya "kebetulan" semacam itu membuat kita tak bisa lagi menyebutnya "kebetulan". Pasti ada sesuatu di luar kita yang lebih berkuasa yang mengaturnya.

Sikap rohaninya dan janji bahwa perang itu akan Allah selesaikan tidak membuat Yosafat terlena dan pasif. Sebaliknya ia tetap memerintahkan pasukannya untuk maju ke medan pertempuran (ayat 20). Pesannya pun menyiratkan bahwa keyakinan tentang penyertaan Allah akan membuat mereka mampu berperang, bukan duduk menonton saja. Entah karena terilhami oleh peristiwa Yosua atau Gideon yang menghancurkan musuh dengan sorak-sorai pujian, Yosafat juga memerintahkan pasukannya berbuat hal yang sama. Pujian adalah ungkapan iman yang memfokuskan diri pada kenyataan Allah, berakibat bahwa kenyataan diri terbentuk sesuai dengan kenyataan Allah itu, bukan dengan kondisi-kondisi duniawi yang tak menentu (ayat 21). Pada saat memuji Tuhan itulah, Tuhan sungguh menyatakan bahwa diri-Nya memang layak dipuji karena memang demikianlah Ia. Allah menyebabkan komplotan pasukan tersebut baku bunuh sendiri sampai habis total. (ayat 24). Semua barang yang mereka tinggalkan dirampas dan dibawa kembali k e Yer usalem dengan pujian yang mereka lantunkan dari Lembah Berakah (Lembah Berkat) sepanjang perjalanan pulang.

Yehuda aman selama dua puluh lima tahun pemerintahan Yosafat. Memang Yosafat masih mempunyai kelemahan (ayat 35-37). Entah dalam rangka apa ia membangun kapal-kapal besar yang akan berangkat ke Tarsis bersama Ahazia, raja Israel. Yosafat agaknya tidak bisa tegas menampik ajakan raja-raja Israel untuk melakukan sesuatu yang tidak jelas tujuannya. Meskipun demikian, Yosafat dicatat sebagai salah satu raja yang nilainya positif.

Renungkan: Kita bisa kehabisan akal dan cara, tetapi tidak demikian Tuhan. Begitu banyak cara Tuhan yang mengatasi akal tak pernah bisa kita duga (bukan tidak masuk akal) untuk menolong dan melepaskan kita. Hanya satu syaratnya: berserah penuh dan melakukan dengan taat apa pun yang Ia perintahkan.

(0.17581488888889) (Neh 2:11) (sh: Gaya kepemimpinan Nehemia (Senin, 13 November 2000))
Gaya kepemimpinan Nehemia

Gaya kepemimpinan Nehemia. Mengapa begitu banyak kegiatan besar yang menghabiskan waktu dan tenaga berlalu tanpa membuahkan hasil yang memadai? Salah satu sebab kegagalannya adalah kelalaian sang pemimpin untuk mendapatkan data yang akurat. Sebelum berbicara dengan pemuka masyarakat di Yerusalem, Nehemia pergi sendiri untuk menyelidiki dengan saksama segala sesuatunya. Inilah teladan pertama dari gaya kepemimpinan Nehemia. Teladan kedua yang dapat kita ambil adalah sebagai pemimpin ia tidak memakai gaya memerintah namun ia 'membagikan visi' yang ia miliki kepada orang-orang yang akan bekerja sama dengan dirinya. Memang tidak mudah bagi seseorang yang mempunyai visi untuk memotivasi orang lain agar mau turut serta mewujudnyatakan visi yang ia miliki. Namun Nehemia mempunyai pendekatan yang tepat dalam menularkan visinya. (1) Ia membeberkan dengan jelas tantangan dan masalah yang dihadapi (17). (2) Ia melihat masalah itu bukan sebagai urusan 'kalian', tetapi sebagai urusan 'kita' (17). Ia mengidentifikasikan dirinya dengan saudara-saudaranya yang sengsara di Yerusalem. (3) Ia mengajak saudara-saudaranya untuk mengambil tindakan yang nyata (17). (4) Ia memberikan kesaksian yang meyakinkan dan membangkitkan semangat mereka bahwa Tuhan telah menolongnya dan akan senantiasa menolongnya (18, 20).

Teladan ketiga dari gaya kepemimpin Nehemia adalah kedekatannya dengan Tuhan. Ini adalah salah satu kunci keberhasilan perwujudan visinya menjadi sebuah realita. Ia peka terhadap suara Tuhan sehingga rencana pembangunan tembok ini 'diberikan Allah dalam hatinya' (11). Tantangan dan ejekan dari kerajaan tetangga pada awal pelaksanaan pembangunan tembok Yerusalem dapat dihadapi juga berkat keyakinannya akan kuasa Tuhan: Allah semesta langit, Dialah yang membuat kami berhasil!

Renungkan: Sebagai pemimpin rohani yang efektif, Nehemia secara realistis mengevaluasi setiap masalah dan kesulitan yang dihadapi. Namun ia tidak membawa dirinya dan orang yang dipimpinnya terfokus pada masalah yang dihadapi, melainkan terfokus kepada kekuasaan Allah. Ia berusaha membangun keyakinan diri dan semangat diri berlandaskan kekuasaan Allah. Bagaimana ciri kepemimpinan kita selama ini di gereja, kantor, rumah tangga, dan pelayanan?

(0.17581488888889) (Neh 9:38) (sh: Komitmen dasar kehidupan Kristen (Minggu, 26 November 2000))
Komitmen dasar kehidupan Kristen

Komitmen dasar kehidupan Kristen. Kebangunan rohani sejati menghasilkan reformasi rohani total yang berdampak praktis dalam kehidupan umat Allah sekaligus mendorong mereka untuk bertindak konkrit. Bangsa Israel telah siap mengikat perjanjian yang baru, menandatangani komitmen tertulis bahwa mereka akan melakukan semua firman-Nya (9:38 - 10:28). Tindakan ini penting dilakukan sebagai tanda pertobatan sejati dan tanda pulihnya hubungan Allah dan manusia. Isi dokumen yang ditandatangani menyatakan secara khusus kesalahan-kesalahan yang harus mereka perbaiki (10:29-39). Karena itu reformasi mempunyai pengertian pengakuan kesalahan dan kelemahan dilanjutkan dengan komitmen untuk memperbaikinya. Karena itulah pengikatan perjanjian yang dilakukan oleh bangsa Israel ini merupakan tindakan yang sangat serius. Sebab kata `mengikat perjanjian' berasal dari kata Ibrani 'brit' yang mempunyai arti sebuah kontrak.

Keseriusan melakukan reformasi terlihat dari tekad mereka tidak hanya memberikan komitmen secara umum tetapi juga komitmen secara khusus. Secara umum mereka berkomitmen untuk hidup menurut hukum Allah dan tetap mengikuti dan melakukan segala perintah-Nya (10:29). Komitmen khusus apakah yang mereka janjikan kepada Allah (30-39)? Hampir semua komitmen khusus mereka terfokus pada kehidupan ibadah kepada Allah. Ini tidak berarti kehidupan sosial tidak penting. Hal ini menunjukkan keyakinan mereka bahwa kehidupan ibadah merupakan dasar bagi kehidupan sosial. Jika hubungan dengan Tuhan beres, hubungan dengan sesama pasti mengalami hal yang sama.

Renungkan: Kebangunan rohani sejati membuahkan reformasi sejati yang akan menghasilkan komitmen yang melandasi kehidupan sosial manusia.

Komitmen apa yang akan Anda lakukan agar kehidupan sosial Anda semakin mencerminkan kehendak Tuhan?

Bacaan untuk Minggu ke-24 sesudah Pentakosta

Maleakhi 2:1-10

1Tesalonika 2:7-13

Matius 23:1-12

Mazmur 131

Lagu: Kidung Jemaat 391

(0.17581488888889) (Ayb 1:6) (sh: Iblis tidak tahu yang Allah tahu (Senin, 18 Agustus 2003))
Iblis tidak tahu yang Allah tahu

Iblis tidak tahu yang Allah tahu. Orang Kristen masa kini terlalu cepat menyerah dan kalah. Juga terlalu cepat menyalahkan pihak lain (orang lain, Iblis bahkan Allah) atas kegagalan mereka. Sebenarnya setiap orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri, termasuk kegagalannya.

Iblis memang dasarnya adalah provokator. Apa yang dipuji baik oleh Allah pun digugat oleh Iblis. Bagi Iblis, sesuai dengan pikirannya, semua kesalehan itu ada pamrihnya. Dalam setiap perbuatan baik pasti ada motivasi tertentu di belakangnya. Takut kepada Tuhan juga pasti untuk maksud-maksud tertentu. Agar supaya motivasi tidak murni itu terungkap, Iblis bermaksud untuk mengambil seluruh kekayaan Ayub.

Boleh saja Iblis berpikiran demikian terhadap Ayub. Tetapi Allah tahu siapa Ayub luar dan dalamnya. Maka, Allah memberi Iblis kebebasan untuk membuktikan kesalehan Ayub. Namun, dalam kebebasan yang Allah berikan, Allah memberikan batasan-batasan kepada Iblis dalam menjalankan rencananya. Tindakan Allah mempersilakan Iblis mencobai Ayub menunjukkan kepada kita bahwa sebenarnya Iblis tunduk pada kekuasaan Allah.

Mengenai kebebasan untuk Iblis, kita belajar dua hal: pertama, jangan berpikir bahwa Allah terlibat persekongkolan atau bekerja sama dengan Iblis. Ketika Iblis mencobai Ayub untuk membuktikan kesalehannya, ketika itu Allah pun menguji Ayub tentang hal yang sama. Kedua, Iblis berharap bahwa usahanya untuk menghancurkan Ayub pasti berhasil, dan ini akan membuktikan kebenaran persepsinya tentang Ayub kepada Allah. Tetapi Iblis tidak tahu yang Allah tahu, yaitu bahwa Ayub memiliki iman yang tangguh. Bahkan dengan ujian ini, iman Ayub akan semakin murni.

Renungkan: Seperti Allah tahu siapa Ayub, Allah pun tahu siapa kita di hadapan-Nya. Tetapi tetaplah waspada karena kita pun tidak akan terlepas dari pencobaan Iblis.

(0.17581488888889) (Ayb 1:13) (sh: Tetap saleh (Kamis, 25 November 2004))
Tetap saleh

Tetap saleh. Babakan berikut dalam kehidupan Ayub lebih lagi membuat kita tidak percaya bahwa ia bisa demikian. Bukan saja saleh dan takut akan Allah bisa seiring terjadi dengan menjadi kaya dan berhasil; saleh dan tetap memuliakan Allah pun bisa seiring terjadi ketika Ayub tidak lagi punya apa-apa. Padahal bila sedikit saja kesulitan muncul dalam hidup orang lain, entah sudah bagaimana reaksi mereka terhadap Tuhan? Protes, sungutan, ancaman, atau apa lagikah biasanya reaksi Anda terhadap Tuhan ketika susah menyapa Anda?

Satu per satu milik Ayub dirampas Iblis darinya dengan menggunakan alat-alat seperti perampokan (ayat 14-15), kecelakaan (ayat 16), dan bencana alam (ayat 18-19). Menurut sang penutur kisah ini, malapetaka-malapetaka itu dan pelaporannya kepada Ayub tidak terjadi dalam selang waktu yang lama tetapi berturut-turut dalam waktu hampir bersamaan. Jika itu terjadi pada kita, kemungkinan besar kita akan mengalami lumpuh perasaan dan gelap pikiran. Bahkan, jika hanya oleh kesulitan kecil saja kita sudah mencak-mencak di hadapan Allah, kemalangan dahsyat seperti yang Ayub alami ini mungkin sekali akan membuat kita murtad.

Betapa menakjubkan gambaran tentang reaksi Ayub dalam penderitaannya itu. Ayub tidak protes, tidak bersungut, tidak menantang Allah, tetapi mengucapkan suatu pengakuan iman dan pujian yang sangat dalam kebenarannya. "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" (ayat 21). Bagaimana mungkin terjadi pengakuan dan pujian demikian dalam kemalangan, seandainya Ayub menganggap harta dan anak-anaknya itu adalah miliknya? Bagaimana ia dapat tetap benar merespons kemalangan andaikata ia selama ini menjalani hidup yang tidak benar? Bagaimana mungkin ia bersyukur dalam kesulitan apabila ia tidak pernah mensyukuri kebaikan Allah sepanjang hidupnya? Bagaimana semua ini mungkin bila ia tidak terus menerus belajar meninggikan Tuhan dan tahu diri di hadapan-Nya?

Renungkan: Jangan kaitkan kerohanian dengan kondisi tertentu. Jadikan Allah pusat hidup entah bagaimana pun kondisi Anda.

(0.17581488888889) (Ayb 2:1) (sh: Tubuh pun milik Allah (Rabu, 20 Agustus 2003))
Tubuh pun milik Allah

Tubuh pun milik Allah. Luar biasa memang penderitaan Ayub. Harta benda ludes, anak-anak binasa, sekujur tubuhnya terkena penyakit yang menjijikkan. Lebih menyedihkan lagi istri tercinta pun menolak dia. Dalam kondisi demikian adakah alasan bagi kita untuk bertahan dalam kesetiaan kepada Allah?

Kesetiaan Ayub melampaui penderitaannya yang dahsyat. Ayub mengungkapkan kesetiaannya dalam kata-kata yang sungguh indah: "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" (ayat 10). Suatu pernyataan sikap hidup yang sungguh luar biasa. Ayub bukan hanya percaya bahwa semua miliknya adalah milik Allah sepenuhnya, ia juga percaya bahwa tubuhnya pun milik Allah. Berarti Allah berhak sepenuhnya melakukan apapun juga terhadap tubuh Ayub, termasuk penderitaan, sakit penyakit bahkan kematian.

Sikap Ayub mengokohkan pernyataan Allah bahwa Ayub adalah seorang yang saleh dan tangguh imannya. Sikap seperti Ayub inilah yang harus kita, orang percaya masa kini, teladani. Karena kita masih seringkali menyimpan sesuatu sebagai milik pribadi kita, yang tidak boleh disentuh oleh siapa pun termasuk Allah. Tanpa kita sadari, sikap inilah yang membuat kita menderita. Harus kita camkan bahwa keterikatan kita kepada hal apapun, termasuk harta benda, yang melebihi ikatan kepada Allah tidak pernah membawa kedamaian. Sebaliknya hal tersebut hanya akan menimbulkan ketakutan dan kekuatiran yang terus menerus menggerogoti kita. Jika hal ini terus terpelihara maka akan hilanglah segala kedamaian yang seharusnya dimiliki anak-anak Allah. Apa solusi terbaik yang harus anak-anak Tuhan tempuh? Akuilah bahwa Allah berhak sepenuhnya atas hidup kita, kita akan merasakan damai sejahtera dan senantiasa mengucap syukur untuk segala berkat-Nya.

Renungkan: Sakit penyakit bukanlah alasan untuk kehilangan damai sejahtera Allah apalagi bersikap tidak setia kepada Allah.

(0.17581488888889) (Ayb 9:1) (sh: Allah bebas bertindak, tetapi tidak pernah salah bertindak (Selasa, 23 Juli 2002))
Allah bebas bertindak, tetapi tidak pernah salah bertindak

Allah bebas bertindak, tetapi tidak pernah salah bertindak. Di dalam bukunya, The Lion, the Witch, and the Wardrobe, C. S. Lewis menggunakan figur singa sebagai perlambangan Tuhan. Lewis menggambarkan kemahakuasaan Tuhan sebagai sesuatu yang mendebarkan, namun meneduhkan. Mendebarkan karena kita tidak dapat mengatur Tuhan; meneduhkan sebab Ia baik.

Sebenarnya Ayub sudah memiliki pemahaman yang benar tentang Tuhan. Ia sadar bahwa Tuhan bebas berkehendak dan tidak ada seorang pun yang dapat atau berhak menggugat keputusan-Nya. Bahkan Ayub tidak membantah pernyataan bahwa Allah itu adil dan berkuasa. Namun, di dalam kesengsaraannya, Ayub menggugat dan mempertanyakan ketetapan-Nya. Ia merasa tidak selayaknya menderita seperti ini. Bagi Ayub, Tuhan telah bertindak tidak adil. Ada kalanya kita pun menggugat Tuhan bahwa Ia tidak adil. Kita marah karena yang kita dapatkan tidak seperti yang kita harapkan, sebab bukankah kita telah hidup dengan benar di hadapan Tuhan?

Bila kita perhatikan, jawaban-jawaban yang diungkapkan Ayub selain menyatakan betapa berdaulatnya Allah, juga mengungkapkan betapa lemahnya manusia. Betapa berkuasanya Pencipta atas ciptaan-Nya. Ayub sungguh menyadari siapa dia yang sesungguhnya di hadapan Allah. Ia tidak mampu melawan kehendak-Nya meski dengan kekuatan penuh. Kesadaran Ayub ini membuatnya mampu menghadapi dan mengatasi penderitaan yang dialaminya.

Kadang mengikut Tuhan membuat kita berdebar penuh keragu-raguan karena kita tidak tahu apa yang akan Ia perbuat kemudian. Keragu-raguan ini yang kerap menimbulkan kesulitan dalam diri kita untuk menyadari bahwa kuasa Allah hadir dalam penderitaan tiap-tiap orang. Seandainya tiap-tiap orang memiliki kesadaran bahwa Dialah Tuhan, Dialah yang menetapkan segalanya, maka penderitaan yang berat sekalipun akan mampu dihadapi.

Renungkan: Jika Tuhan mengizinkan kita mengalami penderitaan, yakinlah bahwa Dia pasti akan memberikan pertolongan-Nya kepada kita untuk kita menemukan kekuatan-Nya.

(0.17581488888889) (Ayb 14:1) (sh: Kerapuhan manusia (Kamis, 9 Desember 2004))
Kerapuhan manusia

Kerapuhan manusia. Pada nas ini Ayub menguraikan keberadaan manusia dibandingkan ciptaan Allah yang lain. Siapakah manusia itu sehingga Allah mau menghadapinya? Ayub melukiskan kerapuhan manusia yang terbatas dalam hitungan waktu (ayat 5). Itu sebabnya, Ayub tidak mengerti jika Allah menambahkan penderitaan dalam hidup manusia yang singkat. Dan jika hidup manusia memang ada dalam penetapan Tuhan, hendaklah Tuhan mengalihkan pandangan-Nya dari menekan manusia (ayat 6). Maka Ayub mengajukan argumennya di hadapan Tuhan "Masakan Tuhan hendak mengadili manusia yang rapuh dan fana?" (ayat 3). Di sini Ayub sulit untuk menerima Allah mengadili orang yang tertindas. Ayub juga menyadari bahwa tidak mungkin dari manusia (yang najis) dapat menghasilkan kekudusan.

Ayub secara tidak langsung mengakui bahwa dia pun manusia yang bercela. Akibatnya Ayub melihat Allah sebagai hakim dan jenis murka yang dinyatakan-Nya bukan sebagai berkat dan rahmat. Karena itu, Ayub membandingkan hidup manusia sebagai ciptaan Allah yang tak lebih berpengharapan daripada ciptaan-Nya yang lain (ayat 7-9). Perbandingan ini didasarkan fakta bahwa setelah manusia mati maka ia tidak diingat lagi (ayat 10-12, 18-22). Meskipun demikian, Ayub yakin bahwa Tuhan akan mengingat dirinya dalam dunia orang mati. Hal ini karena Ayub berharap kepada Tuhan selama dia hidup, dan menyebut hari kematian sebagai panggilan rindu Tuhan akan ciptaan-Nya (ayat 15).

Penderitaan dapat menyadarkan seseorang tentang betapa rapuhnya manusia. Penderitaan mampu meningkatkan kesadaran kita bahwa waktu manusia terbatas. Akan tetapi, dalam kasus Ayub, benarkah Allah memang sedang menghakimi Ayub kala dia menderita, atau itu hanyalah anggapan seseorang yang dalam penderitaannya mengaitkan pengalaman hidup tersebut dengan penghakiman Allah? Sekali lagi, dalam penderitaan cara kita melihat Tuhan bisa berubah!

Renungkan: Apakah yang terjadi pada kerohanian Anda ketika hidup Anda menderita? Menambah harapan kepada Allah? Atau putus asa dan berpikiran negatif tentang Allah?

(0.17581488888889) (Ayb 16:1) (sh: Kebenaran di atas kenyataan (Senin, 29 Juli 2002))
Kebenaran di atas kenyataan

Kebenaran di atas kenyataan. Sekali lagi kita membaca teriakan Ayub yang memilukan, "Semangatku patah, umurku telah habis, dan bagiku tersedia kuburan" (ayat 17:1,11). Hidup Ayub tidak selalu penuh penderitaan, bahkan di masa lampau ia pernah mencicipi kehidupan yang baik, (ayat 16:12) tetapi kemudian semuanya lenyap (ayat 14,15). Kita semua merindukan ketenteraman dan kesejahteraan; kehilangan kedua hal ini akan membuat kita kehilangan keseimbangan hidup. Sekuat-kuatnya kita, niscaya kita akan terhuyung-huyung dan kehilangan pegangan. Kita tidak dapat melihat secercah sinar, kita hanya mampu memandang malam yang kelam.

Dietrich Bonhoeffer, seorang pendeta berkebangsaan Jerman yang terkenal dengan bukunya, The Cost of Discipleship, pernah berjalan "terhuyung-huyung" dalam kegelapan hidup karena menentang kekejaman Hitler. Ia ditangkap dan pada akhirnya dihukum gantung, meski ia bukan orang Yahudi. Di penjara, orang hanya mengenalnya sebagai seseorang yang tegar. Namun, dengan jujur ia mengakui bahwa di dalam sukmanya, ia gelisah dan tidak tenteram. Ia berjuang untuk tegar, namun ia pun dapat terguncang.

Ayub pun berupaya keras untuk tetap berharap walau berharap telah menjadi sebuah perjuangan, bukan lagi penghiburan. Ia berseru, "Meskipun begitu orang yang benar tetap pada jalannya dan orang yang bersih tangannya bertambah-tambah kuat" (ayat 17:9). Saya tidak tahu apakah itu yang Ayub alami - bertambah kuat- namun itulah yang ia proklamasikan sebagai pernyataan imannya. Ia menolak untuk mengubah kebenaran menjadi serupa dengan kenyataan. Bagi Ayub, kebenaran tetap kebenaran kendati tidak sesuai dengan kenyataan.

Dalam mengarungi laut penderitaan, kita harus berjuang keras untuk tetap berpegang pada kebenaran firman Tuhan walau kenyataan terlihat berbeda. Firman Tuhan adalah sauh yang menancap di dasar laut sehingga sebesar apa pun ombak bergulung di permukaan, perahu kehidupan kita tidak akan terseret oleh ombak yang menggunung.

Renungkan: Kita tidak selalu dapat memahami kenyataan hidup, tetapi kita selalu dapat mempercayai kebenaran firman-Nya.

(0.17581488888889) (Ayb 22:1) (sh: Konselor atau pendakwa? (Jumat, 17 Desember 2004))
Konselor atau pendakwa?

Konselor atau pendakwa? Tidak henti-henti para sahabat Ayub menuduh Ayub telah berdosa kepada Allah sehingga Ayub menderita. Elifas, masih tetap teguh mendakwa Ayub melakukan perbuatan dosa dan meminta Ayub untuk bertobat (ayat 4-5). Namun, Ayub bersikukuh bahwa dirinya tidak berdosa. Ia dengan tegas menolak tudingan Elifas bahwa ia harus bertanggung jawab atas penderitaannya sebagai akibat dosanya. Meski demikian, Elifas kembali memulai serangkaian tuduhan yang tidak mendasar. Ia memfitnah Ayub dengan sejumlah dakwaan palsu (ayat 6-9). Elifas menuduh Ayub telah melakukan berbagai dosa sosial yang menyengsarakan sesamanya. Menurut Elifas, dosa sosial itulah yang menyebabkan Ayub menderita karena Allah membalas perbuatan jahatnya itu (ayat 10-20). Oleh karena itu, Elifas meminta Ayub mengakui segala dosanya itu supaya melunakkan hati Allah sehingga Allah akan memulihkan kembali keadaan dirinya (ayat 21-30).

Tuduhan-tuduhan ini bertolak belakang dengan komentar penutur kisah bahkan evalusi Allah sendiri di pasal 1. Ayub seorang yang saleh, jujur, takut akan Tuhan, dan menjauhi kejahatan. Dengan demikian, kita tahu bahwa tuduhan Elifas itu palsu. Jangankan perbuatan dosa sosial, kesalahan yang tak terlihat saja, diselesaikan Ayub dengan kepekaan rohani yang tinggi (ayat 1:5). Jadi, di mata Allah pun Ayub tidak bersalah. Sungguh menyedihkan bagaimana ketiga sahabat Ayub, telah terang-terangan memusuhi Ayub. Sebenarnya, awalnya mereka telah mulai dengan sikap empati merasakan penderitaan Ayub. Akan tetapi, dengan berangkat dari konsep teologis `sempit', mereka berpaling menuduh Ayub. Sungguh berbahaya jika kita memiliki konsep teologis `sempit'. Karena konsep teologis yang `sempit' tersebut menyebabkan kita salah menilai penyebab sesama menderita. Sama seperti para sahabat Ayub ini yang beranggapan keliru terhadap penyebab penderitaan Ayub. Jangankan menolong Ayub mengatasi penderitaannya, mereka justru menambahkan beban penderitaan Ayub.

Renungkan: Jadilah konselor (pembela/penghibur) bukan pendakwa bagi jiwa yang merana.

(0.17581488888889) (Ayb 27:11) (sh: Pengajaran Ayub (Rabu, 7 Agustus 2002))
Pengajaran Ayub

Pengajaran Ayub. Mulai ayat 11 ini, berbalik Ayub menempat-kan dirinya sebagai pengajar. Pasal 28 banyak dianggap sebagai ucapan Zofar atau Bildad kembali. Namun, mengingat nada pasal ini teduh dan tidak berapi-api, anggapan tersebut kurang tepat. Andaikan pasal 28 bukan ucapan Ayub, paling tidak idenya yang berbicara tentang hikmat masih merupakan kelanjutan dari bagian kedua pasal 27 ini.

Sekilas tidak ada perbedaan antara yang Ayub ucapkan tentang nasib orang fasik dari apa yang teman-temannya telah ucapkan sebelum ini. Beberapa bagian seolah bertolak belakang dengan apa yang Ayub nyatakan sebelumnya (ayat 14, bdk. 21:7-9). Bedanya terletak dalam dua hal. Pertama, Ayub kini tidak sedang berbicara tentang orang fasik pada umumnya, tetapi tentang ketiga sahabatnya itu sendiri yang karena telah menuduh Ayub sembarangan tanpa belas kasihan, telah berbuat jahat. Kemungkinan kedua, Ayub memfokuskan penghakiman Allah bukan pada fakta-fakta kemalangan materialistis seperti yang dipikirkan ketiga sahabatnya. Menurut Ayub penghakiman itu akan berbentuk "milik pusaka" orang-orang lalim (ayat 13b). Ayub berpikir secara eskatologis tentang penghakiman akhir dari Allah terhadap orang fasik.

Pasal 28 seolah adalah persiapan bagi kebenaran-kebenaran yang kelak akan Allah sendiri nyatakan kepada Ayub. Sesudah menjawab para sahabatnya tentang penghakiman Allah atas orang fasik, kini Ayub masuk lebih dalam ke pertanyaan soal hikmat. Intinya jelas, para sahabatnya tahu banyak konsep tetapi tidak berhikmat. Jadi, "di manakah hikmat boleh didapatkan?" (ayat 12,20).

Keahlian, ilmu, teknologi seperti yang dikenal pada zaman Ayub memungkinkan manusia menggali potensi-potensi bumi dan membangun dunia (ayat 28:1-11). Namun, hikmat tidak bisa didapat kan melalui kepandaian tersebut. Hikmat tidak pula dapat dibeli atau didapatkan di mana pun, sebab pada hakikatnya hikmat bukan berasal dari dunia ini (ayat 12-19).

Renungkan: "Tetapi kepada manusia Ia berfirman: Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi" (ayat 28).

(0.17581488888889) (Mzm 27:1) (sh: Aman dalam perlindungan Tuhan (Kamis, 27 Februari 2003))
Aman dalam perlindungan Tuhan

Aman dalam perlindungan Tuhan. Sekali lagi bila orang benar diserang, difitnah dan diancam, kepada siapakah ia berlindung? Adakah tempat yang cukup aman di bumi ini bagi orang benar? Di manakah perlindungan sejati?

Pemazmur menyatakan dengan tegas bahwa Tuhan adalah terang, keselamatan, dan benteng hidupnya. Maka, ia tidak usah takut akan musuh seperti apa pun karena kepercayaannya bahwa Tuhan adalah perlindungannya (ayat 1-3). Lebih dari pada itu, pemazmur yakin bahwa tempat paling aman adalah rumah Tuhan, yaitu kehadiran Tuhan dalam hidupnya karena di hadirat Tuhanlah pemazmur terlindungi dari mara bahaya (ayat 4-6). Maka, dengan mantap pemazmur menaikkan doa permohonannya agar Tuhan segera menyelamatkan dia (ayat 7), dan jawaban Tuhan tidak jauh dari keyakinannya, yaitu agar pemazmur mencari wajah-Nya (ayat 8), maksudnya tentu meminta firman atau juga belajar dari firman- Nya. Maka, pemazmur minta sungguh Tuhan mengajarnya supaya ia semakin yakin akan perkenanan Tuhan atasnya (ayat 7-10). Permohonan pemazmur semakin mendesak karena desakan dari para musuh yang telah memfitnahnya dan ingin menghabiskannya. Namun, pemazmur tetap berpegang pada kepercayaannya, yaitu Tuhan yang akan menyelamatkannya. (ayat 11-13) Mazmur ini ditutup dengan ajakan untuk menantikan Tuhan (ayat 14).

Pemazmur mempercayakan hidupnya ke tangan Tuhan, yang diyakininya sebagai perlindungan sejati. Hadirat Tuhan adalah tempat perlindungan yang paling aman. Bila Tuhan yang melindungi, siapakah musuh yang dapat mengganggu?

Renungkan: Sewaktu-waktu kerusuhan dapat menimpa kita; penderitaan, wabah penyakit, malapetaka, kemiskinan menyerbu tanpa dapat kita elakkan. Saat itu, Anda tidak dapat lari berlindung kepada siapa pun atau ke tempat mana pun yang aman, kecuali kepada Tuhan dan tempat kudus-Nya.

(0.17581488888889) (Mzm 28:1) (sh: Pertolongan pada saat kesesakan (Jumat, 28 Februari 2003))
Pertolongan pada saat kesesakan

Pertolongan pada saat kesesakan. Bila rasanya pertolongan Tuhan tak kunjung tiba, serasa tangan- tangan jahat sedang merenggut jiwa kita menuju kebinasaan. Saat- saat seperti itu membuat kita merasa kehilangan akal, dan mungkin tergoda untuk mencari pertolongan dari pihak lain, sangat mungkin untuk kompromi dengan para musuh kita.

Pemazmur ada dalam situasi yang sangat mirip. Ia tertekan karena sepertinya Tuhan berdiam diri dan membisu (ayat 1). Ia merasa dengan membisunya Tuhan, dirinya seperti sudah ditinggalkan untuk mati ("aku menjadi seperti orang yang turun ke dalam liang kubur"). Pemazmur merasa hampir terseret kepada perbuatan orang fasik (ayat 3). Namun, pemazmur tetap bertahan dan tetap mengharapkan Tuhan mendengar permohonan dan teriakan minta tolong (ayat 2), supaya ia tetap bertahan untuk tidak tergoda berkompromi dengan kejahatan pemazmur mohon, supaya Tuhan mengganjar orang-orang jahat karena kejahatan mereka (ayat 4-5). Lebih jauh lagi pemazmur memanjatkan ucapan syukur seakan Tuhan sudah mendengar permohonannya dan sudah menolongnya (ayat 6-7). Adalah keyakinan pemazmur bahwa Tuhan penolong dan penopang umat-Nya (ayat 8). Oleh sebab itu, seruan kepada Tuhan ini juga ditujukan demi umat milik Tuhan sendiri (ayat 9).

Pemazmur menyatakan iman (=percaya)nya di tengah situasi yang sepertinya tidak berpengharapan. Godaan kuat untuk menyerah begitu besar, namun imannya tidak goyah karena ia tahu dan yakin akan pertolongan Tuhan. Ia yakin Tuhan tidak akan membiarkan umat-Nya binasa.

Renungkan: Ketika saat-saat kesesakan begitu tidak tertahankan, godaan untuk menyerah begitu kuat, ingatlah akan doa Tuhan Yesus, "Kehendak-Mu yang jadi ya Bapa, bukan kehendakku." Jangan melihat ke situasi yang mencekam, lihatlah kepada Kristus yang sudah menang mengatasi godaan itu.

(0.17581488888889) (Mzm 31:1) (sh: Doa, sebuah tindakan refleks Kristen (Minggu, 25 Maret 2001))
Doa, sebuah tindakan refleks Kristen

Doa, sebuah tindakan refleks Kristen. Jika secara tidak sengaja kita menyentuh bara api, maka secara refleks tangan kita akan bergerak menjauhi bara api itu. Itulah gerakan refleks yang dikaruniakan Allah kepada setiap manusia dalam menghadapi bahaya maupun serangan atas dirinya. Menjalani kehidupan di dalam masyarakat kita akhir-akhir ini, Kristen harus memperlengkapi diri dengan gerakan refleks yang lain, bukan sekadar menghindar dari bara api yang akan menyengat tangan namun juga mempertahankan diri agar tidak hangus terbakar api pergolakan zaman.

Ketika menulis mazmur ini, Daud dikejar-kejar oleh Saul untuk dibunuh. Kondisinya waktu itu sangat genting karena hampir tidak ada celah bagi Daud untuk mempertahankan atau menyelamatkan dirinya (1Sam. 23:13). Apa yang ia lakukan? la segera berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah, sebelum melakukan apa pun (2-6). Tidak ada hal yang terlalu genting bagi Daud sehingga doa harus ditunda atau dilewatkan. Bagi Daud doa tetap harus dinomorsatukan dalam situasi dan kondisi apa pun. Doa sudah menjadi gerakan refleks baginya. Mengapa demikian? Sebab ia memang telah menyerahkan hidupnya secara penuh ke dalam tangan Tuhan. Ia mengenal siapa Allah, karena itu ia tidak ragu sedikit pun untuk mengandalkan Dia dalam segala keadaan. Bahkan ia mempercayakan kepada Allah miliknya yang paling berharga yaitu nyawanya (6). Tidak itu saja, walaupun masih harus menghadapi ancaman maut, ia dapat tetap bersukacita dan tegar karena Allah adalah setia maka Ia akan tetap menolongnya seperti yang pernah Ia lakukan sebelumnya (8-9).

Renungkan: Seperti bagi Daud, bagi kita pun doa harus merupakan tindakan refleks untuk mempertahankan dan menyelamatkan keberadaan kita. Apakah ini sudah berlaku bagi Anda? Jika belum apa penyebabnya?

Bacaan untuk Minggu Sengsara 5

Yeremia 31:31-34

Ibrani 5:7-10

Yohanes 12:20-33

Mazmur 51:10-16

Lagu: Kidung Jemaat 446

(0.17581488888889) (Mzm 37:21) (sh: Kebahagiaan orang benar (ayat 2) (Senin, 2 Juni 2003))
Kebahagiaan orang benar (ayat 2)

Kebahagiaan orang benar (ayat 2). Di dua bagian terdahulu kita telah melihat bagaimana pemazmur mengajar orang benar untuk tidak marah karena kesuksesan dan kemakmuran orang fasik. Bagian ketiga (ayat 23-29) masih meneruskan pokok-pokok pikiran dari dua bagian sebelumnya, tetapi dengan fokus yang agak berbeda. Kalau bagian pertama didominasi oleh panggilan kepada orang benar untuk bersandar dan berlindung kepada Tuhan, dan bagian kedua menitikberatkan pada kesia-siaan usaha orang fasik, bagian ketiga sekarang memusatkan perhatian pada Tuhan dan perlindungan-Nya atas orang benar.

Tuhan menjaga orang benar sehingga walaupun mereka dapat "jatuh" mereka tidak akan sampai tergeletak (ayat 23-24). Tuhan juga mencukupi kebutuhan mereka dan bahkan dari kecukupan itu mereka dapat memberi dengan murah hati (ayat 25-26). Bagian ini ditutup dengan panggilan ajakan untuk menjauhi kejahatan dan melakukan kebaikan karena Tuhan adalah Tuhan yang "mencintai hukum". Juga terdapat penegasan tentang orang benar yaitu bahwa mereka akan mewarisi negeri (ayat 27-29). Siapa saja orang benar yang akan mewarisi negeri? Orang-orang yang mulutnya mengucapkan hikmat, yang lidahnya mengatakan hukum, yang hatinya dituntun oleh Taurat Allah (ayat 31), dan yang hidupnya senantiasa menantikan Tuhan dan mengikuti jalan-Nya meskipun berada di tengah-tengah ancaman orang fasik (ayat 32-34).

Jika Anda tergoda oleh suatu pencobaan, bandingkanlah hasil akhir orang benar dan orang fasik. Orang yang jatuh ke dalam dosa, sering kali disebabkan oleh kemalasan untuk tidak berpikir panjang. Mata gelap, pikiran pendek, membuat orang begitu saja membiarkan dirinya melakukan dosa.

Renungkan: Pikiran dan pemahaman firman adalah hal utama dalam kehidupan. Bangunlah kebiasaan baik mempelajari firman bila Anda ingin memiliki ketahanan dan ketangguhan rohani.



TIP #04: Coba gunakan range (OT dan NT) pada Pencarian Khusus agar pencarian Anda lebih terfokus. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA