(0.12269702608696) | (Ayb 23:1) |
(sh: Bukan "Allah" yang Kukenal (Jumat, 23 Oktober 2015)) Bukan "Allah" yang KukenalJudul: Bukan "Allah" yang Kukenal Dalam baris yang sama kita melihat bahwa iman Ayub ternyata bukan iman gampangan yang keluar dari buku teks. Kita jumpai juga bahwa Ayub bergumul dengan misteri Tuhan, sementara ia berpegang pada Firman Tuhan (23:6-12). Di tengah kesulitan yang tak bisa ia pahami, Ayub tetap berintegritas di hadapan Tuhan. Ketika Tuhan yang dia kira dikenalnya mengizinkan kejutan-kejutan besar dan kepahitan hidup, dia tetap percaya pada karakter Tuhan. Namun di sisi lain, penderitaannya membawa kegamangan hatinya kepada Tuhan (16-17). Sikap Ayub berbeda sekali dengan ketiga temannya yang secara membabi buta berpegang pada iman mereka yang mungkin canggih tetapi lugu. Mereka tak kuasa berhadapan dengan kenyataan hidup, sehingga penilaian dan sikap hidup mereka menjadi tidak sinkron dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Beda dengan Ayub yang sadar bahwa iman, pengetahuan, pengalaman hidupnya, tidaklah seberapa. Karena itu, ia izinkan Tuhan membentuknya, walaupun ia sendiri tidak mengerti apa dan dimana letak kesalahannya. Dalam pasal 24, Ayub memaparkan serangkaian peristiwa yang tak ia pahami. Entah kenapa, Tuhan membiarkan kejahatan terjadi atas hidupnya. Kendati pun ia tetap beriman, dalam kematangan perjalanan imannya ia menemukan semakin lama semakin banyak pertanyaan yang muncul dan semakin sedikit jawaban yang ia punyai. Terkadang Tuhan membawa kita melalui puncak, lembah, dan kelokan yang tak terduga dan sama sekali asing. Itulah saatnya iman bertumbuh akan pengenalan terhadap Tuhan. [AKI] |
(0.12269702608696) | (Ayb 30:1) |
(sh: Bagaimana sekarang? (Jumat, 9 Agustus 2002)) Bagaimana sekarang?Bagaimana sekarang? Demikian kira-kira yang ditanyakan Ayub di dalam pembelaannya ini. Setelah melontarkan ujaran-ujaran yang berupa keluhan-keluhan karena kehilangan masa lalunya, meskipun Ayub hidup bersih, ia menunjukkan bahwa Allah tidak lagi berpihak kepadanya, melainkan melawan dia. Setelah Ayub menertawakan pihak-pihak yang menolak dia (ayat 29:24), kini Ayublah yang dicemooh orang-orang lain. Para pengejek ini begitu hina. Mereka kemungkinan adalah anak-anak muda yang dulu takut kepada Ayub. Ayah-ayah mereka memiliki status sosial yang rendah sampai Ayub sendiri pun tidak mau mempekerjakan mereka untuk pekerjaan kasar. Kemungkinan mereka bukan warga negara, tetapi para pelanggar hukum dan orang buangan. Ironis, kini Ayublah yang menjadi orang pinggiran, bahkan bagi mereka yang sudah tersisih dari masyarakat. Ayub melihat ini sebagai tindakan Allah melawan dirinya (ayat 11a). Ayub merasa bahwa pihak-pihak yang melawannya datang dari segala arah: kemungkinan anak-anak muda sebagaimana disebutkan di atas dan teror yang mencekam (ayat 12-15), bahkan Allah sendiri (ayat 18-19). Ayub tidak berdaya, bagaikan sebuah kota yang dikepung musuh dan dihancurkan. Gambaran tentang angin membuat ini menjadi lebih dramatis (ayat 15): kemuliaan Ayub diterbangkan angin. Awan yang melintas pergi menunjukkan raibnya kemakmuran Ayub. Ayub tahu bahwa sebenarnya Allahlah yang merupakan "penyiksa" dan "musuh" yang sejati. Allah mengambil kesehatannya dan menjatuhkan Ayub ke lumpur kehinaan. Akhirnya Ayub membawa perkaranya ini kepada Allah (ayat 20-23). Empat ayat ini merupakan kata-kata terakhir Ayub sebelum Allah berbicara kepadanya (ps. 38-41). Ayub menuduh Allah berubah sikap, tidak lagi peduli kepadanya, dan melawan dirinya. Allah mengangkat Ayub, bukan untuk ditinggikan, tetapi untuk dihancurkan dalam badai (ayat 22). Kesimpulannya, kesukacitaan telah lenyap. Hidup menjadi gelap. Bagi Ayub, Allah penyebab semuanya! Renungkan: Allah adalah Terang. Waktu hidup Anda menjadi gelap, ingatlah bahwa tak ada kegelapan dalam diri-Nya. |
(0.12269702608696) | (Ayb 34:1) |
(sh: Orang pandai yang bodoh (Selasa, 13 Agustus 2002)) Orang pandai yang bodohOrang pandai yang bodoh. Walau Elihu menjamin ingin membela Ayub (ayat 33:32), dalam pasal ini jelas bahwa ia memihak teman-teman Ayub. Masalahnya jelas: dengan mengaku dirinya bersih, Ayub menuduh Allah tidak adil. Karena itu, Ayub harus memohon belas kasihan Allah. Elihu berbicara di muka orang-orang berhikmat yang akan menentukan kebenaran (ayat 1-4). Ia mulai mengajukan kasusnya dengan mengutip tuduhan Ayub kepada Allah (ayat 5-6). Namun, dia menyerang Ayub dengan menyatakan bahwa Ayub hidup tak bermoral (ayat 7-8), sebuah tuduhan yang tidak adil karena tanpa bukti. Ayat 9 menunjukkan keraguan Ayub bahwa hidup dikenan Allah tidak menjamin keadaan akan seperti demikian terus. Maka, Elihu melihat bahwa Ayub bukan hanya menuduh Allah tidak adil, tetapi sedang menghujat Dia. Karena itu, ia mengimbau agar orang-orang (maksudnya Ayub) menjadi berhikmat (ayat 10). Dengan berbagai argumen Elihu menegaskan bahwa Allah tidak mungkin salah dan bahwa manusia mutlak tergantung pada-Nya (ayat 11-15). Setelah itu, Elihu berkata-kata kepada Ayub (ayat 16-37). Bukankah Allah tidak mungkin memerintah bumi kalau Ia jahat (ayat 17)? Allah memakai kekuasaan-Nya untuk kebaikan, menunjukkan Allah yang tidak pilih kasih (ayat 18-20). Ayub, yang sedang kesusahan dan terpuruk dalam debu, sulit mengerti argumen ini. Ucapan Elihu seterusnya tentang penghakiman Allah secara tidak langsung menyindir Ayub. Orang jahat tidak bisa lari dari Allah karena Allah mahatahu dan kesalahan pasti dihukum, dan sebenarnya Elihu menuduh bahwa Ayub menindas orang miskin (ayat 21-30). Bagian ini ditutup dengan keputusan tentang Ayub (ayat 31-37). Ayub telah melakukan dosa kebodohan dan ia harus mengaku dosa dan meminta hikmat kepada Allah. Elihu mengharapkan agar Ayub menerima usulannya agar tidak dihukum. Elihu juga meminta para pendengar lain mendukung pikirannya: Ayub bodoh dan kekerasan hatinya menambah kesalahannya. Renungkan: Orang yang pandai selalu menyadari keterbatasannya. Orang bodoh selalu merasa pandai dan menganggap orang lain bodoh. |
(0.12269702608696) | (Ayb 35:1) |
(sh: Nyanyian di waktu malam (Rabu, 14 Agustus 2002)) Nyanyian di waktu malamNyanyian di waktu malam. Elihu berusaha meyakinkan bah-wa Ayub tidak memiliki hak menuntut agar Allah menjawab keluhannya karena [1] tidak ada keharusan bagi Allah untuk menjawab, (ayat 3-8), [2] Allah tidak akan menjawab keluhan pembuat kejahatan (ayat 9-13), dan keluhan Ayub bahwa Allah tidak pernah menghukum orang jahat adalah omong kosong (ayat 14-16). Elihu melihat kata-kata Ayub yang saling bertentangan (ayat 2b-3). Di satu sisi Ayub menyatakan meminta keadilan Allah, di sisi lain menganggap Allah tidak peduli akan kesusahannya. Pada ayat 5-8 Elihu menyatakan tentang jarak tak terhingga antara Allah dan manusia. Jadi, kesalahan atau ketidakbersalahan Ayub tak dapat mempengaruhi Allah. Tindakan manusia hanya berpengaruh terhadap manusia lainnya. Di ayat 9-13, Elihu nampaknya menyatakan bahwa ketika orang-orang menderita, mereka tidak berseru kepada Tuhan untuk pertolongan. Inilah sebabnya Allah tidak menolong mereka. Ratapan mereka hanyalah teriakan kosong dari sifat yang egois, bukan dari kepercayaan kepada Allah. Mereka mengabaikan pengajaran Allah dari alam. Padahal Allah yang memberikan mereka nyanyian-nyanyian di waktu malam dan mengajar mereka melalui binatang-binatang (bdk. 12:7). Nyanyian di waktu malam mungkin adalah nyanyian bintang-bintang dan makhluk-makhluk surgawi lainnya yang bersukacita kala bumi dijadikan (ayat 38:7). Kaum tertindas harus mengingat pencipta mereka, dan berseru kepada-Nya, bukan kepada manusia. Elihu menyimpulkan kasus Ayub dengan mengatakan: pernyataan Ayub bahwa Allah belum menampakkan diri-Nya adalah bodoh. Allah telah menyatakan diri melalui keajaiban alam (ayat 14). Ayub juga dianggap salah karena mengatakan bahwa Allah tidak menghukum dosa. Kalau kelihatannya demikian, tentu adalah karena orang yang tertindas belum datang kepada Allah dengan memohon secara tulus. Renungkan: Dalam kesusahan Anda, pandanglah bintang dan hiruplah udara segar. Allah mengasihi Anda. Berserulah kepada-Nya! |
(0.12269702608696) | (Ayb 38:1) |
(sh: Misteri Allah, Sang Pencipta (Senin, 19 Desember 2016)) Misteri Allah, Sang PenciptaJika Perjanjian Lama menceritakan kedatangan Tuhan dengan tanda badai, maka penulis Alkitab ingin menggambarkan kemahakuasaan dan kebesaran Allah yang mengatasi apa pun di jagad raya ini. Dia menciptakan alam semesta dan isinya karena kedaulatan-Nya dan mengatur-Nya sedemikian rupa menurut kebijaksanaan-Nya. Sekarang Tuhan yang menggugat Ayub. Dengan menggunakan sederetan panjang dan beragam pertanyaan, Tuhan mencecar Ayub. Beberapa di antaranya, "Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi?" (Ayb. 38:4); "Pernahkah dalam hidupmu engkau menyuruh datang dinihari atau fajar kau tunjukkan tempatnya...?" (12); "Apakah pintu gerban maut tersingkap bagimu atau pernahkah engkau melihat pintu gerbang kelam pekat?" (17); "Apakah engkau telah masuk sampai ke perbendaharaan salju atau melihat perbendaharaan hujan batu?" (22); "Dapatkah engkau melepaskan kilat sehingga sabung menyabung sambil berkata kepadamu: "Ya"? (35); "Siapakah yang menyediakan mangsa bagi burung gagak, apabila anak-anaknya berkaok-kaok kepada Allah, berkeliaran karena tidak ada makanan?" (Ayb. 39:3); dan lain sebagainya. Pelbagai pertanyaan ini tidak membutuhkan jawaban ilmiah. Misteri kehidupan jauh lebih besar dan luas daripada jangkauan akal budi manusia untuk memahami serta merumuskannya. Semestinya, orang percaya menyadari bahwa dalam banyak hal manusia memiliki keterbatasan. Sebaliknya, di sisi lain ada pribadi yang tidak terbatas dan sempurna, yaitu Allah. Tuhan menginginkan manusia membiarkan misteri tersebut sebagai rahasia dan hak Tuhan. Dengan membiarkan sisi Allah yang tak terpahami, kita bukan hanya melihat kemahakuasaan dan kebijaksanaan-Nya yang melampaui akal budi manusia, tetapi juga menerima keterbatasan kita sebagai manusia fana. Melalui alam semesta dan segala isinya, kita melihat pribadi Allah yang Mahakuasa dan Mahabijak dengan segala misteri-Nya. [SS] |
(0.12269702608696) | (Ayb 42:7) |
(sh: Kemenangan Ayub (Kamis, 22 Agustus 2002)) Kemenangan AyubKemenangan Ayub. Yahweh kini berbicara kepada teman-teman Ayub, pertama kepada Elifas yang kemungkinan adalah juru bicara mereka, lalu kepada mereka bertiga sekaligus. Meskipun Ayub tidak lagi diajak bicara, namun Yahweh terus menyebut Ayub sebagai "hamba-Ku", sebuah sebutan yang jarang dipakai, yang menunjukkan perkenanan Yahweh kepadanya. Yahweh menghakimi baik Ayub maupun teman-temannya berdasarkan tuduhan yang dilontarkan mereka kepada-Nya (ayat 7-9). Ia murka karena ucapan-ucapan itu (ayat 7) dan menyebutnya "bodoh" (ayat 8). Istilah yang tidak muncul dalam terjemahan bahasa Indonesia ini bukan hanya berarti bodoh, namun kejahatan seksual seperti perkosaan. Mereka yang berbicara dengan "bodoh" telah berbicara bohong dan menyesatkan umat Allah. Karena itu, mereka harus menaikkan kurban pendamaian. Berbicara keliru tentang Allah, bagi penulis kitab Ayub, layak mendapatkan hukuman mati. Apa kekeliruan sahabat-sahabat Ayub? Mereka merasa tahu tentang Allah dan bahkan membela Allah. Di sini terjadi sesuatu yang ironis: teman-teman Ayublah yang justru disalahkan Allah, dan Ayub yang dibela. Ternyata sahabat-sahabat Ayub belum mengenal Allah dengan lebih dalam. Mereka hanya melihat bahwa orang yang menderita pasti adalah orang jahat yang dihukum Allah. Ini bukan hanya keliru, tetapi juga penghujatan. Mereka yang memiliki pemahaman seperti ini justru adalah orang-orang yang benar-benar berdosa. Mereka akhirnya minta Ayub mendoakan mereka agar dilepaskan dari hukuman. Yahweh mengabulkan permohonan Ayub. Ayub pun dipulihkan. Kini nyatalah bahwa Allah pun memiliki belas kasihan. Ayub menang, ia tidak seperti yang dituduhkan Iblis kepadanya (ps. 1-2). Pemulihan Ayub mengandung hal yang ironis (ayat 11-17). Kini semua yang telah meninggalkannya kembali dan memberikan penghiburan dan bantuan. Hal ini sebenarnya keliru karena ia tidak lagi memerlukannya. Ayub digambarkan memiliki kebahagiaan ganda, lebih dari sebelumnya. Renungkan: Anda dapat menemukan hidup Anda kembali melalui kehilangan dan sikap rendah hati di hadapan Allah. |
(0.12269702608696) | (Mzm 5:1) |
(sh: Maju dalam Tuhan di tengah masalah hidup (Kamis, 9 Januari 2003)) Maju dalam Tuhan di tengah masalah hidupMaju dalam Tuhan di tengah masalah hidup. Kejahatan, baik yang ditujukan kepada kita maupun yang terjadi di sekitar kita, pasti menimbulkan penderitaan. Mazmur ini melukiskan langkah mendaki makin mendekat Allah yang justru terjadi di dalam pergumulan orang beriman. Hal pertama yang pemazmur lakukan adalah menyatakan isi hatinya dan keluh kesahnya kepada Allah (ayat 2-4). Hubungan dengan Allah adalah sesuatu yang riil, bukan teoretis belaka. Doa adalah kebiasaan rohani yang mewadahi komunikasi riil tersebut. Menyadari itu, pemazmur berdoa di pagi hari. Dalam doanya, Ia dengan bebas dapat meninggikan Allah sebagai Raja sambil meminta secara nyata seolah kepada seorang sahabat. Kedua, pergumulan rohani yang dialaminya adalah kesempatan untuk pemazmur mengakarkan keyakinan imannya bahwa Allah konsisten dalam kekudusan-Nya (ayat 5-7). Apa pun kenyataan yang kini dialaminya tidak ia izinkan untuk mengaburkan keyakinan bahwa Allah membalas kejahatan dengan adil dan tegas menolak dosa. Ketiga, pemazmur mengutarakan tekad imannya berdasarkan kasih karunia kekal Allah untuk makin maju dalam hubungannya dengan Allah (ayat 8-9). Keempat, pemazmur memperjelas evaluasinya tentang orang jahat sambil meminta agar Tuhan memperlakukan orang jahat setimpal dengan kejahatan mereka (ayat 10-11). Perhatikan bagaimana pemazmur dengan tajam menilai kondisi hati dan sifat jahat mereka (ayat 10). Dengan demikian permohonannya bukanlah dorongan balas dendam, tetapi dorongan agar kemuliaan Allah dinyatakan (ayat 11). Kelima, akhirnya pemazmur mengutarakan keyakinan imannya bahwa orang benar akan bersukacita sebab Tuhan melindungi dan memberkati 12-13). Renungkan: Tuhan tidak saja melindungi kita saat kita tertekan kejahatan, Ia juga menuntun kita berjalan semakin mesra dengan-Nya. |
(0.12269702608696) | (Mzm 9:1) |
(sh: Keadilan Tuhan (Rabu, 9 Januari 2008)) Keadilan TuhanJudul : Keadilan Tuhan Dilihat dari strukturnya yang berupa puisi akrostik (setiap bait dimulai dengan abjad Ibrani secara berurutan), Mazmur 9 dan 10 sangat mungkin merupakan satu gubahan. Dalam bagian pertama (ayat 9:2-13), pemazmur mulai dengan menaikkan syukur karena perbuatan tangan Tuhan pada masa lampau. Sejarah Israel adalah kesaksian hidup dan nyata betapa Tuhan adalah hakim yang adil atas bangsa-bangsa. Tuhan menyelamatkan Israel dari bangsa jahat yang memperbudak mereka (Kel. 1-15), dan kemudian memakai Israel sebagai alat penghukuman bagi bangsa-bangsa Kanaan yang fasik dengan penyembahan berhala yang memakai ritual najis (lih. Kitab Yosua). Konflik antara baik dan jahat kita alami bukan saja dalam lingkup perorangan, tetapi juga dalam lingkup sosial dan internasional. Seperti halnya mazmur ini memperlihatkan pergumulan umat Tuhan PL, ia juga menjadi bayang-bayang dari pergumulan gereja di zaman sekarang ini. Hanya satu sebab agar umat Tuhan dari zaman ke zaman dapat bertahan dan tetap mengukir sejarah, yaitu fakta bahwa Tuhan Allah memerintah sejarah (ayat 8) serta aktif melindungi umat-Nya (ayat 11). Di Indonesia kini pun gereja dan orang Kristen bergumul untuk dapat hadir secara terhormat dan dengan hak penuh. Andaikan kondisi ideal tersebut sewaktu-waktu terganggu, merupakan penghiburan dan kekuatan bagi kita untuk menatap kepada Tuhan agar Ia menunjukkan keadilan-Nya. Tangan Tuhan berdaulat atas jalannya sejarah. Tidak ada bangsa yang jahat yang tetap tinggal berjaya. Satu kali kelak mereka akan dihukum oleh karena kefasikan mereka, terutama karena melawan Tuhan dan umat-Nya. Kita perlu berdoa agar apa pun yang Tuhan akan perlakukan atas bangsa kita, akhirnya rakyat dan pemimpin bangsa kita akan mengetahui bahwa mereka adalah manusia biasa (ayat 21) yang harus tunduk kepada Allah, taat, dan menyesuaikan pola sikap dan kelakuan mereka, termasuk kepada orang Kristen, sesuai dengan kebenaran Allah sendiri. |
(0.12269702608696) | (Mzm 12:1) |
(sh: Dusta manusia dan kebenaran firman Allah (Jumat, 10 Januari 2003)) Dusta manusia dan kebenaran firman AllahDusta manusia dan kebenaran firman Allah. Ketika semakin banyak orang melakukan kejahatan, kita merasa tersudut sendirian tanpa daya melawan arus dosa massal teramat dahsyat. Perasaan demikian pernah dialami oleh hamba Tuhan seperti Elia, kini juga dialami oleh pemazmur. Dengan memperdalam pemahamannya tentang arti dan makna firman Allah, pemazmur dapat mengatasi pergumulan berat jenis ini. Dosa sorotan mazmur ini adalah dosa kata-kata. Kata-kata mutlak perlu bagi berbagai segi kehidupan kemanusiaan kita. Tanpa kata, tak mungkin kita berkomunikasi membangun hubungan-hubungan. Dalam kehidupan agama pun, kata-kata berperanan normatif. Kebiasaan religius, norma etis, petunjuk ibadah, semuanya diatur melalui kata-kata. Dalam iman Kristen, hal itu bersumber pada kata-kata Allah di dalam Alkitab. Apabila kata-kata vital peranannya, dosa kata-kata fatal akibatnya. Bayangkan apa yang terjadi apabila kebanyakan orang menerima dusta sebagai hal yang wajar, dan apabila semua kata yang orang komunikasikan lahir dari pikiran dan hati bercabang dua. Mungkinkah mempertahankan masyarakat manusia yang seluruh sendinya goyah? Dosa dalam kata-kata tidak benar, dusta, bibir manis, namun bercabang arti, cakap besar, dan alat kata untuk menjatuhkan orang lain, dilawan pemazmur dengan serius. Ia minta agar Tuhan bertindak tegas supaya mereka yang berdosa kata seolah Tuhan tidak ada, disadarkan bahwa Tuhan ada (ayat 4,5). Melawan kejahatan tidak cukup secara negatif saja, harus juga positif. Kata-kata dusta dan keji tidak cukup ditolak dan dihukum. Kata- kata benar yang murni teruji dan yang mengandung janji-janji yang membangun harus dijunjung tinggi. Kata-kata berkualitas demikian hanya ada di dalam kata-kata Allah sendiri, yaitu firman-Nya. Renungkan: Kita harus menjunjung tinggi firman Allah dengan menyerasikan kata-kata kita dengan kebenaran dan keindahannya. |
(0.12269702608696) | (Mzm 14:1) |
(sh: Siapa yang benar? (Selasa, 18 Februari 2003)) Siapa yang benar?Siapa yang benar? Kata orang, tidak sulit mencari orang baik. Stok orang baik di dunia masih tersedia banyak. Yang sulit adalah mencari orang yang benar, orang yang memperjuangkan kebenaran, dan yang menegakkan kebenaran. Keadaan inilah yang paling tidak sedang kita rasakan sekarang ini di Indonesia. Orang baik, yang suka menyumbang, yang dermawan, yang suka menolong orang lain memang banyak, tetapi kebanyakan juga sarat dengan tujuan/muatan politis kepentingan diri/kelompoknya alias tidak tulus. Pemazmur pun melihat sekeliling dirinya dan menemukan betapa sedikitnya, atau -- di luar dirinya dan orang percaya -- tidak ada orang benar. Tanda-tanda orang benar tidak ada pada dunia ini, yaitu mengakui Allah dalam hati dan perbuatan mereka (ayat 1), berakal budi dan mencari Allah (ayat 2), hidup setia, bermoral dan berbuat baik (ayat 3), berbuat yang benar dan tidak menindas umat Tuhan (ayat 4) serta tidak menghina orang yang tertindas (ayat 6). Namun, pemazmur tidak pesimis melihat semuanya ini karena ia mengetahui bahwa Allah beserta dengan orang benar, betapa pun jumlah mereka sedikit, dan hukuman akan menimpa orang bebal (julukan bagi orang yang 'tidak benar') dengan kejutan yang besar (ayat 5). Juga, Tuhan akan memulihkan umat Tuhan yang tertindas, dan mendatangkan keselamatan bagi mereka (ayat 7). Mazmur ini menuturkan kepada kita bahwa kebebalan menjadi dosa asal segala kejahatan dan penindasan oleh yang berkuasa dan kuat atas yang lemah dan miskin, penyangkalan atas kekuasaan Tuhan dan kehadiran-Nya yang menuntut dan mengadili perbuatan kita. Oleh sebab itu, apabila kita menganggap diri kita "tuan", maka dengan segera akan terjadi penindasan terhadap sesama kita. Renungkan: "Apakah yang kuat dan berkuasa akan terus menindas yang lemah dan miskin?" Tidak, karena Allah menyertai angkatan "orang benar". Jawaban Allah ini tidak akan menumbuhkan iman kita apabila kita terlibat dalam permainan penindasan ini. |
(0.12269702608696) | (Mzm 16:1) |
(sh: Iman dan kesehatan manusia (Minggu, 14 Januari 2001)) Iman dan kesehatan manusiaIman dan kesehatan manusia. Berbicara tentang iman seringkali membawa kita kepada konsep-konsep yang abstrak, seakan tak ada hubungannya dengan realita kehidupan sehari-hari. Mazmur 16 mengajarkan kepada kita realita iman, manifestasi iman, dan peran iman bagi kebahagiaan manusia. Doa pemazmur (ayat 1) mengungkapkan imannya terhadap Allah. Imannya senantiasa menyadarkannya akan realita kehidupan yang sering tidak bersahabat. Iman yang ia miliki juga terungkap di dalam kepuasannya terhadap Allah (ayat 2, 5). Apa pun yang ia alami, ia tetap yakin bahwa Allah yang terbaik dan akan selalu menjadi yang terbaik. Pemazmur mengungkapkan bahwa orang yang beriman kepada Allah adalah orang yang selalu rindu untuk bersekutu dengan saudara lainnya yang seiman, dan berbuat kebaikan kepada mereka (ayat 3). Perbedaan antara orang beriman dan yang tidak, dapat diidentifikasikan dengan melihat perbuatan dan perkataan mereka (ayat 4). Di samping membuat orang puas dengan Allah, iman juga membuat orang puas dengan kehidupannya (ayat 6). Ini tidak berarti bahwa iman membuat orang menjadi cepat puas sehingga tidak ada niat dan kerja keras untuk terus memperbaiki taraf hidupnya. Namun kepuasan ini yang memampukan orang beriman untuk mensyukuri setiap yang dimiliki dan tidak iri hati terhadap apa yang dimiliki orang lain. Iman juga akan menjauhkan Kristen dari rasa kuatir dan gentar menghadapi masa depan, sebab masa depan terletak dalam genggaman tangan Tuhan dan Ia senantiasa menyertainya (ayat 8, 11). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa iman berhubungan erat dengan kesehatan jiwa dan fisik seseorang (ayat 9). Renungkan: Seorang yang merasa puas, hatinya akan bersukacita dan tentram. Jika Anda mengalami stress, depresi, tekanan darah tinggi, sakit maag, jantung, dll., evaluasilah kehidupan iman Anda. Bacaan untuk Minggu Epifania 2 Lagu: Kidung Jemaat 379 PA 2 Mazmur 14 Melihat apa yang terjadi di masyarakat, kita seringkali bertanya mengapa ada orang yang begitu tega dan jahat menyakiti bahkan menghabisi orang lain. Dan bila kita amati lebih jauh, nampaknya kekejaman dan kejahatan yang terjadi cenderung meningkat. Bagaimana kita memandang hal ini? Bagaimana respons kita? Apa yang dapat kita lakukan? Itulah yang akan kita pelajari dari Mazmur ratapan ini. Pertanyaan-pertanyaan pengarah: 1. Keyakinan apa yang dimiliki oleh orang bebal (ayat 1)? Seberapa parahkah keyakinannya itu? Bagaimanakah hubungan antara keyakinan dengan perbuatannya? Apa pun pasti membutuhkan proses untuk menjadi busuk dan menjijikkan. Apakah kebenaran ini berlaku juga bagi perbuatan seseorang? Lalu apa yang mempercepat pembusukan dari perbuatan seseorang? Apakah proses ini dapat dicegah dan dihentikan? 2. Keyakinan yang tercela (ayat 1) dimanifestasikan oleh tindakan dan pikiran yang tercela. Temukan itu satu-persatu dan beri penjelasan (ayat 3,4)! Bila dihubungkan dengan keyakinan orang bebal, menurut Anda mengapa umat Allah digambarkan sebagai korban kejahatan yang paling mengenaskan? Jelaskan! 3. Ratapan pemazmur diselingi dengan ungkapan keyakinannya akan tindakan Allah (ayat 1-3). Teladan apa yang Anda dapatkan? Keyakinan apa lagi yang dimiliki oleh pemazmur dalam kondisi masyarakat yang demikian (ayat 5-6)? Apa yang memampukan pemazmur untuk tetap dapat mempunyai keyakinan kepada Allah walaupun ancaman dan serangan siap melumatnya? 4. Usaha apa yang dilakukan pemazmur untuk memperbaiki masyarakat yang sudah tercela keyakinan dan perbuatannya (ayat 7)? Katakan kembali ayat ini dengan kata-kata Anda sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi masa kini di Indonesia! 5. Berdasarkan kebenaran-kebenaran di atas, bagaimana Anda menilai masyarakat kita sekarang? Bagaimana Anda memandang pembakaran gereja dan penganiayaan yang dialami oleh Kristen di Indonesia? Apa yang harus kita lakukan secara konkrit untuk memperlambat proses pembusukan dalam masyarakat? |
(0.12269702608696) | (Mzm 24:1) |
(sh: Hari ini harinya Tuhan (Minggu, 18 Maret 2001)) Hari ini harinya TuhanHari ini harinya Tuhan. Zaman Israel purba, mazmur 24 merupakan mazmur yang khusus dinyanyikan dalam setiap penyembahan di Bait Allah pada hari pertama. Mazmur ini dinyanyikan secara bergantian antara pemimpin penyembahan dengan umat Israel, sebagai manifestasi dari kesiapan hati dan seluruh keberadaan bangsa Israel untuk menyambut hadirat kemuliaan Allah. Mula-mula seluruh umat Israel menyanyikan ayat 1-2, yang merupakan pengakuan bahwa Allahlah Pemilik seluruh bumi dan segala isinya termasuk manusia, karena Ialah yang menciptakan, menetapkan, dan memelihara. Mereka menyatakan dengan tegas apa pun yang mereka miliki baik itu kekayaan, kepandaian, bahkan kehidupannya adalah milik Tuhan. Karena itu mereka harus mendayagunakan semuanya dengan benar dan penuh rasa tanggung jawab. Pemimpin ibadah segera menyambung pujian itu dengan pertanyaan (3) agar jemaat mengevaluasi sudahkah hidup mereka layak di hadapan-Nya. Segera jemaat menjawab bahwa mereka yang mengakui kepemilikan Allah secara mutlak dalam kehidupan sehari-harilah yang layak datang kepada-Nya (4-6). Orang yang menggunakan tangannya untuk pekerjaan kotor, mendapatkan keuntungan materi dari orang lain, dan menipu untuk keuntungan pribadi sama dengan merampok harta Allah. Akhirnya penyembahan itu ditutup dengan seruan bersama untuk menyambut Raja Kemuliaan (7-10) sebagai pernyataan bahwa mereka telah berusaha hidup dengan mengakui dan menghargai kedaulatan Allah atas seluruh keberadaan mereka dengan segala kekayaannya. Renungkan: Betapa indahnya jika hidup kita setiap hari dievaluasi berdasarkan mazmur ini sehingga kita dapat menutup setiap hari dengan pujian bagi kemuliaan-Nya. Bacaan untuk Minggu Sengsara 4 Lagu: Kidung Jemaat 289 |
(0.12269702608696) | (Mzm 24:1) |
(sh: Ya Raja Kemuliaan, datanglah! (Senin, 24 Februari 2003)) Ya Raja Kemuliaan, datanglah!Ya Raja Kemuliaan, datanglah! Tujuan Allah menitipkan alam kepada manusia adalah agar manusia dapat menjaga keseimbangan dan integritas alam ciptaan-Nya. Namun, keadaan yang terjadi justru sebaliknya. Manusia lebih cocok disebut penghancur bumi daripada pemelihara bumi. Apakah Allah akan bertindak terhadap para penghancur bumi ciptaan-Nya? Mazmur ini memberikan jawaban kepada kita. Bahwa Dia, sang Pencipta langit dan bumi, yang menguasai alam semesta, dan yang bertakhta atas dunia ini (ayat 1-2) suatu saat akan datang dan mengklaim milik-Nya. Maka, celakalah mereka yang tidak layak bila saatnya tiba. Siapakah yang layak menghampiri gunung-Nya yang kudus, berdiri di hadapan takhta kudus-Nya? Hanya mereka yang menjaga diri dari kenajisan hidup, yang bersih dan integritas dirinya utuh (ayat 4), serta selalu mencari dan melakukan apa yang berkenan kepada-Nya (ayat 6) yang akan menerima berkat Tuhan dan keselamatan dari-Nya (ayat 5). Dia akan datang, dan sungguh kedatangan-Nya akan membuat kubu-kubu yang tertutup dengan rapat menjadi terbuka, tiada yang dapat bertahan di hadapan Raja Kemuliaan (ayat 7-9). Tidak satu pintu pun yang tinggal tertutup dapat bertahan di hadapan Pemilik alam semesta. Manusia boleh mencoba menolak Raja Kemuliaan sebagaimana dulu kedatangan-Nya yang pertama telah ditolak (Yoh. 1:11), bahkan mereka menyalibkan Dia (Mat. 17:22, 23). Tetapi, kali ini Dia akan datang sebagai Raja Kemuliaan yang berdaulat dan berkuasa penuh. Dia akan meminta tanggung jawab dan kesiapan kita. Siapakah yang dapat bertahan di hadapan-Nya? Renungkan: Tujuan kedatangan-Nya yang pertama adalah untuk menjadi juruselamat dunia. Tujuan kedatangan yang kedua adalah untuk menyatakan kerajaan-Nya yang mulia. Waspadalah dan persiapkan diri Anda. Jangan sampai Anda ditolak-Nya karena kedapatan tidak siap! |
(0.12269702608696) | (Mzm 26:1) |
(sh: Bila orang benar difitnah (Rabu, 26 Februari 2003)) Bila orang benar difitnahBila orang benar difitnah. Mazmur ini dilatarbelakangi oleh peristiwa pengadilan suci, sebagaimana berlaku pada zaman raja-raja. Jika seseorang dituduh bahwa ia telah melakukan kesalahan yang besar dan tak dapat ia buktikan bahwa tuduhan itu tidak beralasan, maka orang itu naik banding kepada Tuhan sebagai Hakim tertinggi. Si tertuduh wajib mengangkat sumpah dengan mengutuk dirinya sendiri jika ternyata tuduhan tersebut benar. Selanjutnya ia harus pergi ke Bait Suci dan mengulang sumpahnya di situ dan Tuhan sendiri bertindak mengadili hamba-Nya dan menyatakan dia bersalah atau tidak, sesuai dengan kenyataan yang diketahui Tuhan sendiri.Pemazmur yang menjadi terdakwa, berpaling kepada Tuhan untuk meminta pembelaan bagi dirinya (ayat 1). Baginya Tuhan adalah sumber keadilan yang akan dapat menyatakan benar tidaknya dirinya (ayat 2). Pemazmur meyakini diri tidak bercela karena selalu berpedomankan Tuhan (ayat 3), menjauhi pergaulan dengan orang- orang tidak benar (ayat 4-5), ataupun melakukan perbuatan- perbuatan yang jahat (ayat 9-10), dan hidup dalam ketulusan (ayat 11). Pemazmur memelihara kehidupan ibadah yang baik (ayat 6), menyatakan perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib (ayat 7), dan selalu mencari perkenanan dalam hadirat-Nya (ayat 8). Hati nurani si pemazmur menyatakan dirinya bersih sehingga ia berani menyatakan kedekatannya dengan Tuhan di tengah jemaat (ayat 12). Adakah pembelaan yang lebih meyakinkan selain pembelaan Tuhan kepada anak-anak-Nya? Adakah bukti yang lebih meyakinkan daripada kesaksian hidup yang tidak bercela? Itu semua yang diyakini si pemazmur. Tuhan adalah pembelanya, dan kesaksian hidupnya adalah bukti dirinya benar. Renungkan: Apakah Anda sudah menyatakan diri sebagai orang yang sudah dibenarkan? Bila belum, bagaimana berharap Tuhan akan menyatakan Anda benar? |
(0.12269702608696) | (Mzm 30:1) |
(sh: Sukacita juga menderita (Sabtu, 24 Maret 2001)) Sukacita juga menderitaSukacita juga menderita. Dalam tradisi Yahudi, mazmur ini digunakan pada hari raya Pentahbisan Bait Allah (1 bdk. Yoh. 10:22) dimana pada hari itu orang Yahudi memperingati pentahbisan ulang Bait Allah setelah dihancurkan oleh musuh-musuh mereka pada abad ke-2 s.M. Berarti mazmur ini penting bagi Kristen secara komunitas. Namun yang harus diperhatikan adalah walaupun mazmur ucapan syukur ini dinyanyikan secara bersama oleh umat Allah, mazmur ini bersumber dari pengalaman pribadi Daud. Karena itu untuk mendapatkan makna yang dalam dari mazmur ini bagi kehidupan Kristen secara komunitas, kita perlu merenungkannya. Mazmur ini ditulis oleh Daud pada masa tuanya, ketika ia selesai menghitung seluruh pasukannya dan kemudian Allah menghukumnya (2Sam. 24). Dalam mazmur ini memang ada indikasi bahwa Daud telah mengalami penderitaan yang berat baik secara pribadi maupun bersama seluruh rakyatnya (2-6) justru setelah menikmati keamanan dan kesenangan dalam kehidupannya (7). Berkat yang ia nikmati menghasilkan rasa aman dan percaya diri yang terlalu besar. Ia mulai menyombongkan dirinya maka Allah menghukumnya sehingga membuatnya tersadar. Peristiwa ini menyatakan bahwa ketika seseorang mengalami kelimpahan berkat Tuhan di satu bidang kehidupannya, biasanya ia diuji di bidang lainnya. Kesukacitaan dalam pengharapan perlu dibarengi dengan pengalaman akan penderitaan agar tidak menyebabkan dosa dalam kehidupan seseorang. Ketika menyadari kesalahannya (8b), Daud segera bertobat, maka pengampunan dan pemulihan dari Allah segera dialaminya (6, 12). Pertobatan sejati yang diikuti pemulihan akan membuahkan puji-pujian kepada Allah (5-6, 13). Renungkan: Kehidupan gereja Tuhan di Indonesia di satu sisi memang mengalami berkat yang berkelimpahan secara luar biasa, namun di saat yang sama gereja juga mengalami beberapa penderitaan seperti pengrusakan dan pengeboman gereja-gereja akhir-akhir ini. Kita perlu merenungkan dan merefleksikan peristiwa-peristiwa itu dalam terang mazmur kita hari ini. Ini perlu dilakukan agar kita dapat mengambil tindakan yang tepat, agar pada akhirnya kita dapat tetap memuji dan memuliakan Allah, bahkan mengajak semua orang untuk memuji-Nya. |
(0.12269702608696) | (Mzm 31:1) |
(sh: Doa, sebuah tindakan refleks Kristen (Minggu, 25 Maret 2001)) Doa, sebuah tindakan refleks KristenDoa, sebuah tindakan refleks Kristen. Jika secara tidak sengaja kita menyentuh bara api, maka secara refleks tangan kita akan bergerak menjauhi bara api itu. Itulah gerakan refleks yang dikaruniakan Allah kepada setiap manusia dalam menghadapi bahaya maupun serangan atas dirinya. Menjalani kehidupan di dalam masyarakat kita akhir-akhir ini, Kristen harus memperlengkapi diri dengan gerakan refleks yang lain, bukan sekadar menghindar dari bara api yang akan menyengat tangan namun juga mempertahankan diri agar tidak hangus terbakar api pergolakan zaman.
Ketika menulis mazmur ini, Daud dikejar-kejar oleh Saul
untuk dibunuh. Kondisinya waktu itu sangat genting
karena hampir tidak ada celah bagi Daud untuk
mempertahankan atau menyelamatkan dirinya ( Renungkan: Seperti bagi Daud, bagi kita pun doa harus merupakan tindakan refleks untuk mempertahankan dan menyelamatkan keberadaan kita. Apakah ini sudah berlaku bagi Anda? Jika belum apa penyebabnya? Bacaan untuk Minggu Sengsara 5 Lagu: Kidung Jemaat 446 |
(0.12269702608696) | (Mzm 32:1) |
(sh: Kebahagiaan hanya masalah pilihan (Selasa, 27 Maret 2001)) Kebahagiaan hanya masalah pilihanKebahagiaan hanya masalah pilihan. Setiap manusia sepanjang zaman berusaha dengan segala daya upaya untuk mendapatkan kebahagiaan hidup. Bahkan ada yang bekerja tanpa mengenal waktu dan menomorduakan keluarga agar meraih promosi jabatan, karena mereka berpikir bahwa kebahagiaan akan didapatkan jika mereka bergelimang harta dan meraih kedudukan tinggi. Setelah meraih semua itu, bukan kebahagiaan yang ia dapatkan namun penyakit karena stress dan bekerja terlalu keras. Lalu dimanakah kebahagiaan? Sesungguhnya kebahagiaan bukanlah hal yang sulit digapai oleh manusia. Daud sudah membuktikan. Ia menemukan kebahagiaan bukan dalam kekayaan, kedudukan, dan kekuasaan yang ia miliki namun dalam pilihan bijak yang ia tetapkan. Ia memilih untuk bertobat dan mohon ampun dari Allah maka ia menemukan kebahagiaan (1-2, 5). Orang yang menyadari dosanya namun tidak bertobat tidak akan mengalami kedamaian hati namun justru tekanan (3- 4). Ia juga memilih untuk menggantungkan hidupnya kepada Allah (7). Walaupun tekanan dan kesulitan tetap melandanya, ia tidak sendiri sebab Allahlah tempat perlindungannya (6). Yang terakhir ia memilih untuk menaati perintah Allah (8) bukan seperti kuda atau bagal yang terkenal senang membangkang. Pilihannya yang terakhir adalah sangat tepat sebab orang fasik akan mengalami derita bukan selalu secara fisik, namun yang pasti secara hati dan jiwa karena hanya orang yang sudah dipulihkan hubungannya dengan Allah yang akan merasakan damai sejahtera yang sesungguhnya (10). Kebahagiaan yang diajarkan oleh Daud adalah kebahagiaan yang sejati sebab tidak tergantung dari situasi dan kondisi dirinya, masyarakat sekitar maupun lingkungannya. Bencana dan derita apa pun boleh menimpanya namun karena pilihannya, ia tetap dapat bersukacita dan bersorak-sorai (11). Renungkan: Karena itu apa sebenarnya yang Anda cari dengan bekerja keras tanpa batas hingga mengalami stres dan gangguan kesehatan yang serius? Uang, rumah, mobil mewah, atau kedudukan? Daud sudah membuktikan bahwa itu semua tidak membawa kebahagiaan. Tentukanlah apakah Anda mau memilih apa yang Daud pilih. Jika ya maka kebahagiaan sejati tidak jauh dari hidup Anda. |
(0.12269702608696) | (Mzm 33:1) |
(sh: Alasan untuk memuji Tuhan (Senin, 6 Januari 2003)) Alasan untuk memuji TuhanAlasan untuk memuji Tuhan. Dalam hidup yang senantiasa menyajikan kesusahan, teror dan penderitaan, yang lebih realistis kelihatannya adalah berkeluh kesah atau melawan karena tidak ada yang dapat membela kita kecuali diri kita sendiri. Benarkah demikian? Pemazmur mengajak umat memuji Tuhan dengan sungguh-sungguh, bahkan dengan nyanyian dan musik (ayat 1-3) karena beberapa alasan: 1) memuji Tuhan adalah ciri wajar dari orang-orang yang hidup tulus di hadapan Allah (ayat 1b). 2) Firman Tuhan menjadikan segala sesuatu (ayat 4-9). Firman Tuhan menunjukkan kekuasaan dan kedaulatan Allah. Jadi, semua di dunia adalah milik Tuhan, ada di bawah penguasaan-Nya. 3) Rancangan Tuhan berlaku atas seluruh umat manusia (ayat 10-12). Betapa pun hebat rancangan para musuh umat Allah, Tuhan mampu menghancurkannya, demi kesejahteraan umat-Nya. 4) Sebenarnya Tuhan memperhatikan umat manusia. Tidak ada yang luput dari pengamatan-Nya (ayat 13-15). Jadi, kehidupan setiap orang ada di tangan-Nya. 5) Pertolongan sejati hanya datang dari Tuhan, bukan dari kekuatan politik, militer, ekonomi atau apa pun yang orang dunia sering andalkan (ayat 18-19). Karena semua alasan ini, seharusnya adalah isi iman dan pengalaman orang beriman, maka memuji Tuhan adalah layak bagi kita. Dalam hidup ini, ada pujian karena sesuatu yang dikagumi tentang Tuhan dan didambakan dari Tuhan terus kita hayati meski belum teralami. Adalah baik bahwa di hari-hari awal tahun baru ini kita belajar melihat kesinambungan tahun-tahun yang telah lampau dengan masa-masa yang akan Allah singkapkan kelak. Isilah masa kini kita dengan pujian bagi Dia, Tuhan atas sejarah, sebab Anda dan perjalanan sejarah ada di dalam rangkulan-Nya. Renungkan: Untuk orang yang hidup dalam iman, menoleh ke belakang atau pun menatap ke depan sama memberikan alasan untuk tak putus memuji kebesaran Allah. |