(0.10381324444444) | (Why 2:18) |
(sh: Batas tipis toleransi dan kompromi (Sabtu, 26 Oktober 2002)) Batas tipis toleransi dan kompromiBatas tipis toleransi dan kompromi. Ruhan, Raja Gereja, kali ini mengingatkan sidang jemaat di Tiatira, yang di satu sisi masih memiliki hal-hal yang indah, yakni kasih dan iman sebagaimana terungkap dalam pelayanan dan ketekunan mereka. Istilah ketekunan barangkali menyiratkan adanya rintangan-rintangan dalam pelayanan yang jeaat Tiatira kerjakan. Namun, mereka tidak undur dari pelayanan tersebut. Bahkan, kasih dan iman mereka itu berbuahkan pelayanan yang secara kuntitatif semakin meningkan (ayat 9). Jemaat Tiatira adalah jemaat yang aktif, dan itu berakar pada kasih dan iman mereka. Namun demikian, kelemahan jemaat Tiatira juga tidak luput dari pengamatan Tuhan, Raja Gereja. Ia tahu ada sesuatu yang tidak beres dalam jemaat Tiatira. Ia mencela jemaat tersebut karena membiarkan ketidakberesan tersebut tanpa tindakan penanganan. Persoalannya, seperti halnya di jemaat Pergamus, di jemaat Tiatira berkembang suatu bidat yang sudah pasti “mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku” (ayat 20). Kesesatan itu bermuara pada perzinahan dan kompromi dengan tuntutan dunia yang menganiaya Gereja. ‘Seluk-beluk iblis’ yang dimaksud mungkin semacam ajaran sekaligus praktik ritus misterius yang bermuara pada pemuasan hawa nafsu berikut penyangkalan terhadapnya sebagai dosa dan kecemaran. Anehnya, sidang jemaat Tiatira membiarkan hal itu. Toleransi macam ini, dicela secara tajam oleh Tuhan, Raja Gereja. Ia tidak hanya tidak rela Gereja-Nya dirusak oleh penyimpangan ajaran dan praktik hidup yang tak bermoral, tetapi juga tidak rela Gereja-Nya mendiamkan pembusukan yang terjadi di dalamnya. Dalam keadaan seperti itu, masih ada orang-orang yang tidak rela melihat keadaan tersebut. “Orang-orang lain di Tiatira” (ayat 24). Kelihatannya mereka adalah kelompok minoritas. Mereka mempertahankan diri agar tidak terbawa-bawa ke dalam arus penyesatan. Renungkan: Berusahalah tetap setia pada kebenaran Injil dan hidup dalam kekudusan. Karena Tuhan, Raja Gereja meminta kita untuk tetap untuk memelihara kesetiaan tersebut. |
(0.10381324444444) | (Why 3:7) |
(sh: Pintu pemberitaan Injil (Senin, 28 Oktober 2002)) Pintu pemberitaan InjilPintu pemberitaan Injil. Di tengah badai aniaya yang gencar melanda, sidang jemaat di Filadelfia, yang kekuatannya tidak seberapa itu, tetap menuruti firman Tuhan dan tidak menyangkal nama-Nya. Taat, tabah, dan tekun menantikan Tuhan! Bahkan secara aktif mereka memberitakan Injil dan menghantar jiwa-jiwa kepada Tuhan. Jemaat di bawah salib mengabarkan salib dan kebangkitan! Kristus, yakni Dia “Yang Kudus, yang Benar, yang memegang kunci Daud” menghargai perjuangan sidang jemaat tersebut. Ia berjanji akan melindungi mereka dari malapetaka yang akan melanda seluruh bumi. Maksudnya, adalah bahwa malapetaka itu tidak akan menghancurkan jemaat Filadelfia, meski menjadi kengerian bagi sekian banyak umat manusia. Dalam pada itu Tuhan menegaskan bahwa Dialah yang membuka kesempatan pekabaran Injil bagi jemaat Filadelfia di tengah-tengah gelombang aniaya itu. Di tengah berkecamuknya aniaya, Dia berkarya sedemikian rupa sehingga saat-saat seperti itu merupakan waktu dalam mana kebutuhan akan Injil semakin mendesak! Nah, ketika “pinti” itu sudah dibuka-Nya, maka siapa pun tidak dapat menutup “pintu pekabaran Injil” itu lagi. Tidak seorang pun dapat membungkam Injil. Firman Allah adalah kabar baik bagi manusia berdosa itu. Sebab tidak ada satu pun di alam semesta ini yang memiliki otoritas dan kekuatan yang dapat menandingi Tuhan, Raja Gereja! Tanggung jawab Gereja dan orang percaya adalah terus memberitakan Injil selagi kesempatan itu masih Tuhan berikan. Harga yang harus dibayar tentu ada, bahkan sering kali teramat mahal, tetapi kuasa Tuhan senantiasa beserta (ayat 10), dan sukacita mempersembahkan jiwa-jiwa kepada Tuhan bukan alang kepalang indahnya (ayat 9b). Renungkan: Memberitakan Injil juga merupakan tugas dan tanggung jawab orang-orang Kristen saat ini. Karena itu mintalah kepada Tuhan agar diberikan kepekaan untuk melihat kesempatan pemberitaan Injil yang Ia berikan; bimbingan-Nya agar dapat menyaksikan naman-Nya kepada sesama kita, dan penyertaan-Nya sehingga dengan penuh sukacita mempersembahkan jiwa kita kepada-Nya. |
(0.10381324444444) | (Why 4:1) |
(sh: Liturgi surgawi (ayat 1) (Selasa, 9 Agustus 2005)) Liturgi surgawi (ayat 1)Liturgi surgawi (ayat 1) Orang yang ingin tekun mengikuti Kristus harus tangguh menghadapi ancaman maupun prinsip hidup yang berbeda. Hal apa yang membuat para martir Kristen mampu meninggalkan kesaksian sangat mulia dalam jurang derita terkeji sekalipun? Mengapa para martir masa kini tekun mewujudkan nilai-nilai imannya dalam panggilan hidup mereka, meski harus tersingkirkan dan menjadi kurang sukses? Penglihatan akan Kristus dalam kemuliaan-Nya, yakni: Gereja kini dan kelak dalam pemuliaan dan nasib dunia sesungguhnya, menjadi kekuatan orang Kristen tekun dan menang dalam kesulitan. Sesudah melihat Kristus, orang Kristen diajak melihat suasana surga. Di pusat terdalam surga terdapat Allah yang bertakhta dan dari pemerintahan-Nya yang mulia itu terpancar anugerah. Warna-warni yang terpancar dari berbagai batu permata itu bagaikan pelangi yang menunjuk kepada pelangi kasih Allah pada zaman Nuh (ayat 3). Oleh kemurahan-Nya, tercipta suatu umat yang telah dikuduskan dan dimuliakan. Umat tebusan itu secara simbolis digambarkan oleh dua puluh empat tua-tua yang menunjuk kepada dua belas suku Israel dan dua belas rasul. Kedaulatan Allah juga terpancar dari takhta-Nya. Ia akan membuat laut sumber kekacauan itu takluk hening bagaikan kristal kaca (ayat 6). Terhadap mereka yang tidak tunduk, Allah adalah kilat dan guruh yang dahsyat. Ia akan menghakimi semua yang menolak kemurahan-Nya (ayat 5). Di hadapan Allah yang Maha Mulia, penuh Kasih, Berdaulat, dan Maha Kudus itu, seluruh isi ciptaan tunduk mengumandangkan liturgi surgawi (6b-9). Hal itu menjadi simfoni utuh saat seluruh umat tebusan-Nya ikut dalam liturgi itu (ayat 10-11). Apabila hati kita serasi dengan senandung liturgi surgawi tentang kedaulatan dan pemeliharaan Allah, kita akan beroleh kekuatan moral dan spiritual untuk tekun meninggikan Dia dalam hidup kita tiap hari. Responsku: __________________________________________________________________________________________ |
(0.10381324444444) | (Why 6:1) |
(sh: Sang Anak Domba menghakimi (Kamis, 11 Agustus 2005)) Sang Anak Domba menghakimiSang Anak Domba menghakimi Yohanes telah menguatkan Gereja yang sedang menderita bahwa Kristus sudah memerintah di atas para penguasa dunia (pasal 1-2). Dalam pasal 4-5, Gereja dikuatkan bahwa melalui penderitaan Kristus menang dan karena-Nya Gereja menerima kemenangan. Kini Kristus yang menang itu, bertindak membuka keenam meterai pertama yang berisi berbagai hukuman atas dunia ini. Akibatnya terjadi kekacauan dalam dunia yang diungkapkan dengan "saling gigit" dan membinasakan sebagai dampak pemerintahan dan hukuman Kristus. Keempat meterai pertama dilambangkan oleh empat ekor kuda pembawa berbagai malapetaka. Keempat malapetaka itu bisa terjadi serempak atau berurutan. Kuda keempat yang menyimpulkan semua malapetaka itu adalah Maut yang datang menimpa penduduk dunia. Kuda pertama dan terakhir memberitahukan bahwa manifestasi hukuman dari Allah itu adalah malapetaka alam dan manusia pengikut sebagai alat si jahat. Sebagai Raja, Kristus kini memurnikan orang beriman dan menghukum mereka yang tidak tunduk kepada-Nya melalui alat-alat penyebar petaka tersebut. Seperti pemimpin mereka yang telah dibantai (Why. 5:6), para martir telah dibunuh karena iman mereka akan firman Allah dan kesaksian hidup mereka (Why. 6:9). Bagi-Nya, penderitaan umat-Nya bernilai mulia bagaikan kurban di mezbah. Penderitaan karena iman adalah jalan menuju kemenangan dan ungkapan kurban untuk kemuliaan Dia yang lebih dulu berkorban bagi kita. Dia yang telah menang dan memerintah dalam kemuliaan, mendengar doa-doa umat-Nya dan membela mereka. Dia tidak membiarkan begitu saja pengurbanan umat-Nya yang tekun dalam iman dan penderitaan, tetapi Ia bertindak menghukum kejahatan para penyebab penderitaan itu (ayat 12-17). Dia yang telah mencurahkan darah-Nya untuk umat-Nya, akan membela mereka yang karena iman kepada-Nya rela mencurahkan darah mereka. Responsku: __________________________________________________________________________________________ |
(0.10381324444444) | (Why 7:1) |
(sh: Allah memberikan jaminan (Sabtu, 2 November 2002)) Allah memberikan jaminan
Allah memberikan jaminan. Dalam pasal ini kita juga membaca tentang 144.000 orang berjubah putih. Mengenai siapa mereka masih menimbulkan perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ke-12 suku bukanlah sebutan untuk keturunan Israel yang sebenarnya, melainkan untuk seluruh gereja Kristen. Ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan 144.000 orang itu adalah orang-orang dari keturunan Yahudi. Penting untuk kita ketahui—terlepas dari perbedaan pendapat tersebut—bahwa 144.000 orang itu terdiri dari suatu kumpulan besar orang dari segala bangsa, suku, kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta Anak Domba Allah. Mereka adalah Israel sejati, semua umat Tuhan yang hidup di zaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang telah ditebus Kristus dengan darah-Nya sendiri. Semua yang telah diselamatkan-Nya adalah hamba-hamba-Nya yang mengabdikan segenap hidup untuk melayani Dia. Darah Kristus bukan saja telah meluputkan umat-Nya dari dosa tetapi juga menjaga mereka tetap kudus saat umat-Nya harus melalui ancaman dunia ini.
Renungkan: |
(0.10381324444444) | (Why 7:1) |
(sh: Perlindungan ilahi bagi umat Allah (Jumat, 12 Agustus 2005)) Perlindungan ilahi bagi umat AllahPerlindungan ilahi bagi umat Allah Meterai-meterai hukuman Allah atas dunia ini dibukakan, namun terhadap umat-Nya yang sejati meterai Allah dikenakan untuk melindungi mereka dari hukuman-Nya (ayat 1-4). Siapa 144.000 orang yang dimeteraikan itu? Siapa kumpulan besar yang yang tidak terhitung jumlahnya itu? Orang Kristen tidak dijanjikan luput dari berbagai aniaya yang berasal dari orang-orang yang tidak takut akan Allah. Justru aniaya dunia ini adalah alat untuk menguji dan mendorong orang beriman untuk bertekun dalam iman agar beroleh kemenangan lewat ketekunan itu. Luput yang dipaparkan Yohanes adalah terhindar dari hukuman Allah atas penghuni dunia yang membenci Dia dan bertindak jahat terhadap umat-Nya. Penglihatan tentang meterai perlindungan ilahi ini menjawab teriakan (ayat 6:10) dan pertanyaan umat yang menderita (ayat 7:17). Hasil dari tindakan Allah membela umat-Nya adalah tak terbilang banyaknya umat yang setia kepada-Nya mengalami pemurnian dan siap menerima kemuliaan. Siapakah umat yang dimeteraikan Allah agar luput dari hukuman-Nya bagi dunia ini? Bedakah 144.000 orang (ayat 7:4-8) dari kumpulan besar dalam ayat 9? Meski ditulis dalam dua kelompok berbeda bukan berarti Yohanes melihat dua golongan manusia yang beroleh meterai keselamatan dari Allah. Kelompok pertama adalah gambaran simbolis dari keseluruhan umat Allah zaman PL dan PB. Mereka adalah orang-orang yang telah memercayakan hidup mereka kepada Allah dan rencana keselamatan-Nya. Tindakan memberikan meterai yang mengakibatkan perlindungan ilahi itu adalah tindakan pengesahan kepemilikan Allah atas umat-Nya. Orang-orang yang menaruh iman kepada Kristus adalah kita dan seluruh umat Allah yang memperoleh meterai Roh. Tak satu pun yang terluput dari empat kuda dan empat malaikat penjuru bumi yang membinasakan dan menyesatkan itu, kecuali mereka yang bermeterai keselamatan dari Allah. Responsku: Apa bukti bahwa meterai keselamatan dari Allah ada padaku? |
(0.10381324444444) | (Why 8:1) |
(sh: Surga sunyi senyap! (Sabtu, 13 Agustus 2005)) Surga sunyi senyap!Surga sunyi senyap! Dalam PL, sunyi senyap tidak selalu menandai keengganan orang untuk bicara, tetapi bisa berarti kebisuan orang yang gentar di hadapan murka Allah (Mzm. 31:18; Yes. 47:5). Di hadapan kekudusan Allah, semua makhluk khususnya manusia harus berdiam diri (Hab. 2:20; Mzm. 37:7; Zak. 2:13). Dampaknya seisi surga sunyi senyap. Kapan itu terjadi? Ketika meterai ketujuh dibukakan. Meterai ketujuh itu identik dengan tujuh sangkakala yang setiap kali ditiup menimbulkan berbagai wujud murka Allah yang menghancurkan jagat raya yang cemar dosa ini. Boleh jadi, hal ini menandakan murka Allah terakhir yang kelak digambarkan secara terbatas oleh berbagai petaka di bumi saat ini. Di hadapan puncak murka Allah itulah, seisi surga sunyi senyap karena gentar. Murka Allah bukan hanya bersumber pada keadilan dan kekudusan-Nya. Murka-Nya berkaitan dengan doa-doa para orang kudus. Doa-doa dan dupa penyembahan kepada Allah itulah yang meledak bak halilintar dan gempa bumi ketika dilemparkan ke bumi (Why. 8:5). Doa bukan hal sepele. Ia alat anugerah Allah bagi umat-Nya. Melalui doa Allah memelihara umat-Nya dan menghakimi dunia ini. Doa ialah strategi perang sebagai bagian pengenaan segenap senjata Allah, yang menjamin kemenangan umat-Nya (bdk. Ef. 6:18-20). Keempat sangkakala yang dicatat di pasal ini adalah hukuman peringatan (Why. 8:13b). Ada kesejajaran antara empat petaka dari sangkakala ini dengan empat petaka Allah atas Mesir (Kel. 9:22-25; 7:20-25; 10:21-23; 10:12-15). Tulah-tulah itu tidak dimaksudkan untuk melunakkan, tetapi mengeraskan hati Firaun agar rencana Yahweh meluputkan Israel terlaksana. Demikian juga, semua hukuman dari sangkakala ini hanya awal peringatan kedatangan murka akhir Allah. Hukuman dari sangkakala ini adalah tindakan pembelaan Allah atas umat-Nya yang bertujuan memberi keluputan total bagi umat Allah dari dunia yang jahat ini. Responsku: ________________________________________ ___________________________________________________ |
(0.10381324444444) | (Why 9:1) |
(sh: Bertutur tentang kekuasaan (Senin, 4 November 2002)) Bertutur tentang kekuasaan
Bertutur tentang kekuasaan.
Renungkan: |
(0.10381324444444) | (Why 12:1) |
(sh: Pergumulan dengan Sang Naga (Kamis, 7 November 2002)) Pergumulan dengan Sang Naga
Pergumulan dengan Sang Naga. Kehadiran Sang Putra membawa kekalahan telak bagi Iblis. Seperti kata Yesus, kedatangan-Nya ke dalam dunia ini laksana seorang yang merampok rumah seorang kuat. Ia menaklukkan Iblis, dan kemudian melalui Injil-Nya, manusia diselamatkan. Meskipun Iblis murka, tetapi ini menjadi pertanda bahwa nasib akhirnya sudah ditentukan dan tinggal menunggu waktu untuk menjalani kekekalan dalam penghukuman ilahi. Itulah sebabnya ia berupaya sekuat tenaga memerangi pengikut setia Kristus. Namun, Allah melindungi umat-Nya, meski mereka tetap harus mengalami berbagai-bagai perjuangan.
Renungkan: |
(0.10381324444444) | (Why 16:1) |
(sh: Kedahsyatan hukuman Allah (Selasa, 12 November 2002)) Kedahsyatan hukuman Allah
Kedahsyatan hukuman Allah. Malapetaka-malapetaka yang Allah datangkan di pasal-pasal sebelumnya memang selalu dinyatakan dengan simbol (ps. 1,5,8,10,12,15), tetapi simbol-simbol tersebut menandakan sebuah realitas yang harus diwaspadai. Artinya, simbol yang menggambarkan tentang malapetaka-malapetaka tersebut dapat dijadikan peringatan bahwa Allah serius menindak perbuatan dosa. Namun, manusia tetap pada kesombongannya (bdk. 2Tim. 3:1-9). Kesabaran Allah ada batasnya. Akhirnya, Allah memutuskan menutup kesempatan bagi manusia untuk bertobat. Itu berarti murka Allah yang sesungguh-sungguhnya dan sepenuh-penuhnya -- seperti yang pernah Allah timpakan kepada bangsa Mesir -- harus ditimpakan kepada manusia. Bumi, laut, udara, bergejolak dahsyat menuju kehancuran dan kebinasaan. Raungan dan jerit kesakitan umat manusia hanya buang-buang waktu saja! Sepanjang sejarah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kita dipaparkan tentang fakta bahwa Allah kita adalah Allah yang penuh kasih. Dalam murka-Nya, terselip ucapan penghiburan yaitu bahwa ternyata murka Allah tidak diberlakukan kepada mereka yang memiliki tanda kemilikan Kristus, dan yang terus berjaga-jaga! (ayat 15). Sebagai umat Allah yang hidup di zaman ini, tentunya kita memahami bahwa Allah tidak sedang bercanda ketika memberikan penglihatan ini kepada Yohanes.
Renungkan: |
(0.10381324444444) | (Why 20:7) |
(sh: Puncak perlawanan, puncak penghukuman (Selasa, 19 November 2002)) Puncak perlawanan, puncak penghukuman
Puncak perlawanan, puncak penghukuman. Dalam doa dan penghayatan iman kita, kita mengakui bahwa Allah adalah Raja. Kini pemahaman iman itu mengambil wujud konkritnya. Bahwa Allah adalah Raja yang bertakhta, tidak berarti bahwa Allah hanya menikmati kemuliaan-Nya. Sebaliknya, Allah yang bertakhta itu adalah yang berdaulat memerintah dan mengadili. Drama eskatologis ini membentangkan kepada kita bahwa Ia pasti akan mengadili semua orang sesuai dengan perbuatannya (ayat 13). Hanya orang-orang yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan akan luput dari murka kekal-Nya yang adil dan mengerikan itu (ayat 15).
Renungkan: |
(0.10381324444444) | (Why 21:5) |
(sh: Kota yang mulia (Kamis, 21 November 2002)) Kota yang mulia
Kota yang mulia.
Orang-orang yang menang bagaikan sebuah kota mulia yang turun dari
surga, selain gemilang dengan batu-batuan yang mahal (ayat Kehadiran Allah dan Kristus akan menjadi sempurna dalam kota itu, dan Bait Allah secara jasmani tidak diperlukan (ayat 21:22-27). Di dalamnya kemuliaan Allah terpancar penuh dalam terang abadi. Semua umat pilihan Allah yang tercatat dalam buku kehidupan akan mempersembahkan diri mereka. Mereka akan disembuhkan, dipulihkan secara penuh (ayat 22:1-5). Kesempurnaan, kemuliaan, keindahan, kegemilangan akan menjadi bagian mereka selamanya.
Renungkan: |
(0.10274845925926) | (Gal 1:9) |
(full: TERKUTUKLAH DIA
) Nas : Gal 1:9 (versi Inggeris NIV menambah kata "untuk kekal" di sini). Istilah "terkutuk" (untuk kekal) (Yun. _anathema_) berarti bahwa seseorang berada di bawah kutukan Allah, dihukum untuk binasa dan akan menerima murka dan kutukan Allah.
|
(0.0899049) | (Kis 12:5) |
(full: JEMAAT.
) Nas : Kis 12:5 Baik dari kitab Kisah Para Rasul maupun nas lainnya dalam PB kita memperoleh pengertian mengenai norma atau patokan-patokan yang diterima gereja PB.
|
(0.088982777777778) | (Kej 32:22) |
(ende) Intisari tjerita jang berikut ini ialah: keterangan nama Israel, dan "bertobatnja" Jakub. Tentang arti menerima nama baru, dalam hubungan dengan suatu tugas baru, lihat tjatatan pada Kej 17:5. Hingga kini kita mengenal Jakub sebagai seseorang, jang mentjapai maksud=maksudnja sendiri dengan ketjerdasan dan siasat-siasatnja sendiri. (lihat hubungan antara "Jakub" dan "'aqab": Kej 25:26 dan Kej 27:36). Tetapi bukan ini djalan jang harus ditempuh oleh seseorang untuk mendjadi agung dalam pandangan Tuhan, dan mendjadi perantara keselamatan. Jakub dimaksudkan oleh Tuhan mendjadi alat-pelaksana Rentjana Tuhan, dan Bapa bangsa Israel. Sikapnja harus diubah. Ia hanja akan dapat memenuhi panggilan ini, kalau ia bukannja pertjaja akan kemampuan sendiri, melainkan berpegang pada Tuhan. Manusia lama Jakub harus berubah mendjadi manusia baru Israel. Untuk mengikuti panggilan ini seutuhnja ia harus mengalami pertentangan dahsjat dalam diri sendiri. Pengarang disini menggunakan tradisi kuno jang mentjeritakan pergulatan rahasia Jakub. Dalam hubungan ini nama Israel diartikan: "Ia adalah kuat dihadapan Tuhan: (ajat 29)(Kej 32:29). Asal tradisi ini agak kabut, akan tetapi dalam konteks tjerita mentjerminkan pertentangan batin Jakub. Disini Jakub berhasil membebaskan diri dari rasa takut dan mendjadi kuat djustru karena ia menjerahkan diri dengan kepertjajaan seutuhnja kepada Tuhan. Begitulah ia mendjadi pewaris iman-kepertjajaan Ibrahim, dan mendjadi bapa bangsa Israel. Mungkin djuga tjerita tradisi J jang plastis ini pada pokoknja menggambarkan pengalaman perubahan batin seperti terbatja dalam ajat 10-14(Kej 32:10-14). Disana pula Jakub mengungsi kepada Tuhan,dan terkenang akan panggilannja dan djandji-djandji Tuhan (ajat 13)(Kej 32:13). Ditjeritakan peristiwa pada malam jang sama (lihat ajat 14(Kej 32:14) dan Kej 32:23), pun jang terdjadi ditepi sungai, jang disana disebut sungai Jarden (ajat 11)(Kej 32:11). Tetapi tjara menggambarkannja lebih abstrak: pertentangan batin dan tobat terdjadi dalam doa. Disamping itu terdapat perubahan nama seperti difasal #TB Kej 35:9-10, ditjeritakan menurut tradisi P. Mungkin pengarang menghubungkan Jabbok dengan nama "Jakob". |
(0.088982777777778) | (Kel 3:14) |
(ende) Tuhan mewahjukan hakekatNja dengan kata-kata: "Aku adalah: Aku ada". Banjak kemungkinan ini berarti: tjiri Tuhan jang chas ialah: bahwa Ia tetap jang sama, selalu hadir, selalu bertindak dan melindungi, sehingga dalam keadaan apapun djuga orang dapat pertjaja akan ditolong olehNja (bandingkan ajat 12(Kej 3:12): "Aku akan menjertai engkau!"). Maka dari itu Musa harus berkata kepada umat: "Aku ada" telah mengutusku kepadamu. Karena pertjaja, bahwa Tuhan senantiasa hadir siap untuk menolong, maka bangsa Israel akan berani mengikuti Musa dalam perdjalanannja penuh berbahaja mengungsi dari Mesir (Lihat: Yes 52:3-6; Kel 33:12-19). Mungkin pula nama ini mengandung perbedaan Jahwe dari dewa-dewa para bangsa lainnja, jang "tidak ada", jakni tidak berkuasa, dan tidak lajak dipertjajai. Kekuasaan Jahwe tidak terikat pada tempat tertentu, sedangkan menurut anggapan kapir kekuasaan para dewa lainnja terbatas pada wilajah masing-masing (Lihat Mik 4:5; Yes 43:10-12). Hakekat Tuhan ini tertjantumkan dalam nama "Jahwe", jang dalam hubungan ini berarti: "Ia tetap hadir", dari kata "hajah" = berada. Nama ini djuga terdapat dalam bentuk "Jah" atau "Jahu", terutama dalam madjemuk-madjemuk dan nama-nama (mis: allelu-jah; Jesa-jah (u); Zakar-jah, dsb.; bandingkan Yes 43:10 dan Yes 52:6; "'ani hu", jang ada pula sangkut-pautnja dengan "Jahu" atau "Jahwe"). Mungkin djuga nama ini sudah ada sebelum Musa (Lihat Kej 4:26). Tetapi karena penampakkan kepada Musa ini maka bagi umat terpilih lalu memperoleh maksud jang baru sama sekali. Allah para Bapa Bangsa kini lagi mengundjungi bangsaNja, dan memulai tahap baru dalam karja KeselamatanNja. selandjutnja nama ini akan dihubungkan dengan pembebasan dari Mesir (Lihat Hos 12:10; 13:4). Demikian terutama dalam tradisi E. Kiranja sukarlah diterima pendapat, jang menafsirkan "Aku adalah: Aku ada" sebagai penolakan, seakan-akan Tuhan tidak bersedia mewahjukan nama dan hakekatNja, karena amat luhurnja dan tidak mungkin difahami. Sebab penolakan sematjam ini malahan akan mendjauhkan umat Israel daripadaNja. Bahwa "Jahwe" sungguh-sungguh dianggap nama Tuhan sendiri, menundjukkan hakekat Tuhan, terbukti pula dari kenjataan, bahwa kelak-kemudian orang takut-takut mengutjapkan nama ini (perhatikan larangan Kel 20:7). Selaku gantinja orang menggunakan kata "Adonai" = "Tuhan". Nama Tuhan-Penjelamat ini achirnja tertjantum dalam kata "Jesus" (=Jehosjua), artinja: "Jahwe menjelamatkan" atau "Jahwe Penjelamat" (Lihat Fili 2:9 dan kata-kata "Aku adalah" dalam Yoh 4:26; 8:24,28,58; 13:19 dll.). |
(0.088982777777778) | (Kel 19:6) |
(ende) Ajat 5(Kel 19:5) dan Kel 19:6 merumuskan inti Perdjandjian Tuhan dengan umat Israel. Tuhan dari kehendaknja sendiri berkenan memilih Israel mendjadi bangsa jang setjara istimewa menampakkan hadirnja dan karja-karjaNja. karena itu mendjadi umat jang kudus, umat bersifat imamat, jakni tersendirikan untuk beribadat kepada Tuhan, dan mendjadi penghubung antara Tuhan Penjelamat dan bangsa-bangsa lainnja (Yes 61:6; Yer 2:3). Ini setjara sempurna terlaksana dalam Perdjandjian Baru atas dasar hubungan kita dengan Kristus Sang Imam Agung (1Pe 2:9; Wah 1:6). Beberapa tjatatan: 1) Tuhan sendirilah jang memungkinkan Perdjandjian. Itu tidak merupakan persekutuan antara dua fihak jang sederadjat, melainkan rahmat Tuhan. Dialah jang menegakkan dan memberikan Perdjandjian (tradisi P) 2) Perdjandjian ini diadakan dengan bangsa sebagai bangsa dan semua orang jang mendjadi anggotanja. Adapun sebabnja karena Israel djustru mendjadi bangsa berkat iman-kepertjajaannja akan panggilan Tuhan, dan akan keselamatan jang datangnja dari Tuhan (aj. 4)(Kel 19:4). 3) Maka dari itu dasar Perdjandjian ini bukanlah kasih tuhan akan salah suatu golongan nasional, politik atau kebangsaan, jang terpilih dari antara golongan-golongan lain jang setaraf. Wudjud duniawi Israel itu hanjalah rangka konkrit dari kesatuan beriman jang dibentuk oleh Tuhan sendiri, dan jang dengan bebas menerima dan melangsungkan Rantjangan Keselamatan Allah jang diwahjukan kepadanja. 4) Anugerah terpilihnja Israel ini mentjantumkan wadjib penjerahan diri dan ketaatan terhadap ikatan istimewa ini (aj.5)(Kel 19:5). Artinja: tjara hidup jang menampakkan Kesutjian tuhan serta KeadilanNja jang menjelamatkan. Oleh karena itu bersama dengan PerdjandjianNja Tuhan menjampaikan perintah-perintahnja, jang merumuskan KehendakNja mendjadi pedoman-pedoman hidup manusia. (Sumbangan dari fihak manusia ini terutama diutarakan dalam tradisi J). Terutama dari tulisan-tulisan para Nabi djelaslah, bahwa pelaksanaan Perdjandjian bukannja pertama-tama terdiri dari pekerdjaan-pekerdjaan atau prestasi lahir, melainkan dari penjerahan penuh, didjiwai iman-kepertjajaan dan tjintakasih. Adapun sikap itu jang mendjadi dasar hubungan timbal-balik antara Jahwe dan umatNja. Antara hubungan ini seorang bapa kepada puteranja (Mal 3:17), dan dengan persahabatan (Yes 5). Demikian panggilan umat Israel melambungkan dan mempersiapkan panggilan universil jang bersifat rohani seperti jang akan terlaksana dalam Israel jang baru. Perdjandjian, seperti djuga setiap panggilan, adalah Rahmat, suatu realita jang hidup dan berkembang dari masa kemasa menudju kesempurnaannja. |
(0.088982777777778) | (Kel 25:1) |
(ende) Israel tidak hanja merupakan kesatuan juridis dan sosial, tetapi sebagai masjarakat jang beriman tentu sadja djuga bersatu dalam ibadat. Dalam upatjara ibadat jang bersifat umum Israel setjara nampak menghajati hubungannja dengan Jahwe, Tuhan jang hadir. Sekaligus djuga kesatuan kebangsaan tiap-tiap kali diperbaharui dan diperteguh. Upatjara ibadat liturgis bukanlah improvisasi perseorangan, tetapi ibadat bersama jang selaras terhadap Tuhan. Maka dari itu mempunjai peraturan-peraturan dan hukum-hukumnja, serta menggunakan lambang-lambang jang sesuai. Musa sendiri telah menetapkan pedoman-pedoman konkrit untuk ibadat umat Israel dipadangpasir. Ibadat ini berlangsung disekitar kemah Perdjandjian, tempat perhubungan dengan Tuhan. Kemah sutji ini selalu serta dalam perdjalanan, dan mungkin sekali lama berada di Kadesj (Ula 2:14). Tetapi sesudah Sjilo, kemudian dikota Jerusalem dibawah pemerintahan radja Daud, hingga achirnja, pada djaman Salomon, ditempatkan didalam kenisah. Sesudah masa pembuangan kenisah jang telah hantjur dibangun kembali, tetapi Peti Perdjandjian ketika itu tidak ada lagi. Peraturan-peraturan Musa dari abad-keabad mengalami perkembangan dan disesuaikan dengan keadaan-keadaan baru. Dalam fasal-fasal berikutnja peraturan-peraturan berasal dari berbagai tahap dikumpulkan mendjadi satu, dan diolah lagi oleh para pengarang dari golongan imam sesudah pembuangan. Fasal-fasal 25-31(Kel 25:1-31:18) merupakan kesatuan dengan fasal-fasal 35-40(Kel 35:1- 40:38), dan banjak persamaannja dengan kitab Levitika dan Tjatjah-Djiwa. Maksudnja menghubungkan seluruh perkembangannja dengan Musa dan Perdjandjian. Sebab djuga peraturan-peraturan dari masa kemudian bertumbuh daripadanja, dan mempunjai kewibawaan ilahi jang sama dengan peraturan-peraturan pokok tjiptaan Musa sendiri. Upatjara-upatjara ibadat jang kuno ini, dan ketertiban dalam ibadat, menggambarkan iman-kepertjajaan serta djiwa keagamaan bangsa Israel, karena itu merupakan dorongan bagi masjarakat jahudi sesudah pembuangan, dan tetap lajak kita hargai pula. Seperti halnja pada Hukum, begitu pula disini kita menjaksikan dan semakin memahami adanja perkembangan dalam Perwahjuan Tuhan. Ibadat Perdjandjian Lama djuga harus dipandang sebagai pralambang dan persiapan Ibadat Perdjandjian Baru. Tetapi sekarang hubungan dengan Tuhan dan kesatuan umat jang beribadat disempurnakan dalam Kristus. Kristus adalah Kenisah baru (Mat 12:6; Yoh 1:14; 2:19-22; Kol 2:9), tempat pertemuan Tuhan, dan manusia. Kristus Korban persembahan diri kita kepada Tuhan, bukan hanja setjara simbolis, tetapi djuga sesungguh-sungguhnja; korban jang mempersatukan kita mendjadi satu Tubuh, kenisah jang hidup bagi Tuhan (1Ko 6:19; Efe 4:11-16; 1Pe 2:5). |
(0.088982777777778) | (Dan 12:13) |
(ende) Oleh sebab pada achir djaman pasti bangkit kembali akan keselamatan, maka Daniel boleh meninggal dengan tenang hati, meskipun tidak melihat keselamatan terlaksana. |
(0.088982777777778) | (Kej 1:26) |
(full: BERFIRMANLAH ALLAH, "BAIKLAH KITA".
) Nas : Kej 1:26 Ungkapan ini mengandung suatu implikasi awal mengenai Allah tritunggal. Penggunaan bentuk jamak "kita" menunjukkan adanya kejamakan di dalam diri Allah (bd. Mazm 2:7; Yes 48:16). Penyataan mengenai ketritunggalan Allah baru menjadi jelas dalam PB (lihat cat. --> Mat 3:17; lihat cat. --> Mr 1:11). |