(0.20907414814815) | (1Kor 4:6) |
(sh: Raja atau hamba? Tuan atau jongos? (Jumat, 5 September 2003)) Raja atau hamba? Tuan atau jongos?Raja atau hamba? Tuan atau jongos? Ini dapat dijawab dengan melihat siapa saja yang ada dalam lingkaran terdekat seseorang. Manusia cenderung untuk berusaha akrab dengan mereka yang secara sosial sejajar, atau kalau mungkin, lebih tinggi. Biasanya, pertemanan akrab dengan mereka yang secara sosial lebih "rendah", apalagi "sampah", dihindari karena berisiko menjatuhkan pamor. Faktor sosial seperti ini adalah salah satu penyebab konflik yang terjadi antara sebagian jemaat Korintus dengan Paulus. Mereka menganggap Paulus yang kerap menderita (ayat 11-13), punya kelemahan fisik ("lemah", 10; bdk. 2Kor. 12:7), dan menghidupi diri dari pekerjaan yang relatif kasar (ayat 12) itu tidak layak untuk tetap dekat dan melayani Korintus, jemaat yang kaya dalam karunia dan berkat. "Tidakkah akan terasa lucu bila Injil berkat melimpah yang jaya itu diberitakan oleh seorang malang, rendah, lemah dan hina (ayat 9-10)?" Paulus mengkoreksi pandangan yang salah ini dengan ironi yang menyindir: mereka mulia sementara Paulus dan rekan-rekannya hina, dan seterusnya (ayat 8-10). Ironi ini bertujuan menyadarkan jemaat Korintus bahwa manusia yang rohani, menerima Roh Allah, memiliki hikmat-Nya, dan bermegah dalam-Nya, justru adalah manusia yang menjadi hamba. Paulus menunjukkan bahwa dalam penderitaan dirinya dan kawan-kawannya justru lebih dekat kepada keadaan Tuhan (bdk. 9-13 dengan Yes. 53:2b-3). Dalam keadaan seperti yang Paulus alami, justru nyata kebenaran bahwa sungguh- sungguh hikmat dan karya Allah adalah kebodohan bagi dunia (bdk. dengan 1:26-29). Karena itu, seperti pada Paulus, panggilan agar kita hidup menjadi orang-orang kudus (ayat 1:2) berarti hidup sedemikian rupa sebagai seorang hamba dengan konsekuensi dianggap bodoh serta hina oleh dunia. Renungkan: Anda juga tidak dapat melayani dua tuan, Allah dan diri Anda ataupun kepentingan pribadi Anda. Tundukkan diri Anda sebagai hamba, supaya Anda dapat melayani Allah dalam dunia. |
(0.20907414814815) | (1Kor 5:1) |
(sh: Berdukacitalah! (Minggu, 24 Agustus 1997)) Berdukacitalah!Berdukacitalah! Basmi Dosa! Bila dibiarkan, dosa akan seperti ragi yang berpengaruh cepat ke seluruh jemaat. Dosa bukan hanya membinasakan pelakunya tetapi seluruh jemaat juga akan tercemar. Mereka akan terbiasa dengan dosa sehingga akhirnya tidak takut lagi berbuat dosa. Karena itu dosa harus dibenci, orang yang berdosa harus didisiplin. Disiplin yang dijatuhkan kepada orang berdosa itu adalah bukti bahwa jemaat mengasihinya. Disiplin gerejawi dijalankan demi menjaga kekudusan warga jemaat secara pribadi dan seluruh jemaat. Tidak mudah memang menjalankan disiplin, terlebih masa kini, tetapi tindakan itu harus karena penting. Tuhan menghukum bukan untuk menghancurkan tetapi untuk memulihkan dan memurnikan orang yang dikasihi-Nya. Renungkan: Hanya hidup yang tanpa ragi dosa yang bisa mengalami suasana pesta rohani dalam hadirat Allah yang kudus, murni, tanpa cela. Doa: Tuhanku, tolong kami untuk saling memperhatikan dan mengasihi sedemikian rupa hingga kami berani menolak dosa sahabat kami dan membawa mereka balik kepadaMu. |
(0.20907414814815) | (1Kor 8:1) |
(sh: Jangan menjadi batu sandungan (Minggu, 14 September 2003)) Jangan menjadi batu sandunganJangan menjadi batu sandungan. Jemaat menghadapi dilema, di satu pihak mereka tidak boleh makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala, sementara makanan yang ada di pasar umum adalah makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala (bdk. Kis. 15:20,29). Sementara di pihak lain, Paulus mengajarkan: tidak ada sesuatu yang najis dari dirinya sendiri (Roma 14:14). Aturan mana yang harus mereka jalankan? Paulus menekankan bahwa hanya ada satu Allah. Kuasa-kuasa spiritual di balik berhala dan dewa adalah kuasa Iblis. Namun pandangan Paulus ini bertentangan dengan pemahaman yang sudah terlebih dahulu berkembang yang menganggap bahwa berhala itu benar-benar ada. Keyakinan terhadap berhala telah menodai kesucian hati nurani manusia. Dalam usaha meyakinkan jemaat Korintus, Paulus menyadari bahwa tidak semua jemaat yang dapat menerima pengajarannya karena pengetahuan dan pola pikir yang telah terbentuk untuk mengakui kekuasaan para berhala. Namun, kepada mereka yang mau mendengarkan pengajarannya, Paulus menekankan bahwa kunci untuk tetap percaya pada keesaaan Allah dan menyingkirkan keyakinan bahwa berhala- berhala itu berkuasa adalah tetap pada keyakinan bahwa hanya Yesus Kristus yang telah menjadikan segala sesuatu, dan yang memberi kita hidup (ayat 6). Renungkan: Mempertahankan keyakinan yang benar, tanpa memedulikan hati nurani orang lain yang lemah bukanlah sikap Kristiani yang terpuji, sebaliknya menjadi batu sandungan bagi mereka.
Ulangan 4:1-8; Yakobus 1:19-25; Markus 7:1-8, 14-15, 21-23; Mazmur 15 Lagu KJ 169 |
(0.20907414814815) | (1Kor 9:1) |
(sh: Hak rasul dan pemberitaan Injil (Senin, 15 September 2003)) Hak rasul dan pemberitaan InjilHak rasul dan pemberitaan Injil. Pada masa perkembangan gereja saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa sering sekali kita mendengar rumor tak sedap tentang hamba Tuhan yang memasang tarif dalam pelayanannya. Kalau rumor itu benar, maka para hamba Tuhan harus meneladani Paulus dalam pelayanannya sebagai hamba Tuhan, yang tidak pamrih meskipun ia juga tidak menentang jemaat yang memberi dan hamba Tuhan yang menerima.
Jemaat Korintus menyangsikan kerasulan Paulus karena ia tidak mau
menerima bayaran dari mereka. Pada masa itu, di dunia Yunani-
Romawi, ada banyak guru agama dan filsuf yang menghidupi diri
mereka sendiri dari menerima bayaran, tetapi ada juga yang
menghidupi diri mereka tanpa menerima bayaran, khususnya para
filsuf. Tindakan Paulus menolak bayaran berarti menolak tunduk
pada si pembayar. Hal ini menyebabkan Paulus dihujat. Paulus
membela dirinya dengan mengatakan bahwa kerasulannya itu terbukti
dari buah-buah yang dilihat dan dinikmati oleh jemaat Korintus
(ayat 1, 2). Lebih lanjut, sebagai seorang rasul, Paulus memiliki
sejumlah hak sebagaimana rasul-rasul lainnya (ayat 4,5). Paulus
menyatakan bahwa dirinya berhak menerima bayaran dari jemaat
Korintus dengan berdasarkan: [1] pikiran logis manusia (ayat Namun, Paulus menolak upah mereka karena ia tidak mau menjadi batu sandungan dalam penginjilan. Mengapa? Karena: [1] bagi Paulus pemberitaan Injil adalah tugas; [2] Injil yang dia beritakan memiliki makna lebih penting daripada upah yang berhak diterimanya. Sikap Paulus tersebut semakin menjelaskan kepada kita bahwa upah yang paling penting bagi Paulus adalah upah kebebasan untuk tidak menerima upah demi Injil (ayat 18). Renungkan: Seberapa jauh kita berani mengorbankan hak kita demi Injil dan jiwa-jiwa yang dimenangkan bagi Tuhan? |
(0.20907414814815) | (1Kor 9:19) |
(sh: Hidup baru? Baru hidup! (Selasa, 16 September 2003)) Hidup baru? Baru hidup!Hidup baru? Baru hidup! Banyak orang berpikir bahwa keselamatan menjadi akhir dari segalanya. Maksudnya, setelah mereka memiliki keyakinan akan keselamatan di dalam Kristus, maka selesailah juga seluruh pergumulan hidup mereka. Mereka tinggal menikmati hidup dan menantikan saat kembali ke surga. Namun dalam bagian ini, Paulus menjelaskan bahwa hidup baru bukanlah akhir dari tujuan kita di dunia ini, karena di dalam hidup kita memiliki tugas seperti Paulus, yaitu menyaksikan tentang hidup yang benar untuk memenangkan sebanyak mungkin orang (ayat 19), baik orang Yahudi, orang yang hidup di bawah hukum Taurat dan yang tidak (ayat 20,21), orang yang lemah, dan bagi semua orang (ayat 22). Paulus menggambarkan bahwa hidup baru adalah seperti sebuah pertandingan yang harus dimenangkan oleh orang Kristen yang baru hidup. Kalau dalam menghadapi satu pertandingan, seorang pelari berlatih selama 10 bulan dan membatasi kebebasan serta mendapat suatu peraturan yang ketat, tujuannya adalah memenangkan pertandingan dengan sesama pelari untuk mendapatkan mahkota yang fana (ayat 25). Waktu persiapan kita dalam menghadapi sebuah pertandingan melawan diri kita sendiri (ayat 25,27) adalah seumur hidup kita. Tujuan pertandingan tersebut adalah untuk mendapatkan mahkota yang abadi (ayat 25). Setiap orang yang bernafas pasti meyakini bahwa mereka "hidup". Bukan sekadar hidup, tetapi "hidup" yang sesungguhnya yaitu hidup baru di dalam Kristus. Kita akan merasakan bahwa kita sudah benar- benar hidup. Paulus mengingatkan kepada setiap orang percaya masa kini bahwa hidup baru yang dianugerahkan Kristus kepada kita adalah awal dari kehidupan yang sesungguhnya. Renungkan: Sudahkah Anda melatih dan menguasai diri Anda sedemikian rupa untuk bertanding demi merebut mahkota yang kekal? |
(0.20907414814815) | (2Kor 7:2) |
(sh: Allah menyebabkan dukacita? (Minggu, 13 September 1998)) Allah menyebabkan dukacita?Allah menyebabkan dukacita? Suka mendukakan orang? Paulus tidak sadis, ketika ia bersuka bahwa jemaat Korintus itu mengalami dukacita yang dalam. Paulus bisa diumpamakan seorang ayah yang bersuka melihat teguran atau hajarannya atas kenakalan anaknya menghasilkan penyesalan yang tulus. Anugerah Tuhan tidak boleh diperlakukan secara obralan. Pengampunan Tuhan bagaikan kesembuhan yang hanya terjadi bila orang melalui proses pengobatan yang pedih, sakit, pahit. Dalam pelayanan kita ingin segera melihat orang menyambut janji-janji Allah dengan sukacita. Itu tidak benar. Sukacita sejati karena mengalami pengampunan dan pemulihan dari Allah hanya diterima oleh mereka yang mengalami berbagai aspek pertobatan seperti: kesungguhan yang besar, keinginan berubah, kemarahan terhadap dosa, takut akan Allah, semangat yang benar, mengakui dosa sebagaimana adanya (ayat 11). Renungkan: Kasih sejati tidak lembek, membiarkan orang dalam dosa melainkan tegas menegur, menasihati, menyatakan kesalahan, membimbing dengan kuasa ilahi. |
(0.20907414814815) | (Gal 5:13) |
(sh: Kasih, hukum, dan kebebasan (Kamis, 16 Juni 2005)) Kasih, hukum, dan kebebasanKasih, hukum, dan kebebasan
Kesalahan pertama adalah karena tidak mengerti fungsi hukum Taurat secara tuntas. Karena keselamatan adalah anugerah dan bukan diperoleh dengan menaati hukum Taurat, banyak orang merasa ajaran-ajaran etika di hukum Taurat pun tidak perlu diberlakukan. Akibatnya mereka merasa sah saja melanggar hukum Taurat. Padahal hukum Taurat mengajarkan jalan-jalan yang benar untuk dilakukan anak-anak Tuhan. Tuhan Yesus sudah merangkum hukum Taurat menjadi hukum kasih (ayat 14). Kesalahan kedua adalah karena salah mengerti maksud Tuhan menyelamatkan orang berdosa. Seseorang diselamatkan agar menjalani hidup dalam kasih. Jadi, anak-anak Tuhan dimerdekakan dari perbudakan dosa dan dari kutuk hukum Taurat supaya dapat mempraktikkan kasih ilahi kepada sesamanya. Bagaimana cara mempraktikkan hukum kasih itu dan tidak terjerat kepada keingingan-keingingan daging? Hanya satu cara, yaitu dengan menyerahkan hidup kita dipimpin oleh Roh. Kita harus melawan setiap keinginan daging yang masih mau menguasai kita dengan cara membiarkan Roh Tuhan memimpin hidup kita (ayat 16-18). Orang yang belum diselamatkan berbuat dosa karena memang dibelenggu oleh kuasa dosa. Namun, anak-anak Tuhan hidup mempraktikkan keadilan, kebenaran, dan kekudusan sebagai pernyataan kasih mereka kepada Kristus dan kepada sesama. Bukti kasih mereka kepada Kristus adalah berupa kerelaan diatur dan dipimpin oleh Roh. Bukti kasih mereka kepada sesama adalah menjadi berkat dan teladan hidup beriman bagi sesama. Renungkan: Hanya di dalam kasih karunia kita dimampukan mengasihi dengan tulus. |
(0.20907414814815) | (Ef 1:1) |
(sh: Keselamatan ajaib (Jumat, 31 Oktober 2003)) Keselamatan ajaibKeselamatan ajaib. Ajaibnya keselamatan dari Tuhan, akan kita sadari apabila kita membandingkan keadaan kita di luar Kristus dengan berkat-berkat rohani yang kita dapat dalam keselamatan (ayat 3). Juga apabila kita merenungkan bahwa untuk mewujudkan keselamatan itu, Allah Bapa (ayat 3-6), Putra (ayat 7-12), Roh Kudus (ayat 13-14) mengerjakan karya-karya yang indah, serasi dalam kerjasama demi kita ciptaan-Nya yang telah berontak berdosa terhadap-Nya. Kota Efesus, lazimnya kota besar, pastilah dipenuhi dengan berbagai gaya hidup yang salah. Namun, di kota itu kini keselamatan telah mewujud. Orang percaya yang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dalam kehidupan mereka mengalami keselamatan ajaib. Mereka bukan lagi orang yang hidup sia-sia dalam kecemaran dosa. Mereka diubah Tuhan menjadi orang-orang kudus (ayat 1). Sejak itu, berkat rohani seperti kasih karunia dan damai sejahtera (ayat 2), serta seluruh kepenuhan arti keselamatan (ayat 3) menjadi pengalaman riil mereka. Itulah keajaiban keselamatan yang Tuhan kerjakan dari waktu ke waktu, termasuk yang kini Anda terima dan alami. Bagian ini berbicara tentang sumber keselamatan dan maksud keselamatan. Bapa telah memilih kita (ayat 4), menetapkan kita menjadi anak-anak-Nya (ayat 5). Rencana itu terwujud karena Putra-Nya, Yesus Kristus melakukan karya penyelamatan bagi kita. Itu akan kita renungkan besok. Ajaran tentang rencana keselamatan dan pilihan kekal Allah Bapa ini membuat keselamatan bertumpu pada sesuatu yang pasti dan bukan pada kondisi atau pengalaman kita. Maksud keselamatan adalah agar kita hidup memuliakan Allah. Menerima anugerah Allah yang ajaib ini pasti mendorong kita menaikkan pujian syukur dan menjadikan kehidupan kita suatu kepujian yang serasi dengan kemuliaan dan anugerah-Nya itu. Renungkan: Keajaiban rencana keselamatan Allah dan kurban penyelamatan yang ditanggung-Nya bagi kita, menolong kita agar dapat menghayati keselamatan, mensyukurinya, dan hidup kudus. |
(0.20907414814815) | (Ef 2:11) |
(sh: Keajaiban Allah berlaku universal (Selasa, 4 November 2003)) Keajaiban Allah berlaku universalKeajaiban Allah berlaku universal. Dosa menyebabkan orang melupakan Allah. Akibatnya egoisme, curiga, sombong, dan perseteruan antaretnis menyambangi kehidupan manusia. Dalam keadaan demikian bagaimana mungkin kita dapat bersekutu dengan Allah di dalam hadirat-Nya? Komunitas Allah di sini tidak lagi menunjuk pada etnis Yahudi saja, tetapi juga kepada etnis non Yahudi. Oleh sebab itu Paulus menempatkan etnis non Yahudi sebagai umat yang juga dapat menikmati karya Kristus (ayat 13). Paulus menjelaskan hal ini karena kebanyakan petobat baru di jemaat Efesus berasal dari etnis non Yahudi, dan mereka sungguh mengetahui dan menyadari bahwa program Allah dalam Perjanjian Lama sebagian besar memang hanya melibatkan orang-orang etnis Yahudi. Kondisi ini menimbulkan kesombongan dalam diri orang-orang Yahudi yang selalu berusaha agar orang-orang non Yahudi tidak pernah melupakan hal itu. Bangsa Israel salah besar jika menganggap Allah dan karya-Nya adalah mutlak hak mereka, sebab Allah juga berjanji bahwa Ia akan menciptakan “damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang dekat” (bdk. Yes. 57:19); dan janji itu dipenuhi dalam Yesus Kristus. Melalui peristiwa salib, Yesus Kristus tidak hanya memperdamaikan perseteruan etnis Yahudi dengan etnis non Yahudi, tetapi memperdamaikan keduanya dengan diri-Nya dalam satu tubuh yaitu jemaat (ayat 13-18). Umat yang diperdamaikan itu dilihat sebagai Bait Allah Perjanjian Baru. Penggenap perjanjian Allah itu bukan pada bangunannya tetapi pada persekutuan yang hidup dari anggota keluarga Allah yang didasari oleh pewartaan janji Allah melalui para nabi PL dan kesaksian para rasul tentang Kristus. Renungkan: Di dalam ibadah, pergaulan, dan karya kita, sepatutnyalah nama Tuhan ditinggikan. |
(0.20907414814815) | (Ef 2:13) |
(sh: Apa yang Kristus lakukan bagi kita? (Kamis, 10 Oktober 2002)) Apa yang Kristus lakukan bagi kita?Apa yang Kristus lakukan bagi kita? Sekarang Paulus menjelaskan bagaimana Allah telah mendekatkan mereka dengan-Nya dan menjadikan mereka satu umat. Perseteruan Allah dengan mereka dan antara mereka dengan Israel telah dirubuhkan oleh kurban darah Kristus yang tercurah di kayu salib. Perseteruan telah didamaikan. Kristulah kurban damai perseteruan antara manusia dan Allah dan sesama (ayat 14). Tidak hanya tembok pemisah antara manusia dan Allah yang rubuh, tetapi tembok pemisah antara etnis Yahudi dan etnis-etnis nonYahudi pun dihancurkan. Bagaimana Kristus melakukannya? Paulus menjelaskan tiga hal yang dikerjakan Kristus di kayu salib (ayat 15-16). [1]. Yesus membatalkan hukum Taurat (ayat 15). Selain membatalkan hukum-hukum yang memisahkan Yahudi dan nonYahudi seperti hukum sunat dan makanan halal/haram, Yesus juga membatalkan fungsi Taurat sebagai jalan keselamatan. Tetapi fungsi Taurat sebagai hukum bagi umat Allah tetap berlaku sebagai petunjuk hidup baru. [2]. Tuhan Yesus menciptakan satu umat yang baru (ayat 15). Semua etnis Yahudi atau nonYahudi dipersatukan menjadi satu umat di dalam dan oleh Yesus. Namun ini tidak berarti bahwa Yahudi dan nonYahudi bersatu membentuk etnis ketiga atau hilangnya etnis Yahudi dan nonYahudi. Etnis Yahudi tetap Yahudi, etnis nonYahudi tetap nonYahudi. Yang dibatalkan adalah ketidaksetaraan di hadirat Allah. [3].Yesus mendamaikan etnis Yahudi dan nonYahudi dengan Allah (ayat 16). Sekarang umat yang telah didamaikan Kristus disebut sebagai kawan sewarga (ayat 19), dan anggota kerajaan Allah yang hidup di bawah pimpinan dan hukum-hukum Allah. Umat yang didamaikan ini juga disebut keluarga Allah (ayat 19). Sebagai anggota keluarga Allah secara otomatis, relasi antaretnis pun diungkapkan dengan istilah ‘saudara’. Selanjutnya, umat yang didamaikan itu juga disebut sebagai tempat kediaman Allah (ayat 21-22). Renungkan: Jika ada perintang yang kita biarkan menghalangi penghayatan kita sebagai warga kerajaan Allah, sebagai suatu keluarga Allah, kita sedang menghinakan kurban kematian Kristus. |
(0.20907414814815) | (Ef 4:7) |
(sh: Kesucian umat Allah (Selasa, 15 Oktober 2002)) Kesucian umat AllahKesucian umat Allah. Orang yang percaya pada Yesus harus hidup sesuai dengan panggilannya sebagi umat Allah. Paulus menasihatkan mereka untuk tidak lagi hidup seperti orang yang tidak mengenal Allah (ayat 17). Bagaimanakah hidup orang yang tidak mengenal Allah? Hati mereka yang keras mengakibatkan pikiran sia-sia (ayat 17), pengertian gelap dan kebodohan, serta jauh dari Allah mengakibatkan mereka hidup di bawah murka Allah. Sehingga hidup mereka serba kacau yang nampak dari pikiran yang tumpul. Dikuasai hawa nafsu dan serakah berbuat cemar (ayat 19). Sebagai umat Allah, orang percaya harus hidup suci, karena orang yang percaya Yesus telah belajar mengenal Yesus Kristus, mendengar Kristus dan menerima pengajaran dalam Kristus (ayat 21). Sentralitas Kristus terlihat jelas. Ini berarti orang percaya menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru, setiap hari dibarui dalam roh dan pikiran (ayat 23). Tidak ada artinya menyatakan diri sebagai ciptaan baru namun tabiat dan kebiasaan lama masih terus dilakukan. Semua tabiat lama harus dibuang karena manusia lama sudah dibuang. Sekarang orang percaya harus membuang dusta dan berkata benar (ayat 25). Kebohongan menghancurkan persekutuan umat Allah. Orang percaya harus menguasai diri (ayat 26-27). Boleh marah, tetapi jangan menjadi angkuh, dendam dan benci. Boleh marah, namun jangan dipelihara dan berkembang tidak terkendali. Boleh marah, tetapi saat marah jangan membiarkan iblis mengubah kemarahan menjadi kekerasan dan kebencian. Orang percaya jangan mencuri tetapi bekerja keras dan jujur (ayat 28). Jangan mengambil hak dan milik orang lain. Orang percaya mempergunakan mulut untuk membangun sesama (ayat 29), bukan untuk menghancurkan orang lain (ayat 30). Orang percaya jangan memiliki relasi yang pahit, geram, marah, pertikaian, dan fitnah dengan sesama orang percaya. Sebaliknya, dalam persekutuan umat hendaklah ada keramahan, kasih dan pengampunan (ayat 31-32). Renungkan: Adakah tabiat lama yang harus dibuang hari ini? Mengapa terus memelihara tabiat lama, bila itu berarti menyebabkan kematian? |
(0.20907414814815) | (Ef 4:25) |
(sh: Berani tampil beda (Senin, 10 November 2003)) Berani tampil bedaBerani tampil beda. Jika sekali waktu Anda mengunjungi mal, cobalah untuk mengamati gerak-gerik dan penampilan ABG (Anak Baru Gede). Perhatikan atribut yang dipakai mulai dari baju, pernak-pernik sampai tingkah lakunya. Kita akan menyimpulkan bahwa atribut itu merupakan upaya mereka untuk mempublikasi identitas dirinya dengan harapan orang memahami siapa dirinya. Mereka mencari identitas dengan ikut “tren”. Paulus menginginkan agar jemaat Efesus berani tampil beda dalam kehidupannya. Tujuannya adalah agar mereka menjadi berbeda dengan orang di luar Kristus. Oleh karena itu Paulus memberikan beberapa penekanan, yaitu: [1] moralitas bagi kehidupan orang Kristen, di antaranya tidak berkata dusta, mampu mengendalikan diri dalam keadaan marah, tidak emosional, dan menjaga tutur kata sehingga tidak berkata kotor (ayat 25-31); [2] landasan kehidupan yang telah diletakkan oleh Kristus, yaitu kasih-Nya yang dalam untuk umat-Nya sehingga Ia rela menyerahkan diri sebagai persembahan kurban yang harum bagi Allah (ayat 5:2). Paulus menegaskan agar jemaat mempraktikkan pola kasih Kristus ini dalam kehidupan mereka, bukan saja sebagai suatu keharusan tetapi juga sebagai tanda atau bentuk keunikan dalam kehidupan Kristen. Di zaman sekarang ini, sulit menemukan orang atau keluarga Kristen yang memiliki pola hidup seperti ini. Artinya, tidak semua orang Kristen dapat mempraktikkan prinsip mengasihi dan mengampuni seperti anjuran Paulus. Akan tetapi jangan kita mengartikan kesulitan itu sama dengan tidak mungkin. Yesus Kristus telah mencontohkan hal tersebut, dan Ia mampu. Karena Kristus telah melakukannya untuk kita, maka hal-hal yang tidak mungkin bagi kebanyakan orang menjadi mungkin bagi kita. Renungkan: Maukah Anda mendasarkan hidup Anda pada semangat untuk saling mengasihi dan saling mengampuni, sehingga keunikan kita nyata dalam dunia ini? |
(0.20907414814815) | (Flp 1:1) |
(sh: Persekutuan dalam penginjilan (Kamis, 20 Mei 2004)) Persekutuan dalam penginjilanPersekutuan dalam penginjilan. Kualitas apa dalam gereja kita membuat kita bersyukur? Karena warganya banyak? Karena gedung dan fasilitasnya megah dan lengkap? Karena programnya OK dan partisipasi jemaatnya tinggi? Apakah ukuran Anda akan kesuksesan sebuah gereja? Perhatikan hal-hal dalam gereja di Filipi yang membuat Paulus bersyukur (ayat 3)! Paulus mengenal gereja itu sebab ia sendiri yang mendirikannya (Kis. 16). Di situ ada anak-anak Tuhan yang setia dan dedikatif seperti Lidia, kepala penjara, dll. Mereka pasti loyal kepada Paulus dan kepada Tuhan. Namun, Paulus mengucap syukur bukan karena keadaan eksternal gereja itu. Apalagi, keadaan eksternal gereja di Filipi juga gereja-gereja di Asia Kecil dan Eropa pada abad-abad permulaan Kristen pasti tidak dapat dibandingkan dengan gereja-gereja di kota-kota besar di Indonesia. Paulus mengucap syukur karena persekutuan warga gereja di Filipi dalam penginjilan dari sejak gereja ini baru berdiri sampai saat Paulus menulis surat ini (ayat 5). Paulus mengucap syukur bukan saja karena mereka berpegang teguh kepada iman mula-mula dan tetap setia bertumbuh dalam iman tersebut, tetapi juga karena semangat mereka untuk terlibat dalam pelayanan rasul Paulus. Pelajaran apa yang dapat kita tarik tentang kemajuan gereja dan kemajuan penginjilan? Pertama, pendiri (pemimpin) gereja selalu memperhatikan gereja ini bahkan saat ia jauh dan tidak dapat hadir bersama mereka. Ia terus bersekutu menaruh gereja itu dalam doa-doanya, bahkan ketika ia sendiri dalam kesusahan dipenjarakan. Kedua, sejak awal gereja itu sudah diarahkan untuk menjadi gereja yang berperan serta melayani dalam berbagai bentuk pelayanan, bukan hanya menerima berkat dan pelayanan. Gereja yang pemimpin dan warganya terfokus melayani Injil Kristus akan menjadi gereja yang sukses di mata Allah. Camkanlah: Jangan menilai gereja sukses bila ukurannya duniawi. Gereja sukses jika setia menginjili dan bertumbuh dalam iman. |
(0.20907414814815) | (Flp 4:1) |
(sh: [kosong] (Selasa, 1 Juni 2004)) [kosong]Bagaimana mungkin sukacita terwujud bila di antara para pelayan Tuhan tidak terdapat kesehatian? Bagaimana mungkin sukacita dapat menjadi pengalaman nyata warga gereja bila di antara mereka masih ada yang terbiasa hidup dalam kekuatiran? Seperti Tuhan Yesus menjelang kematian-Nya berdoa untuk kesehatian para pengikut-Nya, kini Paulus dalam keadaan terpenjara pun mempedulikan keadaan gereja di Filipi. Ketidakserasian hubungan, apalagi itu terjadi di antara para aktivis seperti Euodia dan Sintikhe, adalah hal yang tidak baik dibiarkan. Paulus meminta keduanya bersikap sepadan dengan status mereka sebagai pewaris hidup kekal (ayat 3). Di dalam Kristus semua orang percaya adalah sesama pewaris Kerajaan. Karena itu, ia meminta juga warga jemaat lainnya (Sunsugos berarti sesama pemikul kuk - 3) untuk turut berusaha mendamaikan kedua pelayan Tuhan itu. Hanya gereja yang warganya sehati terdapat kesukaan. Ini juga kondisi yang membuat hamba Tuhan dan Tuhan melihat gereja sebagai sukacita dan mahkota (ayat 1). Berbagai kesulitan seperti yang dialami gereja di Filipi wajar membuat mereka kurang bersukacita. Kekuatiran baik tentang kehidupan pribadi maupun gereja memang bisa membuat kesukaan menjadi sesuatu yang tidak akrab dalam pengalaman Kristen. Tetapi Paulus mengingatkan bahwa sukacita Kristen berasal dari Tuhan (ayat 4). Sebaliknya dari membiarkan kondisi sukar mempengaruhi sikap Kristen, Paulus meminta agar Kristen di Filipi secara aktif menyatakan kebaikan hati mereka (ayat 5). Status 'dalam Tuhan' yang menjadi sumber Kristen memiliki sukacita dan damai sejahtera tidak boleh dihayati oleh orang Kristen secara pasif. Hanya bila secara aktif orang Kristen memupuk status tersebut dalam doa, maka relasi dengan Tuhan itu menjadi komunikasi yang hidup dan hangat. Dalam kondisi demikian kekuatiran tak beroleh tempat sebab damai dan sukacita Allah sendiri penuh dalam hati orang percaya (ayat 4-7). Renungkan: Sukacita dan damai tidak tergantung pada kondisi luar tetapi pada keakraban hubungan sesama Kristen dan dengan Tuhan. |
(0.20907414814815) | (Kol 1:9) |
(sh: Doa bagi umat Tuhan (Kamis, 15 April 2004)) Doa bagi umat TuhanDoa bagi umat Tuhan. Mengacu pada bacaan kemarin, jemaat di Kolose beriman kepada Yesus Kristus, mengasihi orang kudus dan mengenal kasih karunia yang sebenarnya. Itu sebabnya mereka berdoa dengan tiada henti. Jemaat Kolose mendapat tempat istimewa di hati mereka. Ini bukti nyata bahwa di dalam diri Paulus ada kasih Kristus. Doa-doa Paulus dalam perikop ini terkonsentrasi pada hal-hal yang bersifat rohani. Pertama, doa untuk pemahaman rohani (ayat 9). Tujuan Paulus memohon hikmat Allah bagi jemaat Kolose adalah untuk menge-tahui kehendak Allah dengan sempurna. Artinya, mereka harus secara matang dan mendalam mengetahui rahasia Injil, mengetahui bagaimana seharusnya hidup sebagai orang beriman pada Yesus Kristus dan mengetahui panggilan Tuhan bagi masing-masing untuk hidup bagi Dia. Kedua, doa untuk ketaatan praktis (ayat 10-12). Dengan mengenal kehendak Tuhan dan melaksanakannya mereka baru dapat hidup berkenan di hati Tuhan. Berkenan di hati Tuhan artinya "menyenangkan Tuhan". Orang yang menyenangkan Tuhan akan menghasilkan buah pekerjaan yang baik, bertumbuh dalam pengenalan Allah dan dikuatkan dengan kuasa Allah. Kuasa Allah telah mematahkan belenggu dosa yang mengikat dan menempatkan kita di dalam terang-Nya. Kita pun ditebus dan menerima pengampunan dosa melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. Ia menebus bukan dengan uang tetapi dengan darah-Nya. Bila kita telah ditebus oleh darah Kristus, bersamaan dengan itu kita diampuni atas dosa-dosa kita serta dibebaskan dari hukuman dosa. Kita menerima penebusan dan pengampunan itu bukan karena kita layak tetapi karena dilayakkan untuk menerima kasih karunia Allah. Bagianku: Mendoakan umat Allah agar dapat mempertahankan iman dan terus bertumbuh dalam pengenalan akan Allah yang sebenarnya. |
(0.20907414814815) | (Kol 4:2) |
(sh: Bersama menjadi instrumen Allah (Sabtu, 24 April 2004)) Bersama menjadi instrumen AllahBersama menjadi instrumen Allah. Di antara orang-orang yang terlibat dalam pelayanan tidak jarang kita menjumpai persaingan yang tidak sehat. Para aktivis Kristen senior seringkali dikeluhkan bersikap menghambat kemajuan mereka yang junior. Tidak demikian teladan yang kita temui dalam diri Paulus. Sebagai seorang hamba Tuhan yang sungguh ingin agar rencana Allah mengalami kemajuan, Paulus mengajukan permintaan dan dorongan yang intinya justru mengundang semua orang percaya di Kolose untuk bersama dengannya menjadi instrumen Allah. Paulus meminta agar warga gereja di Kolose melakukan itu dengan berdoa (ayat 2-4). Bahkan Paulus juga meminta mereka tidak saja bersyukur dan berjaga-jaga dalam doa tetapi juga mendukung Paulus dalam doa mereka. Para pelayan Tuhan ada di garis depan dan seringkali menghadapi ketertutupan, tentangan atau godaan untuk mengurangi keutuhan pesan Injil. Paulus tak segan meminta gereja di Kolose berdoa agar Paulus dimampukan mengatasi rintangan-rintangan tersebut (ayat 3b-4). Paulus ingin tidak saja dirinya menjadi pemberita Injil yang handal. Ia ingin setiap warga gereja pun memiliki kerinduan agar mereka yang masih di luar anugerah beroleh kesempatan mengenal anugerah Allah. Kesempatan itu bisa tercipta melalui pemberitaan Injil, bisa juga melalui perbuatan nyata. Paulus mendorong warga gereja agar cerdas melihat bahwa setiap sikap dan tindakan dapat menjadi instrumen melalui mana orang memandang keajaiban anugerah Allah (ayat 5). Kesaksian hidup akan menjadi lengkap bila diiringi oleh kesaksian kata-kata. Orang beriman perlu mengembangkan dua segi kesaksian ini dengan seimbang: kesaksian hidup dan kesaksian kata (ayat 6). Melalui doa, kesaksian hidup dan kata, orang menjadi instrumen anugerah Allah. Untuk dilakukan: Sesama tubuh Kristus sepatutnya tidak saling jegal atau masa bodoh tetapi saling bergantung dan mendukung menjadi instrumen Allah. |
(0.20907414814815) | (1Tes 3:1) |
(sh: Kekristenan dan penderitaan (Minggu, 26 Oktober 2003)) Kekristenan dan penderitaanKekristenan dan penderitaan. Nampaknya ada hubungan antara kekristenan dan penderitaan. Inilah sebuah kebenaran yang paling tidak disukai oleh orang Kristen. Tetapi, meskipun demikian iman Kristiani dan penderitaan akan sering kali berjalan bergandengan tangan. Paulus telah mengingatkan jemaat Tesalonika bahwa kesusahan akan datang (ayat 3). Sekarang kesusahan sudah datang. Kini, Paulus mencemaskan iman jemaatnya, itu sebabnya ia mengirim Timotius untuk menguatkan dan menasihati mereka (ayat 1-5). Puji Tuhan, Timotius pulang membawa kabar yang sangat menggembirakan, yaitu bahwa iman dan kasih jemaat Tesalonika tidak tergoyahkan oleh penderitaan yang mereka alami (ayat 6). Berita ini sangat menghibur Paulus, yang saat itu sedang mengalami kesulitannya sendiri (ayat 7). Karena itu Paulus memanjatkan doa syukur (ayat 9) dan doa permohonan (ayat 10), agar Tuhan sendiri memelihara mereka dan menambahkan kasih serta iman mereka (ayat 12-13). Seperti jemaat Tesalonika, kita pun akan diterpa penderitaan. Tetapi, ketika penderitaan itu datang menerpa kehidupan anak-anak Tuhan, jangan kita goyah apalagi jatuh. Karena kita memiliki teladan, bukan hanya rasul besar seperti Paulus, tetapi juga jemaat Tesalonika, yang tidak beda jauh daripada kita. Oleh sebab itu tidak ada alasan untuk goyah dan jatuh! Renungkan: Waktu penderitaan melanda hidup kita, ingatlah bahwa Tuhan berdaulat untuk memelihara dan menjaga kita. Kita perlu berdoa untuk iman dan kasih agar bertahan dan menang.
Amsal 3:13-18; Ibrani 4:12-16; Markus 10:17-27; Mazmur 90:1-8,12-17 Lagu: KJ 277 |
(0.20907414814815) | (1Tim 6:11) |
(sh: Menjadi manusia Allah (Kamis, 20 Juni 2002)) Menjadi manusia AllahMenjadi manusia Allah. Ayat 11-16 memberikan semacam inti dari keseluruhan nasihat Paulus kepada Timotius. Dengan penyebutan "manusia Allah" (ayat 11), Paulus menunjukkan bahwa status diri Timotius bukan hanya pemimpin, tetapi juga pemberi teladan di jemaatnya, agar mereka pun dapat mengikutinya menjadi manusia Allah. Karena itu, Timotius harus menjauhi semua hal yang tidak baik, dan sungguh-sungguh berusaha mengejar "keadilan, ibadah, kasih, kesabaran, dan kelembutan" (ayat 11). Sifat-sifat ini harus menjadi bagian dari hidupnya sebagai seorang manusia Allah. Karena itu, di ayat selanjutnya (ayat 12) Paulus mengambil gambaran dari sebuah pertandingan. Ia harus bertanding karena kondisi yang dihadapinya berat. Ia juga harus "merebut hidup yang kekal" (ayat 12), bukan dalam arti mencapai keselamatan hidup kekal dengan usahanya sendiri, tetapi dalam arti menunjukkan bahwa dirinya sungguh -sung guh adalah pemenang dalam pertandingan ini. Caranya adalah dengan menuruti "perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela" (ayat 14a), dan dengan memelihara apa yang telah dipercayakan kepadanya, baik pelayanannya maupun orang-orang yang dilayaninya (ayat 20). Allah dan Kristus Yesus menjadi saksi Timotius (ayat 13), dan pada akhirnya nama Yesus akan dimuliakan sebagai hasil dari perjuangannya (ayat 16). Paulus meminta Timotius untuk mengikuti nasihat ini karena Yesus Kristus adalah "Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan" (ayat 15). Fakta ini cukup kuat untuk menjadi dasar bagi tingkah laku orang Kristen, "Yesus adalah raja atas hidup saya dan tiap bagiannya!" Prinsip itu juga harus berlaku bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Sekali lagi Paulus menasihati agar Timotius memperingatkan para orang kaya agar tidak mengandalkan kekayaan harta mereka dan menjadi tinggi hati, tetapi hanya berharap sepenuhnya kepada Allah saja (ayat 17-19). Perbuatan baik mereka menjadi tanda yang menghidupkan pengharapan mereka. Renungkan: Kristen harus mampu membuktikan bahwa ia adalah manusia Allah, milik Allah dan pemenang pertandingan melalui setiap aspek kehidupannya. |
(0.20907414814815) | (Tit 3:12) |
(sh: Dukungan khusus bagi orang yang dikhususkan (Senin, 1 Oktober 2001)) Dukungan khusus bagi orang yang dikhususkanDukungan khusus bagi orang yang dikhususkan. Minggu yang lampau tatkala membuka kotak surat, saya menemukan sepucuk surat yang dikirim oleh seorang pendeta dari daerah asal saya. Inti surat itu mengharapkan agar saya mencarikan sponsor untuk seorang hamba Tuhan yang mendapat dukungan keuangan terlalu kecil. Saya lalu teringat ketika masih menjadi pengurus badan misi di sebuah gereja, kami juga sering sekali menerima surat dengan inti yang sama. Memang cukup memprihatinkan bahwa ternyata masih terdapat begitu banyak hamba Tuhan yang hidup di bawah garis kemiskinan. Yang menjadi persoalan adalah para hamba Tuhan tidak mungkin mengutarakan kekurangannya kepada jemaat yang dilayani, jika ia tidak mau dikatakan tidak bisa menderita. Persoalan lain yaitu bahwa sebagian jemaat tradisional tidak mengizinkan hamba Tuhan mereka mencari nafkah di luar pelayanannya. Dalam suasana seperti ini tentu saja hamba Tuhan tidak akan berfungsi dengan efektif. Sangat menarik bahwa Paulus mengingatkan Titus agar membina jemaat di Kreta mendukung secara finansial untuk Zenas dan Apolos (ayat 13), agar mereka tidak kekurangan sesuatu apa pun. Jemaat Kreta adalah jemaat yang baru, mereka harus belajar untuk memberikan dukungan bagi pekerjaan Kerajaan Allah. Dengan cara seperti itu kehidupan jemaat ini akan berbuah (ayat 14). Sebetulnya tugas Pemberitaan Kabar Baik (PKB) adalah kewajiban setiap orang percaya. Akan tetapi Tuhan juga memanggil orang-orang khusus yang dikhususkan untuk tugas khusus, yaitu pemberita Injil dan gembala atau pendeta. Pendeta dan penginjil adalah tenaga khusus yang dipanggil untuk melaksanakan tugas-tugas yang tidak dapat dilakukan oleh jemaat. Agar tugas para tenaga khusus ini dapat berjalan dengan lancar, artinya agar tidak melayani sambil menahan lapar atau dibebani oleh masalah-masalah kehidupan sehari-harinya, maka jemaat Tuhan harus belajar (ayat 14) bagaimana memberikan dukungan kepada mereka dengan layak. Dengan demikian tugas dan pekerjaan Kerajaan Allah berjalan dengan lancar. Renungkan: Dukungan finansial terhadap hamba Tuhan juga berarti dukungan terhadap pekerjaan Kerajaan Allah. Sudahkah Anda terlibat di dalamnya? Sudah layakkah kehidupan hamba Tuhan di gereja Anda? PENGANTAR KITAB MAZMUR 56-81 ============================ Mazmur 56-57: Daud tetap percaya kepada Allah walau musuh menghadang karena kasih dan setia-Nya telah teruji. Mazmur 58: Permohonan kepada Allah agar Ia mau menindak para hakim yang tidak adil. Mazmur 59: Pujian tentang kepercayaan kepada kasih setia Allah yang tidak tergoyahkan. Mazmur 60: Permohonan kepada Allah agar Ia mau menolong dalam peperangan. Mazmur 61: Ratapan karena kelemahang pemazmur sehingga ia mencari kekuatan dari Allah. Mazmur 62: Pujian kepada Allah karena di dalam-Nya Daud menemukan ketenangan. Mazmur 63: Kerinduan Daud kepada Allah yang terpuaskan karena pujian yang ia naikkan kepada-Nya. Mazmur 64: Permohonan perlindungan kepada Allah. Mazmur 65: Pujian karena berkat Allah pada masa panen. Mazmur 66: Pujian ucapan syukur umat Allah. Mazmur 67: Pujian yang dilanjutkan dengan kerinduan agar umat Allah tetap memuji-Nya dan anugerah Allah melimpahi umat-Nya. Mazmur 68: Perayaan kekuatan dan kebaikan Allah yang nyata dalam sejarah kehidupan bangsa Israel. Mazmur 69-70: Permohonan agar Allah mau melepaskan pemazmur dari musuh-musuh dan kesesakannya. Mazmur 71: Kesaksian para orang-tua bersama Allah. Mazmur 72: Pujian untuk mengagungkan sang Mesias. Mazmur 73: Pertanyaan karena kemakmuran orang fasik. Mazmur 74: Permohonan umat Allah dalam bencana. Mazmur 75: Perayaan kemenangan Allah. Mazmur 76: Pujian akan kekuatan Allah. Mazmur 77: Ketenangan dan kelegaan karena mengenang perbuatan Allah di masa lampau. Mazmur 78: Pelajaran dari generasi sebelumnya. Mazmur 79-80: Permohonan agar Allah melakukan pembaharuan. Mazmur 81: Mazmur yang berhubungan erat dengan hari Raya Pondok Daun (Im. 23:33-43; Bil. 16:13-15). |
(0.20907414814815) | (1Ptr 3:1) |
(sh: Jadilah teladan, bukan korban atau tiran (Selasa, 19 Oktober 2004)) Jadilah teladan, bukan korban atau tiranJadilah teladan, bukan korban atau tiran. Nasihat Petrus dalam nas ini tidak asing bagi kita pada masa kini. Ia memberikan sebuah nasihat kepada para istri dan suami. Perintah ini terkesan sesuai dengan kondisi mereka, meski tetap ada prinsip penting untuk zaman ini juga. Menurut hukum Romawi, budak, anak-anak, dan istri harus tunduk kepada pria yang menjadi kepala keluarga (sebagai majikan, ayah, suami). Para budak harus tunduk sampai dibebaskan; anak-anak tunduk sampai dewasa; para istri harus tunduk seumur hidup mereka. Lalu, bagaimana pasangan Kristen menerapkan perintah Petrus ini? Bagaimana seharusnya perbedaan sikap pasangan Kristen dengan pasangan lainnya yang tidak mengenal Tuhan? Pertama, Petrus menyatakan dengan jelas bahwa sikap "tunduk" istri di sini bukanlah suatu sikap yang pasif ataupun suatu mentalitas seorang "korban", melainkan suatu tindakan aktif karena menyatakan kesalehan dan kemurnian hidup sesuai ajaran Tuhan (ayat 1-2). Kedua, dorongan atau kekuatan untuk melaksanakannya bukan berasal dari luar (termasuk hukum Romawi) melainkan dari kuasa Roh Kudus yang telah mengubah hidup mereka dan "melahirkan" pembaruan sikap terhadap pasangan (ayat 3-4). Petrus menutup bagian ini dengan teladan dari Sara, istri Abraham (Kej. 12:5) yang begitu setia dan tunduk kepada suaminya ketika mereka keluar dari tanah kelahirannya menuju tanah yang dijanjikan Tuhan. Sikap Sara ini terjadi karena ia "menaruh pengharapannya kepada Allah" (ayat 5). Hanya dengan cara itulah Sara mampu untuk berbuat baik, bukan karena desakan suami. Demikian juga sebaliknya, Petrus tetap mengingatkan bagaimana seharusnya suami Kristen bersikap terhadap istrinya, sebab hal ini menentukan tanggapan Tuhan terhadap doa suami (ayat 7). Dengan demikian, suami pun harus menjadi teladan bagi istrinya, bukan memanfaatkan kekuasaannya untuk menekan, menjajah dan menghancurkan istri. Jangan menjadi suami yang tiran. Sudahkah kita menjadi teladan dalam hidup keluarga sebagai istri yang tunduk ataupun sebagai suami yang mengasihi istri? Renungkan: Yesus mengasihi kita. Mari lakukan hal yang sama. |