| (0.91013880952381) | (2Tim 2:8) | 
	    					    					(sh: Pusat berita Injil adalah Yesus Kristus (Selasa, 27 Agustus 2002)) Pusat berita Injil adalah Yesus KristusPusat berita Injil adalah Yesus Kristus. Pada perikop ini nampaknya Paulus telah mewaspadai satu hal penting, yaitu Kristus, sang Berita Injil itu dilupakan! Hal ini dipaparkan Paulus pada ayat TUHAN+AND+book%3A55&tab=notes" ver="">8, "Ingatlah ini: Yesus Kristus yang telah …." Paulus mengingatkan Timotius bahwa pusat pemberitaannya dalam pelayanan meneruskan tongkat estafet berita Injil adalah Kristus. Dia yang telah berinkarnasi, mati, dan bangkit untuk orang percaya harus terus didengungkan karya dan keberadaan-Nya kepada semua orang. Memang untuk semua ini ada konsekuensi atau harga yang harus dibayar, yaitu rela berkorban dan rela menderita. Paulus mencontohkan pengalaman hidupnya yang mengalami penderitaan karena terus menjadikan Kristus pusat pelayanan dan pemberitaannya (ayat 9-10). Tetapi, semua penderitaan itu tidak mampu menghalangi semangat Paulus memberitakan Injil karena dia percaya bahwa Kristus mendampinginya (bdk. TUHAN+AND+book%3A55&tab=notes" ver="">4:16-17). Justru dalam penderitaan tersebut ia tidak hanya semakin menyadari arti dipilih sebagai umat pilihan, tetapi juga arti bersatu bersama Kristus. Paulus meyakini satu hal: yaitu bahwa orang-orang yang menjadi sasaran berita Injil itu diselamatkan oleh Kristus. Suatu keyakinan yang luar biasa, yang seharusnya juga dapat menjadi keyakinan semua orang percaya. Banyak Kristen masa kini, termasuk para hamba Tuhan, tidak memiliki keyakinan seperti yang Paulus miliki. Pertama, mereka memberitakan tentang Kristus, tetapi sikap hidup dan kepribadiannya tidak mencerminkan kehadiran Kristus. Kedua, merasa memiliki kemampuan berkhotbah dan mengumpulkan massa sehingga akhirnya pemberitaan Injil tidak lagi berpusat pada Kristus, tetapi berpusat pada diri sendiri. Kesombongan dan kebanggaan diri menutup rapat-rapat untuk Kristus dinyatakan. Ketiga, mengklaim diri orang percaya, tetapi tidak memiliki keberanian untuk meneruskan tongkat estafet berita Injil karena takut mengalami penderitaan. Kristus yang telah berinkarnasi, mati, dan bangkit bagi umat-Nya itu telah dilupakan. Renungkan: Jika keadaan ini yang terjadi jangan mengklaim diri sebagai pemegang tongkat estafet berita Injil!  | 
	    		
| (0.91013880952381) | (2Tim 4:9) | 
	    					    					(sh: Berani..... minta tolong?! (Senin, 2 September 2002)) Berani..... minta tolong?!Berani..... minta tolong?! Pemberani. Itulah salah satu gambaran ideal yang harus ditampakkan oleh seorang pelayan Tuhan. Sifat lain yang sering dianggap “semarga” dengan keberanian adalah kemandirian, dan siap untuk memberikan pertolongan pada saat dibutuhkan. Sifat-sifat inilah yang justru tidak ditonjolkan Paulus kali ini. Mengapa demikian? Ada cukup banyak alasan. Beberapa sahabat terdekat Paulus Seperti Timotius sendiri, Kreskes, Titus, dan lainnya,tidak sedang bersama dengannya. Juga Tikhikus, karena Paulus sendiri yang telah mengutusnya pergi. Selain itu, juga Demas yang telah membelot serta meninggalkan Paulus, bersama dengan orang-orang lain yang telah “meninggalkan aku” pada saat pembelaannya yang pertama di pengadilan (ayat 16). Semua ini dilengkapi dengan kehadiran Aleksander, yang banyak berbuat jahat. Karena itu Paulus berani meminta tolong, terutama kepada Timotius, dan, secara tidak langsung, kepada Markus. Permintaan tolong ini merupakan pengakuan Paulus tentang ketidakberdayaan dirinya yang membutuhkan bantuan saudara-saudara yang lain. Berani mengakui kebutuhan penting dalam pertumbuhan iman. Kerendahan hati ini melahirkan pengakuan, bahwa hanya Allah yang sanggup bertindak adil terhadap yang jahat (ayat 14), dan yang sanggup mendampingi, menguatkan, dan menjagainya. Paulus, rasul yang dikenal tegar iman dan berkepribadian matang, bukanlah manusia super, yang selain terus mengandalkan pertolongan dan pemeliharaan Allah, juga selalu dapat mengatasi permasalahannya sendiri. Pauluspun ternyata membutuhkan Dukungan moril dari teman-temannya. Tindakan Paulus ini membukakan kepada kita tentang dua hal. Pertama, fungsi teman atau sahabat dalam persekutuan adalah saling menghibur, menguatkan, dan berbagi suka maupun duka. Kedua, hanya sahabat sejati yang memiliki kepekaan untuk bertindak memberikan pertolongan. Renungkan: Kadang mengakui kesulitan dalam pertumbuhan kerohanian kita berarti kesempatan untuk meminta tolong. Sebaliknya, sering keengganan kita untuk meminta tolong adalah awal dari keangkuhan dan kebebalan, yang bermuara pada kejatuhan.  | 
	    		
| (0.90799365079365) | (2Tim 4:3) | 
	    					    					(full: ORANG TIDAK DAPAT LAGI MENERIMA AJARAN SEHAT.
)  Nas : 2Tim 4:3-4 Sepanjang sejarah gereja selalu ada orang yang tidak mau mengasihi ajaran sehat, namun ketika akhir zaman makin dekat, keadaan akan makin parah (bd. 2Tim 3:1-5; 1Tim 4:1). 
  | 
	    		

