Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 21 - 32 dari 32 ayat untuk depannya [Pencarian Tepat] (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.2059477826087) (Ams 24:1) (sh: Orang jahat dan orang benar (Minggu, 29 Oktober 2000))
Orang jahat dan orang benar

Orang jahat dan orang benar. Pengertian orang jahat bukan hanya orang yang merampok, membunuh, memperkosa, membuat kerusuhan, dlsb. Bagaimana dengan seorang yang menipu temannya dengan licik sampai mengalami kemelaratan? Bagaimana dengan seorang manager yang sedang meniti jenjang karier dan tak segan-segan menyingkirkan rekan saingannya? Bagaimana pula dengan seorang jutawan yang menindas hak-hak orang lemah demi ambisinya? Dan bagaimana bila ada seorang yang memutarbalikkan keadilan demi kepentingan golongan atau pribadinya? Apakah mereka dapat disebut orang benar?!

Ketika melihat kemakmuran dan kegemilangan hidup mereka, tak jarang muncul perasaan menggelitik: "Mengapa hidup mereka lebih baik dari saya yang senantiasa hidup benar di hadapan Tuhan?" Kekayaan mereka terus bertambah, kecongkakan semakin tinggi, dan mereka semakin memiliki percaya diri sebagai sumber keberhasilan. Melihat kesuksesan dan kejayaan mereka seringkali kita menjadi iri hati dan tidak puas. Tetapi bila kita melihat kesudahan mereka, barulah kita mengerti bagaimana keadilan dan kedaulatan Tuhan dinyatakan (19-20). Memikirkan kesudahan mereka akan menguatkan orang benar untuk tetap setia dalam kebenaran dan kekudusan di hadapan Tuhan. Orang benar memiliki ketahanan dan semangat jauh melebihi orang fasik, walaupun jatuh berapa kali akan tetap bangkit dan muncul sebagai pemenang (16).

Orang benar harus hidup berhikmat: merencanakan segala sesuatunya dengan baik dan mendengarkan nasihat orang lain. Dengan hikmatnya ia mengerti bagaimana mengisi hidupnya dan mempersiapkan masa

depannya (14). Hanya orang bodoh yang mengabaikan hikmat karena menganggapnya tidak penting dalam hidupnya (7).

Renungkan: Sudahkah kebenaran orang benar di atas ini menjadi realita dalam hidup Anda sebagai orang benar dalam menghadapi berbagai tantangan hidup?

Bacaan untuk Minggu ke-20 sesudah Pentakosta Yesaya 5:1-7 Filipi 4:4-9 Matius 21:33-43 Mazmur 80:7-15, 18-19 Lagu: Kidung Jemaat 376

(0.2059477826087) (Pkh 7:1) (sh: Hikmat yang benar (Selasa, 5 Oktober 2004))
Hikmat yang benar

Hikmat yang benar. Abraham Lincoln harus melewati banyak kegagalan dan penderitaan sebelum akhirnya ia terpilih menjadi presiden Amerika Serikat ke-16. Bahkan ketika ia menjadi presiden, Amerika terancam perpecahan nasional dan berakhir dengan perang saudara. Meski demikian, di bawah pemerintahan Abraham Lincoln, Amerika berhasil disatukan kembali dan kini ia pun dikenang sebagai salah satu presiden Amerika terbaik.

Hikmat yang benar tidak tumbuh begitu saja dari pengetahuan manusia ataupun dari pembelajaran ilmu pengetahuan. Melainkan, hikmat yang benar muncul dari pengenalan secara pribadi manusia dengan Tuhan. Dalam kitab Pengkhotbah siapa saja yang memiliki hikmat yang benar ini diibaratkan seperti memperoleh harta warisan yang akan menjamin masa depannya (ayat 11). Manfaat hikmat yang benar menurut nas ini adalah: memampukan kita untuk mengerti persoalan kehidupan (ayat 10,12b), dan memberikan kita kesanggupan bagaikan kekuatan sepuluh penguasa kota (ayat 19). Meskipun demikian kita perlu belajar membedakan antara hikmat yang benar dan hikmat yang salah. Hikmat yang salah menyebabkan pemiliknya bersandiwara dalam kekehidupannya sehari-hari dan bertindak berlebihan dalam menangani suatu persoalan seolah-olah ia adalah seorang yang bijaksana. Akan tetapi segala perbuatannya itu justru menghasilkan kemalangan baginya dan bagi orang lain (ayat 15-17).

Pemimpin bangsa, tokoh agama, bahkan kita semua memerlukan hikmat yang benar. Seorang pemimpin memerlukannya untuk mengambil berbagai keputusan yang berpengaruh pada negara yang dipimpinnya. Sedangkan bagi tokoh agama hikmat ini dibutuhkan untuk menerangkan firman Tuhan bagi umat. Sebab, penafsiran firman Tuhan yang keliru mengakibatkan kehancuran terhadap pengikutnya dan mengganggu kerukunan umat beragama di Indonesia. Sementara itu, bagi kita hikmat yang benar diperlukan agar kita dapat mengerti kehendak Tuhan bagi hidup ini.

Renungkan: Hidup tanpa hikmat yang benar menyebabkan kerugian yang tak perlu.

(0.2059477826087) (Pkh 8:2) (sh: Keadilan Pasti Ditegakan (Senin, 5 Desember 2016))
Keadilan Pasti Ditegakan

Salah satu penyebab mengapa banyak orang berbuat jahat adalah kesabaran Allah yang tidak langsung menghukum semua kejahatan dalam dunia. Hal ini membuat sebagian besar orang berasumsi bahwa melakukan kejahatan tidak ada ruginya, bahkan menguntungkan karena hasilnya menyenangkan.

Pengkhotbah mengatakan, "oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat" (11). Di sini, Pengkhotbah mengerti walaupun orang fasik dapat menghindarkan diri dari hukuman, bahkan mereka "seratus kali hidup lama, " yaitu dapat menikmat hidup yang lama dalam kemakmuran. Pada akhirnya "orang yang takut akan Allah beroleh kebahagiaan, sebab mereka takut terhadap hadirat-Nya" (12). Sebaliknya, orang fasik tidak akan beroleh kebahagiaan dan tidak panjang umur karena ia tidak takut terhadap hadirat Allah (13).

Mengapa dikatakan orang fasik "seratus kali hidup lama" (12), tetapi juga "ia tidak akan panjang umur" (13)? Secara harfiah dikatakan orang berdosa "melakukan kejahatan seratus kali dan memperpanjang baginya" (12), tetapi "ia tidak akan memperpanjang hari-harinya" (13). Di sini, ada kesengajaan dalam permainan kata "memperpanjang." Maksudnya, sepertinya orang fasik memperpanjang kejahatannya, namun tidak demikian. Sebab, Allah tidak akan memperpanjang hari-harinya. Mungkin ini menunjukkan pada akhirnya orang fasik tidak dapat memperpanjang kejahatannya karena harus menerima penghakiman Allah.

Ketika melihat fakta bahwa orang fasik hidup makmur dalam kejahatannya, sering kali kita dibuat iri hati (Mzm. 73). Namun, kita patut menyadari bahwa untuk sementara waktu seolah-olah Allah membiarkan mereka. Suatu saat, mereka akan diadili dan dihakimi Allah. Karena itu, jangan ikut serta melakukan kejahatan hanya karena kefasikan seseorang tidak secara langsung mendapat hukuman dari Allah. Percayalah bahwa Allah itu adil. Pada akhirnya, Ia akan menegakkan keadilan-Nya. [IT]

(0.2059477826087) (Yl 2:1) (sh: Hari Tuhan (Senin, 10 Desember 2012))
Hari Tuhan

Judul: Hari Tuhan
"Hari ini, hari Tuhan", itulah lirik satu nyanyian rohani dengan nada riang. Sukacita yang terdengar dari nadanya selaras dengan pesan yang hendak disampaikan. Namun berapa banyak dari antara kita yang menyadari bahwa tema "hari Tuhan" mempunyai asal-usul yang menggentarkan hati? Dalam bacaan ini, hari itu digambarkan sebagai hari yang hebat dan dahsyat, diliputi gelap gulita dan kelam kabut (2, 11; bdk. Yl. 1:15).

Yoel bukan nabi pertama yang menggunakan gambaran hari Tuhan. Yesaya dan Yehezkiel juga memberitakan tentang hari itu (Yes. 13:6-22; Yeh. 30:2, 3). Malapetaka dan kehancuran yang dikaitkan dengan hari itu semula ditujukan kepada bangsa-bangsa asing (goyim) yang menjadi musuh umat Tuhan. Namun, mulai dari pemberitaan nabi Amos, murka dan penghukuman Ilahi ini ditujukan pula kepada umat Tuhan sendiri (Am. 5:18-20).

Dengan tiupan sangkalala yang biasa dibunyikan sebagai tanda bahaya (1), mendekatnya hari Tuhan dimaklumkan. Yoel memberitakan serbuan pasukan belalang sebagai gambaran awal tentang dahsyatnya hari itu. Barisan mereka dibandingkan dengan pasukan berkuda yang menyerbu ke dalam kota, memanjati tembok-tembok, dan membuat bangsa-bangsa gemetar (5-6, 9). Efek serangan mereka bahkan membuat bumi gemetar, dan benda-benda langit kehilangan cahayanya (10). Gerombolan belalang yang menutupi permukaan bumi dan dihamburkan oleh tiupan angin gurun yang dahsyat dilukiskan sebagai gerhana yang mencekam. Sungguh luar biasa, makhluk-makhluk kecil ini dilihat sebagai pasukan Tuhan, bahkan pelaksana firman-Nya (11)!

Pemberitaan Yoel mengajak kita merenungkan peristiwa lain yang melampaui zamannya: Akhir Zaman. Dunia kini akan berakhir, didahului dengan berbagai petaka yang dapat membuat kita bergidik. Namun, bagi orang yang melihat dengan mata iman, di balik bencana sedahsyat "gerhana belalang" pun, ada Dia yang "memperdengarkan suara-Nya" di depan pasukan-Nya. Dia yang menentukan perjalanan sejarah dan kepada Dialah mestinya pandangan dan harapan kita tertuju sampai akhirnya.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2012/12/10/

(0.2059477826087) (Luk 19:28) (sh: Tangisilah dirimu (Rabu, 18 Maret 2015))
Tangisilah dirimu

Judul: Tangisilah dirimu
Seorang profesor Inggris, Michael Trimble, yang mengajar neurologi meniliti misteri antara hubungan menangis dan air mata. Dalam bukunya yang berjudul "Why Humans Like to Cry", mengatakan semua spesies dapat meneteskan air mata. Namun, manusia adalah satu-satunya spesies yang meneteskan air mata dan menangis saat menanggapi suatu keadaan emosional tertentu. Bagi Trimble, air mata tidak hanya berfungsi sebagai pelumas mata saja, tetapi juga sebagai simbol dalam berkomunikasi secara emosi. Bila manusia dapat menangis, demikian juga dengan Allah.

Bagi Yesus, kepergian ke Yerusalem memasuki babak akhir misi Allah di dunia. Dia meminta beberapa murid-Nya ke rumah penduduk untuk mengambil keledai muda, yang tidak pernah ditunggangi orang. Dia akan memakai keledai itu sebagai simbol, bahwa diri-Nya adalah Mesias yang dinubuatkan bagi bangsa Israel (28-36). Bagi orang-orang Yahudi, pergi ke Yerusalem merupakan suatu sukacita yang besar. Mereka mengunjungi Bait Suci untuk memberi persembahan kepada Allah. Bagi para murid Yesus, pergi ke Yerusalem adalah jalan kemuliaan. Mereka merasa sedang mengiringi seorang raja yang akan memulihkan takhta Daud. Di sepanjang perjalanan, para murid bergembira, berteriak, dan memuji Allah (37-40).

Namun siapakah yang tahu akan kepedihan hati Yesus, ketika dia melihat Yerusalem dari jauh. Yesus sedih bukan karena dia takut mati syahid. Yesus menangis karena dia melihat kehancuran Yerusalem dan hilangnya kesempatan bagi orang-orang Yahudi untuk diselamatkan. Yerusalem yang seharusnya menjadi kota benteng keselamatan Allah, malahan menjadi benteng pembantaian umat Allah (41-48).Di sini, tangisan dan air mata Yesus adalah bahasa kalbu Allah bagi Yerusalem.

Tangisan tidak hanya muncul dari apa yang kita alami, seperti: ketidakadilan, kedukaan, kebahagiaan, kemarahan, dan lainnya. Tangisan bisa juga datang dari kepekaan hati sanubari akan dosa. Sebab itu, tangisilah dirimu di hadapan Allah, dan bertobatlah sebelum segalanya terlambat.

Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

(0.2059477826087) (Kis 22:30) (sh: Kebangkitan Kristus membuat Kristen berbeda (Senin, 3 Juli 2000))
Kebangkitan Kristus membuat Kristen berbeda

Kebangkitan Kristus membuat Kristen berbeda. Paulus yang telah melalui saat-saat yang sulit dan genting, mengalami kemerosotan fisik dan psikis. Karena itulah ia sempat kehilangan kontrol emosi setelah mendapat tamparan pada mulutnya, sehingga ia membalas tamparan itu dengan kutukan. Pernyataan Paulus (1) adalah hujatan kepada Allah, karena menurut Yudaisme, jika seorang yang mengaku Yahudi namun mengikuti ajaran Yesus, ia adalah seorang pendosa besar di hadapan Allah.

Hanya sesaat Paulus kehilangan kontrol. Begitu menyadari bahwa ia berhadapan dengan Imam Besar, ia pun mengakui kesalahannya. Tindakan ini mempunyai dua implikasi sebab-akibat yang dalam. Pertama, Paulus masih mentaati tradisi Yahudi yang begitu menghormati seorang pemimpin bangsanya. Kedua, ini merupakan penegasan tidak langsung dari Paulus bahwa persengketaan yang terjadi antara dia dan orang-orang Yahudi bukanlah permasalahan tradisi, kebudayaan, ataupun etnis. Ada persoalan yang lebih hakiki. Karena itulah, tanpa membuang waktu, Paulus segera mengungkapkan alasan utama penangkapan dirinya. Paulus hanya melihat bahwa hadirnya 2 partai besar (Farisi dan Saduki) ditambah dengan wakil pemerintah Romawi dalam satu sidang merupakan kesempatan berharga bagi Paulus untuk menyatakan kebenaran fundamental Kekristenan yaitu kebangkitan Kristus yang menjadi dasar bagi kebangkitan orang mati. Sebab Saduki mempunyai pengaruh yang cukup dominan di dalam Mahkamah Agama. Sedangkan Farisi mempunyai suara yang lebih dominan di masyarakat.

Bahkan bagi Paulus kebangkitan Kristus bukan sekadar kebenaran yang ia yakini namun kebenaran yang ia alami sebab kuasa kebangkitan Kristus senantiasa hadir dan menguatkannya. Setelah diselamatkan untuk yang kedua kalinya oleh tentara Romawi, adalah wajar jika dia cemas dan bertanya-tanya tentang masa depannya. Harapan untuk meninggalkan Yerusalem hidup-hidup apalagi kesempatan untuk pergi ke Roma sangat kecil.

Renungkan: Kristen berbeda dengan orang lain bukan karena perbedaan etnis, ras, ataupun latar belakang budaya. Kristen beda karena Yesus dan kuasa kebangkitan-Nya yang senantiasa hadir di dalam kita, apa yang perlu kita takutkan?

(0.17652666666667) (Mzm 37:26) (sh: Jaminan teguh di dalam Tuhan (Selasa, 7 Agustus 2001))
Jaminan teguh di dalam Tuhan

Jaminan teguh di dalam Tuhan. Manusia membutuhkan rasa aman, baik untuk masa sekarang maupun masa depannya, baik di dunia ini maupun di balik kematiannya. Berbagai upaya dilakukannya untuk mendapatkan rasa aman ini, tidak terkecuali untuk motivasinya beragama. Tetapi apakah yang dapat menjadi jaminan yang pasti dan tidak berubah bagi kita untuk mendapatkannya? Terlebih lagi bagi kita yang berupaya untuk hidup dengan benar, tulus, dan jujur, di tengah dunia yang fasik ini, dimana justru orang-orang fasiklah yang nampaknya dapat bertumbuh dengan subur? Daud dalam Mazmur ini mengungkapkan rahasia masa depan orang benar, yang hidup dengan jujur, tulus, dan menyukai damai.

Rahasia jaminan yang teguh ini hanya ditemukan dalam relasi orang benar dengan Tuhan. Relasi ini dapat terpelihara melalui menjauhi kejahatan dan melakukan yang baik (ayat 27), serta menantikan Tuhan dan mengikuti jalan-Nya (ayat 34). Alasan dari langkah- langkah tersebut adalah karena Tuhan itu mencintai keadilan hukum dan tidak meninggalkan orang yang dikasihi-Nya (ayat 28). Dialah yang menjadi tempat perlindungan orang benar pada waktu kesesakan. Ia tidak akan menyerahkan dan membiarkan orang benar yang mengucapkan hikmat, mengatakan keadilan hukum dan memiliki Taurat di dalam hatinya, ke dalam tangan orang fasik, ataupun membiarkannya goyah dan dipersalahkan (ayat 30-33). Dialah yang menyelamatkan, menolong, dan meluputkan orang benar dari tangan orang fasik (ayat 39, 40). Jaminan ini berlaku senantiasa dan selama-lamanya, melintasi hidup dan menembus kematian (ayat 27, 28, 37). Jaminan seperti ini bukanlah milik orang fasik, yang tidak menemukan persekutuan dengan Tuhan. Walaupun mereka nampak bertumbuh mekar seperti pohon aras yang gagah dan sombong, namun akan dibinasakan dan dilenyapkan Tuhan bersama masa depan dan anak cucu mereka (ayat 28, 34, 38). Betapa tragisnya masa depan yang tiada pengharapan karena kesudahannya adalah kebinasaan.

Renungkan: Apakah Anda menyadari bahwa relasi dengan Tuhan yang terwujud dalam sikap menjauhi kejahatan, melakukan yang baik, menantikan dan mengikuti jalan-Nya, merupakan sesuatu yang sangat penting, bahkan terlebih penting dari semua upaya Anda yang lain?

(0.17652666666667) (Mzm 113:1) (sh: Kewajiban memuji (Kamis, 2 Mei 2002))
Kewajiban memuji

Kewajiban memuji. Mazmur ini dibuka dengan suatu seruan kepada semua hamba Tuhan untuk memuji Tuhan pada segala waktu dan tempat. Mengapa? Karena Tuhan mengatasi segala sesuatu: Ia mengatasi waktu: “sekarang dan selamanya” (ayat 2). Ia mengatasi kehidupan: “Dari terbitnya hingga terbenamnya matahari” (ayat 3), yaitu di segala tempat di muka bumi. Ia juga mengatasi ketinggian, yang menyangkut Pemerintahan-Nya: “Ia ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi” (ayat 4). Kemuliaan Allah (ayat 4b) yang bersinar itu menunjuk pada kekuatan Khalik dan Penentu sejarah. Keberadaan-Nya itu menunjukkan betapa Tuhan, Allah Israel itu, Mahatinggi, tak ada yang sebanding dengan Dia (Yes. 40:12-26) dan tak ada Allah selain Dia (Yes. 44:6).

Namun, Allah yang bertakhta dalam ketinggian surgawi bukanlah Allah yang tidak peduli pada keberadaan umat-Nya di bumi. Umat-Nya yang dilecehkan dan diperlakukan tidak semena-mena diangkat dan didudukkan di tempat yang layak. Wujud kepedulian Allah pertama-tama ditujukan kepada orang-orang hina dan miskin, yaitu mereka yang lemah kedudukannya, mereka yang tidak mempunyai keterampilan atau keahlian yang diperlukan masyarakat, mereka yang menganggur dan berkekurangan. Mereka diangkat dan didudukkan di antara para bangsawan. Di tempat itu, masa depan mereka direncanakan, kedudukan mereka diperbarui, dan segala kerinduan mereka dipuaskan (ayat 7-8).

Kedua, Allah peduli terhadap keberadaan wanita mandul yang saat itu dipandang hina dan terkutuk, disakiti hatinya, dianggap tidak berguna. Wanita mandul inilah yang diangkat Tuhan tidak hanya untuk menjadi seorang yang penuh sukacita karena menjadi ibu, tetapi juga masa depannya. Tuhan telah menghapuskan aibnya di depan manusia (bdk. Kej. 30:23; Luk. 1:25). Perbuatan Allah di masa itu, digenapi penuh dalam sikap Yesus terhadap orang berdosa. Tuhan Yesus Kristus memberikan nyawa-Nya agar orang-orang berdosa dan hina terangkat menjadi anak-anak Allah.

Renungkan: Hidup yang memuji Allah mengandung dua aspek yang tak terpisahkan satu dengan lainnya yaitu ibadah kepada Allah dan kepada sesama.

(0.17652666666667) (Ams 20:1) (sh: Manusia memang tidak pernah berbeda (Kamis,10 Agustus 2000))
Manusia memang tidak pernah berbeda

Manusia memang tidak pernah berbeda. Amsal yang ditulis oleh raja Salomo hampir 3000 tahun yang lalu memperingatkan dan membicarakan sikap, perangai, dan hakikat manusia pada zamannya yang ternyata tidak berbeda dengan manusia abad 21. Ia memperingatkan manusia agar tidak dikuasai oleh zat-zat adiktif seperti anggur dan minuman keras karena orang yang dikuasainya akan merugikan masyarakat dan merusak tubuhnya serta menghancurkan masa depannya sendiri (1). Peringatan Salomo ini masih relevan untuk zaman ini karena banyak orang yang sudah dikuasai oleh narkoba, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, dari orang sipil hingga para pejabat, dari pegawai rendahan hingga para eksekutif. Praktek ketidakjujuran dalam perdagangan sama-sama dilakukan oleh penjual dan pembeli (10, 14).

Zaman sekarang praktek semacam itu dilakukan dengan bentuk yang lebih canggih seperti: nilai proyek yang direkayasa demi mengeruk uang rakyat, prosedur tender yang tertutup dan pemenangnya adalah `konco-konco'nya sendiri, monopoli dilakukan terhadap proyek-proyek dan barang-barang penting bagi seluruh rakyat. Itu semua adalah kekejian bagi Tuhan karena menyengsarakan rakyat banyak seperti yang terjadi di negara kita. Kemalasan juga termasuk `penyakit' abadi manusia. Mereka membuang kesempatan yang ada demi kenikmatan sementara padahal ada kebutuhan utama yang harus selalu dipenuhi (4, 13). Zaman sekarang penyakit itu sedikit berbeda. Dahulu, orang malas menjadi miskin. Sekarang miskin menjadi malas. Sebab penanganan secara tuntas untuk memberantas kemiskinan tidak bijak. Selalu ada pihak yang bersedia memberi ikan bukan pancing. Akibatnya tanpa pancing pun mereka dapat makan ikan. Dengan demikian kemalasan dan kemiskinan sama-sama dilanggengkan. Dan yang tidak pernah berubah adalah tidak ada orang setia, tidak ada orang yang bersih hatinya dan tahir dari dosa (7, 9). Semua orang telah berbuat dosa seperti kata Paulus (Rm. 3:23).

Renungkan: Bagaimana Kristen meresponi manusia yang tidak pernah berbeda dari zaman ke zaman? Kita diberi telinga untuk mendengar keluhan, teriakan, dan jeritan mereka minta tolong untuk disembuhkan, dibebaskan, dientaskan, dan diselamatkan, diberi mata untuk melihat bahwa mereka semua sedang antri berbaris menuju kebinasaan kekal (12). Temukanlah mereka!

(0.17652666666667) (Ams 23:17) (sh: Berontak dan anggur, penghancur masa depan (Sabtu, 28 Oktober 2000))
Berontak dan anggur, penghancur masa depan

Berontak dan anggur, penghancur masa depan. Zaman kini semakin sulit kita menemukan anak yang patuh dan hormat pada orang-tua. Berbeda dengan puluhan tahun lalu, dimana seorang anak tak punya hak berpendapat atau menolak kemauan orang-tuanya. Orang-tua memiliki otoritas penuh terhadap anak-anaknya. Sekarang terjadi sebaliknya, orang-tua tidak memiliki keberanian menolak permintaan anaknya sekalipun permintaan tersebut akan mencelakakan jiwa anaknya atau membawa aib buat keluarganya.

Dalam bagian ini penulis Amsal lebih banyak menujukan nasihatnya kepada anak-anak. Anak-anak harus mendengarkan didikan ayahnya dan menghormati ibunya, agar ayah dan ibunya bersukacita karena mereka. Tak ada kebahagiaan lain bagi orang-tua kecuali melihat anak-anaknya hidup benar dan bijak. Namun mengapa terlebih sering dijumpai anak yang mengecewakan orang-tuanya? Mereka memberontak dan memilih jalannya sendiri. Mereka menganggap apa yang mereka pilih lebih modern, lebih asyik, lebih heboh, lebih menantang, dll. Mereka berpendapat bahwa pandangan orang-tua tidak lagi sesuai dengan dunia mereka sekarang. Itulah sebabnya mereka tidak lagi menghargai dan menghormati orang-tua. Padahal pemberontakan adalah penghancur masa depan mereka. Oleh karena itu anak-anak perlu menyadari betapa berharganya didikan orang tua untuk mengetahui jalan yang benar dan tepat bagi mereka. Bila anak-anak hidup takut akan Tuhan maka masa depannya pasti dipimpin Tuhan.

Anggur pun penghancur masa depan seseorang. Warnanya yang menggiurkan dan rasanya yang nikmat menjerumuskan orang-orang ke dalam kenikmatan palsu yang menyesatkan. Sesaat mereka melupakan masalah dan pergumulan hidup, terbuai dalam lamunan kosong tiada isi. Matanya melihat hal-hal yang aneh dan hatinya mengucapkan kata-kata yang kacau (33). Mereka tidak lagi menyadari apa yang terjadi pada dirinya, karena dia sedang menipu dirinya sendiri (34-35). Dalam keadaan seperti ini mereka tidak lagi berpikir sehat dan bekerja dengan baik, karena pikiran dan hati yang mengontrol hidup mereka telah kosong.

Renungkan: Berontak dan anggur adalah bahaya besar bagi generasi muda bangsa kita, karena akan menghancurkan masa depan mereka. Marilah bersama kita perangi keduanya!

(0.17652666666667) (Yoh 20:11) (sh: Arti kebangkitan Yesus (Senin, 1 April 2002))
Arti kebangkitan Yesus

Arti kebangkitan Yesus. Maria Magdalena menangis karena kasihnya kepada Yesus. Saat itu malaikat di depannya dan Yesus sendiri di belakangnya. Baik ucapan malaikat maupun sabda Tuhan Yesus menekankan belas kasih terhadap Maria. Jawaban Maria menunjukkan imannya kepada Yesus meski dalam keterbatasannya ia berpikir Yesus sudah mati. Tetapi, Yesus yang sama tetap adalah “Tuhan” baginya (ayat 13). Semula Yesus dianggapnya salah seorang tukang kebun Yusuf Arimatea (ayat 14-15). Tetapi, begitu Yesus menyebut namanya, segera ia mengenali Yesus dan memanggil-Nya sebagai Guru (ayat 16). Kesedihan betapa pun dalamnya tidak akan selamanya membutakan sebab Maria sungguh adalah domba Yesus yang mengenali suara Gembalanya (Yoh. 10:3-4).

Semula Maria berpikir bahwa sifat hubungannya dengan Yesus akan sama seperti ketika Yesus belum mati. Tetapi, penjelasan Tuhan menandaskan terjadinya perubahan radikal dalam hubungan tersebut yang juga berakibat dalam hubungan mereka dengan Bapa. Pertama, isyarat itu Yesus berikan dalam respons-Nya terhadap sentuhan Maria. Mungkin saat itu Maria memegang lengan Yesus atau bertelut memegang kaki Yesus. Tetapi, Yesus melarangnya untuk terus memegangi-Nya demikian. Yesus mengisyaratkan bahwa Dia harus kembali kepada Bapa ke dalam status kekal-Nya. Maka, Maria tidak bisa menahan-Nya agar tetap di dunia seperti sebelum Ia bangkit. Kini Maria dijadikan utusan (rasul) yang mewartakan kebangkitan Yesus kepada para rasul. Betapa terhormat posisi Maria, menjadi pengantara berita kebangkitan kepada para rasul yang belum tahu atau belum percaya tentang hal itu. Kedua, Yesus menegaskan untuk pertama kalinya ungkapan penting yang bersifat kristologis, yang berakibat secara soteriologis. “Aku akan kembali kepada Bapa-Ku dan Bapamu, Allah-Ku dan Allahmu” (ayat 17). Keunikan hubungan diri-Nya dengan Bapa dan kebangkitan-Nya membuat para pengikut- Nya memiliki hubungan anak-bapa dengan Bapa di surga dan menjadi para saudara Kristus (ayat 17). Ketiga, kenaikan Yesus ke surga juga merupakan sumber sukacita bagi para murid-Nya sebab menyatakan bahwa Ia berhasil memenuhi rencana Bapa dan kemenangan itu dapat mereka cicip dengan hadirnya Roh Kudus (ayat 16:7).

Renungkan: Pengenalan akan Dia yang bangkit berdampak luas atas hidup kita.



TIP #01: Selamat Datang di Antarmuka dan Sistem Belajar Alkitab SABDA™!! [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA