(0.17475880263158) | (Pkh 7:1) |
(sh: Nilai tambah kehidupan (Minggu, 14 Juni 1998)) Nilai tambah kehidupanNilai tambah kehidupan Hikmat manusia terbatas. Hikmat penting dalam hidup sehari-hari kita. Adalah wajar bila orang ingin memilikinya. Bila Anda ingin berhikmat, Anda perlu memperhatikan beberapa pertimbangan Pengkhotbah di sini. Panjang sabarlah, dengan demikian Anda tidak akan bertindak mengikuti emosi, nafsu atau keadaan. Jangan mengidealkan masa lampau sebab dengan demikian Anda tidak hidup maju ke masa depan untuk maju. Namun jangan juga terlalu bergantung kepada hikmat manusia sebab sifatnya terbatas dan relatif seperti uang. Orang bodoh tanpa hikmat bisa kaya, sebaliknya orang berhikmat bisa juga miskin. Jangan ekstrim. Jangan terlalu saleh jangan terlalu jahat. Itu kesimpulan dalam ayat 15-22. Apakah firman Tuhan ini menganjurkan orang untuk hidup biasa-biasa atau asal-asal saja dalam kesalehan? Nasihat ini perlu kita tempatkan dalam konteksnya. Pengkhotbah sedang mengadakan pengamatan dari peristiwa yang dilihatnya terjadi sehari-hari. Kenyataan mengatakan bahwa ada yang mati karena kejahatannya ada pula yang mati karena kebaikannya. Karena tak ada satu orang pun yang bisa baik sempurna, maka paling tepat adalah pas-pasan saja. Ingat itu adalah hasil pengamatan dari peristiwa sehari-hari. Tetapi bukankah kita dipanggil untuk saleh dan berhikmat apa pun resiko nyata yang harus kita hadapi? |
(0.17475880263158) | (Yes 60:1) |
(sh: Menjadi terang di tengah gelap (Rabu, 11 Desember 2013)) Menjadi terang di tengah gelapJudul: Menjadi terang di tengah gelap Yesaya menggambarkan berbagai aspek ketika "kota Tuhan" bangkit dari keterpurukan dan bersinar dengan terang, sementara seluruh dunia diliputi kegelapan. Bagaikan laron-laron yang secara instingtif terbang untuk mencari sumber cahaya, demikian pula bangsa-bangsa akan berduyun-duyun datang untuk mencari Tuhan. Orang-orang dari berbagai suku bangsa, laki-laki maupun perempuan, dari segala golongan, akan datang untuk menyembah Tuhan. Begitu banyak orang yang akan datang sehingga "pintu-pintu gerbang" kota Tuhan itu akan terus dibuka siang dan malam. John Calvin, dalam tafsirannya, menuliskan bahwa ini terjadi karena ada begitu banyak orang yang berbondong-bondong datang untuk menyembah Tuhan sehingga siang hari tidak akan cukup untuk menampung mereka, bahkan siang dan malam pintu itu harus terus terbuka untuk memberi tempat bagi orang-orang yang terus berdatangan tanpa terbendung. Banyak persembahan dibawa umat dari seluruh penjuru dunia untuk pekerjaan Tuhan. Kepada orang Israel yang ingat bahwa Bait Allah ada di Yerusalem dan mengharapkan pemulihan dari Allah, metafora yang digunakan Nabi Yesaya ini dapat mereka pahami dengan sangat gamblang. Bagi kita, Rasul Paulus mengingatkan bahwa kita pun perlu datang kepada Allah untuk dipersatukan di dalam Kristus sebagai bagian dari "bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan" (Ef. 2:21). Sementara kita menantikan kedatangan kembali Tuhan Yesus ke dalam dunia ini, kitalah terang yang Ia tempatkan di tengah dunia yang gelap ini. Maka kita perlu bertanya, apakah kita telah hidup begitu rupa sehingga orang-orang di sekitar kita terpikat oleh terang yang kita pancarkan sehingga mereka datang kepada Kristus? Diskusi renungan ini di Facebook:
|
(0.17475880263158) | (Kis 15:35) |
(sh: Sikap menghadapi konflik (Rabu, 25 Mei 2005)) Sikap menghadapi konflikSikap menghadapi konflik
Konflik antara Paulus dan Barnabas dalam perikop ini terjadi setelah
mereka berjuang bersama mengabarkan Injil kepada bangsa-bangsa
nonyahudi. Persahabatan dan kerjasama mereka dengan dasar kasih
Kristus telah teruji melewati waktu. Namun, mereka tetap
mengalami konflik mengenai perbedaan prinsip menghadapi rekan
sepelayanan yang pernah mundur (lihat 13:13). Akibatnya mereka
berpisah dan mengambil jalannya masing-masing (ayat 15:39).
Sayang, Paulus dan Barnabas tidak mengatasi konflik di antara
mereka dengan baik sebagaimana mereka menyelesaikan permasalahan
di jemaat Antiokhia (ayat 15:22). Meski demikian, Tuhan
mengizinkan hal ini terjadi supaya Injil justru tersebar lebih
luas lagi. Kitab Kisah Para Rasul tidak menceritakan apa yang
terjadi dengan pelayanan Barnabas dan Yohanes Markus kemudian.
Namun, di dalam beberapa surat Paulus kita menemukan Yohanes
Markus kembali melayani bersama dengan Paulus (Kol. 4:10; Apabila konflik terjadi maka yang perlu dilakukan adalah: Pertama, berdoa mohon kepekaan dari Tuhan supaya kita melihat masalah dengan benar. Kedua, jangan menyerang pribadi pihak lawan. Ketiga, libatkan orang yang dewasa rohani untuk menjadi penengah. Keempat, berinisiatiflah untuk menyelesaikan konflik itu. Doaku: Ya Roh Kudus, sucikanlah hatiku agar ketika aku terlibat konflik, motivasiku terdalam adalah tetap untuk menyenangkan Tuhan. |
(0.14979325657895) | (Kis 15:1) | (jerusalem) Peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam bab ini menimbulkan beberapa kesulitan: 1) Kis 15:5-7 mengulang Kis 15:1-2 seolah-olah pengarang melapor dua sebab berbeda-beda yang mengakibatkan pertikaian itu dengan tidak mempertalikan kedua sebab itu satu sama lain; 2) dalam Kis 15:6 orang berkesan bahwa diadakan sebuah sidang lepas dari pimpinan jemaat, sedangkan dalam Kis 15:12,22 perdebatan diadakan di hadapan sidang seluruh jemaat; 3) sidang itu menghasilkan sebuah penetapan mengenai beberapa aturan ketahiran yang perlu dibebankan pada orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen; penetapan itu diserahkan kepada Paulus (Kis 15:22 dst); tetapi kemudian rupanya Yakobus memberitahukan penetapan itu kepada Paulus dan diandaikan bahwa belum diketahuinya, Kis 21:25. Paulus sendiri tidak berkata apa-apa tentang penetapan itu dalam Gal 2:6 (di mana berbicara tentang rapat di Yerusalem itu) atau dalam 1Ko 8-10; Rom 14 (di mana ia memperbincangkan masalah yang serupa); 4) penetapan yang tercantum dalam Kis 15:29 itu dikeluarkan untuk jemaat-jemaat di Siria dan Kilikia, Kis 15:23; hanya Lukas tidak memberitahukan bahwa Paulus mengumumkan penetapan itu waktu melintasi daerah itu, Kis 15:41, sedangkan berkata tentangnya sehubungan dengan kota-kota di Likaonia, Kis 16:4 dan cara bicaranya dalam Kis 15:19-21; 21:25 memberikan kesan bahwa penetapan itu mesti berlaku di mana-mana. Kesulitan-kesulitan tsb dapat diatasi dengan mengandaikan bahwa Lukas mencampuradukkan dua pertikaian yang berlain-lainan dan yang dipecahkan dengan jalan yang berlain-lainan pula (Paulus dalam Gal 2 lebih baik membeda-bedakan) yakni: sebuah pertikaian yang di dalamnya Paulus dan Petrus ikut serta dan yang mengenai soal apakah hukum Taurat mewajibkan orang-orang Yahudi, bdk Gal 2:1-10; dan sebuah pertikaian yang terjadi kemudian dari itu dan yang di dalamnya peranan utama dipegang oleh Yakobus sedangkan Petrus dan Paulus tidak hadir; pertikaian itu mengenai hubungan sosial antara orang-orang Kristen bekas bukan Yahudi, bdk Gal 2:11-14; menurut pandangan Yahudi maka setiap pergaulan dengan orang-orang bukan Yahudi menajiskan, bdk Kis 15:20+. |
(0.14979325657895) | (Yeh 16:1) |
(sh: Melihat diri sendiri dengan rasa malu (Senin, 27 Agustus 2001)) Melihat diri sendiri dengan rasa malu
Melihat diri sendiri dengan rasa malu.
Pasal 16 ini merupakan kisah penuh keharuan tentang anugerah
dan perjanjian Tuhan yang sedemikian agung bagi umat-Nya yang
menjadi tidak peka terhadap keadaan mereka. Alur kisah ini
mengalir dalam beberapa babak: [1] Seorang anak yatim yang karena
belas kasihan raja diangkat menjadi seorang ratu (ayat 1-14); [2]
Seorang ratu yang melacurkan diri dengan kecantikan dan nafsunya
(ayat 15-34); [3] Seorang ratu yang menjadi orang hukuman (ayat
35-43) dan bahan olok-olokan (ayat 44-52); [4] Seorang hukuman
yang sangat memalukan dibanding dengan teman-temannya (ayat Kisah ini merupakan gambaran kegagalan bangsa Israel untuk mempercayai Tuhan dan sebaliknya berupaya dengan kemampuannya sendiri mencari bantuan kepada bangsa-bangsa asing untuk menghadapi krisis politik yang mereka alami. Hal ini merupakan penyelewengan dan ketidaksetiaan di hadapan Tuhan. Di tengah situasi seperti ini firman Tuhan datang kepada Yehezkiel agar ia menyerukan ingatan terhadap masa lalu Israel yang memalukan, sementara mereka tidak lagi menyadari bahwa semua yang dimilikinya tidak lain berasal dari Tuhan (ayat 4-14, 22). Sebagai respons atas anugerah Tuhan yang sedemikian besar, mereka bukannya hidup dengan setia, namun sebaliknya tanpa rasa malu mengikuti nafsu mereka yang di luar akal sehat (ayat 15-22). Inilah gambaran dari kondisi nyata umat Tuhan, yang sedemikian mudah melupakan anugerah yang besar dan mengikuti nafsu yang berada di luar akal sehat. Inilah suatu cerminan yang memalukan bagi kita yang seringkali juga berada dalam kondisi yang sama. Alasan dari seruan firman Tuhan yang memperhadapkan mereka dengan rasa malu ini adalah kesetiaan Tuhan dalam memelihara janji-Nya (ayat 8,60), sehingga melalui rasa malu ini mereka dituntun untuk mengingat serta mengenali siapa diri mereka dan bagaimana kondisi mereka di hadapan Tuhan. Renungkan: Masihkah kita memiliki kesadaran dan kepekaan tentang siapakah diri kita di hadapan kebesaran anugerah Tuhan? Apakah kita secara tidak sadar sedang mengikuti nafsu yang menuntun kita bertindak di luar akal sehat? Bagaimanakah seharusnya kita meresponi seruan Tuhan yang memperhadapkan kita dengan rasa malu? |
(0.14979325657895) | (Yeh 48:1) |
(sh: Pembagian wilayah dalam negeri (Selasa, 4 Desember 2001)) Pembagian wilayah dalam negeriPembagian wilayah dalam negeri. Pasal 48:1-29 menguraikan pembagian negeri perjanjian di antara dua belas suku Israel. Suku Lewi tidak mendapatkan bagian tanah, sesuai perintah Tuhan (ayat 44:28; Bil. 18:20). Untuk mempertahankan jumlah dua belas, suku Yusuf diwakili oleh dua putranya, Efraim dan Manasye, yang masing-masing mendapatkan wilayah tersendiri (ayat 47:13; 48:4,5). Tiap suku memperoleh suatu wilayah horizontal, dengan perbatasan timur dan barat yang sama (ayat 1-7; 23-29). Urutannya, dari utara ke selatan, mengikuti tradisi berdasarkan status ibu mereka (bdk. Kej. 35:23; Bil. 2-3). Suku-suku di ujung utara dan selatan (Dan, Asyer, Naftali, Gad), yang paling jauh dari wilayah kudus, adalah anak-anak Bilha dan Zilpa, pelayan- pelayan Rahel dan Lea. Delapan suku keturunan Lea dan Rahel ditempatkan lebih dekat ke wilayah kudus, empat di utara dan empat di selatan. Suku Yehuda berbatasan dengan wilayah kudus di sebelah utara dan Benyamin di selatan (ayat 8, 22). Pembagian ini merupakan langkah kongkret untuk menyatukan kembali seluruh suku Israel. Wilayah dua belas suku Israel dibagi dua oleh wilayah "persembahan khusus" (bahasa Ibrani teruma; 8-22; bdk. 45:1- 8). Teruma mencakup wilayah kudus (Bait Suci, wilayah imam, wilayah orang Lewi, 10-14) dan wilayah tidak kudus (wilayah kota, wilayah raja, 15-22). "Tidak kudus" (ayat 15) berarti wilayah itu terbuka bagi semua orang, untuk seluruh kaum Israel (ayat 45:6). Wilayah kota dikelilingi oleh tanah lapang (ayat 17), yang akan digunakan sebagai tempat tinggal dan tanah pertanian bagi para pendatang, yang menetap sementara di sana untuk berbakti di Bait Suci. Sisa tanah di timur dan barat kota (ayat 18, 19) menjadi sumber nafkah para pekerja kota, yang berasal dari seluruh suku Israel. Ini berarti bahwa tidak ada suku yang lebih diistimewakan. Setiap orang mempunyai akses yang sama ke Bait Suci. Renungkan: Pembagian wilayah yang sangat rinci ini memperlihatkan bagaimana Allah mengatur kehidupan umat-Nya sedemikian rupa agar mereka menikmati kesejahteraan sejati dalam persekutuan dengan Dia. Harapan ini terwujud dalam Kerajaan Allah yang dibawa Kristus ke dalam dunia. |
(0.14979325657895) | (Kis 18:18) |
(sh: Kekuatan relasi antar manusia di dalam pelayanan (Rabu, 21 Juni 2000)) Kekuatan relasi antar manusia di dalam pelayananKekuatan relasi antar manusia di dalam pelayanan. Relasi antar manusia seharusnya menempati urutan pertama di dalam pelayanan, agar kesatuan dan keutuhan tubuh Kristus dapat terus dipertahankan. Namun harus diakui bahwa ada harga yang harus dibayar seperti kelelahan fisik, kehilangan kesempatan bagi pengembangan pelayanan, atau bahkan kehilangan posisi dalam pelayanan. Paulus, Priskila, dan Akwila adalah model pelayan Kristus yang begitu menghargai dan memelihara relasi antar manusia. Setelah tinggal beberapa hari di Korintus, ia memutuskan untuk pergi ke Siria sesudah mencukur rambutnya. Pencukuran rambut ini menandai bahwa Paulus sudah berhasil memenuhi nazarnya (Bil. 6:5) yaitu menunaikan tugas pelayanan. Yang menarik adalah Paulus tidak langsung mengembangkan pelayanannya walaupun kesempatan jelas terbuka di Efesus (19-21). Kemana Paulus akan pergi? Dikatakan bahwa setelah sampai di Kaisarea, ia naik ke darat dan memberi salam kepada jemaat Yerusalem. Jarak Korintus ke Yerusalem sekitar 900 kilometer, ini ditempuh Paulus hanya untuk memberi salam kepada jemaat dan kemudian pergi lagi ke Antiokhia. Tidakkah ini suatu pemborosan waktu, tenaga, dan biaya? Bagi Paulus tidak. Ia melihat adanya nilai lain yang lebih berharga dari apa pun yang akan didapat dengan melakukan kunjungan ke Yerusalem, karena pada mulanya jemaat Yerusalemlah yang mengutusnya (15:22). Priskila dan Akwila juga memperlihatkan penghargannya atas relasi antar manusia. Mereka bisa saja menjatuhkan Apolos di depan jemaat karena walaupun ia pandai berbicara dan mahir dalam Alkitab, pemahamannya kurang benar. Namun itu tidak mereka lakukan. Sebaliknya mereka mengundang Apolos ke rumah dan menjelaskan pengajaran yang benar. Mereka tidak mau Apolos tersinggung karena direndahkan di depan umum, sehingga relasi antar mereka akan putus. Sebaliknya mereka sangat sensitif di dalam menjaga relasi agar kesatuan tubuh Kristus tetap terpelihara. Dampak yang dihasilkan tidak hanya itu, karena Apolos akhirnya menjadi pekerja yang sangat berguna bagi orang percaya. Renungkan: Itulah kekuatan relasi antar manusia yang dipelihara. Hal-hal apa lagi yang dapat Anda lakukan untuk menghargai relasi antar manusia di dalam gereja atau pelayanan yang Anda lakukan kini? |