Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 381 - 400 dari 467 ayat untuk (68-21) Allah AND book:40 [Pencarian Tepat] (0.004 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.87416582608696) (Mat 16:13) (sh: Antara pendapat dan sikap. (Minggu, 15 Maret 1998))
Antara pendapat dan sikap.

Antara pendapat dan sikap.
Selama perjalanan pelayanan yang Yesus lakukan, pasti muncul dan berkembang berbagai pendapat dan sikap tentang diri dan ajaran-Nya. Bagi-Nya itu wajar. Karena itu untuk lebih jelasnya, Yesus terlebih dahulu menanyakan pendapat dan sikap masyarakat tentang diri-Nya. Tujuan Yesus sebenarnya adalah ingin mengetahui pasti pendapat para murid tentang diri-Nya. Pendapat yang muncul bukan karena pengaruh luar, melainkan pendapat yang keluar karena pengenalan yang benar akan Dia. =F4Menurutmu sendiri, siapakah Aku ini? Mungkinkah Anda Kristen karena mewarisi sikap iman orang tua, kekasih, suami atau isteri. Kini sudah saatnya Anda mengenal Dia secara lebih dekat dan pribadi.

Siapakah Anak Manusia itu? Petrus mengakui dengan sejujurnya bahwa Tuhan Yesus, Mesias, Anak Allah yang hidup=F6! Petrus telah memanfaatkan waktu-waktu bersama Yesus untuk untuk mengenal Tuhan. Tidak semua orang dapat tiba pada kesimpulan yang Petrus ucapkan. Petrus yang keras, punya banyak pengalaman oleh karena usianya, adalah Petrus yang mata hatinya dibukakan oleh Roh Kudus. Roh Kudus melembutkan hati dan mengokohkan pengalaman rohani dan materinya pada satu kesimpulan bahwa Mesias itu sudah datang dan berada bersama-sama manusia (bdk. Yoh. 1:14). Roh Kudus adalah harapan banyak Kristen agar setiap manusia di bumi ini dibukakan hatinya untuk melihat terang di dalam Kristus.

Mengikuti teladan Tuhan. Yesus datang kedunia ini untuk menebus kita dengan jalan kematian-Nya di kayu salib. Ketika itu diberitakan-Nya, Petrus menentang. Tidak dapat diterima oleh akal Petrus bahwa Mesias, Anak Allah yang hidup, akan mati. Petrus tidak menangkap bahwa kematian untuk Tuhan bukan berarti kekalahan atau kegagalan. Kematian-Nya justru menalahkan maut dan dosa.

Renungkan: ikut serta dalam kematian-Nya berarti pula ikut ambil bagian dalam kehidupan-Nya.

(0.87416582608696) (Mat 17:22) (sh: Kewajiban bayar pajak! (Senin, 14 Februari 2005))
Kewajiban bayar pajak!

Kewajiban bayar pajak! Membayar pajak adalah kewajiban setiap warga negara. Pajak digunakan untuk pembangunan dan menjalankan roda pemerintahan. Namun, kalau pajak itu diselewengkan untuk kekayaan pribadi oknum pejabat, bolehkah kita tidak membayar pajak?

Yesus memberikan teladan yang sangat baik. Pelayanan-Nya memang mengkonfrontasikan diri-Nya dengan para pemimpin agama, yang pada akhirnya akan menyalibkan Dia (ayat 22-23). Namun, ketika diperhadapkan pada kewajiban sebagai orang Yahudi untuk membayar pajak bait Allah, Ia tidak menghindar walaupun kewajiban membayar pajak Bait Allah tidak tercantum dalam Hukum Taurat. Peraturan itu diciptakan oleh para pemimpin agama. Yesus tetap membayarnya karena tidak ingin menjadi batu sandungan bagi para pemimpin agama (ayat 27). Ia tidak menjadikan pertentangan dengan para pemimpin agama sebagai alasan untuk tidak menaati peraturan.

Dengan memperlihatkan sikap Yesus di nas ini, Matius menampilkan teladan Yesus supaya para pengikut-Nya tahu bersikap dengan tepat. Pada waktu Matius menulis Injilnya, pemerintah Roma memaksa penduduk Yahudi untuk juga membayar pajak kuil dewa-dewi Romawi. Orang-orang Yahudi menolak dengan keras dan menimbulkan huru-hara. Sikap inilah yang Yesus tidak inginkan ada dalam diri para pengikut-Nya. Jadi, meski mereka tidak setuju dengan keputusan pemerintah, rakyat harus menaati peraturan yang dibuat.

Orang Kristen masa kini memang harus bersikap kritis terhadap kinerja pemerintah, khususnya kalau mereka tidak menjalankan tugasnya dengan jujur. Namun demikian, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak membayar pajak. Sebagaimana teladan Yesus maka membayar pajak adalah tanggung jawab setiap orang Kristen sebagai warga negara yang baik.

Tekadku: Bersaksi bagi Kristus dengan meneladani Dia dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara!

(0.87416582608696) (Mat 19:13) (sh: Bagaimana masuk sorga? (Minggu, 22 Maret 1998))
Bagaimana masuk sorga?

Bagaimana masuk sorga?
Masuk sorga itu berat syaratnya. Hanya seorang yang menjadi seperti anak kecil yang memiliki Kerajaan Sorga. Apa artinya? Seperti seorang anak kecil yang tidak punya apa-apa untuk diandalkan melainkan sepenuhnya bergantung pada kasih sayang orangtua atau orang dewasa lain, demikianlah orang yang ingin masuk sorga harus sepenuhnya bergantung pada kemurahan Allah saja. Perbuatan baik dan kekayaan bisa membuat orang memiliki keyakinan diri yang kuat, rasa terhormat. Sampai di situ tidak salah. Tetapi bila kebaikan dan kekayaan dijadikan modal untuk menuntut hak masuk sorga, jelas salah besar!

Melepas segala sesuatu. Di dalam dunia ini banyak hal dapat diatur atau diperoleh dengan uang. Bahkan kebenaran dan keadilan pun dapat diputarbalikkan hanya karena uang. Kenyataan seperti itu bisa menggoda orang berpikir bahwa keselamatan dan Kerajaan Sorga pun dapat diperoleh dengan uang, atau Tuhan dapat disogok dengan uang. Ketika Tuhan menuntut orang muda yang kaya itu untuk memberikan semua hartanya kepada orang miskin, tidak berarti bahwa sorga dapat dibeli dengan perbuatan baik. Tidak juga berarti bahwa sorga hanya untuk orang miskin. Perintah itu bertujuan menyadarkan dan melepaskan orang itu dati keterikatannya akan harta.

Bukan memperoleh isi dunia. Tiga kali para murid Yesus dikejutkan, dicengangkan Yesus. Masuk sorga adalah mustahil bagi manusia, tetapi tidak bagi karunia Allah. Jika untuk mengikut Yesus dan masuk sorga orang harus kehilangan segala sesuatu, bukankah itu berarti rugi besar? Tidak! Sebaliknya, orang yang menerima karunia hidup kekal dari Tuhan Yesus akan mengalami berkat-berkat dunia ini dalam perspektif dan nilai yang kekal.

Renungkan: Tuntutan Injil sedemikian berat karena Tuhan ingin memberi kita harta dan kebahagiaan sejati di dalam Dia saja.

Doa: Aku ingin beserah penuh padaMu, Tuhan. Ajarku rela melepas segala hal demi Kau menjadi segalanya bagiku.

(0.87416582608696) (Mat 19:13) (sh: Motivasi mengikut Yesus (Jumat, 18 Februari 2005))
Motivasi mengikut Yesus

Motivasi mengikut Yesus. Pada umumnya, orang datang ke gereja dengan kerinduan ingin bertemu Tuhan. Namun, ada juga mereka yang mengikut Tuhan karena kepentingan tertentu.

Terdapat tiga motivasi mengikut Yesus yang tampil di nas ini. Pertama, menganggap diri paling layak mengikut Tuhan, yang diwakili oleh sikap para murid Yesus. Mereka menganggap diri sebagai pengikut-Nya yang paling baik, paling tinggi rohaninya, paling berkuasa, sampai-sampai merasa berhak menentukan siapa yang boleh mendekati Yesus (ayat 13-15). Kedua, menganggap diri paling baik. Ini diwakili oleh seorang muda yang kaya. Pemuda ini merasa dirinya telah menjalankan semua perintah Allah dan mengikuti tata peraturan agama (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">16, 18, 20). Oleh karena itu, ia ini yakin bahwa dia pasti masuk surga. Pertanyaannya kepada Yesus bukan lahir dari ketulusan melainkan pameran kebaikan di hadapan orang lain. Ketiga, merasa paling banyak berkorban, diwakili Petrus. Bukankah harga sudah dibayar, tentu hasil melimpah harus diraup dan dinikmati (ayat 27).

Terhadap motivasi keliru ini Yesus menjawab tegas bahwa Dia melihat hati! Dia mengetahui siapa yang tulus hati seperti anak kecil sehingga beroleh anugerah Kerajaan Surga (ayat 14). Orang yang rendah hati, tidak terikat pada kekayaan adalah orang yang dikaruniai Kerajaan Surga (ayat 21). Sedangkan orang yang telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus, akan mendapatkan dirinya diperkaya dengan keluarga besar Allah (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">28-29). Sebaliknya mereka yang bertahan dalam motivasi keliru, kehilangan semuanya (ayat 30).

Gereja banyak berisikan orang-orang yang bermotivasi keliru dalam mengikut Yesus. Yang dicari bukan kemuliaan Tuhan, tetapi nama, kehormatan, dan keuntungan pribadi. Tuhan mengenal hati setiap anak-Nya. Hanya mereka yang tulus di hadapan-Nya akan menerima kasih karunia menikmati Kerajaan Surga.

Yang kulakukan: Menjaga motivasi diri tetap murni mengikut Tuhan.

(0.87416582608696) (Mat 20:1) (sh: Semua karena anugerah Tuhan (Sabtu, 19 Februari 2005))
Semua karena anugerah Tuhan

Semua karena anugerah Tuhan. Anda tahu lirik lagu Semua Karena Anugerah-Nya? Lirik lagu ini menekankan bahwa kita dipilih, dipanggil, dan dipakai Tuhan bukan karena kebaikan, kepandaian, kekayaan, kecantikan, dan kegagahan melainkan karena anugerah Tuhan.

Perumpamaan di perikop ini menceritakan tentang hubungan kerja antara penggarap kebun anggur dan pemiliknya sebagai gambaran prinsip anugerah Tuhan dalam Kerajaan Surga (ayat 1). Pemilik kebun anggur menjanjikan upah satu dinar per hari bagi penggarapnya dengan hitungan waktu dari matahari terbit sampai terbenam (ayat 2). Penambahan penggarap pada jam 9 pagi, 12 siang, 3 dan 5 sore untuk bekerja di kebun anggur, kemungkinan bukan karena kebun anggur itu terlalu luas untuk ditanami melainkan disebabkan banyaknya orang yang menganggur (ayat 3-8). Belas kasihanlah yang mendasari mengapa pemilik kebun anggur memerintahkan mereka untuk bekerja di kebunnya, bukan pertimbangan kecakapan ataupun pengalaman mereka dalam bekerja. Oleh karena itu, setelah jam kerja usai upah pun dibagikan dengan sistem "pukul rata." Muncullah rasa tidak puas di antara para penggarap kebun angggur, khususnya mereka yang telah bekerja sebelum jam 9 pagi (ayat 9-12). Adilkah perbuatan pemilik kebun anggur itu? Adil! Kepada penggarap yang terdahulu sudah ada kesepakatan upah. Sedangkan kepada penggarap-penggarap yang kemudian, pemilik kebun anggur menyatakan kemurahan hatinya (ayat 13-15). Apa yang Tuhan ingin ajarkan kepada umat-Nya, melalui perumpamaan ini?

Tidak seorang pun yang layak untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga. Hanya oleh anugerah Allah kita dihisabkan ke dalamnya. Oleh karena itu tidak pantas menuntut Allah untuk "membayar" kesetiaan, kerajinan, bahkan buah-buah pelayanan kita seakanakan kita berjasa bagi Dia.

Yang kulakukan: Aku akan menghargai anugerah keselamatan yang diberikan Tuhan itu dengan melayani Tuhan lebih sungguh lagi.

(0.87416582608696) (Mat 21:23) (sh: Maju terus dalam kesesatan (Rabu, 28 Februari 2001))
Maju terus dalam kesesatan

Maju terus dalam kesesatan. Ada seorang musafir yang sedang menempuh perjalannya ke sebuah desa. Beberapa orang telah mengingatkan bahwa jalan yang ditempuhnya adalah jalan menuju sebuah jurang, namun dengan penuh keyakinan diri dia tetap melangkah melewati jalan tersebut. Sama sekali ia tidak menghiraukan nasihat orang-orang, ia maju terus dalam kesesatan. Betapa malangnya ia, karena jurang di depan sedang menantikannya.

Kebebalan hati manusia tercermin dalam sikap tokoh- tokoh agama Yahudi, yakni imam-imam kepala dan tua- tua bangsa Yahudi, yang menanyakan apa hak Yesus membuat mukjizat dan siapa yang memberi-Nya kuasa. Mereka datang kepada Yesus pada saat Ia sedang mengajar di Bait Allah. Seharusnya mereka tidak perlu menanyakan hal ini (ayat 23) bila saja mereka mau mendengarkan pengajaran-Nya dan melihat kuasa-Nya membuat mukjizat. Namun kebebalan hati mereka membuat mereka maju terus melayani pikiran yang menyesatkan.

Tuhan Yesus tidak segera menjawab pertanyaan mereka, tetapi Ia justru mengajukan pertanyaan sebagai syarat jawaban-Nya (ayat 24-25). Yesus tidak dapat dijebak dengan cara apa pun, karena Dialah Allah yang menciptakan pikiran manusia. Mereka kebingungan menjawab pertanyaan Yesus, karena mereka tidak mau mengatakan kebenaran yang akan menjebak mereka untuk mengakui kebenaran perkataan Yohanes tentang siapakah Yesus. Jawaban hasil kesepakatan mereka adalah "tidak tahu", suatu jawaban yang tidak bertanggungjawab dan tidak berkualitas. Inilah akibatnya bila seorang tetap maju dalam kesesatan, dan kebebalan hati memotivasinya untuk tidak mau berbalik arah kepada kebenaran.

Mungkin banyak tokoh Kristen yang maju terus dalam kebenarannya sendiri, karena mempertahankan konsep kebenaran sendiri ke dalam kebenaran firman Tuhan, sehingga yang berotoritas bukan firman Tuhan tetapi kebenaran sendiri. Dapat kita bayangkan betapa berbahayanya bila kita sebagai pemimpin agama mengajar kaum awam, bukan dengan kebenaran firman Tuhan tetapi dengan kebenaran sendiri yang mengatasnamakan cuplikan ayat-ayat firman Tuhan.

Renungkan: Sikap maju terus memang sikap yang baik, tetapi tindakan maju terus membela ketidakbenaran akan menyesatkan diri sendiri dan orang lain.

(0.87416582608696) (Mat 21:28) (sh: Kesadaran rohani (Senin, 4 Maret 2013))
Kesadaran rohani

Judul: Kesadaran rohani
John Newton menyadari bahwa di sepanjang hidupnya ia menerima banyak anugerah Allah. Pada usia 80 tahun, John menjadi pikun. Namun ia berkata, "Tetapi ada dua hal yang saya tidak bisa lupa, bahwa saya adalah pendosa besar, dan bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat yang Besar."

Dari dua perumpamaan, kita akan belajar tentang dua kesadaran rohani yang harus dimiliki saat berhadapan dengan kebesaran anugerah Allah. Pertama, kesadaran bahwa kita dahulu adalah orang-orang yang pernah melawan Tuhan, tetapi kemudian sadar dan menyesali dosa-dosa kita. Sikap pemimpin Yahudi seperti anak sulung yang ketika diperintahkan oleh sang bapak bersikap seolah-olah menaati kehendak bapaknya, tetapi tidak melakukan. Meskipun anak sulung terlihat sopan dan hormat di luar, di dalam hatinya dia tidak hormat. Di sisi lain, Yesus menggambarkan sikap orang-orang berdosa sebagai anak bungsu (32). Ia terlihat kasar, tetapi dia jujur walaupun salah dan akhirnya menyesal/ bertobat. Yesus memperingatkan kita jangan sampai di luar kita terlihat taat melakukan apa yang Tuhan perintahkan, tetapi hati kita jauh dari Tuhan.

Kedua, kesadaran akan betapa berdosanya kita dan betapa tidak terpahaminya kasih Allah kepada kita manusia yang berdosa. Yesus menegur kejahatan yang dilakukan umat Israel dan para pemimpin agama dengan mengambil gambaran tentang penggarap kebun anggur. Para penggarap kebun itu menyiksa dan membunuh hamba-hamba dari pemilik kebun, gambaran dari orang-orang Yahudi yang membunuh nabi-nabi.Mereka juga membunuh anak pemilik kebun, gambaran dari orang-orang Yahudi yang membunuh Yesus (37-38).Yesus sebenarnya sedang mengungkapkan kenyataan yang sepertinya tidak masuk akal, tetapi benar. Yesus sendiri adalah Anak Allah yang dikirim ke dalam dunia yang jahat, tetapi Ia mati disalib oleh karena kejahatan mereka.

Kesadaran rohani akan betapa berdosanya kita dulu dan betapa besarnya anugerah Allah kepada kita, akan memampukan kita hidup di dalam kerendahan hati dan ucapan syukur.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/03/04/

(0.87416582608696) (Mat 21:33) (sh: Dihancurkan atau diperbarui? (Minggu, 27 Februari 2005))
Dihancurkan atau diperbarui?

Dihancurkan atau diperbarui? Peribahasa "sokong membawa rebah" berarti orang yang seharusnya kuat memegang sesuatu aturan, melemahkan aturan itu. Peribahasa ini tepat untuk menggambarkan para penyewa kebun anggur dalam cerita Tuhan Yesus.

Tuan tanah membuka kebun anggur lengkap dengan semua fasilitas yang memadai. Kemudian ia menyewakannya kepada para penyewa untuk merawat dan mengelola kebunnya supaya menghasilkan buah anggur (ayat 33). Menjelang musim panen, si tuan tanah meminta bagiannya (ayat 34). Akan tetapi, bukan bagian yang didapatkan melainkan siksaan yang dialami para utusan (ayat 35-36). Tidak puas dengan siksaan, mereka pun membunuh ahli waris kebun anggur itu (ayat 37). Mereka kini menunjukkan sikap pemberontakan.

Apa kesalahan dari para penyewa kebun anggur? Pertama, tidak memenuhi tanggung jawabnya. Kedua, melakukan penganiayaan terhadap orang tak bersalah. Ketiga, membunuh anak tuan tanah. Siapa yang Tuhan Yesus maksud dengan para penyewa itu? Para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi mengerti bahwa merekalah yang dimaksud (ayat 45). Apa maksud cerita Tuhan Yesus itu? Ia akan mengalihkan anugerah-Nya kepada orang-orang bukan Yahudi yang menyambut Injil dan hidup sesuai Injil (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">41, 43). Seharusnya imam kepala dan tua-tua agama berperan untuk membawa umat Allah mengenal Dia yang diutus Allah. Akan tetapi, mereka justru menyalibkan Tuhan Yesus (ayat 42). Injil keselamatan melalui kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus akan membawa dua akibat: yang menolak akan binasa, yang menerima akan dirombak dan diperbarui (ayat 42-44).

Jangan merasa aman karena memiliki status dan melaksanakan simbol-simbol rohani. Tuhan menuntut buah kehidupan yang sepadan dengan pengakuan iman. Tanda kesejatian kerohanian adalah hidup yang menawarkan sifat dan kehendak Tuhan.

Renungkan: Tanpa buah-buah nyata, semua simbol-simbol, pengakuan dan status rohani kita tidak akan diperhitungkan.

(0.87416582608696) (Mat 22:34) (sh: Belajar Bertanya dengan Tulus (Selasa, 21 Maret 2017))
Belajar Bertanya dengan Tulus

Cara lazim yang dipakai untuk mengajar oleh para guru pada zaman Yesus adalah dengan mengajukan pertanyaan dan kemudian menerangkan jawabannya. Pertanyaan yang tulus untuk tujuan belajar sangatlah berbeda dengan pertanyaan yang memiliki motif menjebak atau menjatuhkan.

Yesus mampu menjawab setiap pertanyaan dari orang-orang Farisi, Herodian, dan golongan Saduki. Bahkan pertanyaan seorang ahli Taurat mengenai hukum yang terbesar dijawab oleh Yesus dengan kuasa dan hikmat Allah, yaitu mengasihi Allah dan sesama. Jawaban yang Yesus berikan tidak terbantahkan karena hukum terbesar itu telah menyarikan semua yang dituliskan dalam Taurat Musa dan kitab para Nabi.

Beralih dari pihak yang ditanya, Yesus balik bertanya mengapa Daud menyebut Mesias sebagai "tuan", bila Mesias adalah anak keturunan Daud (Mzm.110:1). Pertanyaan Yesus membuat orang-orang yang berupaya mencobai dan menjebak-Nya bungkam seribu bahasa. Keengganan mereka tidak menjawab pertanyaan Yesus karena motif terselubung mereka bukan dilandaskan pada kasih, melainkan pada kejahatan. Jika pertanyaan seseorang dilandasi oleh kasih dan ketulusan, maka kasih tersebut akan mempertemukan orang dengan sesamanya dalam tanya-jawab yang imbang dan sehat. Selain itu, kebungkaman mereka bukan tanda kerendahan hati, melainkan ekspresi kekerasan dan kedegilan hati untuk menyangkal kebenaran Allah.

Sebaliknya, bertanya dengan tulus akan membawa seseorang kepada pencerahan. Karena yang mencari mendapat, yang meminta akan diberi, dan bagi yang mengetok pintu akan dibukakan. Tetapi, sikap congkak justru mengurungkan maksud baik pihak lain untuk menolongnya.

Kecongkakan, ego diri, dan sikap intoleransi akan menutup peluang untuk masing-masing pihak saling belajar dan bertemu dengan yang lain sebagai saudara dalam kemanusiaan. Karena itu, mengasihi Allah tidak dapat berjalan seiring dengan merendahkan sesama. Marilah kita bertanya dengan tulus! [YTP]

(0.87416582608696) (Mat 23:29) (sh: Yesus menghakimi (Minggu, 6 Maret 2005))
Yesus menghakimi

Yesus menghakimi
Rencana untuk membunuh diri-Nya (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">26:3-4) sudah lebih dulu dilihat Yesus (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">21:33-46). Dalam bagian ini Tuhan Yesus langsung membuka keadaan hati mereka yang sesungguhnya, meski mereka menganggap diri lebih baik daripada nenek moyang mereka yang telah membunuh nabi-nabi pada masa lampau. Secara munafik mereka menunjukkan sikap merasa diri lebih baik itu dengan membangun makam para nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh (ayat 29). Bahkan ibadah dan ritual keagamaan dipergunakan untuk menutupi kejahatan diri dan mengelabui banyak orang. Tuhan langsung memojokkan mereka bahwa justru itu merupakan pengakuan bahwa mereka adalah keturunan pembunuh (ayat 31).

Sesungguhnya mereka sama sekali tidak lebih baik daripada nenek moyang mereka yang telah menganiaya para nabi. Andaikan mereka menerima nabi-nabi yang diutus Tuhan pada zaman lampau itu, mereka pasti juga akan menerima Yesus Kristus. Namun, kebencian mereka yang begitu nyata kepada Anak Allah, yang tentang Dia para nabi bernubuat, membuat jelas bahwa mereka layak menerima hukuman neraka! (ayat 33). Melalui ucapan-ucapan ini Tuhan Yesus tidak saja membongkar kepalsuan dan kegelapan hati mereka, kini Tuhan Yesus gilang gemilang mendudukkan diri-Nya sebagai Yang Benar dan yang patut didengar serta ditaati.

Kecaman serius Tuhan Yesus ini ditutup dengan kerinduan terdalam hati-Nya, yaitu agar orang-orang itu rela masuk ke dalam rangkulan anugerah-Nya (ayat 37). Sayang sekali rupanya mereka akan tetap meneruskan kebencian mereka (ayat 38,39). Apabila orang menolak anugerah Allah, maka tinggal kengerian saja yang akan menjenguk mereka. Berbagai peringatan sudah Tuhan perdengarkan, kelanjutannya hanya berita-berita hukuman yang terkait dengan berita kedatangan-Nya kedua kelak (pasal Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">24). Orang yang terus melawan Yesus, kelak menghadap Dia sebagai terpidana.

Renungkan: Menolak Yesus berarti menolak hidup dan mengundang hukuman kekal.

(0.87416582608696) (Mat 26:36) (sh: Kehendak Bapa, Yesus harus minum cawan itu sampai habis (Minggu, 8 April 2001))
Kehendak Bapa, Yesus harus minum cawan itu sampai habis

Kehendak Bapa, Yesus harus minum cawan itu sampai habis. Di saat-saat terakhir menjelang kematian-Nya, Yesus begitu sedih, gentar, dan takut menghadapi murka dan hukuman Allah atas dosa yang akan ditimpakan kepada- Nya. Tiga kali Ia berdoa agar cawan yang melambangkan penderitaan dan kesengsaraan itu disingkirkan. Dalam doa pertama (39) walau tetap dalam penundukkan diri dan ketaatan penuh kepada kehendak Bapa, Yesus masih memohon agar cawan ini tidak diminum-Nya. Pada doa kedua dan ketiga (42, 44) Yesus menyadari bahwa tidak mungkin lagi Ia menghindar dari cawan yang memang harus diminum sampai tetes terakhir. Maka pada doa yang kedua dan ketiga Ia lebih siap melaksanakan kehendak Bapa- Nya. Ia rela minum cawan itu sebab Ia tahu dengan pasti bahwa itulah kehendak Bapa bagi-Nya. Di saat yang begitu menegangkan, Yesus meminta ketiga murid-Nya untuk berdoa bagi diri mereka. Sekalipun tubuh lemah, murid-murid harus berdoa menghadapi pencobaan yang berat. Sayang 3 murid yang diharapkan untuk menjadi teman doa di saat yang paling berat ini justru tidur. Yesus bergumul seorang diri. Akhirnya, Ia menang, Ia siap, Ia taat melaksanakan kehendak Bapa.

Pergumulan berat dilalui Yesus dengan berdoa dan hati yang siap dan rela melaksanakan kehendak Bapa sekalipun sangat bertentangan dengan kemauan dan kehendak diri- Nya. Persekutuan dengan Bapa membuat Yesus sanggup menghadapi sengsara dan derita yang harus ditanggung- Nya. Begitu waktu-Nya tiba, Ia bersiap menyongsong para musuh yang sudah mendekat.

Renungkan: Kesedihan, kepedihan, dan kegentaran untuk meminum itu diabaikan oleh Tuhan Yesus sebab Ia tahu bahwa untuk itu Ia datang ke dalam dunia, yakni menanggung murka dan hukuman Allah atas dosa manusia, dosa saya dan Anda.

Bacaan untuk Minggu Sengsara 7

Ulangan 16:1-8

Wahyu 1:4-8

Matius 26:17-30

Mazmur 116:12-19

Lagu: Kidung Jemaat 157

(0.87416582608696) (Mat 26:69) (sh: Dusta pertama memimpin dusta-dusta lainnya (Selasa, 10 April 2001))
Dusta pertama memimpin dusta-dusta lainnya

Dusta pertama memimpin dusta-dusta lainnya. Aristoteles, seorang filsuf Yunani terkenal pernah mengatakan bahwa dusta pertama adalah pembuka jalan bagi dusta-dusta yang lain, yang semakin lama semakin meningkat kualitasnya. Itulah yang terjadi dalam diri Petrus. Ketika masyarakat mengenalinya, Petrus ditekan, dan dituntut untuk mengakui kedekatan dirinya dengan Yesus. Tetapi Petrus tidak siap menghadapi fakta itu, dan merasa lebih baik mengamankan diri dengan menyangkal Yesus serta bersikap seolah-olah tidak mengenal-Nya. Namun karena terus menghadapi pertanyaan yang sama, maka rangkaian dusta menyangkal Yesus itu semakin meningkat kualitasnya. Apa yang Petrus lakukan sungguh bertentangan dengan pengakuannya bahwa: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup", yang menjadi dasar pengakuan iman Kristen di segala abad! Tidak hanya itu, tindakan menyangkal mengenal Yesus adalah perbuatan dosa yang sangat besar, karena itu berarti menolak Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Dari peristiwa penyangkalan Petrus ini kita belajar tentang hal penting yaitu bahwa kegagalan mengendalikan diri untuk tetap berdiri pada fakta iman bahwa Yesus Kristus, Sang Mesias, Anak Allah yang hidup itu harus mengalami penderitaan menyebabkan kita tidak siap untuk menderita bersama Yesus. Akibatnya, kita memilih jalan yang, menurut kita, paling aman yaitu berdusta, menyangkali Dia karena takut kepada manusia. Sadarkah kita akan konsekuensi dari perbuatan ini?

Mengapa Petrus ketika menyadari kesalahannya segera berbalik kemudian menangis dan menyesali perbuatannya? Peringatan Yesus tentang akan adanya penyangkalan Petrus kembali terngiang seiring berkokoknya ayam. Hal ini mengingatkan dan menegurnya, sehingga ia malu, kecewa, dan sedih. Ia menyesal karena telah membalas cinta kasih Yesus dengan penyangkalan yang amat mengecewakan. Penyesalan yang lahir karena mengingat cinta kasih Yesus dan kedekatan hubungan kita dengan Yesus akan membawa kepada penyesalan dan pertobatan sejati.

Renungkan: Kristen senantiasa menghadapi situasi seperti Petrus, akankah kita menunjukkan jati diri kekristenan apa pun risiko yang kita hadapi? Ketika kita menyangkali Dia dan tidak mengakui jati diri kekristenan kita, bagaimana perasaan kita mengingat cinta kasih Yesus yang telah berkorban demi keselamatan kita?

(0.87416582608696) (Mat 26:69) (sh: Semangat saja tak dapat diandalkan (Selasa, 22 Maret 2005))
Semangat saja tak dapat diandalkan

Semangat saja tak dapat diandalkan
Kadang kita takut menunjukkan identitas kita sebagai orang Kristen kepada kalangan tertentu karena kemungkinan akan mendatangkan bahaya dan merugikan kita. Kadang-kadang motivasi yang mendasari sikap kompromi atau penyangkalan iman disebabkan oleh rasa takut menghadapi risiko. Akar terdalam dari goyahnya iman seseorang adalah karena ia lebih mengandalkan semangat dan kekuatan sendiri daripada mengandalkan anugerah Tuhan.

Mengapa Petrus yang tadinya begitu berani membela Tuhannya dengan pedang berubah menjadi sedemikian takut sehingga ia menyangkal Yesus (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">70,72,74)? Untuk memahami kegagalan Petrus ini kita perlu kilas balik ke kisah-kisah sebelumnya. Pertama, Petrus adalah seorang yang impulsif. Ia mudah membuat pernyataan akan setia mengikut Yesus sampai mati tanpa didasari perhitungan iman yang cermat tentang risikonya (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">26:33-35). Kedua, Yesus sendiri sudah memberikan peringatan bahwa ia akan gagal, namun Petrus tidak serius menanggapi peringatan tersebut (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">26:31-32). Ketiga, ketika dalam kelemahan fisik, mental, dan spiritual ia seharusnya berjaga-jaga dalam doa, ia justru terlena tidur (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">26:40). Tidak heran bukan oleh badai, tetapi hanya oleh angin kecil pertanyaan-pertanyaan orang tak berarti cukup membuat semangat manusiawi Petrus tumbang.

Kisah Petrus ini memberikan peringatan sekaligus penghiburan. Peringatan, bahwa murid Yesus terdekat sekalipun bisa menyangkali Tuhannya. Juga bahwa ketekunan iman seseorang tidak dapat didasari atas semangat manusiawi semata. Hakikat iman adalah bergantung penuh pada kuasa Allah dan berpegang pada janji-janji Allah bukan pada kobaran semangat manusiawi. Penghiburan, karena kisah ini tidak berhenti sampai di sini. Tuhan yang disangkali Petrus tidak membuang Petrus, tetapi mencari dan memulihkannya (Yoh. 21).

Renungkan: Bukan semangat melahirkan iman, tetapi iman melahirkan semangat.

(0.87416582608696) (Mat 27:1) (sh: Menyesal tetapi tidak berbalik (Rabu, 11 April 2001))
Menyesal tetapi tidak berbalik

Menyesal tetapi tidak berbalik. Penyesalan dalam diri seseorang biasanya timbul setelah ia menyadari bahwa apa yang telah diperbuatnya adalah salah. Itulah yang terjadi dalam diri Yudas Iskariot. Dia sama sekali tidak mengira bahwa Yesus yang dijualnya dengan 30 keping perak harus dihukum mati. Ini memberikan gambaran kepada kita bahwa tindakannya menjual Yesus semata-mata karena uang. Yudas adalah seorang yang cinta uang, dan hal ini didukung oleh tindakan-tindakannya terdahulu, khususnya bila dihubungkan dengan pekerjaannya, sebagai seorang bendahara. Lalu bagaimana berespons terhadap tindakan Maria, adik Lazarus, ketika menuangkan minyak

Narwastu yang mahal harganya. Penyesalan selalu datang terlambat. Tindakannya mengembalikan uang hasil menjual Yesus, tidaklah dapat mengubah keadaan. Keputusan para imam dan tua-tua Yahudi untuk membunuh Yesus tidak dapat diubah karena didasari oleh kebencian yang mendalam. Hal ini nampak dari sikap mereka menanggapi penyesalan Yudas yang mengakui bahwa dia telah menyerahkan darah orang tidak berdosa, dengan mengatakan bahwa tindakan Yudas itu adalah urusannya sendiri. Padahal keinginan untuk membunuh Yesus telah mereka rencanakan jauh-jauh hari. Sedangkan tindakan Yudas mereka peralat untuk mewujudkan rencana keji tersebut. Karena merasa telah berdosa, Yudas akhirnya memutuskan untuk memilih jalan pintas yaitu mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Bunuh diri bukanlah jalan keluar untuk memperbaiki suatu kesalahan. Bila kita menyadari bahwa kita telah berdosa kepada Allah datanglah kepada-Nya, akui dosa kita, dan mohonlah pengampunan dari-Nya. Rasakan cinta kasih Tuhan yang selalu terbuka dan mengalir untuk kita. Lihatlah juga pengampunan tersebut sebagai suatu kesempatan besar yang Allah berikan agar kita dapat memperbaiki kembali hubungan yang terputus oleh dosa itu.

Renungkan: [1]. kekayaan memiliki dan dimiliki oleh Yesus Kristus tidak dapat dibandingkan dengan kekayaan materi, kedudukan, dan jabatan. Karena itu janganlah menjual Kristus hanya karena ingin hidup berkelimpahan harta materi. [2]. Janganlah menjalankan tugas keimaman hanya berdasarkan pengetahuan tanpa pengenalan yang dalam dan kesetiaan yang sungguh kepada Kristus.

(0.87416582608696) (Mat 27:1) (sh: Berapa harga nyawa Anda? (Rabu, 23 Maret 2005))
Berapa harga nyawa Anda?

Berapa harga nyawa Anda?
Uang dapat membuat manusia silau, juga bisa membuatnya gelap mata sehingga menghalalkan berbagai perbuatan nista dan keji untuk mendapatkannya. Yudas yang serakah akan uang (Yoh. 14:4-6) dan yang kecewa bahwa pengharapan mesianis duniawinya tidak sesuai dengan misi Yesus, menjual Yesus seharga 30 keping perak. Nilai 30 keping perak sama dengan upah makan 120 hari seorang pegawai pada zaman ini. Sungguh suatu penghinaan sebab nyawa manusia mana pun tidak dapat dinilai dengan uang. Namun, penghinaan ini justru menegaskan betapa mahalnya pengurbanan Yesus, yang adalah Pencipta langit dan bumi.

Yudas menyesali perbuatannya setelah dia tahu bahwa Yesus akhirnya dijatuhi hukuman mati (ayat 3). Dia juga sadar telah berdosa karena menyebabkan seseorang yang tidak bersalah menanggung hukuman (ayat 4). Yudas sangat menyesal dan berusaha menutupi rasa bersalahnya dengan mengembalikan 30 keping perak tersebut (ayat 5). Namun, penyesalannya terlambat! Juga tidak membawa dia kepada pertobatan karena ia tidak mencari pengampunan Tuhan melainkan mencoba mengatasi rasa bersalahnya dengan bunuh diri (ayat 5).

Semua yang terjadi pada Yesus ini adalah penggenapan nubuat penyelamatan di PL. Dalam kedaulatan-Nya, Allah telah menjadikan dosa manusia sebagai alat perwujudan kasih karunia-Nya. Ini tidak berarti pembenaran terhadap perbuatan dosa Yudas. Ia tetap harus bertanggung jawab di hadapan Allah. Apa yang Yudas lakukan masih dapat terjadi pada masa kini. Misalnya, jika kita menjual identitas Kristen kita demi hal-hal seperti kedudukan, keuntungan, kenikmatan, dlsb. Kita perlu waspada agar tidak ada akar keinginan, konsep, sikap hidup yang salah yang dapat menjerat kita ke dalam tindakan dosa yang pada hakikatnya menjual Yesus kembali. Itu sama saja menjual nyawa sendiri.

Renungkan: Berapa harga nyawa Anda? Yesus sudah membayar harga tebusan nyawa kita dengan nyawa-Nya sendiri. Dia dapat menolong kita sungguh menghargai hidup.

(0.87416582608696) (Mat 28:1) (sh: Kuasa kebangkitan Kristus (Minggu, 4 April 2010))
Kuasa kebangkitan Kristus

Judul: Kuasa kebangkitan Kristus
Kematian Yesus pasti mendatangkan kekecewaan bagi sebagian murid yang memiliki pengharapan mesianis yang keliru. Mereka merasa Yesus sudah kalah dan gagal untuk menyelamatkan bangsa Yahudi. Kematian Yesus juga menimbulkan dukacita yang mendalam bagi yang lainnya, yaitu para perempuan yang begitu mengasihi dan setia melayani Dia selama ini. Kasih tersebut telah mendorong mereka pada hari yang ketiga dari kematian Tuhan Yesus untuk menengok, meminyaki, dan merempah-rempahi jenazah-Nya. Justru mereka kemudian menjadi saksi kebangkitan Tuhan Yesus.

Sama seperti kedahsyatan kuasa Allah dinyatakan saat kematian Kristus, melalui gempa bumi yang hebat dan kebangkitan orang-orang kudus, demikian juga saat kebangkitan Sang Juruselamat terjadi gempa bumi yang hebat (ayat 2). Malaikat Tuhan muncul menggulingkan batu penutup kubur Yesus, sekaligus menjadi saksi kebangkitan-Nya. Melalui malaikat tersebut, para perempuan yang datang ke kubur mendengar kabar baik tersebut dan kemudian menjadi saksi buat para murid lainnya bahwa Yesus benar-benar sudah bangkit (ayat 8). Yesus pun kemudian menampakkan diri kepada para murid-Nya (ayat 9-10) untuk meneguhkan iman mereka karena melalui merekalah dunia harus mendengar pemberitaan akan kebangkitan Kristus. Hal ini terjadi karena tradisi Yahudi waktu itu tidak memperbolehkan seorang perempuan Yahudi menjadi saksi.

Zaman sudah berubah, tidak lagi ada pembedaan laki-laki dan perempuan. Setiap orang yang sudah mengalami kuasa kebangkitan Kristus dipanggil untuk menjadi saksi kuasa-Nya yang mengubah manusia berdosa menjadi anak-anak Allah. Sudahkah Anda mengalami kuasa kebangkitan Kristus dalam hidup Anda? Dapatkah orang lain melihat Kristus yang bangkit nyata dalam hidup Anda yang mengubah karakter Anda semakin hari semakin menyerupai Kristus?

(0.8699672173913) (Mat 23:13) (full: CELAKALAH KAMU ... ORANG-ORANG FARISI. )

Nas : Mat 23:13

Kata-kata Yesus dalam pasal Mat 23:1-39 ini merupakan kecaman-Nya yang paling pedas. Perkataan-Nya ditujukan kepada para pemimpin agama dan guru palsu yang telah menolak setidak-tidaknya sebagian dari Firman Allah dan menggantikannya dengan gagasan dan penafsiran mereka sendiri (ayat Mat 23:23,28; 15:3,6-9; Mr 7:6-9).

  1. 1) Sikap Yesus dalam hal ini perlu diperhatikan. Itu bukanlah sikap yang bertoleransi, serta membolehkan, dan ramah dari seorang yang tidak peduli tentang kesetiaan terhadap Allah dan sabda-Nya. Yesus bukanlah seorang pengkhotbah yang lemah yang membiarkan dosa. Karena Ia setia terhadap panggilan-Nya, maka Ia murka terhadap kejahatan (bd. Mat 21:12-17; Yoh 2:13-16) dan mengutuk dosa dan ketidakbenaran di kalangan para pemimpin agama (ayat Mat 23:23,25).
  2. 2) Begitu besar kasih Yesus akan Alkitab yang terilhamkan sebagai firman Bapa-Nya, dan perhatian-Nya terhadap orang yang akan binasa karena Firman itu diputarbalikkan (lih. Mat 15:2-3; 18:6-7; Mat 23:13,15), menyebabkan Dia menggunakan kata-kata seperti "orang munafik" (ayat Mat 23:15), "orang neraka" (ayat Mat 23:15), "pemimpin-pemimpin buta" (ayat Mat 23:16), "orang bodoh" (ayat Mat 23:17), "penuh rampasan dan kerakusan" (ayat Mat 23:25), "kuburan yang dilabur putih ... yang sebelah dalamnya penuh ... pelbagai jenis kotoran" (ayat Mat 23:27), "penuh ... kedurjanaan" (ayat Mat 23:28), "ular-ular," "keturunan ular beludak" (ayat Mat 23:33) dan "pembunuh" (ayat Mat 23:34). Kata-kata ini, sekalipun keras dan menghukum, namun diucapkan dengan hati yang hancur (ayat Mat 23:37) oleh Dia yang akan mati karena mereka yang dikecam-Nya itu (bd. Yoh 3:16; Rom 5:6,8).
  3. 3) Yesus menggambarkan watak guru-guru dan pengkhotbah palsu sebagai orang yang berusaha untuk menjadi orang populer, orang penting, dan diperhatikan oleh orang lain (ayat Mat 23:5), senang menerima penghormatan (ayat Mat 23:6) dan berbagai gelar (ayat Mat 23:7), namun mereka mencegah orang masuk sorga karena injil mereka yang diputarbalikkan (ayat Mat 23:13;

    lihat art. GURU-GURU PALSU).

    Mereka merupakan orang beragama yang profesional yang tampaknya rohani dan saleh, tetapi sebenarnya orang berdosa (ayat Mat 23:14,25-27). Mereka menyanjung para pemimpin rohani yang saleh dari masa lampau, namun tidak mengikuti perbuatan atau pengabdian mereka kepada Allah, Firman-Nya dan kebenaran (ayat Mat 23:29-30).
  4. 4) Alkitab mengingatkan orang percaya untuk waspada terhadap para pemimpin agama yang palsu semacam itu (Mat 7:15; 24:11), memandang mereka sebagai orang yang tidak percaya

    (lihat cat. --> Gal 1:9)

    [atau ref. Gal 1:9]

    sehingga menolak untuk mendukung pelayanan mereka atau bersekutu dengan mereka (2Yoh 1:9-11).
  5. 5) Orang di dalam gereja yang atas nama kasih, toleransi, dan persatuan, tidak mau mengambil sikap Yesus terhadap orang yang memutarbalikkan ajaran Kristus dan Alkitab (Mat 7:15; Gal 1:6-7; 2Yoh 1:9) sebenarnya ikut terlibat dalam perbuatan jahat para nabi dan guru palsu (2Yoh 1:10,11).
(0.86937443478261) (Mat 1:1) (full: )

Penulis : Matius

Tema : Yesus, Raja Mesianis

Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM

Latar Belakang

Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.

Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk

  1. (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
  2. (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
  3. (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
  4. (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
  5. (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).

Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).

Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.

Tujuan

Matius menulis Injil ini

  1. (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
  2. (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
  3. (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa

  1. (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
  2. (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.

Survai

Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).

Pasal Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:

  1. (1) Khotbah di Bukit (pasal Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">5-7; Mat 5:1--7:29);
  2. (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">10; Mat 10:1-42);
  3. (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">13; Mat 13:1-30);
  4. (4) sifat seorang murid sejati (pasal Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">18; Mat 18:1-35) dan
  5. (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">24-25; Mat 24:1--25:46).

Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:

  1. (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">8-9; Mat 8:1--9:38);
  2. (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">11-12; Mat 11:1--12:50);
  3. (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">14-17; Mat 14:1--17:27);
  4. (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
  5. (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.

Ciri-ciri Khas

Tujuh ciri utama menandai Injil ini.

  1. (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
  2. (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
  3. (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
    1. (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
    2. (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
  4. (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
  5. (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
  6. (6) Matius menekankan
    1. (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">5-7; Mat 5:1--7:29);
    2. (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
    3. (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
  7. (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
(0.86937443478261) (Mat 9:35) (sh: Teladan dan kuasa dalam pelayanan (Kamis, 25 Januari 2001))
Teladan dan kuasa dalam pelayanan

Teladan dan kuasa dalam pelayanan. Kemarin kita telah belajar bahwa kita harus tunduk kepada Yesus sebagai Tuhan. Hari ini kita akan belajar bagaimana membuktikan penundukan diri kita. Salah satu caranya adalah melanjutkan misi-Nya di dunia. Kita menjadi pekerja-pekerja-Nya yang digerakkan oleh belas kasihan Yesus untuk mengabarkan Kabar Baik dan menjangkau mereka yang terhilang dalam masyarakat dengan memberikan kesembuhan kepada mereka yang sakit dan menguatkan mereka yang lemah tubuh.

Namun seringkali kita terlalu menitikberatkan kepada pelayanan pemberitaan Injil, sehingga mengesampingkan pelayanan-pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan sosial orang lain, karena kita menganggap bahwa masalah rohani lebih penting daripada masalah jasmani. Padahal Yesus dengan belas kasihan-Nya berusaha untuk menyembuhkan pribadi manusia secara utuh. Karena itu kita memang harus berkhotbah dan mengajar, namun kita pun harus meneladani pola pelayanan Yesus dan menyatakan kasih Allah seperti yang Yesus lakukan, dengan menyediakan makanan bagi yang lapar, merawat yang sakit, dan membela yang ditindas.

Selain model pelayanan Yesus, kita pun dapat meneladani rasul-rasul yang diutus oleh Yesus. Kuasa yang Yesus berikan kepada murid-murid-Nya memampukan mereka untuk melakukan pelayanan secara efektif dan berdampak nyata dalam kehidupan manusia (ayat Allah+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">10:11). Mereka dilengkapi dengan kuasa karena merekalah yang telah dipilih dan dilatih oleh Yesus. Merekalah yang senantiasa berada dekat kaki Yesus dan mendapatkan pengajaran- Nya. Di samping itu mereka semua -- selain Yudas - - adalah murid-murid yang berkomitmen penuh kepada Yesus.

Renungkan: Marilah kita teladani pola pelayanan Yesus dan murid-murid-Nya. Selama ini mungkin pelayanan kita tidak efektif atau tidak memberikan dampak kepada kehidupan manusia secara langsung dan nyata. Jika demikian kita perlu mengevaluasi apakah selain kesibukan dalam berbagai aktifitas, kita senantiasa menyediakan waktu untuk duduk bersimpuh di kaki Yesus dan mendengarkan Dia. Satu hal lagi yang harus diingat adalah bahwa kuasa tidak selalu untuk melakukan mukjizat, tetapi meliputi kuasa untuk mengajar, berkhotbah, dan menghibur sehingga kasih Allah kepada manusia dapat dinyatakan kepada dunia.

(0.86937443478261) (Mat 10:16) (sh: Begitu lemah dan tak berdayakah Kristen? (Sabtu, 27 Januari 2001))
Begitu lemah dan tak berdayakah Kristen?

Begitu lemah dan tak berdayakah Kristen? Yesus menggambarkan Kristen seperti domba di tengah- tengah kawanan serigala. Dapatkah domba menyerang balik serigala? Demikian pula Kristen dalam dunia yang begitu jahat, tidak dapat menyerang balik. Namun apakah ini berarti bahwa Kristen hanya pasrah ketika dijadikan korban? Apakah tidak ada seorang pun yang membelanya?

Merpati adalah binatang yang mudah ditipu dan tidak peka (Hos. 7:11) sementara di daerah Timur Tengah ular dipandang sebagai binatang buas yang pandai menghindari bahaya. Jika Kristen harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati, berarti Kristen dalam menjalani kehidupan di dunia yang jahat ini harus pandai menghindari bahaya tanpa menjadi berbahaya bagi orang lain, dan tulus tanpa menjadi bodoh. Namun bagaimana jika Kristen sudah berada dalam bahaya karena sudah diseret ke Majelis Agama, ke muka penguasa-penguasa, atau raja-raja? Dalam situasi seperti ini, cerdik dan tulus tidak lagi memadai. Pada abad pertama mereka yang dihadapkan ke pengadilan membutuhkan pembela yang pandai, jika tidak maka dapat dipastikan bahwa mereka akan kalah. Kristen tidak perlu takut sebab Roh Kudus sendiri yang akan mengajarkan untuk menjadi pembela bagi dirinya sendiri.

Namun bagaimana jika Kristen tidak dibawa ke pengadilan tetapi langsung menghadapi kesadisan manusia (ayat 21-22)? Bagaimana Kristen mengatasi ketakutan itu?

Pertama, kita harus selalu ingat bahwa orang-orang zaman Yesus juga menganiaya diri-Nya. Mengapa kita sebagai pengikut-Nya berharap untuk mendapatkan perlakuan yang lebih baik (ayat 24-25)?

Kedua, kita juga harus ingat bahwa suatu saat apa yang dilakukan mereka kepada kita akan dinyatakan dalam terang dan mereka akan menghadapi penghakiman.

Ketiga, seandainya mereka berhasil membunuh kita, kita harus ingat bahwa jiwa kita tidak ikut binasa, namun masuk ke dalam kehidupan kekal.

Akhirnya, kita harus tetap yakin bahwa tidak ada satu pun yang terjadi atas diri kita di luar kehendak Allah. Jika demikian mengapa kita harus menyangkal Yesus (ayat 32-33)?

Renungkan: Ternyata Kristen tidaklah lemah dan tak berdaya, karena di dalam Kristen tersembunyi kekuatan yang luar biasa, yang bersumber dari Allah dan yang memampukan Kristen untuk tetap bertahan. Sejarah kaum martir telah membuktikannya.



TIP #20: Untuk penyelidikan lebih dalam, silakan baca artikel-artikel terkait melalui Tab Artikel. [SEMUA]
dibuat dalam 0.13 detik
dipersembahkan oleh YLSA