Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 381 - 400 dari 749 ayat untuk mata (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.10665182894737) (2Raj 17:7) (sh: Jangan sekali-kali memaksa Allah! (Jumat, 7 Juli 2000))
Jangan sekali-kali memaksa Allah!

Jangan sekali-kali memaksa Allah! Benarkah pembuangan bangsa Israel ini merupakan `buah' dari sebuah proses semakin memburuknya perjalanan moralitas dan kehidupan rohani bangsa Israel yang sudah matang? Benar sekali! Namun proses ini bukan merupakan prinsip menabur dan menuai secara alamiah. Allah di belakang semua itu, inilah keyakinan iman Kristen. Allah sendiri yang menjauhkan mereka dari hadapan-Nya (18). Bangsa Asyur atau bangsa apa pun hanyalah alat yang dipakai oleh-Nya. Namun mengapa Allah menghancurkan bangsa yang telah dipilih dan dipelihara dengan banyak mukjizat-Nya? Apakah semata-mata karena kedaulatan-Nya? Bukan! Namun karena keadilan-Nya. Dan ini pun bukan semata-mata inisiatif Allah sendiri melainkan bangsa Israel sendirilah, dengan segala perbuatannya yang jahat, yang dapat dikatakan "memaksa" Allah.

Allah sudah melakukan banyak karya dan melengkapi mereka agar dapat hidup taat dan melayani-Nya. Pertama, Allah sudah memerdekakan mereka dari cengkeraman bangsa Mesir (7). Kedua, Allah sudah memberikan hukum-hukum-Nya agar mereka dapat hidup sesuai dengan kehendak-Nya, (13). Ketiga, sebagai bangsa yang merdeka mereka membutuhkan wilayah maka Allah pun memberikan tanah kepada mereka dengan jalan menghalau di hadapan mereka bangsa-bangsa kafir yang telah mendiami tanah itu (8). Tindakan Allah ini sebenarnya juga merupakan suatu peringatan agar mereka tidak hidup menurut bangsa-bangsa kafir. Keempat, tidak hanya sekali Allah memperingatkan mereka untuk bertobat bahkan melalui banyak nabi dan tukang tilik (13).

Tindakan Israel telah menyingkirkan bahkan meniadakan Allah. Lebih parah lagi, cara dan sikap mereka melakukan perbuatan dosa mencerminkan suatu kondisi bahwa bangsa Israel telah kecanduan akan dosa seperti seorang budak yang tidak mampu menolak perintah tuannya. Hati mereka menjadi keras dan bebal sehingga secara moral mereka tidak mungkin memperbaharui keberadaan mereka sendiri.

Renungkan: Kristen yang telah dipilih, dipanggil, dan ditebus juga tidak mungkin bebas dari hukuman jika Kristen memilih untuk hidup seperti bangsa yang tidak mengenal Allah. Kelanjutan Kekristenan di Indonesia tidak tergantung kepada strategi politik partai yang sedang memerintah, tetapi kepada kesetiaan Kristen sebagai umat-Nya.

(0.10665182894737) (Ayb 33:1) (sh: Bijaksana di mata sendiri (Senin, 12 Agustus 2002))
Bijaksana di mata sendiri

Bijaksana di mata sendiri. Elihu bukan hanya penuh dengan kata-kata (ayat 32:18-19), tetapi juga memiliki rasa percaya diri yang luar biasa besarnya. Di tengah ucapannya yang mengakui keterciptaannya (ayat 4-6), Elihu bermain menjadi Allah. Walau benar bahwa Ayub mengeluh kepada Tuhan, namun kutipan Elihu dalam ayat 9 merupakan penyelewengan fakta. Ayub tidak pernah menyatakan dia bersih secara moral, tanpa dosa dan pelanggaran, meski ia pernah berkata bahwa doanya bersih (ayat 16:17). Elihu telah menuduh sama seperti Zofar menuduh (ayat 11:4). Penyelidikan Elihu telah dimulai dengan kesimpulan yang salah!

Sebelumnya, Elihu menjawab dulu tuduhan Ayub tentang sikap diam Allah (ayat 12-13, bdk. 30:20). Menurut Elihu, Allah menjawab dengan cara misterius (ayat 14-15), dan Ayub gagal menangkap suara Allah. Kemudian, dalam ayat 16-30, Elihu berusaha keras menghibur Ayub dengan meyakinkan bahwa Allah selalu bermaksud baik kepada manusia dengan berbagai cara. Pertama, Ia menggunakan mimpi untuk memperingatkan manusia agar terhindar dari kematian dini akibat dosanya (ayat 16-18). Kedua, bila manusia tersebut tidak mengerti mimpi dari Allah, maka Ia akan menghukum dengan penyakit dan penderitaan (ayat 19-22). Namun, Allah tidak membiarkan mereka binasa (ayat 23-25). Malaikat penengah akan menyelamatkannya, sebagaimana dirindukan Ayub (ayat 19:25). Hanya, orang itu harus hidup benar agar diperhitungkan oleh malaikat tersebut (ayat 23). Pemulihan orang berdosa akan diikuti oleh pengakuan dosa secara publik dan pujian kepada Allah yang kembali berkenan menerima dia (ayat 26-28) dengan menyatakan wajah-Nya. Ia akan melihat terang kehidupan. Ini memang benar, namun sesungguhnya Elihu tidak memahami situasi yang dialami Ayub.

Sebagai penutup, perkataan Elihu janggal (ayat 31-33). Ia ingin membuktikan kebenaran Ayub (ayat 32b) walau tadinya ia sudah menyatakan kesalahan Ayub. Ia juga merasa mampu mengajarkan kebenaran Allah. Inilah kesombongan seorang anak muda.

Renungkan: Batas antara rendah hati dan kesombongan amat tipis terutama pada orang yang merasa mengetahui kebenaran (Ams. 26:5).

(0.10665182894737) (Mzm 106:24) (sh: Kemurahan kekal Allah (ayat 2) (Rabu, 24 April 2002))
Kemurahan kekal Allah (ayat 2)

emurahan kekal Allah (ayat 2). Mulai bagian ini, pemazmur merenungkan beberapa pemberontakan yang telah Israel buat yang mempengaruhi perjalanan sejarah mereka seterusnya. Yang pertama diakuinya adalah dosa pemberontakan karena pengaruh sepuluh mata-mata yang tidak beriman (ayat 24-27, bdk. Bil. 14:1-25). Ketakutan dan gerutu mereka membuat Allah memutuskan untuk tidak membawa generasi itu masuk ke tanah perjanjian. Ketakutan dan sungutan tidak lain adalah kenyataan bahwa mereka tidak beriman, dan tanpa iman tak seorang pun dapat mengalami berkat-berkat Tuhan. Meski demikian, seperti halnya dalam peristiwa lembu emas, peristiwa ini pun diakhiri dengan permohonan Musa agar Allah mengampuni mereka berdasarkan kasih setia Allah. Pemazmur melihat juga persamaan antara ketidakberimanan dan akibatnya yang fatal saat itu dengan situasi zaman pembuangan (ayat 27).

Dosa lain akibat ketidakberimanan Israel ialah kemurtadan menyembah Baal sebab terjerat tipu daya Bileam (Bil. 25:1-13). Dosa itu sedemikian parah sebab bukan sekadar menyembah berhala, tetapi menurut mazmur ini mereka terlibat di dalam upacara penyembahan arwah-arwah pada waktu upacara penguburan. Padahal, firman Tuhan secara tegas melarang baik penyembahan berhala maupun arwah-arwah orang mati (Kel. 20:3-6, Ul. 18:11). Tidak hanya sekali ini mereka menyembah berhala. Bahkan setelah masuk tanah perjanjian pun dosa sinkretisme dan penyembahan berhala mereka lakukan ulang (ayat 34-39, bdk. Bil. 33:50-56), bahkan sampai mengurbankan anak (ayat 37-39). Dosa penyembahan berhala disebut sebagai perzinahan dan membuat umat menjadi najis di hadapan Tuhan (ayat 39), seperti perbuatan melacurkan diri di luar hubungan nikah yang sah. Problem umat Tuhan bukan terutama pada tekanan-tekanan dari luar, tetapi pada ketidaksetiaan di dalam diri mereka sendiri. Mengapa Israel tidak punah akibat hukuman-hukuman Tuhan melalui tekanan dari luar itu? Sebab Tuhan yang menghajar mereka setia kepada janji-janji-Nya dan berkemurahan kekal.

Renungkan: Masalah dosa amat kompleks, mencakup kecenderungan jahat, kenajisan, dan hukuman yang diakibatkannya. Yesus yang bangkit tidak saja menjanjikan pengampunan dosa, tetapi juga pembaruan hidup.

(0.10665182894737) (Yer 4:22) (sh: Kristen dan Dunia dalam Berita (Sabtu, 2 September 2000))
Kristen dan Dunia dalam Berita

Kristen dan Dunia dalam Berita. Kemajuan pesat bidang teknologi informasi selain memberikan banyak manfaat bagi umat manusia juga memberikan dampak negatif yaitu membuat manusia melihat segala peristiwa yang terjadi di dalam dunia dari sudut pandang sebuah hiburan. Kita menyaksikan kekejaman dan kebiadaban yang terjadi di Ambon dan Poso sambil menikmati makan malam yang sedap bersama keluarga. Di lain waktu kita melihat mayat-mayat yang bergelimpangan akibat pembantaian yang terjadi di Bosnia sambil bercanda-tawa dengan keluarga, bahkan kita menyimak wawancara dengan seorang remaja yang tega membunuh seluruh keluarganya sambil menikmati teh dan makanan kecil. Apa yang kita saksikan adalah sebuah fakta kengerian dan kekejaman manusia yang dirasuk oleh dosa. Namun kita menonton dengan sikap seolah itu semua tidak lebih dari sebuah hiburan atau berita-berita utama yang selalu kita nantikan. Bahkan kita merasa kurang puas bila berita yang kita tonton tidak memaparkan peristiwa-peristiwa yang menggemparkan dan membuat bulu kuduk kita berdiri. Mata dan telinga Yeremia terbuka terhadap semua fakta kengerian dan bencana yang akan terjadi. Berkali-kali ia mengatakan 'Aku melihat..., Aku melihat serta Aku mendengar' (23-26, 31). Yeremia mampu melihat dan mendengar kebenaran di balik semua fakta itu. Dunia sekitarnya secara perlahan namun pasti menjadi kacau balau dan porak poranda. Pilihan yang sudah dibuat oleh bangsa Yehuda membuahkan konsekuensi kengerian yang tak terelakkan (17-18). Di zaman ini kita harus memandang dunia dengan mata dan telinga yang terbuka seperti Yeremia, dan menolak paparan media massa yang cenderung mendandani dan mengemas sebuah peristiwa kebiadaban, penyalahgunaan kekuasaan, dan korupsi menjadi sebuah hiburan. Namun jika kita masih menonton berita di televisi tanpa kegentaran hati dan kengerian perasaan, bagaimana mungkin kita dapat meneladani Yeremia yang melihat, mendengar, meratapi, dan berdoa. Renungkan: Keterlibatan Kristen bagi bangsa tercinta ini bukan hanya ketika melihat dan mendengar, namun bagaimana Kristen meratapi dan berdoa kepada Allah karena benar-benar melihat dan mendengar kebenaran di balik semua fakta yang terjadi.

(0.10665182894737) (Yer 6:1) (sh: Gereja dan penyakit sosial masyarakat (Selasa, 5 September 2000))
Gereja dan penyakit sosial masyarakat

Gereja dan penyakit sosial masyarakat. Hans Kung - seorang teolog Roma Katolik pernah mengatakan: 'Jika Gereja tidak taat kepada Kepala Gereja dan firman-Nya, Gereja tidak dapat bertumbuh Pertumbuhan sejati di dalam Gereja terjadi ketika Kristus memasuki dunia melalui pelayanan Gereja-Nya di dalam sejarah'. Walaupun kita tidak setuju terhadap keseluruhan teologinya, apa yang Hans Kung katakan tentang pertumbuhan Gereja itu adalah benar.

Bangsa Yehuda mengalami kehancuran bukan semata-mata disebabkan oleh kekuatan, kedahsyatan serangan, dan siasat dari bangsa-bangsa lain (1, 5-6), namun karena ketidaktaatan mereka kepada Allah dan firman-Nya (6, 8, 11-12, 19-21). Mereka tidak memperhatikan, tidak taat, bahkan melecehkan dan menjadikan firman Tuhan sebagai bahan tertawaan (10). Secara sengaja dan sadar mereka menutup telinga, menentang, dan menolak firman yang Allah sampaikan melalui hamba-hamba-Nya (16-17, 19). Padahal ketaatan kepada firman-Nya merupakan bukti mutlak dari ketaatan kepada Allah dan persembahan yang paling harum di mata Tuhan (20). Bangsa Yehuda menderita penyakit dan luka-luka sosial masyarakat yang sudah kronis (7, 14). Sementara itu para pemimpin rohani mereka tidak berusaha mengobati justru membiarkan dan meninabobokan mereka dengan khotbah-khotbah yang enak di telinga dan hati yaitu Damai sejahtera! Damai sejahtera!

Penyakit dan luka sosial masyarakat zaman kini berbeda dengan zaman bangsa Yehuda. Kerusuhan yang berkepanjangan di Ambon, Aceh, dan Poso merupakan bukti bahwa manusia sudah tidak lagi menghargai sesamanya. Demi ideologi, golongan, dan agama, manusia akan memangsa sesamanya. Amukan massa yang membakar hidup-hidup pencuri sepeda motor merupakan bukti jauh di dalam masyarakat tersembunyi gejolak emosi dan amarah yang siap meledak setiap saat untuk menghancurkan dan membinasakan sesama dan segala harta benda. Belum lagi tayangan sinetron lokal maupun barat yang selalu mengagungkan harta dan kemewahannya dalam kehidupan manusia, membuat masyarakat Indonesia berlomba mendapatkan kekayaan secara cepat dan mudah.

Renungkan: Apakah gereja hanya akan mengkhotbahkan: 'Damai sejahtera bagi bumi! Damai sejahtera bagi bangsa Indonesia' sementara penyakit sosial masyarakat tetap menjalar?

(0.10665182894737) (Yer 36:1) (sh: Jangan-jangan Anda seorang Yoyakim (Sabtu, 5 Mei 2001))
Jangan-jangan Anda seorang Yoyakim

Jangan-jangan Anda seorang Yoyakim. Sebelum puasa bersama seluruh bangsa Yehuda yang ada di Yerusalem berlangsung (9), Allah memerintahkan Yeremia untuk menuliskan firman-Nya yang sudah Ia sampaikan sejak zaman Yosia hingga tahun ke-5 pemerintahan Yoyakim dan membacakannya kepada mereka yang sedang berpuasa. Firman itu penting bagi keselamatan umat Allah, sebab ketika firman Tuhan diperdengarkan selalu ada kemungkinan pertobatan dan pengampunan Allah dicurahkan (3). Ini menegaskan bahwa firman Allah mempunyai kekuatan dan relevansi yang tidak dapat dibatasi oleh waktu. Firman-Nya sangat dibutuhkan oleh umat-Nya selain doa dan puasa.

Namun sayangnya seringkali ada kekuatan tertentu yang berusaha menghalangi dibacakannya firman Tuhan kepada umat-Nya. Yoyakim adalah salah satunya. Ia membakar gulungan kitab yang menuliskan firman-Nya agar rakyatnya tidak mempunyai kesempatan mendengarnya. Ia berusaha menghalangi bahkan menutup setiap kesempatan bagi umat Allah untuk mendengarkan firman-Nya di masa itu dan di masa mendatang dengan jalan menangkap Yeremia dan Barukh.

Dua kekuatan bertemu: kekuatan firman Tuhan dan kekuatan Yoyakim beserta seluruh aparatnya. Kekuatan firman-Nya bukan hanya tidak dapat dihalangi namun setiap kekuatan yang akan berusaha menghalangi akan dilibas oleh Allah (30-32). Respons Allah terhadap tindakan Yoyakim ini menegaskan bahwa firman Allah tertulis sangat dibutuhkan oleh umat-Nya, karena itu usaha untuk menghalangi dibacakannya firman Allah tertulis dan terhadap keberadaannya adalah kesalahan yang serius di mata Allah.

Renungkan: Seringkali kita bertindak seperti Yoyakim bagi diri sendiri maupun Kristen lainnya. Bagaimana pola pembacaan Alkitab Anda setiap hari? Apakah Anda hanya membaca buku renungan yang hanya berisi kesaksian dan pengalaman Kristen lainnya? Jika ya, Anda sudah menjadi Yoyakim bagi diri Anda sendiri. Apakah Anda mendorong Kristen lainnya membaca buku renungan yang berisi kesaksian dan pengalaman sebagai pola membaca Alkitab setiap hari? Jika, ya berarti Anda adalah salah seorang Yoyakim zaman kini. Bertobatlah sebab kesalahan Anda adalah serius di mata Allah. Bacalah Alkitab secara langsung tiap hari dan anjurkanlah Kristen lain untuk membaca Alkitab juga secara langsung.

(0.10665182894737) (Yer 51:15) (sh: Perspektif Kristen (Rabu, 30 Mei 2001))
Perspektif Kristen

Perspektif Kristen. Perspektif apa yang akan Anda gunakan untuk melihat orang-orang yang ber-KKN masih menduduki kekuasaan, sementara itu orang yang benar harus terus berjuang untuk sesuap nasi, atau pihak-pihak yang bertanggungjawab terhadap pembakaran dan pemboman gereja masih terus bertakhta sementara Kristen harus bergulat dengan puing-puing? Kita seringkali menggunakan perspektif keadilan dan waktu dalam arti jika si jahat tidak segera dihukum maka ketidakadilan terjadi. Apakah perspektif yang demikian benar?

Tidak! Perspektif ini berbahaya karena dapat membawa Kristen ke dalam pragmatisme (ingat renungan 16 Mei). Lalu perspektif apa yang harus kita gunakan? Beberapa perspektif berikut sangat penting untuk Kristen Indonesia gunakan dalam menjalani kehidupan di negara ini. Pertama, Allah adalah penguasa, pengontrol, dan penentu seluruh alam semesta beserta segala isinya (15- 16). Allah berdaulat penuh. Kedua, di dunia ini ada 2 kelompok manusia. Kelompok pertama terdiri dari manusia yang beragama namun sebetulnya tidak mempunyai relasi dengan Allah. Kelompok kedua terdiri dari manusia yang mempunyai relasi dengan Allah karena mereka adalah umat dan milik-Nya (19). Ketiga, kedaulatan-Nya memampukan Allah untuk mengangkat dan memberikan takhta dan kemuliaan kepada manusia kelompok pertama untuk melaksanakan rencana-Nya bagi dunia dan umat-Nya (20- 23). Keempat, walaupun kelimpahan materi dan takhta, kelompok pertama tetap lawan Allah (25-29). Saatnya pasti akan tiba dimana Allah akan melucuti segala kekuasaan dan kemewahan mereka (29-30). Kelima, penderitaan sehebat dan seberat apa pun yang dialami oleh manusia kelompok kedua dan betapa pun gelapnya jalan yang terhampar (34), itu bukan merupakan akhir bagi mereka sebab kata akhir mereka adalah kasih setia Allah (24).

Renungkan: Kristen adalah kelompok kedua dalam kisah di atas. Kristenlah milik dan umat Allah yang berdaulat karena penebusan darah Kristus. Siapakah kelompok pertama itu? Karena itu pandanglah setiap peristiwa dan insiden yang terjadi di negara kita dengan perspektif ini karena akan memampukan Kristen untuk tidak hanya terfokus kepada realita kasat mata yang seringkali menyedihkan, tapi juga melihat realita lain di balik realita yang kasat mata tadi. Disitulah terletak pengharapan yang tidak berkesudahan.

(0.10665182894737) (Mat 17:22) (sh: Teladan Seorang Guru (Senin, 19 Februari 2001))
Teladan Seorang Guru

Teladan Seorang Guru. Penderitaan seorang guru yang disegani, dihormati, dan diteladani, adalah kesedihan bagi murid-muridnya. Guru yang telah menjadikan dirinya dan hidupnya sebagai panutan dan bagian hidup murid-muridnya, akan menerima pengabdian diri murid-muridnya. Yesus telah menjadikan diri-Nya sebagai bagian dari kehidupan murid-murid-Nya, bahkan Ia memberikan nyawa-Nya bagi kehidupan mereka. Dialah Guru Agung sepanjang sejarah manusia.

Di Galilea, untuk kedua kalinya Yesus memberitahukan penderitaan yang akan dialami-Nya. Ia menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia, karena Ia akan mengalami penderitaan sebagai Manusia yang lemah, tak berdaya, dapat merasakan sakit, tidak mampu membela diri, dan akan berhadapan dengan maut atau kematian. Namun Ia akan mengalami semua ini bukan karena kuasa manusia, melainkan diserahkan oleh Allah Bapa, yang kemudian akan membangkitkan-Nya dari kematian (ayat 23). Di sini nampak jelas bahwa Allah Bapa yang telah mengutus-Nya yang mengizinkan semuanya ini terjadi di dalam kedaulatan-Nya, demi keselamatan manusia. Mengingat kembali bahwa Gurunya akan menderita membuat hati murid-murid sangat sedih, karena mereka masih belum mengerti arti penderitaan Yesus Sang Mesias.

Sebagai Yahudi yang setia, Yesus pun memberikan teladan dalam membayar pajak untuk Bait Allah. Kewajiban membayar pajak sudah ditetapkan sejak zaman Musa (Kel.30:13), guna perbekalan rumah Tuhan. Analogi kewajiban orang asing membayar pajak bagi pemerintahan Roma dipakai Yesus untuk menunjukkan bahwa Anak Allah seharusnya tidak berkewajiban membayar pajak Bait Allah, demikian pula Petrus. Namun Yesus mengajarkan sekaligus memberikan teladan bagaimana Ia pun tetap melakukan kewajiban ini. Setiap Yahudi harus membayar 2 dirham/orang, tetapi mata uang yang beredar adalah 4 dirham, maka mereka harus membayar 4 dirham untuk 2 orang. Yesus menyuruh Petrus untuk memancing dan membuka mulut ikan yang pertama kali ditangkapnya, maka ia akan menemukan mata uang 4 dirham di dalam mulutnya. Dengan uang itulah Yesus dan Petrus membayar pajak.

Renungkan: Melalui sikap sederhana, Yesus pun menyatakan Keallahan-Nya sekaligus kerendahhatian- Nya dalam memenuhi kewajiban keagamaan. Inilah teladan Sang Guru Agung.

(0.10665182894737) (Mat 18:12) (sh: Gema pengampunan di tengah dendam membara (Rabu, 21 Februari 2001))
Gema pengampunan di tengah dendam membara

Gema pengampunan di tengah dendam membara. Pelampiasan dendam semakin sering mewarnai surat kabar, media, dan berita televisi. Nada ketidakpuasan, iri hati, kekecewaan, sakit hati, dan kehilangan, bagai api menyulut bensin, tak seorang pun kuasa memadamkan. Demikianlah keadaan masyarakat kita yang mudah digiring kepada dendam membara, bahkan seringkali tanpa pemahaman yang jernih akan duduk permasalahannya. Masihkah gema pengampunan terdengar di tengah dendam membara?

Kita yakin bahwa gema pengampunan masih harus terus diperdengarkan, tidak akan luntur ditelan zaman, karena misi-Nya belum tuntas. Masih banyak jiwa yang tersesat yang harus dibawa-Nya pulang. Perumpamaan Yesus tentang seekor domba yang hilang membuktikan bagaimana misi penyelamatan itu tidak pernah pudar, satu jiwa pun sangat berharga di mata-Nya. Ia tidak pernah meremehkan atau mendiskriminasi seorang manusia pun, karena setiap jiwa yang tersesat akan dicari, sehingga meluaplah sukacita-Nya ketika jiwa yang tersesat itu kembali pulang. Setiap orang yang telah ditemukan-Nya juga akan memiliki beban yang dalam melihat jiwa-jiwa yang masih tersesat. Oleh karena itu ketika kita, anak-anak Tuhan, melihat saudara kita berbuat dosa, harus mengupayakan segala cara untuk menyadarkannya dan menyerahkannya kembali kepada Tuhan. Bapa di surga juga akan bekerja di tengah- tengah kita yang sepakat berdoa bagi pertobatannya.

Gema pengampunan antar sesama, bukan berdasarkan kebaikan, kemurahhatian, kesabaran, dan belas kasih kita kepada orang lain, namun semata-mata karena anugerah pengampunan-Nya telah dinyatakan terlebih dahulu bagi kita. Sesungguhnya tak ada alasan bagi kita untuk tidak memaafkan orang lain karena kesalahannya pada kita tidak dapat dibandingkan dengan dosa kita. Jika Ia telah menganugerahkan pengampunan bagi kita, adakah kita berhak menahan pengampunan bagi orang lain yang bersalah pada kita? Hutang kita telah dilunaskan, masihkah kita menuntut orang yang telah memohon pelunasan hutangnya kepada kita? Adakah kita lebih besar dan lebih berkuasa dari Tuhan?

Renungkan: Masih banyak saudara kita yang membutuhkan pengampunan-Nya, masihkah anugerah pengampunan-Nya bergema dalam hidup kita melalui sikap kita mengampuni orang lain?

(0.10665182894737) (Mat 20:29) (sh: Semarak menghantar jalan salib (Senin, 26 Februari 2001))
Semarak menghantar jalan salib

Semarak menghantar jalan salib. Ada saat pujian datang, ada pula saat kecaman datang; demikianlah yang dialami Yesus. Ia tahu bahwa sudah tiba saat- Nya Ia harus ke Yerusalem untuk menempuh jalan salib, tetapi sesuai dengan nubuatan nabi, Yesus mengalami suasana semarak pujian orang banyak yang mengikuti-Nya. Namun sayangnya mereka hanya mengenal-Nya sebagai nabi dari Nazaret. Mengapa demikian?

Sebelum tiba di Yerusalem, ketika Yesus keluar dari Yerikho, dua orang buta berseru kepada-Nya. Mereka memanggil Yesus sebagai Anak Daud, suatu sebutan yang berkaitan dengan Kemesiasan-Nya. Berbeda dengan respons orang banyak yang sangat tidak bersimpati melihat orang buta yang membutuhkan pertolongan, Yesus tergerak hatinya oleh belas kasihan untuk menolong mereka. Walaupun Ia sudah tahu kebutuhan mereka, tetapi Ia bertanya lebih dahulu apa yang mereka kehendaki dari Yesus. Mereka mengatakan suatu kebutuhan utama, yakni supaya Ia mencelikkan mata mereka. Respons Yesus (ayat 34) semata-mata bukan karena teriakan mereka, tetapi karena kehendak-Nya untuk menjamah mereka dan menyembuhkan. Kemesiasan-Nya sungguh nyata melalui kuasa-Nya mencelikkan mereka.

Kemudian Yesus dan murid-murid-Nya menuju Yerusalem. Tiba di Betfage, suatu desa di Bukit Zaitun, Ia menyuruh 2 murid-Nya untuk meminjam keledai betina dengan anaknya. Kemudian Ia menunggangi keledai tersebut. Segala sesuatunya terjadi di dalam rencana dan pengaturan-Nya sesuai nubuatan nabi (ayat 2-5). Sejumlah besar orang menyambut-Nya dan menyebut-Nya: Anak Daud dan Dia yang datang dalam nama Tuhan (ayat 9). Kedua sebutan ini sesungguhnya menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikan, namun ternyata sebutan ini hanya keluar dari bibir mereka tanpa pemahaman yang selaras dengan pengakuan. Ia menerima segala perlakuan mereka karena Ia datang sebagai penggenap nubuatan nabi, walaupun Ia tahu bahwa mereka menyambut-Nya hanya sebagai nabi besar dan bukan seorang Mesias (ayat 11).

Renungkan: Mungkin Kristen sering terlalu mudah menyanyikan pujian atau menyerukan haleluya sebagai respons atas kebenaran firman Tuhan, tanpa didasari pemahaman dan pengenalan yang benar, yang selaras dengan pengakuan melalui bibir.

(0.10665182894737) (Luk 7:1) (sh: Hanya anugerah yang melayakkan (Rabu, 12 Januari 2000))
Hanya anugerah yang melayakkan

Hanya anugerah yang melayakkan. Sejak zaman pelayanan Tuhan Yesus ternyata jabatan, status, dan kedudukan seseorang memiliki pengaruh yang besar di tengah kehidupan masyarakat. Sehingga masyarakat sekitar pun akan melakukan apa saja untuk dapat menyenangkan hati orang tersebut. Keadaan ini terlihat jelas ketika seorang perwira di Kapernaum memohon pertolongan Yesus untuk menyembuhkan hambanya. Orang-orang Yahudi, yang tahu persis siapa perwira itu langsung merekomendasikan kepada Yesus bahwa permohonan perwira itu layak mendapat perhatian-Nya. Orang-orang itu menganggap bahwa permintaan perwira itu layak dikabulkan karena kepeduliannya membantu pembangunan rumah ibadah orang Yahudi. Tapi, bila akhirnya Yesus datang memenuhi permintaan perwira itu, bukan karena keberadaan dan kebaikannya layak secara kasat mata. Hambanya disembuhkan-Nya bukan karena Yesus membenarkan pendapat orang-orang Yahudi, tentang kelayakan perwira itu, melainkan karena anugerah yang hendak dinyatakan-Nya kepada sang perwira yang menyadari ketidaklayakannya (ayat 6-8). Yesus pun memuji iman sang perwira itu.

Kebaikan dari peristiwa kesembuhan hamba seorang perwira di Kapernaum ada seorang pemuda di Nain yang secara kasat mata manusia dianggap tidak layak memeproleh perhatian. Selain berasal dari keluarga biasa dan anak seorang janda, ia pun berasal dari lingkungan non-Yahudi. Tetapi semuanya ini tidak menghalangi Yesus untuk menyatakan perhatian-Nya. Ia justru menunjukkan rasa kepedulian dan simpati-Nya dengan turut merasakan penderitaan dan kesusahan janda itu dalam kedukaannya. Dalam peristiwa ini, tindakan Yesus menyembuhkan bukan karena permintaan sang pemuda seperti perwira di atas, tetapi inisiatif Yesus sendiri. Berarti kedua peristiwa ini ingin menunjukkan bahwa kesembuhan diberikan semata karena anugerah dan bukan kelayakan seseorang.

Renungkan: Keselamatan pun adalah anugerah yang dinyatakan-Nya kepada kita yang percaya. Semata tidak berdasarkan status, kedudukan, dan kebaikan seseorang, baik menurut penilian diri maupun penilaian masyarakat. Puji syukur kepada-Nya yang telah melayakkan kita menerima anugerah-Nya, karena sesungguhnya kita tidak layak di hadapan-nya. Mailah kita yang telah menerima anugerah-nya menyatakan syukur melalui hidup yang memuliakan Dia.

(0.10055231052632) (Kej 1:1) (ende)

KEDJADIAN

KATA PENDAHULUAN

Perintjian Kitab Perdjandjian Lama

Perdjandjian Lama terdiri dari 45 kitab, jang tertulis atas Ilham ilahi, dan memuat wahju-wahju Tuhan serta mentjeritakan karja-karjaNja bagi bangsa Israel selama masa persiapan akan menerima kedatangan Kristus al Masih jang didjandjikan.

Kitab Perdjandjian Lama oleh umat Jahudi dibagi atas tiga golongan, jakni "Torah" (Hukum atau Adjaran), "Para Nabi", dan "Kitab-kitab". Jang disebut Torah ialah kitab Musa: Genesis (Kadjadian), Exodus (Pengungsi), Leviticus (Levitika), Numeri (Tjatjahdjiwa), dan Deuteronomium (Ulangtutur).

"Para Nabi" terdiri dari dua bagian: kitab-kitab nabi jang lebih kuno: Josua, Hakim-hakim, 1-2 Sjemuel, 1-2 Radja-radja; serta kitab-kitab nabi abad-abad kemudian mulai dari Jesaia. Kitab-kitab lainnja termasuk golongan ketiga.

Disamping pembagian tersebut masih ada pula pemerintjian lain jang lebih djelas menundjukkan isi berbagai kitab, jakni kitab-kitab Sedjarah, kitab-kitab Nubuat, dan kitab-kitab Didaktis atau Kebidjaksanaan. Dalam penerbitan-penerbitan modern pemerintah inilah jang lazimnja digunakan.

Kumpulan Kitab menurut bangsa Jahudi tidak memuat semua kitab-kitab jang oleh Geredja Sutji telah diakui sebagai diilhamkan. Lain kata: Daftar buku-buku sutji (Canon) seperti telah ditetapkan oleh bangsa Jahudi sekarang adalah lebih singkat dari pada Canon jang diterima oleh Geredja Katolik sesuai dengan Tradisi Sutji. Perbedaannja terletak pada tudjuan kitab, jang biasanja disebut kitab- kitab deutero-canonis".

Pentjipta-pentjiptanja

Imam Sutji mengadjarkan, bahwa apa jang termaktub dalam Kitab Sutji baik Perdjandjian Lama maupun Perdjandjian Baru adalah Sabda Tuhan sendiri jang ditundjukkanNja kepada bangsa Israel dan kepada umat manusia umumnja.Kitab-kitab sutji ini kita anggap "diilhamkan", maksudnja: Tuhan setjara istimewa telah membantu para pengarang ketika menjusunnja; Ia menerangi budi mereka dan mendorong kehendak mereka, dan membimbing mereka waktu menulis., sehingga dengan tepat-seksama telah termaktub adjaran-adjaran tentang Tuhan, sifat-sifat dan karja-karjaNja, jang memang maksudNja dipermaklumkan kepada manusia.

"Ilham" harap dibedakan daripada "Wahju" atau "Revelasi".Dalam "Wahju" Tuhan sendiri setjara langsung menerimakan suatu pengertian baru tentang DiriNja dan KarjaNja diantara manusia. Istilah "Ilham" atau "Inspirasi"menundjukkan kepada suatu kurnia ilahi jang diberikan kepada orang-orang tertentu, agar mereka atas Nama dan djaminan Tuhan sendiri, dapat menjampaikan dan menerangkan kepada umat Allah apa jang telah diwahjukan.

Kadang-kadang orang itu mengumumkan apa jang diwahjukan kepada mereka sendiri, seperti halnja dengan Nabi-nabi, seringkali djuga mereka menjampaikan atas Nama Tuhan wahju-wahju jang telah diberikan lebih dahulu kepada orang lain, seperti lazimnja terdjadi oleh para pengarang Buku-buku Sudji.

Demikianlah Tuhan adalah Pentjipta Utama dari kitab-kitab ini, dan Kitab Sutji adalah sesungguhnja Sabda Tuhan.

Manusia pentjipta adalah alat Tuhan, tetapi alat jang hidup dan mempunjai sifat- sifat serta kegiatannja sendiri. Tuhan djustru berkenan menggunakan sifat-sifat dan kegiatan ini untuk memberi Sabda-adjaranNja bentuk manusiawi. Djadi djuga manusia pentjipta menerangkan sifat-sifatnja jang tertentu atas buku himpunannja. Ia hidup pada djaman tertentu, menggunakan kata-kata jang mudah ditangkap oleh para pembatja ketika itu, memakai gaja-bahasanja sendiri. Dalam hal ini ternjata ada perbedaan-perbedaan diantara buku-buku.

Oleh karena Tuhan menjampaikan SabdaNja melalui manusia pengarang, maka pentinglah kiranja kita menjelidiki apa jang sebenarnja dimaksudkan oleh pendjipta tertentu ini. Agar dapat menafsirkan maksud itu dengan teliti, haruslah kita mempunjia pengertian tentang keadaan sekitar pada djaman itu, dan tentang gaja-bahasa jang digunakannja.

Kita hendaknja menjelidiki tjorak-kesusasteraan suatu kitab atau suatu kitab atau suatu fasal. Dalam hal ini komentarlah jang harus memberi petundjuk- petundjuk menurut Tradisi dan adjaran Geredja, pun pula sesuai dengan pendapat- pendapat penjelidikan ilmiah. Demikian misalnja untuk melahirkan isi hatinja seorang penjair mazmur memakai tjara-tjara dan gaja-bahasa lain dari seorang pentjipta prosa kitab-kitab para Radja. Tjara membahas kitab didaktis jang bertjorak agak romantis seperti kitab Tobit sudah tentu berlainan dengan tjara menafsirkan kesusastraan Nubuat. Begitu pula umpamanja kita mengetahui, bahwa pada djaman tertentu timbullah apa jang disebut kesusastraan Kebidjaksanaan dengan sifat-sifatnja jang chas.

Diantara para pengarang sutji Perdjandjian Lama jang terkemuka, tradisi mentjatat nama Musa untuk kesusastraan Hukum, sjemuel dan Esra untuk kitab-kitab Sedjarah, Dawud untuk mazmur-mazmur, Sulaiman untuk kesusastraan Kebidjaksanaan, dan berbagai orang Nabi untuk kesusastraan Nubuat. Ini bukan senantiasa berarti bahwa mereka itu sendirilah jang mengarang buku-buku tadi seluruhnja, melainkan mereka melakukan peranan penting dan mempunjai pengaruh jang mendalam atas tersusunnja kitab-kitab. Adjaran merkalah jang merupakan intisari kitab-kitab tersebut.

Tradisi sebagai sumber bahan-bahan

Sebagian besar dari bahan jang termuat dalam Kitab sutji hingga agak lama disalurkan setjara lisan atau tertulis dalam tradisi umat Israel, dan baru kemudian dikumpulkan serta disusun oleh para pengarang sutji. Djelaslah bahwa tidak semua bahan langsung diwudjudkan atau didiktekan oleh Tuhan sendiri kepada pentjipta-pentjipta ini.

Tuhan mewahjukan Diri sepandjang sedjarah Israel. Kenang-kenangan akan bimbingan Tuhan dalam riwajat UmatNja tetap selaku putera-bangsa Israel hidup dalam alam- suasana tradisi ini, menjatat serta menafsirkannja atas nama dan dengan penerangan dan bantuan Tuhan sendiri, dan dengan demikian mengabdikan Sabda Tuhan serta karja-karjaNja bagi keturunan Israel seluruhnja. Oleh karena ia menulis atas inspirasi atau Ilham dari Tuhan, maka dengan pasti kita mengetahui bahwa sungguh benarlah apa jang dinjatakannja, dan itu semua dituliskan tepat seperti dimaksudkan oleh Tuhan sendiri. Seakan-akan Tuhan sendiri menandatangani buah-tjipta manusia-pengarang dan penafsirannja perihal karja-karja Tuhan.

Dalam kitab Sutji masih terdapat pula bekas-bekas tradisi-tradisi asli jang merupakan sumber bahan-bahan bagi para pengarang. Lebih-lebih dalam kelima kitab pertama, jakni Pentateuch, biasanja dibeda-bedakan empat arus tradisi:

Tradisi jahwistis (J), disebut demikian karena inilah jang berlangsung hidup diantara suku-suku daerah selatan, terutama suku Juda.

Tradisi Elohistis (E). Disini Tuhan kerapkali disebut (Allah), chusus dalam tjerita tentang keadaan sebelum Musa, nama Jahwe tidak dipakai. Bahan tradisi ini berasal dari suku-suku daerah utara, termasuk suku Efraim.

Orang berpendapat, bahwa sesudah hantjurnja Keradjaan Utara (Samaria takluk kepada musuh pada tahun 721) kedua tradisi tersebut bertjampur, sebab ketika itu banjaklah penduduk dari utara jang melarikan diri mengungsi kewilajah Juda. Pertjampuran ini tidak sukar terlaksana, karena pada garis-garis besar tradisi ini berhaluan sedjadjar, dan menjalurkan pengalaman-pengalaman religius dari dahulukala jang bersamaan.

Ketjuali dua arus tradisi ini masih terdapat pula suatu tradisi jang berpangkal pada sematjam aliran di Israel kira-kira abad ketudjuh, jang mau mempertahankan dan mengembangkan Hukum musa. Timbullah ketika itu saduran baru dari Adjaran Musa jang disebut "Hukum kedua" atau Deuteronomium (D). Saduran ini sebagian besar kita ketemukan dalam kitab Ulangtutur. Tjiri jang utama ialah: usaha kearah persatuan nasional dan pemusatan ibadat, dengan maksud untuk menghidupkan kembali semangat religius jang semula, pula untuk mentitikberatkan pengabdian terhadap Jahwe jang bersifat batin dan penuh tjintakasih.

Achirnja ada kalangan imam-imam jang mempunjai minat-minat jang chas akan sedjarah terutama akan peraturan-peraturan serta hukum-hukum ibadat. Mereka sangat mengutamakan wadjib mengedjar kesutjian. Perhatian itu mengemukakan aspek-aspek tertentu dari sedjarah Israel, dan mempunjai pengaruhnja djuga atas Kitab Sudji seluruhnja. Inilah jang disebut: Tradisi Imam (P).

Terutama pada saat sesudah pembuangan di Babilonia, para imam berusaha untuk mengumpulkan dan membangkitkan warisan rohani dari nenek-mojang Israel.

Tradisi jang bermatjam-matjam itu setjara berangsur-angsur bertumbuh bersama dan achirnja didjadikan satu keseluruhan, jang menuat kelima buku Pentateuch dan buku-buku lainnja jang menguraikan sedjarah israel. Ditambah dengan buku Nabi- nabi, buku-buku Kebidjaksanaan dan beberapa buku lain, koleksi itu merupakan Kitab Sutji Perdjandjian Lama.

Bekas-bekas dari berbagai tradisitersebut masih diketemukan dalam Kitab Sutji misalnja dimana terdapat satu peristiwa jang tertjatat sampai dua kali dan mentjerminkan dua matjam pandangan jang sedikit berlainan (doublet). Begitu pula kalau dalam suatu tjerita terdapat penghubung-penghubung hal satu dengan hal berikutnja jang terasa tidak lantjar, perbedaan-perbedaan dalam gaja-bahasa dan sebagainja.

Bagaimana djuga halnja, jang lebih penting bagi kita ialah:Kitab sutji seluruhnja dalam bentuknja jang definitif, seperti telah sampai ketangan kita dengan perantara Geredja.

Bagaimana tjara membatja kitab Sutji

Sementara membatja kitab Sudji hendaknja kita ingat, bahwa para pengarang sutji tidaklah mempunjai tugas untuk hanja memuaskan perhatian kita akan sedjarah kuno semata-mata. Tudjuan mereka ialah membimbing kita sekalian menudju kearah tuhan jang telah mewahjukan Diri kepada umatNja dan kepada kita dalam peristiwa- peristiwa sedjarah masa jang silam. Peristiwa-peristiwa itu dikisahkan, supaja panggilan dan karja keselamatan Tuhan nampak didalamnja. Oleh karena itu kitapun hendaknja sedjarah umat Israel sebagai sedjarah keselamatan

Perdjandjian Lama, ketjuali memberi pernjataan tentang apa jang telah dikerdjakan oleh Tuhan, djuga menundjukkan kepada apa jang achirnja akan dilaksanakanNja setjara penuh dan universil. Maka dari itu arti Perdjadjian Lama tidak terbatas pada segolongan ketjil manusia jang hidup pada djaman jang silam. Adapun Israel dipanggil menerima perwahjuan Tuhan untuk membuka djalan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Wahju ini merintis djalan bagi kedatangan kristus, dan oleh karena itu mendjadi milik rohani setiap orang kristen. Sabda dan karja-karja Tuhan tetap berkembang sehingga mentjapai puntjaknja, jaitu ketika Jesus, Sabda Tuhan sendiri dan WahjuNja jang difinitif, turun ditengahtengah kita.

Djadi Perdjandjian Lama membimbing kita kearah Kristus, dan memanggil masing- masing diatara kita untuk bersama-sama dengan Israek menempuh djalan Imam sedjati, melalui pertjobaan-pertjobaan serta kelemahan-kelemahan kita, agar supaja achirnja menerima Kristus sendiri beserta rahmat-rahmatNja seutuhnja.

Demikianlah Perdjandjian Lama merupakan panggilan jang ditudjukan kepada masing- masing diantara kita. Panggilan itu harus kita djawab dengan pernjataan iman kita. Iman ini semakin penuh berkembang, sedang Sabda tuhan meresap berakar dalam hati kita. Demikianlah seharusnja sikap kita sementara membatja Kitab Sutji.

KATA PENDAHULUAN KITAB KEDJADIAN

Pentateuch atau kelima Buku dari Musa.

Kitab Genesis atau kedjadian adalah jang pertama diantara kelima kitab Musa atau Pentateuch (kitab jang terdiri dari 5 bagian; lima gulungan kitab).

Baik dalam riwajat Jahudi maupun dalam Tradisi kitab-kitab Genesis (Kedjadian), Exodus (Pengungsian), Levitika (Levitika), Numeri (Tjatjahdjiwa) dan Deuteronomium (Ulangtutur) selalu dipandang sebagai kesatuan, *) dan lima gulungan kitab jang memuatnja disimpan oleh bangsa Jahudi dengan penuh chidmat. 2alasan utama dari penghormatan jang istimewa ini ialah: bahwa mereka dianggap buah-tjipta Musa, tersusun atas nama Tuhan. Seperti telah diterangkan dalam Kata Pendahuluan Umum tadi, ini tidak berarti bahwa Musa sendirilah jang menulisnja. Namun intisarinja dihimpun oleh Musa, dan kemudian dikembangkan dan diperluas dibawah pengaruh musa serta atas dasar kerja jang telah dilaksanakannja demi umat Israel atas titah Tuhan. Pokok adjaran-adjarannja seakan-akan berkembang dari abad keabad, sehingga achirnja termaktub mendjadi lima kitab jang diilhamkan ini.

Tugas utama jang harus ditunaikan oleh Musa ialah: mengumpulkan bangsa Hibrani, keturunan para bapabangsa jang dahulukala hidup denegeri Mesir sebagai keluarga- keluarga jang belum bersatu sebagai bangsa dan serba tertindas kehidupannja. Jahwe memerintahkan kepada Musa membentuk mereka djadi bangsa jang bebas. Ketjuali mendjadi pendekar bangsa, Musa adalah pula penjusun Hukum. Bhawa bangsa ini semata-mata tersusun berkat rahmat-panggilan Tuhan, haruslah terlahir pula dalam Hukum Dasanja jang menerangkan tjara hidup umat Israel sesuai dengan sifat-sifat dan panggilannja. Israel itulah nama bangsa terpilih sedjak Musa sampai djaman pembuanagan. Sesudah pembuangan kita sebut:umat Jahudi.

Bagi umat Israel Hukum pada hakekatnja bersifat religius, dan bertudjuan mentjiptakan alam kehidupan atau suasana lagi menentukan azas-azas dasarnja, agar supaja bangsa terpilih dapat melaksanakan panggilan serta tugasnja jang chusus didunia ini. Panggilan itu ialah: mengormati serta mewartakan Nama Tuhan jang Mahaesa jang telah berkenan mengadakan Perdjandjian Kasih dengan mereka, dan hidup sesuai dengan Perdjandjian iti.

Tuhan telah mewudjudkan Diri kepada Musa dan membrinja rahmat-rahmatNja djustru untuk menjusun Hukum itu. Azas-azas jang pokok tertjantum dalam Dekalog atau Kesepuluh Sabda, kesepuluh perintah Tuhan. Maka dari itu kelima kitab jang berdasarkan atas karja Musa itu disebut Torah, jakni Hukum atau Adjaran. Hukum ini tidak tersusun berkat usaha manusiawi belaka, melainkan didasarkan atas tuntutan-tuntutan jang tertjantum dalam Wahju Tuhan terhadap Israel. Tuntutan- tuntutan ini dibawah bimbingan Tuhan sendiri dari abad ke abad memperoleh perudjudan jang makin njata dan konkrit.

Oleh karena itu kitab-kitab ini tidak mempunjai bentuk kitab hukum modern atau kumpulan perundang-undangan, seperti diketemukan pada bangsa-bangsa lain dari sekitar tahun 2000 sebelum Kristus (misalnja kitab hukum Hammurabi jang termasjur), melainkan Hukum Israel seolah-olah terdjalin dalam uraian sedjarah perwahjuan jang diterimanja. dan dalam uraian ini dilukiskan kembangan bangsa terpilih, kesetiaannja dan pengchianatannja terhadap Hukum Tuhan, bagaimana umat Tuhan diberkati tetapi djuga disiksa oleh Tuhan.

Demikian kelima kitab ini mengisahkan sedjarah manusia dalam hubungannja dengan Tuhan, sedjak tertjiptanja alam semesta sampai Musa wafat.

Kitab Genesis atau Kedjadian

Terutama kitab Kedjadian mempunjai sifat uraian sedjarah. kitab ini dimulai dengan kisah kedjadian bumi dan langit, dan berachir dengan riwajat Jusuf dan kepindahan keluarga-keluarga para bap[abangsa Hibrani kenegeri Mesir.

Pemerintah

Kitab Kedjadian terdiri dari dua bagian: \a. - Fasal 1-11: sedjarah dunia sebelum Israel: alam semesta ditjiptakan, manusia pertama djatuh kedalam dosa, dosa manusia disiksa dengan air bah. Djaman ini dibagikan dalam dua periode: dari Adam ke Noah (10 keturunan) dan dari Noah Ke Ibrahim (10 keturunan). \b. - Fasal 12-50: permulaan sedjarah bangsa Israel sendiri: para bapa bangsa.

Sifat kedua bagian

Kedua bagian ini masing-masing memiliki sifat-tjoraknja sendiri, sehingga dipandang dari sudut sastera maupun sedjarah tidak dapat disamakan begitu sadja.

Untuk mengarang sedjarah, orang harus memiliki sumber-sumbernja, artinja mempunjai dokumen-dokumen tertulis atau tradisi-tradisi lisan jang lajak dipertjaja dari djaman dahulu.

Adapun Israel hanjalah mempunjai sumber-sumber sedjarah sedjak djaman Ibrahim. Sebelum itu sedjarah Israel belum tertjipta, karena Israel sendiri belum ada.

Dasar pertama lahirnja Israel ialah peristiwa panggilan Ibrahim.Sebelum itu keluarga Ibrahim hanja merupakan suatu unsur dalam keseluruhan bangsa semit jang belum menerima Wahju sedjati dari Tuhan jang Mahaesa.

Golongan bangsa Semit hidupnja seperti nomade, mengembara senantiasa berpindah- pindah tempat-kediaman. asalmulanja ialah padang-gurun Arabia; pada musim-musim kemarau mereka mentjari nafkah serta makanan bagi ternak mereka disekitar sungai-sungai besar: Eufrat, Tigris, disepandjang tepi sungai jordan, bahkan kadang-kadang sampai ditepi bengawan Nil ditanah Mesir.

Disekitar sungau-sungai itu berdiamlah bangsa-bangsa jang besar lagi lebih tinggi taraf kebudajaannja, antara lain bangsa Sumeria (rumpun bangsa Indo- Eropa) di Mesopotamia, kemudian tedesak oleh bangsa-bangsa Babilon dan Assiria, jakni bangsa-bangsa Semit jang sedjak dahulukala beralih dari tanah Arab kedjurusan utara. Lebih keutara lagi kita dapatkan bangsa Hittit disepanjang sungai Halys dekat Laut Hitam (sekitar tanah Turki); ditanah Palestina bangsa Kanaanit (golongan bangsa Semit djuga), dan disebelah barat bangsa mesir.

Demikian pula suku Hibrani dari golongan bangsa Semit asal-usul keluarga Ibrahim, telah meninggalkan padang-gurun Arabia, bertolak ke Ur ditepi sungai Eufrat disebelah barat-laut teluk Persia, kemudian ke Charan, bagian utara "daerah-kedua-sungai" (Aram Naharaim) antara sungai Tigris dan Eufrat. Beberapa kenang-kenangan dari djaman itu, sungguhpun sudah agak kabur, mungkin djuga tersimpan dalam tradisi suku-suku dan kemusian masuk kedalam tradisi Israel. Tetapi berkat adanja hubungan dengan kebudajaan Babilon djuga pada waktu kemudian, ada kisah-kisah dan tjerita-tjerita dari daerah-daerah itu jang dalam bentuk agak berlainan, disalurkan pula kedalam tradisi Israel. Kiranja itu terdjadji a.l melalui kebudajaan suku-suku Kanaan.

Akan tetapi peristiwa bersedjarah pertama jang menentukan timbulnja bangsa Israel ialah pertemuan antara Ibrahim dan Tuhan, serta panggilan Ibrahim untuk bertolak meninggalkan suku-bangsanja sendiri, dan mendjadi inti-permulaan suatu bangsa jang baru jang akan dikaruniakan dengan wahju-wahju Tuhan. Segala sesuatu jang terdjadi sebelum Ibrahim dipanggil, dipandang dari sudut historis, terletak diluar batas-batas sedjarah Israel.

Maksud dari Fasal: 1-11

Demikianlah djelas sekarang, bahwa kesebelas fasal pertama dari kitab Kedjadian bukannja tersusun dari bahan wirajat atau tradisi religieus-historis bangsa Israel sendiri, dan bukan pula merupakan kisah sedjarah dalam arti kata jang modern. Meskipun begitu ini tidak berarti, bahwa fasal-fasal tersebut sama sekali tidak mempunjai nilai atau latarbelakang historis.

Perbedaan dengan kissah tentang periode historis ialah, bahwa kissah-kissah itu mentjeritakan peristiwa-peristiwa jang telah dialami oleh Israel sebagai tanda- tanda historis jang menampakkan Wahju dan Karja Tuhan. Sedangkan dalam uraian tentang periode prasedjarah. Rendjana dan Karja Tuhan diberi wudjud jang konkrit dengan menggunakan tjerita-tjerita kuno dan legenda-legenda jang diketahui umum, disesuaikan dengan maksud pengaang jang chusus.

Maka dari itu, meskipun peristiwa-peristiwa dari masa prasedjarah dalam perintjiannja jang konkrit adalah tersembunji bagi pengarang, tetapi hubungan antara Tuhan dan manusia jang akan diuraikannja tidaklah berupa perumusan- perumusan jang abstrak, melainkan diberi bentuk lukisan jang serba konkrit. Demikian tempo sedjak pentjiptaan bumi sampai Ibrahim mendapat suatu perspektif historis. Adapun maksudnja ialah, untuk menekankan, bahwa Rendjana Tuhan dan sikap manusia terhadapnja adalah realita jang kelihatan dalam sedjarah dan sungguh-sungguh telah menentukan situasi umat manusia. Djadi jang diterangkan dalam fasal-fasal ini bukannja suatu chajalan belaka. Melalui gambaran-gambaran konkrit kita hendaknja menangkap perkembangan historis dari Rendjana Keselamatan Tuhan jang terselubung didalamnja. Dalam teks sendiri terdapat bukti-bukti objektif jang menjatakan, bahwa pentjipa tidak bermaksud menjadjikan lukisan- lukisan jang konkrit itu sebagai laporan, seakan-akan peristiwa-peristiwa semuanja pernah terdjadi tepat seperti tergambar olehnja. (Lihat komentar).

Sumber pengertian tentang keadaan manusia sebelum Ibrahim

Tetapi bagaimana para pengarang sutji telah memperoleh pengertian-pengertian mereka tentang apa jang terdjadi antara Tuhan dan manusia dalam masa prasedjarah?

Sudah kami terangkan diatas, bahwa tradisi historis umat Israel tidak meliputi masa tersebut. Walaupun demikian, kita berhadapan dengan Sedjarah Keselamatan, jang berkat adanja Inspirasi atau Ilham tidak boleh diragu-ragukan lagi kebenarannja. Pengertian para pengarang mengenai purbakala itu melampaui kodrat, dan pada hakekatnja bersadarkan pada Wahju Tuhan.

Akan tetapi tidak usah kita menjangka, bahwa Tuhan telah menampakkan kepada mereka dengan suatu mukdjidjat peristiwa-peristiwa konkrit jang terdjadi dalam masa prasedjarah. Tadi sudah didjelaskan, bahwa unsur-unsur uraian jang mereka gunakan untuk sebagian besar berasal dari tjerita-tjerita kuno dilingkungan Babilonia. Tetapi adjaran-adjaran jang mendjadi intisari tjerita-tjerita itu mereka peroleh dari Wahju jang telah dianugerahkan kepada Israel.

Hendaknja djangan kita lupakan, bahwa mereka jang menjusun bahan-bahan kitab Kedjadian adalah orng-orang Israel dari abad-abad kemudian. Mereka mengetahui sedjarah Israel sebagai Umat jang terpilih. Daripadanja mereka mengambil kesimpulan, bahwa Allah jang telah memanggil Ibrahim dan menampakkan Diri kepada Israel adalah sama sadja dengan Tuhan jang mentjiptakan bumi-langit serta manusia sekalian.

Maka pada orang Israel timbullah pertanjaan, mengapa diantara bangsa-bangsa sekian banjaknja hanja Israelkah jang menerima panggilan Tuhan jang istimewa? Apakah jang terdjadi pada umat manusia lain sebelum Ibrahim?

Djawaban mereka peroleh dari pengertian mendalam tentang maksud-maksud dan djalan-djalan Tuhan seperti telah terkandung dalam wahju-wahjuNja kepada Israel. mereka mendjadi faham, bahwa dalam sedjarah religius bangsa Israel nempaklah djuga pola dari Rendjana ilahi terhadap umat manusia pada umumnja. Maka dari awal mula sedjarah umat manusia telah ditudjukan oleh Tuhan kearah Israel dan Keselamatan jang akan dilaksanakan didalamnja.

Demikianlah, berkat tjahaja-penerangan dari Tuhan dan atas namaNja, pengarang kitab Kedjadian dapat mengadjar kita perihal Tuhan Pentjipta alam semesta, tentang tudjuan manusia dan bagaimanakah seharusnja sikapnja menurut kehendak Tuhan, pula mengenai dosa manusia jang memperbuahkan penderitaan serta maut. Ia memperlihatkan kepada kita, bagaimana kebanjakan manusia makin mendjauhkan diri dari Tuhan dan menudju kebinasaan.

Keadaan itulah jang mendjadi sebabnja Tuhan berkenan memanggil Ibrahim dari dunia penuh dosa dan penderitaan ini dan memilih Israel mendjadi UmatNja. Adapun maksudNja untuk melaksanakan RendjanaNja jang semula dan achirnja membawa Keselamatan bagi seluruh bangsa manusia.

Karena adjaran tentang prasedjaah berdasarkan atas Wahju dan pengalaman- pengalaman Israel, maka gambaran mengenai djaman sebelum Ibrahim itu memperlihatkan beberapa tjorak jang sedjadjar dengan sejarah Israel sendiri.

Misalnja: Tuhan mentjiptakan dunia dari ketiadaan seperti djuga Umat Israel ditjiptakanNja dari ketiadaan, ialah dari dunia berdosa. Manusia dilimpahi Kasih Tuhan jang membahagiakan (keadaan firdaus) seperti Israel kemudian dituntun kepada tanah jang makmur-sedjahtera dan suasana tenteram-damai. Begitu djuga halnja dengan pengchianatan dan menipis atau enjahnja iman pada kebanjakan orang: manusia pertama melanggar perintah Tuhan dan diusir dari firdaus, seperti djuga Israel sendiri melakukan pelanggaran dan merosot serta diusir dari tanah jang dianugerahkan kepada mereka . Achirnja sedjumlah ketjil orang diselamatkan dari kebinasaan dosa dan hukuman (Noah sekeluarganja), seperti dalam israel hanja akan tinggal sisa-sisa jang tetap akan setia pada Tuhan dan jang akan menerima Keselamatan jang telah didjandjikan, pada waktu kedatangan al-Masih.

Namun perbedaan jang besar antara masa prasedjarah dan sedjarah Israel ialah: bahwa dengan panggilan Ibrahim mulailah djalan kembali dari kemerosotan umum kearah hubungan dengan Tuhan, djalan kemenangan atas kedosaan, berkat Wahju dan Rahmat baru jang berlimpah-limpah.

Oleh pengarang sutji Sedjarah Keselamatan purbakala, pentjiptaan alam-semesta, berlipatgandanja bangsa manusia, serta meluasnja keseluruh pendjuru dunia, ditjeritakan setjara singkat dan skematis. Mereka menggunakan kissah-kissah kuno jang mengalami penjaduran sesuai adjaran jang dimaksudkan.

Maka dari itu djanganlah hendaknja kita mentjari didalamnja bahan-bahan ilmu- pengetahuan ethnologi, geografi, archaeologi dan sebagainja.

Apa jang diandjurkan ialah: kepastian tentang situasi-keselamatan umat manusia dahulukala, sebelum mewahjukan Diri kepada bangsa Israel.

Fasal 12-50

Dalam bagian kedua jang mendjadi pokok ialah: Sedjarah karja-karja Tuhan seperti hidup dalam kenangan-kenangan dan tertera dalam tulisan-tulisan bangsa Israel. Sudah barang tentu setelah berselang sekian abad kbar-kabar tentang peristiwa- peristiwa jang terkuno kebanjakan adalah agak kabur. Pada djaman itu segala sesuatu terdjadi dalam lingkungan keluarga para bapabangsa jang terbatas, merupakan sedjarah keluarga. Tetapi kedjadian-kedjadian jang sungguh penting dan mengesankan tersimpan terbaik dalam tradisi-tradisi.

Gambaran jang terdapat dalam kitab Kedjadian tentang periode ini sesuai dengan apa jang kita ketahui dari sumber-sumber sedjarah lainnja dan dari penjelidikan- penjelidikan archeologis mengenai djaman itu.

Jang terutama diutarakan ialah saat-saat Tuhan mewahjukan Diri dan mempermaklumkan firmanNja kepada UmatNja jang terpilih.

Makin singkat djarak antara terdjadinja peristiwa-peristiwa dan saat menulisnja, makin menipis pulalah kabut jang menjelubungi masa silam, makin djelas djuga kedjadian-kedjadian itu tampil kemuka.

Akan tetapi, seperti telah kami kemukakan tadi, djuga disini pada hakekatnja apa jang menuntut perhatian kita terutama seharusnja ialah hal-ichwal jang rohani, rahmat tuhan jang dalam peristiwa-peristiwa itu dilimpahkanNja kepada bangsa Israel dan kepada kita djuga. Oleh karena itu kerapkali ditekankan oleh pengarang sutji, bahwa Tuhan sendirilah sebab pertama dari peristiwa kedjadian sedjarah, sedangkan berbagai sebab-sebab lain, jang djuga mempunjai peranannja, ditempatkan dilatar belakang. Tuhanlah jang membimbing sekalian manusia dan segala sesuatu kearah tudjuan jang ditentukanNja.

Hendaknja kita beladjar menjaksikan peranan Tuhan dalam segala-galanja dan memperhatikan, bagaimana Kasih Tuhan, - jang menggerakkan segala sesuatu dan menudjukan panggilanNja kepada manusia jang bersifat bebas, - telah meresap mempengaruhi djalan sedjarah, baik bila Tuhan menampakkan diri setjara langsung dan dalam wahju-wahjuNja dan kedjadian-kedjasian jang mengagumkan, maupun bila Ia berbitdjara dengan menggunakan orang-orang utusanNja, untuk mengadjar serta membimbing BangsaNja terpilih. (Untuk keterangan lebih landjut mengenai interprestasi sedjarah israel lihat tjatatan jang mendahului Buku Josua)

(0.10055231052632) (Kel 7:9) (ende)

Perkataan "tanda" disini menterdjemahkan kata hibrani jang berarti sesuatu jang luarbiasa, menjolok mata; selandjutnja berarti djuga: peringatan, tanda jang mendahului suatu peristiwa; arti chusus disini: tanda hadirNja Tuhan serta kekuasaanNja.

Menurut tradisi P Musa dan Harun bersama-sama menghadap Parao, dan Harun membuat tanda-tanda adjaib (Lihat djuga Kel 7:19; 8:1,12 dll.). Menurut ajat-ajat jang berasal dari tradisi J, Musa hanja seorang diri sadja menghadap Parao (Kel 7:14; 8:1 dll.). Harun hanjalah djurubitjara Musa dihadapan umat (lihat Kel 4:16). Dalam tradisi E Musa dan Harun berbitjara kepada Parao, tetapi hanja Musalah jang membuat tanda-tanda (Lihat Kel 4:17; 5:1). Ini semua detail-detail, jang setjara historis tidak mungkin lagi diketahui dengan pasti. Setiap kalangan tradisi mempunjai gambaran-gambarannja sendiri. Sungguhpun begitu, pengarang kitab Exodus ini telah berhasil menjusun fasal 7-11 (Kel 7-11) mendjadi kesatuan jang laras dan dramatis. (Lihat djuga tjatatan sesudah Kel 11:10).

(0.10055231052632) (Est 4:17) (ende)

[17e-g] Ajat2 ini menafsirkan kelakuan Mordekai setjara lain daripada Est 3:2.

[17o] Pikiran jang merupakan latar belakang teks ini ialah: musuh2 Israil ditugaskan oleh Allah untuk menghukum umatNja. Tetapi mereka meliwati batas dan tidak sadar akan kedudukannja sebagai alat Allah se-mata2. Karena itu mereka sendiri dihukum.

(0.10055231052632) (Mzm 109:1) (ende)

Dengan sangat hebat seorang (mungkin sakit Maz 109:22-24), jang dianiaja musuh2 jang tjedera (Maz 109:2-5), mengutuk mereka, meminta Jahwe, agar Ia menghukumnja (Maz 109:6-20). Hukuman ini dilukiskan dengan bahasa penghebat dan berdasarkan hukum pembalasan Perdjandjian Lama. Si pemohon tahu,bahwasanja se-mata2 Allah sanggup melaksanakannja (Maz 109:21,26-29) dan bila demikian djadinja, maka ia akan bersjukur dan memudji Jahwe (Maz 109:30-31). Lagu ini merupakan "mazmur pengutuk" jang paling hebat, paling kedjam dan jang paling pandjang dalam seluruh Kitab Mazmur (lih. Maz 95; 38:7-11; 69:23-29). Memang sikap sedemikian tiadalah sesuai dengan hukum tjinta Perdjandjian Baru. Tetapi pada masa sebelum Kristus mengadjar, kutuk2 sematjam ini dapat dimengerti. Dan lagu inipun menjatakan kepertjajaan orang kepada Allah dan keadilanNja, hingga toh penuh dengan rasa keigamaan jang sedjati. patut diperhatikan lagi, bahwa kutuk2 ini merupakan suatu kesusasteraan tertentu, jang pakai bahasa penghebat dan rumus2 jang kurang biasa.

(0.10055231052632) (Yoh 1:14) (ende: Daging)

Istilah ini mengandung tjorak: manusia lemah dan fana. Bdl. Flp 1:2-7: "Ia telah menghampakan Dirinja dengan mengambil keadaan budak, mendjadi sama seperti seorang manusia".

(0.10055231052632) (2Raj 17:24) (full: MENYURUH MEREKA DIAM DI KOTA-KOTA SAMARIA. )

Nas : 2Raj 17:24

Raja Asyur mendatangkan tawanan asing untuk tinggal "di kota-kota Samaria" (yaitu seluruh wilayah kerajaan utara) supaya menghancurkan perasaan nasionalisme yang masih ketinggalan. Kawin campur di antara orang Israel yang tidak diangkut ke Asyur dan orang-orang asing yang dibawa ke wilayah Israel menghasilkan orang yang disebut "orang Samaria." Hasilnya ialah suatu campuran tradisi agama dan budaya asing dengan kebiasaan dan iman Ibrani (ayat 2Raj 17:29-33). Akan tetapi, pada zaman PB banyak orang Samaria telah meninggalkan cara-cara kafir mereka dan mengembangkan iman yang semata-mata dilandaskan pada Pentateukh (kelima kitab pertama Alkitab). Yesus bersaksi kepada seorang perempuan Samaria, berbicara tentang kurang lengkapnya tradisi Samaria (Yoh 4:4-26). Di kemudian hari banyak orang Samaria menjadi orang percaya di dalam Kristus melalui pelayanan Filipus (Kis 8:5-25).

(0.10055231052632) (2Taw 16:9) (full: MATA TUHAN MENJELAJAH SELURUH BUMI. )

Nas : 2Taw 16:9

Allah demikian menghargai mereka yang mengabdi kepada-Nya sehingga Dia menjelajah seluruh bumi untuk menandai semua yang mengasihi-Nya dengan setia dan memihak kepada tujuan-Nya (Yeh 9:3-6). Allah melakukan hal ini untuk mendukung dan menolong orang semacam itu di dalam bahaya apapun (lih. Kel 14:15-20; 2Raj 19:35), penderitaan (Kej 37:34; Kel 2:23-25), atau pencobaan (Kej 22:1-14) yang mereka hadapi.



TIP #16: Tampilan Pasal untuk mengeksplorasi pasal; Tampilan Ayat untuk menganalisa ayat; Multi Ayat/Kutipan untuk menampilkan daftar ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA