Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 381 - 400 dari 477 ayat untuk mengambil (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.15) (Ams 25:1) (sh: Tokoh bukan karena kekuatan tetapi karena kebenaran (Selasa, 31 Oktober 2000))
Tokoh bukan karena kekuatan tetapi karena kebenaran

Kokohnya sebuah kerajaan bergantung pada raja yang memerintah. Bila raja memerintah dengan menyalahgunakan kekuatan semata demi kejayaannya, maka pada suatu waktu rakyatnya akan memberontak, dan tergulinglah kejayaannya. Bila raja memerintah semata untuk menyenangkan hati rakyat, maka suatu waktu ia akan mengalami kesulitan besar menghadapi berbagai kemauan rakyat yang tidak sama. Kedua sikap ini berakibat kegagalan dan kehancuran. Jika demikian, bagaimana caranya seorang raja memerintah dengan baik?

Penulis Amsal mengatakan bahwa kemuliaan raja bukan terletak pada kekuatan dan kejayaan secara materi, tetapi bagaimana ia mengokohkan takhtanya di atas kebenaran. Ia menyelidiki segala sesuatu dengan cermat, apakah ada ketidakbenaran, ketidakadilan, penyimpangan hukum, rencana-rencana jahat yang tersembunyi, pelecehan hak dan kewajiban, dll. Berdasarkan penyelidikan yang cermat, ia tidak mengambil tindakan gegabah. Segala ketidakbenaran dan penyimpangan akan ditindak dengan tegas, sehingga kebenaran dan keadilan kembali ditegakkan. Ia pun tak segan-segan menyingkirkan para provokator dan pelaku kejahatan, agar kejahatan tidak merajalela di dalam kerajaannya. Ia berani memecat para pejabat kerajaan bila mereka ternyata telah menyalahgunakan kekuasannya, sekalipun mereka pernah berjasa bagi raja atau kerajaannya. Ia tak pandang bulu dalam mempertahankan kebenaran dan keadilan. Demikianlah kerajaannya tetap kokoh di atas kebenaran.

Karena itu di hadapan seorang raja atau pembesar, janganlah berlagak penting sehingga menempatkan diri sesuai penilaian diri. Bagaimana pun penilaian orang lain terhadap diri kita tidak selalu sama dengan kita menilai diri sendiri, bisa lebih positif tetapi bisa

juga lebih negatif. Betapa malunya kita bila telah menempatkan diri lebih dari penilaian orang lain, sehingga kita merasa direndahkan. Oleh karena itu, lebih baik kita mawas diri agar tidak dipermalukan, dan biarlah orang lain yang memberi tempat terbaik sesuai dengan penilaian mereka.

Renungkan: Janganlah berhenti berdoa bagi para pemimpin bangsa kita agar mereka berani dan rela menegakkan kebenaran dan keadilan. Karena pemerintahan yang kokoh dipimpin oleh pemimpin yang berani dan rela menegakkan kebenaran tanpa pandang bulu.

(0.15) (Pkh 7:1) (sh: Hikmat yang benar (Selasa, 5 Oktober 2004))
Hikmat yang benar

Abraham Lincoln harus melewati banyak kegagalan dan penderitaan sebelum akhirnya ia terpilih menjadi presiden Amerika Serikat ke-16. Bahkan ketika ia menjadi presiden, Amerika terancam perpecahan nasional dan berakhir dengan perang saudara. Meski demikian, di bawah pemerintahan Abraham Lincoln, Amerika berhasil disatukan kembali dan kini ia pun dikenang sebagai salah satu presiden Amerika terbaik.

Hikmat yang benar tidak tumbuh begitu saja dari pengetahuan manusia ataupun dari pembelajaran ilmu pengetahuan. Melainkan, hikmat yang benar muncul dari pengenalan secara pribadi manusia dengan Tuhan. Dalam kitab Pengkhotbah siapa saja yang memiliki hikmat yang benar ini diibaratkan seperti memperoleh harta warisan yang akan menjamin masa depannya (ayat 11). Manfaat hikmat yang benar menurut nas ini adalah: memampukan kita untuk mengerti persoalan kehidupan (ayat 10,12b), dan memberikan kita kesanggupan bagaikan kekuatan sepuluh penguasa kota (ayat 19). Meskipun demikian kita perlu belajar membedakan antara hikmat yang benar dan hikmat yang salah. Hikmat yang salah menyebabkan pemiliknya bersandiwara dalam kekehidupannya sehari-hari dan bertindak berlebihan dalam menangani suatu persoalan seolah-olah ia adalah seorang yang bijaksana. Akan tetapi segala perbuatannya itu justru menghasilkan kemalangan baginya dan bagi orang lain (ayat 15-17).

Pemimpin bangsa, tokoh agama, bahkan kita semua memerlukan hikmat yang benar. Seorang pemimpin memerlukannya untuk mengambil berbagai keputusan yang berpengaruh pada negara yang dipimpinnya. Sedangkan bagi tokoh agama hikmat ini dibutuhkan untuk menerangkan firman Tuhan bagi umat. Sebab, penafsiran firman Tuhan yang keliru mengakibatkan kehancuran terhadap pengikutnya dan mengganggu kerukunan umat beragama di Indonesia. Sementara itu, bagi kita hikmat yang benar diperlukan agar kita dapat mengerti kehendak Tuhan bagi hidup ini.

Renungkan: Hidup tanpa hikmat yang benar menyebabkan kerugian yang tak perlu.

(0.15) (Yes 1:18) (sh: Sebuah manuver (Selasa, 7 Oktober 2003))
Sebuah manuver

Dalam diri manusia terdapat keinginan untuk menyelamatkan diri dari bahaya dan kemauan untuk bertahan hidup. Ketika seseorang berada dalam bahaya, respons yang diambil adalah menghindar, melakukan manuver, mengganti arah sehingga keluar dari jalur. Tindakan manuver tidak selalu sama dengan tindakan pengecut, namun bisa merupakan tindakan cerdas.

Bangsa Yehuda ditawari untuk melakukan manuver oleh Yahweh. Masih ada kesempatan bagi mereka, meskipun hanya celah kecil, untuk terbebas dari kehancuran, jika mereka mau berbalik arah. Janji bersyarat diberikan Yahweh (ayat 18-20). Betapa indahnya pengampunan yang diberikan Allah, tuntas dan radikal. Tidak ada dosa yang terlalu besar dan terlalu kotor sehingga tak bisa dibersihkan. Syaratnya adalah pertobatan yang tuntas dan radikal pula.

Umat Yehuda harus mengambil kesempatan bertobat ini. Namun, sebagian besar dari mereka terus berkeras hati. Mungkin mereka tidak menyadari bahwa di hadapan Allah mereka terlihat bagaikan pelacur-pelacur yang tidak setia. Kenyataan bahwa dosa adalah sebuah jalur yang nyaman dan nikmat untuk dihidupi membuat sebagian orang lengket dengan kehidupan yang najis dan membutakan mata mereka akan bahaya yang sedang menyongsong. Untuk mereka yang lebih memedulikan diri dan nafsunya di atas kepentingan bangsa dan Allah, Tuhan akan menumpahkan murka-Nya yang kudus. Yahweh yang kelihatan begitu marah tiba-tiba memberikan janji pemulihan (ayat 26-27). Itu karena Yahweh melihat bahwa kehancuran bukanlah kata akhir. Ada pengharapan, meskipun itu adalah pengharapan pascapenderitaan.

Renungkan: "Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya" (Mat. 7:13).

(0.15) (Yes 7:1) (sh: Menantikan pertolongan Allah (Senin, 13 Oktober 2003))
Menantikan pertolongan Allah

Keadaan krisis dalam hidup manusia sebenarnya menunjukkan bahwa ada satu keadaan yang urgen, yang harus direspons segera. Kepada siapakah kita berespons? Dalam era telepon genggam ini, kita tinggal menekan nomor telepon dan menghubungi seorang rekan ketika kita kesepian. Kita tidak lagi memanjatkan doa-doa kepada Allah yang bisa memenuhi hati kita. Bahkan kita lebih memilih untuk menyogok dan mencari bekingan ketika urusan kita sedang sulit. Bisakah kita menantikan pertolongan Allah di saat krisis?

Pertanyaan tersebut jugalah yang melatarbelakangi bacaan kita hari ini. Yehuda dan Yerusalem akan diserang oleh Aram dan Israel. Raja Ahas yang ketakutan tidak mengetahui cara lain untuk dapat selamat kecuali meminta tolong kepada kerajaan yang waktu itu begitu terkenal, Asyur. Yesaya diutus Tuhan untuk memberitahukan agar Ahas tidak meminta bantuan kepada Asyur. Ahas harus mengingat bahwa perbuatannya melawan Asyur hanya akan membawa kehancuran bagi Yehuda.

Pada saat pertemuan itu, Yesaya ditemani oleh anaknya yang bernama Syear Yasyub. Nama anaknya berarti "hanya sisa seorang yang akan kembali [dari pembuangan]." Dengan kehadiran anaknya, Yesaya menambah bobot pesannya kepada Ahas. Nama anak itu seharusnya diperhatikan oleh Ahas dan bisa menjadi pengingat bahwa tindakannya meminta tolong kepada Asyur akan mencelakakan dirinya dan bangsanya. Yahweh meminta Ahas untuk melakukan 4 hal (ayat 4): meneguhkan hati, tinggal tenang, tidak takut dan tidak berhati kecut. Ahas harus berdiri teguh dalam iman, menantikan Tuhan yang tidak kelihatan, namun pasti akan bertindak (ayat 9).

Renungkan: Sering kali kita mengambil jalan pintas karena merasa Tuhan berdiam diri ketika kita kesulitan. Yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah terlambat. Berjalanlah dalam kebenaran-Nya apa pun yang terjadi.

(0.15) (Yes 8:1) (sh: Jika harus takut (Rabu, 15 Oktober 2003))
Jika harus takut

Hidup yang penuh dengan ancaman dan kejahatan seperti ini membuat beberapa orang mencoba untuk mendapatkan kekebalan dari kuasa- kuasa jahat seperti jimat. Sebagian orang lagi mencoba mendapatkan kekayaan dari dukun-dukun atau orang-orang "pintar". Hal-hal tersebut merupakan manifestasi ketakutan manusia terhadap hal-hal yang tidak bisa dikendalikan dirinya.

Setelah di pasal 7 Ahas menolak tanda, di pasal 8 ini Allah kembali memberikan tanda yang kurang lebih sama. Istri Yesaya melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Maher-Syalal Hasy-Bas, yang berarti "Perampasan yang Tangkas, Perampokan yang Cepat" (menurut terjemahan BIS). Kita mungkin tidak akan pernah berpikir untuk memberikan nama anak kita seperti itu. Yesaya taat kepada Tuhan untuk menjadikan anaknya semacam tanda bahwa dalam waktu 9 bulan setelah anak itu lahir (yang dianggap normal sampai seorang anak tahu memanggil "Bapak" atau "Ibu"), Asyur akan menghancurkan Samaria serta Israel. Janji ini bahkan lebih cepat daripada janji 2 tahun dalam pasal 7.

Sayang sekali, Ahas memang sudah tidak memerlukan tanda. Ia menjadi sebuah "sistem yang tertutup", tidak bisa lagi mendengarkan suara Allah. Allah sudah memberikan sebuah pilihan: biarkanlah air Syiloah mengalir lamban. Artinya, biarkanlah keadaan seperti apa adanya, percayalah kepada Allah saja. Namun, Ahas memilih untuk meminta tolong kepada Asyur, daripada kepada Allah.

Pasal ini menyerukan agar Ahas takut kepada satu-satunya yang harus ditakuti, yaitu Yahweh sendiri. Allah adalah satu-satunya ancaman yang perlu diperhitungkan oleh Yehuda. Namun demikian, Allah juga adalah satu-satunya sumber keselamatan.

Renungkan: Jika Anda takut, ingatlah bahwa Allah harus lebih Anda takuti daripada apa pun. Berpeganglah pada firman-Nya dalam mengambil keputusan!

(0.15) (Yes 41:17) (sh: Allah atau ilah? (Selasa, 26 Juli 2005))
Allah atau ilah?

Berjalan melintasi gurun pasir selama berhari-hari bukanlah perkara gampang. Dalam keadaan panas dan haus orang sering disesatkan oleh fatamorgana (seperti melihat mata air).

Umat Allah pada nas ini digambarkan sedang berjalan melalui gurun pasir dalam keadaan panas dan haus. Namun, mereka tidak disesatkan oleh fatamorgana sebab Allah sendiri telah memelihara mereka melalui mata air yang menyegarkan (ayat 17-19). Perbuatan Allah menolong umat-Nya itu membuat bangsa-bangsa yang melihat dan memperhatikannya akan mengakui bahwa tangan Allah Israel yang melakukannya (ayat 20).

Setelah Allah memperlihatkan kekuasaan-Nya yang tak terbatas pada umat-Nya dan bangsa-bangsa maka kini Allah melucuti para penguasa dunia, berhala-berhala, dan ilah-ilah dunia ini (ayat 21). Merekalah para penyesat yang membuat manusia tidak dapat melihat Allah. Padahal mereka sendiri tidak berdaya untuk menolong manusia. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui peristiwa yang akan terjadi pada masa depan (ayat 22-23). Mereka juga tidak ada apa-apanya sehingga tidak mampu membela perkaranya sendiri (ayat 24). Terhadap rencana Allah dalam meninggikan atau merendahkan posisi seseorang mereka tidak mampu mencegahnya (ayat 25-27). Mereka tidak mampu memahami rencana Allah bagi sejarah dunia sehingga mereka pun tidak mampu menjawab Allah (ayat 28-29).

Umat Allah dan bangsa-bangsa masa kini dihadapkan pada pilihan menyembah Allah atau penguasa dunia, berhala-berhala, dan ilah-ilah dunia ini. Sekaranglah waktunya untuk mengambil keputusan. Jangan salah pilih. Pilihan yang keliru berakibat fatal. Memilih Allah berarti memilih hidup. Memilih yang lain berarti memberi diri dihancurkan oleh kuasa-kuasa palsu.

Camkan: Pertolongan Iblis adalah halusinasi. Berharap padanya sama dengan bergantung pada seutas benang.

(0.15) (Yer 32:1) (sh: Ketaatan mendahului pemahaman (Sabtu, 28 April 2001))
Ketaatan mendahului pemahaman

Ketika seorang bocah laki-laki berumur 3 tahun mengambil sebuah obeng dan mencoba mengutak-atik stop kontak yang beraliran listrik, sang ayah segera memerintahkan untuk menghentikan perbuatannya. Dengan kebingungan namun belum menaati perintah ayahnya, sang bocah malah bertanya mengapa harus berhenti bukankah ayah juga pernah melakukan tindakan yang sama? Kisah ini mewakili respons kita ketika Allah memerintahkan kita untuk menaati-Nya, kita malah bertanya mengapa tidak boleh? Mengapa harus begini?

Tindakan Yeremia merupakan teladan yang indah bagi kita untuk tetap taat walaupun kita belum atau tidak memahami perintah Allah. Tentara Babel sedang mengepung Yerusalem dan Yeremia ditahan karena firman Allah yang ia sampaikan kepada raja Zedekia, ketika Allah berfirman kepada Yeremia untuk membeli sebidang tanah di Anatot (1-7). Yeremia menaati firman Allah. Ia membeli tanah itu, menuliskan pembeliannya, memeteraikan, dan memanggil saksi-saksi. Kepada para saksi ia memberitahu bahwa walaupun tanah ini nanti akan diduduki oleh musuh untuk waktu yang lama, namun di masa yang akan datang tanah itu akan kembali menjadi milik Yehuda (8-15). Apakah ketaatan Yeremia didasari atas pemahamannya mengenai kehendak Allah? Tidak! Ia sendiri sebetulnya masih bingung dengan perintah Allah. Mengapa harus membeli tanah yang tidak ada gunanya sebab sebentar lagi akan diduduki oleh musuh-musuh Yehuda (25)?

Yeremia tetap taat walaupun ia bingung. Namun ia juga tidak mau diam dalam kebingungannya karena itu berdoa meminta Allah untuk menjelaskannya (16-25). Doa Yeremia adalah doa yang sangat jujur karena dalam doa itu terungkap kebingungannya atas perintah Allah ketika ia menyatakan bagaimana memahami kesetiaan Allah dalam penghukuman Yehuda bila dihubungkan dengan perintah untuk membeli tanah (25). Inilah ketaatan yang mendahului pemahaman.

Renungkan: Seperti Yeremia, iman kita tidak melihat segala sesuatu berdasarkan fakta yang ada sekarang namun menyerahkan fakta yang ada sekarang ke dalam tangan Allah. Karena itu ketaatan harus kita utamakan walaupun kita mungkin belum memahami mengapa Allah memerintahkan kita untuk melakukan hal-hal tertentu.

(0.15) (Yer 37:11) (sh: Lari dari tanggung jawab adalah tindakan destruktif (Senin, 7 Mei 2001))
Lari dari tanggung jawab adalah tindakan destruktif

Ketika pengepungan tentara Babel berhenti untuk sementara, Yeremia berusaha meninggalkan Yerusalem menuju ke daerah Benyamin untuk mengurus pembagian warisan di antara kaum keluarganya. Namun di pintu gerbang Benyamin, ia ditangkap oleh kepala penjaga dan dituduh mau menyeberang ke pihak Babel.

Khotbah Yeremia yang terus-menerus menyerukan agar orang- orang Yehuda menyerah kepada Babel telah menimbulkan kebencian terhadap Yeremia di hati para patriot bangsa. Dalam kemarahannya, mereka dan para pembantu raja memukul Yeremia dan menjebloskannya ke dalam ruang cadangan air di bawah tanah yang sudah diubah menjadi penjara. Ketika mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan raja Zedekia, Yeremia tetap menyerukan berita yang sama dari Tuhan yaitu bahwa Babel akan menghancurkan Yerusalem karena itu ia tetap mendorong Zedekia untuk menyerah kepada Babel. Akibatnya ia tetap di penjara namun bukan di bawah tanah tapi di pelataran penjagaan. Reaksi para patriot bangsa itu sangat khas. Dalam keadaan stress karena kepungan tentara Babel, mereka justru menyalahkan Yeremia dan tidak menyadari bahwa situasi dan kondisi yang terjadi saat ini adalah tanggung jawab mereka karena tidak mau menaati firman Allah.

Menyalahkan orang lain adalah salah satu respons yang paling sia-sia dan menghasilkan kehancuran bagi diri sendiri dalam situasi dan kondisi apa pun. Satu- satunya respons yang benar dan bertanggungjawab adalah melihat dengan sejujur-jujurnya akar masalahnya, berani bertanggungjawab dan mengambil langkah-langkah perbaikan yang tepat dan benar. Bangsa Yehuda tetap menolak untuk bertanggungjawab atas tindakannya yang mendatangkan penghukuman Allah lewat tangan Nebukadnezar. Mereka menyalahkan Yeremia serta melampiaskan kemarahan dan frustasinya kepada Yeremia.

Renungkan: Lari dari tanggung jawab lalu mencari kambing hitam adalah respons yang akrab dengan hidup kita, baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maupun dalam kehidupan pribadi. Itu adalah respons yang tidak sehat dan justru bersifat destruktif sebab tidak pernah akan ada harapan untuk perbaikan, kecuali jika seseorang mau bertanggungjawab atas setiap tindakan yang ia lakukan sendiri.

(0.15) (Yer 41:1) (sh: Tragedi klasik sebuah bangsa (Sabtu, 12 Mei 2001))
Tragedi klasik sebuah bangsa

Pembunuhan atas diri Gedalya yang dilakukan oleh Ismael beserta 10 orang temannya adalah tindakan yang benar- benar brutal dan sadis. Hanya orang-orang yang haus darah saja yang dapat membantai orang yang begitu ramah dan tulus kepadanya. Itulah karakter Ismael. Apa motif pembantaian Gedalya? Apakah Ismael menginginkan kedudukan Gedalya? Nampaknya tidak, sebab bukankah setelah melaksanakan misinya, ia kembali ke daerah bani Amon. Motif Ismael adalah dendam dan sakit hati karena apa yang telah dilakukan oleh Babel atas Yerusalem. Ismael tidak mampu melawan Babel maka ia melampiaskan kemarahannya kepada Gedalya yang dianggap sebagai kaki tangan Babel. Haus darah Ismael belum terpuaskan maka ia juga membantai rombongan peziarah yang akan bersilaturahmi kepada Gedalya. Bahkan mayat mereka dibuang begitu saja ke perigi. Bagi Ismael manusia yang dipandang berpihak kepada Gedalya tidak bernilai kecuali mereka mempunyai barang-barang yang ia butuhkan (8). Baginya manusia tidak lebih berharga daripada materi.

Walau Yehuda sudah dibumihanguskan oleh Babel, sebenarnya Yehuda tetap mempunyai kesempatan untuk membangun kembali kehidupannya. Namun ketakutan akan hukuman dari Babel, menyebabkan mereka harus lari ke Mesir. Mereka bukannya sibuk menyelesaikan masalah besar yang sudah ada, malah sekarang sibuk mengatasi masalah yang baru yang juga tidak kecil. Kesempatan untuk memperbaiki diri dan membangun masa depan yang baik selalu ditutup oleh keputusan-keputusan yang salah dan orang-orang yang tidak benar. Seandainya Gedalya mau mengindahkan peringatan Yohanan dan mengambil keputusan yang tepat, Yehuda tidak perlu dihadapkan kepada masalah yang baru. Seandainya Ismael tidak dibutakan oleh nafsu dendam dan mau memandang segala sesuatunya dari perspektif yang benar dan memprioritaskan kepentingan rakyat, maka Yehuda dapat terus membangun di bawah pimpinan Gedalya.

Renungkan: Bukankah tragedi klasik Yehuda juga terjadi di negara kita? Banyak keputusan diambil berdasarkan kepentingan dan nafsu pribadi maupun kelompok. Banyak tokoh dengan karakter yang tidak benar masih memegang kekuasaan. Akibatnya masalah bertambah kompleks.

(0.15) (Yeh 34:1) (sh: Gravitasi dan cinta (Minggu, 11 November 2001))
Gravitasi dan cinta

Di dalam dunia hanya ada 2 gaya: gravitasi dan cinta. Yang satu menarik ke dalam, yang lain memberi ke luar. Yang satu menghisap, yang lain tiada berharap. Kekuasaan pun ada 2 macam: kekuasaan black hole (eksploitasi) dan kekuasaan cinta (eksplorasi).

Nubuat Yehezkiel kini difokuskan pada para raja Israel yang digambarkan sebagai gembala-gembala yang tidak bertanggung jawab. Alih-alih mencintai domba-domba (rakyat Israel), mereka tidak acuh terhadap tugas penggembalaan, dan hanya bisa menikmati tanpa pernah memberi (ayat 3). Egoisme seperti ini menimbulkan kemarahan Allah. Raja-raja Israel tidak sadar bahwa mereka hanyalah gembala-gembala, dan bukan pemilik. Allahlah yang mempunyai domba-domba itu.

Allah mengambil alih dari sini. Ia akan menggembalakan domba- domba-Nya kembali "sebagaimana seharusnya" (ayat 16). Seorang gembala lain yang setia kepada tugasnya (ayat 23-24) akan diangkat (kemungkinan Yoyakhin -- 2Raj. 25:27-30). Di bawah pemerintahannya, rakyat akan sejahtera. Namun demikian, domba-domba itu pun memiliki tanggung jawab, suatu seni menjadi domba yang baik (ayat 17-22).

Pasal ini ditutup dengan janji Allah yang merentang sampai ke masa depan ketika bangsa Israel dipulihkan (ayat 25-31). Keadaan yang digambarkan mengingatkan pada Yes. 11:6-9. Tanpa kekerasan -- hanya cinta yang hadir. Manusia tidak lagi memperkosa alam dan sesamanya. Kasih setia Allah kukuh hingga kekal.

Renungkan: Waspadalah! Kekuasaan ala gravitasi seringkali mengatasnamakan cinta. Belajarlah sungguh-sungguh mencintai alam, diri, sesama, dan Allah. Kalahkan manipulasi gravitasi hari ini!

PA 1: Mazmur 86

Keadaan di Indonesia yang seringkali bergolak menimbulkan ketakutan dan perasaan was-was bagi rakyat. Di samping gonjang-ganjing politik, tingkat kriminalitas tidak pula menurun, kalau tidak dapat dikatakan meningkat. Hidup makin sulit. Tidak sedikit jumlah orang yang memutuskan untuk meninggalkan negeri ini dan menetap di negeri orang. Alasannya sederhana: keadaan tidak lagi aman, dan rakyat kecil tidak berdaya apa-apa ketika kejahatan menghadang. Ketidakberdayaan ini menimbulkan kekhawatiran yang kronis. Siapa yang dapat dimintai pertolongan? Bisakah rakyat hidup dalam damai sejahtera?

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Mengapa dalam ayat 2, 4, 16-17 Daud menyebut dirinya sebagai "hamba" (lih. Kej. 33:5, 2Raj. 8:13)? Jikalau Daud memposisikan diri sebagai hamba, bagaimanakah Daud melihat posisi Allah (ayat 4)? Apakah yang dimaksud dengan "sengsara" dan "miskin" dalam ayat 1 (kaitkan dengan keadaan Daud)? Pernahkah Anda mengalami situasi seperti yang dialami Daud (ayat 14)?

2. Melihat frekuensi doa Daud (ayat 3) dan permohonannya agar diberikan sukacita (ayat 4), bagaimana Anda memahami perasaan yang ia alami? Apakah seseorang boleh merasa takut? Jelaskan jawaban Anda! Mengapa Daud berbicara mengenai Allah yang mengampuni (ayat 5)?

3. Apakah yang diimani Daud mengenai Allah yang dipercayainya (ayat 8-10)? Jelaskan! Apakah Allah yang berkuasa hanya akan menolong jika seseorang berdoa kepada-Nya (ayat 14 seruan muncul dalam pasal ini)?

4. Ayat 11 merupakan klimaks doa. Adakah hubungan sebab-akibat antara ayat 8-10 dan ayat 11? Mengapa Daud meminta hati yang bulat (tak terbagi) sebagai inti doanya? Mengapa Daud bersyukur (ayat 12-13)?

5. Apa yang diminta Daud pada Tuhan (ayat 17)? Apakah yang dimaksud dengan "tanda" di sini bersifat alamiah atau supra alamiah atau dua-duanya? Jelaskan jawaban Anda, kaitkan dengan keadaan Daud! Apa yang diharapkan Daud dengan hadirnya tanda dari Allah (ayat 17b)?

6. Bayangkan: nyawa Anda diancam oleh orang-orang jahat tanpa sebab. Anda juga sadar bahwa Anda kerapkali berdosa menyakiti hati Tuhan. Anda sangat tidak berdaya. Apakah yang akan Anda lakukan?

(0.15) (Hos 2:1) (sh: Perselingkuhan Israel semakin diperjelas lagi (Senin, 2 Desember 2002))
Perselingkuhan Israel semakin diperjelas lagi

Pasal 2 ini menggunakan bahasa peradilan (kebiasaan para nabi) untuk menyatakan kecaman dan penghukuman Allah atas umat-Nya (kata ‘adukanlah’, (ayat 1)). Di sini hubungan Allah dengan Israel digambarkan sebagai suami-istri. Hal ini tidak hanya merupakan penegasan tentang kepemilikan mutlak Allah atas Israel, tetapi sekaligus menegaskan tentang perselingkuhan Israel dengan kekasih lain, yaitu dewa-dewa Kanaan (ayat 4,6). Mereka (umat) menganggap bahwa kelimpahan hasil pertanian dan peternakan berasal dari dewa kesuburan Kanaan yaitu Baal (ayat 4). Mereka tidak menyadari bahwa itu berasal dari Suami yang sesungguhnya, yaitu Allah Israel. Karena itu, pantaslah jika Allah mengambil semua kelimpahan itu dari mereka (ayat 8- 12).Penghukuman itu bertujuan untuk menghajar, agar umat menyadari dosa-dosa mereka. Tetapi mereka tidak juga insaf (ayat 7). Pada pasal ini tampak lagi kasih Allah yang melampaui segala akal. Allah tidak hanya sabar, tetapi juga kembali berinisiatif menyelamatkan umat-Nya. Allah membawa kembali mereka ke Padang Gurun dengan maksud menenangkan hati mereka (ayat 13). Allah mau memulihkan kembali hubungan suami-istri yang langgeng dan ideal, seperti yang pernah terjadi dahulu (ayat 15,17-19). Ketika itu umat Israel belum tergoda untuk mengikuti kekasih yang lain.

Tindakan Allah ini selain menunjukkan bahwa Allah kembali mengasihi Israel (ayat 22), juga harapan Allah agar umat-Nya mengenal-Nya. Mengenal Tuhan merupakan inti iman Israel. Mengenal berarti mengenal secara intim, mengenal kehendak-Nya, mengenal kasih- Nya, dan mengenal jalan-Nya. Berarti juga bersedia menjalankan kehendak Allah dalam kehidupan Israel sebagai umat Allah. Pemulihan hubungan itu akan meliputi pemberian kembali kelimpahan yang pernah mereka terima di tanah Kanaan (ayat 14).

Renungkan:
Pada minggu advent pertama ini, kita sebagai umat Allah diajak untuk mengenang kembali kasih Allah kepada kita, sehingga kita dapat mengoreksi diri; apakah kita dalam kehidupan sehari-hari kita, kita mampu memberlakukan kasih itu.

(0.15) (Yl 2:18) (sh: Anugerah karena pertobatan (Sabtu, 20 November 2004))
Anugerah karena pertobatan

Kedaulatan, kasih, dan keadilan Allah tidak pernah bertentangan dalam diri-Nya, ketiganya berjalan seiring dan indah pada waktunya.

Hal ini terbukti dari berkat yang diberikan Allah kepada Israel atas pertobatan sungguh-sungguh yang mereka lakukan, seperti dalam bacaan hari ini. Tuhan berdaulat menghukum dan Ia berdaulat pula memberi anugerah. Karena perjanjian kasih setia-Nya yang kekal, maka umat yang bertobat tidak mendapat penghukuman. Allah mau mendengar doa dan permohonan yang dinaikkan umat-Nya (ayat 18), bahkan Ia pun menambahkan pemulihan bagi keadaan umat-Nya (ayat 19). Apabila pemulihan Allah terjadi maka musuh umat-Nya pun menjadi musuh Allah juga, sehingga lawan umat Allah akan disingkirkan (ayat 20).

Selain pemulihan diri umat-Nya, kehidupan alam sekitar juga diberkati sehingga hujan diturunkan pada waktunya dan tanaman bertumbuh subur. Itulah Allah kita. Pemulihan-Nya adalah anugerah menyeluruh yang meliputi pemulihan manusia, hewan, dan tumbuhan. Sukacita dan kegembiraan timbul karena Allah semata-mata (ayat 21-23). Bahkan semua kerugian yang pernah dialami umat-Nya selama masa bencana diperbarui. Akibatnya umat Allah kembali mengalami kemakmuran dan kembali terdengar sorak-sorai memuliakan Tuhan (ayat 24-26). Sungguh, tidak ada nama lain sedahsyat Allah Israel (ayat 27).

Pemahaman umat Kristen masa kini banyak dipengaruhi oleh pandangan berkat dan kutuk, yaitu berkat pasti tercurah bila setia ikut Allah dan kutuk menimpa apabila berpaling dari-Nya. Sesungguhnya, pemahaman seperti ini `membatasi' kedaulatan Allah dalam membuktikan cinta kasih-Nya. Padahal, kedaulatan Allah sewaktu menjalankan rencana-Nya bagi umat-Nya tidak pernah dihalangi oleh kesalahan sikap manusia maupun dibatasi oleh tindakan manusia yang tidak setia.

Bagaimana dengan kita? Apakah ingin mengalami anugerah pemulihan Allah? Inilah saatnya kita mengambil keputusan!

Renungkan: Penghukuman -- pengampunan -- pemulihan, itulah kasih Allah.

(0.15) (Am 9:1) (sh: Allah, Penguasa alam semesta (Jumat, 25 Juli 2003))
Allah, Penguasa alam semesta

Bangsa Israel tidak dapat menghindar dari penghukuman Allah (ayat 1). Ingin lari? Kemanapun mereka pergi bahkan pergi jauh ke dunia orang mati, Tuhan akan menemukan dan mengambil mereka (ayat 2). Dalam pemahaman PL dunia orang mati berada di belahan bumi paling bawah, sebuah tempat yang paling jauh dari tempat Allah di langit di atas langit. Ingin bersembunyi di Gunung Karmel (ayat 3) - tempat yang dianggap cukup aman untuk bersembunyi, tetapi justru di sana Allah siap menghakimi? Di dasar laut (ayat 3)? Tuhan akan memerintahkan ular untuk menggigit mereka di sana. Orang zaman itu menganggap dasar laut sebagai tempat yang tidak akan terjangkau oleh Allah. Ingat peristiwa Nabi Yunus? Tuhan tetap dapat menemukannya. Tidak ada tempat yang rahasia bagi Allah (ayat 5,6).

Dari sejarah bangsa Israel, kita tahu bahwa Israel adalah bangsa yang dikhususkan Allah. Namun, kekhususan itu membuat bangsa Israel menjadi sombong, dan beranggapan Allah yang telah memilih mereka, karena itu mustahil Allah menghukum mereka. Kesalahan persepsi ini mengakibatkan terjadinya praktik-praktik penindasan dan pengeksploitasian sesama. Israel semakin tidak terkendali. Allah yang mengubah status sebagai bangsa pilihan, Allah pula yang memutuskan untuk tidak lagi mengkhususkan bangsa Israel bagi-Nya. Israel menjadi sama dengan bangsa-bangsa lain seperti Etiopia, orang Filistin, dan orang Aram. Namun, penghukuman Allah bukanlah tujuan akhir. Allah tetap menyelamatkan sisa-sisa Israel (ayat 8). Penghukuman ini adalah kendaraan Allah untuk menciptakan sisa-sisa yang diselamatkan, yang luput dari penghukuman. Inilah kasih setia Allah.

Renungkan: Allah tidak pernah kompromi dengan dosa. Tetapi dosa tidak dapat membatalkan kasih setia-Nya. Itulah pengharapan yang memotivasi kita mengerjakan kehendak Allah dengan setia dan sukacita.

(0.15) (Ob 1:1) (sh: Firman yang menghukum (Senin, 17 Desember 2001))
Firman yang menghukum

Firman Tuhan datang dalam beragam bentuk: ada yang berupa penghiburan, nasihat, ada pula yang berupa hukuman. Obaja, yang berarti hamba Allah atau penyembah Allah, dipakai Tuhan untuk menyampaikan firman-Nya kepada bangsa Edom. Firman untuk Edom adalah hukuman yang akan Tuhan timpakan kepadanya, bukan firman yang enak untuk didengar.

Dosa keangkuhan Edom mengundang murka dan hukuman Tuhan. Edom melihat dirinya tinggi dan besar, berkuasa dan mapan; menganggap dirinya lebih mulia daripada bangsa-bangsa lain; merasa bahwa mereka lebih kuat dan bijaksana daripada bangsa- bangsa lain. Puncak keangkuhan yang berbuah dosa dan murka Allah adalah tatkala Edom menganggap diri tak tertandingi, bahkan oleh Tuhan sekalipun.

Dalam keangkuhannya, Edom tidak lagi menyembah Allah. Edom telah melupakan Allah Ishak dan Allah Abraham. Edom lupa bahwa Tuhan sanggup melumpuhkannya, dan itulah yang akan Tuhan lakukan kepada Edom.

Keangkuhan memang dapat menipu kita. Keangkuhan meyakinkan kita bahwa kita memang sehebat yang kita pikirkan. Keangkuhan membutakan mata untuk melihat kenyataan dengan tepat dan menulikan telinga untuk mendengar kebenaran tentang siapa kita. Dan hal yang paling parah ialah keangkuhan membuat kita menyembah diri sendiri, bukan Tuhan. Firman Tuhan memberi kita nasihat untuk melawan keangkuhan, yakni dengan mencontoh teladan Tuhan Yesus, "...yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri- Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba..." (Flp. 2:6- 7). Ada dua pelajaran penting yang tersirat di sini. Pertama, jangan pernah menganggap diri terlalu tinggi dan bertahan dalam ketinggian itu. Kedua, jangan pernah mendahulukan kepentingan pribadi. Sebaliknya, dahulukanlah kehendak Tuhan.

Renungkan: Jika kedua hal tersebut diabaikan, waspadalah, sebab itu adalah awal keangkuhan dan tanda bahwa Anda mengundang Allah memberlakukan murka-Nya.

(0.15) (Mat 2:13) (sh: Rintangan tak memenghalangi rencana Allah bagi manusia (Senin, 27 Desember 2004))
Rintangan tak memenghalangi rencana Allah bagi manusia

Tuhan dapat menggunakan berbagai cara untuk menggenapkan rencana-Nya bagi umat-Nya meskipun ada penghambat yang menghalangi.

Orang Majus dan Yusuf adalah bagian dari rencana Tuhan menyambut kelahiran Yesus. Oleh karena itu, Tuhan melindungi mereka sedemikian rupa sehingga mereka terhindar dari pembunuhan. Pertama, orang Majus mengalami pertolongan Tuhan karena mereka memercayai peringatan Tuhan agar pulang tidak melewati Yerusalem (Lih. ay. 12). Sebelumnya Herodes telah meminta agar orang Majus kembali ke Yerusalem untuk memberitahu lokasi Yesus dilahirkan supaya ia juga menyembah Yesus (ayat 8). Namun, tujuan sebenarnya ialah Herodes ingin membunuh Yesus. Niat Herodes membunuh Yesus tak tersampaikan sehingga ia mengambil sikap "pukul rata" yakni membunuh semua anak-anak berusia dua tahun ke bawah di Betlehem (ayat 16). Pembunuhan itu dilakukan Herodes tanpa peri kemanusiaan sebagai upaya melenyapkan saingannya (ayat 17-18). Kedua, keluarga Yusuf terhindar dari pembunuhan Herodes karena mereka telah pindah ke Mesir sebelum pembunuhan di Betlehem itu terjadi (ayat 13-14). Mesir dipilih sebagai tempat tujuan karena kekuasaan Herodes tidak berpengaruh di sana (ayat 15). Kabar kematian Herodes membangkitkan keberanian Yusuf untuk kembali ke Yudea, dan menetap di Nazaret, bukan Betlehem karena penguasa Yudea masih dipegang oleh keturunan Herodes (ayat 22). Selanjutnya, mereka tidak berpindah ke tempat lain sebab Alkitab menyebutkan Yesus sebagai orang Nazaret (ayat 23).

Rintangan hidup dalam berbagai wujud dapat menggoncangkan iman percaya kepada Tuhan sampai kita meragukan penggenapan rencana Tuhan bagi pribadi, umat Tuhan, dan gereja-Nya. Firman Tuhan ini mengingatkan kita bahwa Tuhan tak pernah gagal dalam mewujudkan rencana-Nya bagi kehidupan umat-Nya. Ia adalah Tuhan yang berdaulat dan mengatur sejarah hidup semua manusia bagi penggenapan firman-Nya.

Yang kulakukan: Aku akan tetap ingat bahwa memercayai rencana Tuhan adalah yang terbaik untuk hidupku.

(0.15) (Mat 4:12) (sh: Berani menyatakan apa yang benar (Jumat, 31 Desember 2004))
Berani menyatakan apa yang benar

Menurut Alkitab, nabi merupakan perantara Tuhan dan manusia. Salah satu tugasnya mengoreksi perilaku umat Tuhan yang keliru.

Yohanes ditangkap dan dipenjarakan Herodes karena ia menegur tindakan Raja Herodes yang mengambil Herodias, keponakannya menjadi istrinya (ayat 12; band. 14:3). Raja Herodes di nas ini berbeda dengan Raja Herodes yang membunuh anak-anak di Betlehem. Raja Herodes pada nas ini adalah Herodes Antipas, anak Herodes Agung dan Maltake. Selain beristrikan Maltake, Herodes Agung juga menikahi Mariamne yang melahirkan Filipus, suami pertama Herodias. Dengan demikian, Filipus dan Herodes Antipas adalah saudara satu ayah. Peristiwa penangkapan Yohanes menyebabkan Yesus pergi ke Kapernaum, Galilea. Menurut pembagian tanah pusaka kedua belas suku Israel, Kapernaum berada di seberang sungai Yordan yang termasuk daerah Zebulon dan Naftali (ayat 13; Yos. 19:10-16). Perhatikan kutipan nubuat Nabi Yesaya pada ay. 15-16!

Nubuat ini menunjuk pada Yesus sebagai Terang bagi bangsa yang diam di daerah seberang sungai Yordan. Jadi, keberadaan Yesus di Kapernaum bukan karena Ia takut ditangkap oleh Herodes melainkan Yesus justru melanjutkan pemberitaan surgawi yang pernah dilakukan Yohanes, "Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!" Tuhan memakai peristiwa pemenjaraan Yohanes sehingga pemberitaan tentang Kerajaan Surga pun tersiar bagi daerah Galilea. Yohanes berani menyatakan apa yang benar meskipun ia kehilangan nyawanya (Lihat Mat. 14:10-11).

Sikap Yohanes menegur perbuatan Raja Herodes mengingatkan kita bahwa pemimpin gereja, tokoh Kristen, dan umat Tuhan harus memiliki keberanian menyatakan apa yang benar. Dan bukan menutup mata atau justru ikut dalam perbuatan amoral seperti yang dilakukan orang yang tidak takut akan Tuhan. Jika bukan kita yang menerangi kegelapan dunia ini, siapa lagi?

Renungkan: Mari masuki tahun 2005 dengan hidup sepadan dengan diri sebagai Terang Kristus, yang dimulai dengan menyatakan kebenaran firman-Nya.

(0.15) (Mat 6:19) (sh: Menyikapi kebutuhan materiil (Rabu, 12 Januari 2005))
Menyikapi kebutuhan materiil

Para murid Yesus harus mengambil keputusan yang benar tentang bagaimana bersikap terhadap kebutuhan materiil. Jika tidak, beberapa ancaman terhadap kesetiaan kita kepada Tuhan akan terjadi.

Pertama, orang Kristen harus tahu membuat prioritas yang benar. Yang harus diprioritaskan adalah harta surgawi, bukan harta duniawi (ayat 19-20). Kita harus mengutamakan yang kekal dan menomorduakan yang sementara. Kedua, Yesus realistis sekali. Jika harta duniawi prioritas kita, hati kita pun akan tertambat kepada dunia ini (ayat 21). Harta harus ditempatkan sebagai hamba dan alat. Jika tidak, ia akan "melonjak" menjadi tuan, dan kita di "kudeta"nya ke kedudukan budak (ayat 24). Ketiga, salah prioritas dalam soal harta akan membuat kita kehilangan kesukaan dalam hidup ini. Hidup akan terbungkuk memikul beban kekuatiran tentang kebutuhan sehari-hari (ayat 25-31). Kehidupan Kristen seperti itu akan serendah kehidupan orang yang tidak mengenal Tuhan (ayat 32).

Yesus mengajak kita mengubah cara pandang kita tentang kebutuhan materi. Ia mengingatkan kita bahwa kebutuhan dalam hidup tidak sama dengan kehidupan itu sendiri. Makanan, pakaian, tempat tinggal, dan harta adalah penunjang kehidupan. Yang lebih penting untuk kita perhatikan dan yang menjadi kepentingan utama perhatian Tuhan adalah kehidupan kita. Kita diajak Yesus untuk menghargai hidup berdasarkan kasih dan perhatian-Nya, bukan berdasarkan apa yang kita makan, pakai, dan miliki.

Firman Tuhan ini menuntut kita membuat komitmen mutlak hanya kepada Tuhan saja. Dengan menempatkan Allah sungguh sebagai Tuhan, kita perlu belajar dari hari ke hari menundukkan perhatian kita kepada harta, makanan, dan pakaian ke bawah pemeliharaan dan pemerintahan Allah. Inti prinsip inilah maksud Tuhan: mendahulukan Kerajaan Allah dan memercayai bahwa Dia yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan materi kita (ayat 33).

Renungkan: Tuhan hartaku, atau Harta tuhanku?

(0.15) (Mat 8:18) (sh: Keputusan salah membawa malapateka (Minggu, 11 Januari 1998))
Keputusan salah membawa malapateka

Keputusan mengikut Yesus harus tegas. Sekarang dan tidak boleh ditunda-tunda dengan alasan apapun juga. Kalau kesempatan berbuat baik datang, kita tidak boleh menunda-nunda melakukannya. Laksanakan segera bila Anda tidak ingin kesempatan dari Tuhan itu sama sekali berlalu dari Anda. Malapetaka bisa datang setiap saat. Keputusan untuk mengikut Yesus Kristus adalah keputusan terpenting dalam hidup ini. Itu akan menentukan bukan saja nasib kekal kita tetapi juga mutu hidup, kepribadian, pengalaman Anda dalam waktu hidup ini. Meski keputusan tidak boleh ditunda, Tuhan juga tidak ingin kita mengambil keputusan yang membabi-buta. Keputusan yang mantap lahir dari pertimbangan akan semua resiko dan konsekuensi yang terlibat, bukan dari ketergesaan. Tuhan ingin kita memutuskan dengan hati terbuka, juga pikiran, dan mata terbuka.

Yesus adalah Tuhan. Yesus yang meneduhkan angin ribut adalah objek iman para murid. Itu sebabnya, kegoncangan dalam iman mereka yang lebih dulu Tuhan tegur dan diamkan. Yesus ingin agar mereka tidak saja tahu bahwa kondisi hidup dapat ditenangkan Yesus, tetapi lebih dari itu adalah iman kepadaYesus sebagai Tuhan tanpa harus tergantung sedikit pun pada keadaan. Seluruh kondisi hidup sepenuhnya diatur oleh-Nya. Fokus perhatian dan usaha kita para pengikut-Nya bukanlah pada persoalan hidup dan jalan keluarnya, tetapi pada Dia dan kehendak-Nya untuk hidup ini.

Gereja di tengah dunia. Gereja harus mengajarkan dan menyadarkan seluruh warganya bahwa Tuhan menginginkan Gereja-Nya ada dalam dunia. Untuk melayani Dia, untuk dibentuk melalui dunia oleh-Nya. Di dalam dunia inilah kita akan menjumpai berbagai penegasan dari Kristus bahwa Dia sungguh Tuhan. Bukan saja atas intern orang beriman tetapi juga atas dunia dengan segala kejadian di dalamnya.

Renungkan: Bila Tuhan tidak lagi menjadi fokus satu-satunya kehidupan Gereja, dunia beserta segala kekuatirannya akan masuk membanjiri dan menenggelamkan Gereja.

(0.15) (Mat 12:1) (sh: Bukan aturan tetapi hati (Jumat, 28 Januari 2005))
Bukan aturan tetapi hati

Dua peristiwa ini menunjuk kepada satu pesan penting tentang inti aturan-aturan agama. Murid-murid Yesus, karena lapar memetik bulir gandum (ayat 1). Perbuatan demikian tidak salah (Ul. 23:25). Yang membuat orang Farisi berang bukan tindakan tersebut melainkan waktu tindakan itu dilakukan. Murid Yesus memetik bulir gandum pada hari Sabat. Murid Yesus tidak melanggar hukum Allah, hanya melanggar hukum agama yang dibentuk orang Farisi. Respons Yesus menunjuk kepada dua peristiwa dalam PL.

Pertama, tindakan Daud (ayat 3-4). Ketika lapar, Daud dan rombongannya mengambil roti sajian Bait Allah. 12 roti sajian itu diletakkan di atas meja di dalam tempat kudus, hanya boleh dimakan oleh imam di tempat kudus karena roti itu kudus. Roti sajian itu diminta Daud dari imam Ahimelekh (ayat 1Sam. 21:1-6). Itu sebenarnya tidak boleh namun kebutuhan manusia lebih penting dari ritual agama (ayat 7, Hos. 6:6). Kedua, tindakan imam-imam (ayat 5). Aturan dalam Bilangan 28:9, mengatur pekerjaan yang harus para imam lakukan pada hari Sabat. Namun, mereka tidak dianggap bersalah walau melanggar Sabat. Dari kedua peristiwa ini Yesus menegaskan bahwa inti dari peraturan adalah mengutamakan hidup.

Selanjutnya (ayat 9-15a) Yesus menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya pada hari Sabat. Perbuatan itu tidak melanggar hukum Allah, tetapi melanggar aturan orang Farisi. Orang Farisi membenarkan orang menolong domba yang jatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tetapi tidak memperbolehkan menolong manusia. Bagi Farisi domba lebih penting ketimbang manusia, ritual lebih utama dari belas kasihan. Sebaliknya, bagi Yesus manusia lebih utama dari domba dan ritual agama. Sikap Yesus ini memperlihatkan bahwa Allah menghendaki belas kasihan ketimbang ritual agama.

Renungkan: Apakah kita beragama sebatas ritual? Apakah kasih kita kepada Tuhan dan sesama terhambat atau justru bertumbuh melaluinya?

(0.15) (Mat 13:1) (sh: Keluar dari hati. (Minggu, 01 Maret 1998))
Keluar dari hati.

Hati adalah tempat kita mempertimbangkan pilihan, mengambil keputusan, mereka-reka kebaikan atau kejahatan. Hati adalah cerminan keberadaan diri kita secara sederhana. Dalam satu kesempatan hati adalah tempat untuk iman, tetapi dalam kesempatan lainnya hati juga dapat meniadakan Tuhan. Sedemikian pentingnya hati, sampai-sampai firman Tuhan memerintahkan kita untuk memeliharanya lebih dari harta karun.

Tak ada lagi kebaikan. Kesimpulan Daud yaitu bahwa tak ada yang berbuat baik, sungguh mengejutkan. Mustahil kalau di dunia ini sudah tidak ada lagi yang dapat berbuat baik. Bagaimana dengan orang yang bermental terpuji? Memang benar, Pemazmur tidak menyangkal adanya orang-orang yang berbudi luhur, namun ternyata perhatian Pemazmur lebih mendasar. Dua hal yang Pemazmur soroti tajam. Pertama, kebanggaan dan keinginan membangkitkan kemurtadan; Kedua, dalam hal mencari Allah, tak seorang pun memiliki dorongan tulus murni. Betapa parah dan bobroknya kondisi iman manusia dalam dosa.

Fatal akibatnya. Kemurtadan mendatangkan akibat fatal. Daud menggambarkan bahwa kejatuhan yang mengenaskan dialami oleh orang yang melakukan kejahatan. Orang yang membiarkan dirinya hidup tanpa Allah, akan mengalami kemerosotan drastis dan tragis secara mental dan spiritual. Karena itu bukan lagi hal yang luar biasa bila kini masih menyaksikan banyak orang terserang goncangan jiwa yang menghancurkan kehidupannya. Hal demikian tidak akan dialami oleh orang beriman. Kehidupan mereka dipenuhi oleh sorak-sorai dan damai sejahtera.

Renungkan: Ibadah pada hakikatnya ialah memperkokoh sikap iman kepada Allah, meneguhkan hati dan merayakan kemuliaan Allah bersama umat-Nya. Periksa kembali semangat ibadah kita, sungguhkan kita beribadah dalam sikap hati berkenan pada-Nya?



TIP #29: Klik ikon untuk merubah popup menjadi mode sticky, untuk merubah mode sticky menjadi mode popup kembali. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA