Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 4041 - 4060 dari 4604 ayat untuk greek:6 (0.008 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.10436437916667) (Ul 23:1) (sh: Identitas sejati umat TUHAN (Kamis, 1 Juli 2004))
Identitas sejati umat TUHAN

Identitas sejati umat TUHAN. "Yesus cinta semua bangsa. Semua bangsa di dunia. Putih, kuning dan hitam semua dicinta Yesus. Yesus cinta semua bangsa di dunia". Anda ingat lagu ini? Lagu ini menyatakan sikap tidak diskriminatif Yesus terhadap semua bangsa. Semua bangsa dicintai Yesus. Umat Tuhan terdiri dari orang-orang dari berbagai suku, bangsa, dan bahasa.

Seperangkat peraturan di perikop ini terlihat asing bahkan diskriminatif bagi kita masa kini, namun dalam konteks saat itu merupakan masalah identitas diri (ayat 1-8). Ayat 1 melarang orang yang dikebiri untuk menjadi bagian dari umat Tuhan, sangat mungkin berhubungan dengan penyembahan berhala (orang mengebirikan diri sebagai bagian dari ibadah kepada dewa-dewa tertentu). Tuhan juga melarang anak haram menjadi bagian umat Tuhan, mungkin karena merupakan hasil perzinahan dengan pelacur bakti (pelacur di kuil) (ayat 2). Lalu, Tuhan melarang keturunan Amon dan Moab untuk menjadi bagian dari umat Tuhan karena kedua bangsa itu adalah bangsa yang secara sengaja memusuhi Israel, dengan demikian secara sengaja pula memusuhi Allah (ayat 3-6)! Sebaliknya, Edom adalah saudara Israel yang harus dirangkul, dan Mesir pun harus dikasihi oleh karena Israel dulu pernah tinggal di sana (ayat 7-8). Sedangkan peraturan-peraturan berikutnya (ayat 9-14) lebih berkaitan dengan kebersihan diri dalam bersekutu dengan umat Tuhan.

Masalah identitas yang dulu mengikat Israel, sekarang dalam terang Perjanjian Baru diperjelas makna rohaninya. Identitas umat Tuhan bukan terletak pada pernah menjadi penyembah berhala, anak haram hasil perzinahan di kuil, anggota dari suatu bangsa yang jahat, atau tidak. Melainkan setiap orang yang mengaku Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya adalah bagian dari umat Tuhan. Yang diutamakan adalah pengenalan jati diri umat Tuhan. Umat Tuhan adalah umat yang dikuduskan, umat yang menjaga diri dari hal-hal yang najis.

Renungkan: Bukan siapa aku dulu, tetapi siapa aku sekarang yang menentukan apakah aku termasuk umat Tuhan atau tidak.

(0.10436437916667) (Ul 25:5) (sh: Menjaga nama dan kehormatan keluarga (Senin, 5 Juli 2004))
Menjaga nama dan kehormatan keluarga

Menjaga nama dan kehormatan keluarga. Rencana Allah menjadikan Israel suatu umat yang besar dan terhormat, tampak dalam aturan ini. Kematian tidak perlu membuat garis keturunan seseorang terhenti, tidak juga membuat seorang janda terlantar. Rencana Allah di dalam umat-Nya tidak dapat dihentikan oleh kematian.

Perikop ini mengatur bagaimana nama dan kehormatan keluarga dijaga melalui pernikahan levirat (=pernikahan ipar). Bila suami meninggal sebelum memiliki keturunan untuk meneruskan namanya, maka saudara pria yang tinggal bersamanya berkewajiban menikahi janda saudaranya itu untuk memberi keturunan. Anak sulung hasil pernikahan diakui sebagai keturunan suami yang sudah meninggal itu (ayat 5-6). Adakalanya, saudara pria yang meninggal itu tidak mau melakukan pernikahan levirat tersebut. Hukum Taurat memperhitungkan kemungkinan itu, walaupun tidak merekomendasikannya bahkan mencelanya (ayat 7-10).

Mengapa pernikahan levirat pada masa itu dianggap penting? Pertama, agar nama dan kehormatan keluarga dipelihara. Hal ini dianggap penting karena pada masa itu ikatan kekeluargaan dalam suatu komunitas lebih kuat dibandingkan hak individu. Betapa beda dengan masa kini, orang cenderung peduli diri sendiri, dan ikatan kekeluargaan dianggap penghalang bagi kebebasan pribadi. Kedua, melalui pernikahan levirat si janda terpelihara hidupnya. Pada masa itu penghargaan kepada kaum wanita masih rendah. Jika ia tidak memiliki anak laki-laki, ia dianggap tidak berguna. Terlebih bila suaminya meninggal, ia dianggap sudah mati, atau bukan tanggung jawab siapapun. Ini tidak boleh terjadi di antara umat Allah.

Orang Kristen harus menjadi teladan dalam menjaga nama keutuhan dan kehormatan keluarga. Keindahan hubungan keluarga Kristen adalah kesaksian tentang kebenaran iman kita.

Camkanlah: Taurat mengajarkan kepedulian terhadap sesama dimulai dengan kepedulian dalam keluarga. Orang yang tidak peduli terhadap anggota keluarganya sendiri, tidak mungkin peduli kepada orang lain!

(0.10436437916667) (Ul 26:1) (sh: Yang terbaik, untuk siapa? (Rabu, 7 Juli 2004))
Yang terbaik, untuk siapa?

Yang terbaik, untuk siapa? Ini bukan sindiran, tetapi fakta yang sering terjadi. Berapa dari kita khusus menyiapkan "uang kecil" untuk persembahan daripada menyiapkan yang terbaik bagi pekerjaan Tuhan dengan penuh kesukaan? Apa yang menjadi motivasi dan dasar pertimbangan kita ketika menentukan mengapa dan bagaimana kita bersumbangsih dalam kebutuhan orang yang kekurangan?

Umat Israel diperintahkan untuk mempersembahkan buah sulung dari hasil panen pertama mereka setelah menduduki tanah perjanjian. Persembahan buah sulung diatur sedemikian rupa secara ritual, maksudnya mengingatkan mereka bahwa mereka berasal dari nenek moyang yang menderita penindasan dan penganiayaan sebelum Allah dalam kebaikan-Nya bertindak dan mengubah mereka dari kaum budak menjadi umat Allah yang bebas dan diberkati. Allah memberi mereka tanah perjanjian berlimpah susu dan madu. Dengan demikian persembahan hasil pertama itu keluar dari hati yang meluap dengan syukur atas kebaikan Tuhan dan pengakuan tentang hak Tuhan (ayat 1-11).

Ucapan syukur itu dirayakan bersama kaum Lewi, orang asing, para yatim dan janda. Merekalah yang menjadi prioritas untuk menikmati ucapan syukur umat Israel. Kaum Lewi adalah pekerja Kemah Suci yang tidak berpenghasilan sendiri. Orang asing tidak memiliki masa depan yang pasti kecuali dari belas kasih penduduk setempat. Janda dan yatim tidak memiliki kemampuan dan kesempatan untuk menafkahi diri sendiri (ayat 12-15).

Seorang teman bersaksi bahwa ia memberi seluruh gaji pertamanya untuk Tuhan. Seorang lagi bercerita bahwa ia membiasakan diri menimbang apakah tepat membeli sesuatu dilihat dari sisi waktu Allah dan dari sisi kenyataan banyak orang lain tidak memiliki. Bagaimana kesaksian hidup kita tentang pengaturan harta milik?

Renungkan: Wujud ucapan syukur yang berkenan kepada Allah adalah mengunjungi para yatim dan janda, membagikan berkat-berkat Allah kepada mereka yang kekurangan. Itulah wujud ibadah dari orang yang bebas dalam Allah.

(0.10436437916667) (Ul 28:1) (sh: Hubungan berkat dan taat (Sabtu, 10 Juli 2004))
Hubungan berkat dan taat

Hubungan berkat dan taat. Ketaatan kepada Allah mendatangkan berkat yaitu hidup yang berkenan kepada-Nya, hidup yang sesuai dengan kodrat kemanusiaan (=sifat yang asli). Artinya, segala sesuatu akan berjalan sebagaimana hidup itu seharusnya. Ini bukan akibat otomatis sebab dosa sudah merusak dan mengotori keindahan kodrat ilahi atas manusia dan ciptaan lain. Berkat adalah anugerah Allah yang dinyatakan dengan melimpah.

Dari segi jumlah tampak ketidakseimbangan antara berkat dan kutuk (Ulangan 27:11-26) yang diberikan (satu berbanding empat). Ketidakseimbangan ini diberikan karena umat Tuhan cenderung berdosa, sehingga kutuk pun dominan. Bagian berkat ini terdiri dari bagian ringkas yang memaklumatkan berkat yang diterima Israel (ayat 1-6) disusul dengan sedikit penjabaran yang berbentuk pembalikan susunan bagian kalimat; berkat berupa perlindungan dan kemenangan Israel atas musuhnya (ayat 7,13a); berkat berupa kesejahteraan dan kelimpahan hidup di tanah perjanjian (ayat 8,11-12); berkat berupa relasi Israel dengan Allah yang menjadi dasar semua berkat lainnya (ayat 9-10). Keseluruhan berkat ini diapit oleh pesan dan syarat yang sama, yaitu kesetiaan, ketelitian dan kesungguhan melakukan apa yang dituntut Tuhan dalam perjanjian Sinai (ayat 1-2,13b-14).

Berkat bagi Israel ini berhubungan dengan keberadaan mereka sebagai umat Allah. Namun, perwujudan berkat ini terjadi di dalam relasi intim Israel dengan Allah dan melalui tindakan nyata bangsa Israel yang menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Israel diberkati untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain.

Bagi umat Kristen yang setia mengikut Kristus inti berkat yang disediakan Allah adalah kehidupan yang menjadi berkat bagi orang di sekeliling kita. Menjadi berkat dalam materi, kesehatan, persahabatan dengan sesama.

Renungkan: Berkat yang dilimpahkan kepada kita adalah anugerah yang tidak layak kita terima, kalau begitu bukankah seharusnya kita tidak menahan berkat itu bagi orang lain?

(0.10436437916667) (Ul 30:1) (sh: Jangan sia-siakan kasih setia Allah (Rabu, 14 Juli 2004))
Jangan sia-siakan kasih setia Allah

Jangan sia-siakan kasih setia Allah. Berulang kali anak itu mengecewakan ibunya, berulang kali pula ibunya mengampuni. Suatu saat, anak itu bertanya, "Ibu, masih adakah pengampunan bagiku? Apakah aku boleh mencoba lagi taat kepadamu?" Ibunya menjawab dengan berlinang air mata, "Anakku, selama matahari masih terbit, selama itu juga pengampunanku." Puji Tuhan! Kasih setia-Nya jauh melebihi kasih seorang ibu.

Bangsa Israel patut bersyukur memiliki Tuhan yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Walaupun hukuman adalah konsekuensi dosa, namun Tuhan menginginkan bangsa Israel bertobat. Bahkan setelah penghukuman diturunkan, pemulihan disediakan. Allah bukan hanya berjanji memulihkan mereka yang bertobat dan memberkati dengan limpah (ayat 3-5,9), Allah bahkan akan mengubah hati mereka supaya mampu mengasihi-Nya (ayat 6) dan menaati firman-Nya (ayat 8). Puji Tuhan, kesanggupan untuk mengasihi dan taat kepada firman-Nya berasal dari Allah sendiri.

Namun bangsa Israel harus memilih untuk taat. Bangsa Israel tidak bisa berdalih, bahwa perintah Allah terlalu tinggi untuk diraih dan terlalu jauh untuk dijangkau. Sebab firman-Nya dekat kepada bangsa Israel. Yang penting adalah sikap hati yang mau taat kepada-Nya (ayat 11-14). Sekali lagi Allah memperhadapkan Israel dengan pilihan (ayat 15,19-20) janji berkat untuk ketaatan mereka (ayat 15-16), atau ancaman kutuk untuk kekerasan hati mereka (ayat 17-18).

Sama seperti Israel harus memilih, kita pun diminta untuk memilih. Tuhan menginginkan agar kita memilih taat pada firman-Nya. Kita bisa menikmati segala berkat-Nya dalam Yesus Kristus. Namun kita harus memilih untuk mengasihi Dia, taat kepada firman-Nya, dan melakukan perintah-Nya untuk dapat menikmati berkat itu.

Renungkan: Berkat Tuhan dan kasih setia-Nya tersedia bagi setiap anak-Nya yang memilih untuk taat kepada firman-Nya dan melakukan perintah-Nya. Jangan sia-siakan kasih setia Allah.

(0.10436437916667) (Ul 31:1) (sh: Ketaatan membawa berkat masa depan (Kamis, 15 Juli 2004))
Ketaatan membawa berkat masa depan

Ketaatan membawa berkat masa depan. Masa depan, siapa yang dapat meramalkannya? Para cenayang (=dukun yang dapat berhubungan dengan makhluk halus) mencoba membaca masa depan. Tidak disangkal, roh jahat memiliki pengetahuan dan kekuatan yang melampaui manusia. Namun kendali sejarah hanya ada di tangan Allah pencipta.

Israel sudah tiba di ambang pintu tanah Perjanjian. Musa dengan setia menghantar mereka sampai di situ. Namun, Musa tidak diijinkan Allah masuk ke tanah Kanaan. Yosualah yang akan menggantikan Musa memimpin umat Israel memasuki negeri itu. Ada dua masalah besar. Pertama, Israel tidak memiliki pasukan untuk berperang merebut negeri yang penduduknya ahli berperang. Kedua, walaupun Yosua pernah memimpin pasukan Israel mengalahkan Amalek empat puluh tahun yang lampau (Kel. 17:8-16), sekarang ia sudah tua. Mampukah ia menggantikan Musa dan memimpin mereka menaklukkan Kanaan?

Tidak seorang pun yang dapat menjamin Israel mampu menduduki tanah Kanaan di bawah kepemimpinan Yosua. Tetapi Allah mampu! Bukankah Dia yang mengendalikan sejarah? Oleh sebab itu Musa menasihati Israel untuk mempercayakan diri mereka kepada Allah. Allahlah yang berperang bagi mereka. Allah akan memakai Yosua sebagai pemimpin mereka mengalahkan musuh (ayat 6). Pesan untuk Yosua sama intinya, "kuatkan dan teguhkanlah hatimu ... Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau" (ayat 7).

Siapa yang dapat meramal masa depan Indonesia? Mungin kita pesimis melihat gejolak politik berkaitan dengan pemilu. Orang yang menilai diri mereka layak jadi pemimpin jauh dari kualitas Musa ataupun Yosua. Namun masa depan kita tidak terletak pada mereka tetapi pada Allah pencipta, yang berdaulat atas sejarah manusia.

Renungkanlah: Inilah saatnya menaruh percaya dan harap kepada Allah. Jangan mengandalkan manusia, sebaliknya doakanlah pemimpin kita agar Tuhan menyertainya seperti Ia menyertai Yosua!

(0.10436437916667) (Ul 33:1) (sh: Berkat Tuhan (Selasa, 20 Juli 2004))
Berkat Tuhan

Berkat Tuhan. Berkat adalah pemberian Allah kepada anak-anak-Nya yang taat kepada-Nya. Allah memberikan yang terbaik meskipun kadang kita tidak mengerti. Kita diharapkan untuk percaya bahwa pemberian-Nya itu selalu yang terbaik.

Ucapan berkat Musa kepada suku bangsa Israel untuk terakhir kalinya menjadi bahan perenungan kita sekarang ini. Tuhan memerintahkan kepada Musa untuk memberikan berkat kepada Ruben yakni hidup dengan jumlah orang-orangnya yang sedikit (ayat 6); kepada Yehuda: akan menjadi pemimpin bagi bangsa Israel (ayat 7); kepada Lewi: akan menjadi imam karena kesetiaan kepada Allah Yahweh (ayat 8-11); kepada Benyamin: Allah akan melindungi secara terus menerus (ayat 12).

Allah memberi berkat yang berbeda kepada setiap suku Israel yang ada. Apakah ini berarti ada berkat yang lebih baik bagi satu suku tertentu dibandingkan dengan suku lainnya? Tidak. Hal ini bukan seperti pepatah "rumput tetangga selalu lebih hijau" yang memberikan indikasi bahwa apa yang kita miliki jika dibandingkan dengan milik orang lain, selalu kalah baik. Berkat yang Allah berikan kepada suku-suku bangsa Israel selalu yang terbaik. Bahkan di dalam setiap berkat yang Allah berikan, terdapat tugas dan tanggung jawab yang harus mereka pertanggungjawabkan kembali kepada Allah. Allah memberkati suku-suku Israel supaya mereka dapat menjadi berkat bagi sesama.

Prinsip ini bukan hanya berlaku saat itu dan hanya bagi bangsa Israel saja, tapi tetap berlaku sampai dengan saat ini dan berlaku bagi setiap orang percaya. Masing-masing orang percaya menerima berkat tersendiri dari Tuhan. Kita tidak berhak bertanya mengapa aku tidak mendapatkan seperti yang orang lain dapatkan dari Allah? Oleh karena itu, bersyukurlah atas berkat Tuhan yang Anda terima dan jadilah berkat untuk orang lain.

Renungkan: Jangan bandingkan berkat yang Anda terima dengan berkat orang lain. Jangan gunakan pertimbangan Anda yang terbatas untuk menilai berkat dari Allah. Setiap berkat dari Tuhan selalu yang terbaik bagi Anda dan untuk kebaikan sesama Anda.

(0.10436437916667) (1Sam 2:27) (sh: Yang lebih dari Allah (Kamis, 31 Juli 2003))
Yang lebih dari Allah

Yang lebih dari Allah. Kadang, manusia tidak takut kepada Allah bukan karena tidak percaya akan kemahakuasaan Allah. Ia - seperti saya dan Anda - mungkin percaya sepenuhnya kepada Allah yang maha kuasa, adil, kudus, dll. Hanya saja, ia tidak merasakan Allah yang maha kuasa, adil dan kudus itu relevan dalam hidupnya. Yang 'jelas', ada banyak hal lain lebih mendesak, nyata, dan relevan dalam hidup ketimbang Allah.

Gambaran tadi bisa membantu kita membayangkan kondisi imam Eli sebelum Allah berfirman kepada-Nya. Bagi Eli, keberadaan diri anak-anaknya lebih nyata untuk dimaklumi dan dihidupi. Namun, pada saat seorang abdi Allah datang kepadanya, Eli menghadapi realitas sejati bahwa Allah terus dan selalu relevan dalam kehidupannya. Walaupun penyataan diri Allah terjadi dulu kepada nenek moyang Eli (ayat 27), tetapi Allah tetap relevan karena Ia menyatakan Diri-Nya dengan nyata (ayat 27) dan terus menuntut penghormatan kepada-Nya dalam kekudusan dan ketaatan (ayat 29- 30). Ketidaktaatan mereka berbuahkan penghukuman dari Allah melalui tiadanya lagi keturunan Eli yang akan melayani sebagai imam (ayat 31-33 dan 36, para penafsir menunjuk pembantaian para imam di Nob, ps. 22:6-23 sebagai penggenapan nubuat ini). Tanda firman Tuhan itu adalah matinya kedua anak Eli pada hari yang sama (ayat 34, bdk. 4:11,17).

Mengalami penghukuman dari Tuhan adalah sesuatu yang sangat mengerikan (bdk. Ibr. 10:31). Dosa dan ketidaktaatan tiap orang, bahkan seorang imam atau hamba Tuhan pun pasti akan dihukum Tuhan, baik melalui hukuman yang bersifat punitif (menghukum) maupun yang bersifat pendisiplinan seorang anak. Ingatlah, Ia pengasih, tetapi juga kudus.

Renungkan: Bila kita lupa bergumul dalam doa; bila satu hari berlalu tanpa berjuang untuk mendengar dan menaati kehendak-Nya, saat itu kita dalam bahaya melupakan Allah dan menjadikan-Nya tidak relevan dalam hidup kita.

(0.10436437916667) (1Sam 14:24) (sh: Jangan gegabah memutuskan. (Minggu, 7 Desember 1997))
Jangan gegabah memutuskan.

Jangan gegabah memutuskan.
Kembali kita jumpai salah satu sifat buruk raja Saul yakni gegabah mengambil keputusan dan mengeluarkan perintah. Perintahnya terasa sangat tidak bijaksana. Bayangkan saja, pasukan yang sudah letih dalam perjuangan itu dilarang makan sebelum matahari terbenam dan sebelum perang usai. Kedengarannya seperti menuntut disiplin dan daya juang yang tinggi. Tetapi pasukannya sudah mengejar orang Filistin sejauh hampir 30 km (dari Mikhmas sampai ke Ayalon). Akhirnya karena tenaga mereka sudah terlalu terkuras habis, mereka melakukan hal yang dilarang Tuhan, yaitu memakan daging dengan darahnya (ayat 32). Lebih parah lagi, perintah itu hampir saja membuat Saul harus membunuh putranya sendiri (ayat 42-44), sebab Yonatan yang tidak mengetahui perintah itu sudah makan madu.

Tak perlu mati konyol. Bila benar bahwa kutukan yang Saul perintahkan adalah perintah Tuhan, pasti Yonatan mati. Ternyata tidak. Sebabnya, perintah itu keluar dari diri Saul sendiri dan bukan perintah Tuhan. Tatkala Saul berikhtiar membunuh Yonatan, rakyat pun melindungi Yonatan. Betapa sedih menyaksikan kepemimpinan yang tidak di dalam Tuhan ini. Karena Samuel tidak lagi menyertai Saul, Saul kini membangun mezbahnya sendiri (ayat 35-36). Tindakan bodoh yang satu diikuti oleh tindakan lebih bodoh lagi berikutnya. Tidakkah Saul belajar dari kesalahannya pertama? Begitulah rupanya. Saul makin jauh dari Tuhan, makin tenggelam dalam dosanya. Nampak kepada kita bahwa Saul makin ditinggalkan Allah. Bukannya bertobat, Saul kini berusah menggantikan Allah dengan ilah buatannya sendiri. Kutukan yang diucapkannya untuk rakyat dan Yonatan anaknya, kini ternyata berbalik mengejar dirinya sendiri. Pemimpin yang baik sebenarnya bertugas memimpin rakyat ke dalam berkat, bukan kutuk.

Renungkan: Orang yang dekat dengan Tuhan tidak mungkin ditandai oleh ucapan yang mengutuki orang lain.

Doa: Penuhi kami dengan sejahteraMu agar kami boleh memelihara hidup yang telah Kau percayakan ini.

(0.10436437916667) (1Sam 17:40) (sh: Keluguan iman. (Minggu, 14 Desember 1997))
Keluguan iman.

Keluguan iman.
Daud bukan sekadar mengucapkan gertak sambal. Daud sungguh melakukan tindakan yang luar biasa berani. Ia maju menghadapi Goliat hanya dengan bersenjatakan tongkat, lima batu licin yang diambilnya dari dasar sungai, kantung gembala dan umban (ayat 40). Tentu saja baik pihak kawan maupun lawan tercengang dan terkejut oleh keberanian yang lugu ini. Tindakannya itu tidak layaknya orang berperang yang mengenakan baju perang yaitu baju zirah dan ketopong tembaga serta perlengkapan serba hebat. Apalagi kalau kita pertimbangkan bahwa musuh yang ingin coba dilawan Daud ini bukan prajurit sembarangan. Goliat adalah raksasa maha perkasa. Tindakan Daud ini tidak sama dengan naif, bodoh, konyol, tetapi tindakan iman yang dalam pertimbangan tanpa iman cenderung dianggap lugu.

Maju dalam nama siapa? Sekilas membaca penuturan kisah ini sudah terbaca oleh kita bahwa konflik yang harus dihadapi Daud (baca Israel) melawan Goliat (baca Filistin) sangat tidak imbang. Dalam situasi demikian jelaslah bahwa konflik atau perkelahian itu bukan lagi terjadi di dalam lingkup fisik tetapi di dalam lingkup jiwani dan rohani. Goliat pun sebenarnya adalah bom perang syaraf yang dilemparkan orang Filistin terhadap Israel. Sosok tubuhnya dan sesumbarnya adalah senjata yang efektif mencabut nyali Israel. Daud tahu benar apa yang sedang terjadi dan apa yang seharusnya terjadi. Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam, Allah segala barisan Israel (ayat 45). Karena itu Daud maju dengan senjata rohani, dengan iman. Akibatnya luar biasa. Tuhan melakukan hal yang di luar perhitungan. Daud menang. Kemenangan iman, kemenangan Tuhan!

Renungkan: Untuk tujuan apa sebenarnya Kristus datang ke dunia ini dan mati disalib?

Doa: Bimbinglah aku menjalani proses pembentukan yang membuatku makin mengenal diriMu, makin teguh iman, agar realitaMu nyata dalam hidupku.

(0.10436437916667) (2Sam 6:1) (sh: Immanuel (Minggu, 22 Februari 1998))
Immanuel

Immanuel
Allah beserta kita. Allah hadir dan berkarya di tengah kehidupan ini. Ia dekat dan mengenal umat-Nya. Ia tahu dan memberikan apa yang diperlukan umat-Nya. Allah telah menciptakan manusia dengan satu kebutuhan hakiki, yaitu bersekutu dengan-Nya, menyembah Dia, dan mengalami hadirat-Nya. Dalam Perjanjian Lama Allah hadir di tengah umat-Nya dalam berbagai lambang berarti. Di antaranya melalui tabut perjanjian. Apa yang hanya berupa lambang itu sudah cukup untuk menjadi alasan bagi Daud dan rakyat mensyukuri Allah dengan kesukaan tak terkatakan. Lebih lagi sesudah Tuhan Yesus datang. Dalam Tuhan Yesus, yang melayani, mengajar, melakukan mukjizat, mati dan bangkit, Allah hadir untuk menyelamatkan kita. Hati yang terbuka untuk bertumbuh dalam iman kepada Kristus adalah langkah awal untuk menerima kehadiran Allah.

Menerima kehadiran-Nya. Di dalam hukum Taurat, Allah telah menetapkan bahwa orang yang diuntukkan bagi tugas mengangkat tabut harus menguduskan diri terlebih dahulu. Tugas tersebut adalah kehormatan yang hanya dipercayakan pada anggota suku Lewi. Karena aturan tersebut diabaikan. proses pemindahan tabut itu kemudian terhenti. Bahkan lebih buruk lagi, Uza yang telah berlaku teledor meski dengan tujuan baik, harus mati.

Allah adalah Allah yang kudus. Menerima kehadiran-Nya tidak dapat dilakukan tanpa sikap kesungguhan atau sembarangan (ayat 7) Jika kita berharap Tuhan hadir memberkati hidup ini, selayaknya kita menyelaraskan segenap hidup seturut kehendak-Nya. Ia tidak berkenan jika kita hanya memberi-Nya tempat dalam hati, sementara dosa merajalela dalam pikiran dan perbuatan kita.

Renungkan: Semakin penting dan mulia sesuatu, bukankah wajar bila kita semakin berhati-hati pula?

(0.10436437916667) (2Sam 6:1) (sh: Menyekat kehidupan (Minggu, 10 Agustus 2003))
Menyekat kehidupan

Menyekat kehidupan. Daud, raja Israel yang baru naik takhta, ingin menegakkan sebuah orde baru yang penuh pengharapan.

Ada beberapa hal yang Daud lakukan berkenaan dengan pengokohan dinasti barunya. Pertama, Daud ingin membuat Yerusalem menjadi pusat kegiatan pemerintahan sekaligus keagamaan. Ia membutuhkan sokongan dari berbagai pihak. Cara yang dipikirkannya begitu brilian: ia membawa tabut Allah sebagai simbol keagamaan teragung yang telah lebih dari 20 tahun ditaruh di rumah Abinadab (ayat 1Sam. 7:1-2) ke Yerusalem. Siasat Daud "menggunakan" tabut Allah untuk maksud politik bisa membuatnya meremehkan kekudusan Allah. Karena itulah peristiwa kematian Uza menjadi penting di sini: Daud tidak boleh memanipulasi agama dan Allah untuk kepentingan politik.

Tiga bulan setelah peristiwa kematian Uza, Daud membawa tabut masuk ke Yerusalem dengan sebuah liturgi perayaan yang penuh sukacita. Ia menari-nari bagi Allah. Kedua, tarian dan nyanyian merupakan pernyataan bahwa Allah telah hadir di kota Daud dan mengesahkan pemerintahannya. Terakhir, ia memutuskan ikatan dengan orde yang lama, yang diwakili Mikhal sebagai keturunan Saul. Sikap Mikhal yang cenderung sombong pada akhirnya dicemooh dengan fakta yang diungkapkan di akhir pasal ini: Mikhal mandul -- dan Daud siap untuk memerintah dalam masa-masa puncak kejayaannya!

Renungkan: Mulailah hidup yang baru dengan takut akan Allah, penuh ucapan syukur, dan pemutusan mutlak dari semua dosa dan kelemahan Anda!


Bacaan untuk Minggu ke-10 sesudah Pentakosta

I Raja-raja 3:5-12; Roma 8:26-30; Matius 13:44-52; Mazmur 119:129-136

Lagu KJ 314

(0.10436437916667) (1Raj 3:1) (sh: Bukti Kasih Salomo (Selasa, 27 Juli 2004))
Bukti Kasih Salomo

Bukti Kasih Salomo. NATO (North Atlantic Territory Organization; Organisasi Pertahanan Atlantik Utara) sering dipelesetkan menjadi No Action Talk Only (banyak bicara tanpa berbuat). Banyak orang hanya bisa berbicara dan berteori tanpa bisa melakukannya. Apakah Salomo seorang raja yang NATO?

Alkitab mencatat bahwa Salomo mengasihi TUHAN dengan sungguh-sungguh. Hal itu dibuktikannya dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya (ayat 3). Ia mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN, sebagai wujud kasihnya itu. Korban-korban bakaran itu adalah pernyataan ibadah, ucapan syukur, dan persekutuan Salomo kepada TUHAN. Ini adalah bukti pertama Salomo mengasihi TUHAN sungguh-sungguh.

Bukti kedua Salomo mengasihi TUHAN, dapat kita lihat dari permohonannya dalam doa (ayat 6-9). TUHAN mengaruniakan Salomo satu permintaan, dan Salomo memanfaatkannya. Satu permintaan Salomo adalah memohonkan hikmat supaya bisa memerintah dengan baik dan demi kebaikan rakyatnya. Salomo tidak meminta kekayaan, kekuasaan, umur panjang, dll. Ini menunjukkan bahwa Salomo tidak mementingkan diri sendiri, tetapi peduli kepada rakyatnya yang begitu banyak. Dengan hikmat dari TUHAN, Salomo mensejahterakan umat Tuhan. Salomo mengasihi umat TUHAN karena Salomo mengasihi TUHAN! Bukti kedua ini diteguhkan dengan konfirmasi dari TUHAN sendiri (ayat 10-14).

Salomo membuktikan diri bukan raja yang NATO. Salomo mengasihi Tuhan bukan sekadar melalui kata-kata tetapi dengan tindakan konkret. Apakah kita mengasihi Tuhan? Apa bukti nyata kita mengasihi Tuhan? Kalau kita mengasihi Tuhan, pasti kita menaati firman-Nya, dan setia beribadah kepada-Nya. Kalau kita mengasihi Tuhan, pasti kita juga mengasihi sesama kita, dan kita akan meminta hal-hal yang terbaik bukan untuk diri sendiri melainkan untuk orang lain.

Renungkan: Apakah buktinya kita mengasihi Tuhan. Apakah hidup kita sudah sesuai dengan kehendak-Nya? Apakah hidup kita sudah menjadi berkat untuk sesama kita?

(0.10436437916667) (1Raj 6:1) (sh: Memberi yang terbaik (Sabtu, 31 Juli 2004))
Memberi yang terbaik

Memberi yang terbaik. Bila ada kesempatan untuk memberikan sesuatu kepada kepala negara, apa yang akan Anda persiapkan untuk diberikan kepadanya? Pasti Anda akan memberikan sesuatu yang terbaik, yang layak diberikan bagi seorang kepala negara. Mengapa kita ingin memberikan yang terbaik kepada kepala negara? Karena dia adalah kepala negara dan dia layak untuk mendapatkan yang terbaik.

Dalam perikop ini, kita menemukan bahwa Salomo ingin mendirikan Bait Suci bagi Allah. Apa tujuan dari membangun Bait Allah? Pertama, Bait Suci adalah simbol otoritas keagamaan umat Israel. Bait Suci adalah cara Allah untuk memusatkan penyembahan di Yerusalem, tujuannya adalah untuk memastikan kepercayaan mereka benar dan generasi mendatang dipelihara dalam kebenaran. Kedua, Bait Suci adalah simbol kehadiran Allah di tengah-tengah umat Israel (ayat 13). Bait Suci menjaga umat Israel untuk fokus kepada 10 hukum Allah yang diletakkan dalam Bait Suci (ruang mahakudus). Ketiga, Bait Suci adalah tempat berdoa sebagai penyembahan kepada Allah.

Salomo ingin memberikan yang terbaik bagi Allah sehingga ia membangun Bait Suci dengan memperhatikan kualitas keindahan dan kesempurnaan dari bahan yang berkualitas terbaik. Tujuannya untuk menghormati Allah dan untuk menarik orang lain menyembah-Nya. Suatu hal yang luar biasa telah dikerjakan Salomo dalam memberikan yang terbaik bagi Allah.

Di tengah-tengah zaman yang cenderung untuk menuntut berkat (materi) dari Allah, kita belajar dari Salomo tentang memberi yang terbaik bagi Allah. Ini merupakan perbuatan yang melawan arus zaman dan seharusnya menjadi semangat bagi setiap orang Kristen.

Sudahkah Anda memberikan yang terbaik bagi Tuhan? Pemberian yang terbaik tidak berarti harta benda saja, melainkan dapat memberi waktu, ide, tenaga, doa serta segala sesuatu yang diperlukan bagi pekerjaan-Nya.

Renungkan: Pemberian yang terbaik dimulai dengan taat kepada firman-Nya lalu mulailah berkarya dalam Allah!

(0.10436437916667) (1Raj 7:13) (sh: Mempersembahkan keahlian (Senin, 2 Agustus 2004))
Mempersembahkan keahlian

Mempersembahkan keahlian. Seorang rekan hamba Tuhan pernah berkomentar demikian, "Dulu, jika kita mau melayani Tuhan selalu ditekankan motivasi dan hati, sedangkan kepandaian dan keterampilan nomor dua. Sekarang zaman sudah berubah. Walaupun kita memiliki hati tulus, kalau tidak memiliki keterampilan maka pelayanan kita kurang dihargai. Hamba Tuhan masa kini harus punya otak, hati, dan otot sehingga pelayanannya menjadi lebih baik."

Salomo memperhatikan dengan sungguh pembangunan rumah Tuhan dan pembuatan perabotannya. Ia tidak menyerahkan tugas itu kepada sembarangan orang, melainkan kepada orang-orang yang ahli. Untuk perabotan-perabotan yang terbuat dari tembaga, Salomo mempekerjakan seorang ahli seni tembaga, yaitu Hiram dari Tirus (ibunya dari suku Dan, ayahnya orang Tirus -- 2Taw. 2:13). Seperti halnya Daud, Salomo tidak segan menerima bantuan internasional. Segala keahlian dan kepandaian memang berasal dari Tuhan dan orang beriman harus giat mencari jalan agar hal-hal tersebut dapat dikuduskan untuk kepentingan pekerjaan Tuhan yang mulia.

Hiram bekerja, teliti dan tekun. Hasilnya luar biasa! Memang tidak tersurat pujian Salomo di dalam perikop ini, tetapi pernyataan bahwa "Hiram menyelesaikan segala pekerjaan yang harus dilakukannya bagi raja Salomo di rumah Tuhan" (ayat 40) dan bahwa semua perabotan itu diterima sebagai bagian dari rumah Tuhan sudah menunjukkan kualitas hasil pekerjaan itu. Setelah Salomo menyelesaikan pembangunan rumah Tuhan, maka ia memasukkan perabotan yang dibuatnya dan perabotan yang sudah lebih dulu dipersiapkan oleh Daud, ayahnya. Dengan demikian lengkaplah sudah seluruh isi rumah Tuhan itu (ayat 51). Demikianlah seharusnya pelayanan Kristen kita. Hendaklah kita membangun gereja sebagai persekutuan dan pelayanan, bukan hanya dengan motivasi yang baik tetapi juga dengan pengetahuan dan keterampilan yang terbaik.

Renungkan: Berikan yang terbaik untuk Tuhan. Berikan hatimu, kepintaranmu, keterampilanmu, tenagamu, talentamu, ...

(0.10436437916667) (1Raj 9:1) (sh: Pertemuan di simpang jalan (Minggu, 13 Februari 2000))
Pertemuan di simpang jalan

Pertemuan di simpang jalan. Tuhan menampakkan diri-Nya untuk kedua kalinya kepada Salomo, pada tahun ke-24 pemerintahannya, saat ia sedang berada pada puncak kejayaannya, karena ia berhasil membuat segala yang diinginkannya (ayat 1). Mengapa Tuhan perlu memberikan perintah-Nya yang sama, yakni Salomo harus tetap setia dan taat kepada-Nya? Tidak lain dan bukan karena tujuan hidup dan eksistensi bangsa Israel akan terjungkir balik (ayat 6-9), jika Salomo sebagai rajanya tidak setia dan taat kepada Allah.

Keadaan Salomo pada saat itu sangat nyaman dan tenang baik secara jasmani dan rohani. Tidak ada yang tidak dapat ia gapai di masa kejayaannya. Kekayaan, kepandaian, kemasyhuran, bahkan istri dan gundik yang banyak pun telah ia peroleh. Bait Allah yang megah sudah ia bangun dan tahbiskan. Namun justru dalam keadaan yang demikian, firman Tuhan yang berisi peringatan datang kepadanya. Masa kejayaan dapat membawa Salomo pada persimpangan jalan, antara tetap setia kepada Allah dan mengakui kedaulatan-Nya, atau menjadi allah atas dirinya sendiri karena segala yang diinginkan bisa ia dapatkan. Dengan kata lain Salomo berada dalam keadaan yang kritis.

Salomo harus kembali diingatkan bahwa makna dan tujuan hidupnya tergantung kepada Allah. Selama ia mempunyai hidup yang berporos kepada Allah, taat dan setia kepada-Nya, maka takhta dan kerajaan Israel akan tetap kokoh. Hal ini sangat berhubungan dengan makna dan tujuan hidup seorang raja, yaitu ia hidup untuk membawa rakyatnya menuju kemakmuran dan kesejahteraan.

Renungkan: Kebenaran indah yang patut kita renungkan adalah bahwa masa kejayaan seseorang bisa berarti masa kritisnya, karena ia berada di persimpangan jalan. Persimpangan ini bisa kita lewati dengan baik jika hidup kita tetap berpusat pada Tuhan. Hal itu bergantung masalah rohani, yaitu siapa kita di hadapan Allah.

(0.10436437916667) (1Raj 12:1) (sh: Hikmat anak muda vs hikmat orang tua (Rabu, 11 Agustus 2004))
Hikmat anak muda vs hikmat orang tua

Hikmat anak muda vs hikmat orang tua. Orang tua tidak selalu lebih benar daripada anak muda. Namun, orang tua yang takut akan Tuhan, memiliki pengalaman dan hikmat yang patut didengar dan ditaati oleh anak-anak muda. Orang yang lebih tua dan hidup dalam ketaatan pada firman Tuhan layak kita perhatikan nasihatnya. Rehabeam adalah anak Salomo yang usianya masih muda ketika ia menjadi raja menggantikan Salomo. Para tua-tua (= orang yang dipandang tua, berpengalaman) yang telah melayani ayahnya mendampingi Rehabeam saat itu. Para tua-tua itu telah "Banyak makan asam garam". Mereka telah menyaksikan bagaimana Salomo memerintah, bagaimana reaksi orang yang diperintah dengan "Tangan adil" atau "Tangan keras" serta akibat-akibatnya. Oleh sebab itu, ketika Rehabeam meminta nasihat mereka mengenai bagaimana harus menyikapi tuntutan Yerobeam, nasihat mereka keluar dari pengalaman-pengalaman hidup yang berharga (hikmat orang tua). Mereka menasihati Rehabeam untuk memenuhi permintaan Yerobeam dengan tujuan mengambil hati rakyat (ayat 6-8).

Sayang, Rehabeam memilih mendengar nasihat teman-teman sebayanya (hikmat anak muda), yang berpendapat bahwa keberhasilan memimpin harus ditunjukkan dengan kekuatan, kekerasan, dan teror (ayat 8-11). Akibatnya bisa dibayangkan, rakyat memberontak, melepaskan diri dari kekuasaan Rehabeam (ayat 16-20). Hampir saja terjadi perang saudara, jika Tuhan tidak campur tangan (ayat 21-24).

Ingatlah pelajaran melalui firman Tuhan hari ini. Kepemimpinan yang berhasil adalah kepemimpinan yang persuasif dan peka terhadap pimpinan Tuhan, yang belajar dari pengalaman hidup dan berkomunikasi dengan sesama manusia. Hikmat orang tua yang takut akan Tuhan melebihi hikmat anak muda, namun hikmat ilahi jauh melampaui semua itu. Hikmat ilahi mengajarkan kepemimpinan adalah pelayanan!

Renungkan: Kita dipanggil untuk menjalankan kepemimpinan ala Yesus, yaitu memimpin melalui melayani!

(0.10436437916667) (1Raj 17:1) (sh: Yang berkhianat dan yang taat (Jumat, 20 Agustus 2004))
Yang berkhianat dan yang taat

Yang berkhianat dan yang taat. Ahab dan Elia, keduanya adalah umat Tuhan, tetapi berbeda dalam ketaatan. Ahab, raja Israel, telah mengalami pertolongan Tuhan dalam peperangan. Akan tetapi, ia tetap tidak taat. Sedangkan Elia taat menyuarakan penghukuman Allah, meski taruhannya adalah nyawanya.

Ahab tetap menyembah Baal, dewa pemberi hujan dan kesuburan. Maka lewat Elia, Allah menyatakan kuasa-Nya, yaitu hujan dan embun tidak akan turun sampai Elia mengatakannya (ayat 1). Ini mengakibatkan kerajaan Israel terancam masa kekeringan yang berlanjut dengan masa paceklik. Melalui masa kekeringan ini Ahab dapat melihat siapakah yang sesungguhnya berkuasa atas alam semesta, Allah atau Baal. Mampukah Baal menghalau kekeringan dan memberi hujan?

Elia yang taat dilindungi oleh Allah secara ajaib. Allah memerintahkan Elia agar bersembunyi di tepi Sungai Kerit (ayat 2-3). Ia terpelihara dari bencana yang melanda negerinya karena minum air Sungai Kerit dan memperoleh makanan dari burung gagak yang mengantarnya setiap hari (ayat 4-6). Saat air sungai kering, Allah melanjutkan pemeliharaan-Nya melalui seorang janda di Sarfat (ayat 7-10). Janda ini hanya memiliki persediaan makanan yang terakhir untuk dia dan anaknya (ayat 11-12). Akan tetapi, karena taat maka ia melakukan permintaan Elia sehingga janda itu dan anaknya terpelihara (ayat 13-15). Allah memelihara hidup keluarga janda di Sarfat ini secara ajaib (ayat 16). Bahkan anak janda yang mati karena sakit keras, dihidupkan kembali oleh Allah (ayat 17-24).

Ahab berlaku tidak taat sehingga mendapat hukuman, sedangkan Elia dan janda di Sarfat berlaku taat sehingga mendatangkan berkat atas diri serta keluarganya. Tuhan menghendaki kita berlaku taat, meski dalam menjalani ketaatan kepada Tuhan, terkadang kita perlu berkorban. Tuhan menghargai anak-Nya yang taat kepada-Nya dengan pemeliharaan yang ajaib. Pemeliharaan Allah yang ajaib tetap berlaku pada masa kini.

Renungkan: Ingatlah bahwa ketaatan dalam melakukan perintah Tuhan mendatangkan berkat Tuhan atas diri dan keluarga Anda.

(0.10436437916667) (1Raj 19:1) (sh: Begitu ajal di depan mata, baru sadar arti hidup (Senin, 23 Agustus 2004))
Begitu ajal di depan mata, baru sadar arti hidup

Begitu ajal di depan mata, baru sadar arti hidup. Ini adalah kutipan pernyataan DR. Morrie Schwartz, dosen senior fakultas sosiologi di Brandies University, kota Waltham, Massachusetts, Amerika Serikat, dalam buku yang berjudul Tuesdays with Morrie. Hal tersebut disadarinya setelah dokter memastikan di dalam tubuhnya ada penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis), yaitu penyakit syaraf yang mematikan. Pada saat kematiannya tinggal beberapa bulan, ia baru sadar dan melihat hidupnya secara sangat berbeda dan sangat berarti. Morrie seperti sleepwalker (= orang yang terbangun dari tidurnya).

Elia pernah mengalami hal yang sama ketika ia takut dan putus asa saat menyadari kematiannya ada di depan mata (ayat 3). Penyebabnya karena ia menyadari sebentar lagi kesempatan melayani Tuhan akan berakhir, sedangkan tugasnya masih jauh dari selesai. Ini diungkapkan Elia dengan membandingkan diri tidak lebih baik daripada nenek moyangnya (ayat 4). Meski mengalami takut dan putus asa karena menantang arus di zamannya (ayat 10,14), Elia percaya bahwa Tuhan yang menentukan hidupnya, bukan Izebel. Kepercayaan Elia menyebabkan pemeliharaan Tuhan semakin nyata dalam hidupnya (ayat 6,8). Bahkan Tuhan memberi kesempatan kepada Elia untuk lebih mengenal-Nya secara utuh di Gunung Horeb. Di tempat ini, Elia mengenal Allah yang lembut dan kasih, bukan hanya perkasa dan dahsyat seperti yang selama ini dikenalnya (ayat 11-13). Di tempat ini, Tuhan juga memberitahukan pelayanan Elia selanjutnya, yaitu mengurapi Hazael menjadi raja Aram dan Elisa menjadi penggantinya (ayat 15-21).

Pada umumnya kita sadar bahwa hidup ini ada batasnya, tetapi kita tidak mengetahui kapan batas itu. Sehingga dalam perjalanan hidup kita terjebak dalam rutinitas dan lupa akan makna kekekalan yang terkandung di dalamnya.

Renungkan: Melalui pengalaman Morrie dan hidup Elia, kita belajar menyadari bahwa saat ini masih ada kesempatan bagi kita untuk hidup dan berjalan bersama Tuhan. Gunakan kesempatan ini untuk mengenal Tuhan dan melakukan tugas pelayanan dengan setia.

(0.10436437916667) (1Raj 22:1) (sh: Nabi palsu vs nabi Allah (Jumat, 27 Agustus 2004))
Nabi palsu vs nabi Allah

Nabi palsu vs nabi Allah. Apa ciri yang membedakan nabi palsu dari nabi Allah? Jelas nabi palsu tidak mendasarkan nubuatnya kepada firman Allah, tetapi mungkin sekali kepada hikmat dan dorongan kehendak dirinya sendiri, atau firman ilah-ilah lain (ayat 22). Sedangkan nabi Allah, tentu hanya bernubuat berdasarkan kebenaran firman Allah.

Di Israel ada nabi Allah, ada nabi palsu. Mengapa ada nabi Allah? Karena Allah mengasihi Israel. Allah ingin umat-Nya mengenal Dia, menaati kehendak-Nya, diberkati oleh-Nya, maka Ia mengutus nabi-nabi-Nya. Mengapa ada nabi palsu? Pertama, karena umat Israel hanya ingin mendengar hal-hal yang enak didengar, yang manis-manis dan yang membuai mereka untuk tetap nyaman walaupun hidup di dalam dosa. Tampillah para nabi palsu yang pandai bekerja-sama dengan sifat dosa manusia dan siap menjilat para pemimpin yang degil (= keras kepala) (ayat 6).

Kedua, nabi palsu dibayar untuk pemberitaan palsu namun menyenangkan mereka. Oleh sebab itu pekerjaan nabi palsu pasti diinginkan orang, terutama mereka yang pintar ngomong, jago pidato untuk membuai dan memanipulasi pikiran dan perasaan orang lain. Pasti bayarannya tinggi, apalagi kalau mereka disenangi oleh para pemimpin (ayat 11-13).

Jadi, pilihan itu ada pada kita. Kalau kita hanya ingin mendengar hal-hal yang baik, menyenangkan dan membuat hati nurani tenang, maka akan muncul banyak nabi palsu di sekeliling kita. Mereka siap dengan berita-berita yang menidurkan kita. Kalau kita ingin menjadi anak-anak Tuhan yang benar, yang hidup berkenan kepada-Nya, ada banyak hamba Tuhan sejati yang selalu mengumandangkan firman-Nya. Pilihan ada pada Anda. Namun jangan lupa, Anda tidak bisa memilih konsekuensi pemilihan Anda akibat mengikuti nubuat nabi palsu atau nabi Allah. Sebab konsekuensinya mengikuti keputusan pilihan yang Anda ambil.

Renungkan: Jangan hanya mau mendengarkan yang sedap didengar saja. Anak Tuhan sejati pasti mau mendengarkan firman-Nya meski keras dan mau hidup menyenangkan-Nya.



TIP #08: Klik ikon untuk memisahkan teks alkitab dan catatan secara horisontal atau vertikal. [SEMUA]
dibuat dalam 0.09 detik
dipersembahkan oleh YLSA