Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 4081 - 4100 dari 8028 ayat untuk dari [Pencarian Tepat] (0.004 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.17700711428571) (Mzm 99:1) (sh: Kuduslah Tuhan (Minggu, 14 April 2002))
Kuduslah Tuhan

Kuduslah Tuhan. Mazmur ini merangkumkan dan mendefinisikan ulang tema kedaulatan Allah. Mengingat situasi dunia yang jauh dari benar, adil dan damai, mazmur ini juga mengarahkan pengharapan umat Tuhan pada kedatangan penghakiman akhir Allah kelak, dan mendorong umat untuk hidup di bawah kendali Allah.

Kebesaran, kedahsyatan, kedaulatan, dan semua sifat Allah yang disoroti sebelumnya dan juga di sini, kini disarikan dengan tegas: “Kuduslah Ia!” (ayat 3,5,9). Penegasan tentang kekudusan Allah ini menyimpulkan tiga bagian yang mengulas tentang Allah. Pertama, Allah adalah Raja yang besar, agung, dan misteri-Nya ada di luar jangkauan manusia (ayat 1-3). Kedua, Allah adalah Raja yang kuat, mencintai hukum, melakukan keadilan, menegakkan kebenaran (ayat 6-9). Ketiga, Allah adalah Raja yang menjawab umat-Nya dengan anugerah dan tuntutan ketaatan (ayat 6-9).

Meskipun kedaulatan Allah bersifat universal, namun kedaulatan itu mulai dari pusatnya, yaitu di tengah umat Allah (ayat 1-3). Ini dinyatakan dengan menyebut “Sion’ dan “kerub-kerub” (menunjuk pada tabut perjanjian yang di atasnya dibuat patung kerub). Kekudusan Allah dinyatakan di dalam dan dipancarkan ke seisi dunia mulai dari umat-Nya sendiri. Kekudusan Allah itu menjelaskan kebesaran Allah sebagai hal mencintai hukum dan menegakkan keadilan (ayat 4-5). Dengan demikian, kekudusan yang dalam arti harfiahnya adalah terpisah, kini mendapatkan definisi baru. Allah juga terlibat di dunia dan mewujudkan kebenaran agar manusia berelasi dengan-Nya. Bagi Allah yang demikian, kegentaran bersanding dengan ketaatan dan kasih kepada-Nya. Dari sini lahir kehidupan yang selalu ingin memuliakan Allah (ayat 8-9).

Renungkan: Kristus datang tidak saja untuk mengampuni dosa, tetapi untuk mewujudkan kebenaran dan kekudusan Allah di dalam dan melalui kita di dunia.

Bacaan untuk Minggu Paskah 3

Kisah Para Rasul 5:27-32

Wahyu 5:11-14

Yohanes 21:15-19

Mazmur 30

Lagu:

Kidung Jemaat 405

PA 6 Mazmur 96

Pemahaman mengenai konteks sebuah mazmur perlu, agar kita pembaca masa kini dapat menempatkan diri secara tepat dengan pergumulan pemazmur waktu itu. Demikian pula ketika kita membaca Mazmur 96 ini. Versi Alkitab Perjanjian Lama berbahasa Yunani (Septuaginta atau LXX) memberikan judul “Ketika rumah itu telah selesai dibangun setelah pembuangan. Nyanyian Daud.” Jika ini benar, maka Mazmur 96 dinyanyikan setelah Bait Allah dibangun kembali, setelah bangsa Israel kembali dari pembuangan di Babel. Tema utama dari mazmur ini adalah Yahweh itu Raja (ayat 10) yang memelihara umat-Nya sekaligus hakim yang akan datang menuntut pertanggungjawaban setiap orang. Kepada-Nyalah pujian harus dilantunkan dan perayaan diadakan.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

Perintah-perintah apa yang disampaikan pemazmur (ayat 1-3)? Apa yang dirayakan oleh pemazmur dan bangsa Israel waktu itu? Mengapa “segala suku bangsa” harus mendengar kabar baik ini (ayat 4-6)? Apakah “pesan” yang terkandung dalam tindakan yang dianjurkan kepada umat?

Dalam hal-hal apakah Allah Israel berbeda dengan allah-allah lain? Hal apa saja merupakan ciri sifat dan perbuatan Allah Israel (ayat 4-6)? Adakah pengalaman Anda yang melaluinya Anda lebih mengenal sifat dan perbuatan Allah? Bagikan!

Apakah tujuan dari ibadah? (perhatikan kata yang diulang-ulang dalam ayat 7-8). “Persembahan” dalam bahasa aslinya berarti pemberian kepada Allah apa yang sebenarnya berasal dari Dia. Jika Allah memang mulia dan sumber segala berkat, mengapa kita masih harus memuliakan Dia dan memberi persembahan kepada-Nya? Apakah ibadah gerejawi Anda didasarkan atas motivasi seperti ini? Bagaimana agar ibadah gerejawi kita lebih dekat lagi kepada prinsip ini?

Puncak pujian ada di dalam pengakuan bahwa Tuhan itu Raja yang datang menyertai sekaligus menjadi hakim (ayat 10-13). Bagaimana Anda mengaitkan harta rohani kita di dalam Yesus Kristus dengan tanggung jawab kita untuk memberitakan penghakiman Allah dan penyelamatan Allah untuk sesama kita?

(0.17700711428571) (Mzm 114:1) (sh: Sumber keyakinan mereka ialah Allah (Jumat, 3 Mei 2002))
Sumber keyakinan mereka ialah Allah

Sumber keyakinan mereka ialah Allah. Inti kepercayaan Israel dan pokok utama puji-pujiannya dalam mazmur ini adalah keyakinan bahwa Allah membawa mereka keluar dari perbudakan di Mesir. Dalam pengakuan ini, orang-orang Israel dari segala zaman dipersatukan menjadi umat Allah. Tujuan Allah membawa keluar umat-Nya dapat dilihat dari dua segi: Pertama, agar Israel menjadi bangsa yang kudus bagi-Nya serta menjadi wilayah yang di dalamnya Allah memerintah sebagai raja. Dengan pengertian lain, mereka ditebus dan dijadikan milik kepunyaan-Nya. Kedua, agar kerajaan Selatan (Yehuda) dan kerajaan Utara (Samaria) tetap mengakui Tuhan sebagai yang memerintah mereka (ayat 1,2). Dalam proses penebusan, perjalanan umat dari Mesir ke Kanaan, berbagai karya dan peristiwa ajaib mereka alami. Ini makin menunjukkan bahwa tidak ada rintangan apa pun dapat menghalangi Allah menggenapi rencana-Nya atas umat pilihan-Nya.

Sadar akan karya pembebasan yang begitu ajaib dan menakjubkan, pemazmur berseru kepada seluruh bumi agar gemetar di hadapan Allah, tunduk dan mengakui kemahakuasaan Allah Yakub-Israel. Baginya hanya Allah sajalah yang patut menerima pujian karena Dialah khalik yang di hadapan-Nya bumi gemetar, Dialah Allah yang memilih leluhur Israel serta membebaskan dan membina umat-Nya secara ajaib.

Kita pun menikmati karya penebusan Allah itu dalam pemeliharaan-Nya yang tidak begitu saja terjadi atas hidup kita. Begitu banyak peristiwa yang di dalamnya Allah campur tangan. Sudah sepantasnyalah hati dan jiwa kita bergetar terus-menerus untuk memuji kemasyhuran dan kedahsyatan Allah kita dengan kedalaman syukur yang luar biasa dan tanpa batas.

Pemazmur pun menyerukan kepada kita: “Pujilah Tuhan atas keajaiban dan pemeliharaan-Nya yang tanpa batas dalam hidup kita!” Bukan dengan untaian kata-kata mutiara, bukan dengan mengulang perkataan atau cerita Alkitab tanpa menyertainya dengan penghayatan, tetapi dengan sikap gemetar mensyukuri pemeliharaan-Nya atas hidup kita yang juga tanpa batas.

Renungkan: Syukurilah keajaiban Tuhan sepanjang hidup kita!

(0.17700711428571) (Mzm 117:1) (sh: Kasih setia Allah kekal (Senin, 6 Mei 2002))
Kasih setia Allah kekal

Kasih setia Allah kekal. Mazmur yang paling pendek dari keseluruhan Mazmur ini mengajak seluruh bangsa untuk memegahkan Tuhan dalam gema sorak: “bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” “Segala bangsa” di sini adalah seluruh bangsa, termasuk orang-orang dari bangsa bukan Yahudi. Segala bangsa diajak karena pujian ini merupakan jawaban atas keyakinan bahwa Tuhan memerintah seluruh dunia. Ajakan pemazmur ini dapat disejajarkan dengan gema pemberitaan nabi Yesaya, yaitu bahwa sebelum kedatangan orang Israel, Allah telah dipuji di Yerusalem sebagai Allah yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi (Yes. 11). Pada pemberitaan Yesaya selanjutnya, orang-orang dari seluruh bangsa diundang untuk datang kepada Tuhan, Allah Israel (Yes. 55). Mazmur ini mempunyai tempatnya dalam kebaktian di Yerusalem sesudah masa pembuangan.

Susunan mazmur pujian ini dapat dilihat dengan sangat jelas. Bagian pembukaan, bukan umat Israel saja yang diundang memuji Tuhan, melainkan segala bangsa dan segala suku bangsa. Ini memperlihatkan adanya unsur universal, seperti yang terdapat dalam mazmur lain: demikian bangsa-bangsa, bahkan semua yang bernafas diajak memuji Tuhan (Mzm. 47:2; 66:8). Di seluruh bumi, keselamatan yang dikerjakan Allah akan dikenal (Mzm. 22:28-30; 66:4) karena Dialah yang menghakimi bumi dengan menolong orang yang lemah, sengsara, dan miskin (Mzm. 82:8).

Bagian pokok, yang dibuka dengan kata penghubung “sebab”, mengungkapkan mengapa Tuhan harus dipuji, yaitu karena keagungan, kehebatan kasih-Nya kepada umat-Nya, yang menjadi nyata dalam segala tindakan dan karya-Nya, serta kesetiaan Tuhan yang tidak pernah berkurang kualitasnya. Di bagian lainnya, pemazmur menekankan tentang kasih setia Tuhan yang hebat atas kita. Ini mengungkapkan bahwa perbuatan-perbuatan Allah terhadap Israel sungguh hebat dan dapat diandalkan.

Renungkan: Kasih Allah kepada umat-Nya lebih dari sekadar perasaan saja, karena kasih yang bernilai kekal itu juga telah diwujudkan-Nya dalam diri Anak-Nya, Yesus Kristus.

(0.17700711428571) (Mzm 119:65) (sh: Taurat Tuhan bermuara pada kebaikan (Kamis, 30 Mei 2002))
Taurat Tuhan bermuara pada kebaikan

Taurat Tuhan bermuara pada kebaikan. Keadaan tertindas tidak selamanya buruk, tetapi bisa membawa kebaikan (ayat 67,71). Pembuangan di Babel bukanlah akhir dari kehidupan. Keadaan umat Allah yang tertindas, termasuk pemazmur, ditanggapi secara positif oleh pemazmur, walau banyak juga yang menanggapi peristiwa itu secara negatif. Paling tidak tanggapan negatif itu muncul dari mereka yang disebut sebagai orang kurang ajar oleh pemazmur (ayat 69,78). Mereka ini adalah orang-orang yang meninggalkan Tuhan dan tidak lagi berpegang pada Taurat Tuhan. Pemazmur dan orang-orang yang sepaham dengannya mempunyai keyakinan bahwa penindasan yang mereka alami mengandung hikmat, kebaikan, dan kesetiaan Allah (ayat 67). Bagi pemazmur, keadaan tertindas itu adalah baik karena diciptakan Tuhan dalam kesetiaan (ayat 75). Artinya, keadaan tertindas itu justru menunjuk pada kasih setia Tuhan yang menuntun seseorang untuk ma u mem ahami Taurat Tuhan serta berpegang pada janji Tuhan (ayat 67,71). Keadaan tertindas itu juga lebih baik daripada emas dan perak (ayat 72), karena emas dan perak sering kali tidak hanya membuat seseorang kehilangan kesempatan untuk merasakan, menikmati, dan mengalami kebaikan Taurat, tetapi bisa membuat umat Allah menyimpang dan tidak mengalami kebaikan Taurat.

Banyak ketetapan dan hukum Taurat yang secara konkret berbicara tentang kebaikan, keadilan, dan kebenaran. Karena itu, walaupun pemazmur menggunakan bahasa liturgis, tetapi apa yang ia katakan itu merupakan refleksi dari berbagai ketetapan, peraturan, dan hukum yang konkret serta praktis. Hal ini tampak dalam berbagai peraturan, ketetapan, dan hukum seperti yang tertuang dalam kitab Keluaran 23:1-13.

Renungkan: Dari waktu ke waktu gereja selalu berusaha menemukan kebaikan, kebenaran, dan keadilan Allah dalam konteks pergumulannya di berbagai dimensi kehidupan. Karena itu, sikap dan tindakan kita mestinya tidak mementingkan diri sendiri, melainkan memberikan pengharapan bagi orang banyak, menghibur, dan menyukakan hati mereka yang tertindas. Karena itu, melaksanakan Taurat Tuhan haruslah dengan hati yang tulus (ayat 74,80).

(0.17700711428571) (Mzm 119:97) (sh: Cinta akan Taurat Tuhan mendatangkan kesukaan (Sabtu, 1 Juni 2002))
Cinta akan Taurat Tuhan mendatangkan kesukaan

Cinta akan Taurat Tuhan mendatangkan kesukaan. Cinta kepada Tuhan adalah dasar yang membuat seseorang tetap berpegang, memelihara, dan melaksanakan Taurat Tuhan dalam keadaan apa pun (ayat 97,107,109), bahkan juga menghadirkan rasa suka, kemauan, dan kerinduan yang luar biasa untuk mengerti dan menjalaninya. Jelas bahwa kondisi tersebut telah mendatangkan berbagai manfaat bagi kualitas hidup seseorang.

Secara terang-terangan pemazmur mengatakan bahwa, pertama, Taurat telah membuatnya lebih bijaksana daripada musuh-musuhnya (ayat 98). Kata bijaksana (= hikmat) berasal dari bahasa Ibrani "khokhma" yang dapat diartikan sebagai kepandaian untuk membedakan yang baik dari yang jahat, yang adil dari yang tidak adil, yang benar dari yang tidak benar. Karena berhikmat, seseorang dapat melakukan yang baik, yang adil, dan yang benar (bdk. 1Raj. 3). Kedua, Taurat telah membuatnya lebih berakal budi daripada gurunya (ayat 99). Mungkin secara intelektual guru lebih berilmu, tetapi belum tentu lebih berakal budi daripada seseorang yang hidupnya bergantung kepada Allah dan Taurat-Nya. Ketiga, Taurat membuatnya lebih mengerti daripada orang-orang tua (ayat 100). Masalah kualitas pengertian akan Taurat tidak ditentukan oleh umur, tetapi oleh cinta kepada Taurat-Nya. Mengerti Taurat tidak terbatas hanya pada mengerti saja, tetapi harus sampai pada tahap menjalankan apa yang dimengerti.

Pengalaman kita memperlihatkan bahwa banyak orang yang mengerti kebaikan Allah, tetapi tidak menuangkannya dalam kehidupan sehari-hari. Taurat Tuhan adalah pelita yang menuntun seseorang untuk berjalan dalam terang Allah. Jelas bahwa orang yang setia terhadap Taurat tidak akan berjalan dalam kegelapan karena Terang itu selalu menuntunnya untuk melakukan hal-hal yang suci, bersih, dan benar di hadapan Allah.

Renungkan: Firman mampu memberikan terang dalam langkah-langkah kehidupan kita. Firman berkuasa memperbarui hidup dan memberikan kekuatan baru di dalamnya. Apa yang terjadi dalam hidup kita seandainya tidak ada firman yang menuntun dan menerangi hidup kita?

(0.17700711428571) (Mzm 125:1) (sh: Tetaplah percaya! (Senin, 25 November 2002))
Tetaplah percaya!

Tetaplah percaya!
Mazmur ini menegaskan perlunya untuk tetap percaya kepada Allah. Memang tidak begitu jelas latar belakangnya, tetapi dari petunjuk ayat 3, kita melihat bahwa tongkat-tongkat kefasikan kelihatannya sedang menjadi ancaman bagi umat Allah. Kita bisa memahaminya sekarang, bahwa mazmur ini menunjuk ke fakta kekuasaan orang-orang yang tidak mengasihi Tuhan.Umat Allah di sini digambarkan sebagai orang-orang yang percaya, orang-orang benar, baik, dan tulus hati. Mereka dilindungi Allah dengan sempurna. Dalam perikop ini, ada 2 gambaran yang dipakai untuk melukiskan keamanan dan perlindungan. Pertama, ada gunung Sion yang mengelilingi bait Allah tempat Allah bersemayam (ayat 1). Kedua, para peziarah diingatkan bahwa betapa megah pun Yerusalem, ia dikelilingi oleh gunung-gunung yang lebih tinggi sebagai perlindungan alamiah dari serangan musuh (ayat 2).

Namun demikian, tetap ada kemungkinan bahwa tanah Israel diundikan di antara orang-orang fasik (ayat 3). Ini terbalik dengan masa Yosua ketika tanah Kanaan diundi bagi orang-orang benar (Yos. 18:6). Dalam situasi ketika tanah bangsa Israel jatuh ke tangan musuh, ada kemungkinan mereka makin kehilangan semangat agamawi dan makin ingin meninggalkan kepercayaan mereka, dan tambah ingin berkompromi atau bergabung dengan mereka yang berbuat jahat.

Karena itu, mazmur ini memberikan penegasan kepada mereka agar tetap percaya, teguh di dalam iman mereka (ayat 4). Juga peringatan keras bahwa orang-orang yang mudah berubah, tergerak untuk mengikuti kefasikan, harus dilenyapkan dari antara umat Tuhan.

Kata-kata berkat terakhir (damai sejahtera atas Israel) menunjukkan sebuah klimaks. Dengan kedamaian Ilahi, bangsa Israel akan mudah menantang musuh dari luar dan mengatasi ketegangan-ketegangan yang terjadi di dalam jemaat. Kata-kata damai seperti ini pulalah yang diberikan Yesus ketika Ia akan meninggalkan para murid (Yoh. 14:27).

Renungkan:
Ketika iman Anda mulai lemah, ingatlah bahwa Allah tidak pernah meninggalkan Anda. Tetaplah teguh!

(0.17700711428571) (Ams 3:13) (sh: Berhikmat = berjalan dalam kehendak Allah (Kamis, 20 November 2003))
Berhikmat = berjalan dalam kehendak Allah

Berhikmat = berjalan dalam kehendak Allah. Dalam bukunya, Twice Pardoned, Harold Morris menyaksikan hidupnya. Sebagai seorang pemuda ia bergaul dengan teman-teman yang nakal. Hingga suatu saat, bersama dengan teman-temannya, Morris merampok sebuah gudang. Dalam peristiwa itu, penjaga gudang mati terbunuh. Morris dituduh sebagai penyebab kematian itu sehingga ia dijatuhi hukuman mati. Di saat-saat penantian eksekusi itu, ia menyerahkan hidupnya kepada Kristus dan Tuhan memberikan kesempatan padanya: ia mendapatkan grasi dan dibebaskan dari penjara. Sejak saat itu ia selalu menyaksikannya kepada anak-anak muda dan mengimbau mereka untuk bijaksana dalam memilih teman dan menentukan jalan hidup.Firman Tuhan mengingatkan kita tentang pentingnya hikmat. Hikmat lebih berharga daripada perak, emas dan permata (ayat 14-15). Hikmat memberikan kita kedamaian sehingga kita dapat tidur dengan nyenyak (ayat 24). Harold Morris mengakui, karena tidak berhikmatlah ia harus mendekam di penjara selama bertahun-tahun; ia telah membayar harga mahal untuk kecerobohannya. Firman Tuhan juga mengaitkan hikmat dengan penyertaan dan penjagaan Tuhan (ayat 3:25-26). Dengan kata lain, hikmat yang dimaksudkan di sini bukanlah hikmat manusiawi yang lepas dari jalur kehendak Allah. Hikmat bukanlah kecerdikan akal manusia yang mungkin bisa membebaskan kita dari masalah; sebaliknya, kadang hikmat membawa kita masuk ke dalam masalah namun kita tahu, bahwa itulah kehendak Allah. Hikmat memberi kita ketenangan sebab kita yakin bahwa kita berada dalam kehendak Allah. Secerdik apa pun akal kita dan seberapa besar pun keberhasilan kita lolos dari masalah, jika itu bukan jalan Tuhan, itu bukan hikmat dan di dalamnya tidak akan kita jumpai sentosa.

Renungkan: Tempat yang paling aman di dunia adalah di tengah kehendak Allah.

(0.17700711428571) (Ams 3:27) (sh: Hikmat: kasih dan rendah hati (Jumat, 21 November 2003))
Hikmat: kasih dan rendah hati

Hikmat: kasih dan rendah hati. Ternyata hikmat dikaitkan dengan dua karakter praktis yaitu kasih dan rendah hati. Dapat kita simpulkan bahwa kasih dan rendah hati adalah salah satu wujud nyata hikmat.

Seperti pedang bermata dua, kasih mempunyai dua sisi: pasif dan aktif. Kasih menolak untuk merugikan apalagi mencelakakan orang (ayat 29-30). Dalam hal inilah kasih memiliki makna pasif yaitu tidak berbuat jahat. Secara aktifnya, kasih mendorong kita melakukan sesuatu, yakni berbuat kebaikan kepada sesama (ayat 27-28). Tidak berbuat jahat memang bagian dari kasih, namun ini hanyalah bagian pasifnya. Berbuat kebaikan kepada orang yang membutuhkannya adalah bagian kasih yang aktif. Memiliki atau melakukan satu dari keduanya membuat kasih bukan saja tidak berimbang tetapi juga hilang. Rendah hati juga bermata dua: pasif dan aktif. Secara pasifnya, orang yang rendah hati menolak untuk meninggikan diri. Dengan kata lain, rendah hati merupakan lawan dari keangkuhan. Dari sisi aktifnya, rendah hati merupakan upaya terus menerus untuk hidup sesuai realitas. Rendah hati berarti bisa melihat realitas siapa kita dan menerima diri apa adanya serta hidup sesuai dengan fakta ini. Sebaliknya, orang yang angkuh tidak melihat realitas dengan tepat dan tidak bisa menerima diri apa adanya. Akibatnya, ia hidup berdasarkan diri yang tidak pernah ada; ia melandaskan siapa dirinya pada ilusi, bukan kenyataan. Imbalan untuk orang yang rendah hati adalah Tuhan mengasihaninya (ayat 34). Orang yang rendah hati mungkin tidak dikenal dan mungkin tidak diakui; ia tidak dikasihani dan tidak dihormati siapa-siapa. Namun ingatlah, Tuhan mengasihaninya dan akan mewariskan kehormatan kepadanya (ayat 35). Ini yang terpenting!

Renungkan: Orang yang rendah hati adalah orang yang berani: ia berani untuk tidak diakui dan ia berani untuk mengakui.

(0.17700711428571) (Ams 20:17) (sh: Harta + hati yang kotor = bom waktu (Jumat, 11 Agustus 2000))
Harta + hati yang kotor = bom waktu

Harta + hati yang kotor = bom waktu. Siapa yang tidak ingin kaya? Siapa tidak setuju bahwa menjadi orang kaya itu enak? Seorang pernah berkata bahwa dengan menjadi kaya paling tidak menyelesaikan satu masalah hidup.

Yang menjadi masalah adalah jika orang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan dalam waktu singkat (23). Kekayaan itu memang akan memberikan kebahagiaan namun bukan untuk waktu yang lama (17). Ironisnya, cepat atau lambat tapi pasti dalam kurun waktu ketika ia masih hidup, kekayaan itu kemudian akan berubah menjadi sesuatu yang mengganggu, menyakitkan, membahayakan, bahkan menghancurkan sang pemilik sehingga orang yang memilikinya nampaknya harus membuangnya jika `giginya' tidak mau hancur berantakan (17). Anda tentunya dapat melihat contohnya di negara kita bukan? Seseorang yang dalam waktu yang tidak lama dapat mengumpulkan kekayaan dalam jumlah yang sangat fantastis, pastilah menggunakan cara-cara yang tidak halal entah secara halus atau terang-terangan. Namun harta itu justru menjadi pintu bagi masuknya kecaman, caci-maki, hujatan, dan kutukan dari orang-orang yang mengenalnya baik tua ataupun muda, miskin ataupun kaya, terhormat atau rakyat jelata (21). Betapa sengsaranya mempunyai kekayaan yang didapat dengan cara menista Allah (23).

Kesimpulan dari uraian di atas adalah bahwa harta itu di dalam dirinya sendiri tidak menyediakan kenikmatan yang didambakan manusia. Kenikmatan hanya dapat diperoleh jika manusia yang mempunyai harta itu mempunyai catatan hati yang bersih, hati yang penuh kasih, dan setia (28). Dan Allah menjamin bahwa anak-anak-Nya dapat menjadi orang kaya yang dapat merasakan kenikmatan dan kebahagiaan dari kekayaannya, karena pelita Tuhan ada dalam diri manusia. Pelita inilah yang akan menerangi hatinya, dan menunjukkan jalan yang benar untuk memperoleh harta yang sejati (27).

Renungkan: Judul uraian hari ini memang sengaja menggunakan rumusan matematika. Sebab apa yang dipaparkan oleh Amsal kita hari ini bersifat pasti seperti sifat dari ilmu matematika. Banyak contoh di dalam masyarakat kita. Akankah Anda berniat menambahkan jumlah yang sudah banyak itu?

(0.17700711428571) (Pkh 11:9) (sh: Hiduplah dengan Saleh (Jumat, 9 Desember 2016))
Hiduplah dengan Saleh

Dalam segala kesulitan hidup yang pernah dilewati, kerap kali kita tidak mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup bagi Tuhan (Rm. 12:1). Karena itu, Pengkhotbah memerintahkan kita untuk mengingat Pencipta pada masa muda (12:1). Kata "mengingat" dalam konsep bahasa Ibrani tidak sekadar mengingat dengan akal budi, tetapi juga menjalankannya sebagai suatu komitmen.

Mengapa perlu menjalankan hidup dengan mengingat (komitmen) kepada Tuhan pada masa muda? Sesungguhnya, Pengkhotbah mengetahui bahwa keadaan akan menjadi semakin sulit bagi kita jika tidak memulainya pada usia muda. Perhatikan kata "sebelum" yang muncul pada ayat 1, 2, 6, yang menunjukkan 3 fase yang berbeda dalam hidup manusia. Pertama, sebelum keadaan menjadi sulit karena banyak "hari-hari yang malang" dan tahun-tahun di mana tidak ada lagi kesenangan (1), yaitu keadaan yang penuh kesulitan dan tanggung jawab kita dalam hidup semakin berat.

Kedua, sebelum kondisi fisik kita menua dan menjadi semakin memburuk. Misalnya, tangan sudah gemetar, kaki sudah membungkuk, gigi banyak yang copot, mata sudah rabun, bibir mengatup karena gigi yang berkurang, suara menjadi sangat mengganggu, dan kita tidak dapat menikmati nyanyian, takut ketinggian, rambut memutih, dan sebagainya (3-5). Semua kondisi tersebut memperlihatkan apa yang menyenangkan hati, sekarang sudah tidak menarik bagi kita. Hari-hari yang sulit akan datang tanpa henti (sesudah hujan awan datang kembali, yang berarti hujan akan datang lagi, 2).

Ketiga, waktu tidak ada lagi karena "debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya" (7). Akhirnya, kita tidak dapat lagi mengingat Tuhan karena kematian sudah dekat.

Hidup itu singkat. Jika kita tidak segera berkomitmen hidup takut akan Tuhan, maka hidup akan menjadi semakin sulit. Jangan menunda lagi. Hiduplah dengan mengingat Tuhan. Hiduplah dengan saleh! [IT]

(0.17700711428571) (Yes 1:18) (sh: Sebuah manuver (Selasa, 7 Oktober 2003))
Sebuah manuver

Sebuah manuver. Dalam diri manusia terdapat keinginan untuk menyelamatkan diri dari bahaya dan kemauan untuk bertahan hidup. Ketika seseorang berada dalam bahaya, respons yang diambil adalah menghindar, melakukan manuver, mengganti arah sehingga keluar dari jalur. Tindakan manuver tidak selalu sama dengan tindakan pengecut, namun bisa merupakan tindakan cerdas.

Bangsa Yehuda ditawari untuk melakukan manuver oleh Yahweh. Masih ada kesempatan bagi mereka, meskipun hanya celah kecil, untuk terbebas dari kehancuran, jika mereka mau berbalik arah. Janji bersyarat diberikan Yahweh (ayat 18-20). Betapa indahnya pengampunan yang diberikan Allah, tuntas dan radikal. Tidak ada dosa yang terlalu besar dan terlalu kotor sehingga tak bisa dibersihkan. Syaratnya adalah pertobatan yang tuntas dan radikal pula.

Umat Yehuda harus mengambil kesempatan bertobat ini. Namun, sebagian besar dari mereka terus berkeras hati. Mungkin mereka tidak menyadari bahwa di hadapan Allah mereka terlihat bagaikan pelacur-pelacur yang tidak setia. Kenyataan bahwa dosa adalah sebuah jalur yang nyaman dan nikmat untuk dihidupi membuat sebagian orang lengket dengan kehidupan yang najis dan membutakan mata mereka akan bahaya yang sedang menyongsong. Untuk mereka yang lebih memedulikan diri dan nafsunya di atas kepentingan bangsa dan Allah, Tuhan akan menumpahkan murka-Nya yang kudus. Yahweh yang kelihatan begitu marah tiba-tiba memberikan janji pemulihan (ayat 26-27). Itu karena Yahweh melihat bahwa kehancuran bukanlah kata akhir. Ada pengharapan, meskipun itu adalah pengharapan pascapenderitaan.

Renungkan: "Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya" (Mat. 7:13).

(0.17700711428571) (Yes 9:1) (sh: Post Tenebras Lux! (Kamis, 16 Oktober 2003))
Post Tenebras Lux!

Post Tenebras Lux! Kata-kata ini terpampang di depan tembok Reformasi yang sangat terkenal di Jenewa. Kalimat yang berarti, "Sesudah kegelapan, terang!" tersebut menunjukkan sebuah era yang baru. Manusia di zaman Reformasi dibawa kembali kepada semangat untuk mencari kebenaran, kembali ke Alkitab. Ada semacam kerinduan dalam diri manusia untuk melihat kecerahan setelah kesuraman.

Pengharapan akan terang setelah kekelaman pun muncul dalam nubuatan kitab Yesaya. Bacaan hari ini dimulai dengan sebuah penyekatan terhadap masa lalu. Penghukuman itu tidaklah selamanya. Kehancuran Yehuda akan ditutup dengan sebuah misi penyelamatan. Misi penyelamatan ini paling tidak terjadi dalam tiga lapisan. Lapisan pertama adalah hadirnya Hizkia. Ahas mewakili raja yang lemah dan tidak taat kepada Allah. Hizkia akan membawa perubahan baru, suatu keselamatan bagi bangsanya karena ia tunduk kepada Allah. Hal ini memungkinkan hadirnya kedamaian dan kemakmuran. Lapisan kedua adalah masa ketika bangsa Yehuda kembali dari pembuangan. Lapisan ketiga adalah lapisan yang lebih besar. Keselamatan terlihat dari hadirnya seorang Mesias, yang akhirnya digenapi dalam diri Kristus, Sang Juruselamat dunia.

Seorang keturunan Daud yang baru akan hadir! Perayaan dari kegelapan menuju terang ini diwujudkan dalam sukacita yang begitu luar biasa. Sukacita itu juga dilihat secara militer seperti ketika orang-orang membagi-bagikan hasil rampasan dari musuh. Penghancuran "kuk" dan "gandar" menunjukkan sekali lagi kemenangan militer yang dahsyat. Kita melihat bahwa janji akan keturunan Daud diberikan dengan gelar-gelar yang indah: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Keempat gelar ini menjamin kemakmuran dan keadilan selama-lamanya!

Renungkan: Kejahatan dan ketidakadilan takkan pernah bertahan selamanya. Hiduplah hanya dalam kebenaran dan kejujuran!

(0.17700711428571) (Yes 9:1) (sh: Pengharapan itu telah datang (Minggu, 25 Desember 2011))
Pengharapan itu telah datang

Judul: Pengharapan itu telah datang
Sebagian besar umat kristiani merayakan hari ini sebagai hari Natal. Apa yang kita ingat sewaktu merayakan natal? Kelahiran Yesus sebagai bayi? Atau Sang Mesias yang membawa pengharapan?

Yesaya 8:23-9:6 berkonteks kehidupan Yehuda yang dilanda ketakutan terhadap ancaman Aram dan Israel. Ahas mengambil keputusan yang salah, meminta pertolongan kepada Asyur dan bukan kepada Tuhan. Yehuda adalah bangsa yang berjalan dalam kegelapan karena dipimpin oleh raja yang tidak takut Tuhan.

Allah menjanjikan Mesias. Ia akan membawa pengharapan bagi umat-Nya. Kedatangan-Nya membuka babak baru dalam hidup umat-Nya. Manusia yang dikuasai kegelapan dosa, kini melihat Terang yang besar yang mengenyahkan kegelapan. Kedatangan-Nya mengubah kedukaan yang mencekam menjadi sukacita besar. Ia membuat manusia lepas dari belenggu dosa yang menindas dan memberikan damai sejahtera yang mampu mengenyahkan perang dan perseteruan (1-4).

Janji Mesias ini telah digenapi dengan kelahiran Yesus. Dua hal penting yang dikatakan Yesaya mengenai Yesus adalah bahwa Dia adalah manusia sejati dan Allah sejati. Yesus adalah manusia sejati sesuai perkataan 'seorang anak telah lahir'. Yesus Kristus adalah Allah sejati nampak dari empat nama Ilahi: Penasihat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, dan Raja Damai.

Natal bukan perayaan ulang tahun Yesus, melainkan kedatangan Yesus ke dunia yang memberikan pengharapan kepada manusia berdosa. Jika Yesus sudah lahir 2000 tahun yang lalu, mengapa masih ada orang yang hidup tanpa pengharapan dan damai? Bukankah Sang Raja Damai itu telah datang? Betul, dan itulah tugas kita untuk memperkenalkan Yesus sang Raja Damai itu, dan momen natal adalah salah satu kesempatan yang dapat kita pakai.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2011/12/25/

(0.17700711428571) (Yes 22:1) (sh: Tuhan adalah andalanku (Selasa, 23 Oktober 2012))
Tuhan adalah andalanku

Judul: Tuhan adalah andalanku
Istilah "lembah penglihatan" memiliki dua makna mengacu kepada kota Yerusalem. Pertama, dalam bahasa Ibrani khizzayon. Kita tidak bisa mengidentifikasi lembah khizzayon di peta. Ini adalah permainan kata dari sang nabi, bahwa kata khizzayon memiliki persamaan bunyi dengan Sion. Kedua, Yerusalem adalah kota berkubu. Selain tembok keliling yang dibangun (biasanya di ujung-ujung benteng kota terdapat menara pengawas), kota ini juga dikelilingi oleh benteng alam yang perkasa. Jika dilihat dari perbukitan yang mengelilingi Yerusalem, maka Yerusalem tampak seperti di lembah. Perbukitan tersebut sekaligus dapat berfungsi sebagai menara pengawas.

Waktu itu Yerusalem didatangi oleh duta-duta dari kelompok koalisi untuk mengajak Yehuda bergabung dalam koalisi melawan Asyur. Yehuda menolak ajakan koalisi tersebut. Alih-alih bergabung dengan koalisi anti-Asyur, mereka justru memohon bantuan Asyur dan membayar upeti. Selain mereka mengandalkan benteng-benteng kokoh yang membuat kota ini aman, mereka juga mengandalkan bala bantuan Asyur yang merupakan negara adidaya. Tentu saja mereka harus tunduk juga kepada raja Asyur sekaligus mengakui bahwa ilah-ilah bangsa Asyur lebih kuat dari Allah mereka (sesuai kebiasaan Timur Tengah kuno). Maka Allah Yehuda tidak menjadi andalan mereka lagi, melainkan ilah-ilah bangsa Asyur yang merupakan berhala-berhala yang mati.

Dengan dasar ini Tuhan akan menghukum bangsa Yehuda melalui pembuangan penduduk Yerusalem ke Babel. Sang nabi menubuatkan, bahwa para pejabat dan kaum bangsawan serta agamawan akan ditawan dan dibuang ke negeri asing. Mereka akan berada di bawah kekuasaan bangsa lain. Jadi, nubuat ini memiliki inti berita pada ajakan untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan. Yehuda harus berkata, "Tuhan adalah Andalanku, Tuhan adalah Gunung Batuku."

Adakah andalan Anda selain Tuhan? Kalau ada, itu adalah dosa penyembahan berhala di hadapan Tuhan. Untuk itu Anda harus bertobat, dan kembali andalkan hanya Dia senantiasa!

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2012/10/23/

(0.17700711428571) (Yes 25:1) (sh: Derita ada akhirnya. (Minggu, 15 November 1998))
Derita ada akhirnya.

Derita ada akhirnya.
Zaman sekarang begitu banyak orang yang memalingkan muka, menutup mata bila melihat atau mendengar kisah penderitaan yang tak kunjung berakhir. Mengapa? Selama ini banyak orang termasuk Kristen tidak mampu memahami penderitaan yang terjadi di tengah-tengah dunia ini. Penderitaan yang timbul karena peperangan dan kelaparan sebagai wujud keegoisan manusia; bencana alam sebagai wujud murka alam, dlsb. Namun untuk orang beriman, penderitaan merupakan demonstrasi Allah menempa, mengajar dan membina umat-Nya guna mempersiapkan umat mencapai puncak pengharapan bagi perwujudan keadilan dan kedamaian. Dalam pengharapan itu semua tekanan, serangan angin ribut, badai topan yang menghancurkan dan menyengsarakan manusia akan berhenti, kegagahan dan kesombongan ditiadakan, panas terik yang tidak membawa kenyamanan, ketenangan, dan kesejukan akan disingkirkan dari jalan hidup orang percaya. Itulah saat dimana Allah kembali memproklamirkan tindakan kasih dan kemurahan-Nya.

Bersyukur: hakikat hidup. Banyak orang percaya dewasa ini tidak mampu mengimbangi tindakan-tindakan atraktif Allah yang membebaskan itu. Padahal dalam setiap tindakan tersebut Allah melepaskan umat dari cengkeraman tangan musuh, membungkamkan semarak sorak-sorai musuh. Bahkan di zaman Perjanjian Baru ini, Allah menghancurleburkan gempita kemenangan dosa lewat pengorbanan Yesus Kristus. Tidak cukupkah semua ini membuat hati tergerak? Lihatlah rasa syukur umat karena kelepasan yang dari Allah. Allah yang tidak pernah melepaskan atribut kekekalan-Nya. Allah yang telah berlaku setia sebelum umat meresponi kesetiaan-Nya. Bersyukurlah untuk semua yang telah, sedang dan akan Allah lakukan dalam hidup ini.

Anugerah Allah adalah sumber kelepasan. Peristiwa demi peristiwa dalam sejarah umat Allah, telah membuktikan bahwa anugerah Allah dinyatakan bukan hanya pada saat manusia lemah, dan tak berdaya membebaskan dirinya, tetapi anugerah yang tetap ada dalam kelemahan manusia, anugerah yang memampukan manusia bertahan dalam kelemahan, anugerah yang menyatakan keajaiban rencana Allah bagi orang percaya. Inilah hakikat hidup sebenarnya sebagai dasar syukur umat percaya dan itu berlangsung terus hingga saat ini.

Doa: Terima kasih Tuhan untuk pembebasan dan penyelamatan dari tekanan kesengsaraan sebagai belenggu dosa.

(0.17700711428571) (Yes 29:1) (sh: Tanggapilah peringatan-Nya dengan serius! (Rabu, 15 September 2004))
Tanggapilah peringatan-Nya dengan serius!

Tanggapilah peringatan-Nya dengan serius! Celakalah kota Yerusalem yang disebut mezbah Allah! Karena mereka pernah mengalami anugerah pengampunan-Nya yang melimpah, bukankah seharusnya mereka malu karena menyambutnya dengan setengah hati?

Ariel akan mengalami hukuman Tuhan (ayat 1-2). Pada ay. 7 kata Ariel menunjuk kepada Yerusalem/gunung Sion yang digambarkan bagaikan tempat perapian. Sedangkan, BIS (terjemahan Alkitab dalam bahasa Indonesia sehari-hari) menyebutkan Yerusalem laksana mezbah yang berlumuran darah. Keadaan Yerusalem yang akan dihukum Tuhan membuat Israel akan merendahkan diri sedemikian rupa sehingga suaranya seperti suara arwah dari dalam tanah dan seperti bisikan dari dalam debu (ayat 3-8). Mengapa Yerusalem akan dihukum? Pertama, mereka adalah bangsa tanpa penglihatan (ayat 9-12). Sebenarnya Yehuda memiliki nabi-nabi yang dapat memahami penglihatan Tuhan, namun pada saat itu para nabi itu tidak dapat mengerti maksud penglihatan Tuhan, karena mereka berjalan menuruti kemauan sendiri. Kedua, kehidupan keagamaan di Yerusalem merupakan tradisi manusia yang dihafalkan (ayat 13-14). Ibadah yang mereka lakukan bukanlah berasal dari hati yang menyembah Tuhan. Kata-kata pujian mereka bagi-Nya hampa adanya. Kehidupan agama yang telah berubah menjadi kumpulan peraturan yang dihafalkan adalah kemunafikan, yang menjauhkan mereka dari Tuhan. Ketiga, Yerusalem mempermainkan Tuhan (ayat 15-16). Banyak orang yang melakukan tindakan ini. Mereka menganggap Tuhan tidak melihat apa yang dikerjakan atau sesuatu yang disembunyikan. Orang seperti ini cepat melupakan peringatan keras yang pernah Tuhan berikan.

Menganggap rendah peringatan Tuhan membuat nurani kita menjadi tumpul. Jika kita terus menerus mengabaikan rentetan peringatan Tuhan, kita akan mengalami kengerian yang dahsyat. Tuhan memperingati dan menghajar agar kita tidak mengalami rentetan celaka tersebut.

Ingat: Meski bangsa kita terus-menerus mengabaikan peringatan-Nya, orang Kristen harus tekun dalam kebenaran.

(0.17700711428571) (Yes 30:1) (sh: Jangan Memberontak (Jumat, 17 September 2004))
Jangan Memberontak

Jangan Memberontak. Bagaimanakah sikap dan perbuatan memberontak kepada Tuhan itu? Umat atau seseorang disebut memberontak apabila sesudah memperoleh anugerah, mendapatkan janji pengharapan, dan mengalami hal yang terbaik bersama Tuhan, lalu berpaling dari-Nya kepada andalan lain. Sikap inilah yang sering dilakukan oleh Israel. Tuhan telah menjadikan Israel sebagai umat kesayangan-Nya, tetapi mereka sering menjadi anak-anak pemberontak!

Tindakan para pemimpin Yehuda yang memihak Mesir melawan Asyur adalah pemberontakan terhadap Tuhan (ayat 1). Sepuluh tahun sebelumnya dengan perantaraan Nabi Yesaya, Tuhan telah menasihati Israel agar tidak memihak Mesir (Yes. 20). Akan tetapi dalam nas ini mereka kembali melakukannya. Israel pergi ke Mesir untuk mengadakan perjanjian tanpa menanyakan kehendak Tuhan (ayat 2). Mereka berlindung kepada Mesir dan mengharapkan pertolongan dari Firaun, raja Mesir. Tuhan mengingatkan bahwa Firaun akan mengecewakan mereka, dan perlindungan yang diharapkan dari Mesir akan gagal (ayat 3). Perbuatan Israel yang mengandalkan Mesir bukan mendapat keuntungan ataupun pertolongan, melainkan mengalami penghinaan (ayat 5) karena kekuatan Mesir itu bagaikan "Rahab yang menganggur" (ayat 7). Gambaran ini diambil dari dongeng Kanaan yang menceritakan tentang Rahab, monster purba yang dikalahkan oleh Baal.

Kepada para nabi mereka berkata, "Tutup mulut! Jangan berkata-kata kepada kami tentang yang benar, tetapi beritahukan yang ingin kami dengar" (ayat 9-11). Akibat mengikuti kehendak sendiri, Israel akan mengalami kehancuran secara mendadak, para musuh akan mengejar dan mengalahkan mereka (ayat 12-17). Betapa mengerikan jika kita memberontak kepada Tuhan. Pemberontakan tidak harus selalu terwujud dalam acungan tinju menatap Tuhan, tetapi bisa juga seperti Israel ini dalam bentuk mengenyampingkan Tuhan dan mencari andalan lain.

Renungkan: Periksalah bagaimana sikap Anda terhadap firman Tuhan. Apakah kerinduan membaca, menyimpan dalam hati, menaati firman terus bersemi di dalam hati Anda?

(0.17700711428571) (Yes 30:18) (sh: Berbahagialah yang menantikan Tuhan (Senin, 14 Oktober 2013))
Berbahagialah yang menantikan Tuhan

Judul: Berbahagialah yang menantikan Tuhan
Melanjutkan ajakan pertobatan yang telah diungkapkan pada perikop sebelumnya, nabi Yesaya tetap mengajak umat supaya bertobat. Mereka diajak untuk tidak meminta pertolongan kepada Mesir. Ini berarti mereka juga harus memusnahkan berhala-berhala Mesir. Dalam PL, jika satu bangsa memohon pertolongan dari bangsa lain yang lebih kuat, ini juga berarti bahwa mereka memohon bantuan kepada dewa-dewa bangsa itu.

Maka Israel diajak untuk meminta pertolongan hanya kepada Tuhan, "Engkau akan menganggap najis patung-patungmu ..." (22); "... apabila engkau berseru-seru, pada saat Ia mendengar teriakmu, Ia akan menjawab" (19). Jika mereka mau berbalik dan memohon perlindungan hanya kepada Tuhan, maka Tuhan akan menolong mereka. Pada waktu Asyur menyerang mereka, Tuhan akan menolong mereka serta menyembuhkan yang terluka (26). Tuhan tidak membiarkan umat-Nya dalam kesengsaraan dan kekurangan jika Asyur benar-benar menyerang Yehuda (25). Tuhan akan menghindarkan itu semua, sehingga tercipta kedamaian di negeri Yehuda (23-24). Mereka akan dapat bercocok tanam dan beternak dengan keamanan dan kedamaian yang dijamin oleh Tuhan, Pelindung umat-Nya.

Itu semua dilakukan Tuhan karena Dia mengasihi umat-Nya (18). Oleh karena keadilan yang didasarkan atas kasih-Nya sajalah maka Tuhan akan menolong dan memberikan perlindungan kepada umat-Nya, jika mereka mau berbalik dan memohon pertolongan kepada Tuhan.

Kesadaran bahwa Tuhan saja satu-satunya yang berkuasa, seharusnya membuat kita hanya mencari Tuhan disaat kita membutuhkan pertolongan. Jangan sampai menunggu kuasa-kuasa asing mengecewakan kita baru kita mencari Tuhan. Pahami dan ingatlah baik-baik bahwa Tuhan saja satu-satunya yang dapat memberikan pertolongan dan perlindungan kepada kita, karena hanya Dia yang mengasihi kita. Tuhan akan datang dan memberikan pertolongan bila kita bergantung kepada Dia. Maka nantikanlah pertolongan Tuhan senantiasa.

Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

(0.17700711428571) (Yes 32:1) (sh: Raja yang adil (Senin, 20 September 2004))
Raja yang adil

Raja yang adil. Beberapa waktu lalu, kita telah memilih presiden secara langsung. Orang kristen berdoa agar rakyat Indonesia memilih orang yang Tuhan pilih, dan agar orang yang dipilih melaksanakan kehendak Tuhan. Kita mengharapkan terjadinya perubahan positif di berbagai segi kehidupan bangsa Indonesia.

Nabi Yesaya yang menyaksikan pemerintahan empat raja Yehuda (Yes 1:1), memperoleh penglihatan tentang kemunculan seorang "Raja yang adil" yang akan memerintah menurut kebenaran (ayat 32:1a). Raja adil ini membawa pengaruh kepada para pemimpin di bawahnya (ayat 1b). Kebenaran dan keadilan para pemimpin ini digambarkan bagaikan "Tempat perlindungan dari angin ribut, aliran-aliran air di tempat kering, dan naungan batu yang besar di tanah tandus" (ayat 2). Maksudnya rakyat memperoleh perlindungan dan rasa aman. Hati yang merencanakan kejahatan, akal yang merancang perbuatan keji terhadap orang lemah akan terbongkar dan tidak lagi ditutup-tutupi (ayat 3-8).

Siapakah "Raja yang adil" ini? Tidak satu pun raja-raja Israel atau Yehuda yang sepenuhnya menggenapi gambaran ini. Dalam terang Perjanjian Baru, Yesus Kristuslah sang Raja Adil itu. Di dalam-Nya Roh tercurah penuh (ayat 15a). "Roh dari atas" ini akan mengubah "Padang gurun menjadi kebun buah, dari tempat kering menjadi subur" (ayat 15b), menyebabkan keadilan berlaku di semua tempat bahkan di padang gurun (ayat 16), menimbulkan damai sejahtera, ketenangan, dan ketentraman (ayat 17). Bangsa yang dipimpin "Raja yang adil" ini akan tinggal di tempat yang damai, tentram, dan aman. Membuat setiap penduduknya dapat bekerja dengan aman tanpa merasa takut untuk berkarya (ayat 18-20).

Apakah kita rindu pemerintah Indonesia berlaku seperti "Raja yang adil" ini? Kita perlu berdoa agar pemerintah kita tunduk kepada prinsip-prinsip Sang Raja Sejati, memberlakukan kebenaran dan keadilan.

Doaku: Tuhan, berikanlah "Roh dari atas" tercurah kepada pemimpin kami, supaya mereka membuahkan kebenaran dan keadilan.

(0.17700711428571) (Yes 36:22) (sh: Prinsip menghadapi masalah (Sabtu, 25 September 2004))
Prinsip menghadapi masalah

Prinsip menghadapi masalah. Cara Allah menolong anak-anak-Nya keluar dari berbagai masalah pasti unik dan berbeda-beda. Meski berbeda, dari berbagai kesaksian itu kita dapat menarik prinsip-prinsip penting. Demikian juga dari kesaksian Hizkia ini.

Pertama, gumuli masalah itu secara wajar di hadapan Allah (ayat 1). Perasaan takut, tertekan, marah, adalah wajar pada orang-orang yang mengalami masalah berat. Hanya, jangan biarkan emosi-emosi tersebut menguras tenaga Anda atau menyita iman Anda. Bersikaplah seperti Hizkia. Ungkapkan secara jujur keadaan Anda kepada Tuhan. Kedua, kita semua memerlukan orang lain. Kita memerlukan bahu yang menyambut kita bersandar, tangan terulur menolong, nasihat bijak sesuai kebenaran firman Allah. Tubuh yang dingin karena kecut hati memerlukan tubuh sesama untuk mendukung dan mendekap menghangatkan kita kembali. Hizkia memiliki beberapa orang kepercayaan termasuk Yesaya, hamba Allah yang mampu mengingatkannya tentang kebenaran Tuhan. Kita pun perlu memiliki teman-teman rohani seperti itu. Ketiga, kata-kata Hizkia kepada Yesaya dan doa Hizkia kepada Allah pada dasarnya sama. Fokusnya bukan pada keselamatan dirinya atau Israel tetapi pada kemuliaan Allah (ayat 20).

Reaksi Hizkia ini menyatakan perbedaan tajam antara sikap orang yang beriman kepada Allah sejati dari Sanherib, yaitu orang yang percaya kepada ilah yang sia-sia. Sebelum pertolongan nyata Tuhan menelanjangi kebodohan dan kesalahan iman orang fasik, respons orang beriman terhadap kefasikan sudah membongkar kesalahan tersebut. Cara kita memperlakukan kejahatan, fokus isi doa dan objek kepada siapa kita berdoa, mempermalukan kesesatan, kejahatan dan kedegilan orang fasik. Karena itu bertumbuhlah dalam pengenalan akan Tuhan, supaya tiap doa dan tindakan kita merespons kejahatan justru menjadi sarana untuk kebenaran iman dinyatakan.

Renungkan: Penderitaan dalam iman bagaikan proses melahirkan. Itulah krisis yang dalam pertolongan tangan Tuhan akan melahirkan keajaiban hidup.



TIP #25: Tekan Tombol pada halaman Studi Kamus untuk melihat bahan lain berbahasa inggris. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA