(0.15443871724138) | (Ul 11:16) |
(sh: Menjejakkan kaki (Senin, 12 Mei 2003)) Menjejakkan kakiMenjejakkan kaki. Hidup adalah sebuah pilihan dan segala sesuatu di dalamnya juga merupakan pengambilan keputusan. Sebagaimana kita melangkah dengan kaki kita, setiap detik kita melangkah dengan hidup kita, dengan diri kita seutuhnya. Kita menjejakkan kaki tidak hanya dalam pemahaman ruang dan waktu, tetapi juga di dalam dimensi situasi. Apakah kita akan menguasai situasi itu atau akankah kita kehilangan kekuatan kita untuk memilih? Musa memperingatkan bangsa Israel bahwa mereka tidak boleh tergoda mengikuti allah-allah Kanaan ketika mereka nanti berada di sana. Jika mereka jatuh ke dalam penyembahan berhala, maka secara spiritual mereka telah dikalahkan. Mereka menduduki Kanaan secara fisikal, tetapi faktanya budaya dan agama Kanaan menduduki hati dan kepala mereka. Karena itu, Musa menginginkan agar bangsa Israel memperhatikan hukum-hukum Tuhan dengan lekat dan saksama. Ini adalah syarat agar bangsa Israel bisa bertahan di tanah yang dijanjikan Tuhan. Kita melihat bahwa Tuhan menginginkan agar bangsa Israel menjejakkan kaki mereka, baik dalam dimensi ruang, waktu, dan situasi berdasarkan firman Allah. Bangsa Israel harus memenangkan kehidupan ini dengan pemilihan berdasarkan ketaatan kepada Allah. Allah berjanji akan memberikan kekuatan kepada bangsa Israel, melebihi kapasitas dan kelayakan mereka. Mereka adalah bangsa yang kecil, namun Tuhan akan membuat mereka besar di hadapan bangsa-bangsa. Mereka akan membuat semua orang takut ketika kaki mereka menyentuh bumi (ayat 25). Pilihannya adalah berkat dan kutuk -- untuk apa mereka memilih allah-allah yang kekuatannya belum terbukti (ayat 28)? Renungkan: Dalam setiap saat dan situasi kehidupan Anda, Anda bisa memilih untuk taat kepada Allah atau menaati nafsu dan kebodohan Anda sendiri. |
(0.15443871724138) | (Ul 12:20) |
(sh: Tentang ibadah (Rabu, 14 Mei 2003)) Tentang ibadahTentang ibadah. Allah menciptakan kita agar kita beribadah kepada-Nya. Dengan demikian, sikap dan tindakan ibadah merupakan bagian tak terpisahkan dari kemanusiaan kita. Ibadah juga tidak terpisahkan dari hubungan antara kita dengan Allah. Kita dapat mengatakan bahwa ibadah adalah sebuah barometer dari kehidupan rohani seseorang. Bagaimana ia beribadah kepada Allah menunjukkan kualitas dari kehidupan spiritualnya. Bangsa Israel telah diminta untuk memperhatikan bahwa mereka hanya boleh memberikan kurban persembahan di satu tempat -- ibadah telah disentralisasikan. Ini menjadi amat penting khususnya nanti ketika zaman raja-raja bangsa Israel terus-menerus jatuh ke dalam kesalahan yang sama, menyembah Allah bukan di tempat yang seharusnya. Dalam konteks zaman raja-raja, kita bisa mengatakan bahwa Allah menetapkan Silo dan kemudian Yerusalem sebagai tempat pusat ibadah. Kini Musa berbicara lagi secara mendetail mengenai penyembelihan yang sifatnya bukan korban. Jikalau bangsa Israel sudah memiliki wilayah yang lebih luas, maka akan sulit bagi mereka untuk datang menyembelih hewan makanan ke satu tempat sentral. Maka, mereka boleh menyembelih hewan untuk dimakan di daerah mereka masing-masing, namun peraturan mengenai darah tetap diberlakukan. Peraturan tentang darah ini menunjukkan bahwa manusia harus menghargai kehidupan dan mengakui bahwa mereka tidak layak mengambil kehidupan dari diri seseorang. Di bagian akhir pasal ini, kita melihat bahwa sekali lagi bangsa Israel diingatkan agar tidak terjerat ke dalam perangkap penyembahan berhala. Umat Israel harus beribadah dengan cara dan motivasi yang ditetapkan Allah. Ibadah kepada Allah harus tepat 100%. Renungkan: Seberapa seriuskah ibadah bagi Anda? Jika hidup ini adalah ibadah, seberapa akuratkah Anda mempersembahkan diri di hadapan Allah? |
(0.15443871724138) | (Ul 14:1) |
(sh: Komunitas terpilih dan kudus (Jumat, 16 Mei 2003)) Komunitas terpilih dan kudusKomunitas terpilih dan kudus. Israel adalah bangsa yang dikhususkan dan yang dipisahkan oleh Tuhan untuk Tuhan. Kekhususan tersebut membuat Israel harus berbeda dalam berbagai aspek kehidupan dengan bangsa-bangsa lain. Kadang-kadang perintah semacam ini terasa oleh kita sebagai terlampau eksklusif, ekstrim dan fanatik memutuskan hubungan antara umat Allah dengan bangsa-bangsa lain. Misalnya, Israel tidak boleh mengikuti cara berkabung bangsa-bangsa sekitar yang berakar pada kepercayaan akan ilah-ilah (ayat 1,2). Israel juga tidak diperkenankan memakan binatang yang dipersembahkan kepada ilah-ilah bangsa lain dan binatang- binatang yang diharamkan (ayat 7,8,10,12-20). Dari ketentuan ini, kita mempelajari dua hal: pertama, larangan- larangan ini bertujuan memutuskan mata rantai umat Israel dengan bangsa-bangsa lain yang mempengaruhi Israel menyembah ilah-ilah lain. Pada waktu itu (zaman sesudah pembuangan) umat Allah telah begitu jauh meninggalkan Allahnya dan menyembah ilah-ilah lain. Kedua, larangan-larangan memakan daging hewan, burung, dan binatang laut tertentu tidak secara otomatis menjadi peraturan yang harus dilaksanakan oleh umat Allah sepanjang zaman. Sebab penekanan utamanya bukan pada jenis makanannya, tetapi pada sikap umat yang tahu membedakan mana kudus mana tidak. Allah berinisiatif memilih dan mengkhususkan orang yang beriman kepada-Nya, termasuk kita, untuk Dia. Bahkan melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, kita telah dikuduskan-Nya. Karena itu respons orang beriman adalah menyerahkan diri dan tunduk total kepada Allah dan kehendak-Nya. Seluruh keberadaan hidup kita sudah seharusnya mengikuti ciri kekudusan Allah: tidak bercacat cela, tidak membangkang terhadap Allah, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Renungkan: Tuhan tidak hanya memilih dan mengkhususkan Anda, tetapi juga menguduskan Anda untuk Dia. |
(0.15443871724138) | (Ul 19:1) |
(sh: Di bawah perlindungan sayap Allah (Kamis, 24 Juni 2004)) Di bawah perlindungan sayap AllahDi bawah perlindungan sayap Allah. Kita tahu bahwa, keba-nyakan induk burung memiliki sifat alami yang sama. Apabila anak-anaknya terancam, ia berusaha melindunginya dengan memasukkannya ke dalam kepak sayapnya. Ia mengorbankan dirinya untuk melindungi anak-anaknya. Mungkin saja, anak-anak burung ini dikejar musuh karena kesalahan mereka. Ia tetap melindungi mereka di bawah sayapnya. Hubungan Tuhan dan umat-Nya juga demikian seperti induk burung dan anak-anaknya. Seringkali kita diperhadapkan dengan perkara yang teramat sulit. Mungkin saja perkara ini disebabkan karena kebodohan kita sendiri. Tetapi apapun yang menjadi sumber perkara tersebut, Tuhan ialah Allah yang selalu melindungi kita. Ia tidak pernah melepaskan perlindungan-Nya kepada kita. Apapun bentuk ancaman itu. Kasih Tuhan itu luas meliputi manusia macam apa saja. Itulah alasan Israel diperintahkan untuk mengasihi Tuhan dan sesama. Salah satu bentuk kasih yang harus direalisasikan kepada sesama ialah dengan membangun kota-kota perlindungan bagi mereka yang melakukan kesalahan fatal, misalnya tanpa sengaja membunuh. Di dalam kota ini, mereka memperoleh perlindungan dari hukuman yang tidak seharusnya menimpa mereka, misalnya dari dendam orang-orang yang menjadi korban. Orang Israel diminta untuk memelihara kota ini bahkan membuat jalan ke kota ini menjadi lancar (ayat 2, 3). Di kota ini bukan berarti seorang pelaku kejahatan dapat lepas dari tanggung jawabnya. Maksud Tuhan di sini, paling tidak ia dapat memperoleh perlakuan yang adil, sesuai dengan hukum dan terlepas dari rasa dendam korban kejahatannya. Renungkan: Biarlah Tuhan memakai kita sebagai sumber keadilan di tengah-tengah dunia yang tidak adil dan ingin menang sendiri. |
(0.15443871724138) | (Ul 31:1) |
(sh: Ketaatan membawa berkat masa depan (Kamis, 15 Juli 2004)) Ketaatan membawa berkat masa depanKetaatan membawa berkat masa depan. Masa depan, siapa yang dapat meramalkannya? Para cenayang (=dukun yang dapat berhubungan dengan makhluk halus) mencoba membaca masa depan. Tidak disangkal, roh jahat memiliki pengetahuan dan kekuatan yang melampaui manusia. Namun kendali sejarah hanya ada di tangan Allah pencipta. Israel sudah tiba di ambang pintu tanah Perjanjian. Musa dengan setia menghantar mereka sampai di situ. Namun, Musa tidak diijinkan Allah masuk ke tanah Kanaan. Yosualah yang akan menggantikan Musa memimpin umat Israel memasuki negeri itu. Ada dua masalah besar. Pertama, Israel tidak memiliki pasukan untuk berperang merebut negeri yang penduduknya ahli berperang. Kedua, walaupun Yosua pernah memimpin pasukan Israel mengalahkan Amalek empat puluh tahun yang lampau (Kel. 17:8-16), sekarang ia sudah tua. Mampukah ia menggantikan Musa dan memimpin mereka menaklukkan Kanaan? Tidak seorang pun yang dapat menjamin Israel mampu menduduki tanah Kanaan di bawah kepemimpinan Yosua. Tetapi Allah mampu! Bukankah Dia yang mengendalikan sejarah? Oleh sebab itu Musa menasihati Israel untuk mempercayakan diri mereka kepada Allah. Allahlah yang berperang bagi mereka. Allah akan memakai Yosua sebagai pemimpin mereka mengalahkan musuh (ayat 6). Pesan untuk Yosua sama intinya, "kuatkan dan teguhkanlah hatimu ... Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau" (ayat 7). Siapa yang dapat meramal masa depan Indonesia? Mungin kita pesimis melihat gejolak politik berkaitan dengan pemilu. Orang yang menilai diri mereka layak jadi pemimpin jauh dari kualitas Musa ataupun Yosua. Namun masa depan kita tidak terletak pada mereka tetapi pada Allah pencipta, yang berdaulat atas sejarah manusia. Renungkanlah: Inilah saatnya menaruh percaya dan harap kepada Allah. Jangan mengandalkan manusia, sebaliknya doakanlah pemimpin kita agar Tuhan menyertainya seperti Ia menyertai Yosua! |
(0.15443871724138) | (Hak 3:7) |
(sh: Tidak jera (Minggu, 5 Oktober 1997)) Tidak jeraTidak jera Ketergantungan kepada pemimpin. Selama hakim yang dibangkitkan Tuhan masih hidup, negeri dalam keadaan aman. Tetapi apabila hakim itu meninggal, bencana kembali menimpa mereka. Mengapa demikian? Karena mereka berbuat jahat lagi. Ketaatan mereka kepada Allah, jelas semu saja. Mereka sangat bergantung pada manusia, mereka tidak mengikut dan menaati Allah dari hati mereka sendiri. Mereka butuh pengaruh dari seorang manusia yang kelihatan. Jelaslah keimanan mereka tidak murni. Memang harus diakui betapa besar arti pemimpin dan betapa penting peran yang dijalankannya. Tuhan dapat berbuat banyak hal besar melalui pemimpin yang baik. Namun betapa pun pentingnya arti seorang pemimpin, ketergantungan dan kesetiaan kita tanpa pamrih hanya boleh diarahkan kepada Satu Pemimpin saja, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Renungkan: Serahkanlah hati sepenuhnya kepada-Nya, maka semua godaan dan kecenderungan untuk bergantung pada manusia akan teratasi. Doa: Terima kasih Tuhan Yesus,Kau telah mengutus Roh Kudus untuk menolong kami setiap saat. |
(0.15443871724138) | (Rut 2:1) |
(sh: Asing di negeri sendiri (Minggu, 11 April 1999)) Asing di negeri sendiriAsing di negeri sendiri. Setelah berada di Bethlehem, tidak pernah Naomi menceritakan kepada Rut bahwa ia masih memiliki keluarga bernama Boas. Boas adalah seorang yang kaya raya dari kaum Elimelekh. Ketika musim menuai tiba, Naomi menyuruh Rut mengumpulkan sisa-sisa gandum yang tertinggal di ladang milik Boas. Pada waktu itu berlaku tradisi yang memperkenankan orang-orang miskin memperoleh makanan dari sisa-sisa gandum di ladang. Tanpa mengenal lelah, Rut bekerja mengumpulkan sisa gandum dari pagi hingga sore hari. Tak memanfaatkan hubungan saudara. Seandainya Naomi mau berterus terang tentang siapa Boas, pasti Rut tidak akan berlelah-lelah mengumpulkan sisa gandum di ladangnya. Namun itu tidak dilakukannya. Sama sekali tak terbersit keinginannya memanfaatkan hubungan saudara untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas. Dan demi memenuhi kebutuhan, mereka berdua bertekad untuk bekerja dan berusaha sendiri. Semangat dan tekad yang mereka tunjukkan hendaknya membangunkan kesadaran kita untuk tidak menuntut kemudahan dan fasilitas kenyamanan dari kedudukan "saudara" kita. Berkat Tuhan diterima dengan penuh syukur. Rut adalah seorang yang ulet berusaha dan penuh semangat dalam bekerja. Sikap ini meyakinkan kita bahwa seandainya Naomi menceritakanpun itu tidak mempengaruhinya. Baginya, ketika keputusan diambil, ketika itu pula ia siap menghadapi segala kemungkinan, tanpa jaminan keamanan dan kenyamanan, yang akan dihadapinya di negeri orang. Bahkan ia tidak canggung ketika harus mengumpulkan sisa-sisa gandum. Semua itu dilakukannya dengan penuh syukur. Seseorang yang menyaksikan kebesaran, kedaulatan dan kehadiran Allah melalui sebuah keluarga, tanpa merasakan langsung, ternyata mampu memiliki semangat bersyukur yang luar biasa. Sikap Rut memberikan pelajaran berarti bagi hidup kekristenan kita. Selama ini kita menganggap bahwa hanya orang yang telah lama mengikut Kristus yang paling benar meresponi kasih Allah sedangkan Kristen baru harus lebih banyak belajar. Melalui Rut, anggapan itu musnah! Dia yang baru mengenal Allah telah mampu meresponi penuh syukur kebaikan Allah dalam hidupnya. |
(0.15443871724138) | (1Sam 16:1) |
(sh: Kualifikasi yang paling utama (Senin, 4 Agustus 2003)) Kualifikasi yang paling utamaKualifikasi yang paling utama. Perbedaan antara negara yang demokratis dengan yang tidak terletak bukan pada perangkat kenegaraan dan partai yang ada, atau dipilih atau tidaknya si pemimpin. Perbedaan terletak pada siapa yang memilih. Pada tipe negara yang pertama seorang pemimpin dipilih oleh rakyat, sementara pada tipe kedua oleh kroni, orang bayaran, atau bahkan oleh diri sendiri, walaupun kualifikasinya tidak memadai. Tetapi, untuk monarki Israel waktu itu, raja dipilih hanya berdasarkan kualifikasi penting berikut: pemilihan dan penyertaan Allah (band. 10), dan hati yang mau mengikut dan taat kepada Allah (ayat 7). Raja hanya raja selama kualifikasi ini terpenuhi. Dan tidak seperti pada bangsa-bangsa lain, hak menjadi raja bisa dicabut oleh Allah. Ayat 13 adalah pemunculan perdana Daud dalam narasi kitab ini, dan Daud muncul dengan kualifikasi yang luar biasa. Walau ia anak paling bungsu dan paling muda, tetapi tokoh-tokoh lain di dalam nas ini tidak punya kualifikasi di atas. Termasuk Abinadab, yang keelokan parasnya sempat memukau Samuel (ayat 8-9), dan kakak- kakak Daud yang lain (ayat 10). Yang terutama, termasuk pula Saul, yang kehilangan kualifikasinya sebagai raja ketika Roh Tuhan meninggalkannya karena ketidaktaatan dan kini diganggu oleh roh jahat yang diizinkan Tuhan (ayat 14). Roh Tuhan berkuasa atas Daud (ayat 13), dan ia dikenal dan diakui sebagai orang yang disertai Tuhan (ayat 18b). Saul masih menjadi raja secara de facto, tetapi Daud yang diurapi telah muncul, berkembang menjadi orang yang punya kelebihan yang lain (ayat 18), dan bahkan dikasihi Saul (ayat 20-23). Tetapi perjalanan Daud masih panjang, dan Allah masih terus membentuk dirinya dan bangsa Israel agar dapat mengerti pilihan Allah ini. Renungkan: Pilihan Allah berarti ketaatan dan penyerahan diri. Pilihan itu juga berarti pembentukan, agar kita menjadi layak untuk melakukan pelayanan yang telah Ia tentukan untuk kita lakukan. |
(0.15443871724138) | (2Sam 12:15) |
(sh: Hidup dalam tanggung jawab (Sabtu, 16 Agustus 2003)) Hidup dalam tanggung jawabHidup dalam tanggung jawab. Semua orang memiliki masa lalu, sebagian bahagia, sebagian kelam. Daud pun demikian. Ia baru saja melakukan dosa yang keji: mengingini isteri sesama, perzinahan, pembunuhan. Allah menghukum dia dengan menulahi anak yang ada dalam rahim Batsyeba. Daud pun memberanikan diri berpuasa dan berdoa berhari-hari untuk memohon kesembuhan anaknya. Dalam kedudukannya yang tinggi, Daud merendahkan diri sampai ke debu di hadapan Allah yang dikasihinya. Permohonan Daud tak dikabulkan oleh Allah. Keputusan Allah bahwa anak Daud harus mati, tidak dapat diubahkan, dan itu pasti terjadi. Mengetahui kenyataan tersebut, sebelum para pegawainya memberitahukan dia, Daud bangkit dari tanah dan memulai hidupnya kembali. Ia sadar akan segala konsekuensi terhadap segala dosa yang telah dilakukannya. Semua orang tercengang melihat sikap Daud. Penjelasan Daud membuat kita memahami bahwa ia meninggalkan masa lalunya untuk hidup dalam kekinian dan menyongsong masa depan dengan penuh tanggung jawab (ayat 23). Daud sudah sepenuhnya hidup dalam kekinian. Hal ini bisa kita perhatikan bukan hanya dari sikapnya di atas, namun juga dari kemampuannya untuk menghibur Batsyeba, yang sekarang sudah dianggap sebagai istrinya (ayat 24). Di sana juga kita perhatikan bahwa Daud dipulihkan dengan kelahiran Salomo (dari kata shalom, "damai"). Kisah Daud dan Batsyeba merupakan kisah penghukuman dan penghakiman, namun di tengah-tengahnya kasih Allah dinyatakan, dan Daud menerimanya dengan penuh syukur. Kekinian Daud terakhir dinyatakan dengan majunya ia berperang, mengambil alih posisi Yoab dan menaklukkan Amon. Daud sudah memulai hidup yang baru! Renungkan: Masa lalu yang gelap tak dapat menghalangi kasih Allah yang tetap. Dalam anugerah Kristus, jalanilah hidup hari ini dengan tegap dan sigap -- matahari telah bersinar lagi! |
(0.15443871724138) | (1Raj 1:28) |
(sh: Minta petunjuk Tuhan (Sabtu, 24 Juli 2004)) Minta petunjuk TuhanMinta petunjuk Tuhan. Banyak orang takut untuk berbuat kesalahan. Untuk menghindari kesalahan, banyak orang melakukan beberapa cara, misalnya: meminta petunjuk kepada orang yang dianggap "pintar". Mereka mungkin menanyakan, "Bisnis apakah yang tepat untuk situasi seperti ini?" Mereka berharap supaya melalui petunjuk itu, mereka terhindar dari kesalahan yang fatal. Persoalannya adalah kepada siapa kita meminta pertolongan, kepada Allah atau kepada manusia? Tanpa petunjuk siapapun juga, Adonia mengangkat dirinya sendiri menjadi raja. Namun ketika Daud mengangkat Salomo menggantikannya sebagai raja dan setelah Salomo diurapi oleh imam Zadok dan Nabi Natan, seluruh rakyat menyambut Salomo sebagai raja. Suara rakyat begitu riuh sehingga digambarkan bagaikan membelah bumi (ayat 34-40). Adonia menjadi takut dan para undangannya pun terkejut, lalu semua melarikan diri (ayat 49). Dalam ketakutan Adonia lari menuju mezbah dan memegang tanduk-tanduk mezbah, tempat belas kasih Allah dan pengampunan-Nya dinyatakan. Ia lari ke sana setelah rencana pemberontakannya terbongkar. Akibat dari perbuatannya yang tidak pikir panjang, Adonia harus menanggung kesulitan dan berhadapan dengan Salomo. Jika Adonia mengutamakan apa yang Allah inginkan dan bukan semata-mata apa yang ia inginkan, ia akan terhindar dari masalah. Apa yang dialami oleh Adonia merupakan suatu peringatan bagi kita. Kita perlu meminta petunjuk pada Allah sebelum melakukan segala sesuatu supaya terhindar dari kesalahan. Jangan mencari petunjuk dari orang "pintar", petunjuk paranormal, petunjuk ramalan bintang, atau petunjuk mbah dukun. Namun, carilah petunjuk dari Allah yang hidup, sebab Ia memberikan petunjuk yang terbaik bagi kita dalam menjalani hidup. Jangan menunggu sampai kita melakukan kesalahan dalam hidup ini baru mencari Allah. Carilah petunjuk dan pimpinan Allah sebelum kita bertindak. Renungkan: Carilah pimpinan Tuhan, sehingga Anda terluputkan dari permasalahan yang tidak perlu dihadapi. |
(0.15443871724138) | (1Raj 3:1) |
(sh: Bukti Kasih Salomo (Selasa, 27 Juli 2004)) Bukti Kasih SalomoBukti Kasih Salomo. NATO (North Atlantic Territory Organization; Organisasi Pertahanan Atlantik Utara) sering dipelesetkan menjadi No Action Talk Only (banyak bicara tanpa berbuat). Banyak orang hanya bisa berbicara dan berteori tanpa bisa melakukannya. Apakah Salomo seorang raja yang NATO? Alkitab mencatat bahwa Salomo mengasihi TUHAN dengan sungguh-sungguh. Hal itu dibuktikannya dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya (ayat 3). Ia mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN, sebagai wujud kasihnya itu. Korban-korban bakaran itu adalah pernyataan ibadah, ucapan syukur, dan persekutuan Salomo kepada TUHAN. Ini adalah bukti pertama Salomo mengasihi TUHAN sungguh-sungguh. Bukti kedua Salomo mengasihi TUHAN, dapat kita lihat dari permohonannya dalam doa (ayat 6-9). TUHAN mengaruniakan Salomo satu permintaan, dan Salomo memanfaatkannya. Satu permintaan Salomo adalah memohonkan hikmat supaya bisa memerintah dengan baik dan demi kebaikan rakyatnya. Salomo tidak meminta kekayaan, kekuasaan, umur panjang, dll. Ini menunjukkan bahwa Salomo tidak mementingkan diri sendiri, tetapi peduli kepada rakyatnya yang begitu banyak. Dengan hikmat dari TUHAN, Salomo mensejahterakan umat Tuhan. Salomo mengasihi umat TUHAN karena Salomo mengasihi TUHAN! Bukti kedua ini diteguhkan dengan konfirmasi dari TUHAN sendiri (ayat 10-14). Salomo membuktikan diri bukan raja yang NATO. Salomo mengasihi Tuhan bukan sekadar melalui kata-kata tetapi dengan tindakan konkret. Apakah kita mengasihi Tuhan? Apa bukti nyata kita mengasihi Tuhan? Kalau kita mengasihi Tuhan, pasti kita menaati firman-Nya, dan setia beribadah kepada-Nya. Kalau kita mengasihi Tuhan, pasti kita juga mengasihi sesama kita, dan kita akan meminta hal-hal yang terbaik bukan untuk diri sendiri melainkan untuk orang lain. Renungkan: Apakah buktinya kita mengasihi Tuhan. Apakah hidup kita sudah sesuai dengan kehendak-Nya? Apakah hidup kita sudah menjadi berkat untuk sesama kita? |
(0.15443871724138) | (1Raj 7:13) |
(sh: Mempersembahkan keahlian (Senin, 2 Agustus 2004)) Mempersembahkan keahlianMempersembahkan keahlian. Seorang rekan hamba Tuhan pernah berkomentar demikian, "Dulu, jika kita mau melayani Tuhan selalu ditekankan motivasi dan hati, sedangkan kepandaian dan keterampilan nomor dua. Sekarang zaman sudah berubah. Walaupun kita memiliki hati tulus, kalau tidak memiliki keterampilan maka pelayanan kita kurang dihargai. Hamba Tuhan masa kini harus punya otak, hati, dan otot sehingga pelayanannya menjadi lebih baik." Salomo memperhatikan dengan sungguh pembangunan rumah Tuhan dan pembuatan perabotannya. Ia tidak menyerahkan tugas itu kepada sembarangan orang, melainkan kepada orang-orang yang ahli. Untuk perabotan-perabotan yang terbuat dari tembaga, Salomo mempekerjakan seorang ahli seni tembaga, yaitu Hiram dari Tirus (ibunya dari suku Dan, ayahnya orang Tirus -- 2Taw. 2:13). Seperti halnya Daud, Salomo tidak segan menerima bantuan internasional. Segala keahlian dan kepandaian memang berasal dari Tuhan dan orang beriman harus giat mencari jalan agar hal-hal tersebut dapat dikuduskan untuk kepentingan pekerjaan Tuhan yang mulia. Hiram bekerja, teliti dan tekun. Hasilnya luar biasa! Memang tidak tersurat pujian Salomo di dalam perikop ini, tetapi pernyataan bahwa "Hiram menyelesaikan segala pekerjaan yang harus dilakukannya bagi raja Salomo di rumah Tuhan" (ayat 40) dan bahwa semua perabotan itu diterima sebagai bagian dari rumah Tuhan sudah menunjukkan kualitas hasil pekerjaan itu. Setelah Salomo menyelesaikan pembangunan rumah Tuhan, maka ia memasukkan perabotan yang dibuatnya dan perabotan yang sudah lebih dulu dipersiapkan oleh Daud, ayahnya. Dengan demikian lengkaplah sudah seluruh isi rumah Tuhan itu (ayat 51). Demikianlah seharusnya pelayanan Kristen kita. Hendaklah kita membangun gereja sebagai persekutuan dan pelayanan, bukan hanya dengan motivasi yang baik tetapi juga dengan pengetahuan dan keterampilan yang terbaik. Renungkan: Berikan yang terbaik untuk Tuhan. Berikan hatimu, kepintaranmu, keterampilanmu, tenagamu, talentamu, ... |
(0.15443871724138) | (1Raj 7:27) |
(sh: Semangat Salomo (Senin, 7 Februari 2000)) Semangat SalomoSemangat Salomo. Berdasarkan uraian yang diberikan, sulit bagi kita untuk membayangkan bentuk perkakas-perkakas itu secara detail, apalagi tentang fungsi dari perkakas itu dan makna segala ukiran, gambar dan hiasan yang terdapat pada setiap perkakas tersebut. Betapa sulitnya kita membayangkan bagaimana bentuknya, apalagi pembuatannya di zaman itu di mana ilmu dan teknologi belum berkembang seperrti saat ini. Karena itu diperlukan keahlian, ketrampilan, seni dan ketekunan yang tinggi dari pembuatannya. Salomo menyadari bahwa pekerjaan ini tidak ada seorang pun di Israel yang mampu, termasuk dirinya sebagai seorang yang terkenal paling berhikmat. Karena itu Salomo tak segan-segan memanggil Hiram seorang ahli membuat perkakas tembaga dari Tirus. Semua perkakas itu sangat indah, baik dari bentuk, bahan yang dipakai, perhiasan dan mutu pembuatannya. Yang sangat menarik untuk kita renungkan di sini adalah kalau segala perkakas itu bisa dibuat dalam bentuk dan ornanem perhiasan yang lebih sederhana, mengapa harus dibuat sedemikian rumitnya sehingga orang Israel sendiri tidak mampu mengerjakannya. Selain itu, hal lain yang patut direnungkan adalah Salomo mempekerjakan Hiram seorang "kafir" untuk membantu penyelesaian amanat dari Allah. Dan ternyata Allah tidak mengajukan keberatan karena Hiram hanya sebatas mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan kepadanya (ayat 40). Tidak ada konsep atau pemikirannya sendiri yang dilaksanakan. Ini sangat penting karena berarti seluruh perkakas itu tidak ada yang mengandung unsur-unsur yang bisa membawa Israel kepda penyembahan berhala. Salomo tidak mau setengah-setengah di dalam mengemban amanat yang diberikan Allah kepadanya. Inilah jawaban atas pertanyaan perenungan di atas. Karena dia memahami bahwa amanat yang ia terima itu merupakan suatu anugerah dan kepercayaan yang sangat besar yang diberikan TUHAN Allah kepadanya. Renungkan: Berikan yang terbaik, jangan setengah-setengah, kerjakan dengan segala kemampuan dan modal yang Anda miliki, itulah semangat yang seharusnya mewarnai setiap pelayanan Kristus. Sebab jika kita saat ini mempunyai satu tugas baik kecil maupun besar, baik berat maupun ringan, baik nampaknya sangat penting atau tidak, tunaikan itu dengan semangat seperti Salomo |
(0.15443871724138) | (1Raj 8:22) |
(sh: Mahahadir yang Intim (Selasa, 7 Juli 2015)) Mahahadir yang IntimJudul: Mahahadir yang Intim Tuhan sangat memerhatikan dan peduli kepada umat-Nya. Sekalipun Dia adalah Allah yang Mahabesar (27) dan seolah-olah nun jauh di sana, tetapi Dia mau berelasi intim dengan umat-Nya. Dia bersedia membuka mata dan telinga-Nya pada permohonan yang dinaikkan oleh umat Israel di dalam Bait Suci (28-30). Kadangkala jarak yang jauh bisa menjadi penghalang untuk membangun relasi yang intim. Namun Tuhan yang seolah-olah jauh di sana, dalam konteks doa ternyata tidak menciptakan jarak. Dia mendekat dan ingin berelasi intim dengan umat-Nya. Sebuah tindakan yang seharusnya menggelitik sikap kita kepada Tuhan. Mengapa kita tidak selalu rindu untuk berelasi intim dengan Tuhan? Bukankah sebuah relasi yang baik dan intim seharusnya dibangun dari dua arah atau dari kedua belah pihak? Tidak bisa searah. Seringkali kali kita mendengar bahwa doa adalah sebuah komunikasi dari kita kepada Tuhan. Namun pernahkah kita berpikir bagaimana cara Tuhan berkomunikasi kepada kita? Jawabannya tidak lain adalah Tuhan berkomunikasi kepada kita melalui Alkitab (lihat Ul. 29:29, bdk. 2 Tim. 3:16). Namun apakah kita punya kerinduan untuk berjumpa dengan Tuhan (Mzm. 63:2) melalui membaca, memahami, dan kemudian melakukan firman Tuhan ke dalam kehidupan dan pergumulan kita sehari-hari? Jika belum, bukankah itu pertanda bahwa relasi kita dengan Tuhan sebenarnya tidak intim atau tidak sehat? Kitalah yang seringkali menciptakan jarak dengan Tuhan. Penyebab utamanya adalah dosa dan kejahatan kita (Yes. 59:2). Kenyamanan dan kenikmatan dunia juga bisa menjauhkan kita dari Tuhan. Jadi apa yang menyebabkan kita tidak rindu untuk berelasi dengan Tuhan? |
(0.15443871724138) | (1Raj 9:10) |
(sh: Lupa berkat! (Sabtu, 7 Agustus 2004)) Lupa berkat!Lupa berkat! Semua keberhasilan yang kita raih tidak pantas menjadi kebanggaan pribadi saja. Keberhasilan apapun yang kita raih bukan karena usaha kita semata. Mengapa demikian? Ada orang lain di sekitar kita yang berperan baik sedikit maupun banyak untuk keberhasilan kita. Dan jangan lupa, Tuhan berperan di balik kesuksesan kita. Jadi apa yang harus kita lakukan? Salomo sukses. Kesuksesan itu dicatat sejak pasal 4-8, dilanjutkan lagi dengan pasal 10. Kesuksesan Salomo dicapai karena Tuhan yang mengaruniakan berkat hikmat (pasal 3-4), mengaruniakan pekerja yang handal (ayat 7:13-51), bahkan pekerja rodi yang "gratis" (ayat 5:13-18; 9:15-22), mengaruniakan teman-teman dari penjuru dunia untuk menyediakan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembangunan "Rumah Tuhan" (ayat 5:1-12). Hal ini menunjukkan bahwa Salomo sukses karena Tuhan serta karena orang "besar" (=orang yang hebat, berkuasa) dan orang "kecil" (=orang yang tidak penting) di sekelilingnya. Sayang sekali justru di sini Salomo mulai gagal! Ia lupa bahwa Hiram adalah seorang teman dekat yang setia dan sudah menolongnya dalam pembangunan "Rumah Tuhan". Ia tidak menghargai jasa Hiram sepantasnya. Tidak heran Hiram kecewa kepada Salomo (ayat 9:10-14). Kegagalan ini dicatat oleh penulis kitab Raja-raja di tengah-tengah keberhasilan dan kegemilangan Salomo sebagai suatu peringatan bagi pembaca. Kegagalan Salomo ini jika tidak segera disadari akan berakibat buruk, yaitu bukan hanya ia akan kehilangan teman dan orang-orang yang mengasihinya, tetapi juga ia akan kehilangan kepekaan hikmatnya bahwa semua keberhasilannya itu adalah berkat Tuhan. Jika kita sedang mengalami keberhasilan dalam usaha, pelayanan, keluarga, dan dalam banyak hal lainnya, jangan lupa untuk mensyukurinya. Jangan lupa berterima kasih kepada orang-orang yang berperan di balik keberhasilan kita. Camkanlah: Lupa berkat adalah awal dari lupa teman dan lupa saluran berkat. Pada akhirnya kita lupa kepada Tuhan sang pemberi berkat! |
(0.15443871724138) | (1Raj 11:1) |
(sh: Judul: Baca Gali Alkitab 2 (Selasa, 14 Juli 2015)) Judul: Baca Gali Alkitab 2Apa saja yang and abaca? 1. Apa yang menjadi kelemahan Salomo (1-5)? 2. Apa yang menjadi perbedaan Salomo dengan Daud menurut penulis 1 Raja-raja (6)? 3. Apa yang dilakukan Salomo dalam ibadahnya kepada dewa-dewa sesembahan istri-istrinya (7-8)? 4. Bagaimana reaksi Tuhan menyaksikan semua perbuatan Salomo tersebut (9-10)? 5. Hukuman apa yang dijatuhkan Tuhan terhadap Salomo (11)? 6. Mengapa Tuhan memperlunak hukuman terhadap Salomo? Apa yang Tuhan janjikan (12-13)? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada anda? 1. Menurut anda, apa kelemahan dasar Salomo? 2. Mengapa hikmat Salomo yang terkenal itu tidak menyelamatkan dia dari kelemahannya? 3. Mengapa Salomo berpaling dari Allah pada masa tuanya? 4. Mengapa perkawinan antar agama dilarang oleh hukum Taurat (Ul. 7:1-4)? Apa respons anda? 1. Apakah ada kelemahan anda yang merusak relasi anda dengan Allah? 2. Apa sajakah hal-hal yang membuat anda berpaling dari Allah atau setidaknya, menduakan Allah? 3. Menurut anda, bagaiman acara agar anda terhindar dari hal-hal itu? 4. Bagaimana pandangan anda tentang perkawinan antar agama untuk zaman sekarang ini? Diskusi renungan ini di Facebook:
|
(0.15443871724138) | (1Raj 11:26) |
(sh: Hikmat Allah dalam penghukuman-Nya (Selasa, 10 Agustus 2004)) Hikmat Allah dalam penghukuman-NyaHikmat Allah dalam penghukuman-Nya. Seorang majelis di suatu gereja dijatuhkan oleh lawan bisnisnya melalui cara keji, sehingga ia harus masuk ke penjara dan kehilangan bisnisnya. Tetapi, justru kejadian itu membawa pertobatan sejati bagi majelis ini, karena sebenarnya ia menjalankan bisnisnya secara kotor (= tidak jujur). Terkadang Tuhan bekerja dengan cara yang sulit kita mengerti. Terutama ketika Ia memperingatkan anak-anak-Nya yang jatuh dalam dosa melalui penghukuman. Dalam bacaan hari ini, kita membaca bahwa Allah membangkitkan Yerobeam sebagai lawan Salomo. Yerobeam mendapatkan janji Allah untuk memimpin sepuluh suku yang akan dipecahkan Tuhan dari kerajaan Salomo (ayat 31-37). Bahkan ia mendapatkan janji yang sama seperti yang diperoleh Daud. Allah menjanjikan akan membuat dinasti Yerobeam berlangsung langgeng seperti yang pernah Allah rencanakan bagi keturunan Daud. Tentu dengan syarat Yerobeam berlaku seperti Daud, yaitu setia kepada Allah, tidak melakukan kesalahan yang sama seperti Salomo, dan membawa kembali umat-Nya menyembah kepada Allah Israel (ayat 38). Ada dua tujuan di balik pemilihan Yerobeam sebagai raja. Pertama, supaya melalui Yerobeam, suku-suku Israel lainnya bisa beribadah kepada Allah secara benar dan kudus. Kedua, supaya melalui penghukuman kepada keturunan Salomo, bangsa Israel bertobat sehingga dinasti Daud tetap dipelihara. Hal kedua ini dimungkinkan terjadi, bila kerajaan yang akan dipimpin Yerobeam benar-benar setia kepada Allah. Sehingga berkat Allah karena kesetiaan Yerobeam menyebabkan rasa iri dari kerajaan Salomo yang kecil itu dan mereka akhirnya berpaling kepada Tuhan (Ayat 39, "Aku akan merendahkan keturunan Daud, tetapi bukan untuk selamanya"). Jika Tuhan menghukum perbuatan dosa anak-anak-Nya, pasti karena Ia menginginkan pertobatan. Tuhan dapat memakai cara yang unik untuk mencapai tujuan-Nya itu! Renungkan: Tuhan bertindak tegas melawan dosa karena Ia mengasihi kita dan ingin membimbing kita kepada pertobatan. |
(0.15443871724138) | (1Raj 13:1) |
(sh: Kasih dan keadilan seharusnya berjalan seiring (Minggu, 20 Februari 2000)) Kasih dan keadilan seharusnya berjalan seiringKasih dan keadilan seharusnya berjalan seiring. Kasih dan keadilan bisa dikatakan seperti minyak dan air yang tidak dapat disatukan dalam kehidupan manusia. Di mana kasih berbicara keadilan diamputasi. Tampaknya kedua nilai itu saling bertentangan. Namun di dalam Allah, kedua nilai itu menyatu tanpa salah satunya mengalami distorsi (penyimpangan) makna. Insiden yang terjadi dalam perikop ini merupakan suatu bukti bahwa kedua nilai itu dapat dinyatakan oleh Allah secara bersamaan tanpa distorsi nilai. Allah begitu membenci dosa Yerobeam. Allah secara tegas melarang abdi-Nya untuk makan atau minum apa pun di tempat Yerobeam. Sikap ini menunjukkan keadilan Allah bahwa yang berdosa tidak akan menerima konsekuensinya. Allah pun memanifestasikan kasih-Nya dengan mengirim abdi-Nya dari Yehuda dan memberikan tanda-tanda seperti mezbah yang pecah dan tangan Yerobeam yang menjadi kejang. Sebenarnya Yehuda saja membatalkan persiapan untuk menyerang Yerobeam, tetapi sekarang Allah justru mengirim abdi-Nya dari Yehuda untuk memperingatkan Yerobeam agar bertobat. Itu semua dilakukan sesudah Yerobeam melakukan dosa yang begitu menjijikan di hadapan Allah. Allah secara obyektif menempatkan setiap nilai pada porsinya, dan tetap melihat manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya yang Ia kasihi dan tidak membiarkan adanya nafsu, emosi, dan unsur subyektifitas yang menjadi katalisator bagi membaurnya kedua nilai itu sehingga keduanya menjadi bias. Dalam diri manusia, unsur emosi dan subyektifitas selalu berperan paling dominan dalam mengambil sikap terhadap orang yang melakukan dosa, sehingga berakibat salah satu nilai itu harus dikorbankan. Renungkan: Setiap orang adalah makhluk ciptaan Allah yang juga sebagai obyek kasih Allah, jadi selaraskan tindakan kasih dan keadilan bagi siapa pun. |
(0.15443871724138) | (1Raj 17:7) |
(sh: Perhatian Allah di waktu perang (Rabu, 1 Maret 2000)) Perhatian Allah di waktu perangPerhatian Allah di waktu perang. Dalam suatu perang dapat dipastikan bahwa para penguasa tidak mungkin lagi memperhatikan dan memberikan perlindungan sepenuhnya terhadap masing-masing individu, karena masing-masing penguasa sibuk dengan rencana dan strateginya untuk memenangkan perang. Bahkan tidak sedikit individu-individu tersebut justru dijadikan perisai oleh para penguasa untuk kepentingannya sendiri. Contohnya Sadam Husein. Ia menggunakan rakyatnya sebagai perisai untuk melindungi kedudukannya. Namun tidak demikian dengan Allah ketika 'sedang dalam peperangan' menghadapi Iblis. Perpecahan antara kerajaan Yehuda - Israel dan peperangan yang terjadi di antara kedua kerajaan tersebut hanyalah merupakan latar belakang bagi konflik yang sesungguhnya. Yaitu peperangan yang telah berlangsung sejak lama antara kerajaan Allah dan kerajaan Iblis. Pasal 17-22 memfokuskan kepada peperangan tersebut, dimana nabi Elia mewakili kerajaan Allah sedangkan raja Ahab mewakili kerajaan Iblis. Dalam keadaan yang sedemikian, Allah tidak terlalu sibuk atau egois dengan rencana dan strateginya, sehingga melupakan individu-individu yang terkena dampak dari peperangan tersebut. Allah dengan kuasa-Nya telah menghentikan hujan selama beberapa tahun. Kekeringan pun melanda Israel bahkan sampai Sidon. Ketika sungai Kerit mulai kering, Allah mengirim Elia ke Sarfat. Di sana secara mukjizat Allah memelihara dan memenuhi kebutuhan pangan Elia melalui janda Sarfat dan anaknya. Bukan hanya Elia yang mendapatkan berkat, janda Sarfat pun merasakan pemeliharaan-Nya. Bahkan ketika anak laki-laki janda Sarfat itu mati, Allah melalui Elia membangkitkannya. Ini semua memperlihatkan bahwa di dalam "peperangan" melawan kerajaan kegelapan itu, di dalam bencana nasional dan internasional yang dahsyat karena penghakiman-Nya, Allah tetap memperhatikan dan memelihara individu-individu. Renungkan: Seberapa pun gentingnya situasi dimana Gereja tenggelam dan seberapa sibuknya Gereja menghadapi dan mengatasi permasalahan yang dihadapi secara umum, Gereja tidak seharusnya melupakan atau mengabaikan individu-individu yang terkena dampak dari permasalahan atau situasi tersebut. |
(0.15443871724138) | (1Raj 19:1) |
(sh: Begitu ajal di depan mata, baru sadar arti hidup (Senin, 23 Agustus 2004)) Begitu ajal di depan mata, baru sadar arti hidupBegitu ajal di depan mata, baru sadar arti hidup. Ini adalah kutipan pernyataan DR. Morrie Schwartz, dosen senior fakultas sosiologi di Brandies University, kota Waltham, Massachusetts, Amerika Serikat, dalam buku yang berjudul Tuesdays with Morrie. Hal tersebut disadarinya setelah dokter memastikan di dalam tubuhnya ada penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis), yaitu penyakit syaraf yang mematikan. Pada saat kematiannya tinggal beberapa bulan, ia baru sadar dan melihat hidupnya secara sangat berbeda dan sangat berarti. Morrie seperti sleepwalker (= orang yang terbangun dari tidurnya). Elia pernah mengalami hal yang sama ketika ia takut dan putus asa saat menyadari kematiannya ada di depan mata (ayat 3). Penyebabnya karena ia menyadari sebentar lagi kesempatan melayani Tuhan akan berakhir, sedangkan tugasnya masih jauh dari selesai. Ini diungkapkan Elia dengan membandingkan diri tidak lebih baik daripada nenek moyangnya (ayat 4). Meski mengalami takut dan putus asa karena menantang arus di zamannya (ayat 10,14), Elia percaya bahwa Tuhan yang menentukan hidupnya, bukan Izebel. Kepercayaan Elia menyebabkan pemeliharaan Tuhan semakin nyata dalam hidupnya (ayat 6,8). Bahkan Tuhan memberi kesempatan kepada Elia untuk lebih mengenal-Nya secara utuh di Gunung Horeb. Di tempat ini, Elia mengenal Allah yang lembut dan kasih, bukan hanya perkasa dan dahsyat seperti yang selama ini dikenalnya (ayat 11-13). Di tempat ini, Tuhan juga memberitahukan pelayanan Elia selanjutnya, yaitu mengurapi Hazael menjadi raja Aram dan Elisa menjadi penggantinya (ayat 15-21). Pada umumnya kita sadar bahwa hidup ini ada batasnya, tetapi kita tidak mengetahui kapan batas itu. Sehingga dalam perjalanan hidup kita terjebak dalam rutinitas dan lupa akan makna kekekalan yang terkandung di dalamnya. Renungkan: Melalui pengalaman Morrie dan hidup Elia, kita belajar menyadari bahwa saat ini masih ada kesempatan bagi kita untuk hidup dan berjalan bersama Tuhan. Gunakan kesempatan ini untuk mengenal Tuhan dan melakukan tugas pelayanan dengan setia. |