Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 4181 - 4200 dari 5776 ayat untuk pada [Pencarian Tepat] (0.008 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.14424149310345) (Mzm 73:1) (sh: Fokus dan orientasi hidup yang tertuju pada kekekalan (Minggu, 21 Oktober 2001))
Fokus dan orientasi hidup yang tertuju pada kekekalan

Fokus dan orientasi hidup yang tertuju pada kekekalan. Mazmur ini merupakan pengajaran berharga bagi Kristen agar memiliki orientasi hidup yang tertuju pada kekekalan. Mazmur ini digali dari kehidupan seseorang yang memiliki hati yang tulus dan bersih (ayat 1), namun nyaris tergelincir dan terpeleset oleh keirihatian terhadap kelimpahan dan kesenangan hidup orang fasik (ayat 2-3, 4-12).

Mazmur ini adalah pelajaran dari krisis iman yang dihadapinya. Ia menyadari bahwa Allah itu baik bagi mereka yang tulus dan bersih hatinya (ayat 1), tetapi ia tidak dapat mengerti mengapa Allah seakan-akan memberkati orang fasik, sedangkan dirinya harus mengalami banyak kesukaran. Ia sedikit pun tidak ingin menyangkali kesetiaannya kepada Tuhan, namun ia melihat bahwa semua upayanya untuk mempertahankan hati yang bersih merupakan kesia-siaan (ayat 13, 15, 16). Fokus dan orientasi hidup yang tidak benar membuatnya merasa bahwa kebaikan Tuhan yang sudah diterimanya belum cukup dibandingkan kemujuran dan kesuksesan orang fasik.

Namun pada puncak krisisnya, ia menemukan fokus dan orientasi hidup yang tepat. Ia menyadari bahwa dalam perspektif kekekalan, akhir hidup orang fasik adalah sia-sia (ayat 17-19), sehingga ia menyadari bahwa keberhasilan sementara di bumi bukanlah kebutuhannya yang utama. Kebutuhannya yang terutama adalah Tuhan sendiri, warisan yang tidak akan pernah diambil daripadanya (ayat 25-26). Melalui pembaharuan orientasi hidup yang tertuju pada kekekalan ini, pemazmur menantang kita untuk memiliki iman yang dewasa di tengah dunia yang penuh luka, iri hati, dan kejahatan.

Renungkan: Milikilah orientasi hidup dan cara pandang pemazmur agar dapat menghadapi pergumulan hidup dari kacamata kekekalan.

PA 7 Mazmur 72

Tuhan sebagai Raja yang Ilahi adalah sumber dari segala keadilan dan kebenaran, dan seorang raja hanya dapat memiliki sifat-sifat seperti ini jikalau menerimanya dari Tuhan (ayat 1). Jabatan untuk menjadi seorang raja ini dipahami oleh bangsa Israel sebagai suatu panggilan ilahi yang bertujuan untuk memperhatikan mereka yang miskin, lemah, dan tertindas (ayat 4). Selain itu seorang raja memegang peranan sebagai titik pusat dari kehidupan sosial umat Tuhan, yang mewakili rakyatnya untuk mewarisi panggilan Allah kepada Abraham, untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain (ayat 17).

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Apakah tanggung jawab raja terhadap mereka yang tidak berdaya dalam masyarakat (ayat 4, 12-14)?

2. Bagaimanakah bangsa Israel melihat keterkaitan antara kehadiran seorang raja dengan tanah perjanjian yang diberikan kepada mereka? Seperti apakah peranannya digambarkan? Bagaimana dampaknya terhadap kesuburan tanah (ayat 6, 16)?

3. Peranan seorang raja bagi bangsa Israel sangatlah penting karena padanya terletak harapan dan berbagai kemungkinan masa depan mereka. Di dalam pengharapannya, bangsa Israel menantikan hadirnya Sang Mesias yang menjadi raja ideal mereka. Bagaimanakah gambaran tentang raja ideal yang diharapkan? Berapa lamakah masa pemerintahannya (ayat 5-7)? Seluas apakah wilayah kekuasaannya (ayat 8)? Bagaimana kekuasaan dan pengaruhnya atas bangsa-bangsa (ayat 8-11)?

4. Bagaimanakah ayat 17 ini berkaitan dengan janji Allah kepada Abraham (Kej. 12:3)? Bagaiamanakah hal ini berkaitan dengan Injil Kristus (Gal. 3:10)? Di dalam diri siapakah pengharapan ini digenapi?

5. Dalam hal apakah 'Mesias yang memberikan keadilan, menolong, melepaskan, mengasihi, menyelamatkan, serta menebus mereka yang tertindas, miskin, dan 'lemah' menjadi penting bagi Anda (ayat 2, 4, 7, 12-14)?

6. Bagaimakah sikap Anda terhadap mereka yang tertindas, miskin, dan lemah? Bagaimana berita tentang Mesias yang terkandung dalam mazmur ini dapat Anda aplikasikan bagi mereka?

(0.14424149310345) (Mzm 78:1) (sh: Mengingat dan merespons karya-Nya (Minggu, 1 November 2009))
Mengingat dan merespons karya-Nya

Judul: Mengingat dan merespons karya-Nya Apa inti seluruh penyataan Allah di Perjanjian Lama? Allah yang berkarya di dalam dunia, dan secara khusus pada dan melalui umat-Nya, Israel. Mazmur-mazmur adalah respons umat Tuhan atas karya Allah dalam berbagai aspek-nya. Mazmur 78 merespons Allah yang bertindak dalam sejarah umat-Nya.

Pemazmur mengajak pembacanya untuk mendengar dengan sungguh-sungguh dan belajar baik-baik dari sejarah nenek moyang mereka (ayat 1-4). Sejarah bukan semata-mata catatan aktivitas manusia, tetapi terutama tindakan dan karya Allah yang agung. Umat Israel, khususnya generasi masa datang belajar mengenal Allah, belajar dari nenek moyang mereka cara merespons Allah yang tepat.

Sejarah umat Tuhan memperlihatkan dua hal. Pertama, kesetiaan Allah yang menyertai, memberkati, dan memelihara umat-Nya. Allah setia terbukti dari Dia memberikan Taurat sebagai pedoman hidup umat (ayat 5-7). Tuhan sendiri menuntun umat-Nya dengan berbagai penyertaan-Nya (ayat 12-16). Kesetiaan Tuhan terbukti dari Zoan (ayat 12) sampai Sion (ayat 65). Zoan adalah nama tempat di Mesir. Sion adalah nama lain dari Yerusalem. Sejarah Israel adalah sejarah kasih setia dan penyertaan Tuhan mulai dari pembebasan dari perbudakan di Mesir sampai merdeka berdaulat sebagai bangsa di tanah Perjanjian. Kedua, yang patut disayangkan, ketidak-setiaan umat yang diwujudkan dengan ketidakpercayaan, pemberontakan, dan pengkhianatan (ayat 8-11).

Dapatkah Anda mengatakan hal yang sama dengan apa yang dikatakan pemazmur ini? Tuhan telah menyatakan kasih setia-Nya sepanjang hidupku. Dia telah membebaskanku dari perbudakan dosa dan sedang menghantarku ke tanah pusaka, surga yang mulia kelak? Bagaimana Anda merespons kesetiaan-Nya dalam hidup Anda sehari-hari? Dengan ketaatan pada firman-Nya dan kepercayaan penuh pada pengaturan-Nya? Atau seperti Israel, yang terus menerus hidup mendurhaka pada-Nya dan menyakiti hati-Nya?

(0.14424149310345) (Mzm 82:1) (sh: Lupa diri (Kamis, 1 November 2001))
Lupa diri

Lupa diri. "Power is knowledge", demikian ujar Foucault. Artinya, yang berkuasalah yang menentukan benar atau tidaknya sesuatu. Sayang sekali karena tidak semua penguasa mampu menjalankan tugas mereka dengan semestinya. Kepentingan pribadi atau golongan seringkali membuat mereka lupa diri, sehingga yang benar jadi salah dan yang salah jadi benar.

Mazmur 82 berbicara mengenai para hakim yang lupa diri. Ketika mazmur ini ditulis, para hakim tidak hanya menjalankan tugas yudikatif (hukum), tapi juga eksekutif (pemerintahan) dan legislatif (pembuat undang-undang). Mereka harus memerintah dengan adil dan menghukum kejahatan (Ul. 25:1). Namun, pada kenyataannya, ada hakim yang justru memutarbalikkan kebenaran dan membela kelaliman (ayat 2). Bagaimana mungkin mereka dapat membela kaum tertindas dan lemah (ayat 3-4) jika mereka tidak mengenal hikmat Allah dan tidak berjalan dalam kesucian (ayat 5)?

Itulah sebabnya kita melihat Allah berdiri di hadapan para "allah" untuk menghakimi mereka. Istilah "allah" dengan huruf kecil bukan merupakan suatu pujian untuk status para hakim yang seakan-akan menjadi wakil Allah, namun merupakan sindiran yang keras. Mereka adalah orang-orang yang mengangkat diri menjadi allah-allah palsu. Kepada orang-orang yang congkak dan lupa diri inilah, Allah akan menumpahkan gemas-Nya (ayat 7). Di dalam "kebesaran", mereka akan dihempaskan, karena wewenang telah disalahgunakan.

Mazmur ini ditutup dengan suatu permohonan pada Allah agar Ia segera mengulurkan tangan-Nya, membela kaum papa, dan menghajar para pemimpin yang sewenang-wenang. Ini adalah suatu pernyataan iman bahwa Allah tidak pernah menutup mata terhadap segala kejahatan dan penyimpangan. Ia adalah Hakim yang adil.

Renungkan: Jika Anda adalah seorang pemimpin, baik dalam keluarga, pekerjaan, pemerintahan, maupun di mana saja, pastikan bahwa Anda senantiasa bersikap benar di hadapan Allah dan sesama. Doakan pula agar para pemimpin bangsa kita memakai kekuasaan di dalam takut akan Allah, Sang Hakim yang adil.

(0.14424149310345) (Mzm 86:1) (sh: "Engkau sendiri saja Allah" (Kamis, 29 September 2005))
"Engkau sendiri saja Allah"

"Engkau sendiri saja Allah" Sama atau bedakah sikap orang beriman dari orang tak beriman ketika memikul beban berat kehidupan? Jujur, sering kali sikap keduanya hampir tidak dapat dibedakan. Demikian juga yang kita lihat selintas dalam mazmur ini. Namun, bila kita lebih teliti melihatnya, kita akan menjumpai perbedaan mendasar. Di pusat semua pergumulan manusiawinya, pemazmur menempatkan Allah. Sambil mempererat komitmennya kepada Allah dan berfokus pada sifat hakiki Allah (ayat 8-13), pemazmur mencurahkan reaksi-reaksi manusia-winya dalam kesusahan. Keunikan inilah yang harus membedakan sikap orang beriman dari orang tidak beriman dalam menanggung kesusahan hidup.

Terbuka dalam mengungkapkan masalah berat yang ditanggung, jujur tentang perasaan yang timbul, dan gam-blang mengungkapkan permohonan menjadi ciri doa-doa pemazmur (ayat 1-7,14-17). Kalau hanya itu, hampir tidak dapat dibedakan reaksi orang beriman dari reaksi orang tidak beriman dalam kesusahan, bukan? Justru doa dan keluhan demikian harus dipandang salah sebab berpusat pada perasaan, kebutuhan, dan permohonan diri sendiri saja. Namun, doa pemazmur tidak egoistis. Di pusat pergumulannya itu, tebersit sikapnya yang mengutamakan Tuhan dan meninggikan kemuliaan-Nya. Allah saja satu-satunya tempat ia mengadu dan memohon. Ia memohon agar nama Tuhan dihormati semua orang dan ia sendiri pun takut akan nama itu (ayat 9b,11b).

Menjadi beriman bukan berarti menjadi orang aneh dan tidak manusiawi. Banyak hal yang membuat orang tak beriman menjadi gelisah, menangis, dan berkeluh-kesah. Merupakan hal yang wajar jika kita, sebagai orang beriman mengalaminya. Namun, karena pusat hidup kita bukan lagi diri kita sendiri, tetapi Tuhan Allah yang sudah menebus kita melalui Yesus Kristus, maka prinsip kita menghadapi masalah hidup pun harus berbeda.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.14424149310345) (Mzm 89:1) (sh: Kasih Allah vs realitas buruk? (Minggu, 2 Oktober 2005))
Kasih Allah vs realitas buruk?

Kasih Allah vs realitas buruk? "Manusia berubah," demikian ucapan yang sering kita dengar tentang mengapa seseorang tidak seperti yang dikenal sebelumnya. Manusia bisa berubah bukan saja dalam tindak tanduknya, tetapi juga dalam pandangan dan pemahamannya tentang sesuatu. Hal yang sama pun dapat terjadi pada orang beriman. Mazmur ini unik karena berisi pujian, keluhan, permohonan, ratapan pemazmur, juga ucapan ilahi, dan doxology. Beragamnya isi mazmur ini, menunjukkan sedang terjadinya proses pengkajian ulang pemahaman pemazmur tentang hidup dan Allah.

Segala sesuatu memerlukan dasar kokoh. Pohon perlu akar, bangunan perlu fondasi, manusia dan umat Tuhan pun perlu prinsip teguh dalam menjalani proses perubahan kondisi dan pemahaman. Dalam bagian ini, beberapa hal dasar dihayati secara mendalam oleh pemazmur. Ia menyatakan komitmennya untuk mewariskan kesadaran tentang kasih setia Allah kepada generasi berikutnya, dengan jalan memaparkan perbuatan dan sifat Allah (ayat 2). Semua kesaksian, pengajaran, dan pujian tentang Tuhan bersumber pada ucapan Allah sendiri yang mencakup sifat-Nya (ayat 2-3,15-16), kemurahan-Nya (ayat 4), kedudukan-Nya terhadap alam semesta (ayat 6-7), dan semua makhluk (ayat 12-3). Bahkan kedaulatan-Nya terhadap kekuatan-kekuatan yang acap kali mengancam kesejahteraan umat-Nya (ayat 10-11). Ibarat musik, pujian pemazmur ini selang-seling antara kekaguman lembut (pianissimo) sampai kepastian menggelora (forte).

Baik sebagai individu maupun umat, kita perlu bertumbuh apalagi di tengah kehidupan yang cepat berubah dan banyak kemungkinan ini. Pertumbuhan adalah proses penuh risiko. Salah satu bagian penting dalam pertumbuhan adalah pendalaman hal-hal hakiki tentang Allah dan arti Dia bagi hidup serta dunia ini. Bertumbuhlah dalam Kristus maka kita pasti akan bertumbuh ke arah Dia.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.14424149310345) (Mzm 92:1) (sh: Bagaimana pertumbuhan rohani Anda? (Kamis, 6 Oktober 2005))
Bagaimana pertumbuhan rohani Anda?

Bagaimana pertumbuhan rohani Anda? Posisi Allah dari seharusnya tertinggi dan tersentral dalam hidup anak-anak Tuhan bisa dengan mudah tersingkir oleh berbagai alasan. Berbagai masalah kehidupan maupun bermacam-macam kesibukan dan tanggung jawab sering kali membuat orang Kristen secara tidak sadar menggeser Allah dari pusat kehidupannya.

Mazmur ini mengingatkan orang-orang beriman tentang pentingnya secara sadar memposisikan Allah sentral dan utama dalam hidup mereka (ayat 9). Sebagai suatu nyanyian untuk hari Sabat (ayat 1), mazmur ini mengajarkan umat Tuhan untuk merespons baik berkat-berkat-Nya dalam ciptaan maupun tantangan-tantangan hidup yang mereka hadapi dengan sikap yang benar.

Yang membedakan orang beriman dari orang fasik adalah di mana mereka masing-masing memposisikan Tuhan. Sikap meninggikan Tuhan pada orang beriman terungkap jelas dalam kebiasaan mereka bersyukur kepada-Nya (ayat 2) dan hasrat mereka memberitakan kasih setia Tuhan sepanjang waktu (ayat 3). Orang fasik justru sebaliknya! Mereka tidak mengakui kebesaran Allah serta keagungan karya-karya-Nya karena mereka tidak menyadari bahwa semua realitas ini berasal dari Allah (ayat 7).

Prinsip Sabat adalah prinsip memposisikan Tuhan Allah di tempat tertinggi yang sesungguhnya sehingga semua yang lain akan berada pada posisi yang seharusnya. Bukan saja dalam situasi baik, dalam situasi tidak baik sekalipun sikap ini memberi pembebasan. Orang beriman tidak perlu dibelenggu oleh berbagai kekuatiran tentang kebutuhan hidup atau oleh ancaman-ancaman yang datang dari orang-orang fasik. Jika Tuhan yang bertakhta di surga bertakhta di hati, kita akan bertumbuh terus ke arah Dia (ayat 13-16). Sebaliknya, orang yang menggeser Tuhan ke luar hidupnya akan mengalami kekeringan rohani dan akhirnya binasa (ayat 8).

Renungkan: Apakah hidup Anda sedang bertumbuh ke arah Allah?

(0.14424149310345) (Mzm 98:1) (sh: Kasih setia Tuhan (Rabu, 12 Oktober 2005))
Kasih setia Tuhan

Kasih setia Tuhan Mazmur 98 mirip dengan Mazmur 96 karena kedua mazmur ini mengajak kita menyanyikan nyanyian baru. Perbedaannya, nyanyian baru di Mazmur 98 mengajak kita memuji Allah karena kasih setia-Nya kepada umat-Nya, Israel. Apa isi nyanyian baru itu?

Pertama, pujian bagi perbuatan Allah pada masa lalu Israel. Tuhan telah mengerjakan keselamatan bagi umat-Nya (perhatikan kata "telah" di ayat 1-3). Seluruh dunia melihat dan menyaksikan bagaimana kasih setia Tuhan telah memberikan keselamatan bagi umat-Nya, sementara keadilan-Nya dinyatakan bagi bangsa-bangsa lain (ayat 3). Kedua, dampak perbuatan Allah itu dinikmati semua makhluk. Akibat tindakan kasih setia dan keadilan Allah itu bukan hanya dirasakan oleh umat Allah melainkan juga oleh seluruh alam semesta. Itu sebabnya, pemazmur mengajak seluruh dunia dan alam semesta untuk bergembira (ayat 4-8).

Akhirnya, pemazmur mengajak Israel memuji Tuhan untuk menyambut kedatangan-Nya kelak untuk menghakimi dunia dan bangsa-bangsa (ayat 9). Pada akhirnya keadilan dan kebenaran Tuhan akan ditegakkan secara tuntas. Jika hal ini terjadi maka era baru akan muncul, masa saat Tuhan memimpin dunia dan bangsa-bangsa dengan keadilan dan kebenaran-Nya. Jadi, nyanyian baru ini ingin menunjukkan kasih setia Tuhan yang mendampingi umat-Nya baik di masa lalu, masa sekarang, maupun masa yang akan datang.

Kasih setia Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya, dulu, sekarang, bahkan selama-lamanya. Tengoklah ke belakang, lihatlah bagaimana Ia telah menyelamatkan hidup kita serta memelihara gereja dari teror dan upaya musuh-musuh Injil untuk membinasakannya. Hari ini kita hidup di bawah naungan sayap perlindungan-Nya dengan penuh pengharapan bahwa suatu saat nanti Dia akan datang untuk menjemput kita, umat yang setia kepada-Nya.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.14424149310345) (Mzm 99:1) (sh: Kuduslah Tuhan (Minggu, 14 April 2002))
Kuduslah Tuhan

Kuduslah Tuhan. Mazmur ini merangkumkan dan mendefinisikan ulang tema kedaulatan Allah. Mengingat situasi dunia yang jauh dari benar, adil dan damai, mazmur ini juga mengarahkan pengharapan umat Tuhan pada kedatangan penghakiman akhir Allah kelak, dan mendorong umat untuk hidup di bawah kendali Allah.

Kebesaran, kedahsyatan, kedaulatan, dan semua sifat Allah yang disoroti sebelumnya dan juga di sini, kini disarikan dengan tegas: “Kuduslah Ia!” (ayat 3,5,9). Penegasan tentang kekudusan Allah ini menyimpulkan tiga bagian yang mengulas tentang Allah. Pertama, Allah adalah Raja yang besar, agung, dan misteri-Nya ada di luar jangkauan manusia (ayat 1-3). Kedua, Allah adalah Raja yang kuat, mencintai hukum, melakukan keadilan, menegakkan kebenaran (ayat 6-9). Ketiga, Allah adalah Raja yang menjawab umat-Nya dengan anugerah dan tuntutan ketaatan (ayat 6-9).

Meskipun kedaulatan Allah bersifat universal, namun kedaulatan itu mulai dari pusatnya, yaitu di tengah umat Allah (ayat 1-3). Ini dinyatakan dengan menyebut “Sion’ dan “kerub-kerub” (menunjuk pada tabut perjanjian yang di atasnya dibuat patung kerub). Kekudusan Allah dinyatakan di dalam dan dipancarkan ke seisi dunia mulai dari umat-Nya sendiri. Kekudusan Allah itu menjelaskan kebesaran Allah sebagai hal mencintai hukum dan menegakkan keadilan (ayat 4-5). Dengan demikian, kekudusan yang dalam arti harfiahnya adalah terpisah, kini mendapatkan definisi baru. Allah juga terlibat di dunia dan mewujudkan kebenaran agar manusia berelasi dengan-Nya. Bagi Allah yang demikian, kegentaran bersanding dengan ketaatan dan kasih kepada-Nya. Dari sini lahir kehidupan yang selalu ingin memuliakan Allah (ayat 8-9).

Renungkan: Kristus datang tidak saja untuk mengampuni dosa, tetapi untuk mewujudkan kebenaran dan kekudusan Allah di dalam dan melalui kita di dunia.

Bacaan untuk Minggu Paskah 3

Kisah Para Rasul 5:27-32

Wahyu 5:11-14

Yohanes 21:15-19

Mazmur 30

Lagu:

Kidung Jemaat 405

PA 6 Mazmur 96

Pemahaman mengenai konteks sebuah mazmur perlu, agar kita pembaca masa kini dapat menempatkan diri secara tepat dengan pergumulan pemazmur waktu itu. Demikian pula ketika kita membaca Mazmur 96 ini. Versi Alkitab Perjanjian Lama berbahasa Yunani (Septuaginta atau LXX) memberikan judul “Ketika rumah itu telah selesai dibangun setelah pembuangan. Nyanyian Daud.” Jika ini benar, maka Mazmur 96 dinyanyikan setelah Bait Allah dibangun kembali, setelah bangsa Israel kembali dari pembuangan di Babel. Tema utama dari mazmur ini adalah Yahweh itu Raja (ayat 10) yang memelihara umat-Nya sekaligus hakim yang akan datang menuntut pertanggungjawaban setiap orang. Kepada-Nyalah pujian harus dilantunkan dan perayaan diadakan.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

Perintah-perintah apa yang disampaikan pemazmur (ayat 1-3)? Apa yang dirayakan oleh pemazmur dan bangsa Israel waktu itu? Mengapa “segala suku bangsa” harus mendengar kabar baik ini (ayat 4-6)? Apakah “pesan” yang terkandung dalam tindakan yang dianjurkan kepada umat?

Dalam hal-hal apakah Allah Israel berbeda dengan allah-allah lain? Hal apa saja merupakan ciri sifat dan perbuatan Allah Israel (ayat 4-6)? Adakah pengalaman Anda yang melaluinya Anda lebih mengenal sifat dan perbuatan Allah? Bagikan!

Apakah tujuan dari ibadah? (perhatikan kata yang diulang-ulang dalam ayat 7-8). “Persembahan” dalam bahasa aslinya berarti pemberian kepada Allah apa yang sebenarnya berasal dari Dia. Jika Allah memang mulia dan sumber segala berkat, mengapa kita masih harus memuliakan Dia dan memberi persembahan kepada-Nya? Apakah ibadah gerejawi Anda didasarkan atas motivasi seperti ini? Bagaimana agar ibadah gerejawi kita lebih dekat lagi kepada prinsip ini?

Puncak pujian ada di dalam pengakuan bahwa Tuhan itu Raja yang datang menyertai sekaligus menjadi hakim (ayat 10-13). Bagaimana Anda mengaitkan harta rohani kita di dalam Yesus Kristus dengan tanggung jawab kita untuk memberitakan penghakiman Allah dan penyelamatan Allah untuk sesama kita?

(0.14424149310345) (Mzm 102:1) (sh: Doa di dalam penderitaan (Rabu, 17 April 2002))
Doa di dalam penderitaan

Doa di dalam penderitaan. Dalam penderitaan, orang beriman tidak saja boleh meratap, tetapi berhak berdoa dan berharap kepada Tuhan yang kekal memerintah (ayat 12), dan berbelas kasih (ayat 13). Mazmur ini sekaligus berisikan hal-hal tersebut dan merupakan jalinan identifikasi antara doa pribadi dan doa umat. Besar kemungkinan doa pribadi yang mengidentifikasikan diri dengan umat ini dipanjatkan oleh raja walau bisa juga oleh orang biasa. Dalam doa ini, kita melihat gerak timbal balik semacam dialog antara pendoa menyadari keadaan dirinya (ayat 1-11,23-24) dan pendoa menyadari hal-hal tentang diri Allah (ayat 12-22,25-28). Inilah doa yang benar. Pendoa tidak tenggelam dalam masalahnya saja, tetapi membuka diri bagi sorotan kebenaran tentang diri dan maksud Allah.

Pemazmur mulai dengan menaikkan permohonan (ayat 1-2) agar Allah mendengarkan ratapannya. Kekekalan Allah bukan kekekalan yang membuat-Nya tidak peduli akan apa yang terjadi di dunia ini. Keterlibatan Allah membuat pemazmur bisa memohon agar Allah mendengarkan, tidak menyembunyikan wajah-Nya (ayat 13:1, 69:17, 88:14), menyendengkan telinga-Nya (ayat 17:6). Di hadapan Allah, pemazmur menyadari singkat dan terbatasnya hidup yang fana dan berdosa ini, seperti asap, dan rumput yang bersifat sangat sementara (ayat 4,5). Selain kefanaan, masalah lebih berat adalah keberdosaannya yang digambarkannya dalam berbagai bentuk penderitaan akibat dosa (ayat 6-12). Dosa telah membuat jiwanya merana, tubuhnya sakit, hubungan sosialnya terganggu. Di dalam pergumulan doa itulah pemazmur mengalami perubahan, yaitu ketika perspektifnya berganti dari terfokus kepada keadaan diri dan umat dalam kefanaan dan akibat dosa, kepada Allah di dalam kekekalan kuasa dan kasih setia-Nya (ayat 12-17). Semua hal yang menekan kehidupannya kini disoroti di dalam terang sifat Allah yang kontras dari semua itu. Allah berkuasa, kekal, murah hati. Sifat- sifat tersebut menjadi dasar bagi pengharapan pembaruan dan penyelesaian masalah yang digumuli pemazmur. Lebih dari itu, Allah adalah Allah yang memandang dari ketinggian-Nya yang kudus, yang mendengar keluhan, dan membebaskan (ayat 20-22). Dengan menempatkan keadaannya di bawah sorotan sifat-sifat Allah, pemazmur boleh berharap lagi (ayat 26-29).

Renungkan: Semuanya tidak saja fana, tetapi juga akan binasa, kecuali mereka yang berharap pada kasih setia kekal Allah.

(0.14424149310345) (Mzm 105:1) (sh: Kebaikan Allah yang berlimpah (Kamis, 20 Oktober 2005))
Kebaikan Allah yang berlimpah

Kebaikan Allah yang berlimpah Mazmur sejarah ini unik karena tidak menyebut-nyebut sama sekali Daud dan keturunannya sebagai raja Israel. Mazmur ini ditulis pada permulaan masa sesudah pembuangan, ketika kerajaan Israel sudah hancur, tetapi umat Allah diizinkan oleh penjajah mereka kembali ke Tanah Perjanjian. Ada perasaan ketidakpastian dari umat, apakah Allah akan memimpin mereka pulang ke negeri mereka?

Pemazmur mengajak umat yang berada di persimpangan jalan itu untuk mengarahkan hati, pikiran, dan ibadah mereka kepada Allah. Dengan menggunakan berbagai kata kerja yang mengungkapkan aspek-aspek ibadah, seperti bersyukur, mengingat, bermegah, mencari, dst. (ayat 1-5), pemazmur ingin menggugah hati umat kepada perbuatan-perbuatan Allah pada masa lampau dalam hidup mereka. Betapa Allah telah menyatakan anugerah-Nya tak henti-hentinya kepada mereka sejak permulaan sejarah bangsa mereka (ayat 16-45), bahkan sejak cikal bakal mereka, yaitu Abraham, Ishak, dan Yakub (ayat 7-15). Satu hal yang ditekankan berulang adalah dalam setiap tahapan sejarah hidup umat, Allah terus memberkati, melindungi, dan menyertai mereka (ayat 12-15).

Sejak awal, Allah telah mengikatkan diri-Nya dengan perjanjian kekal kepada umat-Nya melalui Abraham, bahwa merekalah pewaris Tanah Kanaan (ayat 7-11). Perjanjian itu menempatkan Israel bukan hanya sebagai umat pilihan, tetapi juga yang diurapi (ayat 15), yaitu yang diutus untuk menjadi agen Allah menyatakan keselamatan bagi bangsa-bangsa. Itu sebabnya, salah satu aspek ibadah adalah memperkenal-kan Allah dan perbuatan baik-Nya kepada mereka (ayat 1b).

Melalui penyembahan yang benar, kita diingatkan akan kebaikan dan kemurahan-Nya atas hidup kita. Kita akan di-mampukan untuk menyerahkan seluruh hidup kita kepada tangan Allah yang berkuasa. Tangan yang berlubang paku itulah yang akan terus menopang hidup kita.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.14424149310345) (Mzm 119:97) (sh: Cinta akan Taurat Tuhan mendatangkan kesukaan (Sabtu, 1 Juni 2002))
Cinta akan Taurat Tuhan mendatangkan kesukaan

Cinta akan Taurat Tuhan mendatangkan kesukaan. Cinta kepada Tuhan adalah dasar yang membuat seseorang tetap berpegang, memelihara, dan melaksanakan Taurat Tuhan dalam keadaan apa pun (ayat 97,107,109), bahkan juga menghadirkan rasa suka, kemauan, dan kerinduan yang luar biasa untuk mengerti dan menjalaninya. Jelas bahwa kondisi tersebut telah mendatangkan berbagai manfaat bagi kualitas hidup seseorang.

Secara terang-terangan pemazmur mengatakan bahwa, pertama, Taurat telah membuatnya lebih bijaksana daripada musuh-musuhnya (ayat 98). Kata bijaksana (= hikmat) berasal dari bahasa Ibrani "khokhma" yang dapat diartikan sebagai kepandaian untuk membedakan yang baik dari yang jahat, yang adil dari yang tidak adil, yang benar dari yang tidak benar. Karena berhikmat, seseorang dapat melakukan yang baik, yang adil, dan yang benar (bdk. 1Raj. 3). Kedua, Taurat telah membuatnya lebih berakal budi daripada gurunya (ayat 99). Mungkin secara intelektual guru lebih berilmu, tetapi belum tentu lebih berakal budi daripada seseorang yang hidupnya bergantung kepada Allah dan Taurat-Nya. Ketiga, Taurat membuatnya lebih mengerti daripada orang-orang tua (ayat 100). Masalah kualitas pengertian akan Taurat tidak ditentukan oleh umur, tetapi oleh cinta kepada Taurat-Nya. Mengerti Taurat tidak terbatas hanya pada mengerti saja, tetapi harus sampai pada tahap menjalankan apa yang dimengerti.

Pengalaman kita memperlihatkan bahwa banyak orang yang mengerti kebaikan Allah, tetapi tidak menuangkannya dalam kehidupan sehari-hari. Taurat Tuhan adalah pelita yang menuntun seseorang untuk berjalan dalam terang Allah. Jelas bahwa orang yang setia terhadap Taurat tidak akan berjalan dalam kegelapan karena Terang itu selalu menuntunnya untuk melakukan hal-hal yang suci, bersih, dan benar di hadapan Allah.

Renungkan: Firman mampu memberikan terang dalam langkah-langkah kehidupan kita. Firman berkuasa memperbarui hidup dan memberikan kekuatan baru di dalamnya. Apa yang terjadi dalam hidup kita seandainya tidak ada firman yang menuntun dan menerangi hidup kita?

(0.14424149310345) (Mzm 140:1) (sh: Gambaran tentang dunia (Minggu, 19 September 1999))
Gambaran tentang dunia

Gambaran tentang dunia Sejak ribuan tahun yang lalu, sudah ada pembunuhan, kekerasan, penindasan, kecemburuan, kedengkian, dan segala macam kejahatan lain, yang menjadi bagian dari tingkah laku manusia. Hal ini menggambarkan keadaan dunia tempat kita hidup dan bersosialisasi. Demikianlah keadaan yang dialami pemazmur. Pemazmur mengungkapkan betapa situasi hidupnya sangat tertekan ketika ia harus bersembunyi dari kejaran dan ancaman Saul. Tetapi pada akhirnya pemazmur menemukan cara mengatasinya. Ia berdoa memohon perlindungan dan keluputan (ayat 2-6), dan ia memohon kemenangan (ayat 9-12). Ia mohon agar Tuhan membalik situasinya dan membalik situasi mereka yang membencinya.

Allah berdaulat atas orang fasik. Dari sudut pandang manusia, nampaknya kehidupan orang fasik lancar, sukses dan bahagia. Mereka "bebas" melakukan kecemaran, kejahatan, kekerasan, dan penindasan; seolah-olah tak ada yang mengendalikan rencana dan perbuatan mereka. Apakah benar demikian? Tidak! Allah berdaulat atas mereka. Mungkin nampaknya Allah berdiam diri dan membiarkan kejahatan semakin merajalela. Namun sesungguhnya Allah membatasi; Ia tahu saat-Nya bertindak menyatakan keadilan-Nya. Bila Allah bertindak, tak seorang pun dapat menghalangi Allah untuk menyatakan keadilan dan hukuman-Nya bagi orang fasik. Serahkan penghakiman kepada Allah atas orang-orang yang menindas kita. Keadilan Tuhan akan dinyatakan kepada orang yang tertindas dan perkara orang miskin akan dibela. Ketika kita mengalami kesesakan karena ancaman dan perlakuan orang yang membenci kita sulit bagi kita untuk melihat keadilan Tuhan. Namun Daud pada akhirnya mengimani keadilan-Nya yang dinyatakan dalam hidupnya. Dengan demikian, orang benar akan memuji Tuhan dan orang jujur akan diam di hadapan-Nya. Artinya, orang benar akan menyaksikan keadilan Tuhan dengan sukacita. Inilah doa dan pengharapan Kristen.

Doa: Tuhan, aku percaya bahwa Engkau akan bertindak sebagai pembelaku.

(0.14424149310345) (Mzm 147:1) (sh: Nyanyian syukur bagi Tuhan (Sabtu, 30 November 2002))
Nyanyian syukur bagi Tuhan

Nyanyian syukur bagi Tuhan.
Memuji Tuhan bisa dilakukan dengan kata, namun juga perlu terpancar dalam hidup. Pemisahan antara pujian dengan suara dan pujian dengan tindakan membuat hidup kita terpecah. Tidak demikian dengan mazmur yang kita baca ini. Mazmur ini dimulai dengan memusatkan perhatian pada ibadah di Bait Allah Yerusalem, dan merajut tema kemurahan hati Allah dan ciptaan-Nya. Allah berbelas kasih untuk memulihkan kembali mereka yang telah dibuang dan diserakkan (ayat 2-3). Ia berada luar jangkauan manusia, sehingga kasih setia-Nya sulit untuk dipahami.

Dengan alat musik dan nyanyian, sekarang jemaat diundang untuk menyanyikan nyanyian syukur kepada Allah (ayat 7-11). Kebaikan- Nya terlihat jelas dalam alam ciptaan, dengan menyediakan hujan dan makanan. Bahkan anak-anak gagak yang biasanya ditinggalkan induknya pun diberikan makanan oleh Allah. Betapa jauh lebih besar Allah mengasihi manusia. Allah juga tidak ingin manusia sombong dan hidup berdasarkan kekuatannya sendiri. Allah senang kepada mereka yang dengan rendah hati mau bersandar sepenuhnya kepada Tuhan, yang berharap pada kasih setia-Nya.

Bagian ketiga mengundang Yerusalem untuk memuji Tuhan karena pemeliharaan-Nya yang senantiasa. Pemeliharaan ini terwujud dalam berbagai cara. Allah menjamin keamanan kota dan memberikan keyakinan bahwa akan ada populasi yang terus bertahan di kota itu. Allah memberikan shalom bagi seluruh daerah. Istilah shalom di sini berarti satu keadaan yang ideal, penuh bahagia dan semua kebutuhan tercukupi. Masyarakat damai dan sentosa. Siklus alam juga ada dalam pemeliharaan tangan Allah, mulai dari salju turun sampai mencair lagi dan demikian seterusnya. Allah mengendalikan alam secara sempurna.

Yang lebih mengagumkan, pemeliharaan Allah dinyatakan dalam hubungan perjanjian dengan umat-Nya. Umat-Nya harus hidup di bawah ketetapan Allah karena itu adalah hak istimewa Israel.

Renungkan:
Memuji Tuhan tidaklah berarti apa-apa jika tidak disertai dengan ketaatan mutlak.

(0.14424149310345) (Ams 1:1) (sh: Perbedaan pengetahuan dan hikmat (Sabtu, 15 November 2003))
Perbedaan pengetahuan dan hikmat

Perbedaan pengetahuan dan hikmat. Pengetahuan diidentikkan dengan informasi yang tepat, sedangkan hikmat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan informasi yang tepat itu pada waktu dan cara yang tepat. Di kitab Amsal, Raja Salomo tidak membedakan keduanya; istilah pengetahuan dan hikmat dipakai silih berganti untuk mewakili makna yang sama yakni bijaksana. Hikmat berawal dari kemampuan untuk melihat dan mendengarkan. Pada waktu Salomo diangkat menjadi raja, ia berdoa, “… berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang paham …” (ayat 1Raj. 3:9). Kata “paham” di sini berasal dari akar kata “mendengar”, tetapi bukan asal mendengar, melainkan mendengarkan dengan penuh perhatian. Orang yang bodoh—tidak berhikmat—tidak bersedia mendengarkan siapa pun termasuk Tuhan. Orang yang tidak mendengarkan Tuhan, Sang Sumber hikmat, adalah orang yang tidak takut kepada Tuhan. Ada orang yang kaya namun bodoh dan ada orang yang berpendidikan tinggi tetapi bodoh; ternyata, kaya dan cerdas tidak sama dengan bijaksana. Hikmat tidak diperoleh lewat kekayaan atau kecerdasan; hikmat didapatkan dari takut akan Tuhan. Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang dipimpin oleh Tuhan; setiap langkah yang diambilnya merupakan hasil tuntunan Tuhan dan Tuhan tidak akan membiarkannya tersesat.Orang yang bijak adalah orang yang “tahu diri”—ia menyadari keterbatasannya; itu sebabnya ia bersedia menerima didikan baik dari Tuhan maupun sesamanya. Sebaliknya, orang bodoh adalah orang yang “tidak tahu diri”—ia tidak menyadari keterbatasannya dan menganggap diri mengetahui segalanya.

Renungkan: Dalam mengambil keputusan, jangan cepat-cepat berkata, ya atau tidak. Jawablah dengan, tunggu!—menunggu kehendak dan pimpinan Tuhan. Inilah awal dari hikmat.

(0.14424149310345) (Ams 8:1) (sh: Wejangan hikmat (Minggu, 1 Agustus 1999))
Wejangan hikmat

Wejangan hikmat Kembali kita diperhadapkan pada wejangan hikmat, suatu nasihat dan peringatan Tuhan. Pada ayat 1-3 dijelaskan bahwa hikmat yang berseru-seru di segala tempat dan waktu itu ditujukan kepada semua orang. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa Tuhan senantiasa menyampaikan nasihat dan perintah-Nya untuk kebaikan umat manusia. Bagian ini senada dengan ucapan Yohanes Pembaptis tatkala ia berseru-seru dalam rangka mempersiapkan kedatangan Tuhan Yesus Kristus. Sesungguhnya hikmat itu tak jauh dari manusia, karena ada di sekitar manusia. Hikmat telah tersedia dan diberikan kepada manusia. Seorang yang menyadari kebutuhannya akan hikmat, akan mencari dan mendapatkan. Setelah didapatnya, maka hikmat itu adalah sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya, yang tak dapat disamakan dengan apa pun juga.

Nilai suatu hikmat. Kalau kita meneliti wejangan hikmat seperti yang diungkapkan dalam bacaan hari ini, tentu kita sepakat mengatakan betapa berharganya hikmat itu. Dalam ayat 11 dikatakan bahwa nilai hikmat lebih besar daripada permata, bahkan semua yang menjadi keinginan manusia pun tidak dapat dibandingkan dengan nilai hikmat itu. Hikmat tidak dapat dibeli dengan uang karena terlalu berharga. Permata dan emas pilihan yang di mata manusia sangat berharga dan terlalu tinggi daya belinya, tetap bukan tandingan hikmat. Hikmat tidak akan dimiliki orang yang mengandalkan kekayaan, kekuasaan, kepandaian, atau kedudukannya; tetapi menjadi milik orang yang hidup takut akan Tuhan, yaitu: yang membenci kejahatan, membenci kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat. Orang yang menghargai hikmat akan hidup dalam pimpinan hikmat-Nya, sehingga hidupnya menjadi berharga di mata Allah dan manusia.

Renungkan: Sepanjang hidup Anda, sudahkah Anda merasa bahwa hidup ini sangat berharga? Di mata dunia ataukah di mata Allah? Bagaimana Anda meresponi wejangan hikmat hari ini?

Doa: Ya, Tuhan, kuasailah diriku dengan hikmat Ilahi-Mu.

(0.14424149310345) (Ams 17:13) (sh: Seni membangun hubungan dengan sesama (Minggu, 6 Agustus 2000))
Seni membangun hubungan dengan sesama

Seni membangun hubungan dengan sesama. Manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak akan tahan hidup tanpa berhubungan dengan sesamanya. Ironisnya, hubungan antar sesama inilah yang seringkali membuat manusia tidak tahan hidup. Tidak hanya itu, hubungan antarmanusia yang tidak `sehat' seringkali menjadi sumber bencana bagi orang-orang terdekat dan masyarakat sekitarnya. Itulah sebabnya Amsal menggambarkannya sebagai membuka jalan air (14). Akibat yang ditimbulkan jauh lebih dahsyat dari pada yang diduga sebelumnya.

Pada prinsipnya, manusia dapat menjalin hubungan dengan sesamanya dengan penuh keharmonisan dan kedamaian, jika masing-masing individu memahami kedudukan dirinya di dalam masyarakat dan melakukan perannya dalam kedudukan itu secara sungguh-sungguh dan setia. Orang yang lemah dan menerima kebaikan dari orang lain seharusnya berterima kasih dan berusaha membalas budi bukan malah sebaliknya (13). Jika Anda adalah seorang pemimpin baik dalam masyarakat maupun dalam keluarga, maka jalankanlah tugas dan tanggung jawab Anda dengan penuh keadilan, kehati-hatian, tidak memihak, dan tidak menerima suap (15, 23, 26). Anda pasti adalah seorang sahabat dari salah seorang manusia, karena itu tunjukkanlah bukti-bukti persahabatan yang sejati dalam segala keadaan (17) dan janganlah sekali-kali mengkhianatinya (20). Dan yang terakhir Anda juga pasti adalah seorang anak dalam sebuah keluarga. Sudahkah Anda menjadi anak kebanggaan orang tua Anda atau justru sebaliknya (21, 23)?

Renungkan: Harus diakui bahwa masih banyak terjadi perpecahan dan perselisihan dalam tubuh gereja, baik antarhamba Tuhan, antarjemaat, atau antara hamba Tuhan, aktivis, dan jemaat. Jika demikian, bagaimana mungkin gereja dapat bertumbuh? Serukan pertobatan kembali kepada prinsip sederhana yang Amsal telah ajarkan kepada kita!

Bacaan untuk Minggu ke-8 sesudah Pentakosta

Yesaya 55:10-13 Roma 8:12-17 Matius 13:1-17 Mazmur 65

Lagu: Kidung Jemaat 432

Pemahaman Alkitab 5 -- Amsal 16:1-17

Memahami puisi hikmat mempertajam pemikiran, mengasah pertimbangan, dan mengolah keputusan bijak. Oleh karena itu untuk mendapatkan kekayaannya, kita perlu menggali dan menemukannya, dengan kesabaran dan keuletan. Pada akhirnya pun kita harus mengakui bahwa Allah sumber hikmat yang akan membukakannya bagi kita yang sangat terbatas, sehingga dapat mengerti hikmat itu.

Segala sesuatu dibuat oleh Tuhan untuk tujuan masing-masing. Manusia boleh merencanakan, menimbang, memikirkan jalannya, dan mengambil keputusan, tetapi Tuhan yang terlibat penuh dalam seluruh perjalanan hidup manusia menyediakan yang terbaik bagi setiap orang yang mau hidup berkenan kepada-Nya.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Dalam ayat 1-7, kata `Tuhan' diulang setiap ayat. Mengapa hal ini ditekankan? Dikaitkan dengan apa sajakah peran Tuhan dalam kehidupan manusia? Mengapa Tuhan mengambil peran tersebut?

2. Seperti dikatakan dalam 1:7: "Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan", maka prinsip mendasar ini pun kembali diungkapkan dalam bagian ini. Makna apakah yang terkandung dalam "takut akan Tuhan"? Mengapa kata ini sering dihubungkan denngan hikmat? Jelaskan betapa berharganya hikmat? Sama seperti penuliskah Anda menganggap betapa berharganya takut akan Tuhan dan hikmat dalam hidup Anda? Jelaskan!

3. Ada raja yang berhasil memberi kehidupan bagi bangsanya tetapi ada pula raja yang membawa kematian. Menjadi raja yang berkenan harus memenuhi beberapa syarat: Berasal darimanakah keputusannya (10)? Mengapa timbangan dan neraca yang dipakai bukan standar manusia (11)? Bagaimana agar takhtanya tetap kokoh (12)? Dampak apakah yang akan dirasakan semua orang yang memiliki raja demikian (15)? Mungkinkah syarat-syarat ini bukan sekadar teori/pemahaman? Bagaimana mewujudnyatakan dalam pemerintahan di Indonesia? Sebagai pemimpin lembaga, perusahaan, gereja, atau apa pun juga, bagaimana prinsip di atas menjadi dasar kepemimpinan Anda?

(0.14424149310345) (Ams 29:1) (sh: Dibutuhkan: pemimpin yang adil, benar, dan bijak (Senin, 6 November 2000))
Dibutuhkan: pemimpin yang adil, benar, dan bijak

Dibutuhkan: pemimpin yang adil, benar, dan bijak. Bila iklan lowongan pekerjaan ini dimuat dalam sebuah surat kabar terkenal, bagaimana respons para pembaca, apakah banyak orang yang berminat melamar? Seseorang dengan syarat pendidikan tinggi dan pengalaman pekerjaan yang profesional lebih mudah dicari daripada yang memenuhi persyaratan moral. Orang berpendidikan doktor lebih banyak dibandingkan orang baik, adil, benar, dan bijaksana. Orang yang punya pengalaman segudang jauh lebih mudah dicari daripada orang yang membela kebenaran dan menegakkan keadilan.

Seorang pemimpin yang berpendidikan tinggi dan punya pengalaman segudang ternyata tidak menjadi jaminan bahwa kepemimpinannya akan berhasil dan kokoh. Justru seorang pemimpin yang punya kualitas moral yang baik akan memimpin dengan baik. Dengan keadilan ia menjalankan pemerintahannya, sehingga orang yang dipimpinnya tidak merasa dirugikan (4). Ia tahu hak orang lemah (7). Dengan bijaksana, ia meredakan amarah orang-orang yang dipimpinnya (11). Dengan keadilan ia menghakimi orang lemah, sehingga kesalahan atau ketidakbersalahan dinyatakan dengan tegas, bukan berdasarkan status ekonomi sang pelaku tetapi berdasarkan kasus yang sesungguhnya (14). Ia memerintah berdasarkan hukum dan mengarahkan orang yang dipimpinnya juga berpegang pada hukum (18). Dengan demikian bukan hanya orang yang dipimpinnya yang dituntut menaati hukum, tetapi justru mulai dari dirinya sendiri sebagai pelaku hukum. Ia berhasil menegakkan hukum karena ia sendiri hidup berpegang pada hukum.

Negara kita membutuhkan pemimpin-pemimpin yang memiliki kualitas moral sedemikian, sehingga mampu memutar balik arus KKN. Hanya pemimpin yang tidak pernah terlibat kasus KKN yang mampu menindak tegas kasus KKN. Hanya pemimpin yang tidak terfokus kepada kepentingan pribadi dan golongan yang dapat membela hak rakyat kecil. Hanya pemimpin yang tidak memanipulasi keuangan negara demi kepentingan pribadi yang dapat menyejahterakan kehidupan rakyatnya.

Renungkan: Tak ada guna menunggu lahirnya pemimpin yang demikian. Kita bisa memprakarsai di dalam keluarga, gereja, masyarakat, dan bangsa sesuai firman Tuhan hari ini.

(0.14424149310345) (Ams 30:17) (sh: Mengamati dan mempelajari makna hidup (Rabu, 8 November 2000))
Mengamati dan mempelajari makna hidup

Mengamati dan mempelajari makna hidup. Bentuk penulisan bagian Amsal ini agak unik karena ada beberapa pemakaian angka dengan formula yang sama: "ada tiga...... bahkan empat" (18-19, 21-23, 24-28, 29-31), sehingga agak berbeda dengan formula penulisan lainnya. Tujuan penulisan seperti ini adalah untuk memberikan penekanan tertentu pada bagian pengajaran yang akan disampaikan.

Dari empat bagian formula penulisan yang sama ini, ternyata merupakan pengamatan penulis akan kehidupan dan kebiasaan yang ada dalam diri manusia dan sekitarnya. Beberapa diantaranya, penulis telah menemukan maknanya, namun ada juga bagian yang belum ditemukan jawabannya. Pertama (18-19), jalan rajawali di udara, ular di atas cadas, kapal di tengah laut, dan jalan seorang laki- laki dengan seorang gadis, adalah sesuai dengan hukum alam yang berlaku. Rajawali tidak mungkin berjalan di atas cadas dan sebaliknya ular tidak dapat terbang di udara karena tidak memiliki sayap. Kedua (21-23), apabila keempat hal ini terjadi akan mengakibatkan kegemparan yang luar biasa. Dapat dibayangkan bagaimana seorang hamba kemudian menjadi raja, atau seorang hamba perempuan yang akhirnya menduduki jabatan sebagai nyonya rumah? Ketiga (24-28), kecil tidak berarti lemah dan layak diabaikan, karena ternyata binatang yang kecil seperti semut, pelanduk, belalang, dan cicak diberi kemampuan untuk mempertahankan dirinya dengan kelebihannya. Keempat (29-31), selain binatang yang kecil, Allah pun menciptakan yang gagah perkasa: singa, ayam jantan, kambing jantan, dan seorang raja di depan rakyatnya.

Mempelajari makna kehidupan dan kebiasaan yang ada, menolong kita mengagungkan Sang Pencipta yang telah menciptakan masing- masing dengan segala keunikan, sehingga keberagaman kehidupan ini sedemikian indah dan mengandung makna yang dalam. Membiasakan diri merenungkan betapa dahsyatnya ciptaan dan segala isinya termasuk manusia, akan membawa kita pada pengenalan yang dalam akan Sang Pencipta dan makna hidup yang dianugerahkan-Nya.

Renungkan: Belajar makna hidup tidak selalu harus melalui pendidikan sekular, karena mencermati kejadian sehari-hari pun dapat memberikan hikmat dan pengajaran yang tiada tara.

(0.14424149310345) (Pkh 5:7) (sh: Persembahan yang merupakan Kejahatan (Kamis, 1 Desember 2016))
Persembahan yang merupakan Kejahatan

Sering kali kita berpikir tentang Allah berdasarkan pengamatan kita tentang gereja atau umat Allah. Umumnya, hampir semua gereja senang jika orang memberikan persembahan. Mungkin sebagian besar kita berpikir bahwa Allah pasti senang dengan semua persembahan, apalagi persembahan yang nilainya fantastis tanpa peduli apakah orang tersebut memberi dengan sikap hati yang benar atau tidak.

Pengkhotbah mengatakan: "Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik daripada mempersembahkan kurban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat" (17). Mengapa ketika umat mempersembahkan kurban ia dikatakan berbuat jahat? Bukankah persembahan kurban merupakan sesuatu yang diwajibkan Taurat? Mazmur 51:18-19 memberikan jawaban tegas. Jika umat Allah mempersembahkan kurban, walaupun secara ritual sesuai dengan ketentuan hukum, tetapi tidak dengan hati yang bertobat, maka persembahannya tidak diperkenan Tuhan.

Selain itu, Pengkhotbah juga mengajarkan bahwa umat-Nya harus menjaga sikap hati saat menghadap dan menyembah Tuhan. Jangan pernah berpikir bahwa kita dapat menyenangkan hati Tuhan dengan uang, waktu, dan tenaga tanpa disertai hati yang benar, yaitu mengerti bahwa persembahan kita tidak layak untuk Tuhan dan apabila Tuhan mau menerimanya, itu pun adalah anugerah Allah semata. Persembahan yang tidak tulus dianggap Tuhan sebagai tindakan kejahatan terhadap kekudusan-Nya. Berapa banyak persembahan yang kita berikan dianggap Tuhan sebagai kejahatan?

Allah bukan manusia yang dapat disuap dengan persembahan mahal. Allah tidak berkenan menerima apa pun yang diberikan seseorang dengan hati yang tidak benar. Mari kita mengerti bahwa jika kita masih diberi kesempatan untuk mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, lakukanlah dengan hati hormat dan takut akan Dia. [IT]

(0.14424149310345) (Pkh 8:2) (sh: Keadilan Pasti Ditegakan (Senin, 5 Desember 2016))
Keadilan Pasti Ditegakan

Salah satu penyebab mengapa banyak orang berbuat jahat adalah kesabaran Allah yang tidak langsung menghukum semua kejahatan dalam dunia. Hal ini membuat sebagian besar orang berasumsi bahwa melakukan kejahatan tidak ada ruginya, bahkan menguntungkan karena hasilnya menyenangkan.

Pengkhotbah mengatakan, "oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat" (11). Di sini, Pengkhotbah mengerti walaupun orang fasik dapat menghindarkan diri dari hukuman, bahkan mereka "seratus kali hidup lama, " yaitu dapat menikmat hidup yang lama dalam kemakmuran. Pada akhirnya "orang yang takut akan Allah beroleh kebahagiaan, sebab mereka takut terhadap hadirat-Nya" (12). Sebaliknya, orang fasik tidak akan beroleh kebahagiaan dan tidak panjang umur karena ia tidak takut terhadap hadirat Allah (13).

Mengapa dikatakan orang fasik "seratus kali hidup lama" (12), tetapi juga "ia tidak akan panjang umur" (13)? Secara harfiah dikatakan orang berdosa "melakukan kejahatan seratus kali dan memperpanjang baginya" (12), tetapi "ia tidak akan memperpanjang hari-harinya" (13). Di sini, ada kesengajaan dalam permainan kata "memperpanjang." Maksudnya, sepertinya orang fasik memperpanjang kejahatannya, namun tidak demikian. Sebab, Allah tidak akan memperpanjang hari-harinya. Mungkin ini menunjukkan pada akhirnya orang fasik tidak dapat memperpanjang kejahatannya karena harus menerima penghakiman Allah.

Ketika melihat fakta bahwa orang fasik hidup makmur dalam kejahatannya, sering kali kita dibuat iri hati (Mzm. 73). Namun, kita patut menyadari bahwa untuk sementara waktu seolah-olah Allah membiarkan mereka. Suatu saat, mereka akan diadili dan dihakimi Allah. Karena itu, jangan ikut serta melakukan kejahatan hanya karena kefasikan seseorang tidak secara langsung mendapat hukuman dari Allah. Percayalah bahwa Allah itu adil. Pada akhirnya, Ia akan menegakkan keadilan-Nya. [IT]



TIP #22: Untuk membuka tautan pada Boks Temuan di jendela baru, gunakan klik kanan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA