(0.10436437916667) | (Luk 19:28) |
(sh: Impian dan kehancuran (Minggu, 9 April 2000)) Impian dan kehancuranImpian dan kehancuran. Setiap manusia pasti mempunyai impian dalam hidupnya. Ia akan terpukul apabila impian yang mulai dibangunnya hancur berantakan. Orang-orang yang menyambut Yesus dengan sangat antusias adalah orang-orang yang memimpikan dibangunnya kembali Israel seperti pada zaman kejayaannya dahulu. Ketika Yesus menaiki keledai dengan perlahan-lahan, teriakan orang-orang yang menyambutnya itu menyatakan impian- impian mereka (ayat 38). Semakin dekat kota, orang-orang itu pasti mempunyai suatu "penglihatan" bahwa tembok Yerusalem akan semakin tinggi dan kokoh, dan akan menjadi pusat kerajaan teokratis yang akan menggantikan kerajaan Romawi. Namun ketika Yesus melihat kota Yerusalem, Ia menangis. Ia bukannya melihat tembok Yerusalem yang menjulang tinggi, namun puing-puing kehancuran. Apa yang Yesus dengar bukanlah sorak- sorai sukacita dari orang banyak yang mempunyai impian, namun suara tangisan dan teriakan minta tolong dari mereka yang mengalami penderitaan. Di bait Allah Ia mendapati orang-orang yang berjual-beli. Mereka mengubah bait Allah yang seharusnya sebuah rumah doa, menjadi sarang penyamun yang merampok para peziarah yang datang ke Yerusalem untuk menyembah Allah. Impian orang banyak yang berseru-seru itu menjadi kosong belaka, karena realitanya berbeda. Banyak Kristen mempunyai impian melambung dan begitu bersemangat membangun kerajaan-kerajaan bagi kemuliaan Allah. Namun kemudian satu demi satu impian mereka itu hancur. Mempunyai semangat dan antusiasisme yang tinggi seperti itu bagus, namun pertanyaannya adalah apakah impian kita itu berasal dari Allah? Renungkan: Kerinduan kita bersama adalah menghadirkan perwujudan Kerajaan Allah dalam dunia, di mana Kristus memerintah sebagai Raja dalam hati insan yang bertobat. Bacaan untuk Minggu Sengsara 6: Yesaya 50:4-7 Filipi 2:5-11 Matius 21:1-11 Mazmur 22:1-11 Lagu: Kidung Jemaat 278 |
(0.10436437916667) | (Luk 21:5) |
(sh: Penderitaan dan penganiayaan (Sabtu, 27 Maret 2004)) Penderitaan dan penganiayaanPenderitaan dan penganiayaan. Bait Allah adalah tempat ibadah yang menjadi kebanggaan bangsa Yahudi. Kebanggaan yang dibarengi dengan kemegahan Bait Allah memberi kesan bahwa ia akan bertahan selama-lamanya sehingga mustahil untuk runtuh atau diruntuhkan. Tetapi Yesus mengejutkan mereka yang memuji kemegahan Bait Allah (ayat 5). Bait Allah akan hancur (ayat 6). Yesus menyampaikan nubuatan yang akan terjadi pada tahun 70. Jika peristiwa penyaliban Yesus terjadi pada tahun 33, maka kehancuran Yerusalem masih menunggu 37 tahun lagi. Sebelum keruntuhan Yerusalem terjadi pada tahun 70 ada beberapa tanda yang terjadi. Akan muncul mesias-mesias palsu (ayat 8). Ini berarti murid-murid perlu waspada dan tidak disesatkan. Akan terjadi peperangan dan pemberontakan (ayat 9). Akan terjadi gempa bumi, penyakit dan kelaparan serta tanda-tanda alam lainnya (ayat 11). Dengan ringkas, penderitaan menanti di depan. Di samping itu, penganiayaan secara khusus akan dialami murid-murid (ayat 12). Di tengah situasi yang demikian, murid-murid tidak perlu cemas, gentar, dan tawar hati. Semua penderitaan dan penganiayaan berada di bawah kendali dan kuasa Allah. Murid-murid harus terus melakukan tugas dan tanggung jawabnya yakni bersaksi bagi Kristus (ayat 13). Allah akan memelihara mereka. Rambut orang yang percaya pada Yesus tidak akan hilang sehelaipun dari kepalanya (ayat 18). Ini menunjukkan perlindungan yang sempurna. Namun tidak berarti bahwa mereka tidak mungkin kehilangan nyawa seperti yang dikatakan dalam ayat 16. Yesus membukakan kepada murid-murid hal-hal yang akan terjadi di masa depan. Ketika hal yang dikatakan Yesus terjadi mereka tidak perlu gentar dan kecewa. Mereka tahu hal-hal itu telah dikatakan Yesus sebelumnya. Renungkan: Penganiayaan merupakan bagian tidak terpisahkan dari menjadi murid Yesus. Namun serentak dengan itu penghiburan dan penyertaan Yesus menjadi sisi lain dari penganiayaan. |
(0.10436437916667) | (Luk 22:24) |
(sh: Hidup dalam Perjanjian Baru oleh darah-Nya (Minggu, 16 April 2000)) Hidup dalam Perjanjian Baru oleh darah-NyaHidup dalam Perjanjian Baru oleh darah-Nya. Setelah mendeklarasikan Perjanjian Baru antara Dia dan murid-murid-Nya berdasarkan darah-Nya, Yesus memberikan pembinaan terakhir bagi mereka untuk hidup dalam Perjanjian Baru. Mereka harus meninggalkan konsep dunia tentang kepemimpinan yang cenderung mendominasi sesamanya, kemudian mengikuti teladan Yesus yang menggunakan prinsip pemimpin-hamba (ayat 24-27). Hubungan yang baru juga mewarnai orang percaya dan dunia namun dengan dampak negatif bagi para murid, karena mereka akan mengalami berbagai pencobaan dan penderitaan. Bahkan ada di antara mereka yang hampir jatuh. Namun sumber kehidupan yang vital bagi iman mereka di dalam Juruselamat ditopang oleh doa syafaat Yesus sendiri. Ini dimungkinkan karena Perjanjian Baru di dalam darah-Nya telah menciptakan hubungan baru antara orang percaya dan Kristus. Hasilnya Yesus tidak hanya mampu mengalahkan si Iblis, namun juga mampu menggunakan serangan Iblis sebagai sarana untuk menyempurnakan murid-murid-Nya (31- 34). Perjanjian Baru ini pun telah membuat hubungan baru antara dunia dan Kristus, karena Ia dipandang sebagai pemberontak (ayat 37). Namun demikian misi untuk dunia harus terus dilanjutkan. Konsekuensinya mereka tidak lagi bisa berharap bahwa bangsa- bangsa yang menjadi target misi akan menyediakan segala keperluan mereka seperti dulu (9:1-6; 10:1-16). Sebaliknya mereka harus membawa bekal dan berjuang sendiri. Hidup dalam Perjanjian Baru oleh darah-Nya membawa dampak bagi hubungan antara orang percaya dengan Allah dan orang percaya dengan dunia. Renungkan: Hubungan dengan Allah merupakan hak istimewa sedangkan hubungan dengan dunia merupakan harga yang harus dibayar. Keduanya tidak dapat saling dikompromikan, tanpa mengkompromikan hakikat dari Injil Kristus. Siapkah Anda? Bacaan untuk Minggu Sengsara 7: Keluaran 12:1-8, 11-14 I Korintus 11:23-32 Yohanes 13:1-15 Mazmur 116:12-19 Lagu: Kidung Jemaat 286 |
(0.10436437916667) | (Luk 22:39) |
(sh: Malam gelap jiwa (Sabtu, 28 Maret 2015)) Malam gelap jiwaJudul: Malam gelap jiwa Yesus pun mengalami malam gelap jiwa di taman Getsemani. Malam gelap yang dialami Yesus berbeda dengan malam gelap para tokoh iman lainnya. Malam gelap Yesus adalah cawan yang berisi murka Allah dan dosa umat manusia. Ia tahu kengerian seperti apakah yang akan diderita oleh-Nya. Ia tidak sanggup, jika jiwa-Nya untuk sementara waktu harus berpisah dari dekapan Bapa Surgawi. Di taman Getsemani, Yesus menapaki jalan sengsara di mana Ia akan merasakan ketidakhadiran Bapa dalam seluruh penderitaan yang dialami-Nya. Ketidakhadiran Bapa merupakan lorong gelap yang harus dijalani-Nya seorang diri. Hal ini membuat ia memohon tiga kali, tetapi Bapa hanya diam seribu bahasa (bdk. Mat. 26:36-46). Begitu hebatnya malam gelap jiwa Yesus, sampai setiap tetesan keringat yang jatuh dilukiskan seperti tetesan darah (43-44). Malam gelap ini mencapai puncaknya, saat Yesus berteriak mengapa Bapa meninggalkan dirinya sendirian di kayu salib (Mat. 27:46). Pergumulan hebat yang Yesus alami membuat tiga orang murid-Nya tak kuasa menahan kantuk (46). Di akhir pergumulan itu, Yesus memilih patuh pada kehendak Bapa-Nya (42, 45). Yesus mengerti malam gelap jiwa yang kita alami. Ia juga tahu betapa tidak mudahnya bertahan dalam kondisi seperti itu. Ia menawarkan tangan dan bahu-Nya bagi kita sebagai sandaran. Serahkanlah semua kepingan pergumulan kepada-Nya, dan Ia akan merajut-Nya bagi kebaikan kita. Diskusi renungan ini di Facebook:
|
(0.10436437916667) | (Luk 23:33) |
(sh: Yesus disalib (Jumat, 9 April 2004)) Yesus disalibYesus disalib. Perjalanan ke penyaliban dilukiskan Lukas dengan jelas sekali (ayat 26-32). Perjalanan Yesus ke tempat penyaliban terhenti oleh dua peristiwa. Yesus sudah tidak mampu memikul kayu salib-Nya, sehingga tentara Romawi memaksa seorang bernama Simon yang berasal dari Kirene memikul salib itu (ayat 26). Peristiwa kedua adalah percakapan Yesus dengan perempuan-perempuan (ayat 28-31). Menyusul narasi perjalanan adalah narasi penyaliban (ayat 33-38), narasi dialog dua penjahat dan Yesus (ayat 39-43) dan narasi respons alam dan manusia terhadap kematian Yesus (ayat 44-49). Di tempat penyaliban bernama 'Tengkorak' Yesus disalibkan. Bersama Yesus turut disalibkan dua orang penjahat (ayat 33). Meski disalibkan dengan tidak adil Yesus mengampuni orang-orang yang menyalibkan-Nya. Tindakan demikian merupakan demonstrasi nyata pada apa yang Yesus ajarkan sebelumnya (Luk. 6:29,35). Di bukit “Tengkorak” itu tentara-tentara memperebutkan jubah Yesus (ayat 34) dan orang banyak mengolok-olok-Nya (ayat 35-38). Tiga kali olokan yang mengejek ketidakmampuan Yesus menyelamatkan diri sendiri ditujukan kepada Yesus (ayat 35,37,39). Kebutaan rohani menyebabkan pengejek tidak melihat karya keselamatan yang dilakukan Yesus. Orang banyak tidak dapat menerima bahwa Sang Mesias harus mati di kayu salib. Ejekan ketiga datang dari salah seorang penjahat yang turut disalibkan bersama Yesus (ayat 39). Penjahat ini setuju dengan ejekan orang banyak yang didengarnya. Penjahat yang lain menyadari bahwa Yesus disalib meski tanpa kesalahan apapun. Penjahat itu menyadari ketidakadilan yang dialami Yesus sehingga ia menegur penjahat yang mengejek Yesus. Terhadap ejekan orang banyak ia tidak memberi respons. Tetapi kepada ejekan penjahat yang satunya ia memberi respons yang tegas. Lalu, ia memohon kepada Yesus untuk mengingatnya (ayat 42). Camkanlah: Yesus telah mendemonstrasikan kasih sempurna. Kasih yang memaksa Yesus untuk tetap tinggal di kayu salib. |
(0.10436437916667) | (Yoh 4:1) |
(sh: Yesus mengangkat harkat perempuan (Selasa, 1 Januari 2002)) Yesus mengangkat harkat perempuanYesus mengangkat harkat perempuan. Dalam berbagai masyarakat, kaum perempuan sering tidak mendapatkan perhatian atau perlakuan yang baik. Tidak jarang mereka direndahkan bahkan dilecehkan. Mereka kerap kali tidak diperlakukan sebagai manusia, melainkan dianggap sebagai benda yang tidak memiliki hak dan martabat. Bagaimana perlakuan Tuhan Yesus terhadap perempuan? Pada narasi sebelumnya rasul Yohanes memperhatikan secara khusus kaum laki-laki. Namun, ia tidak mengabaikan kaum perempuan. Sekarang secara khusus Yohanes menceritakan tentang seorang perempuan. Siapakah dia? Mari kita berkenalan dengannya. Tidak diberitahu kepada kita siapa namanya. Daerah asalnya kelihatan lebih penting ketimbang nama pribadinya. Ia adalah seorang perempuan dari Samaria (ayat 7,9). Kombinasi perempuan dengan Samaria merupakan dua hal yang paling tidak disukai orang Yahudi (ayat 9). Masyarakat di mana ia tinggal juga terlihat tidak menyukainya. Biasanya kaum perempuan mengambil air pada pagi hari atau sore hari secara bersama-sama. Perempuan ini mengambil air sendirian untuk menghindari orang lain (ayat 6). Mengapa? Kehidupan moralnya, tidak seperti Nikodemus, rendah sekali. Ia sekarang hidup bersama dengan seorang laki-laki tanpa nikah (ayat 18). Sebagai perempuan yang berasal dari Samaria ia tidak disukai orang Yahudi. Sebagai perempuan dengan moral yang rendah ia tidak disukai masyarakatnya sendiri. Jika demikian siapa yang menerimanya? Tuhan Yesus! Tuhan Yesus dengan sengaja melintasi daerah Samaria untuk menemui perempuan yang sesungguhnya membutuhkan air hidup lebih dari air untuk kelangsungan hidup jasmaninya (ayat 4,7). Tuhan Yesus mengambil inisiatif membuka pembicaraan (ayat 8). Meski awalnya perempuan itu tidak memahami arti air hidup yang Yesus tawarkan kepadanya (ayat 10), dengan sabar Tuhan Yesus membimbingnya tiba pada pengertian seperti yang Tuhan maksudkan (ayat 14). Renungkan: Tuhan Yesus memperlakukan perempuan dengan baik dan mengangkat derajat dan martabatnya. Ia tidak memberikan perlakuan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Mengapa kita masih memperlakukan perempuan seperti sebuah benda? |
(0.10436437916667) | (Yoh 6:16) |
(sh: Takut karena tidak percaya (Minggu, 10 Januari 1999)) Takut karena tidak percayaTakut karena tidak percaya. Baru saja para murid makan bersama orang banyak dalam sukacita Tuhan, sekarang dalam keadaan menunggu Tuhan, mereka melihat sosok yang berjalan di atas air. Reaksi mula-mula adalah takut. Takut karena mereka menduga itu hantu! Mungkinkah mereka belum mengenal kuasa-Nya? Benar, ternyata mereka belum percaya atas keberadaan Tuhan Yesus sebagai Allah yang Mahakuasa, Allah yang mulia, yang diutus oleh Bapa-Nya. Ketidakpercayaan ini membawa mereka pada ketakutan tak terkendali. Meskipun demikian, Tuhan mengambil langkah bijaksana. Ia terus menuntun para murid untuk mengenal-Nya lebih baik hari demi hari. Berapa lama lagi? Peristiwa Yesus memberi makan kepada lima ribu orang mengundang semangat banyak orang mencari Tuhan Yesus. Sayangnya, motivasi mencari bukan karena percaya atau karena telah mengenal-Nya secara pribadi tetapi untuk sekadar memperoleh keuntungan. Berapa lama lagikah Tuhan Yesus Kristus harus tinggal di bumi pada masa itu sehingga orang banyak dapat mengerti ajaran-Nya? Luruskan motivasi. Berbagai sikap dan beragam motivasi orang banyak datang kepada Tuhan, masih ditemukan di zaman sekarang. Keragaman itu menimbulkan permasalahan, misalnya sikap dan motivasi bagaimana yang mendasari keinginan setiap orang mencari Yesus? Ada yang beribadah setiap minggu dengan motivasi agar sebutan umat beragama tetap melekat dalam dirinya. Ada yang berharap agar berkelimpahan berkat Tuhan terus-menerus. Lainnya lagi, karena sudah dibaptis, sudah Kristen, dan masih banyak lagi. Motivasi-motivasi tersebut tidak akan menolong Kristen untuk sungguh mengenal siapa Tuhan yang sesungguhnya. Alasan yang benar untuk tetap beribadah karena setiap Kristen harus bertumbuh dalam pengenalan terhadap kuasa, pekerjaan, dan pimpinan-Nya. Setiap hari menjadi lebih baik. Inilah prinsip pertumbuhan rohani Kristen. Renungkan: Pertumbuhan rohani seorang Kristen tidak ditentukan oleh berapa lama menjadi Kristen, tetapi bagaimana Kristen mengenal Yesus secara pribadi. |
(0.10436437916667) | (Yoh 7:1) |
(sh: Yesus tidak mencari ketenaran (Minggu, 13 Januari 2002)) Yesus tidak mencari ketenaranYesus tidak mencari ketenaran. Yesus tidak mencari ketenaran. Adik-adik Tuhan Yesus masih belum percaya kepada-Nya (ayat 5) dan mereka memandang kesaksian Yesus melalui perkataan dan perbuatan hanya sebagai upaya membangun popularitas, bukan sebagai suatu kesaksian untuk membawa manusia kembali kepada Allah. Ketika hari raya Pondok Daun tiba, adik-adik Yesus mengusulkan agar Ia pergi ke Yerusalem (ayat 2-3). Hari raya Pondok Daun adalah salah satu dari tiga hari raya besar warga Yahudi dan wajib dirayakan di Yerusalem. Dengan demikian, pada hari raya Pondok Daun akan banyak sekali orang datang dan berkumpul di Yerusalem. Tidak heran jika adik-adik Yesus mendorong-Nya untuk memanfaatkan situasi hari raya guna meningkatkan popularitas-Nya. Mereka melihat bahwa kesaksian Yesus di Galilea telah menarik banyak orang. Artinya popularitas Yesus di Galilea sudah begitu tinggi. Popularitas Yesus di Galilea sudah tidak mungkin ditambah lagi mengingat bahwa Galilea bukanlah pusat agama dan politik warga Yahudi. Yerusalem adalah ibu kota. Jika ingin menambah tingkat popularitas, maka Yesus harus pergi ke Yerusalem (ayat 4), apalagi pada saat itu akan berlangsung hari raya Pondok Daun. Usulan adik-adik-Nya kelihatan sangat baik sekali dan masuk akal. Bagaimana reaksi Tuhan Yesus? Ia menolak. Ia mengoreksi pemahaman mereka akan pelayanan kesaksian-Nya. Yesus menegaskan bahwa pelayanan kesaksian-Nya sepenuhnya bergantung pada waktu Tuhan (ayat 6,8). Ia tidak ingin lepas dari pimpinan dan kehendak Allah. Lagi pula, tujuan kesaksian-Nya bukanlah untuk menambah popularitas (ayat 7). Ia bersaksi agar dunia bertobat dari dosa-dosanya. Renungkan: Bila kita sudah lebih populer daripada Yesus yang kita saksikan, segeralah bertobat! |
(0.10436437916667) | (Yoh 8:1) |
(sh: Upaya menjebak Yesus gagal (Rabu, 16 Januari 2002)) Upaya menjebak Yesus gagalUpaya menjebak Yesus gagal. Pemimpin-pemimpin agama tetap menolak untuk percaya kepada Yesus. Tetapi, mereka tidak punya alasan yang kuat untuk menyingkirkan Yesus. Ketika mereka menangkap basah pasangan yang berzinah, mereka segera membawa perempuannya. Tidak dapat dipastikan apakah perempuan ini sudah bersuami atau belum. Kita juga tidak diberi tahu mengapa mereka tidak membawa laki-lakinya. Tetapi, dari ayat 6, jelas sekali bahwa tujuan pemimpin-pemimpin agama bukanlah untuk menghukum pasangan yang berzinah ini, melainkan untuk menjebak Tuhan Yesus. Mengapa? Jika Yesus menolak untuk melempari perempuan ini dengan batu, maka pemimpin agama dapat menuduh Yesus menentang hukum Musa. Dengan demikian, mereka dapat membawa Yesus ke pengadilan agama Yahudi. Sebaliknya jika Yesus setuju agar perempuan ini dilempari dengan batu hingga mati, maka mereka akan membawanya ke hadapan pemerintah Romawi. Bangsa Yahudi sebagai jajahan Romawi tidak berhak menghukum mati manusia. Hak ini hanya ada pada pemerintah Romawi. Jebakan seperti ini mirip dengan yang dicatat dalam Markus 12:13-17. Bagaimana Tuhan Yesus harus menjawab mereka? Ia mengatakan perempuan ini boleh dilempari batu oleh orang-orang yang tidak berdosa (ayat 7). Tuhan Yesus tidak bermaksud bahwa hakim-hakim yang mengadili di pengadilan harus tanpa dosa. Bila prinsip ini diterapkan maka tidak ada yang dapat menjadi hakim. Tuhan Yesus mengatakan pernyataan yang keras ini karena Ia menuntut agar mereka yang hendak melempari perempuan ini dengan batu jangan pernah terlibat dalam dosa seksual. Mendengar tuntutan ini, mereka yang menuduh perempuan itu pulang meninggalkan perempuan tersebut sebagai tertuduh. Dalam narasi ini kita mendapatkan dua pelajaran penting. Pertama, semua manusia berdosa, tidak terkecuali bangsa Yahudi yang menganggap diri sebagai umat pilihan Allah. Kedua, Yesus sama sekali tidak berdosa. Ia tidak meremehkan dosa perempuan itu, melainkan Ia memberikan kesempatan kedua kepada perempuan itu. Yesus yang tanpa dosa menampakkan diri sebagai orang yang penuh rahmat dan anugerah. Renungkan: Jangan sia-siakan jika Tuhan Yesus memberikan kesempatan kedua bagi kita. Segeralah bertobat. |
(0.10436437916667) | (Yoh 9:1) |
(sh: Yesus menjawab masalah penderitaan (Minggu, 20 Januari 2002)) Yesus menjawab masalah penderitaanYesus menjawab masalah penderitaan. Tuhan Yesus dan murid-murid melihat orang buta sejak lahirnya. Masyarakat melihat bahwa orang ini menjadi buta karena dosa (ayat 2-4). Masyarakat menganggap bahwa penderitaan adalah akibat dosa. Ini bisa benar. Namun, penderitaan dapat juga tidak ada hubungannya dengan dosa. Kedua hal ini merupakan ajaran Kitab Suci. Tuhan Yesus melihat penderitaan yang dialami oleh orang buta ini bukanlah disebabkan oleh dosa. Tuhan Yesus melihat rencana yang lebih besar. Penderitaan orang buta sejak lahir akan menjadi sarana untuk menyatakan pekerjaan Allah (ayat 3). Maka, Yesus meludah ke tanah, dan adukan tanah bercampur ludah disapukan pada mata orang buta (ayat 6). Lalu Tuhan Yesus memerintahkan orang buta ini pergi ke kolam Siloam untuk membersihkannya (ayat 7). Jelas bukan air kolam Siloam yang mencelikkan mata orang buta ini, melainkan perkataan Tuhan Yesus. Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Ketika matanya dicelikkan, orang buta ini segera pulang ke rumahnya (ayat 7). Kelihatannya ia lupa mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yesus yang telah menyembuhkannya. Mungkin ia terlalu takjub melihat bentuk orang, matahari, rumah, dsb. yang belum pernah dilihatnya. Ketika tiba di rumahnya, tetangga-tetangganya bukannya memberinya suatu pesta ucapan syukur, malah meragukannya (ayat 8-9). Bahkan mereka membawanya ke hadapan para pemimpin agama karena peristiwa celik matanya terjadi pada hari Sabat (ayat 13,14). Renungkan: Yesus menghentikan rantai masalah penderitaan dengan memasukkannya ke dalam konteks rencana Allah yang agung. Namun, mengalami pekerjaan Allah tidak secara otomatis membawa orang kepada iman dalam Yesus. Tetapi, iman kepada Yesus akan membawa orang untuk mengalami pekerjaan Allah. |
(0.10436437916667) | (Yoh 12:1) |
(sh: Persiapan menjelang ajal (Minggu, 26 Februari 2006)) Persiapan menjelang ajalJudul: Persiapan menjelang ajal Mungkin kita pernah menerima firasat buruk atau melihat perilaku janggal dari orang terdekat kita yang akan meninggal. Biasanya hal ini kita kenang kembali setelah orang terdekat kita itu meninggal dunia. Tidak jarang muncul perasaan menyesal belum bisa menyenangkan hati orang terdekat kita itu sebelum ia meninggal. Tuhan Yesus sengaja mendatangi Betania, kota tempat tinggal Lazarus, yang menerima mukjizat-Nya (lih. ps. 11). Ia datang untuk mengikuti perjamuan makan yang diadakan oleh keluarga Lazaraus (Yoh. 12:1). Jamuan makan itu menegangkan sebab Yesus dan Lazarus hadir (ayat 2). Pada saat itu, Dialah sosok yang paling kontroversial dan menyedot perhatian orang banyak (ayat 9). Dia dimusuhi oleh imam-imam kepala yang merupakan salah satu kelompok penting pemimpin agama Yahudi. Mereka ingin mencari-cari kesalahan Yesus yang dapat membawa-Nya pada hukuman. Mereka bahkan berencana membunuh Lazarus karena ia adalah bukti kuasa Yesus atas kematian (ayat 10-11). Di tengah suasana itu, Maria, saudara Lazarus, muncul dan menuangkan minyak narwastu (ayat 3). Perbuatan Maria ini langsung menimbulkan komentar Yudas Iskariot. Catatan penulis kitab Yohanes pada ayat 6, tentang korupsi yang Yudas lakukan seolah-olah ingin memberikan keterangan jawaban Yesus pada ayat 7-8. Padahal bukan itu maksud Yesus ketika Ia mengatakan: "Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu." Tak seorang pun yang mengerti makna perkataan Yesus itu bahwa Dia sedang membicarakan kematian-Nya sendiri. Yesus menangkap makna di balik tindakan Maria itu sebagai persiapan-Nya menghadapi kematian-Nya di kayu salib (ayat 3,7). Bagi kebanyakan orang, kematian sangat menakutkan. Namun, bagi orang percaya, kematian berarti rest in peace, waktu istirahat yang panjang dalam damai Kristus. Renungkan: Setiap kita akan mati. Yang penting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri menghadapi kematian. |
(0.10436437916667) | (Yoh 12:44) |
(sh: Firman Tuhan yang menghakimi manusia (Minggu, 10 Maret 2002)) Firman Tuhan yang menghakimi manusiaFirman Tuhan yang menghakimi manusia. Sabda Yesus yang sangat tajam disampaikan pada penampilan terakhir-Nya di muka umum. Mulai pasal 13, Ia hanya bertemu dan berbicara eksklusif dengan para murid-Nya. Seluruh ucapan terakhir-Nya ini bukan lagi undangan agar percaya, tetapi peringatan akan penghukuman Ilahi bagi mereka yang menolak Dia. Dalam bagian ini, Yesus menelanjangi dua kelompok orang tidak beriman. Pertama, mereka yang mendengar sabda-Nya, namun tidak menaatinya (ayat 47). Contohnya adalah kelompok yang mengizinkan dorongan untuk beriman dikalahkan oleh dorongan untuk diterima manusia (ayat 42-43). Kedua, mereka yang terus-menerus menolak Yesus dan ajaran-Nya (ayat 48). Mereka akan dihakimi oleh firman Yesus sendiri di akhir zaman. Janji dan firman yang sama yang mengandung hidup adalah juga peringatan dan hakim bagi mereka yang tidak hidup di dalam-Nya. Ucapan ini sebenarnya bukan saja peringatan keras, tetapi juga menegaskan wibawa Ilahi dan kuasa kekal firman yang Yesus ucapkan. Dengan kata lain, kini penegasan akan ke-Allah-an Yesus dinyatakan di dalam peringatan tentang hukuman ini. Di akhir zaman kelak setiap mulut akan mengaku, setiap lutut akan bertelut bahwa Yesus sungguh Tuhan (Flp. 2:10), entah pengakuan itu lahir dari kesukaan iman atau karena ketakutan orang tanpa iman. Peringatan ini bukan saja berlaku bagi orang-orang bukan Kristen. Wajib kita memeriksa diri apakah kita sudah sungguh hidup sepenuhnya dalam ketaatan pada firman-Nya. Renungkan: Kesatuan Kristus dengan Allah membuat-Nya memiliki hak dan wibawa mengucapkan firman yang menuntut pengambilan sikap yang jelas oleh para pendengar-Nya. Bacaan untuk Minggu Sengsara 5 Lagu: Kidung Jemaat 362 PA 1 Perikop ini adalah kelanjutan dari peristiwa yang menggemparkan saat Yesus masuk kota Yerusalem. Di antara orang-orang yang akan ke Yerusalem untuk beribadah terdapat orang-orang Yunani. Mereka adalah orang-orang non-Yahudi yang sudah memeluk agama Yahudi, percaya kepada Yahweh, Allah yang hidup, dan menaati hukum Taurat. Mereka telah meninggalkan kepercayaannya yang lama, tidak lagi menyembah berhala nenek moyang mereka. Kelompok orang seperti ini dapat ditemui di PB: Kornelius perwira tentara Romawi, yang takut akan Allah (Kis. 10-11) dan Lidia penjual kain ungu yang bertemu rasul Paulus di Filipi (Kis. 16:14). Kelompok orang Yunani ini ingin sekali bertemu dengan Yesus. Mereka tidak berani langsung bertatap muka dengan-Nya. Tetapi, mereka minta pertolongan Filipus karena Filipus adalah nama Yunani. Ternyata harapan mereka tidak salah. Filipus meresponi dan menyampaikan maksud baik itu kepada Andreas. Mereka berdua lalu datang kepada Yesus. Pertanyaan-pertanyaan pengarah: Siapakah orang-orang Yunani yang ingin bertemu dengan Yesus? Mengapa mereka tidak langsung bertemu dengan Yesus, tetapi harus melalui perantara, yaitu Filipus? Mengapa mereka memilih Filipus untuk menjadi penyambung lidah mereka (ayat 21)? Bagaimana sikap Yesus terhadap permohonan orang Yunani yang disampaikan oleh Filipus dan Andreas (ayat 23-24)? Apa maksud Yesus dengan ucapan-Nya tentang sebiji gandum yang jatuh ke tanah, mati, dan berbuah banyak (ayat 24)? Apa hubungan ucapan itu dengan keberhasilan dan perluasan misi-Nya? Dengan syarat menjadi murid-Nya? Dengan memperhatikan peristiwa-peristiwa sebelum ini, mengapa orang banyak tetap tidak paham dan tidak mengakui Yesus? Mengapa Yesus tidak memenuhi keinginan mereka agar Dia bicara lebih jelas? Pelajaran apa yang kita lihat di sini tentang prinsip pertumbuhan rohani? Tentang prinsip menghadapi penyoalan orang terhadap Injil? Kemuliaan macam apakah yang Yesus terima? Jelaskan konsep kemuliaan dari ucapan Yesus dalam bagian ini! Apa dampak memiliki konsep seperti itu ke dalam hidup kita? |
(0.10436437916667) | (Yoh 14:15) |
(sh: Janganlah gelisah hatimu (Minggu, 17 Maret 2002)) Janganlah gelisah hatimuJanganlah gelisah hatimu. Semua pokok yang muncul pada pasal ini masih menjadi bagian dari jawaban dan penghiburan atas permasalahan: apa yang akan terjadi kepada para murid ketika Yesus meninggalkan mereka. Penghiburan itu adalah hadirnya Roh Kudus, Roh kebenaran (ayat 17) dan Penghibur (ayat 26) yang tinggal di dalam para pengikut Yesus selamanya. Ia disebut sebagai Penolong yang lain (ayat 16) yang sederajat dengan Yesus, dan meneruskan pekerjaan Yesus. Ia mengajarkan segala sesuatu dan mengingatkan apa yang telah diajarkan Yesus kepada kita (ayat 26). Secara tidak langsung, ini berarti bahwa Roh Kuduslah yang memampukan para pengikut Yesus untuk menaati perintah-Nya, yaitu memelihara dan melakukan segala firman dan perintah-Nya. Roh Kudus bukan saja memberikan damai sejahtera dalam hidup orang beriman dan memampukan para pengikut Yesus untuk hidup dalam hubungan kekal dengan Yesus, tetapi juga menolong orang percaya yang hidup di dalam Yesus, dalam ketaatan dan kasih, hidup juga di dalam Bapa (ayat 23). Ketaatan dalam kasih ini akan menjadi tanda yang pasti yang membedakan orang yang sungguh beriman pada Yesus dengan yang tidak. Di sini kita melihat adanya hubungan tak terpisahkan antara iman, kasih, ketaatan, pertolongan Roh, kehadiran Yesus dan Bapa, dan pengenalan akan Allah. Semuanya terjalin indah, yang satu menjadi syarat bagi yang lain. Itu berarti pengenalan akan Allah bukanlah sebatas tahu ajaran isi iman Kristen. Pengenalan akan Allah harus seperti pengenalan Yesus terhadap Bapa-Nya yang mengalirkan sungai damai sejahtera. Renungkan: Kajilah bagaimana pengenalan akan Tuhan, ketaatan, damai sejahtera, kasih, iman, kehadiran Roh dalam kehidupan iman Anda! Bacaan untuk Minggu Sengsara 6 Lagu: Kidung Jemaat 410 PA 2 Yohanes 14:1-14 Yesus telah memulai pesan-pesan terakhir-Nya dengan menyatakan bahwa Dia akan segera pergi meninggalkan dunia ini (ayat 13:1,33). Kini Dia meneruskan ucapan-ucapan-Nya yang amat penting untuk mempersiapkan para murid berada dalam satu situasi baru, ketika Ia tidak lagi ada bersama-sama mereka. Para murid kelihatannya belum siap untuk mandiri. Lagi pula, sebenarnya mereka belum sungguh-sungguh mengerti siapa Yesus sebenarnya dan apa misi-Nya di dalam dunia. Bagian awal pasal 14 ini terus menunjukkan upaya Yesus yang begitu sabar membimbing para murid menuju pemahaman yang baru. Pertanyaan-pertanyaan pengarah: 1. Tiga perintah apa yang diberikan Yesus bagi para murid (ayat 1)? Mengapa perintah itu merupakan jawaban bagi kegelisahan para murid? Apa arti dan hubungan percaya kepada Allah dan kepada Yesus? 2. Mengapa Tuhan Yesus berbicara mengenai “rumah” dan “tempat tinggal” (ayat 2)? Apa maksud 2 kata itu dalam bagian ini? Apa hubungan fase-fase kehidupan Yesus dalam kematian, kebangkitan, kenaikan-Nya dengan Ia menyediakan tempat di surga bagi pengikut- Nya? 3. Mengapa Tuhan Yesus dapat berkata bahwa para murid mengetahui tempat yang dituju-Nya (ayat 4)? Apa yang dimaksud dengan “tahu” di sini? Apa hubungan antara “tahu” dan “percaya”? Apa jawaban Yesus kepada Tomas (ayat 6)? Bagaimana hubungan Yesus adalah kebenaran dan adalah hidup dengan Yesus adalah jalan menuju rumah kekal surgawi itu? 4. Mengapa Filipus meminta Yesus untuk menunjukkan Bapa kepada para murid (ayat 8)? Mengapa itu “cukup” untuk mereka? Bagaimana Yesus menyatakan Bapa? Pikirkan bagaimana hubungan antara a) hidup Yesus, b) ajaran atau firman Yesus, dan c) perbuatan ajaib Yesus dengan hal menyatakan Allah! Yang mana yang terpenting? Mengapa? 5. Frasa “Sesungguh-sungguhnya ...” dalam ayat 12 (harfiah: Amin, Amin) menyatakan keseriusan. Mengapa janji Yesus ini perlu penekanan sekuat itu? Apakah yang Yesus janjikan (ayat 12)? Mengapa pekerjaan besar terkait dengan permintaan yang dijawab (ayat 13-14)? 6. Bagaimana kebenaran firman Tuhan ini menolong Anda untuk mengenal Yesus dan menjalani kehidupan di dunia? |
(0.10436437916667) | (Yoh 17:20) |
(sh: Mereka yang akan percaya (Minggu, 24 Maret 2002)) Mereka yang akan percayaMereka yang akan percaya. Ketika Yesus mendoakan para murid-Nya, Ia menyatakan bahwa misi Bapa bagi-Nya akan dipercayakan-Nya kepada para murid-Nya (ayat 18). Sebagai akibat penerusan misi oleh para murid-Nya itu akan terbentuk Gereja Tuhan dari zaman ke zaman sampai sekarang ini. Dalam bagian ini, doa Yesus tertuju kepada para pengikut-Nya. Dengan demikian, isi doa syafaat Yesus ini mencakup seluruh rencana kekal Allah sampai terwujud dalam karya Yesus di sepanjang sejarah Gereja-Nya. Jadi, seluruh perjalanan misi dan kehidupan orang beriman diletakkan Yesus di dalam kerangka hubungan dan rencana kekal Bapa (rencana keselamatan), Putra (penggenapan rencana keselamatan), dan Roh Kudus (pengudusan Gereja). Ada dua hal penting dalam doa ini yang perlu kita perhatikan. Pertama, peluasan misi akan terjadi karena pewartaan Firman (ayat 20). Inilah prinsip misi dan pertumbuhan Gereja yang harus setia kita pegang. Misi akan berkembang dan Gereja hanya akan bertumbuh bila kita setia mewartakan kabar keselamatan dalam Kristus. Kedua, Yesus tidak saja menginginkan agar makin banyak orang diselamatkan karena percaya kepada-Nya. Ia juga menginginkan agar mereka menjadi satu (ayat 22). Kesatuan yang diinginkan-Nya dari Gereja-Nya bukan sekadar kesatuan yang lahiriah. Yang diinginkan- Nya adalah kesatuan mesra seperti yang terdapat di dalam hubungan Yesus dan Bapa. Kesatuan adalah kekuatan. Ke dalam, kesatuan merupakan kekuatan yang memelihara orang beriman dari ancaman dunia ini. Ke luar, kesatuan karena kasih adalah kekuatan yang membuat kesaksian Gereja meyakinkan dunia tentang kebenaran Injil. Renungkan: Kesaksian dan kasih kita tidak hanya menyukakan hati Allah, tetapi juga membuat dunia mengakui kebenaran Injil Kristus. Bacaan untuk Minggu Sengsara 7 Lagu: Kidung Jemaat 341 PA 3 Yohanes 16:4b-15 Perginya sosok yang mengasihi dan menjadi panutan bisa membuat orang yang dilindungi menjadi patah semangat. Pasal 13 s/d 17 merupakan pesan-pesan terakhir Yesus sebelum Ia disalib. Dalam catatan Yohanes, Yesus secara khusus menyiapkan para murid agar tidak saja mampu melalui saat-saat sulit ketika Yesus mati disalibkan, tetapi juga agar mereka dapat seterusnya menghayati semua arti kata-kata dan perbuatan Yesus serta kehadiran-Nya. Pesan-pesan ini juga bertujuan menyiapkan para murid untuk menjadi landasan bagi bertumbuhnya generasi murid berikutnya, yaitu gereja Tuhan. Bagian ini khususnya penting sebab Yesus memaparkan faktor X yang menentukan mengapa kepergian Yesus justru membuat para murid mampu bertahan dan bertumbuh. Pertanyaan-pertanyaan pengarah: Hal apa yang tidak dikatakan Yesus sejak semula (bdk. 1-4a)? Apa alasannya (dilihat dari sisi para murid dan dari sisi Yesus) hal tersebut tidak dikatakan Yesus kepada para murid sejak semula (bdk. 4b)? Sebelum ini beberapa kali para murid bertanya ke mana Yesus akan pergi (lih. 13:36, 14:5). Kini mereka tidak lagi menanyakan hal tersebut secara mendalam. Mengapa sampai sekarang pun orang sulit mengimani bahwa kematian Yesus penting bagi iman Kristen? Mengapa lebih berguna bagi para murid bahwa Dia pergi (ayat 7)? Mengapa kepergian Yesus (kematian dan kenaikan-Nya) menjadi sebab Roh Kudus dapat datang kepada para murid? Apa hubungan kedatangan Roh dengan kesiapan para murid untuk memahami ajaran dan karya Yesus? Apa yang akan dikerjakan Roh Kudus dalam hati para murid sehingga mereka mampu menerima dan memahami hal-hal yang terjadi dalam diri Yesus dan yang Yesus lakukan? Ada perbedaan karya Roh dalam hidup para murid (ayat 12-15) dari karya Roh terhadap dunia ini (ayat 8-11)? Apa saja karya Roh dalam diri para murid? Pikirkan kaitannya dengan tujuan kehadiran dan karya Yesus. Rinci dan pikirkan maksud konkret dari masing- masing dampak tersebut dalam kehidupan orang beriman! Rinci dan pikirkan maksud konkret dari dampak Roh terhadap dunia! Bagaimana kaitan hal tersebut dengan kehadiran Roh dalam diri orang beriman? |
(0.10436437916667) | (Yoh 18:1) |
(sh: Reaksi Yesus ketika ditangkap (Senin, 25 Maret 2002)) Reaksi Yesus ketika ditangkapReaksi Yesus ketika ditangkap. Yohanes membuat lukisan yang berbeda dari catatan Injil sinoptis tentang penangkapan Yesus. Ia tidak mencatat tentang pergumulan doa Yesus di Getsemani, tetapi menyoroti hal lain dari peristiwa penangkapan tersebut. Yohanes melukiskan bagaimana reaksi Yesus menghadapi kedatangan Yudas si pengkhianat dengan rombongan serdadu yang ingin menangkapnya, dan menghadapi kemarahan Petrus yang ingin membela-Nya. Tempat penangkapan tersebut adalah tempat yang sering Yesus kunjungi untuk memelihara persekutuan-Nya dengan Bapa dan dengan para murid-Nya. Itulah sebabnya, Yudas si pengkhianat mengetahui tempat untuk menangkap Yesus (ayat 2). Yudas tentu sering juga berada di taman itu bersama para murid Yesus lainnya. Tetapi, keberadaannya kini adalah untuk mengkhianati Yesus. Ia telah menempatkan dirinya dalam status yang lain, bukan lagi murid, tetapi sebagai pemandu para musuh Yesus untuk menangkap dan membunuh-Nya. Yesus sama sekali tidak menunjukkan keinginan menyelamatkan diri apalagi ketakutan. Sebaliknya, wibawa Ilahi- Nya tampak jelas. Ketika Ia menjawab “Akulah Dia” atas pertanyaan para prajurit, segera saat itu semua pihak musuh menyadari kewibawaan kudus dalam diri Yesus (ayat 4-6). Hampir bersamaan dengan itu, kasih Yesus kepada para murid-Nya dinyatakannya dengan meminta agar mereka diizinkan pergi oleh para serdadu tersebut (ayat 8). Petrus rupanya telah menyiapkan pedang dan menyerang seorang hamba imam. “Sarungkan pedangmu,” kata Yesus kepada Petrus. Pengkhianatan dan permusuhan tidak boleh dilawan dengan permusuhan. Kekerasan jangan dibalas dengan kekerasan. Pedang tidak dapat menyelesaikan masalah. Kekerasan tidak dapat menyelamatkan. Hanya kasih yang mampu menutup permusuhan dan mengganti angkara murka dengan penyelamatan. Kasih Allah yang ingin menyelamatkan orang-orang pilihan-Nya itu hanya dapat digenapi dengan jalan kematian Yesus. Seluruh permasalahan dosa harus diselesaikan dari akarnya, dan hanya dengan menyerahkan diri taat kepada Allahlah semua pemberontakan manusia dapat dihancurkan kuasanya. Renungkan: Jalan salib Yesus bukanlah jalan pembelaan diri, namun penaklukan diri penuh pada kehendak Allah, apa pun risikonya. |
(0.10436437916667) | (Yoh 21:20) |
(sh: Ikutlah Aku! (Minggu, 7 April 2002)) Ikutlah Aku!Ikutlah Aku! Kalau sebelumnya Tuhan menubuatkan penyangkalan dan pemulihan Petrus (ayat 13:37-38), kini Tuhan menubuatkan bahwa Petrus akan menggenapi ucapan untuk sedia mati bagi Tuhan, tetapi dalam rencana dan anugerah Allah. Kini saatnya Petrus belajar taat dan mengasihi Tuhan secara penuh bahkan dengan risiko mati sekali pun. Tak seorang pun manusia mudah menerima kematian begitu saja. Petrus pun perlu anugerah dan waktu untuk dapat menerima hal tersebut. Gembalanya yang baik telah digiring ke pembantaian untuknya. Petrus pun mendapat kehormatan untuk mati karena Tuhannya. Dalam tradisi Gereja, dituturkan bahwa Petrus mati disalibkan dalam posisi terbalik, kepala di bawah kaki di atas karena merasa tidak layak disalib dalam posisi sama seperti Tuhannya. Murid yang dikasihi Yesus tidak lain adalah Yohanes sendiri. Bila ditilik dari sejarah, maka Yohanes telah mencapai usia lanjut pada waktu itu dan mati lama kemudian sesudah uzur. Agaknya Petrus ingin tahu apa yang akan dialami oleh Yohanes di masa yang akan datang (ayat 21). Tetapi, jawaban untuk Petrus jelas, “tetapi engkau ikutlah Aku” (ayat 22). Yesus ingin mengingatkan Petrus sesudah ia dipulihkan, bahwa untuk mengikut Yesus orang tak boleh terpengaruh kondisi atau keadaan orang lain. Mungkin ada yang mengalami kehidupan mudah, sementara yang lain harus menderita. Mengikut Yesus haruslah dengan sebulat hati, apa pun risikonya. Orang juga harus setia pada tugas apa pun yang Tuhan percayakan. Petrus dipercaya sebagai ‘gembala domba’ sementara Yohanes menjadi saksi akan karya Yesus. Renungkan: Kemuliaan kita bukan terletak pada kemudahan dalam ukuran manusia. Entah menderita sampai mati atau hidup sambil ambil bagian dalam derita, kita dipanggil untuk menjalaninya dengan suka dan setia. Bacaan untuk Minggu Paskah 2 Lagu: Kidung Jemaat 408 PA 5 Yohanes 21:15-25 Tugas terberat yang harus dijalani seorang pemimpin ialah memastikan bahwa estafet kepemimpinan untuk menggenapi misi dan menjalankan tugas-tugas terkait berjalan baik. Kesulitan bisa disebabkan beberapa faktor. Faktor beratnya tugas bisa merupakan sebab pertama. Faktor kekurangmampuan orang adalah sebab lainnya. Faktor kelebihan pemimpin dalam kemampuan dan integritas dirinya pun bisa menjadi sebab sulitnya pengalihtugasan terjadi dengan baik karena kesenjangan dengan kader yang disiapkan terlalu lebar. Ketika Tuhan Yesus memandatkan penyebaran Injil keselamatan kepada para murid-Nya, ketiga faktor tersebut hadir dan dapat menyulitkan kelangsungan misi Yesus di dunia. Namun demikian, di bagian akhir catatan Yohanes, kita menyaksikan bagaimana Tuhan bertindak menyingkirkan semua masalah tadi. Pertanyaan-pertanyaan pengarah: Kesenjangan apa saja yang ada antara Yesus dan kondisi para murid? Hal-hal apa dalam diri Yesus yang bisa membuat para murid-Nya sulit untuk meneruskan pola pelayanan-Nya? Hal-hal apa dalam diri para murid yang masih bisa merintangi mereka menerima misi dari Tuhan? Bagaimana kondisi para murid waktu itu (ps. 20-21)? Pikirkan juga kondisi masing-masing murid seperti Tomas, Petrus, dan Yohanes. Hal apa yang kita pelajari tentang sifat dan cara Yesus meyakinkan mereka tentang Yesus sebagai sumber tak terbatas baik bagi kekurangan mereka maupun dalam tugas mereka kelak? Begitukah juga kita menempatkan Yesus dalam pelayanan kita? Apa problem Petrus dan apa tugas yang Tuhan ingin percayakan kepadanya? Bagaimana isi dan cara bertanya Tuhan membimbing Petrus menuju pertobatan dan pemulihan sejati? Mengapa Yesus bertanya sampai tiga kali? Apa maksud Yesus mengubah dari kasih Ilahi dalam dua yang pertama ke kasih kodrati dalam yang terakhir? Apa yang Petrus sadari sampai ia menangis? Bagaimana urutan prioritas yang harus Petrus jalani: mati bagi Tuhan, mengasihi Tuhan, setia mengikut Tuhan, dan menggembalakan menjalani misi dari Tuhan? Bagaimana Anda melihat para pelayan Tuhan kini melihat hal tersebut? Pengantar Mazmur 93-111 Menurut tradisi orang Yahudi dalam Midrash Tehillim, “Seperti Musa memberi lima kitab taurat untuk Israel, demikian pun Daud memberi lima kitab mazmur untuk Israel.” Kelima bagian tersebut adalah pasal 1-41, 42-72, 73-89, 90-106, dan 107-150. Dengan demikian, bacaan kita kali ini terambil dari bagian akhir kitab IV dan permulaan kitab V. Bila struktur isi kitab I-III menegaskan kegagalan perjanjian dengan garis kerajaan Daud yang berakhir dalam pembuangan, kitab IV-V adalah respons terhadap kegagalan teresebut. Jadi, kitab IV dan V menekankan pemerintahan Allah. Di dalam tema utama inilah kita jumpai mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja dalam pasal 93-99, sedangkan pasal 100-111 terdiri dari berbagai mazmur yang juga menekankan berbagai aspek sifat dan tindakan Allah terhadap umat-Nya atau yang menyerukan berbagai respons setimpal umat terhadap sifat-sifat Allah. Mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja menegaskan bahwa yang sesungguhnya Raja adalah Allah. Pasal 94 yang tidak secara eksplisit menyebut Allah sebagai Raja, menekankan sisi Allah sebagai Hakim dan berfungsi mengikat mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja dengan Mazmur 90-92. Hal ini penting sebab salah satu tekanan dari ke-Raja-an Allah adalah penegakan keadilan dan kebenaran. Tujuan kitab IV adalah menjawab krisis yang dialami Israel di pembuangan dan mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja menjadi pola konsep bagi pembangunan kembali umat yang pulang dari pembuangan. Allah sang Raja sejati itu memerintah kekal, adil, benar, menaklukkan dan menghukum kejahatan, memerintah bukan saja Israel, tetapi seluruh kosmos dengan serasi. Saat Anda merenungkan mazmur-mazmur tersebut, Anda akan menemukan tema-tema tertentu yang diulang tentang sifat Allah dan sifat pemerintahan-Nya, dengan masing- masing pasal menekankan hal tertentu tentang ke-Raja-an Allah. Dengan Allah sebagai Raja, tidak saja ada harapan bagi dunia ini, tetapi juga ada kehidupan umat yang penuh pujian dan pengabdian. Kita segera sadar bahwa mazmur-mazmur ini menghidupkan pengharapan pada penggenapan eskatologis Kerajaan Allah ketika Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya kelak. Mazmur-mazmur berikutnya adalah respons terhadap pengakuan bahwa Allah adalah Raja. Karena tema Allah sebagai Raja merupakan poros teologis seluruh mazmur, maka tema tersebut dan respons terhadapnya kita jumpai pula dalam pasal 100-111. Mazmur 100 menggemakan pasal 2, dan mewakili seluruh mazmur berikutnya yang menyerukan penyembahan sepenuh hati kepada Allah saja. Mazmur 101-102 adalah ratapan agar ketaatan kepada Allah menjadi semangat utama para pemimpin umat. Mazmur 103-106 merefleksi balik pada model kepemimpinan Allah dalam zaman Musa. Mazmur pembuka kitab V, yaitu pasal 107, memaparkan kepada umat tentang kasih setia Allah yang kekal, sebagai tema yang juga bergema dalam sisi lainnya di pasal 108 dan 109. Pemerintahan Allah itu beroleh wujud di dalam raja mesianis di pasal 110 dan yang diresponi dalam ucapan syukur dalam pasal 111. Respons kepada Allah itu tidak saja menekankan kelayakan Allah dalam kemuliaan dan kebaikan-Nya untuk menerima penyembahan dan pengabdian umat, tetapi sekaligus juga memberi kerangka bagi umat untuk beroleh jati diri yang benar untuk hidup tepat dalam dunia ini (bdk. pasal 103). Respons tersebut bahkan mencerminkan keteraturan dunia yang diatur Allah seperti yang secara puitis diungkapkan dalam bentuk akrostik yang sangat indah dalam pasal 111 dan 112 (baris-baris puisi dalam kedua mazmur ini dimulai dengan abjad-abjad Ibrani dalam urutannya). Ketika Anda mendalami makna mazmur-mazmur ini, ingatlah untuk selalu mengaitkan perspektif Allah Israel dengan Allah di dalam Yesus Kristus dan kita sebagai Gereja. Ingatlah juga untuk menempatkan mazmur-mazmur ini dalam rentang waktu konteks zaman itu sambil mengikutsertakan kondisi kita kini dan pengharapan akan kedatangan Kerajaan Allah kelak. Di dalam Kristus yang telah mati, bangkit, memerintah di surga, dan kelak akan datang kembali untuk mewujudkan pemerintahan total dan kekal Allah atas segala sesuatu, kita belajar meresponi kenyataan dunia sehari-hari kini dengan takut akan dan kasih kepada Allah, syukur dan percaya kepada-Nya, memiliki pengharapan yang hidup akan kemenangan-Nya yang mengalahkan mutlak semua anasir kejahatan. Dengan demikian, dalam perspektif tema mazmur-mazmur ini, kita sudah mulai menghayati hidup sebagai ibadah yang hidup bagi Sang Raja dalam suasana surgawi. |
(0.10436437916667) | (Kis 1:1) |
(sh: Wawasan baru kemuridan (Jumat, 6 Juni 2003)) Wawasan baru kemuridanWawasan baru kemuridan. Zaman kita kini adalah zaman yang ironis. Berbagai informasi tentang dan dari belahan dunia lain yang jauh dapat dengan mudah diterima, didengar, dibaca, atau ditonton. Namun pada saat yang sama orang-orang yang berpikir sempit kedaerahan dan sektarian justru tidak berkurang dan malah makin radikal, termasuk bahkan beberapa saudara yang seiman. Wawasan misioner justru mengajak murid untuk tidak berpikir picik, dan mulai berpikir secara luas; sang murid akan menerima kuasa dari Roh Kudus, dan menjadi saksi bagi Kristus sampai ke ujung bumi (ayat 8). Wawasan misioner yang berdasarkan kuasa Roh Kudus itu mengajak mereka meninggalkan wawasan kedaerahan yang sempit. Pertanyaan mereka di ayat 6 mencerminkan keprihatinan kedaerahan khas orang Yahudi, yang menantikan kedatangan zaman baru mesianis ketika mereka akan ditinggikan di atas bangsa-bangsa kafir lainnya. Kini pusat perhatian mereka bukan lagi aspirasi sempit bagi golongan sendiri, tetapi pemberitaan Kerajaan Allah ke seluruh penjuru dunia. Kata Yunani martureo ("bersaksi") dalam ay. 8 merupakan akar kata dari kata 'martir'. Bersaksi berarti siap juga berkorban, bahkan mati demi apa yang dipercayai. Kalimat yang hampir usang "berpikirlah secara global, bertindaklah secara lokal" mengandung kebenaran yang harus kita camkan sebagai murid-murid Kristus. Agenda terpenting perjuangan Kristen tidak boleh egoistis: berjuang demi "agama", etnis/suku yang kebetulan "seiman", klan/keluarga, pribadi dst. Perjuangan Kristen adalah perjuangan yang mengorbankan diri dan bukan demi keuntungan diri/golongan sendiri. Renungkan: Kesaksian selalu membawa kemungkinan pengorbanan diri dari pihak yang bersaksi. "Kesaksian" yang mementingkan diri/golongan bukanlah kesaksian sejati yang menaati tuntunan Roh Kudus. |
(0.10436437916667) | (Kis 1:12) |
(sh: Dua belas (Sabtu, 7 Juni 2003)) Dua belasDua belas. Sebagian orang menganggap bahwa Alkitab menarik karena penuh dengan angka-angka. Bagi mereka angka-angka tersebut dapat diolah sehingga menghasilkan angka baru, misalnya tanggal kedatangan Yesus dll. Padahal, angka-angka Alkitab, selain memberikan informasi jumlah, sering bersifat simbolis, bukan untuk diutak-atik seenaknya. Mengapa para rasul merasa perlu menambahkan satu orang untuk menggantikan Yudas? Apa lagi mengingat bahwa tidak ada penggantian rasuli ketika Yakobus anak Zebedeus dibunuh dua belas pasal kemudian (Kis. 12:1). Nas ini menyediakan jawaban yang patut digali. Pertama, bilangan kedua belas murid bukanlah penanda status, seakan- akan merekalah petinggi yang tertinggi dari gereja mula-mula setelah Yesus sendiri. Yesus memanggil mereka untuk menjadi saksi, dan bilangan kedua belas murid punya hubungan erat dengan pemahaman kedua belas suku Israel sebagai bagian dari Kerajaan Allah (bdk. janji Yesus dalam Luk. 22:30). Kedua, pemilihan pengganti Yudas mereka lakukan dalam ketaatan dan penantian. Bukan karena alasan "tidak enak rasanya kalau hanya sebelas." Matias dipilih karena kehendak Allah. Tidak ada ketergesaan dari para rasul untuk memilih pengganti Yudas, malah selama penantian Pentakosta mereka bertekun dalam doa (ayat 14). Para calon hanya mereka yang benar-benar menjadi saksi langsung pelayanan Tuhan Yesus, dari baptisan hingga kebangkitan-Nya (ayat 21-22). Proses pemilihannya pun dimulai dengan doa penyerahan kepada Allah dan melalui undi ala urim dan tumim (ayat 24-26). Karena itu, angka dua belas di dalam nas ini bukanlah angka keramat. Angka dua belas dalam nas ini adalah angka dari teladan ketaatan dan penyerahan rasuli kepada kehendak Allah. Renungkan: Bahkan dalam hal yang kelihatannya logis dan jelas diperlukan, penting bagi kita untuk lebih dahulu mencari kehendak Allah. |
(0.10436437916667) | (Kis 5:1) |
(sh: Hormati Tuhan (Rabu, 18 Juni 2003)) Hormati TuhanHormati Tuhan. Kisah Ananias dan Safira merupakan salah satu kisah paling tragis yang dicatat di Alkitab. Tragis karena beberapa penyebab. Pertama, kita menyaksikan amarah dan hukuman Tuhan yang langsung dan seketika dijatuhkan kepada orang berdosa. Tidak kepalang tanggung, Tuhan menetapkan hukuman mati kepada suami-istri ini. Kedua, tragis karena dosa mereka "nampaknya" relatif "kecil" dibanding dengan dosa yang diperbuat oleh anak Tuhan lainnya seperti Daud yang berzinah dan membunuh Uria atau Petrus yang menyangkal Tuhan. Ananias dan Safira "hanya" berbohong. Reaksi sepintas kita adalah hukuman yang diterima Ananias dan Safira tidaklah sebanding dengan dosa mereka. Ketiga, peristiwa ini tragis karena terjadi di tengah-tengah gemuruh hidup berkemenangan yang sedang melanda umat Kristen mula-mula. Secara kronologis, kisah ini didahului oleh turunnya Roh Kudus, kemudian khotbah Petrus yang diikuti oleh pertobatan 3000 orang (ps. 2); Petrus dan Yohanes menyembuhkan orang lumpuh dan keberanian mereka berbicara di hadapan Mahkamah Agama (ps. 3 dan 4); serta gambaran tentang kehidupan orang Kristen mula-mula yang membagi harta kepunyaannya dengan sesama (ps. 4). Tiba- tiba, di tengah semua luapan karya Tuhan yang menakjubkan itu, kita menyaksikan luapan kemarahan Tuhan yang mematikan. Sungguh mencengangkan dan menakutkan! Kisah Ananias dan Safira memperlihatkan keseriusan Allah dengan dosa. Tuhan menghendaki agar kita pun bersikap serius -- tidak main-main -- dengan dosa. Jika Ia tampak lunak pada kasus pelanggaran yang lain, itu dikarenakan kasih karunia-Nya yang besar. Seharusnya kita semua mengalami nasib yang sama seperti Ananias dan Safira, sebab "upah dosa ialah maut" (Rm. 6:23). Renungkan: Jangan mempermainkan Tuhan, kelunakan-Nya bukanlah pertanda kelemahan-Nya. |
(0.10436437916667) | (Kis 7:30) |
(sh: Melepaskan takhta (Rabu, 25 Juni 2003)) Melepaskan takhtaMelepaskan takhta. Jika berbicara soal utang, mungkin bangsa Israel berutang paling besar kepada Musa. Tidak ada seorang nabi pun yang pernah mendampingi dan memimpin Israel di padang gurun selama 40 tahun. Bukan waktu yang singkat dan bukan tugas yang mudah. Namun, pada masa hidupnya, Musa tidak menerima penghargaan atas jerih payahnya, ia malah sering menerima ancaman dan celaan dari umatnya. Bukannya kepatuhan, melainkan penolakan yang acapkali diterimanya. Bangsa Israel tidak merasa berutang, baik kepada Musa maupun kepada Tuhan yang telah membebaskan mereka dari penindasan Mesir. Dari mulut Musalah keluar nubuat tentang kedatangan Mesias, "Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh Tuhan Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan" (Ul. 18:15). Namun, perkataan nabi Tuhan ini seperti angin lalu di telinga orang Israel. Alih-alih mendengarkan nubuat Musa untuk masa yang akan datang, mendengarkan perkataan Musa untuk masa itu saja sudah sulit. Kecenderungan mereka adalah menolak Allah dan kesenangan mereka ialah menyembah dewa-dewa lain. Mengapakah sukar bagi mereka, mungkin juga bagi kita untuk mematuhi Allah? Kuncinya terletak pada kata "menyembah" yang berarti menundukkan diri di bawah kuasa dan kehendak obyek yang kita sembah. Menyembah mengandung makna mengosongkan diri dan menyerahkan hak atas diri kepada obyek yang kita sembah sehingga pada akhirnya kita berubah menjadi obyek dan Ia menjadi subyek. Kita sering tergoda untuk lebih percaya pada pertimbangan sendiri. Tuhan meminta kita untuk mempercayai-Nya dan menyerahkan takhta hidup kita kembali kepada-Nya. Di sinilah penyembahan menemukan makna sejatinya. Renungkan: Percaya dan patuh tetap merupakan resep yang tidak pernah usang untuk hidup bahagia dalam Kristus. |