Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 4361 - 4380 dari 4734 ayat untuk (49-16) Tetapi (0.005 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.084680486486486) (Mat 14:1) (sh: Dihantui rasa bersalah (Sabtu, 5 Februari 2005))
Dihantui rasa bersalah

Dihantui rasa bersalah. Yesus semakin terkenal, pelayanan-Nya semakin meluas. Berita tentang Yesus sampai ke telinga Herodes Antipas, raja wilayah propinsi Galilea dan Perea. Mendengar laporan tentang Yesus, Herodes segera teringat perbuatan jahatnya yang sudah lampau.

Berita tersebut menimbulkan perasaan dan reaksi aneh dalam diri Herodes. Yesus dianggapnya Yohanes pembaptis yang bangkit kembali (ayat 2). Perbuatan-perbuatan dosanya menceraikan istrinya, menikahi ipar sendiri (ayat 3), sampai mem-bunuh Yohanes pembaptis yang menegur dosa-dosanya tersebut, satu per satu bermunculan kembali. Pada awalnya Herodes seolah memiliki hati nurani yang masih bekerja baik. Buktinya ia tidak langsung melenyapkan Yohanes pembaptis ketika dosanya ditegur, yang dilakukannya hanya memenjarakan dia. Akan tetapi, hati nurani yang baik itu tidak sungguh didengarnya. Malah karena plot Herodias melalui Salome, Herodes terpojok di hadapan para bangsawan untuk akhirnya memerintahkan pemenggalan kepala Yohanes pembaptis (ayat 9-10). Kini berita tentang Yesus membuat kesalahan itu terhakimi kembali dalam hati Herodes.

Dosa tidak selesai begitu saja dengan berlalunya waktu. Cepat atau lambat kehadiran Yesus akan membongkar dan menghakimi semua dosa tanpa pengecualian. Termasuk semua dosa yang disembunyikan dan dilupakan. Peristiwa ini sekaligus menunjuk kepada fungsi Yesus kelak sebagai Hakim, juga menunjuk kepada fungsi Yesus sebagai Gembala bagi para murid Yohanes yang hidup melayani kebenaran. Selama orang belum mengakui dosa-dosanya di hadapan Yesus dan menerima pembaruan hidup dari-Nya, orang akan tetap hidup dalam bayang-bayang hukuman Allah. Hati nurani yang belum mengalami pengudusan akan terus berfungsi sebagai alat penghakiman Allah yang menunjuk kepada Hari penghakiman akhir kelak.

Kulakukan: Akui dosa kepada Yesus. Ia akan menghapuskan kesalahan Anda dan rasa bersalah yang masih menghantui.

(0.084680486486486) (Mat 15:1) (sh: Penafsiran yang salah (Minggu, 11 Februari 2001))
Penafsiran yang salah

Penafsiran yang salah. Penafsiran yang salah membawa pengaruh besar bahkan cenderung sangat berbahaya. Seorang yang menafsirkan bahwa Alkitab adalah benda keramat, akan lebih menghargai Alkitab sebagai benda dan bukan firman-Nya yang berkuasa. Demikianlah yang terjadi pada orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang salah menafsirkan makna dan peran perintah Allah dan tradisi.

Mereka sengaja mengkhususkan waktu dan tujuan untuk datang dari Yerusalem menjumpai Yesus. Mereka mempermasalahkan tentang murid-murid-Nya yang tidak membasuh tangan sebelum makan. Mereka yakin bahwa Yesus menjunjung tradisi ini, bukan untuk kepentingan kesehatan tetapi makna upacara pembasuhan yang biasa dilakukan para imam sebelum melayani. Mereka menafsirkan bahwa bila tangan untuk makan sudah bersih maka makanan yang masuk pun bersih, demikian pula seorang imam yang akan melayani harus mencuci tangannya (dan kaki) supaya bersih. Apakah ini makna sesungguhnya dari upacara pembasuhan?! Yesus memperingatkan mereka dengan keras karena salah menafsirkan tradisi dan hukum Allah. Mereka lebih mementingkan hal-hal yang tampak di luar dan mengabaikan kemurnian hati dalam melakukannya. Mereka tampak rajin beribadah dan lebih meninggikan ketaatan kepada Allah daripada kepada manusia (ayat 5-6), namun sesungguhnya hati mereka tidak pernah menyembah Allah, betapa munafiknya mereka.

Seringkali Kristen salah menafsirkan firman-Nya dan mementingkan hal-hal lahiriah: rajin beribadah, memberikan persepuluhan, berdiakonia, dan penginjilan; padahal ketika kita melakukannya hati kita tidak tertuju kepada Allah.

Renungkan: penafsiran yang salah seperti orang Farisi dan ahli Taurat membuat kita lelah memikul beban kemunafikan.

Bacaan untuk Minggu Epifania 6

Imamat 13:1-2, 44-46

I Korintus 10:31-11:1

Markus 1:40-45

Mazmur 32

Lagu: Kidung Jemaat 370

PA 6 Matius 15:1-20

Dapatkah kita bayangkan bagaimana orang Farisi sebagai pemuka agama yang buta kebenaran, kemudian menuntun kaum awam untuk melihat kebenaran? Kebenaran apakah yang akan diajarkan dan kemudian diterima oleh kaum awam? Seperti pepatah mengatakan jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang.

Bagaimana bila seorang Guru Sekolah Minggu mengajarkan kepada anak-anak Sekolah Minggu bahwa sekarang bukan zamannya lagi menghormati orang- tua, karena yang lebih penting adalah rajin ke Sekolah Minggu? Bagaimana reaksi orang-tua mendengar hal ini?

Kita menyadari betapa berbahayanya pemimpin yang demikian. Yesus menegur mereka dan menegaskan bahwa Kekristenan bukanlah agama legalitas tetapi relasi istimewa Allah dan umat-Nya.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Masalah apakah yang sebenarnya mau diangkat oleh orang Farisi tentang kesalahan murid-murid-Nya? Apakah masalah ini hanya sekadar masalah kebersihan dan kesehatan? Masalah kehidupan sehari- hari Yesus dan murid-murid-Nya pun tak luput dari pemandangan mereka, apa yang dapat kita pelajari dari sikap mereka?

2. Bagaimana reaksi Yesus? Bandingkan kesalahan murid- murid menurut orang Farisi dengan kesalahan orang Farisi yang diungkapkan Yesus! Apakah maksud Yesus mengatakan bahwa mereka adalah orang munafik? Bagaimana seharusnya memahami firman Tuhan dan tradisi?

3. Apakah dapat kita katakan bahwa ibadah orang Farisi hanya sebagai pameran? Jelaskan dan berikan contoh yang relevan masa kini!

4. Perhatikan respons murid-murid di ayat 12! Mengapa mereka berespons demikian? Apakah mereka mengerti perkataan Yesus? Jelaskan! Menurut Yesus apa yang seharusnya dibersihkan: penampilan luar atau penampilan dalam? Manakah yang dilihat dan dinilai Allah?

5. Pernahkah Anda menjumpai Kristen yang menjadikan ibadah sebagai pameran? Berikan contoh konkrit! Bagaimana sikap Anda meresponi hal ini? Menyadari betapa berbahayanya pemimpim rohani yang `buta', bagaimana seharusnya kita menjaga hidup kita?

(0.084680486486486) (Mat 16:13) (sh: Arti sebuah pengakuan (Kamis, 15 Februari 2001))
Arti sebuah pengakuan

Arti sebuah pengakuan. Seorang ayah bertanya kepada anaknya yang masih berusia tujuh tahun: "Kata orang, siapakah ayah?" Setelah berpikir sejenak, anak ini menjawab: "Ada yang mengatakan polisi, ada yang mengatakan Pak RT, ada juga yang memanggil Pak Broto!" Kemudian ayahnya bertanya lagi: "Menurut kamu, siapakah ayah?" Dengan wajah ceria, anak ini menjawab: "Ayahku!" Anak ini mengenal ayahnya dengan pengenalan yang bersifat pribadi dan lebih dalam dibandingkan orang lain.

Suatu kali ketika Yesus sedang berada di Kaisarea Filipi, tiba-tiba ia memunculkan pertanyaan yang tidak pernah diduga oleh murid-murid-Nya. Ia menanyakan bagaimana pendapat orang tentang siapakah Anak Manusia. Yesus bertanya terlebih dahulu tentang pendapat orang lain dan bukan pendapat mereka. Maka dengan spontan mereka menjawab bahwa orang mengenal-Nya sebagai Yohanes Pembaptis, seperti pendapat raja Herodes; ada yang mengatakan Elia karena Elia pernah dikatakan akan menampakkan diri lagi (Mal. 4:5); ada pula yang mengatakan Yeremia atau salah seorang dari para nabi. Tokoh-tokoh yang disetarakan dengan Yesus adalah tokoh besar, baik di PL maupun PB; namun mereka hanya memiliki jabatan kemanusiaan. Jadi di antara orang banyak, belum ada yang mengenal Yesus dalam jabatan Keillahian-Nya. Kemudian Yesus mengajukan pertanyaan yang sama kepada murid-murid- Nya. Simon Petrus, murid yang paling cepat berespons mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Inilah jabatan Keillahian Yesus. Yesus menegaskan bahwa Allah Bapa yang memungkinkan Petrus dapat mengenal Yesus sebagai Mesias.

Pengenalan kita akan Yesus adalah pengenalan yang bersifat pribadi, bukan sekadar kata orang atau menyaksikan perbuatan-Nya bagi orang lain, tetapi karena kita mengalami sendiri hidup bersama-Nya. Ia menginginkan pengakuan yang bukan hanya berdasarkan pengetahuan, tetapi pengakuan yang lahir karena hubungan pribadi dengan Dia. Kita mudah mengatakan bahwa Ia adalah Tuhan yang Maha Kuasa, tetapi sungguhkah kita menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya yang Maha Kuasa atau kita sendiri yang masih mengendalikan hidup kita?

Renungkan: Pikirkan arti sebuah pengakuan Anda, siapakah Yesus bagi Anda?

(0.084680486486486) (Mat 17:1) (sh: Bukti Kemesiasan Kristus (Sabtu, 12 Februari 2005))
Bukti Kemesiasan Kristus

Bukti Kemesiasan Kristus. Tidak mudah menjadi murid Yesus dan tidak mudah menyangkal diri untuk sepenuh hati memikul salib yang dibebankan oleh-Nya. Kadang bisa timbul keraguan, apakah kehendak-Nya memang yang benar dan yang terbaik.

Para murid baru saja menerima pelajaran keras, yaitu mengakui Yesus sebagai Mesias berarti siap menerima konsekuensi menderita demi Dia. Maka para murid memerlukan penguatan. Peristiwa Yesus dimuliakan bukan hanya penting untuk meneguhkan misi-Nya, tetapi juga untuk membuka mata rohani murid-murid-Nya bahwa Dia memang Mesias yang dipilih Allah. Apa makna Yesus dimuliakan itu?

Pertama, Yesus adalah Mesias yang sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Musa mewakili Hukum Taurat yang sejak awal menjanjikan seorang Nabi yang akan datang untuk mengajarkan kebenaran sejati (Lih. Ul.18:18-19). Elia mewakili para nabi yang mengarahkan hati umat Israel untuk mengantisipasi datangnya Sang Mesias (ayat 2-3). Tuhan Yesus sendiri menerangkan bahwa Yohanes berperan sebagai Nabi Elia mempersiapkan orang banyak untuk menyongsong kedatangan diri-Nya (ayat 11-13). Kedua, Allah Bapa menyatakan perkenan-Nya atas diri Yesus berupa awan hadirat dan suara restu-Nya. Bapa memerintahkan murid-murid, yang diwakili oleh ketiga murid terdekat untuk memercayai Yesus dan pemberitaan-Nya (ayat 5).

Tanda-tanda kemuliaan Allah apakah yang boleh menguatkan gereja masa kini? Pertama, pertobatan yang terjadi ketika gereja mewartakan kebenaran Injil. Kedua, orang-orang yang percaya dan diubahkan oleh pemberitaan firman Tuhan bahwa Yesus memang satu-satunya Juruselamat manusia. Semua itu menjadi bukti bahwa apa yang dipercayai gereja adalah benar. Sekaligus menjadi penguat gereja untuk tetap setia walaupun di tengah-tengah penganiayaan.

Renungkan: Mukjizat terbesar adalah pertobatan. Itu bukti Yesus adalah Mesias.

(0.084680486486486) (Mat 19:13) (sh: Motivasi mengikut Yesus (Jumat, 18 Februari 2005))
Motivasi mengikut Yesus

Motivasi mengikut Yesus. Pada umumnya, orang datang ke gereja dengan kerinduan ingin bertemu Tuhan. Namun, ada juga mereka yang mengikut Tuhan karena kepentingan tertentu.

Terdapat tiga motivasi mengikut Yesus yang tampil di nas ini. Pertama, menganggap diri paling layak mengikut Tuhan, yang diwakili oleh sikap para murid Yesus. Mereka menganggap diri sebagai pengikut-Nya yang paling baik, paling tinggi rohaninya, paling berkuasa, sampai-sampai merasa berhak menentukan siapa yang boleh mendekati Yesus (ayat 13-15). Kedua, menganggap diri paling baik. Ini diwakili oleh seorang muda yang kaya. Pemuda ini merasa dirinya telah menjalankan semua perintah Allah dan mengikuti tata peraturan agama (ayat 16, 18, 20). Oleh karena itu, ia ini yakin bahwa dia pasti masuk surga. Pertanyaannya kepada Yesus bukan lahir dari ketulusan melainkan pameran kebaikan di hadapan orang lain. Ketiga, merasa paling banyak berkorban, diwakili Petrus. Bukankah harga sudah dibayar, tentu hasil melimpah harus diraup dan dinikmati (ayat 27).

Terhadap motivasi keliru ini Yesus menjawab tegas bahwa Dia melihat hati! Dia mengetahui siapa yang tulus hati seperti anak kecil sehingga beroleh anugerah Kerajaan Surga (ayat 14). Orang yang rendah hati, tidak terikat pada kekayaan adalah orang yang dikaruniai Kerajaan Surga (ayat 21). Sedangkan orang yang telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus, akan mendapatkan dirinya diperkaya dengan keluarga besar Allah (ayat 28-29). Sebaliknya mereka yang bertahan dalam motivasi keliru, kehilangan semuanya (ayat 30).

Gereja banyak berisikan orang-orang yang bermotivasi keliru dalam mengikut Yesus. Yang dicari bukan kemuliaan Tuhan, tetapi nama, kehormatan, dan keuntungan pribadi. Tuhan mengenal hati setiap anak-Nya. Hanya mereka yang tulus di hadapan-Nya akan menerima kasih karunia menikmati Kerajaan Surga.

Yang kulakukan: Menjaga motivasi diri tetap murni mengikut Tuhan.

(0.084680486486486) (Mat 20:17) (sh: Siapa di "sebelah kiri dan kanan" Tuhan? (Minggu, 20 Februari 2005))
Siapa di "sebelah kiri dan kanan" Tuhan?

Siapa di "sebelah kiri dan kanan" Tuhan? Wajarlah jika Yohanes dan Yakobus berharap bisa mendampingi Tuhan Yesus dalam kerajaan-Nya. Mereka adalah murid terdekat-Nya dan telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengiring Dia.

Persoalannya adalah mereka tidak peka akan perasaan Tuhan Yesus. Permintaan ini disampaikan pada saat Tuhan Yesus sedang menggumuli penderitaan yang akan dialami-Nya di atas salib (ayat 17-19). Mereka tidak memahami makna di balik penderitaan-Nya. Bagi mereka, Tuhan Yesus akan menjadi raja yang perkasa yang mengenyahkan penjajah Romawi dan mendirikan kerajaan-Nya di bumi ini. Maka kelak mereka pun akan memerintah bersama-Nya. Seandainya mereka mengerti bahwa Tuhan Yesus bukanlah Raja Yahudi seperti yang mereka harapkan, pasti mereka tidak akan menyanggupi meminum cawan penderitaan Tuhan Yesus itu (ayat 22). Kemarahan sepuluh murid lainnya terhadap Yohanes dan Yakobus menunjukkan bahwa sebenarnya mereka pun berpikiran yang sama (ayat 24; band. Mat. 18:1-5).

Tuhan Yesus menegaskan bahwa Kerajaan Surga berbeda dengan pemerintahan dunia. Menurut hukum dunia, siapa yang berkuasa, dialah yang dilayani (ayat 25). Akan tetapi, dalam Kerajaan Surga, siapa yang mau melayani orang lain justru dialah yang terbesar. Tuhan Yesus sendiri menyatakan keteladanan-Nya dengan melepaskan hak untuk dilayani supaya bisa melayani manusia. Bahkan Ia rela mati sebagai tebusan demi keselamatan setiap orang (ayat 26-28).

Pada umumnya, manusia ingin berkuasa karena kekuasaan identik dengan dilayani, hidup enak, kaya, terkenal, dsb. Kalau perlu hal itu diperoleh dengan cara menjegal sesama atau menindas kebenaran demi mendapatkan posisi tertinggi. Kalau hal demikian dilakukan juga dalam gereja dan pelayanan, berarti kita telah menyalahartikan dan menyalahgunakan kekuasaan dalam Tuhan.

Ingatlah: Berkuasa berarti kesempatan melayani Tuhan dan sesama.

(0.084680486486486) (Mat 20:29) (sh: Siapakah orang ini? (Kamis, 28 Februari 2013))
Siapakah orang ini?

Judul: Siapakah orang ini?
Bisa dikatakan, zaman ini adalah zaman pencitraan sebab yang terpenting dari seorang tokoh bukan lagi apa yang sebenarnya dia kerjakan, tetapi bagaimana persepsi orang lain tentang apa yang dia kerjakan. Seseorang bisa saja sejatinya raja tega kelas paus, tetapi jika ia berhasil membangun persepsi bahwa dirinya dermawan, biarpun semua kebaikan itu formalitas belaka, tetapi efeknya bisa menutupi segala kejahatannya. Maka jika ada tokoh yang tak butuh pencitraan karena semua tindakannya menyatakan integritasnya, maka tokoh itu bagaikan air menyegarkan yang memuaskan dahaga di zaman pencitraan ini.

Sang Mesias tak butuh pencitraan. Yesus yang sejak awal dinyatakan datang untuk "menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" (1:21, 23) ditunjukkan menepati semua nubuat tentang diri-Nya. Seruan kedua orang buta, "Kasihanilah kami, Tuhan" dijawab dengan belas kasihan dan mukjizat penyembuhan yang merestorasi penglihatan mereka, merupakan salah satu buktinya. Namun Yesus tak hanya berhenti di situ. Di titik yang menentukan di dalam narasi Injil Matius, di mana perjalanan Yesus dari Galilea usai dan kini Ia secara sadar memasuki Yerusalem untuk menjalani kehendak Sang Bapa, Ia pun secara sadar menggenapi nubuat PL di Za. 9:9. Tak seperti para raja dan penguasa di Mat. 20:25, Ia justru menonjolkan kerendahan hati-Nya: datang bukan sebagai raja gagah perkasa yang menunggangi kuda jantan, tetapi bagai hamba yang menunggangi keledai. Ketaatan dan kerendahan sebagai hamba kemudian didemonstrasikan-Nya dengan mati di kayu salib.

Sepatutnya respons kita sejalan dengan respons orang Yerusalem di ayat 8-9. Kita mempersiapkan kedatangan-Nya dan mengarahkan orang untuk bertanya-tanya siapa Dia, karena melihat kesaksian yang meneladani belas kasihan dan kerendahan hati-Nya. Orang Kristen tak butuh kekuasaan politis, apalagi pencitraan ala politisi, karena kita cukup mengandalkan Kristus. Tugas kita adalah memperkenalkan Yesus kepada semua orang, jangan sampai mereka tidak pernah mendengar kabar baik tentang Sang Juruselamat.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/02/28/

(0.084680486486486) (Mat 22:1) (sh: Jangan main-main dengan anugerah Allah (Senin, 28 Februari 2005))
Jangan main-main dengan anugerah Allah

Jangan main-main dengan anugerah Allah. Menerima undangan, apalagi dari seorang yang terhormat dan terkenal, tentunya akan menjadi suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri. Pasti orang yang diundang itu akan mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh. Ia akan menaruh di agendanya, bahkan menggeser acara-acara lain supaya bisa menghadiri undangan tersebut. Ia akan mempersiapkan pakaian pesta dan hadiah yang layak untuk si pengundang.

Namun, yang terjadi dalam kisah ini sungguh ironis. Seorang raja mengundang banyak tamu untuk menghadiri pesta perkawinan anaknya. Namun, tidak seorang pun tamu yang hadir pada perjamuan itu. Ada saja alasan mereka untuk menolak undangan itu. Masing-masing mementingkan urusan mereka dan bahkan ada yang dengan kasar menganiaya serta membunuh utusan-utusan yang menjemput mereka (ayat 2-6). Jelas sikap mereka yang seperti ini meremehkan raja. Ini sama saja dengan memberontak. Tidak ada hukuman yang lebih pantas daripada ditumpas habis (ayat 7).

Kini undangan perjamuan Kerajaan Surga disebarkan lagi kepada setiap orang yang bukan tamu terhormat. Raja menyatakan anugerahnya kepada rakyat. Namun sekali lagi, banyak di antara rakyat yang tidak merespons dengan tepat. Mereka datang tanpa mempersiapkan diri baik-baik. Mereka datang dengan sembarangan (ayat 11-12). Seakan-akan perjamuan Kerajaan Surga tidak lebih daripada makan di warung makan sekadarnya. Orang-orang itu pun harus tersingkir (ayat 13). Kebaikan dan anugerah Allah mahal harganya dan menuntut pertobatan serta komitmen yang sepadan pula.

Yesus melalui perumpamaan ini memperingatkan dengan keras bahwa anugerah Allah tidak boleh dipermainkan. Anugerah Allah memang diberikan cuma-cuma tetapi bukan berarti murahan. Setiap orang yang menyepelekannya akan membayar mahal, yaitu ditolak Tuhan.

Camkan: Menolak Injil atau merespons Injil secara sembarangan sama fatal akibatnya.

(0.084680486486486) (Mat 22:15) (sh: Bukan mencari kebenaran (Minggu, 29 Maret 1998))
Bukan mencari kebenaran

Bukan mencari kebenaran
Orang Farisi (berarti: yang memisahkan diri) adalah kelompok awam yang menginginkan pembaruan kehidupan rohani. Mereka sangat menekankan berbagai peraturan seperti pembasuhan, perpuluhan, dlsb. Orang Saduki (berarti: yang benar) adalah kelompok terdidik yang berbeda pendapat dengan Farisi. Mereka menduduki sebagian besar keanggotaan Sanhedrin, memperkenalkan cara berpikir Yunani, hanya mengakui lima Kitab Musa menolak kebangkitan, dan tidak mengakui pemeliharaan Allah karena percaya bahwa manusia memiliki kemampuan memilih. Kedua kelompok inilah yang bertanya kepada Tuhan Yesus. Sayang mereka tidak sungguh mencari kebenaran, tetapi berupaya mencari kesalahan dari jawab Tuhan Yesus. Orang yang rohani seperti Farisi dan orang yang rasional seperti Saduki, sama bebalnya.

Kewajiban adalah kewajiban. Tuhan tak dapat dijebak oleh Farisi. Orang Farisi mengharapkan jawaban yang entah melawan Kaisar (dengan akibat ditangkap) atau yang mengabdi kaisar (dengan akibat dianggap tidak patriotis). Radikal sekali jawab Yesus. Serahkan kepada kaisar yang milik Kaisar, serahkan kepada Allah yang milik Allah. Tuhan Yesus mengajarkan ketaatan mutlak kepada Allah saja (yang empunya segala-galanya) sambil bersikap penuh tanggungjawab sebagai warga negara.

Mengenal kuasa Allah. Dimana letak kesalahan orang Saduki yang Tuhan sebut sesat itu? Di dalam hal menilai kebenaran rohani dengan ukuran pertimbangan dan pengalaman manusia. Andai saja mereka sungguh mengenal Allah seperti yang Allah nyatakan sendiri di dalam Kitab Suci, mereka pasti akan berjumpa dengan Allah yang Maha Perkasa yang telah menebus nenek moyang mereka dari cengkeraman penjajahan Mesir dan dari segala kuasa gaib kekafiran Mesir.

Renungkan: Tuhan adalah Kebenaran itu sendiri. Semua kebenaran lain yang tak berpaut pada-Nya adalah palsu dan sesat.

Doa: Tuhan, kami ingin menyaksikan kebenaranMu dalam hidup bermasyarakat kami. Tautkan kami kepada diriMu.

(0.084680486486486) (Mat 22:15) (sh: Dua kewarganegaraan, dua kewajiban, satu hati (Sabtu, 3 Maret 2001))
Dua kewarganegaraan, dua kewajiban, satu hati

Dua kewarganegaraan, dua kewajiban, satu hati. Kristen di Indonesia memiliki dua kewarganegaraan: Indonesia dan Sorga, dua kewajiban: terhadap pemerintah RI dan Tuhan, tetapi keduanya ini harus diwujudnyatakan dalam kebulatan dan keutuhan hati, karena keduanya memang satu keutuhan pengabdian.

Inilah yang dipertegas oleh Yesus ketika menanggapi pertanyaan yang menjerat dari orang-orang Farisi yang mendapatkan dukungan dari orang-orang Herodian, yakni anggota-anggota suatu partai Yahudi yang menghendaki keturunan Herodes Agung yang memerintah atas mereka dan bukan gubernur Romawi. Mereka memperkirakan Yesus akan menjawab dengan 'ya' atau 'tidak' terhadap pertanyaan mereka (17). Yesus tahu maksud pertanyaan ini dan apa risikonya bila menjawab dengan salah satu di antara jawaban di atas. Jawaban 'ya' akan menimbulkan kemarahan mereka karena mengalami penderitaan di bawah jajahan Romawi, sedangkan jawaban 'tidak' akan memancing kemarahan pemerintah Romawi. Yesus menegur keras kejahatan dan kemunafikan hati mereka, serta dengan bijaksana menjawab pertanyaan mereka (18-21). Jawaban Yesus telah menggagalkan niat hati mereka yang jahat dan menelanjangi kemunafikan mereka (22).

Pelajaran yang kita dapatkan dari perikop ini adalah pengajaran Yesus tentang keberadaan Kristen yang seharusnya dapat menempatkan diri sebagai warganegara Indonesia dan Sorga dalam proporsi yang tepat dan benar. Benarkah sebagai warganegara Indonesia kita melakukan kewajiban sebagai bentuk pengabdian kita kepada bangsa dan negara, sehingga peran sekecil apa pun yang mampu kita lakukan telah menjadi pemikiran, sikap, sumbangsih, dan peran konkrit kita di tengah masyarakat? Apakah kita melakukan semuanya ini juga dalam rangka pengabdian kita kepada Allah, yang semata- mata tidak terkurung hanya dalam wadah keagamaan?

Renungkan: Peran ganda Kristen dalam dunia memberikan ruang lingkup yang luas untuk menyatakan perannya, baik sebagai warganegara yang memberikan sumbangsih nyata bagi bangsa dan negara maupun sebagai warga jemaat yang memiliki citra Kristen. Firman-Nya akan menuntun kita sebagai warganegara Indonesia dan Sorga dalam proporsi yang tepat dan benar.

(0.084680486486486) (Mat 22:15) (sh: Tidak bercela (Selasa, 1 Maret 2005))
Tidak bercela

Tidak bercela
Permusuhan para pemuka agama terhadap Tuhan Yesus semakin menjadi-jadi. Mereka menggunakan segala cara untuk menghentikan Dia. Orang Farisi yang anti penjajah Romawi, kini berkomplot dengan orang Herodian sahabat Herodes, boneka kaisar. Mereka bersatu untuk menjebak Tuhan Yesus (ayat 15-16). Mereka ingin menggiring Yesus ke jalan buntu (ayat 15). Bila Yesus mengatakan tidak perlu membayar pajak, orang Herodian akan menuduh Yesus memberontak terhadap pemerintahan Romawi. Sebaliknya, bila Yesus setuju, Ia akan kehilangan popularitas di mata rakyat.

Yesus tidak langsung menjawab, tetapi balik bertanya (ayat 19-20). Pertanyaan itu memaksa mereka mengakui kenyataan tentang kekuasaan Kaisar, juga bahwa mereka sendiri tunduk kepadanya. Semua orang Israel waktu itu pastilah menggunakan mata uang itu untuk kegiatan hidup mereka sehari-hari. Pantaslah mereka membayar pajak kepada pemerintah Romawi. Tidak berhenti di situ, Yesus kemudian menyatakan bahwa ada kuasa lain yang semua manusia harus perhitungkan, yaitu kuasa Allah. Kuasa kaisar terbatas, maka ketundukan kepadanya pun terbatas; kuasa Allah mutlak, maka ketundukan kepada-Nya pun tanpa syarat (ayat 21b). Jawaban Tuhan Yesus ini mencengangkan semua lawannya (ayat 22). Ia mendesak mereka mengakui kekuasaan terbatas pemerintah sambil taat penuh kepada Allah.

Dalam hidup sehari-hari tidak jarang kita diperhadapkan dengan situasi pelik yang membuat kita serba salah. Beriman kepada Yesus memang berisiko tinggi. Dunia yang tidak tunduk kepada Allah penuh dengan lika-liku kebiasaan yang perlu disikapi dengan tepat. Hikmat dan integritas Tuhan Yesus mengalahkan segala kelicikan lawan-lawan-Nya. Teladanilah Yesus dan kalahkan mereka!

Renungkan: Hidup Kristen harusnya memiliki ciri hidup kualitas Yesus: berintegritas tinggi dan tak terkalahkan lawan sebab Yesus memerintah dan menjadi panutan dalam hidup orang Kristen.

(0.084680486486486) (Mat 22:41) (sh: Pemahaman sempit meniadakan pengharapan pasti (Selasa, 6 Maret 2001))
Pemahaman sempit meniadakan pengharapan pasti

Pemahaman sempit meniadakan pengharapan pasti. Berulang-kali orang-orang Farisi berusaha mencobai Yesus, namun di luar perhitungan mereka ternyata Yesus tidak pernah terjerat oleh tipu muslihat mereka.

Pada kesempatan ini, bukan lagi mereka yang bertanya kepada Yesus tetapi Yesus yang menanyai mereka: bagaimana pemahaman mereka tentang Mesias (42a). Mereka tahu dengan pasti bahwa Mesias yang dinantikan adalah keturunan Daud, seperti yang mereka baca dalam nubuatan nabi-nabi. Mereka memahami secara hurufiah makna nubuatan ini maka penantian mereka pun adalah melihat kepada garis keturunan Daud. Berdasarkan pemahaman inilah maka dengan lantang mereka menjawab pertanyaan Yesus (42b). Pemahaman sepotong ini telah membawa mereka kepada penantian yang sia-sia, karena mereka melupakan bagian Kitab Suci lain seperti yang dikutip oleh Yesus, dimana Daud menyatakan tentang Mesias (43- 44). Ketika mereka mendengar penjelasan Yesus yang berpijak pula dari kebenaran firman Tuhan, maka mereka menjadi mati kutu, tak kuasa lagi mempertahankan argumentasi mereka tentang Mesias anak Daud. Akhir bacaan kita mencatat bahwa sejak saat itu mereka tidak lagi berani menjebak Yesus dengan pertanyaan tipu muslihat mereka, karena mereka benar-benar mati kutu (44).

Betapa mengherankan, orang-orang Farisi yang menguasai Kitab Suci ternyata tidak mampu menjawab dengan tepat dan benar. Hal ini dikarenakan pemahaman yang sempit dan sepenggal-sepenggal akan firman Tuhan, sehingga mereka hanya terpaku pada apa yang tertera dan tertulis, dan bukan kepada kebenaran yang diungkapkan secara utuh dan berkesinambungan. Kita menyadari betapa berbahayanya pemahaman demikian, karena akan membawa kita kepada pengharapan yang sia-sia. Apabila kita salah memahami firman Tuhan maka akan berakibat: pengenalan yang sempit akan Yesus Kristus, kehidupan rohani yang dangkal, dan pengharapan yang tidak pernah berujung kenyataan. Betapa sia-sianya hidup iman kita!

Renungkan: Jangan mudah puas dengan pemahaman Anda saat ini, teruslah belajar menggali dan memahami firman Tuhan dengan benar dan utuh, sehingga Anda memiliki pemahaman yang benar dan pengharapan yang pasti.

(0.084680486486486) (Mat 23:23) (sh: Doktrin tanpa aplikasi adalah pengetahuan yang gersang (2) (Kamis, 8 Maret 2001))
Doktrin tanpa aplikasi adalah pengetahuan yang gersang (2)

Doktrin tanpa aplikasi adalah pengetahuan yang gersang (2). Yesus masih melanjutkan kecaman-Nya terhadap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dengan alasan-alasan yang tegas dan jelas untuk menelanjangi kebobrokan mereka selama ini.

Kemunafikan mereka yang lain adalah bahwa: [1]. mereka memutarbalikkan prioritas peraturan dalam hukum Taurat (23-24), yang seharusnya utama justru disepelekan dan sebaliknya yang kurang penting justru menjadi utama; [2]. mereka lebih mementingkan penampilan luar untuk menyembunyikan kebusukan hati (25-26). Perkataan dan perbuatan mereka semata-mata untuk mendapatkan pujian dan kehormatan dan bukan lahir dari kemurnian dan ketulusan hati. [3]. Mereka menutupi keserakahan dan motif dosa dengan kata-kata dan perbuatan manis (27- 28). Mereka berupaya sedemikian rupa untuk melabur dosa- dosa mereka dengan perkataan dan perbuatan yang menunjukkan kesalehan, kesucian, dan kerohanian. [4]. Mereka sepertinya memelihara ibadah kepada Allah tetapi sesungguhnya mereka telah melawan Allah dan membinasakan para utusan-Nya (29-31). Merenungkan perbuatan mereka yang sangat keji dan menjijikkan karena menggunakan kedok rohani demi kepentingan diri sendiri, betapa hancur dan pedihnya hati Kristen, bila memiliki pemimpin rohani seperti ini. Bagaimana dengan zaman kini, apakah kita masih menemukan pemimpin rohani seperti di atas, yang nampaknya membawa orang kepada Allah namun sesungguhnya semua perbuatan mereka mengarah kepada pemujaan diri, keuntungan diri, dan kepentingan diri?

Ketika kita terjun lebih jauh dan lebih dekat dalam kehidupan para pemimpin rohani atau kita sendiri sebagai pemimpin rohani, seringkali banyak orang kecewa dan mulai menjauh dari gereja, karena perbuatan tidak sejalan dengan perkataan. Masih sanggupkah kita berdiam berpangku tangan menyaksikan banyak jemaat yang akhirnya meninggalkan gereja dan bahkan mengingkari iman mereka karena tersandung para pemimpin mereka?

Renungkan: Kristen membutuhkan para pemimpin rohani yang mau mengoreksi dirinya dan berani membongkar kemunafikan di dalam dirinya, sehingga berkat firman Tuhan mengalir murni dalam keteladanan hidupnya. Saksikan pelajaran firman Tuhan ini atau jadikan pecut bagi diri sendiri!

Pengantar Kitab Mazmur 17-32

Mazmur 17: ratapan individu yang memohon kepada Allah untuk dibebaskan dari musuhnya. Pemazmur tidak bersalah dan memohon agar Allah memperlakukan musuh-musuh-Nya seperti mereka memperlakukan orang lain.

Mazmur 18: dimulai dengan bahasa ratapan namun segera berubah menjadi pujian ucapan syukur, lebih khusus lagi adalah pujian kemenangan. Mazmur 19: dibuka dengan lagu (1-6) yang menggambarkan kekuatan Allah yang dinyatakan melalui ciptaan-Nya. Wahyu umum diungguli oleh wahyu khusus di dalam firman-Nya.

Mazmur 20: ucapan berkat bagi raja (1-5), mengekspresikan keyakinan bahwa Allah akan menolong sang raja (6-8) sebelum menutup dengan doa untuk kemenangan dan pembebasan (9).

Mazmur 21: nyanyian ucapan syukur karena kemenangan raja. Keberhasilan pemerintahan raja berkaitan erat dengan penghancuran musuh oleh Allah.

Mazmur 22: contoh yang sempurna untuk ratapan pribadi.

Mazmur 23: menggunakan metafora gembala untuk menyatakan kepercayaan. Mazmur ini berakhir dengan perubahan gambaran dari domba kepada manusia yang menjadi tamu Allah.

Mazmur 24: menggabungkan pujian dan hikmat. Merupakan pujian untuk memasuki Bait Allah.

Mazmur 25: pujian yang menyatakan kepercayaan kepada Allah serta permohonan pengampunan. Ini merupakan ratapan pribadi.

Mazmur 26: ratapan individu. Pemazmur membanggakan pelayanan dan kebenarannya yang memotivasi Allah untuk menolongnya.

Mazmur 27: ratapan inidividu yang diselingi panggilan kepada Allah untuk melakukan intervensi.

Mazmur 28: ratapan individu teriakan minta tolong dan ucapan terima kasih atas pertolongan Allah.

Mazmur 29: sebuah pujian dari alam menyaksikan kebesaran Tuhan.

Mazmur 30: nyanyian ucapan syukur yang telah disembuhkan dari sakit.

Mazmur 31: dimulai sebagai ratapan namun diselingi dengan ucapan syukur karena kelepasan dari Allah.

Mazmur 32: berisi ratapan dan ajaran hikmat yang mendorong pembaca untuk menyatakan pertobatan kepada Allah.

(0.084680486486486) (Mat 24:1) (sh: Yesus dan akhir zaman (Senin, 7 Maret 2005))
Yesus dan akhir zaman

Yesus dan akhir zaman
Mulai pasal ini Yesus mengajar tentang akhir zaman. Ia menubuatkan kehancuran Bait Allah yang begitu megah dan mulia (ayat 2). Ini digenapi ketika Romawi di bawah pemerintahan Titus menghancurkan Yerusalem termasuk Bait Allah di dalamnya. Mereka yang menolak Kristus harus menuai hukuman atas kebebalan hati mereka sendiri. Ini baru semacam cicipan dari akhir zaman yang sesungguhnya, saat Kristus akan datang sebagai Hakim yang menghancurkan bukan hanya Yerusalem, melainkan semua yang tetap hidup dalam kejahatan. Kemegahan dan kemuliaan lahiriah tidak akan bertahan, karena Bait Allah yang sesungguhnya adalah diri Tuhan Yesus sendiri yang sudah dikurbankan, mati di kayu salib, dan bangkit pada hari yang ketiga.

Beberapa tanda akhir zaman menurut Tuhan Yesus:

1) Timbulnya Mesias palsu dan para nabi palsu. Mereka diizinkan meniru hal-hal yang Tuhan pernah lakukan sehingga menyesatkan banyak orang (ayat 4-5).

2) Peperangan akan melanda bangsa-bangsa (ayat 6). Ini menyatakan bahwa tanpa Kristus mustahil mencapai kedamaian dunia yang sejati. Yang ada hanyalah kebencian dan gila kuasa.

3) Bumi yang kita diami akan semakin tidak bersahabat dengan manusia (ayat 7b). Manusia dalam keserakahannya sudah menguras, mengeksploitasi, dan akhirnya menghancurkan alam yang seharusnya dikelola dengan baik.

4) Orang-orang percaya akan dibenci bahkan dianiaya dan dibunuh dan mereka yang bukan orang percaya sejati akan disaring, mereka akan meninggalkan Tuhan (ayat 10). Namun, Tuhan akan memberikan kekuatan bagi orang percaya untuk dapat bertahan (ayat 13).

5) Nabi-nabi palsu bermunculan.

6) Kasih manusia akan menjadi dingin (ayat 12). Akan tetapi,

7) Injil akan diberitakan di seluruh dunia.

Renungkan: Di setiap peringatan keras Yesus selalu berdengung panggilan kasih-Nya agar orang menyambut Ia. Di setiap pewartaan kabar baik dari Yesus selalu berdengung peringatan keras bahwa hukuman kekal akan menimpa orang yang tidak menyambut-Nya.

(0.084680486486486) (Mat 25:14) (sh: Terima beda dituntut sama (Selasa, 3 April 2001))
Terima beda dituntut sama

Terima beda dituntut sama. Saat sang tuan akan pergi dalam kurun waktu yang tidak terbatas, ia memanggil tiga hambanya dan menyerahkan kepada masing-masing sejumlah talenta yang berbeda. Ada yang lima, ada yang dua, dan ada yang satu. Satu talenta seharga kurang lebih 6000 dinar. Satu dinar kira-kira upah buruh dalam sehari. Sang tuan menyerahkan talenta-talenta itu karena ia berkeinginan agar hamba-hambanya mengupayakan apa yang diterima untuk dikaryakan dan dapat berlipat-ganda. Suatu saat ia pasti datang kembali untuk mengadakan perhitungan dan menuntut pertanggungjawaban atas talenta-talenta yang telah dipercayakannya.

Kristen yang telah dipercayakan 'talenta' seharusnya memakai talenta yang ada padanya untuk berkarya bagi Kerajaan Surga. Seperti dua hamba yang melipatgandakan talenta yang dimiliki, demikian pun kita. Kita mau berjerihlelah untuk Tuhan sebab kita menghargai hidup kita, potensi yang kita miliki adalah aset berharga yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kita. Kita mau berupaya keras sebab kita tahu bahwa Sang Tuan sangat menghargai apa yang kita lakukan dengan sungguh- sungguh. Akan tiba saatnya kita diberikan hak masuk dalam kebahagiaan bersama Tuhan Yesus kelak di dalam kerajaan-Nya. Untuk memacu diri dan meningkatkan daya berjerihlelah, kita jangan memiliki sikap seperti hamba ke tiga. Hamba itu meremehkan kesempatan, menanggapi pemberian tuannya dengan sikap yang salah, memiliki praduga dan curiga kepada tuannya, bahkan sempat berpikir bahwa sang tuan kejam dan jahat. Anggapan ini membuat ia takut bertindak sesuatu dan peluang untuk melipatgandakan disia-siakan. Ia menutupi kesalahannya dengan cara menuduh tuannya tidak berbuat benar.

Allah menghargai hamba yang berjerihlelah namun Ia murka pada hamba yang malas dan lalai. Pahala diberikan kepada yang mau mengembangkan talenta, penderitaan akan menjadi bagian bagi yang malas.

Renungkan: Tidak seorang pun yang tidak dikaruniai kemampuan dan kesempatan. Setiap orang dipercayakan potensi yang berbeda tetapi dituntut sama yakni bertanggungjawab dan berjerihlelah untuk melipatgandakan. Gunakan kesempatan dan kemampuan dengan sebaik-baiknya.

(0.084680486486486) (Mat 26:69) (sh: Dusta pertama memimpin dusta-dusta lainnya (Selasa, 10 April 2001))
Dusta pertama memimpin dusta-dusta lainnya

Dusta pertama memimpin dusta-dusta lainnya. Aristoteles, seorang filsuf Yunani terkenal pernah mengatakan bahwa dusta pertama adalah pembuka jalan bagi dusta-dusta yang lain, yang semakin lama semakin meningkat kualitasnya. Itulah yang terjadi dalam diri Petrus. Ketika masyarakat mengenalinya, Petrus ditekan, dan dituntut untuk mengakui kedekatan dirinya dengan Yesus. Tetapi Petrus tidak siap menghadapi fakta itu, dan merasa lebih baik mengamankan diri dengan menyangkal Yesus serta bersikap seolah-olah tidak mengenal-Nya. Namun karena terus menghadapi pertanyaan yang sama, maka rangkaian dusta menyangkal Yesus itu semakin meningkat kualitasnya. Apa yang Petrus lakukan sungguh bertentangan dengan pengakuannya bahwa: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup", yang menjadi dasar pengakuan iman Kristen di segala abad! Tidak hanya itu, tindakan menyangkal mengenal Yesus adalah perbuatan dosa yang sangat besar, karena itu berarti menolak Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Dari peristiwa penyangkalan Petrus ini kita belajar tentang hal penting yaitu bahwa kegagalan mengendalikan diri untuk tetap berdiri pada fakta iman bahwa Yesus Kristus, Sang Mesias, Anak Allah yang hidup itu harus mengalami penderitaan menyebabkan kita tidak siap untuk menderita bersama Yesus. Akibatnya, kita memilih jalan yang, menurut kita, paling aman yaitu berdusta, menyangkali Dia karena takut kepada manusia. Sadarkah kita akan konsekuensi dari perbuatan ini?

Mengapa Petrus ketika menyadari kesalahannya segera berbalik kemudian menangis dan menyesali perbuatannya? Peringatan Yesus tentang akan adanya penyangkalan Petrus kembali terngiang seiring berkokoknya ayam. Hal ini mengingatkan dan menegurnya, sehingga ia malu, kecewa, dan sedih. Ia menyesal karena telah membalas cinta kasih Yesus dengan penyangkalan yang amat mengecewakan. Penyesalan yang lahir karena mengingat cinta kasih Yesus dan kedekatan hubungan kita dengan Yesus akan membawa kepada penyesalan dan pertobatan sejati.

Renungkan: Kristen senantiasa menghadapi situasi seperti Petrus, akankah kita menunjukkan jati diri kekristenan apa pun risiko yang kita hadapi? Ketika kita menyangkali Dia dan tidak mengakui jati diri kekristenan kita, bagaimana perasaan kita mengingat cinta kasih Yesus yang telah berkorban demi keselamatan kita?

(0.084680486486486) (Mat 27:57) (sh: Mati pun dikuatirkan (Sabtu, 14 April 2001))
Mati pun dikuatirkan

Mati pun dikuatirkan. Kematian telah mengakhiri penderitaan Yesus di dunia. Siapa yang bertanggungjawab terhadap tubuh kaku Yesus? Apakah akan tetap tergantung di kayu salib hingga akhirnya hancur membusuk? Menurut hukum pemerintahan Roma, seorang penjahat yang mati di kayu salib akan terus dibiarkan hingga tubuhnya membusuk. Hal itu pun mungkin akan diberlakukan bagi tubuh Yesus seandainya Pilatus tidak mengizinkan Yusuf dari Arimatea, seorang Yahudi yang kaya, meminta tubuh Yesus untuk dikuburkan secara layak. Yusuf membungkus tubuh Yesus dengan kain kafan, lalu membaringkan-Nya di dalam kubur miliknya sendiri. Saat itu hanya orang-orang kaya saja yang memiliki kubur. Dengan demikian genaplah nubuat nabi Yesaya dalam Yes. 53:9, "Orang menempatkan kubur-Nya di antara orang fasik, tetapi dalam mati-Nya Dia bersama dengan seorang kaya"

Namun pada saat yang sama, para pemimpin orang Yahudi mengingat tentang perkataan Yesus bahwa sesudah tiga hari, Ia akan bangkit. Mereka menjadi kuatir dan takut. Karena itu mereka memohon kepada pemerintah agar mengirimkan penjaga untuk menjaga kubur Yesus. Bila kita mengikuti pemahaman-pemahaman yang mereka perdebatkan bersama Yesus, dalam masa-masa pelayanan- Nya, khususnya tentang kebangkitan-Nya, mereka seolah tidak peduli. Tapi setelah Yesus mati mereka malah kuatir jika perkataan Yesus itu terbukti. Kekuatiran para imam sebenarnya menunjukkan bahwa mereka mengimani perkataan Yesus. Memang sulit untuk menerima fakta apalagi mengimani pemahaman yang selama ini justru ditentang kebenarannya.

Kekuatiran seperti ini juga dimiliki oleh orang-orang yang membenci Kristen. Mereka kuatir bila kebenaran tentang Yesus Kristus pada akhirnya dapat mempengaruhi dan membuat mereka percaya. Akibatnya cara apa pun, yang dianggap dapat menghambat dan mematikan akan dilakukan. Apakah dengan cara tersebut mereka berhasil mengatasi kekuatiran mereka?

Renungkan: Bila orang yang tidak percaya mengkuatirkan kebenaran Yesus mampu mengubah keyakinan mereka sehingga menjadi percaya kepada-Nya, mengapa Kristen harus kuatir akan keyakinannya kepada Tuhan Yesus? Bukankah yang Kristen imani adalah sesuatu yang benar yang berasal dari Allah sendiri?

(0.084680486486486) (Mat 28:1) (sh: Bukan lagi saat untuk berduka! (Minggu, 12 April 1998))
Bukan lagi saat untuk berduka!

Bukan lagi saat untuk berduka!
Dalam duka dan kasih yang besar pada Yesus, Maria Magdalena dan Maria yang lain pergi ke kubur Yesus. Tujuan mereka hanya satu, mereka ingin meratapi kematian Yesus. Ternyata kedukaan mereka tidak bisa berlarut tak berkeputusan. Jumat sebelumnya kubur yang mereka tuju itu adalah tempat orang menguburkan mayat Yesus. Hal-hal dahsyat di luar harapan mereka, tiba-tiba terjadi saat mereka tiba di kubur itu. Gempa bumi hebat terjadi karena malaikat Tuhan berwajah bagaikan kilat dan berbaju putih cemerlang menggulingkan batu penutup kubur itu. Para prajurit yang ditugaskan menjauhkan para murid dari kubur agar tidak mencuri mayat Yesus, gentar ketakutan sampai seperti orang mati. Kedua wanita itu segera sadar bahwa mayat Yesus sudah tidak ada di dalam kubur itu.

Saksikan kebangkitan Yesus. Tugas utama malaikat itu bukanlah membuat gentar para prajurit tersebut. Juga bukan untuk menolong Yesus bangkit dari kematian. Yesus dengan kepenuhan kuasa kemuliaan Allah yang hadir di dalam diri-Nya telah bangkit. Kekuatan maut tidak dapat lagi menahan-Nya. Apa yang telah berulangkali diceritakan-Nya lebih dulu, kini benar-benar terwujud. Para malaikat itu ditugaskan untuk memberitahukan kenyataan itu kepada kedua wanita itu. Supaya mereka tahu bahwa Yesus sudah bangkit. Supaya mereka tahu bahwa Ia adalah Tuhan yang menang. Supaya mereka boleh mengalami perubahan dan dengan sukacita menyaksikan berita ajaib itu kepada para murid lainnya. Tetapi oleh para imam kabar tersebut direkayasa menjadi dusta. Bukan saja sampai Injil Matius ini dituliskan kabar dusta itu telah dipercaya orang Yahudi, sampai kini pun cukup banyak orang lebih suka mempercayai dongeng dusta itu daripada mempertaruhkan hidup kepada Yesus yang bangkit dan hidup.

Renungkan: Kubur kosong itu adalah penunjuk penting kepada Dia yang sampai kekal kelak menjadi panutan iman orang Kristen segala abad.

Doa: Penuhi kami dengan kuasa kebangkitanMu untuk gigih memberitakan kabar kebenaran melawan kabar palsu

(0.084680486486486) (Mat 28:1) (sh: Hentikan ratapan, bersukacitalah! (Minggu, 15 April 2001))
Hentikan ratapan, bersukacitalah!

Hentikan ratapan, bersukacitalah! Sekitar 36 jam setelah kematian Yesus, para wanita datang ke tempat Yesus dikuburkan. Tujuannya ingin merempah-rempahi tubuh Yesus. Tentu saja suasana sedih dan duka masih menyelimuti hati mereka karena kehilangan orang yang mereka kasihi. Namun mereka dikejutkan dengan peristiwa gempa bumi yang hebat. Malaikat Tuhan nampak menggulingkan batu penutup lubang kubur lalu duduk di atasnya. Peristiwa dahsyat itu ternyata tidak hanya mengejutkan mereka tetapi juga para penjaga kubur Yesus. Keterkejutan itu membuat mereka seperti orang-orang mati. Malaikat memberitakan bahwa Kristus sudah bangkit! Ia pun memerintahkan kepada para wanita untuk segera menyampaikan berita tersebut kepada para murid. Allah membangkitkan Yesus dari kematian.

Kebangkitan Kristus menjawab banyak hal. Pertama, kebangkitan Kristus merupakan perwujudan dan penggenapan rencana agung Allah. Kedua, pembuktian kebenaran cerita yang telah disampaikan-Nya bahwa Dia akan bangkit pada hari ketiga. Ketiga, menjawab kekuatiran dan membungkam kesombongan para imam. Keempat, kebangkitan Yesus merupakan kemenangan terdahsyat dimana Ia keluar sebagai Pemenang melawan maut. Kemenangan yang mengubah hubungan manusia dengan Allah yang sempat terputus karena dosa manusia. Hari ini Kristen merayakan kemenangan akbar sepanjang sejarah dunia. Peristiwa kebangkitan yang telah menyejarah dan menjadi dasar iman gereja Tuhan.

Renungkan: Jangan takut menyaksikan iman kita. Karena yang kita miliki adalah iman yang hidup. Bukan iman isapan jempol atau dongeng seribu satu malam. Bersukacitalah karena kebangkitan-Nya membuat maut tidak mampu menahan kebesaran dan kemahakuasaan Allah mewujudkan rencana agung-Nya bagi seluruh umat manusia.

Bacaan untuk Hari Paskah 1

Yesaya 25:6-9

1Petrus 1:3-9

Markus 16:1-8

Mazmur 118:1-2, 14-24

Lagu: Kidung Jemaat 341

(0.084680486486486) (Mat 28:16) (sh: Perintah terakhir Yesus (Selasa, 17 April 2001))
Perintah terakhir Yesus

Perintah terakhir Yesus. Sekarang Matius tiba pada sebuah konklusi yang sarat dengan muatan perintah kepada para murid untuk segera dilaksanakan. Namun sebelum para murid terlibat dalam pelaksanaan perintah tersebut, ada hal lain yang Matius paparkan tentang kondisi iman para murid. Hal ini nampak dari reaksi mereka ketika melihat Yesus. Ada yang langsung menyembah-Nya, tetapi ada juga yang meragukan-Nya.

Matius memaparkan kepada pembaca tentang fakta bahwa ada murid Yesus Kristus yang masih meragukan-Nya, dan bahwa Yesus tahu tentang keadaan tersebut. Artinya, Yesus tahu hati setiap orang, baik mereka yang percaya sungguh bahwa diri-Nya telah bangkit dari kematian dan menang atas maut, maupun mereka yang meragukan-Nya. Namun keraguan manusia tidaklah menjadi penghalang bagi Yesus untuk memberikan 'amanat agung' kepada para murid. Karenanya sebelum 'amanat agung' itu diberikan kepada mereka, Yesus terlebih dahulu membereskan keraguan beberapa orang di antara mereka. Memang, setiap orang yang mau, dan sedang terlibat dalam pekerjaan Allah haruslah orang yang telah memiliki persekutuan dan hubungan yang tulus dan suci dengan Yesus Kristus. Itu berarti, tidak ada seorang pun yang dapat terlibat sebagai perpanjangan tangan Yesus Kristus untuk menyatakan amanat agung-Nya bila orang tersebut tidak memiliki hubungan yang kental, indah, dan mesra dengan Tuhan Yesus Kristus.

Wajar bila Matius memaparkan tindakan Yesus sebelumnya untuk membereskan keraguan hati di antara para murid tentang keberadaan diri-Nya. Tujuan-Nya adalah nantinya para murid akan keluar dengan dasar komitmen yang sama bahwa Yesus Kristus yang mereka imani adalah Tuhan yang berotoritas atas maut, alam semesta, bahkan sejarah manusia. Dengan demikian tanggung jawab untuk melaksanakan 'amanat agung' itu dapat terwujud. Para murid memikul tanggung jawab yang besar dalam pelaksanaan amanat agung ini. Tapi mereka tidak sendiri dalam pelaksanaannya, karena penyertaan Yesus terhadap mereka takkan berkesudahan.

Renungkan: Peran yang sekarang Kristen lakoni adalah peran para murid. Itu berarti tanggung jawab untuk mewujudkan amanat agung Yesus Kristus pun menjadi bagian kita.

Pengantar Kitab Yeremia 27-33

Pasal 27-29: Pasal-pasal ini merupakan bagian dari periode yang terangkum dalam pasal 21-29. Yehuda sudah memasuki masa- masa terakhir dalam kehidupannya sebagai sebuah bangsa. Nubuat Yeremia terbukti dengan datangnya serbuan dari Babel.

Dua pasal ini khususnya berbicara tentang nabi palsu dan ajarannya yang tak henti-hentinya membingungkan bangsa Yehuda yang sedang menghadapi situasi yang sangat genting karena kepungan Babel. Namun Yeremia tidak lelah-lelahnya memanggil Yehuda untuk menaati kehendak Allah dengan cara tunduk kepada Babel (27:1-22). Nubuatnya ditegaskan dengan menubuatkan kematian Hananya yang segera digenapi (28:1-17). Namun surat Yeremia kepada orang-orang Yehuda yang berada di pembuangan membuahkan tantangan yang baru bagi Yeremia.

Yeremia 30-33: Pasal 30-33 berisi salah satu nubuat yang paling penting dalam keseluruhan Perjanjian Lama. Yeremia menyampaikan nubuat-nubuat yang tercatat dalam pasal- pasal ini kepada bangsa Yehuda pada saat mereka dikepung oleh tentara Babel selama 18 bulan. Yeremia memaparkan penglihatan yang luar biasa tentang rencana Allah bagi umat pilihan-Nya di masa yang akan datang, setelah mereka mengalami pembuangan.

Yeremia memaparkan bagaimana Allah akan membawa Israel dan Yehuda pulang dan memulihkan mereka serta akan menghukum bangsa yang sudah menawan mereka.

Selain itu Yeremia juga menyampaikan wahyu Allah yang baru dan mengejutkan. Allah bermaksud menetapkan perjanjian yang baru dengan Israel. Perjanjian ini berbeda dengan perjanjian yang pernah Allah tetapkan di Gunung Sinai. Perjanjian baru ini akan mentransformasi bangsa Israel dari dalam diri mereka sehingga mereka akan dimampukan untuk menikmati seluruh berkat Allah. Namun demikian kunci bagi Kristen untuk memahami perjanjian baru ini adalah Yesus Kristus. Perjanjian baru ditetapkan dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.



TIP #05: Coba klik dua kali sembarang kata untuk melakukan pencarian instan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA