Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 421 - 440 dari 936 ayat untuk (68-26) Di AND book:19 [Pencarian Tepat] (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.82450631578947) (Mzm 30:1) (sh: Sukacita juga menderita (Sabtu, 24 Maret 2001))
Sukacita juga menderita

Sukacita juga menderita. Dalam tradisi Yahudi, mazmur ini digunakan pada hari raya Pentahbisan Bait Allah (1 bdk. Yoh. 10:22) dimana pada hari itu orang Yahudi memperingati pentahbisan ulang Bait Allah setelah dihancurkan oleh musuh-musuh mereka pada abad ke-2 s.M. Berarti mazmur ini penting bagi Kristen secara komunitas. Namun yang harus diperhatikan adalah walaupun mazmur ucapan syukur ini dinyanyikan secara bersama oleh umat Allah, mazmur ini bersumber dari pengalaman pribadi Daud. Karena itu untuk mendapatkan makna yang dalam dari mazmur ini bagi kehidupan Kristen secara komunitas, kita perlu merenungkannya.

Mazmur ini ditulis oleh Daud pada masa tuanya, ketika ia selesai menghitung seluruh pasukannya dan kemudian Allah menghukumnya (2Sam. 24). Dalam mazmur ini memang ada indikasi bahwa Daud telah mengalami penderitaan yang berat baik secara pribadi maupun bersama seluruh rakyatnya (2-6) justru setelah menikmati keamanan dan kesenangan dalam kehidupannya (7). Berkat yang ia nikmati menghasilkan rasa aman dan percaya diri yang terlalu besar. Ia mulai menyombongkan dirinya maka Allah menghukumnya sehingga membuatnya tersadar. Peristiwa ini menyatakan bahwa ketika seseorang mengalami kelimpahan berkat Tuhan di satu bidang kehidupannya, biasanya ia diuji di bidang lainnya. Kesukacitaan dalam pengharapan perlu dibarengi dengan pengalaman akan penderitaan agar tidak menyebabkan dosa dalam kehidupan seseorang. Ketika menyadari kesalahannya (8b), Daud segera bertobat, maka pengampunan dan pemulihan dari Allah segera dialaminya (6, 12). Pertobatan sejati yang diikuti pemulihan akan membuahkan puji-pujian kepada Allah (5-6, 13).

Renungkan: Kehidupan gereja Tuhan di Indonesia di satu sisi memang mengalami berkat yang berkelimpahan secara luar biasa, namun di saat yang sama gereja juga mengalami beberapa penderitaan seperti pengrusakan dan pengeboman gereja-gereja akhir-akhir ini. Kita perlu merenungkan dan merefleksikan peristiwa-peristiwa itu dalam terang mazmur kita hari ini. Ini perlu dilakukan agar kita dapat mengambil tindakan yang tepat, agar pada akhirnya kita dapat tetap memuji dan memuliakan Allah, bahkan mengajak semua orang untuk memuji-Nya.

(0.82450631578947) (Mzm 61:1) (sh: Ketika merefleksikan pengembaraan hidup (Minggu, 7 Oktober 2001))
Ketika merefleksikan pengembaraan hidup

Ketika merefleksikan pengembaraan hidup. Daud mengawali mazmur ini dengan permohonan yang sangat hangat dari batin yang dijejali dengan perasaan jauh dari Allah (ayat 2). Serta merta ia mengakui kisi-kisi hatinya lemah lesu. Ia berhasrat mencapai keselamatan yang tak mungkin dapat digapainya dengan usaha sendiri. Ia memohon Allah menuntunnya ke gunung batu yang sangat tinggi (ayat 3-4), yakni Allah sendiri.

Di ambang batas kesepiannya ia meminta Allah mengizinkannya berlindung pada-Nya (ayat 5). Setelah kerinduan hati terungkap, Daud kini mengingat kembali akan tindakan-tindakan Allah di masa lampau. Terkenang akan masa penobatan dirinya sebagai raja sehingga ia meresponi-Nya dengan nazar yang dengan setia ditepati. Ia sendiri yakin bahwa Allah yang telah menganugerahkan tanggung jawab yang besar, juga akan memberinya kekuatan ekstra untuk melaksanakan tugasnya (ayat 6).

Daud mengakui dirinya tidak memiliki kekuatan pribadi sehingga ia hanya dapat melanjutkan tugasnya bila Allah menambah umurnya (ayat 7). Hidup di dalam perpanjangan jabatan saja tidaklah memuaskan dan ia merindukan dapat hidup di dalam perkenanan Allah dan dijaga oleh kasih setia dan kebenaran-Nya. Daud memang seorang yang sungguh hidup berkenan kepada-Nya.

Renungkan: Ada kalanya ketika kita mengusir kesepian diri, perasaan itu melekat seolah tidak pernah mau menyingkir. Bila hal ini terjadi, periksalah dengan jujur apakah kita berani melepaskan segala sesuatu demi mendapatkan dekapan kasih Allah atau kita tetap memegang erat-erat mamon hidup kita, sehingga kita tidak mendapat tempat di kemah-Nya? Refleksikanlah hidup Anda!

Bacaan untuk Minggu ke-18 sesudah Pentakosta

Bilangan 11:24-30

Yakobus 5:1-6

Markus 9:38-48

Mazmur 135:1-7,13-14

Lagu: Kidung Jemaat 364

PA 5 Mazmur 58

Menduduki kursi penguasa tidak sesulit mempertahankan kedudukan sebagai penguasa yang adil, jujur, dan benar, sehingga semua kalangan rakyat dan bawahannya dapat merasakan kehidupan yang adil, makmur, dan sejahtera. Banyak penguasa bahkan boleh dikatakan hampir semua penguasa hanya memuaskan kehendak dan kedudukannya, dibandingkan memikirkan keadilan dan kesejahteraan bangsa dan negaranya. Banyak keputusan diambil berdasarkan kepentingan pribadi, keluarga, atau golongan tertentu yang membawa pengaruh bagi kekuasaannya.

Melalui PA kita hari ini, kita akan belajar bagaimana pemazmur menegur dengan keras para penguasa yang telah menyalahgunakan kekuasaannya dan bagaimana respons orang benar yang hidup di bawah penguasa demikian.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Menurut Anda, bagaimanakah pengamatan pemazmur tentang para penguasa, sehingga ia mengajukan pertanyaan sekaligus penilaian dengan begitu lugas, tegas, dan pedas (ayat 2-3)? Bagaimana pengamatan Anda tentang para pemimpin bangsa kita selama ini, apakah pertanyaan pemazmur ini pun tepat ditujukan kepada mereka?

2. Dengan apakah pemazmur menggambarkan kehidupan penguasa (ayat 4-6)? Mengapa pemazmur menggambarkannya demikian?

3. Bagaimana pemazmur meresponi sikap hidup para penguasa (ayat 7-9)? Adakah respons lain yang lebih tepat selain memohon Allah bertindak atas mereka? Jelaskan jawaban Anda! Apakah ini merupakan permohonan karena ketidakberdayaan seseorang dalam menghadapi sang penguasa? Jika tidak, apa makna sesungguhnya ayat-ayat ini?

4. Ternyata permohonan pemazmur berakhir dengan sebuah keyakinan yang jelas, walaupun belum ada tindakan konkrit dari Tuhan yang menjawab pergumulannya (ayat 10-12). Apa saja yang diyakininya? Mengapa ia dapat memiliki keyakinan seperti ini?

5. Bagaimanakah keyakinan pemazmur ini dapat menjadi keyakinan kita, ketika kita berdoa bagi para pemimpin bangsa kita? Tindakan konkrit apakah yang harus kita lakukan di bawah para pemimpin demikian?

(0.82450631578947) (Mzm 82:1) (sh: Lupa diri (Kamis, 1 November 2001))
Lupa diri

Lupa diri. "Power is knowledge", demikian ujar Foucault. Artinya, yang berkuasalah yang menentukan benar atau tidaknya sesuatu. Sayang sekali karena tidak semua penguasa mampu menjalankan tugas mereka dengan semestinya. Kepentingan pribadi atau golongan seringkali membuat mereka lupa diri, sehingga yang benar jadi salah dan yang salah jadi benar.

Mazmur 82 berbicara mengenai para hakim yang lupa diri. Ketika mazmur ini ditulis, para hakim tidak hanya menjalankan tugas yudikatif (hukum), tapi juga eksekutif (pemerintahan) dan legislatif (pembuat undang-undang). Mereka harus memerintah dengan adil dan menghukum kejahatan (Ul. 25:1). Namun, pada kenyataannya, ada hakim yang justru memutarbalikkan kebenaran dan membela kelaliman (ayat 2). Bagaimana mungkin mereka dapat membela kaum tertindas dan lemah (ayat 3-4) jika mereka tidak mengenal hikmat Allah dan tidak berjalan dalam kesucian (ayat 5)?

Itulah sebabnya kita melihat Allah berdiri di hadapan para "allah" untuk menghakimi mereka. Istilah "allah" dengan huruf kecil bukan merupakan suatu pujian untuk status para hakim yang seakan-akan menjadi wakil Allah, namun merupakan sindiran yang keras. Mereka adalah orang-orang yang mengangkat diri menjadi allah-allah palsu. Kepada orang-orang yang congkak dan lupa diri inilah, Allah akan menumpahkan gemas-Nya (ayat 7). Di dalam "kebesaran", mereka akan dihempaskan, karena wewenang telah disalahgunakan.

Mazmur ini ditutup dengan suatu permohonan pada Allah agar Ia segera mengulurkan tangan-Nya, membela kaum papa, dan menghajar para pemimpin yang sewenang-wenang. Ini adalah suatu pernyataan iman bahwa Allah tidak pernah menutup mata terhadap segala kejahatan dan penyimpangan. Ia adalah Hakim yang adil.

Renungkan: Jika Anda adalah seorang pemimpin, baik dalam keluarga, pekerjaan, pemerintahan, maupun di mana saja, pastikan bahwa Anda senantiasa bersikap benar di hadapan Allah dan sesama. Doakan pula agar para pemimpin bangsa kita memakai kekuasaan di dalam takut akan Allah, Sang Hakim yang adil.

(0.82450631578947) (Mzm 92:1) (sh: Orang fasik mendapatkan laknat, orang benar mendapatkan berkat (Sabtu, 22 Desember 2001))
Orang fasik mendapatkan laknat, orang benar mendapatkan berkat

Orang fasik mendapatkan laknat, orang benar mendapatkan berkat. Sama halnya dengan pengalaman penulis Mazmur 73, kita seringkali menjumpai bahwa di dunia ini ada begitu banyak orang benar yang menghadapi hal-hal yang kurang menyenangkan, bahkan menyakitkan. Ini membuat kita bertanya-tanya, "Mengapa demikian?"

Mazmur hari ini memberikan jawaban atas pertanyaan dan fakta tersebut melalui sebuah kidung yang dirancang khusus untuk dibacakan pada hari Sabat. Pemazmur memulai nyanyiannya dengan ucapan syukur (ayat 2-4) karena karya Allah yang penuh kasih, baik di dalam penciptaan maupun pemeliharaan-Nya. Namun, ciptaan dan karya Allah yang sedemikian agung tidak mungkin terselami oleh orang-orang yang mengandalkan kepandaian manusia (ayat 7).

Seperti apakah maksud Allah sebenarnya? Ternyata Allah memiliki rencana yang dahsyat. Ia akan menghancurkan orang fasik pada akhirnya, meskipun mereka diizinkan untuk unjuk gigi sementara. Bagaimanapun, Tuhan akan menghukum pelaku kejahatan. Sebaliknya, orang benar yang kelihatannya justru menjadi pihak yang kalah, akan dimuliakan kembali. Bahkan pada akhirnya orang benar akan diberkati dengan limpah, tepat dengan gambaran "kurma" yang selalu berbuah lebat dan "aras Libanon" yang merupakan simbol keperkasaan dan kemuliaan. Ini mengingatkan kita pada Mazmur 1, orang benar tumbuh bagai pohon yang selalu berbuah di tepi aliran air.

Mazmur ini ditutup dengan sebuah tekad kemenangan. Orang-orang benar akan dipelihara oleh Tuhan, dan mereka yang sudah teruji imannya dapat memberikan kesaksian bahwa Allah yang setia tetap berdaulat selamanya (ayat 15-16). Mereka dapat beristirahat di dalam Dia. Ini juga satu keyakinan bahwa orang-orang benar akan menikmati hari Sabat kekal di surga, diam dalam kasih dan keadilan Allah yang abadi.

Renungkan: Anda tak perlu merasa iri pada orang-orang fasik yang kelihatannya menikmati kemakmuran. sebab pada akhirnya Tuhan akan mengadakan perhitungan dengan mereka. Jika pada saat- saat ini Anda sendiri mengalami kesusahan, nantikanlah waktu Tuhan dan percayalah pada janji penyertaan-Nya!

(0.82450631578947) (Mzm 114:1) (sh: Sumber keyakinan mereka ialah Allah (Jumat, 3 Mei 2002))
Sumber keyakinan mereka ialah Allah

Sumber keyakinan mereka ialah Allah. Inti kepercayaan Israel dan pokok utama puji-pujiannya dalam mazmur ini adalah keyakinan bahwa Allah membawa mereka keluar dari perbudakan di Mesir. Dalam pengakuan ini, orang-orang Israel dari segala zaman dipersatukan menjadi umat Allah. Tujuan Allah membawa keluar umat-Nya dapat dilihat dari dua segi: Pertama, agar Israel menjadi bangsa yang kudus bagi-Nya serta menjadi wilayah yang di dalamnya Allah memerintah sebagai raja. Dengan pengertian lain, mereka ditebus dan dijadikan milik kepunyaan-Nya. Kedua, agar kerajaan Selatan (Yehuda) dan kerajaan Utara (Samaria) tetap mengakui Tuhan sebagai yang memerintah mereka (ayat 1,2). Dalam proses penebusan, perjalanan umat dari Mesir ke Kanaan, berbagai karya dan peristiwa ajaib mereka alami. Ini makin menunjukkan bahwa tidak ada rintangan apa pun dapat menghalangi Allah menggenapi rencana-Nya atas umat pilihan-Nya.

Sadar akan karya pembebasan yang begitu ajaib dan menakjubkan, pemazmur berseru kepada seluruh bumi agar gemetar di hadapan Allah, tunduk dan mengakui kemahakuasaan Allah Yakub-Israel. Baginya hanya Allah sajalah yang patut menerima pujian karena Dialah khalik yang di hadapan-Nya bumi gemetar, Dialah Allah yang memilih leluhur Israel serta membebaskan dan membina umat-Nya secara ajaib.

Kita pun menikmati karya penebusan Allah itu dalam pemeliharaan-Nya yang tidak begitu saja terjadi atas hidup kita. Begitu banyak peristiwa yang di dalamnya Allah campur tangan. Sudah sepantasnyalah hati dan jiwa kita bergetar terus-menerus untuk memuji kemasyhuran dan kedahsyatan Allah kita dengan kedalaman syukur yang luar biasa dan tanpa batas.

Pemazmur pun menyerukan kepada kita: “Pujilah Tuhan atas keajaiban dan pemeliharaan-Nya yang tanpa batas dalam hidup kita!” Bukan dengan untaian kata-kata mutiara, bukan dengan mengulang perkataan atau cerita Alkitab tanpa menyertainya dengan penghayatan, tetapi dengan sikap gemetar mensyukuri pemeliharaan-Nya atas hidup kita yang juga tanpa batas.

Renungkan: Syukurilah keajaiban Tuhan sepanjang hidup kita!

(0.82450631578947) (Mzm 117:1) (sh: Kasih setia Allah kekal (Senin, 6 Mei 2002))
Kasih setia Allah kekal

Kasih setia Allah kekal. Mazmur yang paling pendek dari keseluruhan Mazmur ini mengajak seluruh bangsa untuk memegahkan Tuhan dalam gema sorak: “bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” “Segala bangsa” di sini adalah seluruh bangsa, termasuk orang-orang dari bangsa bukan Yahudi. Segala bangsa diajak karena pujian ini merupakan jawaban atas keyakinan bahwa Tuhan memerintah seluruh dunia. Ajakan pemazmur ini dapat disejajarkan dengan gema pemberitaan nabi Yesaya, yaitu bahwa sebelum kedatangan orang Israel, Allah telah dipuji di Yerusalem sebagai Allah yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi (Yes. 11). Pada pemberitaan Yesaya selanjutnya, orang-orang dari seluruh bangsa diundang untuk datang kepada Tuhan, Allah Israel (Yes. 55). Mazmur ini mempunyai tempatnya dalam kebaktian di Yerusalem sesudah masa pembuangan.

Susunan mazmur pujian ini dapat dilihat dengan sangat jelas. Bagian pembukaan, bukan umat Israel saja yang diundang memuji Tuhan, melainkan segala bangsa dan segala suku bangsa. Ini memperlihatkan adanya unsur universal, seperti yang terdapat dalam mazmur lain: demikian bangsa-bangsa, bahkan semua yang bernafas diajak memuji Tuhan (Mzm. 47:2; 66:8). Di seluruh bumi, keselamatan yang dikerjakan Allah akan dikenal (Mzm. 22:28-30; 66:4) karena Dialah yang menghakimi bumi dengan menolong orang yang lemah, sengsara, dan miskin (Mzm. 82:8).

Bagian pokok, yang dibuka dengan kata penghubung “sebab”, mengungkapkan mengapa Tuhan harus dipuji, yaitu karena keagungan, kehebatan kasih-Nya kepada umat-Nya, yang menjadi nyata dalam segala tindakan dan karya-Nya, serta kesetiaan Tuhan yang tidak pernah berkurang kualitasnya. Di bagian lainnya, pemazmur menekankan tentang kasih setia Tuhan yang hebat atas kita. Ini mengungkapkan bahwa perbuatan-perbuatan Allah terhadap Israel sungguh hebat dan dapat diandalkan.

Renungkan: Kasih Allah kepada umat-Nya lebih dari sekadar perasaan saja, karena kasih yang bernilai kekal itu juga telah diwujudkan-Nya dalam diri Anak-Nya, Yesus Kristus.

(0.82450631578947) (Mzm 132:1) (sh: Antara Bait Allah dan istana (Selasa, 26 November 2002))
Antara Bait Allah dan istana

Antara Bait Allah dan istana.
Mendahulukan Tuhan dalam hidup bukanlah sikap yang mudah untuk dipelihara. Namun, mazmur kita hari ini berbicara tentang Daud yang bisa dijadikan teladan bagi kehidupan kita dan hubungan kita dengan Allah: bagaimana kita menempatkan Allah sebagai yang utama.Kemungkinan besar mazmur ini ditulis sebelum pembuangan karena pengungkapannya tentang tabut perjanjian menyiratkan bahwa Bait Allah belum dijarah oleh bangsa Babel (ayat 587 SM). Ada 2 bagian dalam mazmur ini: ayat Di+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1-10 diucapkan oleh seorang raja atau seseorang yang mewakilinya, ayat Di+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">11-18 diucapkan oleh seorang nabi atau imam dalam bait Allah.

Pemazmur memulai dengan doa agar Allah mengingat kesesakan Daud. Penderitaan yang dimaksud di sini bukan mengacu ke masa-masa sebelum Daud menjadi raja, tetapi menunjuk ke perjuangan Daud untuk membawa tabut perjanjian ke Yerusalem dari Kiryat-Yearim (ayat 1Sam. 7:2; 2Sam. 6). Yerusalem akan menjadi pusat agama dan politik dari kerajaan Daud. Jika Yahweh mengingat apa yang Daud lakukan, hal tersebut akan menjamin Yahweh tetap bermurah hati kepada keturunan-keturunan Daud dan penggantinya di Yerusalem.

Daud diyakini telah bersumpah untuk mengutamakan tempat kediaman bagi Allah, Yang Mahakuat dari Yakub—menunjukkan bahwa segenap suku-suku Israel harus menyembah Allah yang esa ini. Dengan tabut perjanjian dan Bait Allah menjadi pusat kehidupan bangsa Israel, ibadah kepada Allah dinomorsatukan di atas segala- galanya. Sebagaimana Daud bersumpah (ayat 2), Allah pun bersumpah setia kepada Daud dan keturunannya. Allah sendiri telah memilih Sion untuk menjadi tempat kediaman-Nya. Ini adalah sebuah anugerah—Allah rela untuk hadir di tengah umat manusia, menyertai dan bergumul bersama mereka. Allah pun menjamin keberlangsungan dinasti Daud.

Renungkan:
Biarlah Allah menjadi pusat kehidupan Anda, bukan harta, kedudukan, ataupun prestasi. Istana pun tak berarti bila Allah tak sudi hadir di dalamnya.

(0.81930152631579) (Mzm 16:10) (full: TIDAK MENYERAHKAN AKU KE DUNIA ORANG MATI. )

Nas : Mazm 16:10

Hubungan pribadi dengan Allah akan memberikan kepastian kepada orang percaya mengenai kehidupan di masa depan dengan Allah dan keyakinan bahwa Ia tidak akan menyerahkan mereka ke dunia orang mati (Ibr. _Sheol_; bd. Mazm 73:26). Rasul Petrus dan Paulus keduanya menerapkan ayat ini kepada Kristus dan kebangkitan-Nya (Kis 2:25-31; 13:34-37).

  1. 1) _Sheol_, yang terdapat 66 kali dalam PL, dalam bahasa Inggris diterjemahkan 55 kali sebagai "kuburan", dan 6 kali sebagai "kematian". Beberapa ahli berpendapat bahwa _Sheol_ senantiasa berarti "kuburan", sedangkan ahli lainnya beranggapan bahwa kata tersebut tidak pernah mengandung arti demikian itu saja.
  2. 2) Secara umum, PL memandang _Sheol_ sebagai tempat yang berhubungan dengan semacam hukuman.
    1. (a) Ketika Yakub mengatakan bahwa dia akan turun ke _Sheol_ karena kehilangan putranya Yusuf (Kej 37:35), ia merasa bahwa dirinya berada di bawah hukuman Allah; karena itu dia menolak untuk dihibur; tidak ada bukti bahwa dia mencari Allah kembali hingga setelah ia mendengar Yusuf masih hidup.
    2. (b) Daud dengan jelas menunjukkan bahwa _Sheol_ adalah tempat tujuan "orang-orang fasik" (Mazm 9:18), dan Yesaya mengatakan bahwa raja kafir Tiglat-Pileser dari Asyur, ketika meninggal dunia, akan menjumpai di Sheol raja-raja yang ditaklukkannya (Yes 14:9-10).
    3. (c) Ada beberapa nas yang menunjukkan bahwa orang Israel tidak mengharapkan masuk ke _Sheol_ ketika meninggal dunia ini, tetapi sebaliknya pergi ke tempat di mana mereka dapat menikmati berkat-berkat kehadiran Allah. Ketika Daud meninggal, ia mengharapkan akan tinggal selalu di rumah Tuhan (Mazm 23:6). Pemazmur lainnya percaya bahwa Allah akan menebus hidupnya dari dunia orang mati (_Sheol_) dan membawanya bersama-Nya ke sorga (Mazm 49:16; bd. Mazm 73:14-15). Dan Salomo bersaksi bahwa jalan kehidupan orang berhikmat yang takut akan Allah menuju ke atas "supaya ia menjauhi dunia orang mati di bawah" (Ams 15:24).
(0.81930152631579) (Mzm 12:1) (sh: Dunia dalam lautan dusta dan kecurangan (Rabu, 10 Januari 2001))
Dunia dalam lautan dusta dan kecurangan

Dunia dalam lautan dusta dan kecurangan. Kecurangan demi kecurangan terus terjadi dalam masyarakat kita. Dusta demi ambisi pribadi, dusta demi keuntungan materi, dan dusta demi mempertahankan kedudukan, merupakan pemandangan yang dapat kita lihat setiap hari. Belum lagi penindasan dan pengeksploitasian orang-orang yang miskin dan lemah terus berlangsung tanpa ada satu pembelaan yang berarti bagi mereka. Apakah kenyataan ini membuat kita prihatin dan berontak? Ataukah kita tidak peka lagi karena kita mungkin ikut terlibat di dalamnya? Apa yang harus kita lakukan?

Pemazmur, ketika melihat masyarakat di sekelilingnya penuh dusta dan kecurangan, ia hanya berseru `tolong' sebagai ungkapan permohonannya (ayat 2). Mengapa hanya satu kata singkat yang diungkapkan kepada Allah? Apakah masalahnya terlalu sederhana? Sebaliknya Ia kebingungan dan ketakutan karena orang saleh telah habis, demikian pula orang-orang yang setia telah lenyap. Habisnya orang saleh dan lenyapnya orang setia ini bisa jadi karena kematian, pergi dari masyarakat, atau tidak lagi menjadi saleh. Dalam konteks ini nampaknya banyak orang yang meninggalkan kesalehan dan kesetiaannya. Inilah yang mendorongnya dengan kuat untuk minta tolong dan karena terlalu mendesak dan menyesak maka ia hanya mampu mengatakan satu kata `tolong`.

Kondisi masyarakat di sekeliling pemazmur memang sangat parah. Menjadi orang fasik bukan lagi suatu hal yang memalukan, bahkan seperti sudah menjadi kebanggaan dan hal yang patut dipamerkan (ayat 9). Jika sudah demikian maka masyarakat tidak lagi peka terhadap amoralitas ataupun kebejatan yang terjadi di sekeliling mereka. Semua itu sudah menjadi bagian hidup mereka. Bagaimana pemazmur dapat bertahan, sehingga ia tidak habis lenyap? Ia melandasi hidupnya dengan keyakinannya kepada firman Tuhan yaitu bahwa Ia akan menjaga dan melindunginya. Dengan kata lain, firman Tuhanlah yang menopang dan menyokong kehidupannya, sehingga walau apa pun yang terjadi di sekitarnya ia tidak akan menjadi habis ataupun lenyap. Ia tetap akan setia dan hidup benar.

Renungkan: Pilihan di hadapan Kristen adalah habis lenyap atau bertahan setia. Untuk menjadi habis lenyap jauh lebih mudah, namun konsekuensinya? Untuk bertahan setia sangat sulit, namun mahkotanya? Jika Anda pilih yang kedua: baca, renungkan, dan taati firman-Nya.

(0.81930152631579) (Mzm 13:1) (sh: Kemenangan di atas kemenangan (Kamis, 11 Januari 2001))
Kemenangan di atas kemenangan

Kemenangan di atas kemenangan. Setiap orang yang dikejar-kejar musuh akan mengalami ketakutan, kecemasan, kebingungan, kuatir, dan segala macam perasaan lainnya yang mencekam, terlebih lagi bila musuhnya pasti dapat mengalahkannya. Di saat seperti itulah, ia membutuhkan pertolongan yang tidak terlambat Bagaimana dengan pemazmur, apakah ia juga sedang dalam keadaan demikian?

Di awal mazmur ini kita dapat membayangkan kondisi pemazmur yang sedang berteriak kepada Allah (ayat 1-2) karena himpitan musuhnya. Satu hal yang patut kita teladani adalah bahwa ia datang dan mengadukan halnya kepada TUHAN. Dua ayat pertama diawali dengan kata-kata: `berapa lama lagi', menunjukkan bahwa ia sedang menantikan uluran pertolongan tangan Tuhan. Mungkin untuk kesekian kalinya ia berteriak kepada Tuhan, tetapi walau nampaknya tidak segera mendapatkan jawaban, pemazmur tidak segera beralih kepada selain Tuhan yang akan segera memberikan pertolongan.

Mengapa ia tidak mau beralih kepada yang lain? Karena keyakinannya hanya kepada Tuhan, Allahnya (ayat 4). Bagi pemazmur, hanya Tuhan yang dapat membuat matanya bercahaya, sehingga tetap siaga dan waspada menghadapi musuh dan lawannya (ayat 5). Maka ia pun yakin bahwa musuh-musuhnya tidak akan berkata bahwa mereka telah mengalahkannya atau lawan-lawannya bersorak-sorak karena ia goyah (ayat 5).

Walaupun mazmur ini diawali dengan ratapan, tetapi diakhiri dengan tekad iman yang teguh, karena ia percaya kepada kasih setia Tuhan yang menyelamatkannya (ayat 6). Ia yakin bahwa Tuhan tidak pernah berubah, maka ia akan menyanyi bagi Tuhan karena kebaikan-Nya nyata dalam hidupnya (ayat 6). Iman pemazmur telah membawa kemenangan, bukan hanya kemenangan fisik tetapi yang lebih penting adalah kemenangan iman atas musuh- musuhnya. Bukan kelepasan dari musuh yang menjadi dasar sorak-sorai keselamatan dan nyanyian kemenangan, melainkan imannya yang jelas dan teguh kepada Tuhan, Allah yang penuh kasih setia dan kebaikan. Inilah kemenangan di atas kemenangan.

Renungkan: Siapa pun musuh Anda saat ini, bukanlah penentu kekalahan atau kemenangan Anda, karena kemenangan di atas kemenangan hanya dialami bila Anda mau memandang-Nya dengan kacamata iman.

(0.81930152631579) (Mzm 37:12) (sh: Tumbuh mekar di jalan yang sukar (Senin, 6 Agustus 2001))
Tumbuh mekar di jalan yang sukar

Tumbuh mekar di jalan yang sukar. Dunia yang fasik ini bukanlah habitat yang menyenangkan bagi mereka yang berupaya menghidupi kebenaran. Pergumulan, pertentangan, dan penderitaan merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan orang benar. Hal inilah yang menjadi sorotan Daud dalam perikop yang kita baca hari ini.

Melalui suatu perbandingan antara kehidupan orang benar dengan orang fasik, Daud menyingkap fakta bahwa kehidupan orang benar tidaklah terlepas dari ancaman orang fasik, namun tidak pernah ditinggalkan oleh Tuhan (ayat 12-15); Mereka seakan-akan tidak memiliki apa-apa namun memiliki segala sesuatu (ayat Di+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">16-19, 25), bahkan mengalirkan berkat bagi banyak orang karena sikapnya yang pengasih dan pemurah (ayat Di+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">21b, 26); Mereka bukanlah orang yang senantiasa mampu berdiri tegak di tengah badai kehidupan, namun tidak pernah dibiarkan sampai tergeletak sebab tangan Tuhan menopangnya (ayat Di+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">23, 24). Hal ini berbeda dengan kehidupan orang fasik. Mereka akan dilenyapkan, dikutuki Tuhan, binasa, dan habis lenyap bagaikan asap (ayat Di+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">20, 22), tidak terkecuali bagi masa depan dan anak cucu mereka (bdk. 28, 38). Rancangan kejahatannya adalah suatu kebodohan di hadapan Tuhan dan akan menimpa diri mereka sendiri (ayat 12-15). Harta milik yang diperolehnya dengan cara yang tidak jujur tidak berarti apa-apa sebab Tuhan akan mematahkan kekuatan mereka dan membinasakan mereka (ayat 16, 17, 20).

Melalui Mazmur ini kita dapat mempelajari bahwa kita sebagai Kristen yang sudah menerima kebenaran dari Tuhan, perlu menyadari bahwa: [1] Kita ada di bawah naungan perlindungan dan pemeliharaan Tuhan, yang membatasi kekuatan orang fasik (ayat 12-15, 18-19, 23- 26). [2] Tidak perlu merasa iri hati terhadap keberhasilan orang fasik, melainkan milikilah sikap hidup yang berkecukupan, puas dengan apa yang kita miliki (ayat 16-19); dan [3] menyalurkan berkat-berkat Tuhan yang sudah kita terima agar menjadi berkat bagi orang lain (ayat Di+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">21b, 26).

Renungkan: Bagaimanakah Anda hidup di tengah dunia yang fasik ini? Apakah Anda merasa putus asa dengan kondisi seperti ini? Bagaimana pemahaman kita hari ini tentang pemeliharaan Tuhan, kepuasan hidup, dan panggilan untuk menjadi berkat mempengaruhi langkah Anda?

(0.81930152631579) (Mzm 37:26) (sh: Jaminan teguh di dalam Tuhan (Selasa, 7 Agustus 2001))
Jaminan teguh di dalam Tuhan

Jaminan teguh di dalam Tuhan. Manusia membutuhkan rasa aman, baik untuk masa sekarang maupun masa depannya, baik di dunia ini maupun di balik kematiannya. Berbagai upaya dilakukannya untuk mendapatkan rasa aman ini, tidak terkecuali untuk motivasinya beragama. Tetapi apakah yang dapat menjadi jaminan yang pasti dan tidak berubah bagi kita untuk mendapatkannya? Terlebih lagi bagi kita yang berupaya untuk hidup dengan benar, tulus, dan jujur, di tengah dunia yang fasik ini, dimana justru orang-orang fasiklah yang nampaknya dapat bertumbuh dengan subur? Daud dalam Mazmur ini mengungkapkan rahasia masa depan orang benar, yang hidup dengan jujur, tulus, dan menyukai damai.

Rahasia jaminan yang teguh ini hanya ditemukan dalam relasi orang benar dengan Tuhan. Relasi ini dapat terpelihara melalui menjauhi kejahatan dan melakukan yang baik (ayat 27), serta menantikan Tuhan dan mengikuti jalan-Nya (ayat 34). Alasan dari langkah- langkah tersebut adalah karena Tuhan itu mencintai keadilan hukum dan tidak meninggalkan orang yang dikasihi-Nya (ayat 28). Dialah yang menjadi tempat perlindungan orang benar pada waktu kesesakan. Ia tidak akan menyerahkan dan membiarkan orang benar yang mengucapkan hikmat, mengatakan keadilan hukum dan memiliki Taurat di dalam hatinya, ke dalam tangan orang fasik, ataupun membiarkannya goyah dan dipersalahkan (ayat 30-33). Dialah yang menyelamatkan, menolong, dan meluputkan orang benar dari tangan orang fasik (ayat Di+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">39, 40). Jaminan ini berlaku senantiasa dan selama-lamanya, melintasi hidup dan menembus kematian (ayat 27, 28, 37). Jaminan seperti ini bukanlah milik orang fasik, yang tidak menemukan persekutuan dengan Tuhan. Walaupun mereka nampak bertumbuh mekar seperti pohon aras yang gagah dan sombong, namun akan dibinasakan dan dilenyapkan Tuhan bersama masa depan dan anak cucu mereka (ayat Di+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">28, 34, 38). Betapa tragisnya masa depan yang tiada pengharapan karena kesudahannya adalah kebinasaan.

Renungkan: Apakah Anda menyadari bahwa relasi dengan Tuhan yang terwujud dalam sikap menjauhi kejahatan, melakukan yang baik, menantikan dan mengikuti jalan-Nya, merupakan sesuatu yang sangat penting, bahkan terlebih penting dari semua upaya Anda yang lain?

(0.81930152631579) (Mzm 46:1) (sh: Tenanglah jiwaku (Kamis, 16 Agustus 2001))
Tenanglah jiwaku

Tenanglah jiwaku. Perubahan, ketidakpastian, serta berbagai situasi yang bergolak secara tak terkendali akan dengan mudah menghancurkan sendi-sendi kekuatan dan rasa aman kita. Dapatkah kita menemukan ketenangan batin yang membuat kita tetap tinggal tenang dalam situasi seperti ini? Pada Mazmur 46 ini, pemazmur mencatat bahwa Tuhan menghimbau kita untuk tetap diam dengan tentram (ayat 11), sekalipun bumi berubah dan mengalami kehancuran; sekalipun gunung-gunung bergoncang dan bergoyang di dalam laut sehingga gelombang airnya bergelora, ribut, dan berbuih. Ia mengajak kita untuk tetap menikmati suasana yang rileks dan damai (ayat 11), sekalipun bangsa-bangsa ribut dan kerajaan-kerajaan bergoncang (ayat 7). Bukankah ini merupakan ajakan yang nampaknya mustahil dan berlebihan?

Bangsa Israel menemukan keberanian dan keyakinan ini di dalam Tuhan Yang Mahatinggi (ayat 5). Ia adalah Pencipta alam semesta yang ditinggikan di antara bangsa-bangsa di seluruh muka bumi (ayat Di+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">11b). Ia adalah tempat perlindungan, kekuatan, dan penolong yang sangat terbukti (ayat 2). Ia ada bersama-sama dengan mereka dan akan melindungi Yerusalem (ayat Di+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">5, 6). Ia berkuasa atas alam semesta, nasib bangsa-bangsa dan sejarah umat manusia (ayat 7-10). Ia dapat diandalkan bukan hanya pada waktu dan tempat tertentu, kekuasaan-Nya melampaui kekuatan alam dan manusia. Dia berkuasa atas bumi, gunung, laut, sungai, bangsa-bangsa, dan kerajaan- kerajaan. Umat-Nya tidak perlu takut menghadapi perubahan apa pun, baik yang berasal dari alam maupun situasi politik yang ada. Mereka memiliki keyakinan di dalam Allah (ayat Di+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">8, 12). Tuhan pencipta alam semesta yang mengendalikan alam dan segala sesuatu yang terjadi di dalamnya, ada dan tinggal bersama-sama dengan kita, dan karena itu kita tidak perlu takut menghadapi berbagai perubahan dan ketidakpastian.

Renungkan: Apakah segala kecemasan dan ketakutan menghadapi perubahan dan ketidakpastian disebabkan karena tidak adanya keyakinan kepada Allah? Marilah kita bernyanyi: Tenanglah jiwaku, Tuhan besertamu. Tinggal diamlah dengan sabar menghadapi duka dan penderitaan, sebab dalam setiap perubahan Ia tetap setia. Tenanglah jiwaku, angin dan badai diketahui-Nya dan suara-Nya mengendalikannya (Katharine von Schlegel dalam lagunya "Be Still, My Soul").

(0.81930152631579) (Mzm 58:1) (sh: Allah yang memberi keadilan di bumi (Kamis, 4 Oktober 2001))
Allah yang memberi keadilan di bumi

Allah yang memberi keadilan di bumi. Mazmur 58 tidak mencatat suatu peristiwa penting di dalam sejarah, namun dari tinjauan isinya menunjukkan suasana kepahitan dari sebuah pemerintahan yang penuh kelaliman.

Mazmur ini dimulai dengan satu pertanyaan tajam yang ditujukan kepada para penguasa yang bertindak menghakimi manusia. Banyak ahli berpendapat bahwa para penguasa ini mungkin saja menerima gelar atau kehormatan setara dengan Allah, bila dibandingkan penggunaan kata yang dipakai menghadap Allah, menghadap imam-imam, atau menghadap hakim-hakim (Kel. 21:6; 22:8, 9; Ul. 17:8-13), lalu mengaitkannya dengan penguasa-penguasa masyarakat dalam Kel. 22:28. Dalam hal ini para penguasa berarti mereka yang kedudukannya sama tinggi dengan Allah dan melaksanakan hak menghakimi. Dan pemazmur sedang menelanjangi segala perbuatan mereka (ayat 4-6).

Pemazmur mohon agar Allah menjatuhkan 3 rangkap hukuman kepada para penguasa yang mencintai kelaliman. Pertama, pemazmur meminta agar mereka dibuat tidak berdaya (ayat 7) lalu dilenyapkan dari muka bumi (ayat Di+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">8a). Kedua, pemazmur memohon agar keadaan mereka yang sebenarnya dinyatakan, berkenaan dengan kefanaan mereka dan kerapuhan mereka, kemudian sehubungan dengan kejahatan yang sudah mengental di dalam diri mereka (ayat Di+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">8b, 9a). Ketiga, pemazmur menginginkan agar mereka disingkirkan bahkan dengan suatu penyingkiran yang mutlak sehingga seolah-olah mereka tidak pernah ada, seperti periuk yang dilanda api (ayat Di+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">9b, 10). Di penghujung mazmur ini, tampaklah kepuasan yang diperoleh orang benar, yang ditebus Allah, yang dipandang benar oleh-Nya ketika kejahatan dilenyapkan oleh Allah (ayat 12).

Mazmur ini secara keseluruhan menyatakan bahwa pada akhirnya semua manusia akan mengamini, bahwa hanya Allah yang dapat mengadili dengan adil (ayat 12) dan semua mulut akan mengaku bahwa pengadilan Allah tidak terelakkan (Flp. 2:9-11).

Renungkan: Kristen setiap hari berhadapan dengan kasus-kasus yang ringan dan yang pelik. Seringkali di dalam desakan kepenatan kita tergoda untuk bertindak sebagai hakim. Hari ini kita diingatkan kembali bahwa kita dapat menyerahkan seluruh perkara kita kepada Hakim Semesta Alam yang Maha Adil.

(0.81930152631579) (Mzm 89:1) (sh: Kasih setia Allah (Kamis, 8 November 2001))
Kasih setia Allah

Kasih setia Allah. Kita semua ingin memiliki pemerintahan yang bersih.

Keadilan, kebenaran, kerukunan, keamanan, dan kesejahteraan merupakan nilai-nilai umum yang didambakan oleh warga masyarakat. Sayang sekali, dalam dunia ini tidak ada satu bangsa dan negara pun yang sempurna. Mungkinkah kehidupan yang ideal terwujud?

Mazmur 89:1-19 menunjukkan adanya kemungkinan terwujudnya idealisme dalam sebuah bangsa dan negara, yakni terletak pada kasih setia Tuhan. Pemazmur memulai nyanyiannya dengan suatu tekad yang indah, yaitu bersyukur atas kesetiaan Allah, bahkan ingin menceritakan-nya dari generasi ke generasi (ayat Di+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">2). Ia tahu bahwa Allah yang memimpin bangsa-Nya telah menetapkan rencana-Nya di surga (ayat 3) untuk memberkati takhta Daud seterusnya (ayat 4-5). Kasih setia Tuhan begitu luar biasa, sehing-ga makhluk-makhluk surgawi pun kagum akan keagungan-Nya (ayat 6-9).

Dalam pengertian aslinya, istilah "kasih setia" biasanya dipakai dalam sebuah hubungan perjanjian antara 2 pihak. Ketaatan manusia akan menghasilkan berkat, sedangkan ketidaktaatan membawa hukuman. Maka memang ada unsur kesetiaan di dalam istilah "kasih setia". Namun demikian, kesetiaan bukan satu- satunya unsur di sana. Yang lebih penting adalah "kasih". Allah memberikan kasih setia-Nya bukan melulu karena syarat yang telah dipenuhi manusia, tapi terutama karena pemberian- Nya berdasarkan anugerah semata. Ia menegakkan takhta Daud karena kasih-Nya yang cuma-cuma, dan inilah yang membuat langit kagum.

Allah yang memberikan kasih setia-Nya menjalankan kuasa pemerintahan di atas takhta Daud dengan tongkat keperkasaan- Nya yang mulia (ayat 10-17). Mereka yang berbagian dalam anugerah ini disebut ber-bahagia. Allah sendiri yang melindungi kerajaan yang dikasihi-Nya dan raja yang diurapi- Nya untuk menjadi wakil-Nya di dunia (ayat 18-19).

Renungkan: Segala kekuasaan dan nilai yang mulia hanya mungkin terwujud bila kasih setia Allah menopangnya. Marilah kita ber-syukur kepada-Nya dan mewujudkan nilai-nilai kerajaan-Nya di dunia. Doakan juga agar pemerintah kita selalu sadar akan sumber kekuasaan mereka, sehingga mereka bisa menjalankan roda pemerintahan berlandaskan takut akan Tuhan.

(0.81930152631579) (Mzm 107:23) (sh: Allah atas semesta untuk umat-Nya (Jumat, 26 April 2002))
Allah atas semesta untuk umat-Nya

Allah atas semesta untuk umat-Nya. Alkitab menyaksikan bahwa Allah tidak hanya Allah atas umat tebusan-Nya, tetapi juga atas seluruh alam semesta ini. Catatan Alkitab tentang kisah penciptaan pertama sampai penciptaan baru nanti menunjukkan bahwa alam semesta berasal dari Allah, adalah milik Allah, dan berada di bawah kendali Allah. Namun, pada kenyataannya, dunia ini tidak saja indah dan harmonis, tetapi bisa juga menjadi liar dan menimbulkan malapetaka yang mengerikan.

Dalam bagian ini, pemazmur melanjutkan kisah-kisah penebusan yang Allah lakukan terhadap orang per orang. Pengalaman pelepasan yang kini disaksikan adalah ancaman yang orang alami dari alam di dalam situasi bekerja (ayat 23-32). Bahaya dan ancaman dalam dunia kerja dilihat pemazmur sebagai kontrol penuh Allah dalam dunia ini. Laut adalah dunia kerja pelaut. Di dalam situasi kerja sehari-hari, para pelaut senantiasa berada di dalam situasi ketika keahlian dan keberanian sehebat apa pun tidak akan pernah membuatnya mampu mengendalikan dunia kerjanya itu. Pelaut yang harus menyesuaikan diri dan pandai-pandai membaca dunia kerjanya, bukan sebaliknya. Tetapi, hal itu juga berarti kesempatan untuk mengakui bahwa Allahlah pengendali dunianya (ayat 23-30). Di dalam ketidakmenentuan hidup dan dunia ini, orang beriman tidak saja menyadari keterbatasan dirinya, tetapi juga mensyukuri kekuasaan Allah atas segala sesuatu.

Reaksi orang terhadap kenyataan bahwa kekuatan-kekuatan alam ini ada di luar kontrolnya tidak sama. Sejak dulu sampai kini, manusia cenderung menyembah hal-hal yang tak dapat dikuasainya. Dulu orang menyembah sungai, gunung, kesuburan, dewi laut, dll. Kini manusia memiliki lebih banyak lagi hal yang mereka sembah: kecantikan, kekayaan, kekuasaan, kenikmatan perut, dll. Pemazmur menolak kecenderungan menganggap bahwa hidup tergantung pada alam dan dunia ini. Allah yang mengatur irama perputaran alam (ayat 33-38) bahkan juga seluruh perjalanan sejarah (ayat 34-42). Kedahsyatan alam hanyalah sebagian kecil ungkapan kekuasaan Allah. Karena itu, kita harus bergantung kepada Allah, bukan menyembah kekuatan lain (ayat 33-43).

Renungkan: Meminta tolong kepada Tuhan berarti mengakui kelemahan dan mengungkapkan keinginan untuk masuk ke dalam tangan kuasa kekal- Nya

(0.81930152631579) (Mzm 136:1) (sh: Kasih setia yang teguh (Rabu, 27 November 2002))
Kasih setia yang teguh

Kasih setia yang teguh.
Meski kasih Allah hadir di mana-mana, kadang sulit bagi kita untuk bersyukur. Dalam mazmur ini, ada pola ucapan liturgis yang terus diulang bertubi-tubi: "kasih setia-Nya untuk selamanya." Frasa ini mungkin adalah respons jemaat setelah seorang imam menyerukan kebenaran tentang karakter dan karya Allah. Kita perlu belajar mengingatkan diri kita sendiri berulang-ulang untuk memuji Tuhan agar kita tidak melupakan anugerah-Nya. Pemazmur mengajak kita untuk beribadah dan bersyukur kepada Allah (ayat 1-3). Ia adalah Allah di atas segala allah, yang hakikat-Nya terangkum dalam sebuah sifat: kasih setia. Bangsa Israel yang terus-menerus tergoda untuk menyembah berhala-berhala perlu menyadari bahwa Yahweh adalah satu-satunya Pencipta yang layak disembah (ayat 4-9). Melalui seluruh ciptaan ini Ia menunjukkan bahwa Dialah seorang artis yang agung dengan keahlian yang mengagumkan. Jika kita melihat karya Allah dalam alam semesta, kita tidak dapat menahan diri untuk memuji Dia karena keindahan dan kemegahan buatan tangan- Nya. Bukan hanya dalam ciptaan, Allah juga bekerja dalam sejarah umat-Nya (ayat 10-22). Perjalanan melintasi Laut Merah dan padang belantara merupakan peringatan sekaligus janji bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya yang sering kali bebal.

Selanjutnya, pemazmur memunculkan kata "kita" (ayat 23). Di sini seakan-akan pemazmur ingin menyatakan bahwa sejarah itu bukanlah sesuatu yang di luar dirinya, tetapi adalah bagian kehidupannya sendiri. Iman dengan demikian bukan bicara mengenai masa lalu, tetapi iman yang sungguh dihidupi di masa sekarang. Maka, rasa syukur itu bukan hanya disebabkan Tuhan telah menolong Israel di masa lalu, namun karena Tuhan pun sebenarnya kini menolong "kita".

Mazmur yang dimulai dengan rasa syukur, karena sesuatu yang universal, dalam alam ciptaan, diakhiri juga dengan terima kasih karena Allah adalah pemelihara segala makhluk.

Renungkan:
Alam dan sejarah mengepung Anda dengan kasih setia Tuhan. Bisakah Anda berlari dari rasa syukur yang mendalam? Perintahlan jiwa Anda untuk bersyukur kepada Dia!

(0.81627960526316) (Mzm 1:3) (full: ALIRAN AIR. )

Nas : Mazm 1:3

Hasil untuk mereka yang dengan setia mencari Allah dan Firman-Nya ialah hidup di dalam Roh. Karena air sering kali melambangkan Roh Allah (mis. Yoh 7:38-39), maka mereka yang diajar oleh Allah dan tinggal di dalam Firman-Nya akan menerima sumber hidup yang tidak habis-habisnya dari Roh. Frasa, "apa saja yang diperbuatnya berhasil" tidak berarti bahwa tidak pernah akan terjadi masalah atau kegagalan, tetapi bahwa orang benar akan mengetahui kehendak dan berkat Allah

(lihat cat. --> 3Yoh 1:2).

[atau ref. 3Yoh 1:2]



TIP #01: Selamat Datang di Antarmuka dan Sistem Belajar Alkitab SABDA™!! [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA