(0.230512) | (Mzm 78:31) |
(sh: Kasih Allah dan hukuman-Nya (Selasa, 26 April 2005)) Kasih Allah dan hukuman-NyaKasih Allah dan hukuman-Nya
Pengkhianatan Israel sangat dominan. Mereka begitu mudah melupakan karya Allah yang ajaib dan penyertaan Allah yang tidak pernah berhenti (ayat 42-55). Kesempatan-kesempatan indah, pengalaman-pengalaman manis sepanjang jalan yang panjang itu seringkali terkubur dalam ingatan. Firman Allah harus datang untuk menyegarkan, mengingatkan kembali kasih Allah. Namun, pertobatan mereka dangkal sekali. Israel baru mencari Allah ketika sadar mereka tidak bisa membebaskan diri dari-Nya. Di saat seperti itu Israel bersembunyi di balik topeng penyesalan atau pertobatan. Sebenarnya Israel sedang membohongi Allah (ayat 32-37,40-41). Segala macam cara ditempuh untuk membebaskan diri dari Allah dan hukum-hukum-Nya, dan untuk melanggengkan kenikmatan sesaat serta pementingan diri. Mereka terus mendurhaka kepada-Nya (ayat 56-58) walaupun Ia berpanjang sabar (ayat 38-39). Akhirnya, pukulan keras harus diberikan karena kebebalan Israel seperti tak mengenal batas (ayat 59-64). Syukur kepada Allah! Allah tidak pernah berhenti mengasihi. Saat melihat kehancuran umat, hati-Nya tergugah. Ia bangkit dan menyatakan belas kasih-Nya. Ia membangkitkan Daud untuk memimpin umat-Nya kembali setia kepada-Nya (ayat 65-72). Puji Tuhan, di dalam Kristus Yesus, Putra Daud, Allah menyatakan kasih terbesar-Nya. Renungkan: Cambuk Allah adalah untuk punggung yang bebal, tetapi Tangan-Nya yang lembut untuk hati yang terbuka kepada Dia. |
(0.230512) | (Mzm 82:1) |
(sh: Allah Esa (Sabtu, 30 April 2005)) Allah EsaAllah Esa
Siapakah para ilah yang dihakimi Allah itu? Ada beberapa kemungkinan menafsir bagian ini. Pertama, para ilah ini adalah para pemimpin umat seperti para hakim yang bertanggung jawab menegakkan hukum dan keteraturan dalam masyarakat Israel. Kedua, para ilah ini adalah para raja bangsa-bangsa. Pada zaman itu para raja sering dianggap wakil dewa atau bahkan putra dewa (ayat 6). Ketiga, para ilah ini adalah dewa dewi yang disembah oleh bangsa-bangsa kafir. Israel yang seharusnya menyembah TUHAN, Allah yang Esa, sering terkecoh dengan menyamakan Dia dengan dewa-dewi itu. Akibatnya mereka hidup mengikuti ajaran moral agama-agama kafir tersebut. Mazmur ini menegaskan bahwa semua ilah lain tidak dapat bertahan dalam penghakiman satu-satunya Allah. Semua ilah lain hanya membawa penyembah-penyembah mereka mempraktikkan hidup yang tidak adil dan menindas satu sama lain (ayat 2,5). Akan tetapi, umat Tuhan pasti menegakkan keadilan bagi sesamanya dan penuh belas kasih kepada mereka yang tertindas oleh karena TUHAN yang disembah adalah adil dan kasih (ayat 3-4). Kalau kita mengaku umat dari Allah yang Esa, Hakim yang adil dan penuh belas kasih, maka tentunya yang diharapkan dari kita adalah sikap dan sifat yang sesuai dengan pengakuan itu. Adakah orang di sekitar kita dapat melihat keadilan dan kasih Allah melalui hidup kita? Ingat bahwa penghakiman bagi dunia ini akan dimulai pertama-tama di dalam rumah tangga Allah (baca Gereja; 1Pet. 4:17). Camkan: Siapa yang Anda sembah, Allah yang Esa atau ilah-ilah palsu, akan nyata dari sikap hidup Anda! |
(0.230512) | (Yes 49:14) |
(sh: Kau tidak Ku lupakan (Rabu, 17 Agustus 2005)) Kau tidak Ku lupakanKau tidak Ku lupakan Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalah. Peribahasa ini berarti kasih ibu kepada anak tiada terputus sampai mati, tetapi kasih anak kepada ibu kadang-kadang amat sedikit dan dapat hilang. Ungkapan seperti ini dipakai Allah untuk menunjukkan kasih-Nya kepada Israel. Wajarlah Israel beranggapan Allah telah melupakan mereka sebab mereka tidak ditolong-Nya saat Nebukadnezar menyerbu Yerusalem. Mereka justru ditawan ke negara Babel. Setelah puluhan tahun di tanah pembuangan, mereka semakin yakin Allah melupakan mereka (ayat 14, 21). Perasaan Israel ini dijawab Allah dengan pertanyaan retoris: "Bagaimana mungkin seorang ibu tidak lagi peduli kepada anak kandungnya?" (ayat 15-16). Tuhan sekali lagi menegaskan bahwa Ia mengingat umat pilihan-Nya itu. Israel tetap akan menjadi umat yang dikasihi Tuhan (ayat 15-16). Allah bukan sekadar mengakui bahwa Israel adalah milik-Nya, tetapi Ia membuktikannya. Pertama, Tuhan akan membangun Sion kembali. Orang-orang yang dipakai Allah untuk membangun akan berkumpul bersama untuk merestorasi Sion (ayat 17-18). Akibatnya banyak orang akan datang memadati daerah Israel dan generasi yang tertinggal akan dipulihkan (ayat 19-21). Kedua, Israel akan menjadi bangsa yang dihormati semua bangsa dan tidak lagi mendapat malu (ayat 22-23). Semua janji-Nya akan digenapi karena Ia Allah yang setia pada umat-Nya. Ia membebaskan umat-Nya dari musuh mereka dan akan menghukum musuh itu (ayat 24-26). Pada saat penderitaan dan tekanan hidup menimpa, kita sering merasa Tuhan telah melupakan bahkan meninggalkan kita. Sebenarnya, Tuhan tetap mengasihi kita bahkan Ia mau memulihkan kita. Yang perlu kita lakukan adalah tetap percaya kepada-Nya dan tekun menantikan pertolongan-Nya meski solusi belum dapat kita lihat. Renungkan: Tuhan mengingat setiap anak-Nya satu per satu. Setiap kita memiliki tempat khusus di hati-Nya. |
(0.230512) | (Hos 3:1) |
(sh: Ibarat gelas yang telah pecah (Jumat, 5 November 2004)) Ibarat gelas yang telah pecahIbarat gelas yang telah pecah. Mungkinkah rusaknya pernikahan karena perselingkuhan dipulihkan kembali? Tentu perlu pengorbanan kedua belah pihak. Pertanyaan yang lebih penting ialah sanggupkah pihak korban mengampuni dan bahkan mau membayar harga? Perintah Allah agar Hosea mencintai kembali Gomer dan menebusnya supaya menjadi istrinya kembali, bukanlah suatu perintah yang mudah ditaati (ayat 1). Hosea harus mengampuni dan melupakan semua perbuatan sundal istrinya itu. Bahkan Hosea harus membayar harga tebusan Gomer senilai harga jual seorang budak wanita (antara 10-20 syikal perak). Namun, karena ketaatannya kepada Allah Hosea tetap melakukannya (ayat 2). Dari pihak Gomer pun, ada harga yang harus dibayar. Gomer harus mengalami masa penyucian dengan tidak "disentuh"oleh siapa pun, termasuk Hosea sendiri (ayat 3). Masa pengasingan Gomer ini merupakan masa pembinaan kembali hubungan antara umat dengan Allah. Penyucian Gomer adalah langkah simbolis yang berarti Allah mengasingkan Israel dari semua kekasih mereka (para ilah) yakni Israel diasingkan ke Negara Asyur. Di negara pembuangan itu, Israel akan kehilangan para pemimpin selama jangka waktu tertentu. Akibatnya Israel akan mengalami perasaan hampa yang menuntun mereka untuk mencari dan berseru kepada Tuhan (ayat 5). Kristus adalah harga yang dibayar Allah untuk menebus kita, "istri yang berselingkuh" itu. Kita sudah merasakan kasih Allah yang begitu besar. Hosea bisa mengampuni bahkan menebus Gomer, kita pun pasti bisa. Sekarang kita wajib pula menyatakan kasih dan pengampunan kita kepada pasangan sekalipun ia telah mengkhianati kita. Suami wajib mengampuni istri dan menerimanya kembali dengan kasih. Demikian pula sebaliknya istri mau memberi kesempatan kepada suami kembali. Renungkan: Gelas pecah memang sulit dilekatkan kembali tanpa meninggalkan bekas. Namun, tiada hal yang mustahil bagi Tuhan. Melalui kasih Kristus, pernikahan karena perselingkuhan sanggup dipulihkan. Berikan kesempatan bagi kasih dan kekudusan Allah. |
(0.230512) | (Yun 4:1) |
(sh: Perspektif Allah dan perspektif manusia (Minggu, 16 Desember 2001)) Perspektif Allah dan perspektif manusiaPerspektif Allah dan perspektif manusia. Yunus, seperti juga kita semua, seringkali buta terhadap diri sendiri. Yunus lupa bahwa Tuhan telah berbelas kasihan kepadanya dan bahwa ia dan orang-orang Niniwe adalah manusia yang tidak taat pada Tuhan. Anehnya, Yunus melihat bahwa hanya dia, bukan Niniwe, yang layak diselamatkan. Pandangan ini menyebabkan Yunus marah ketika melihat Tuhan mengampuni orang Niniwe. Bagi Yunus, misi sebenarnya adalah memproklamasikan peringatan Tuhan dan menyaksikan-Nya menghancurkan bangsa Asyur yang jahat itu. Yunus tidak bisa menerima kenyataan jika karakter Tuhan yang baik juga dinikmati oleh bangsa yang jahat. Tuhan mengerti kondisi hati Yunus. Karena itu, untuk membuat Yunus mengerti hati- Nya, Ia membandingkan kasih-Nya kepada Niniwe dengan kasih Yunus kepada pohon jarak yang menaunginya. Kalau Yunus bisa begitu mengasihi pohon yang tidak ditanamnya dan hanya dekat dengannya selama satu malam, apalagi Tuhan terhadap 120.000 orang Niniwe. Secara keseluruhan, kita belajar dua hal melalui Kitab Yunus. Pertama, Tuhan mengasihi semua manusia ciptaan-Nya, tanpa kecuali. Semua bangsa dan semua orang adalah objek kasih-Nya. Jika demikian faktanya, tidak ada yang dapat kita lakukan kecuali menerima dan berada dalam kasih Tuhan itu. Kedua, kita juga dapat menyaksikan besarnya kasih Tuhan kepada manusia. Renungkan: Pahami setiap kata dalam lirik lagu ini, akuilah dengan jujur pengalaman Anda bersama Tuhan: "Ajaib benar, anugerah-Nya pembaru hidupku! 'Ku hilang buta bercela, oleh-Nya 'ku sembuh. Ketika insaf, 'ku cemas, sekarang 'ku lega. Syukur, bebanku t'lah lepas berkat anugerah" (KJ. 40). PA 6: Yudas 1-25 Ketika seorang percaya menyatakan imannya kepada objek kepercayaannya, ia sedang meletakkan dasar keyakinan pribadinya yang menyangkut masalah kematian atau kehidupan kekal. Kehidupan orang percaya seumpama bangunan yang berdiri di atas suatu landasan. Suatu bangunan penting ditopang dengan fondasi yang teguh. Kita tidak dapat bekerja dalam bangunan atas iman yang kreatif, sebelum kita meletakkan dasar rohani yang tidak akan hancur di bawah tekanan-tekanan dan himpitan-himpitan yang dikenakan padanya. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari esensi membangun iman di dalam surat ini. Pertanyaan-pertanyaan pengarah: 1. Berita apa yang sebenarnya ingin ditulis oleh Yudas (ayat 3a)? Tetapi, ternyata di dalam perkembangannya, seruan apakah yang Yudas sampaikan di dalam suratnya (ayat 3b)? Mengapa Yudas menulis seperti itu (ayat 4)? Kebenaran apa yang Anda temukan di dalam perubahan maksud tulisan Yudas? Adakah hal lain yang lebih penting daripada hal tersebut di dalam kehidupan kita?
2. Di dalam menggambarkan kemungkinan kejatuhan orang percaya,
tiga lukisan sejarah apakah yang Yudas lampirkan (ayat 3. Kebenaran apakah yang ingin disampaikan Yudas lewat kutipan apo-kaliptisnya (ayat 14-15)? Kesombongan dan nafsu seperti apakah yang mereka lakukan, sehingga mereka patut dihukum (ayat 19)? Peringatan apakah yang sebenarnya pernah disampaikan oleh para rasul terda-hulu (ayat 17-18, 19)? Kristen seperti apakah yang dapat dipengaruhi oleh penyesat? 4. Di dalam rangka membangun fondasi iman, usaha apa lagi yang dapat dikerjakan dalam waktu yang bersamaan (ayat 20-21, 22- 23)? Apa yang dimaksud dengan "berdoa dalam Roh Kudus" (ayat 20)? Allah seperti apakah yang kita imani, sehingga dapat menolong kita menggapai solusi hidup (ayat 24, 25)? Pelajaran tambahan apakah yang Anda temukan sendiri di luar bahasan Surat Yudas, namun yang memberikan stimu-lasi di dalam konteks membangun iman di atas dasar yang benar? |
(0.230512) | (Mat 5:33) |
(sh: Antara kata dan hati (Minggu, 4 Januari 1998)) Antara kata dan hatiAntara kata dan hati Keadilan dan kasih. Kehidupan orang percaya, sering terjebak dalam dualisme, di gereja kudus dan di luar gereja boleh semaunya. Dualisme seperti ini salah total sebab manusia yang dualistis hidup dalam kepalsuan. Sikap demikian bisa jadi berhubungan erat dengan kesalahan menafsirkan arti perintah Tuhan. Hukum mata ganti mata, gigi ganti gigi seringkali ditafsirkan seolah Allah menginginkan balas membalas dalam kehidupan manusia. Tetapi maksud firman itu ialah agar orang yang bersalah diperlakukan dengan adil, tidak dijatuhi hukuman lebih berat atau lebih ringan. Di lain pihak, pengikut Kristus sadar bahwa kejahatan tidak dapat diatasi oleh kekerasan hukum tetapi oleh kekuatan kasih. Sambil berusaha menegakkan hukum, pengikut Kristus berupaya untuk mengalah menahan diri (ayat 39), bermurah hati (ayat 40-42), bergantung pada kasih karunia Allah (ayat 43-44). Kelakuan sosial Kristen adalah kelakuan yang memberlakukan sikap Kristus sendiri. Renungkan: Bukankah kita yang telah menerima kasih Allah dalam Kristus sadar bahwa hanya kasih dapat merubah hidup? Doa: Di tengah hidup yang penuh kepalsuan dan kekerasan, berilah kekuatan untuk hidup benar dan mengasihi. |
(0.230512) | (Gal 2:11) |
(sh: Tolak standar ganda! (Selasa, 7 Juni 2005)) Tolak standar ganda!Tolak standar ganda!
Sungguh menyedihkan, sikap yang dilihat Joni dan yang menjadi penyebab ia mundur dari memercayai Yesus, justru diperlihatkan oleh Petrus (ayat 12). Petrus masih menganggap tradisi Yahudi (=sunat) lebih penting daripada Injil. Sebaliknya Paulus menyatakan konsistensi imannya dengan berani menegor keras dan terbuka kepada Petrus yang tergolong seniornya (ayat 11,14). Pertama, hukum Taurat tidak dapat menyelamatkan manusia berdosa. Hanya kasih karunia dalam Kristus yang membenarkan seseorang. Kasih karunia dalam Kristus inilah yang mengubah inti kehidupan orang yang percaya. Hidup Kristus ada di dalam hidupnya (ayat 16-20). Kedua, sikap Petrus sebagai salah seorang pemimpin gereja mempengaruhi orang-orang lain sehingga mereka juga terseret dalam kemunafikannya (ayat 13). Kalau hal ini dibiarkan dapat mengacaukan dan merusak persekutuan Injil yang sudah Paulus rintis dan bina selama ini di Antiokhia. Gereja harus menyadari bahwa peran penting mereka dalam pemberitaan Injil bukan hanya dengan menjadi juru bicara Tuhan, tetapi juga dengan menyaksikan kasih Allah melalui kehidupan. Pertama, gereja harus menolak segala ajaran yang menegakkan peraturan atau tradisi tertentu lebih tinggi daripada ajaran kasih karunia. Kedua, gereja harus mendidik umat Tuhan untuk tidak bersikap membeda-bedakan suku, bahasa, status sosial, pendidikan, dll. Sikap antidiskriminasi ini harus dimulai dari para pemimpin gereja! Camkan: Jangan rusak kesaksian Injil kasih Allah dengan tindakan diskriminatif umat Allah. |
(0.230512) | (1Tim 1:12) |
(sh: Kasih karunia melahirkan syukur (Jumat, 7 Juni 2002)) Kasih karunia melahirkan syukurKasih karunia melahirkan syukur. Salah satu kualitas yang sering dijumpai pada tokoh-tokoh besar adalah kesadarannya yang tajam akan kelemahannya sendiri, dan tidak malu untuk mengakui kelemahan tersebut. Kualitas ini jugalah yang kita jumpai pada diri Paulus. Sebagai salah seorang rasul yang terkemuka, Paulus, yang dulunya bernama Saulus, mau mengakui latar belakang kelabunya. Ia pernah menjadi seorang ganas dan penganiaya jemaat Allah. Namun, Paulus tidak pernah berusaha menutup-nutupi hal ini. Nas ini hanyalah salah satu dari beberapa bagian suratnya, yang secara blak-blakan menyaksikan masa lalunya yang kelam (bdk. Gal. 1). Namun, ada hal lain yang perlu disimak dan dicermati dengan lebih mendalam. Di dalam nas ini, Paulus terus mengedepankan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamatnya. Pengakuan atas masa lalu yang kelam tidak diikuti dengan membanggakan diri atas perubahan yang telah terjadi. Paulus mengakui bahwa Kristus Yesuslah yang menguatkannya, yang menganggapnya setia, serta memberikannya kepercayaan untuk terlibat dalam kegiatan pelayanan (ayat 12). Paulus mengakui bahwa semua yang terjadi semata-mata karena kasih karunia Tuhan itu telah dikaruniakan dengan limpah (ayat 13). Paulus mengakui bahwa Yesus telah mengasihani dirinya sebagai orang yang paling berdosa, dan telah menunjukkan kesabarannya (ayat 16). Ada ungkapan yang mengatakan: 'Gratia' (anugerah) selalu melahirkan 'Gratitude' (syukur). Inilah yang dilakukan Paulus. Setiap kali Paulus mengenang kembali jalan hidupnya, maka selalu akan timbul dalam hatinya penuh syukur, suatu doksologi/puji-pujian kepada Allah (ayat 17). Renungkan: Makin lama seseorang menjadi Kristen, makin besar kemungkinan datangnya godaan untuk menganggap keselamatan dan kasih karunia Tuhan sebagai upah yang pantas atas kesediaan orang itu mengikut Tuhan. Anggapan ini adalah penghinaan bagi kasih karunia dan anugerah Tuhan. Seharusnya, rentang waktu itu membuat Kristen makin hari makin takjub, makin bersyukur dan makin bertekad untuk melayani Allahnya. |
(0.230512) | (2Tim 4:19) |
(sh: Berjuang sendiri tetapi tidak sendirian (Selasa, 3 September 2002)) Berjuang sendiri tetapi tidak sendirianBerjuang sendiri tetapi tidak sendirian. Kemarin kita belajar tentang teladan Paulus Yang tidak menganggap tindakkannya meminta pertolongan sebagai tindakan kelemahan. Hari ini kita belajar tentang kerendahan hati Paulus. Dalam pelayanan , kerendahan hati selalu terkait dengan kasih persaudaraan yang hangat dan hidup. Nama-nama seperti Priska, Akwila, Onesiforus, serta “semua saudara yang lain” menjadi pengajaran dalam Bentuk riil dari jejaring persaudaraan dan persahabatan yang menopang Paulus. Paulus Berada di penjara, namun ia tidak berjuang sendirian. Ada teman-teman sepelayanan yang selalu menghibur, menopang serta mendukung kebutuhan hiodupnya. Hal yang sangat indah dari nas yang kita baca ini adalah, masing-masing pihak di dalam jejaring persaudaraan ini dan berinisiatif serta berusaha menjaga keakraban mereka dengan kasih, tanpa bergantung pada keadaan. Kembali kita belajar bahwa ‘kasih’ itu “tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan!” Kasih itu memiliki peran yang luar biasa, karena tidak dapat dibatasi perwujudannya oleh kondisi apapun, da dalam situasi bagaimanapun! Untuk semua yang telah terjalin indah ini, dimasa-masa akhir hidupnya, Paulus mengirim salam terakhir pada Timotius dan saudara-saudara yang lain dengan menyatakan, “kasih karunia menyertai kamu”. Dalam bahasa aslinya, kata “kamu” yang digunakan adalah kata ganti jamak, artinya, berkat ini tidak hanya ditujukan kedpada Timotius, walaupun bagian terbesar dari surat ini murni ditujukan kepada Timotius, secara pribadi. Paulus memohon berkat Tuhan untuk semua saudara-saudaranya sepelayanan, terutama yang ada bersama Timotius. Kita belajar dua hal dari Paulus. Pertama, dimasa-masa akhir hidupnya, ia tidak menyesali keadaannya tetapi justru memaksimalkan kehadirannya dengan menjadi berkat bagi banyak orang. Kedua, Paulus menunjukan kepada kita arti persahabatan yang sebenarnya. Renungkan: Anda butuh komunitas/jejaring persaudaraan supaya kehidupan Anda sungguh-sungguh menjadi kehidupan yang melayani Tuhan. Jagalah kontak anda dengan mereka. Terutama, sebutkanlah nama mereka satu persatu dalam doa syafaat Anda. |
(0.230512) | (Why 1:1) |
(sh: Pesan penting di masa gawat (Senin, 21 Oktober 2002)) Pesan penting di masa gawatPesan penting di masa gawat. Di tengah badai aniaya yang melanda umat-Nya, Tuhan Yesus memberikan wahyu kepada hamba-Nya, Yohanes untuk menghibur dan meneguhkan mereka. Dengan setia Yohanes bersaksi tentang wahyu yang telah diterimanya. Ia menuliskannya bagi ‘hamba-hamba Kristus’ (ayat 1) yang sedang menjalani masa uji dalam rangka pemurnian menjelang pemuliaan. Bagi “ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya” disebut berbahagia atau terberkati. Maksudnya jelas, menekuni dan mengamalkan Kitab Wahyu akan mendatangkan berkat bagi orang percaya dan jemaat, yakni ketangguhan menjalani masa uji yang penuh penderitaan, dan kemuliaan surgawi sebagai orang-orang yang menang. Penghiburan dan peneguhan yang Tuhan Yesus sampaikan kepada umat-Nya, bertitik tolak dari hubungan antara Allah dengan umat-Nya, dengan mengedepankan kedaulatan karya-Nya. Kasih karunia, yang menjadi pokok keselamatan kita, dikatakan ‘menyertai kamu’ (ayat 4). Ungkapan ini menyiratkan kebenaran mendasar dalam keselamatan kita, bahwa sekali kita berada dalam kasih karunia Allah, selamanya kita berada dalam kasih karunia tersebut. Damai sejahtera, yang berarti kedamaian dan kesentosaan jiwa karena kepastian telah diperolehnya demai dengan Allah, juga dikatakan beserta umat-Nya. Itu berarti, bagi orang-orang yang berada dalam kasih karunia Allah, damai sejahtera hadir, dan di saat-saat topan kesengsaraan mengamuk, kedua hal itu menjadi bekal sekaligus titik berangkat pengharapan. Pendeknya, dengan ‘kasih karunia dan damai sejahtera’ bagi umat-Nya, Allah bersama-sama dengan umat-Nya dalam menghadapi masa uji yang paling berat sekalipun. Ya, Allah mengasihi umat-Nya dan tidak membiarkan mereka berjuang sendirian. Allah sendiri tampil sebagai titik tekan penghiburan dan peneguhan itu. Renungkan: Jaminan kemenangan bagi orang percaya yang sedang mengalami pergumulan mahadahsyat akan dikuatkan dan diteguhkan dengan pernyataan Tuhan Allah yang kekal berdaulat, Pencipta dan Penggenap sejarah umat manusia. |
(0.21643993617021) | (1Raj 7:1) |
(sh: Bertentangan namun berdampingan = bahaya (Sabtu, 5 Februari 2000)) Bertentangan namun berdampingan = bahayaBertentangan namun berdampingan = bahaya. Pasal 6-7 secara keseluruhan menggambarkan kisah persiapan pembangunan dan penyelesaian Bait Allah yang memakan waktu 7 tahun dengan biaya yang sangat besar. Di tengah-tengah kisah mega-proyek ini diselipkan kisah pembangunan istana Salomo dan bangunan-bangunan lainnya, salah satunya bangunan untuk putri Firaun. Yang menarik untuk diperhatikan adalah pembangunan gedung-gedung lain, yang sebenarnya dikerjakan setelah selesainya pembangunan Bait Allah, tetapi mengapa pengisahannya ditempatkan di tengah-tengah kisah pembangunan Bait Allah yang megah. Penyelipan kisah ini ingin menunjukkan pribadi arsitek tunggal dari semua bangunan tersebut yaitu Salomo. Bila di perikop sebelumnya kita melihat bagaimana megahnya Bait Allah, yang dibangun berdasarkan bahan, ukuran, dan jumlah pekerja yang dibutuhkan, maka di perikop ini tampaklah bahwa istana Salomo, istana putri Firaun, dan bangunan lainnya mengungguli Bait Allah dalam segala hal (ayat 7:1, 9-12). Semua bangunan itu dibuat untuk kepentingan pribadi Salomo dan putri Firaun. Tiga belas tahun dari masa pemerintahannya dipakai untuk menghamburkan biaya yang sangat besar bagi dirinya pribadi dan putri Firaun. Tampaklah dua sisi pribadi Salomo yang saling bertolak belakang, yang berdampingan dengan harmonis. Satu sisi menunjukkan bahwa ia memberikan yang terbaik kepada Allah, di sisi lain, yang lebih baik dari yang terbaik diberikan bagi kepentingan dan kepuasan pribadinya dan putri Firaun. Demi pemuasan pribadi, pemborosan yang besar-besaran telah dilakukan, sehingga berdampak negatif bagi perekonomian dan stabilitas nasional. Betapa bahayanya pribadi pemimpin yang mengutamakan kasih kepada diri sendiri mengungguli kasih kepada Allah. Hal ini menunjukkan sikap kompromi dan kemunafikan di dalam hidup kerohanian seseorang. Yang mengerikan adalah bahwa kasih kepada Allah makin lama makin pudar, sedangkan kasih kepada diri sendiri makin bertakhta, seperti yang terjadi dalam kehidupan Salomo. Renungkan: Tengoklah pribadi kita masing-masing, apakah di tengah-tengah gelora kasih kita kepada Allah terselip kasih kepada diri sendiri yang lebih besar yang pada akhirnya berdampak negatif bagi keluarga, masyarakat, gereja, dan negara? |
(0.21643993617021) | (Luk 10:21) |
(sh: Tiga prinsip penting (Selasa, 21 Maret 2000)) Tiga prinsip pentingTiga prinsip penting. Kristus datang ke dunia membawa ajaran yang kedengarannya aneh dan saling bertentangan satu dengan yang lain. Namun sesungguhnya ajaran-Nya itu indah, kaya, dan dinamis. Di dalam ajaran Yesus itu selalu termanifestasikan bahwa Allah dengan kedaulatan-Nya dan kasih-Nya selalu sebagai poros. Ada tiga prinsip penting dalam ajaran-Nya: sikap taat dan bersyukur, kasih, dan memberikan prioritas yang benar kepada Allah. Dalam hal taat dan bersyukur, Yesus sudah memberikan teladan- Nya ketika Ia bergembira dalam Roh Kudus dan bersyukur kepada Tuhan Pencipta langit dan bumi. Ia melihat keadaan-Nya dari perspektif kedaulatan Allah dan rencana-Nya yang agung. Sikap Yesus memberikan suatu teladan bahwa kedaulatan Allah bukan untuk dipertanyakan atau diresponi negatif, namun untuk ditaati dan disyukuri. Dalam hal kasih, Ia memberikan contoh dalam bentuk kisah orang Samaria yang baik hati. Padahal sebelumnya, Ia berpesan secara keras kepada tujuhpuluh murid agar mengebaskan debu suatu kota yang melekat pada kaki, jika orang- orang di dalamnya menolak. Namun apabila orang-orang yang telah memusuhinya membutuhkan bantuannya, maka haruslah ditolong dengan sepenuh hati seperti yang telah ditunjukkan kisah orang Samaria. Kasih harus dinyatakan kepada semua orang walaupun berbeda agama, namun ini tidak berarti bahwa perbedaan agama tidak menjadi soal sejauh kita saling mengasihi. Yesus sudah menunjukkan kasih yang demikian juga. Yesus kembali mengajar tentang prioritas ketika ia mengoreksi apa yang tidak tepat dalam diri Marta. Saat itu Ia sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk disalibkan dan ini berarti bahwa Maria dan Marta tidak akan mempunyai banyak waktu lagi untuk bertemu dengan-Nya. Karena itu Yesus menuntut Maria dan Marta memberikan waktu yang terbanyak bagi persekutuan mereka bertiga. Dengan kata lain Marta harus tahu kapan harus melayani dan kapan harus berdiam diri di hadapan-Nya. Renungkan: Di zaman ini nampaknya ketiga hal di atas merupakan nilai-nilai atau sikap yang sudah langka. Karena kekuasaan dan kekuatan selalu dihubungkan dengan kekayaan, kemewahan, dan fasilitas. Kasih selalu dihubungkan dengan siapa dan darimana orang yang akan kita kasihi. Kemudian kesibukan pelayanan menggantikan jam doa, jam PA, dan mungkin jam ibadah Minggu. |
(0.20826940425532) | (Kej 8:1) |
(full: MAKA ALLAH MENGINGAT NUH.
) Nas : Kej 8:1 Nuh tidak mendengar dari Allah selama 150 hari (bd. Kej 7:24). Imannya sedang diuji, karena ia tidak tahu kapan air akan surut atau kapan Allah akan turun tangan lagi. Lalu Allah bertindak karena perhatian dan kasih-Nya kepada Nuh sekeluarga. Perlakuan Allah terhadap Nuh dicatat untuk memberikan kepada semua umat Allah yang setia harapan dan keyakinan terhadap cara-cara-Nya. Jikalau Allah tidak bertindak selama waktu yang lama di dalam hidup saudara, saudara bisa yakin bahwa Dia akan bertindak lagi dan menunjukkan perhatian-Nya yang penuh kasih kepada saudara. Saat ini tugas saudara adalah menghampiri Tuhan dan tetap taat dengan setia kepada Firman dan Roh-Nya (Ams 3:5-6; 16:3; Fili 2:13). |
(0.20826940425532) | (Kej 46:3) |
(full: AKULAH ALLAH ... JANGANLAH TAKUT.
) Nas : Kej 46:3 Allah sekali lagi berjanji untuk menyertai Yakub dan keturunannya, sambil mengulangi janji bahwa keturunan Yakub akan menjadi bangsa yang besar dan bahwa mereka akan kembali ke Kanaan. Kita semua membutuhkan kepastian akan kasih, perhatian, dan kehadiran Allah selama hidup di bumi ini dan mengalami berbagai kesulitan dan keputusan yang tidak dapat dielakkan di dunia yang berdosa ini. Jikalau saudara sungguh-sungguh berusaha mengikut Tuhan, saudara berhak untuk memohon Allah menegaskan kembali kasih dan bimbingan-Nya di dalam kehidupan saudara (bd. Yoh 1:12-13). |
(0.20826940425532) | (Ul 9:5) |
(full: BUKAN KARENA ... KEBENARAN HATIMU.
) Nas : Ul 9:5 Israel memiliki tanah Kanaan bukan sebagai pahala atas kesetiaan mereka pada masa lalu. Sebaliknya, tanah itu menjadi milik mereka karena karunia Allah yang berlandaskan kasih dan kemurahan-Nya. Sekalipun demikian, Musa mengingatkan umat itu bahwa kesinambungan pemilikan tanah itu tergantung kepada ketekunan mereka dalam iman dan ketaatan kepada Allah; jikalau bangsa Israel hidup fasik seperti orang Kanaan, maka mereka juga akan diusir dari tanah (Ul 30:15-20). Dengan kata lain, kasih dan kemurahan Allah dalam mengaruniakan tanah itu bukan tanpa syarat; jikalau mereka meninggalkan Tuhan dan melupakan firman-Nya, mereka pasti akan binasa juga (Ul 8:11,14,19-20; bd. Ul 11:22-28). |
(0.20826940425532) | (Hak 6:6) |
(full: BERSERULAH ... KEPADA TUHAN.
) Nas : Hak 6:6 Sebagai upaya terakhir, Israel berseru kepada Allah, dan itu pun hanya karena mereka tertindas.
|
(0.20826940425532) | (Hak 6:37) |
(full: GUNTINGAN BULU DOMBA.
) Nas : Hak 6:37 Gideon membentangkan guntingan bulu domba untuk memperkuat imannya dan menyokong keyakinannya bahwa Allah sungguh-sungguh telah memanggilnya untuk membebaskan Israel (ayat Hak 6:36). Permohonan Gideon akan kepastian disertai dengan sikap iman, kerendahan hati, dan ketaatan.
|
(0.20826940425532) | (Hak 10:7) |
(full: BANGKITLAH MURKA TUHAN.
) Nas : Hak 10:7 Murka atas dosa dan kejahatan adalah sifat yang berhubungan erat dengan Allah (lihat art. SIFAT-SIFAT KHAS ALLAH). Murka Allah adalah ungkapan dari kebaikan dan kasih-Nya akan kebenaran. Ketika orang percaya menyatakan kemarahan terhadap dosa, kekejaman, kejahatan, dan ketidakadilan, hal itu tidak salah, karena itu berarti mereka mengambil bagian dalam tabiat ilahi dan berperan serta dalam kasih Allah akan kebenaran dan kebencian-Nya terhadap kejahatan (lih. Mr 3:5; lihat cat. --> Rom 1:18; lihat cat. --> Ibr 1:9). |
(0.20826940425532) | (Rut 1:12) |
(full: PULANGLAH, ANAK-ANAKKU.
) Nas : Rut 1:12 Sekalipun menghadapi risiko kesepian, Naomi menganjurkan dua orang menantunya untuk tetap tinggal di tanah air mereka. Ia merasa mereka tidak akan mempunyai kesempatan untuk menikah kembali dan hidup bahagia bersamanya. Kitab ini menekankan pengabdian dan kasih tanpa pamrih yang ada di antara Naomi dan Rut sambil mengajar kita bahwa kesalehan sejati selalu mencakup kasih yang memperhatikan dan pengorbanan pribadi bagi anggota keluarga (lihat cat. --> Ef 5:21; lihat cat. --> Ef 5:22; lihat cat. --> Ef 5:23; lihat cat. --> Ef 6:1; lihat cat. --> Ef 6:4). [atau ref. Ef 5:21-6:4] |