Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 4381 - 4400 dari 5776 ayat untuk pada [Pencarian Tepat] (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.12363556551724) (Why 2:7) (full: BARANGSIAPA MENANG. )

Nas : Wahy 2:7

Pemenang (Yun. _nikon_) adalah seorang yang, oleh kasih karunia Allah yang diterimanya melalui iman pada Kristus, telah mengalami kelahiran baru dan tinggal tetap dalam kemenangan atas dosa, dunia, dan Iblis.

  1. 1) Sekalipun dikelilingi oleh pertentangan dan pemberontakan yang hebat, orang yang menang itu akan menolak untuk menyesuaikan diri dengan dunia ini dan kefasikan yang mungkin ada dalam jemaat (ayat Wahy 2:24). Mereka mendengarkan dan menanggapi apa yang dikatakan oleh Roh kepada jemaat-jemaat, tinggal setia kepada Kristus sampai saat yang paling akhir (ayat Wahy 2:26) dan hanya menerima standar Allah yang dinyatakan dalam Firman-Nya yang kudus (Wahy 3:8).
  2. 2) Para pemenang dalam jemaat-jemaat Allah, dan hanya mereka yang menang, akan makan dari pohon kehidupan, tidak akan menderita kematian yang kedua (ayat Wahy 2:11), akan menerima manna yang tersembunyi dan akan diberikan nama baru di dalam sorga (ayat Wahy 2:17), akan dikaruniai kuasa atas bangsa-bangsa (ayat Wahy 2:26), nama mereka tidak akan dihapus dari kitab kehidupan tetapi akan dihormati oleh Kristus di hadapan Bapa-Nya dan para malaikat (Wahy 3:5), akan tinggal bersama Allah dalam bait-Nya dan akan mengenakan nama Allah, Kristus, dan Yerusalem Baru (Wahy 3:12), akan duduk bersama-sama dengan Kristus di atas takhta-Nya (Wahy 3:21), dan akan menjadi anak-anak Allah untuk selama-lamanya (Wahy 21:7).
  3. 3) Rahasia kemenangan bagi para pemenang adalah kematian Kristus yang mendamaikan, kesaksian setia mereka akan Yesus, dan ketekunan mereka dalam kasih kepada Kristus bahkan sampai mati sekalipun (Wahy 12:11; bd. 1Yoh 5:4). Perhatikanlah bahwa kita harus menang atas dosa, dunia, dan Iblis, kalau tidak kita akan dikalahkan oleh mereka dan pada akhirnya dilemparkan ke dalam lautan api (ayat Wahy 2:11; 3:5; 20:15; Wahy 21:8). Tidak ada jalan tengah.
(0.12363556551724) (Im 1:1) (jerusalem) Bagian ini boleh diberi judul: "Tata Upacara Korban". Oleh kitab Imamat seluruh tata upacara itu dihubungkan dengan masa tinggalnya Israel di padang gurun dan ditempatkan di bawah kewibawaan Musa. Pada kenyataannya bagian ini memang memuat beberapa aturan kuno tetapi juga sejumlah penetapan yang berasal dari zaman jauh kemudian dari masa Musa. Sesudah pembuangan barulah tata upacara ini disusun. Maka Ima 1:1-7 sebenarnya menyajikan tata upacara korban yang menjadi pegangan bagi ibadah yang diselenggarakan dalam bait Allah yang didirikan sesudah masa pembuangan Israel ke Babel. Mengenai ibadah suku-suku Israel yang sebagai Badui mengembara di gurun tidak banyak yang dapat diketahui. Nas-nas yang tua usianya hanya memberi petunjuk mengenai perayaan Paskah, bdk catatan pada Kel 12:1,23,39. Tata upacara terperinci yang disajikan Taurat oleh tradisi Kristen diartikan sebagai persiapan dan pralambang korban tunggal penebus, bdk Ibr 8 dst, dan sakramen-sakramen Gereja.
(0.12363556551724) (Yeh 34:1) (jerusalem: datanglah firman TUHAN) Kiasan "raja gembala" yang dipakai Yeh 34 ini sejak dahulu kala dipakai dalam sastera daerah kawasan timur tengah. Nabi Yeremia memakai kiasan itu untuk mengecam raja-raja Israel yang tidak melakukan tugas mereka sebagaimana mestinya, Yer 2:8; 10:21; 23:1-3, dan menubuatkan bahwa Tuhan akan memberi umatNya gembala-gembala yang dengan adil menggembalakan umat, Yer 3:15; 23:4 dan seorang dari antara gembala-gembala itu ialah Tunas, Yer 23:5-6, yaitu Mesias. Nabi Yehezkiel melanjutkan pikiran Yer 21:1-6 itu dan kemudian lagi Zakharia melanjutkannya pula, Zak 11:14-17; 13:7. Yehezkiel mengecam "para gembala", artinya raja-raja dan pengawal-pengawal sipil, oleh karena kejahatan mereka, Yeh 33:1-10. Tuhan akan mengambil kawanan dari mereka yang salah mengurusnya, lalu Ia sendiri menjadi gembala umatNya (bdk Kej 48:15; 49:24; Yes 40:11; Maz 80:2; 95:7 dan Maz 23). Keadaan itu tidak lain dari sebuah "teokrasi", Yeh 34:11-16. Pada kenyataannya kerajaan memang tidak lagi dipulihkan habis masa pembuangan. Di kemudian hari barulah Tuhan akan membangkitkan bagi umatNya (bdk Yeh 17:22) seorang gembala yang Ia sendiri memilihnya, Yeh 34:23-24, seorang "raja" (bdk Yeh 45:7-8,17; 46:8-10,16-18 bdk Yeh 7:27+), yaitu Daud yang baru. Caranya raja itu memerintah digambarkan, Yeh 34:25-31 dan nama Daud yang diberikan kepadanya (bdk 2Sa 7:1+; bdk Yes 11:1+; Yer 23:5) menimbulkan gambaran zaman kebahagiaan dan keselamatan Allah sendiri melalui MesiasNya memerintah dengan damai sejahtera. Dalam nas Yehezkiel ini ditemukan pikiran yang terungkap pula dalam perumpamaan tentang domba yang hilang, Mat 18:12-14; Luk 15:4-7, dan terutama dama uraian Yoh 10:11-18 tentang "Gembala yang baik". Pada latar belakang Yeh 34 uraian Yohanes itu ternyata mau menekankan bahwa Yesuslah Mesias yang dinubuatkan. Seni rupa Kristen yang paling dahulu suka menggambarkan Kristus sebagai "Gembala yang baik".
(0.12363556551724) (Hos 2:19) (jerusalem: menjadikan.. isteriKu) Terjemahan lain: bertunangan dengan engkau. Kata Ibrani yang dipakai di sini dalam Alkitab hanya dipakai berhubungan seorang gadis. Jadi jelaslah Allah menghapus seluruh masa lampau umat Israel yang seolah-olah menjadi ciptaan baru
(0.12363556551724) (Mat 8:10) (jerusalem: iman) Iman yang oleh Yesus dituntut sejak awal mula karyanya, Mar 1:15+ dan terus menerus dituntut olehNya itu ialah kepercayaan dan penyerahan kepada Allah yang oleh karenanya maupun manusia tidak lagi percaya pada kekuatan dan pikirannya sendiri, tetapi menaklukkan diri kepada firman dan kekuatan yang merupakan milik Dia yang dipercayai, Luk 1:20,45; Mat 21:25 dsj. Khususnya Yesus menuntut iman tersebut bilamana Ia membuat mujizat, Mat 8:13; Mat 9:2 dsj, Mat 22 dsj, Mat 28:20; Mat 15:28; Mar 5:36 dsj; Mar 10:52 dsj; Luk 17:19, sebab mujizat itu bukanlah pertama-tama tindakan belas kasihan, tetapi "tanda" bahwa Yesus benar-benar diutus Allah dan tanda Kerajaan Allah sudah dekat, Mat 8:3+, bdk Yoh 2:11+. Karena itu Yesus tidak dapat mengerjakan mujizat, kecuali kalau iman yang memberi makna kepada mujizat itu terdapat dari manusia, Mat 13:58 dsj; Mat 12:38-39; Mat 16:1-4. Oleh karena menuntut suatu korban rohani dan seluruh manusia maka iman itu adalah sebuah perbuatan kerendahan hati yang sukar, Mat 18:6 dsj. Banyak orang tidak mau mengambil tindakan yang sukar itu, khususnya di antara orang Israel, Mat 8:10 dsj; Mat 15:28; Mat 27:42 dsj; Luk 18:8, atau hanya sampai setengah percaya, Mar 9:24; Luk 8:13. Murid-murid Yesus sendiri lambat dalam percaya, Mat 8:26 dsj; Mat 14:31; Mat 16:8; Mat 17:20 dsj, bahkan sesudah kebangkitan, Mat 28:17; Mar 16:11-14; Luk 24:11,25,41. Iman jujur Kepala mereka, "Sang Batu Karang" Mat 16:16-18 sendiri terantuk pada batu sandungan sengsara Yesus, Mat 26:69-75 dsj, tetapi akhirnya iman mereka akan menang juga, Luk 22:32. Kalau iman itu kuat, ia sanggup mengerjakan keajaiban, Mat 17:20 dsj, Mat 21:21 dsj; Mar 16:17, memperoleh segala sesuatunya, Mat 21:22 dsj; Mar 9:23, teristimewa pengampunan dosa, Mat 9:2 dsj; Luk 7:50, dan keselamatan yang mempunyai sebagai pra-syarat justru iman itu, Luk 8:12; Mar 16:16; bdk Kis 3:16+.
(0.12363556551724) (Rm 2:6) (jerusalem) "Hari Yahwe" yang dinubuatkan para nabi sebagai hari kemurkaan dan keselamatan, Amo 5:18, sepenuh-penuhnya terwujud di akhir zaman pada "hari Tuhan" ialah hari kedatangan Kristus dalam kemuliaan-Nya, 1Ko 1:8+. Pada "Hari Penghakiman" (bdk Mat 10:15; 11:22,24; 12:36; 2Pe 2:9; 3:7; 1Yo 4:17) itu orang-orang mati akan bangkit, 1Te 4:13-18; 1Ko 15:22-23,15 dst, dan semua manusia tampil di depan pengadilan Allah, Rom 14:10, dan pengadilan Kristus, 2Ko 5:10; bdk Mat 25:31 dst, Penghakiman itu tidak terhindar, Rom 2:3; Gal 5:10; 1Te 5:3, dan tidak pandang bulu, Rom 2:11; Kol 3:25; bdk 1Pe 1:17; hanya Allah berwenang mengadakannya, Rom 12:19; 14:10; 1Ko 4:5; bdk Mat 7:1 dsj, dan dengan perantara Kristus, Rom 2:16; 2Ti 4:1; bdk Kis 17:31; Yoh 5:22, akan menghakimi orang hidup dan mati, 2Ti 4:1; bdk Kis 10:42; 1Pe 4:5. Dia yang menyelami hati-sanubari, Rom 2:16; 1Ko 4:5 bdk Wah 2:23, dan menguji dengan api, 1Ko 3:13-15, akan membalas setiap orang, menurut perbuatannya, 1Ko 3:8; 2Ko 5:10; 11:15; Efe 6:8; bdk Mat 16:27; 1Pe 1:17; Wah 2:23; 20:12; 22:12. Orang menuai apa yang ditaburkannya, Gal 6:7-9; bdk Mat 13:39; Wah 14:15. Kemurkaan dan kebinasaan, Rom 9:22, bagi kekuasaan-kekuasaan yang jahat, 1Ko 15:23-26; 2Te 2:8, dan orang-orang fasik, 2Te 1:7-10; bdk Mat 13:41; Efe 4:6; 2Pe 3:7; Wah 6:17; 11:18. Bagi orang-orang pilihan, yang melakukan yang baik tersedialah pembebasan, Efe 4:30; bdk Rom 8:23; kelegaan, Kis 3:20; bdk 2Te 1:7; Ibr 4:5-11, upah di sorga, bdk Mat 5:12; Wah 11;18, keselamatan, 1Pe 1:5, peninggian, 1Pe 5:6, pujian, 1Ko 4:5, kemuliaan, Rom 8:18 dst; 1Ko 15:43; Kol 3:4; bdk Mat 13:43.
(0.12363556551724) (Im 19:1) (sh: Kudus dalam segala segi kehidupan (Sabtu, 21 September 2002))
Kudus dalam segala segi kehidupan

Kudus dalam segala segi kehidupan. Sekilas membaca bagian ini langsung Anda merasakan betapa luas hal-hal yang diatur Tuhan di sini. Bisa-bisa malah Anda merasa bingung apa saja yang harus diperhatikan dalam daftar peraturan ini. Perhatikanlah hal-hal berikut Anda akan menemukan suatu pola. Pertama, perhatikan ungkapan, “Akulah Tuhan (Allahmu)”. Seluruh pasal ini dapat kita kelompokan menurut ungkapan tersebut yang mengunci tiap bagian. Kedua, perhatikan gema isi hukum-hukum ini dengan sepuluh Hukum , dan dengan hukum kasihi sesama manusia. Anda akan menemukan bahwa pada intinya semua hukum ini adalah Allah ingin mengatur agar seluruh segi kehidupan umatNya kudus adanya.

“Kuduslah kamu” inilah inti dari seluruh isi uraian berikutnya. Alasan untuk hidup kudus didalam segi kehidupan adalah karena Tuhan Allah kudus adanya (ayat 2). Kekudusan pertama tama harus dipraktikan di dalam hubungan-hubungan keluarga (ayat 3). Kedua, di dalam memelihara hukum Sabat (ayat 3b). Ketiga, dengan tidak menyembah berhala (ayat 4) dan mengikuti aturan tentang ibadah (ayat 5). Keempat, dengan memperhatikan kebutuhan sesama kita (ayat 9-11) dan menghormati hak dan hidup sesama kita (ayat 12-18). Hal ini kita penuhi dengan memberlakukan keadilan , dan kasih. Kelima, dengan menghormati ciri-ciri khas yang telah Tuhan ciptakan (ayat 19-24). Keenam, dengan memberi kesempatan bagi tumbuh-tumbuhan untuk berbuah dewasa baru di petik hasilnya (ayat 25-26). Ketujuh, dengan tidak meniru kebiasaan orang-orang kafir (ayat 27-31), khusunya tidak mempraktekkan pelacuran bakti (ayat 29-30) dan okultisme (ayat 31). Kedelapan, dengan menghormati orang tua usia (ayat 32), dan akhirnya dengan menunjukan kasih dan keadilan pada sesama manusia dan didepan pengadilan (ayat 33-36). Bagaimanakah kita menerapkan hukum-hukum ini untuk masa kini? Tentu tidak semua rinci hukum-hukum ini masih mengikat untuk kita yang hidup di zaman Perjanjian Baru. Namun prinsip dari hukum-hukum ini harus terus kita taati.

Renungkan: Ibadah dan iman harus terjelma didalam moralitas hidup kita sehari-hari, baik di dalam hubungan kita dengan sesama maupun di dalam sikap kita terhadap pekerjaan atau benda.

(0.12363556551724) (1Raj 2:1) (sh: Mental, firman, dan tidak setengah-setengah (Rabu, 26 Januari 2000))
Mental, firman, dan tidak setengah-setengah

Mental, firman, dan tidak setengah-setengah. Dalam masyarakat Indonesia, program asuransi mulai menjamur. Salah satu program asuransi yang paling diminati adalah asuransi bersifat tabungan bagi masa depan anak-anak. Artinya, orangtua membeli sebuah program asuransi yang dapat memberikan bekal bagi masa depan anaknya, baik untuk sekolah maupun keperluan lainnya. Sesungguhnya ini bukan tindakan yang berdosa atau meragukan pemeliharaan Allah. Namun jika yang diutamakan adalah bekal uang bagi masa depan anak-anak, itu berarti menempatkan anak-anak kita pada jalur yang licin dan mengarah kepada jurang kehancuran, karena bekal uang saja tidaklah cukup. Anak-anak perlu sesuatu yang lebih penting daripada sekadar uang, yang mampu menjamin bahwa masa depan mereka menuju kepada kebahagiaan sejati.

Daud pasti juga meninggalkan kekayaan yang besar kepada Salomo. Namun dalam perikop ini hanya nasihat-nasihat Daud kepada Salomo yang dicatat. Hal ini menekankan bahwa nasihat-nasihat Daud jauh lebih berharga dan bermakna bagi Salomo, dibandingkan kekayaan. Di dalam nasihat Daud terdapat sebuah kunci untuk membuka sumber kebahagiaan dan keberhasilan di dalam pemerintahannya dan dinasti selanjutnya (ayat 3-4). Ini menandakan bahwa pemilihan Allah atas Salomo adalah tanpa syarat, namun berkat Allah selanjutnya bersyarat. Berkat ini jauh melebihi harta kekayaan, karena di dalamnya Allah terlibat untuk merealisasikan kebahagiaan dan keberhasilan.

Kunci itu secara khusus terdapat di dalam sikap mental yang kuat dan kokoh dalam mengikut Dia, tidak mudah terombang-ambing dan tergoda (ayat 2), ketaatan terhadap firman Tuhan dalam kehidupannya (ayat 3), dan menuntaskan perkara-perkara yang dapat mengganggu masa depan (ayat 5-10). Dengan kata lain kunci itu meliputi 3 area penting yaitu mental, firman, dan tidak setengah-setengah.

Renungkan: Sudahkah ketiga area di atas menjadi fokus utama bagi kita dalam mempersiapkan anak-anak sebagai generasi penerus, agar mereka memiliki masa depan yang terjamin dan menuju kebahagiaan sejati? Contoh: untuk taat pada firman selalu diperlukan mental yang kuat, namun mental yang kuat juga memerlukan firman. Kemudian mental yang kuat akan membuat tindakan kita tidak setengah-tengah dalam menaati firman-Nya.

(0.12363556551724) (1Raj 2:13) (sh: Singkirkan perasaan, emosi, dan rasa sungkan (Kamis, 27 Januari 2000))
Singkirkan perasaan, emosi, dan rasa sungkan

Singkirkan perasaan, emosi, dan rasa sungkan. Keterlibatan orang yang kita kasihi atau orang yang pernah berjasa dan mempunyai kedudukan penting di masyarakat, sering menghalangi kita untuk bersikap tegas menolak dan memberantas hal-hal yang tidak benar.

Dalam perikop ini Salomo hampir terjebak dalam situasi seperti di atas ketika menghadapi Adonia dan Abyatar. Adonia memakai segala cara dan akal untuk menduduki takhta Daud, walaupun ia tahu bahwa Salomo menjadi raja karena kehendak Allah. Ia mengetahui bahwa salah satu penyebab kegagalan manuvernya adalah peran serta Batsyeba, istri yang paling dikasihi oleh Daud. Karena itu ia berpikir tentunya Salomo merasa berhutang budi kepada ibunya dan akan mengabulkan permintaannya seperti yang dilakukan oleh Daud. Namun hasilnya adalah Salomo dengan tegas menolak permintaan ibunya., karena ia tahu bahwa Adonia ingin mendapatkan legitimasi/pengesahan untuk kedudukannya dengan cara memperistri Abisag. Menurut tradisi zaman itu, memperistri istri raja sama dengan menduduki takhta raja (2Sam. 6:21-23). Karena itulah Salomo dengan tegas menolak, bahkan membunuh Adonia. Sebab tidak hanya kedudukan Salomo terancam, Adonia pun sudah meremehkan kemurahan Salomo dan menentang kehendak Allah. Hal yang demikian bila dibiarkan akan menimbulkan masalah yang lebih besar karena ia adalah orang besar.

Demikian juga terhadap Abyatar, Salomo memecat dan mengusirnya, walaupun ia pernah berjasa terhadap Daud. Alasan Salomo adalah mencegah preseden/contoh yang buruk bagi kelanjutan perjalanan bangsa Israel. Sebagai seorang imam, pastilah ia mempunyai pengaruh yang besar bagi masyarakat. Siapa pun, jika menentang kehendak Allah dan membahayakan stabilitas masyarakat harus ditindak tegas. Salomo memberikan teladan yang indah. Ia bertindak tidak berdasarkan perasaan, emosi, atau rasa sungkan, karena ia mampu melihat dengan jelas dan obyektif setiap permasalahan dan menempatkannya pada proporsinya.

Renungkan: Dalam menghadapi situasi seperti Salomo, Kristen seringkali menjadi lemah, berkompromi., dan cenderung mengorbankan masyarakat luas daripada menindaktegas orang-orang tertentu yang jelas bersalah. Melihat segala sesuatu secara obyektif, meletakkan setiap permasalahan pada porsinya dan berani bertindak tegas adalah tiga hal utama yang perlu ditumbuhkembangkan dalam masyarakat kita.

(0.12363556551724) (1Raj 8:22) (sh: Doa adalah mempertahankan hubungan dan pemujaan (Kamis, 10 Februari 2000))
Doa adalah mempertahankan hubungan dan pemujaan

Doa adalah mempertahankan hubungan dan pemujaan. Berkat Allah kepada Israel pada masa Salomo secara sepintas merupakan inti doa Salomo. Bukankah Salomo meminta agar janji Allah diteguhkan (ayat 26)? Bukankah Salomo meminta agar Allah mengabulkan setiap doa pengampunan dan pemulihan yang dinaikkan dari rumah Allah (ayat 30, 34, 36, 39)?

Bila mencermati lebih jauh, doa mengandung makna kebenaran rohani yang sangat dalam. Dalam doa permohonannya, secara jelas Salomo menempatkan umat Israel di bawah pemerintahan Allah yang benar dan adil (ayat 25), yang melimpahkan kebaikan dan pengampunan. Namun tidak berarti bahwa yang bersalah akan bebas dari hukuman, Allahlah sumber penghakiman bagi orang yang berdosa. Dengan kata lain, melalui doa Salomo pun menempatkan Allah pada puncak supremasi (kekuasaan tertinggi) hukum. Bagi Salomo doa merupakan suatu ungkapan kerinduan agar seluruh kerajaan Israel tetap mempertahankan hubungan yang indah dengan Allah. Melalui doa yang demikian suatu paradoks terjadi, yakni ketika umat Israel berusaha memelihara hubungan, Allahlah yang lebih aktif memelihara hubungan itu.

Selain itu doa juga merupakan suatu respons terhadap karunia Allah yang memberikan dan menyatakan diri-Nya, sebagai suatu pemujaan terhadap Allah karena Allah berkenan memenuhi rumah Allah itu dengan kemuliaan yang luar biasa. Pemujaan itu terlihat dari kerinduan Salomo agar rumah Allah itu menjadi takhta Allah di bumi -- tempat Ia menyatakan diri-Nya dan kuasa-Nya. Dengan kata lain pemerintahan Allah diberikan tempat utama dalam kehidupan bangsa Israel. Inilah pemujaan terhadap Dia seperti yang diungkapkan dalam Doa Bapa Kami -- datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi dan di surga. Dalam pengertian yang demikian doa bukanlah satu "daftar belanja" yang ingin diajukan kepada Bapa kita di surga. Juga bukan syafaat atau meminta perhatian Allah. Sebaliknya kebenaran yang lebih dalam dari konsep doa adalah sarana kasih karunia yang melaluinya karya Allah direalisasikan bagi umat manusia.

Renungkan: Betapa mulianya orang yang berdoa dengan benar, karena apa yang ia lakukan merupakan sarana kasih karunia Allah. Melalui doa, ia memiliki hubungan yang indah dengan Allah yang dipujanya.

(0.12363556551724) (1Raj 10:1) (sh: Batas tipis antara sukses dan dosa (Selasa, 15 Februari 2000))
Batas tipis antara sukses dan dosa

Batas tipis antara sukses dan dosa. Sekali lagi kekayaan dan hikmat Salomo yang melebih segala raja di bumi dijabarkan dalam pasal ini. Semua raja memujinya, bahkan ratu Syeba dari Afrika pun menyempatkan diri mengunjungi untuk memuaskan rasa penasaran mengenai berita-berita yang membicarakan Salomo dan untuk menerima pengajaran hikmat dari Salomo (Mat. 12:42). Ini menandakan bahwa kebesaran dan keagungan Salomo bukanlah omong kosong, karena orang yang berada jauh di seberang benua pun mendengar kemasyhurannya. Singkat kata Salomo berada pada puncak kejayaannya.

Kejayaan yang meroket tinggi ini hanya berbatas tirai yang tipis dengan kehidupan yang berkompromi dan melupakan firman Tuhan. Dalam masa itu, tidak tercatat Salomo menaati peraturan bagi raja Israel yang diberikan oleh Allah (Ul. 17:14-20). Misalnya: tidak dicatat bahwa ia menyuruh bawahannya untuk menuliskan kembali hukum Allah dan menaruh di samping takhtanya. Sebaliknya di samping takhtanya hanya ada barang-barang yang terbuat dari emas yang menandakan bahwa ia memiliki banyak sekali emas (ayat 18-21). Ia pun berhasil mengumpulkan banyak kuda dan kereta kuda yang didatangkan dari berbagai daerah (ayat 26-29). Padahal Allah telah melarang para raja Israel untuk mengumpulkan emas terlalu banyak dan banyak kereta kuda agar mereka tidak bergantung pada kekuatan dan kekayaannya sendiri.

Dalam keadaan diberkati secara luar biasa, Salomo melakukan pelanggaran. Walaupun Allah belum menegur, tidak berarti dosa yang dilakukan Salomo dianggap remeh. Ini lebih menunjukkan bahwa dosa yang dilakukan Salomo belum memberikan efek yang fatal bagi dirinya dan bangsanya. Kehidupan Salomo merupakan contoh realita paradoks yang berbahaya dari kehidupan orang percaya. Di satu sisi tampaknya Salomo menikmati penggenapan janji Allah yang sudah diberikan sejak nenek moyang bangsa Israel, di sisi lain ia telah secara nyata melanggar apa yang Allah larang, walaupun tampaknya tidak begitu kelihatan.

Renungkan: Kekudusan dan kemurnian iman seseorang tidak diindikasikan dengan keberhasilan hidupnya, walaupun itu merupakan berkat Allah secara penuh. Tolok ukur kesuksesan yang mutlak adalah firman Tuhan dan bagaimana memegang dan menaati- nya. Adakah realita paradoks kehidupan dalam hidup Anda kini?

(0.12363556551724) (1Raj 14:1) (sh: Tak ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan (Selasa, 22 Februari 2000))
Tak ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan

Tak ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan. Allah bertakhta di dalam kemuliaan, jauh dari manusia. Ia tidak pernah peduli, Ia tidak akan tahu ulah manusia, itu pendapat sementara orang. Akibatnya, orang tak punya rasa takut tatkala berbuat jahat, menipu, atau tidak beribadah kepada Allah. Itu pula yang ada pada Yerobeam, raja kerajaan Israel bagian Utara. Ketika Abia, putra mahkota kerajaan, sakit, Yerobeam sengaja menyuruh istrinya menyamar dan datang ke nabi Ahia untuk menanyakan apa yang bakal terjadi dengan anaknya. Dengan membawa roti, kue, madu, dan menyamar, istri Yerobeam datang ke nabi Ahia dengan harapan Ahia akan mengatakan yang baik seperti yang pernah dialami Yerobeam ketika ia diangkat menjadi raja. Namun apa yang diharapkan tidak menjadi kenyataan. Kepada nabi Ahia, yang walaupun buta, Allah berbicara kepadanya. Ia tahu siapa yang datang kepadanya. Sesuai dengan firman Tuhan, ia mengatakan kematian dan kehancuran kerajaan Yerobeam. Ternyata penyamaran dan pemberian-pemberian sang permaisuri tak ada artinya.

Arti nama "Abia" adalah `Bapa (Ilahi) saya adalah Yahwe'. Tetapi dalam sepanjang pemerintahannya Yerobeam tidak menjadikan Allah sebagai "Bapa" Dari keluarga istana sampai seluruh rakyat menyembah pada patung-patung buatan tangan manusia. Bertepatan dengan sakitnya Abia, sebenarnya Yerobeam masih berkesempatan untuk bertobat dan memperbaiki pola hidup dan ibadahnya. Tetapi Yerobeam justru mengeraskan hati. Melalui nabi Ahia nasib kerajaan dan keluarga Yerobeam diungkapkan, bahwa hanya Abialah yang akan menerima kehormatan, sedangkan semuanya akan hancur.

Renungkan: Abia hanya sebuah nama dan bukan pengakuan Yerobeam kepada Allah, akibatnya kehancuran iman dan hidup spiritualitasnya. Akibat lain yang lebih mengerikan adalah kehancuran keluarga dan kerajaannya. "Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah Tuhan" demikian ungkapan iman seorang pemazmur. Allah adalah Tuhan dari seluruh semesta dan umat manusia. Bangsa yang berjalan dengan takut dan hormat kepada Dia, Tuhan Pencipta, yang akan menikmati berkat dan anugerah-Nya. Hal ini perlu terus diupayakan, yakni hidup takut akan Tuhan dalam seluruh segi kehidupan, baik dalam dunia bisnis, pendidikan, pemerintahan, dan politik.

(0.12363556551724) (2Raj 14:23) (sh: Memberdayakan atau diperdayai (Selasa, 6 Juni 2000))
Memberdayakan atau diperdayai

Memberdayakan atau diperdayai. Yerobeam yang dalam sejarah disebut Yerobeam II, menggantikan ayahnya Yoas menjadi raja Israel. Sejarah juga mencatat bahwa ia adalah seorang raja dan penguasa yang besar dan agung. Wilayah kekuasaan Yerobeam (25) hanya dapat ditandingi oleh Daud dan Salomo. Karena itu secara sosial dan politik, negara Israel mempunyai pengaruh besar bagi negara-negara tetangganya. Namun yang mengherankan adalah bahwa kitab Raja-raja hanya mengisahkan pemerintahannya dengan sangat singkat (dalam 7 ayat). Bahkan Yerobeam tidak digambarkan sebagai tokoh utama dari kejayaan Israel, melainkan ada tokoh lain yang diketengahkan dan diyakini sebagai Tokoh utama di balik semua itu yaitu Allah.

Sepintas kita melihat kejayaan Israel di zaman Yerobeam II nampaknya berkat usaha dan kerja kerasnya. Namun sesungguhnya tidak. Pada zaman itu kebesaran dan kejayaan bangsa Aram dihancurkan oleh bangsa Asyur. Lemahnya Aram memberikan keuntungan bagi Yerobeam II untuk membawa Israel kembali berjaya. Di samping itu Yerobeam II juga seorang raja yang melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan membawa bangsanya berdosa kepada Allah. Jadi kejayaannya bukan merupakan karya dan dayanya yang diberkati Allah. Perjanjian Allah dengan bangsa Israel melalui Musa (Kel. 19:5), mengungkapkan dengan jelas bahwa jika bangsa Israel tetap setia maka berkat akan mengalir. Jadi kejayaan Yerobeam pada waktu itu, dimulai dengan terbebasnya bangsa Israel dari cengkeraman bangsa Aram, adalah wujud kasih dan anugerah Allah yang dinyatakan kepada bangsa Israel agar mereka kembali kepada-Nya. Allah memakai dan melengkapi Yerobeam untuk membawa Israel bertobat, tapi justru mereka semua tetap tidak bertobat (24).

Karena itulah kejayaan Yerobeam tidak dipandang sebagai suatu prestasi besar yang perlu ditulis secara mendetail. Prestasi yang dicapai manusia di dalam dunia betapa pun besar dan hebatnya, tidak ada nilai dan harganya di hadapan Allah bila prestasi itu tidak diberdayakan untuk membawa jiwa-jiwa yang berdosa kembali kepada-Nya.

Renungkan: Kekayaan dan kedudukan yang Anda punyai saat ini adalah perlengkapan yang Allah anugerahkan kepada Anda. Apakah Anda sudah memberdayakannya untuk membawa jiwa kepada Allah ataukah justru Anda yang diperdayai oleh mereka yang tetap dalam dosa.

(0.12363556551724) (2Raj 19:1) (sh: Harta dan kemuliaan Allah (Selasa, 11 Juli 2000))
Harta dan kemuliaan Allah

Harta dan kemuliaan Allah. Ingatkah Anda akan salah satu ucapan Yesus: di mana hartamu berada di situ hatimu berada? Harta adalah segala sesuatu yang dianggap paling bernilai bagi manusia sedangkan hati adalah pusat dari segala pikiran, kehendak, dan tindakan manusia. Manusia akan mencurahkan segenap pikiran, perhatian, dan tindakan hanya kepada apa yang dianggap paling bernilai.

Inilah yang ditampakkan oleh raja Yehuda yang dihargai oleh Allah sehingga walaupun kondisi ekonomi, sosial, dan politik negaranya sedang terpuruk karena serangan Asyur, namanya disebutkan secara lengkap tidak seperti raja Asyur (1, 6). Itulah tanda bahwa ia dihargai. Bagi Hizkia harta yang paling bernilai di dalam kehidupannya adalah nama Allah yang dimuliakan dan ditinggikan. Karena itu, ia berkabung bukan karena emas dan peraknya habis sementara Asyur terus menekan, melainkan karena nama Allah dicela oleh bangsa kafir (4). Hatinya berada pada Allah, bukan pada harta. Ia pun tidak dapat duduk berpangku tangan ketika harta yang paling indah itu dirusak oleh manusia lain. Ia bertindak. Namun tindakan apa yang paling tepat agar nama Allah tidak diinjak-injak oleh manusia? Sebab di satu sisi, ia tidak mempunyai kekuatan yang memadai untuk memerangi musuh yang menghujat nama Allah. Di sisi lain, ia tidak rela jika nama Allah diinjak-injak. Karena itulah ia berdoa. Ia menyampaikan tantangan dan hujatan raja Asyur kepada Allah dan mohon supaya Allah bertindak demi nama-Nya (3-5). Inilah tindakan yang paling tepat.

Di samping itu, ia juga meminta pertolongan Yesaya sang nabi Allah untuk berdoa. Ia sungguh-sungguh rindu agar Allah segera bertindak. Apa yang terjadi selanjutnya? Allah bertindak segera setelah Ia memberikan penghiburan dan jaminan bahwa doa Hizkia didengar dan Ia akan bertindak (6-9). Peristiwa ini bukan semata-mata pelajaran tentang fondasi doa yang kokoh dan doa yang dijawab, namun lebih kepada pelajaran tentang sebuah kehidupan yang menempatkan dan menghargai Allah di atas segala sesuatu yang dianggap bernilai oleh manusia, serta menempatkan dirinya di bawah kemuliaan-Nya.

Renungkan: Ketika sebuah gedung gereja yang megah dibakar habis, ketika yayasan kristen yang besar dibumihanguskan, apa yang membuat Anda bersedih? Apa yang Anda lakukan sebagai respons yang paling tepat karena Anda rindu nama-Nya semakin dipermuliakan?

(0.12363556551724) (2Raj 20:1) (sh: Doa bukanlah kartu ATM (Kamis, 13 Juli 2000))
Doa bukanlah kartu ATM

Doa bukanlah kartu ATM. Di dalam salah satu acara mimbar agama kristen di televisi swasta, diperlihatkan bertumpuk-tumpuk surat doa yang dikirimkan oleh Kristen dari seluruh Indonesia. Di sana pun diperlihatkan para hamba Tuhan yang sedang berdoa untuk pengirim surat doa tersebut dengan cara menumpangkan tangannya pada tumpukan-tumpukan surat doa. Peristiwa itu secara sepintas akan membuat kita bersukacita dan bersyukur. Sebab nampaknya surat doa itu mendemonstrasikan bahwa Kristen Indonesia bergantung kepada Allah dan mempunyai kehidupan yang berpusat pada doa. Apakah benar demikian? Tidak mungkinkah ada motivasi dan kepercayaan lain yang salah yang menjadi dasar bertumpuknya surat doa tersebut?

Kita memang tidak boleh mencurigai aktivitas rohani yang dilakukan oleh saudara-saudara kita seiman. Namun kita perlu waspada jangan sampai saudara-saudara kita atau bahkan kita sendiri terjerumus ke dalam pemahaman iman yang salah, khususnya tentang doa. Untuk itu kita perlu meneladani bagaimana Hizkia berdoa ketika dia sakit keras dan hampir mati. Dia tidak merasa mempunyai hak untuk mendapatkan pahala dari kehidupan salehnya atau bahkan dari doanya. Namun orang saleh seperti Hizkia mempunyai hak untuk memohon anugerah Allah (2-3). Kalau pun dia akhirnya disembuhkan oleh Allah, ini tidak berarti bahwa Hizkia juga mempunyai hak secara otomatis untuk mendapatkan kesembuhan atau pun berkat Allah lainnya. Kata 'Aku akan' (5) menegaskan bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat. Kesembuhan yang dialami oleh Hizkia bergantung kepada 'Aku akan' bukannya aku ingin atau aku butuh. Hizkia dan pahlawan iman lainnya yang ada di dalam Alkitab memahami hal ini dan tidak lancang terhadap anugerah Allah.

Walaupun demikian iman tetap harus dimiliki oleh anak-anak-Nya. Setelah mendengarkan pemberitaan Yesaya, Hizkia bertanya apa yang akan menjadi tanda. Pertanyaan ini mengungkapkan iman dan bukan keraguan.

Renungkan: Doa bukanlah kartu ATM, Allah bukanlah mesin ATM, dan iman bukanlah nomor pin yang dibutuhkan. Pemahaman ini sangat berbahaya sebab membatasi Allah yang berdaulat dan berkuasa penuh. Jika kita berjalan dalam iman bersama Allah dan setia kepada-Nya, kita berhak untuk berharap bahwa doa kita akan dikabulkan.

(0.12363556551724) (1Taw 1:1) (sh: Orang yang istimewa (Selasa, 22 Januari 2002))
Orang yang istimewa

Orang yang istimewa. Bangsa Israel telah pulang dari pembuangan. Dalam situasi seperti itu, persoalan jati diri adalah masalah besar untuk mereka. Masihkah Allah menganggap mereka umat-Nya dan menghisabkan mereka dalam janji-Nya? Sangat wajar bila mereka putus asa dalam keterpurukan.

Melalui silsilah ini, penulis Tawarikh ingin memberikan keyakinan bahwa mereka tetap adalah umat pilihan Allah yang istimewa. Silsilah ini terdiri dari tiga bagian utama. Pertama, keturunan Adam (ayat 1-3). Dalam kaitan dengan Adam sampai Nuh, Israel ditempatkan sebagai bagian dari umat manusia yang menikmati berkat dan kutuk yang sama (Kej. 1:26-29; 3:15-24). Bersamaan dengan itu nyata pemilihan Allah pada garis keturunan Set dan Nuh. Beda dari orang-orang sezamannya, mereka bergaul akrab dengan Tuhan. Dengan demikian, bangsa Israel adalah manusia biasa, namun istimewa karena merupakan bagian dari leluhur mereka yang terhormat umat yang dipilih Allah.

Kedua, anak-anak Nuh (ayat 4-27). Ayat 4 mencatat urutan mulai dari Sem, Ham, dan Yafet. Namun, penjabaran selanjutnya dibalik: Yafet (ayat 5-7), Ham (ayat 8-16), dan Sem (ayat 17-27). Penulis Tawarikh biasa membalikkan urutan nama, menempatkan orang yang dikenan Allah pada urutan terakhir. Sem adalah yang dikenan Tuhan (Kej. 9:25-27). Namun, dari semua keturunan Sem, Abram adalah orang yang dipilih Tuhan secara khusus (Kej. 12:1-3).

Ketiga, keturunan Abraham (ayat 28-34a). Urutan keturunan Abraham pun dibalik: Ismael-Ishak, juga keturunan Yakub: Esau-Israel (ayat 34b). Ishak lahir karena janji Allah, suatu mukjizat. "Israel" adalah nama baru yang diberikan karena pertobatan Yakub (Kej. 32:28). Ini mengingatkan bahwa bangsa Israel tidak seperti keturunan-keturunan Abraham lainnya. Baik Ishak maupun Yakub hidup atas dasar janji Allah, bukan karena kelahiran alamiah atau hak berdasarkan urutan kelahiran belaka. Karena itu, ke-12 suku Israel pun harus menghayati keumatan mereka bukan karena keturunan belaka, tetapi karena pilihan Allah yang memungkinkan mereka hidup berbeda.

Renungkan: Bila Anda berada dalam krisis entah karena dosa atau ujian Allah, ingat bahwa Allah ingin Anda menghayati kasih-Nya dan keterpilihan Anda.

(0.12363556551724) (1Taw 6:31) (sh: Imam yang istimewa (Senin, 28 Januari 2002))
Imam yang istimewa

Imam yang istimewa. Selain kaum Lewi yang biasa (ayat 16-30), ada pula kaum Lewi sebagai para penyanyi (ayat 31-47). Perikop ini mendaftarkan orang-orang yang ditugasi untuk urusan musik (ayat 31). Artinya kaum Lewi tidak hanya bertugas di kemah suci, tetapi juga dalam Bait Allah di Yerusalem (ayat 32). Peraturan-peraturan ini didasarkan atas kedaulatan Daud dan Salomo, raja-raja yang dikagumi penulis Tawarikh. Para musisi dipilih dari setiap keturunan: dari bani Kehat (ayat 33-38), dari bani Gerson (ayat 39-43), dan dari bani Merari (ayat 44-47). Penjabaran panjang-lebar tentang para musisi ini membuat banyak orang menduga bahwa penulis Tawarikh sendiri adalah seorang musisi Lewi. Namun, hal itu tidak pasti. Mungkin ia hanya ingin menyelesaikan perselisihan di antara kaum Lewi pada masanya (lih. Neh. 7:43-44; 10:9-13,28-29; 11: 15-18; 12:24-47).

Tugas-tugas untuk keturunan Harun lalu dijabarkan. Jika imam besar hanya datang dari keturunan Zadok, semua keturunan Harun melayani sebagai imam-imam. Ada 2 bagian di sini. Pertama, tanggung jawab keimaman (ayat 48-49). Jika orang-orang Lewi yang lain diserahkan tugas untuk mengurus kemah suci (ayat 48), keturunan Harun diberi tanggung jawab khusus dalam tugas yang berkaitan dengan ibadah Israel. Mereka membakar kurban dan ukupan (Im. 1; 6:8-13; 16:13-16). Mereka juga mengadakan pendamaian bagi orang Israel sesuai dengan perintah Musa.

Kedua, kepemimpinan imam (ayat 48-53). Dengan ditetapkannya tugas-tugas kaum Lewi dan para imam, penulis Tawarikh menunjukkan keluarga mana yang menurunkan imam-imam besar yang membawahi anak-anak Harun lainnya. Penulis Tawarikh memberikan silsilah imam besar secara singkat dari Harun ke Zadok dan anaknya Ahimaas (ayat 50-53). Daftar ini diluaskan sampai ke zaman Daud (ayat 16-30). Yosua, imam besar yang berjuang bersama Zerubabel, merupakan salah satu keturunan dari garis ini. Seperti nabi Yehezkiel dan nabi Zakharia, penulis Tawarikh mengakui bahwa garis keturunan keimaman Zadok adalah satu-satunya yang sah untuk jabatan imam besar Israel pada periode setelah pembuangan.

Renungkan: Tidak semua orang dipanggil untuk menjadi pemimpin di dalam pelayanan umat Tuhan. Bila Anda tidak dipanggil untuk menjadi pemimpin, dukunglah para pemimpin Anda demi Allah!

(0.12363556551724) (1Taw 15:1) (sh: Tugas khusus (Sabtu, 9 Februari 2002))
Tugas khusus

Tugas khusus. Hukuman Allah atas Uza membuat tugas pemindahan tabut perjanjian terhenti sementara. Melalui peristiwa itu, Daud menyadari bahwa tugas tersebut tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang. Dalam zaman Musa, Allah telah mengkhususkan suku Lewi untuk tugas-tugas yang berhubungan dengan tata ibadah kemah sembahyang. Perhatian pada tugas orang Lewi dalam bagian ini terfokus pada mengangkut tabut Tuhan dan untuk melayani Tuhan (ayat 2), juga tugas memimpin umat dalam puji-pujian seperti yang dicatat di sini (ayat 16-19).

Pertama, Daud mengumpulkan orang-orang Lewi yang bukan imam menurut kelompok puak dari Kehat, Merari, Gerson, Elsafan, Hebron, dan Uziel (ayat 3-10). Tindakan ini semakin membuat kita menyadari bahwa Daud sungguh berniat memenuhi segenap aturan yang telah Allah nyatakan kepada Musa. Kedua, Daud meminta mereka menyiapkan diri dengan menguduskan diri (ayat 12). Dalam Firman Allah, kekudusan selalu berarti pemisahan dari hal yang tidak layak untuk sepenuhnya dimiliki Allah demi hal-hal mulia yang Allah inginkan. Tugas mulia dalam kesempatan pemindahan tabut ini antara lain menyangkut memainkan musik dan memimpin puji-pujian gembira (ayat 16-24). Ketiga, sesudah semua persiapan dilaksanakan menurut peraturan yang Tuhan sendiri berikan, mulailah iring-iringan pemindahan tabut itu berlangsung.

Berulang kali ditegaskan bahwa peristiwa itu kini berlangsung dengan sukacita. Jika sebelumnya, tatkala terjadi kesalahan Uza, terjadi ketakutan dahsyat karena hukuman Allah, kini mereka mengalami sukacita besar. Dengan iringan musik gembira, mereka menari-nari di hadapan Allah. Sayang sekali bahwa apa yang baik di mata Allah ini tidak dinilai sama oleh Mikhal, istri Daud. Tentu saja sikap menghina tersebut tidak saja menghina Daud, tetapi juga menghina seluruh prosesi ibadah yang sesungguhnya berkenan bagi Tuhan.

Ibadah dalam bagian ini benar-benar dilukiskan sebagai pesta sebab tidak saja mereka menari-nari gembira dalam iringan puji-pujian dan musik yang hidup, mereka juga makan bersama.

Renungkan: Kesukaan tak kudus di hadapan Allah akan mengakibatkan kengerian, sebaliknya takut yang benar di hadapan Allah akan mengakibatkan kesukaan.

(0.12363556551724) (1Taw 25:1) (sh: Biduan-biduan bagi Allah (Kamis, 21 Februari 2002))
Biduan-biduan bagi Allah

Biduan-biduan bagi Allah. Penjelasan yang panjang-lebar tentang para penyanyi menunjukkan minat penulis Tawarikh terhadap musik. Perikop ini memiliki 2 bagian: [1] Keluarga penyanyi (ayat 1-8) dan [2] Pembagian tugas-tugas (ayat 9-31). Memuji Allah telah merupakan bagian ibadah sejak Israel kuno. Dalam rangkaian pengaturan ibadah di bait Allah, Daud dan para panglimanya menunjuk tiga keluarga sebagai penyanyi. Mereka bertugas menyanyikan firman Tuhan (bernubuat) dengan diiringi alat musik: ceracap, gambus, dan kecapi. Di sini dengan jelas dinyatakan bahwa musik kaum Lewi dipakai baik untuk ibadah maupun untuk peperangan.

Ketiga keluarga itu adalah Asaf (ayat 2), Yedutun (ayat 3), dan Heman (ayat 4-5). Ketiganya kita kenal juga lewat mazmur-mazmur yang mereka nyanyikan. Asaf: Mazmur 50, 73-83. Yedutun: Mazmur 39. Heman: Mazmur 88. Yang menarik ialah menurut 1Raj. 4:31, Heman bukan orang Israel melainkan orang Kanaan. Ketiga keluarga ini dibagi menurut anak-anak mereka masing-masing menjadi dua puluh empat kelompok. Setiap kelompok dua belas orang. Dengan undian setiap kelompok mendapatkan gilirannya.

Apa tugas mereka? Setiap kelompok bagaikan suatu paduan suara kecil untuk mengiringi ibadah. Mereka akan menyanyikan syukur dan puji-pujian bagi TUHAN. Pada saat yang sama mereka akan bernubuat. Bernubuat bisa dimengerti sebagai menyampaikan firman Tuhan. Itu berarti mereka tidak sembarangan menyanyi, mempertunjukkan keindahan musik atau suara mereka, tetapi di dalamnya ada berita yang hendak disampaikan. Demikian kita melihat mazmur-mazmur ditulis untuk menyampaikan suatu berita kepada umat. Dengan demikian, pujian dan syukur akan dipanjatkan oleh umat dengan lebih sungguh-sungguh lagi. Inilah pola ibadah untuk menuju pemulihan setelah periode pembuangan.

Renungkan: Seharusnya kita pada masa kini juga menunjukkan keseriusan ibadah seperti Israel kuno. Ibadah adalah sikap hidup di hadapan Allah. Dari mutu lagu, musik, pemusik, dan penyanyi yang terlibat dalam ibadah kita, akan terlihat juga bagaimana sebenarnya ibadah kita. Seluruh unsur ibadah perlu memiliki esensi kehadiran Roh dan kebenaran (Yoh. 4:24) dan bukan sekadar mengutamakan unsur keindahan musik atau kenikmatan berkumpul beracara.

(0.12363556551724) (1Taw 29:10) (sh: Pujian bagi Allah (Selasa, 26 Februari 2002))
Pujian bagi Allah

Pujian bagi Allah. Kini Daud mengarahkan perhatiannya pada Allah yang telah menyukseskan persiapan pembangunan Bait Suci. Di depan seluruh jemaah, Daud memuji Allah karena segala hal yang telah diberikan-Nya bagi Daud. Daud juga meminta berkat Ilahi bagi generasi-generasi selanjutnya. Ada 3 bagian di dalam puji-pujian ini.

Pertama, Daud memulainya dengan rangkaian pujian bagi Allah (ayat 10b-13). Allah harus dipuji dari kekal sampai kekal (ayat 10b) karena Ia begitu baik kepada Daud. Lalu, Daud juga menjelaskan mengapa Allah layak dipuji. Allah adalah Allah yang memiliki kejayaan, kehormatan, dst. (ayat 11). Pengungkapan ini menunjukkan antusiasme Daud mengingat apa yang telah Allah lakukan di langit dan di bumi (ayat 11a-c). Allah juga dipuji karena kedaulatan-Nya yang dinyatakan melalui kerajaan Israel (ayat 11d). Segala kemakmuran dan kesejahteraan berasal dari Allah yang adalah penguasa segala sesuatu (ayat 12). Proses pemulihan sepenuhnya adalah anugerah Allah bagi mereka yang setia kepada-Nya. Bagian ini ditutup dengan ucapan terima kasih kepada Allah dan pujian kepada nama-Nya yang mulia (ayat 13).

Kedua, kekaguman Daud kepada Allah juga didasarkan atas pengenalan akan kerendahan dirinya sendiri (ayat 14-16). Ia menyadari bahwa segala sesuatu berasal dari Allah (ayat 14). Daud menyamakan dirinya sebagai orang asing (ayat 15) yang biasanya adalah tuna wisma dan bergantung sepenuhnya pada kebaikan orang-orang lain (lih. Ul. 10:18). Meskipun Daud sudah aman di tanah Israel, ia dan rakyatnya tetap perlu bersandar kepada Allah sebagaimana nenek moyang mereka di padang gurun (ayat 15). Demikian juga, pembangunan Bait Suci sepenuhnya adalah anugerah Allah.

Ketiga, Daud berdoa untuk masa depan kerajaan Israel (ayat 17-19). Doa ini dimulai dengan masalah ketulusan hati dan komitmen yang penuh (ayat 17), yang ditunjukkan dengan sukacita dan kerelaan hati. Daud meminta agar sikap hati ini terpelihara sehingga ia dan rakyatnya setia kepada Allah selamanya. Kemudian, Daud juga meminta agar Salomo pun memiliki sikap hati yang sama, setia di dalam membangun rumah Allah. Hanya dengan ketulusan hatilah pekerjaan Salomo akan dapat diselesaikan.

Renungkan: Kerendahhatian, kebersandaran kepada Tuhan, kesetiaan, dan ketulusan hati adalah prasyarat-prasyarat dalam pemulihan.



TIP #08: Klik ikon untuk memisahkan teks alkitab dan catatan secara horisontal atau vertikal. [SEMUA]
dibuat dalam 0.11 detik
dipersembahkan oleh YLSA