Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 4541 - 4560 dari 4837 ayat untuk ia [Pencarian Tepat] (0.007 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.087350205405405) (Dan 5:17) (sh: Tegas terhadap dosa (Minggu, 25 April 1999))
Tegas terhadap dosa

Tegas terhadap dosa. Penawaran kuasa dan harta ternyata tak menyilaukan mata Daniel. Justru Daniel menganggap tawaran Belsyazar merupakan penghinaan terhadap Allah. Tak ada sedikitpun keinginan Daniel mencuri kuasa dan kemuliaan Allah bagi kepentingan dirinya sendiri. Kuasa ilahi dan kemuliaan sorga yang menyertainya melebihi segala sesuatu di dunia ini membuatnya tidak gila kuasa, dan gila hormat. Daniel menyadari sepenuhnya bahwa kuasa Allah yang dilayaninya itulah yang memampukan dia mengartikan makna dari tulisan yang menggentarkan Belsyazar itu. Daniel menunjukkan kepada kita suatu sikap konsisten yang terus dipertahankan sejak semula. Tidak menutup kemungkinan bila kita pun akan mengalami desakan-desakan dari lingkungan kita. Bila kita tetap mempertahankan keyakinan beriman kita, maka Allah yang Penguasa dan penentu segala sesuatu itu memampukan kita menolak segala bentuk godaan dan tawaran-tawaran "semu" yang menggiurkan.

Melalui wibawa dan kuasa Allah. Dengan kemampuan dan kepercayaan dari Allah, Daniel menegur dosa Belsyazar. Dosa yang merupakan pengulangan terhadap dosa masa lampau. Bahwa Belsyazar menganggap remeh dan tidak belajar dari pengalaman sejarah raja Nebukadnezar pendahulunya. Terbukti ketika ia melakukan kesalahan yang sama. Bila seorang pemimpin tidak belajar dan memetik hikmat dari pengalaman dan fakta sejarah, maka kesalahan yang sama yang pernah dilakukan para pendahulu kita akan terulang kembali. Kedua, Belsyazar terlalu berani mengotori peralatan bait Allah dengan hal-hal yang menajiskan. Hal lain lagi yang dilakukan oleh raja Belsyazar dan mengundang murka Allah, ialah keberaniannya mengotori peralatan bait Allah dengan hal-hal yang menajiskan dan memalukan. Kekuasaan seringkali membuat orang tidak lagi dapat membedakan mana yang milik Allah, mana yang milik manusia.

Renungkan: Pertama: Tidak semua kebaikan yang kita terima harus selalu diresponi dengan menawarkan kekuatan kuasa dan kenikmatan harta. Kedua: Teguran Allah ini bisa terjadi pada siapa saja, dengan tujuan agar supaya pelaku dosa menyadari kesalahannya dan mengalami pertobatan.

Doa: Tuhan, mampukan saya bertahan dan tidak tergoda oleh rayuan dunia ini, yang berusaha menarik saya keluar dari lingkungan kewibawaan-Mu.

(0.087350205405405) (Hos 3:1) (sh: Ibarat gelas yang telah pecah (Jumat, 5 November 2004))
Ibarat gelas yang telah pecah

Ibarat gelas yang telah pecah. Mungkinkah rusaknya pernikahan karena perselingkuhan dipulihkan kembali? Tentu perlu pengorbanan kedua belah pihak. Pertanyaan yang lebih penting ialah sanggupkah pihak korban mengampuni dan bahkan mau membayar harga?

Perintah Allah agar Hosea mencintai kembali Gomer dan menebusnya supaya menjadi istrinya kembali, bukanlah suatu perintah yang mudah ditaati (ayat 1). Hosea harus mengampuni dan melupakan semua perbuatan sundal istrinya itu. Bahkan Hosea harus membayar harga tebusan Gomer senilai harga jual seorang budak wanita (antara 10-20 syikal perak). Namun, karena ketaatannya kepada Allah Hosea tetap melakukannya (ayat 2). Dari pihak Gomer pun, ada harga yang harus dibayar. Gomer harus mengalami masa penyucian dengan tidak "disentuh"oleh siapa pun, termasuk Hosea sendiri (ayat 3). Masa pengasingan Gomer ini merupakan masa pembinaan kembali hubungan antara umat dengan Allah. Penyucian Gomer adalah langkah simbolis yang berarti Allah mengasingkan Israel dari semua kekasih mereka (para ilah) yakni Israel diasingkan ke Negara Asyur. Di negara pembuangan itu, Israel akan kehilangan para pemimpin selama jangka waktu tertentu. Akibatnya Israel akan mengalami perasaan hampa yang menuntun mereka untuk mencari dan berseru kepada Tuhan (ayat 5).

Kristus adalah harga yang dibayar Allah untuk menebus kita, "istri yang berselingkuh" itu. Kita sudah merasakan kasih Allah yang begitu besar. Hosea bisa mengampuni bahkan menebus Gomer, kita pun pasti bisa. Sekarang kita wajib pula menyatakan kasih dan pengampunan kita kepada pasangan sekalipun ia telah mengkhianati kita. Suami wajib mengampuni istri dan menerimanya kembali dengan kasih. Demikian pula sebaliknya istri mau memberi kesempatan kepada suami kembali.

Renungkan: Gelas pecah memang sulit dilekatkan kembali tanpa meninggalkan bekas. Namun, tiada hal yang mustahil bagi Tuhan. Melalui kasih Kristus, pernikahan karena perselingkuhan sanggup dipulihkan. Berikan kesempatan bagi kasih dan kekudusan Allah.

(0.087350205405405) (Hos 5:15) (sh: Pertobatan sesaat (Jumat, 6 Desember 2002))
Pertobatan sesaat

Pertobatan sesaat.
Agaknya pemberitaan Hosea tentang penghukuman dan penarikan diri Allah dari hadapan umat-Nya telah mengejutkan umat sehingga menyebabkan mereka sadar sesaat akan persundalan mereka dengan allah-allah lain. Mereka bermaksud mengakui segala kesalahan mereka dan berbalik kepada Allah (ayat 15; 6:1). Kata ‘berbalik’ berasal dari bahasa Ibrani ‘syub’ yang berarti ‘bertobat’ dalam makna perubahan pikiran, pandangan, dan sikap hidup. Dengan berbalik kepada Allah umat berharap Allah melepaskan mereka dari maut dalam hitungan waktu yang pendek. Hal ini jelas dari kata-kata yang terdapat di ayat 2. Dengan demikian malapetaka yang dialami Israel sebagai akibat dosanya dipandang sebagai sebuah kematian. Tentu yang dimaksudkan di sini bukanlah kematian jasmani, melainkan lebih kepada akibat penarikan diri Allah dari hadapan umat-Nya atau akibat dari wajah Allah tersembunyi dari umat-Nya. Masih ingat kisah Ayub? Ketika wajah Allah tersembunyi dari padanya, maka Ayub mengalami penderitaan yang amat sangat, yang menyebabkan ia harus mengutuk hari kelahirannya bahkan sempat memprotes Allah (bdk. Ayb. 3 dst.).Sayangnya, keinginan untuk bertobat itu tidak berlangsung lama; hanya sesaat saja (ayat 4). Israel memperlihatkan kesetiaan kepada Tuhan dengan melaksanakan upacara agama yang bersifat ritual dan formal, tetapi tidak mengaplikasikannya dalam bidang kehidupan lainnya. Israel masih menindas sesamanya, membunuh dlsb. (ayat 6, 8-10; 7:1,2). Namun, segala sesuatu tampak dengan jelas di wajah Allah.

Allah menghendaki pertobatan yang sungguh-sungguh. Kasih Allah kepada umat-Nya kekal, bukan sesaat. Karena itu, mestinya umat perjanjian Allah harus berespons kepada kasih Allah kekal dengan sikap taat yang tidak berkesudahan pula. Seluruh hidup dalam seluruh waktu seharusnya memperlihatkan sikap hidup yang penuh pengenalan dan kasih kepada Allah.

Renungkan:
Bukti kasih Allah yang kekal kepada manusia tampak dalam berbagai peristiwa kelepasan yang dialami Israel. Kelepasan itu telah terjadi bagi kita semua dalam natal Yesus.

(0.087350205405405) (Hos 7:3) (sh: Persekongkolan dalam kejahatan (Sabtu, 7 Desember 2002))
Persekongkolan dalam kejahatan

Persekongkolan dalam kejahatan.
Kecaman Hosea terhadap kejahatan bangsa itu tidak pernah berhenti. Kejahatan Israel makin bertambah, meski sudah sering diperingati, bahkan dicambuk oleh Tuhan dengan berbagai malapetaka. Nubuat Hosea pada pasal ini dilatarbelakangi oleh peristiwa-peristiwa historis perebutan kekuasaan yang berlangsung terus-menerus di Israel Utara (ayat 7). Persekongkolan para pemuka dengan para pembunuh dilakukan dalam pesta pora di istana raja. Setelah berpesta pora dan mabuk- mabukan, mereka membunuh raja dengan iring-iringannya yang juga sedang mabuk (ayat 5).Agaknya, Hosea melihat kejahatan seperti perebutan kekuasaan yang berakhir dengan tewasnya sejumlah raja merupakan suatu kejahatan politik, yang bisa dilihat sebagai pemberontakan kepada Allah sekaligus sebagai penghukuman Allah. Sayangnya, keadaan ini tidak membuat mereka berseru meminta pertolongan Tuhan ( 7,10). Mengapa? Karena mereka tidak berakal budi dan tolol (ayat 11)! Ketololan Israel tampak ketika ia berkoalisi dengan bangsa-bangsa lain. Krisis politik yang mereka alami—sebagai akibat dari kejahatan yang mereka lakukan—tidak membuat mereka berbalik mencari Allah dan kehendak-Nya, tetapi justru mencari pertolongan dari bangsa-bangsa yang sebenarnya akan menghancurkan mereka (ayat 9-11). Akar segala malapetaka adalah pemberontakan Israel kepada Allah, sehingga usaha apapun yang dilakukan Israel untuk mengatasi berbagai krisis tidak akan bermanfaat—termasuk meminta bantuan bangsa-bangsa lain. Jalan satu-satunya adalah kembali kepada Allah dan kasihnya yang mula- mula. Hanya dengan itu mereka mampu menghentikan semua kejahatan di berbagai bidang kehidupan termasuk politik.

Kita semua tentu pernah atau bahkan sedang mengalami krisis yang luar biasa dalam kehidupan kita, baik sebagai bangsa, masyarakat, gereja, atau pun dalam keluarga. Tanyakan pada diri kita apakah dalam mengupayakan penyelesaiannya kita sudah menempatkan Allah sebagai yang sentral?

Renungkan:
Utamakan kebaikan Allah yang nyata dalam cara berpikir, berbuat, dan berkata. Itulah yang dikerjakan Allah dalam natal.

(0.087350205405405) (Hos 9:10) (sh: Kau bukan yang dulu lagi (Jumat, 12 November 2004))
Kau bukan yang dulu lagi

Kau bukan yang dulu lagi. Kasih Allah tidak terbatas, dan tidak pernah berubah walaupun anak-anak-Nya sering mengecewakan-Nya. Kita meyakini hal tersebut sebagai kebenaran karena firman Tuhan menyatakannya. Ini dibuktikan melalui kematian dan kebangkitan Kristus, demi keselamatan kita. Akan tetapi, kalau sampai Allah berkata dalam kepedihan hati, "Aku tidak akan mengasihi mereka lagi!" (ayat 15b), itu berarti kedurhakaan umat-Nya sungguh-sungguh keterlaluan.

Buah anggur tidak pernah tumbuh di padang gurun. Berarti menemukan anggur di tempat yang gersang itu sungguh suatu berkat yang luar biasa. Demikian juga, memperoleh buah sulung ara merupakan suatu santapan yang lezat. Itulah dulu gambaran keadaan Israel di mata Allah (ayat 10a). Namun, sekarang Israel telah berubah, tidak seperti yang dulu lagi. Ketika itu Israel masih suci dan bersih, menjadi kesayangan dan kesukaan Allah. Mengapa Israel bisa berubah? Karena mereka telah berkhianat dengan menyembah Baal-peor. Mereka telah berkali-kali menajiskan diri dengan ilah lain, dan diulangi kembali di nas ini. Hal ini menyebabkan Allah kembali harus menghukum Israel. Dan ini menyedihkan hati Allah ketika Ia menimpakan hukuman-Nya kepada umat-Nya. Kedudukan Israel tidak lagi mulia dan anak-anak mereka tidak lagi diberkati. Kejahatan mereka sendirilah yang membuat Allah tidak mungkin mengampuni mereka lagi. Israel bukan hanya dihajar dan diserahkan ke tangan musuh, melainkan Allah sendiri akan membuang mereka (ayat 15-17). Beratnya hukuman Allah ini menyiratkan Allah sudah patah arang dengan mereka. Semua ini menyatakan betapa sakit hati-Nya Allah dikhianati oleh kekasih-kekasih-Nya sendiri.

Syukur kepada Tuhan, belas kasihan dan kasih-Nya jauh melampaui rasa sakit hati-Nya terhadap umat-Nya. Penghukuman Allah yang begitu dahsyat tidak pernah dimaksudkan untuk memusnahkan umat-Nya.

Bersyukurlah: Kasih dan pengampunan Tuhan lebih besar dari sakit hati-Nya akibat pengkhianatan kita. Nyatakan syukur Anda tidak saja melalui bibir tetapi terutama melalui kelakuan.

(0.087350205405405) (Hos 11:1) (sh: Iman padang gurun (Rabu, 11 Desember 2002))
Iman padang gurun

Iman padang gurun.
Ayat-ayat 1,3,4 tidak hanya secara jelas kembali menggambarkan peristiwa keluaran dari Mesir tetapi juga menggambarkan kebahagiaan umat ketika mereka masih di padang gurun. Hosea memang memandang bahwa masa keemasan relasi antara umat dengan Allah adalah ketika mereka berada bersama Allah di padang gurun. Di sana mereka tidak tergoda untuk menyembah dewa atau ilah manapun. Inilah yang disebut iman padang gurun. Akan tetapi, kalau Hosea menekankan hal ini tidak berarti bahwa Hosea menganggap Allah Israel hanyalah Allah padang gurun. Justru dengan penekanan tersebut, Hosea bermaksud agar Israel tetap memelihara relasi yang ideal dengan Allah ketika di padang gurun itu, meskipun mereka sudah menetap di Kanaan. Sayangnya, Israel berubah total ketika mereka mulai mendiami tanah Kanaan (ayat 2,7).Kasih Allah kepada Israel tidak pernah berhenti. Kecaman dan penghukuman yang ditimpakan kepada Israel adalah juga bagian dari perjalanan kasih Allah kepada Israel. Allah tidak sama dengan manusia yang suka menghajar sesamanya dengan dendam yang tidak pernah berkesudahan (ayat 8-11). Karena kasih-Nya, Allah menahan murkanya, dan menggantikannya dengan menyelamatkan. Hal itulah yang dinyatakan dengan kata-kata, "Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku (ayat 8)." Allah berubah pikiran, dari keinginan untuk menghukum kepada keinginan untuk menyelamatkan. Keadaan manusia pada umumnya suka memberontak dan terus memberontak, dan karenanya patut menerima penghukuman Allah. Tetapi karena kasih- Nya kepada dunia, Ia mengutus Anak-Nya sebagai Juruselamat dunia (bdk. Yoh. 3:16), sehingga dunia mengalami pengampunan Allah. Karena itu manusia hanya hidup oleh pengampunan Allah. Tanpa pengampunan Allah, manusia pasti binasa. Kebinasaan yang dimaksud tidak hanya dalam pengertian kematian kekal pada masa yang akan datang, melainkan juga binasa dalam arti relasi yang tidak sejahtera dengan sesama dan lingkungan di dunia kini dan di sini.

Renungkan:
Kristus yang datang dalam Natal itu telah menempatkan dasar pengampunan yang kokoh dan abadi.

(0.087350205405405) (Hos 12:1) (sh: Pertolongan di luar Allah = sia-sia! (Kamis, 12 Desember 2002))
Pertolongan di luar Allah = sia-sia!

Pertolongan di luar Allah = sia-sia!
Pada pasal ini Hosea kembali merinci dosa-dosa bangsa Israel (ayat 1,2,12). Kebohongan/penipuan, melarikan diri dari Allah dan mengharapkan pertolongan dari kekuatan lain, seperti Asyur dan Mesir, sama halnya dengan mengabaikan Allah. Ia tidak hanya meninggalkan Allah, tetapi juga mengikat perjanjian dengan bangsa Asyur dan Mesir (ayat 2), yang kemudian justru akan menelan mereka. Artinya, sikap dan tindakan Israel ini tidak hanya telah membatalkan perjanjiannya dengan Allah secara sepihak, tetapi juga Israel telah mengabaikan syarat-syarat perjanjian dengan Tuhan yang telah disepakati yaitu: pertama, Israel dengan cara tidak bertanggung jawab telah melepaskan diri dari tanggung jawabnya sebagai umat Allah. Kedua, demi kepentingan diri sendiri, tanpa memperhatikan kepentingan Allah, Israel rela melaksanakan syarat-syarat perjanjian dengan Asyur dan Mesir. Sebagai bangsa, seharusnya kita bisa belajar dari pengalaman Israel dengan Allahnya dalam sejarah bangsa itu. Israel juga mengalami krisis multidimensi seperti kita. Agaknya, usaha-usaha perbaikan yang bersifat politis, ekonomis, dan sosial saja tidak cukup untuk menyelamatkan bangsa Israel dari krisis multidimensinya. Kata kunci yang mestinya dapat menyelamatkan mereka dari krisis multidimensi waktu itu ialah pengajaran Tuhan. Ketika mereka mengabaikan pengajaran Tuhan itu, maka mereka pasti menuai kebinasaan.

Persoalannya dengan bangsa kita ialah, apakah segala usaha baik di bidang politik, ekonomi, maupun sosial yang telah dirintis saat ini sudah merupakan usaha yang ‘cukup’ untuk menyelamatkan kita dari krisis multidimensi bangsa ini? Tentu saja tidak! Bangsa ini juga harus belajar dari kebaikan, keadilan dan kebenaran Allah yang tentu sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang baik. Artinya, kita harus memiliki nilai-nilai luhur seperti kejujuran, ketulusan, kesediaan untuk berkorban, menghargai nilai-nilai luhur kemanusiaan, tidak mementingkan diri sendiri atau kelompok, dll.

Renungkan:
Di masa-masa penantian ini, nilai-nilai luhur seperti itulah yang seharusnya menjadi komitmen kita menyambut kedatangan-Nya.

(0.087350205405405) (Yl 2:1) (sh: Hari Tuhan (Senin, 10 Desember 2012))
Hari Tuhan

Judul: Hari Tuhan
"Hari ini, hari Tuhan", itulah lirik satu nyanyian rohani dengan nada riang. Sukacita yang terdengar dari nadanya selaras dengan pesan yang hendak disampaikan. Namun berapa banyak dari antara kita yang menyadari bahwa tema "hari Tuhan" mempunyai asal-usul yang menggentarkan hati? Dalam bacaan ini, hari itu digambarkan sebagai hari yang hebat dan dahsyat, diliputi gelap gulita dan kelam kabut (2, 11; bdk. Yl. 1:15).

Yoel bukan nabi pertama yang menggunakan gambaran hari Tuhan. Yesaya dan Yehezkiel juga memberitakan tentang hari itu (Yes. 13:6-22; Yeh. 30:2, 3). Malapetaka dan kehancuran yang dikaitkan dengan hari itu semula ditujukan kepada bangsa-bangsa asing (goyim) yang menjadi musuh umat Tuhan. Namun, mulai dari pemberitaan nabi Amos, murka dan penghukuman Ilahi ini ditujukan pula kepada umat Tuhan sendiri (Am. 5:18-20).

Dengan tiupan sangkalala yang biasa dibunyikan sebagai tanda bahaya (1), mendekatnya hari Tuhan dimaklumkan. Yoel memberitakan serbuan pasukan belalang sebagai gambaran awal tentang dahsyatnya hari itu. Barisan mereka dibandingkan dengan pasukan berkuda yang menyerbu ke dalam kota, memanjati tembok-tembok, dan membuat bangsa-bangsa gemetar (5-6, 9). Efek serangan mereka bahkan membuat bumi gemetar, dan benda-benda langit kehilangan cahayanya (10). Gerombolan belalang yang menutupi permukaan bumi dan dihamburkan oleh tiupan angin gurun yang dahsyat dilukiskan sebagai gerhana yang mencekam. Sungguh luar biasa, makhluk-makhluk kecil ini dilihat sebagai pasukan Tuhan, bahkan pelaksana firman-Nya (11)!

Pemberitaan Yoel mengajak kita merenungkan peristiwa lain yang melampaui zamannya: Akhir Zaman. Dunia kini akan berakhir, didahului dengan berbagai petaka yang dapat membuat kita bergidik. Namun, bagi orang yang melihat dengan mata iman, di balik bencana sedahsyat "gerhana belalang" pun, ada Dia yang "memperdengarkan suara-Nya" di depan pasukan-Nya. Dia yang menentukan perjalanan sejarah dan kepada Dialah mestinya pandangan dan harapan kita tertuju sampai akhirnya.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2012/12/10/

(0.087350205405405) (Am 5:1) (sh: Hidup hanya ada pada Allah (Minggu, 20 Juli 2003))
Hidup hanya ada pada Allah

Hidup hanya ada pada Allah. Konsekuensi hidup bersekutu dengan Allah adalah hidup menurut jalan-Nya. Sebaliknya, konsekuensi meninggalkan Allah dengan segala jalan-Nya berarti kematian dan ratapan (ayat 1-3). Sikap mereka yang meninggalkan Allah tampak dalam tingkah laku mereka sehari-hari. Mereka mengubah keadilan menjadi ipuh dan menghempaskan kebenaran ke tanah (ayat 7,10); menindas dan merampas hak milik orang lemah dengan uang dan memungut pajak gandum yang mestinya harus ditolong oleh negara (ayat 11,12). Semua kejahatan itu jelas perbuatan-perbuatan yang melawan Allah sekaligus menghancurkan nilai kemanusiaan.

Tuhan sama sekali tidak menolelir sikap hidup mereka yang membunuh kehidupan dan pengharapan mereka yang lemah. Sebagaimana Allah memihak kepada Israel ketika ditindas di Mesir, demikianpun Allah akan mendengar seruan mereka yang tertindas di antara umat Allah. Para penindas akan mengalami penghukuman Allah. Kemewahan yang mereka peroleh dari hasil penindasan akan musnah. Kebun anggur yang mereka bangun dengan indah tidak akan mereka nikmati (ayat 11).

Sesungguhnya hanya di dalam Allah ada kehidupan. Carilah Tuhan, maka kamu akan hidup. Israel keliru menyamakan Tuhan dengan tempat. Semua tempat ibadah tidak menjamin Tuhan boleh didapatkan, sebab Tuhan ada bagi hati yang bertobat.

Renungkan: Tuhan tidak menginginkan ibadah status. Ia ingin agar hubungan nyata dengan-Nya terwujud di dalam kelakuan sehari-hari kita.


Bacaan untuk Minggu ke-7 sesudah Pentakosta

Zakharia 9:9-13; Roma 8:6-11; Matius 11:25-30; Mazmur 145

Lagu KJ 450

(0.087350205405405) (Ob 1:17) (sh: Karakteristik nubuat para nabi (Rabu, 19 Desember 2001))
Karakteristik nubuat para nabi

Karakteristik nubuat para nabi. "Habis gelap terbitlah terang" merupakan ungkapan yang tepat untuk menggambarkan karakteristik nubuat para nabi di Perjanjian Lama, bahwa setelah menyampaikan penghakiman Tuhan atas Israel, mereka pun memberitakan pengharapan dalam Tuhan. Di akhir kitab Obaja, kita pun menyaksikan pola yang sama: setelah penghukuman, ada pemulihan.

Pada perikop ini, Obaja memastikan kepastian firman Tuhan melalui dua hal. Pertama, kepastian hukuman bagi Edom. Kekuatan Israel digambarkan seperti api yang menghanguskan Edom, sehingga Edom tidak dapat tumbuh lagi karena mereka seperti jerami. Edom menjadi tidak berdaya pada saat Tuhan menentukan hari penghakiman tersebut. Bahkan Tuhan memakai bangsa asing lainnya untuk menghancurkan Edom. Kedua, pemulihan kembali bangsa Israel. Orang Israel dipulihkan Tuhan dan mereka memiliki kembali tanah pusaka mereka (ayat 19-21).

Sekali lagi kita membaca tentang kasih Tuhan yang menghukum orang-orang yang memusuhi dan mendatangkan penderitaan bagi umat-Nya. Kebenaran ini membukakan pengertian kepada kita bahwa kita mempunyai konsep yang keliru tentang Tuhan. Bagi kita, Dia adalah Tuhan yang gemar menghukum, bahkan kadang kita juga berpikir bahwa acungan tangan-Nya dan mata-Nya hanya tertuju pada kesalahan-kesalahan yang kita perbuat. Sungguh suatu pandangan yang sangat keliru! Coba kita lihat, bukankah segala tindakan Allah sarat muatan kasih? Kalau kita menerima hukuman-Nya dan menderita karena hukuman tersebut, itu semata-mata karena kesalahan kita. Namun, tujuan penghukuman itu sendiri bukanlah untuk menenggelamkan kita dalam penderitaan, tetapi memulihkan kita. Bukti paling akurat untuk menggambarkan kasih Allah kepada kita adalah ketika Dia menemui ajal-Nya di kayu salib, di bukit Golgota.

Renungkan: Ada kalanya kita pun mengalami penghukuman-Nya, namun Ia tidak pernah menghukum dengan hati bersukacita; Tuhan tidak pernah "menari di atas penderitaan kita". Percayalah bahwa setelah hukuman-Nya, akan ada pemulihan-Nya. Sambutlah kemurahan-Nya!

(0.087350205405405) (Hab 2:1) (sh: Bumi yang sunyi (Kamis, 19 Desember 2002))
Bumi yang sunyi

Bumi yang sunyi.
Menanti. Mungkin itulah yang menjadi pekerjaan manusia seumur hidupnya. Habakuk berdiam diri. Surga sunyi, bumi pun sunyi. Ia hanya bisa melihat, memperhatikan, menanti datangnya pencerahan. Tuhan pun angkat bicara. Suatu kepastian tiba: orang benar akan hidup oleh iman. Kebenaran itu bukan sekadar satu pemahaman, namun tindakan, kebergantungan penuh kepada Allah. Orang-orang tertindas memang lemah, mereka tidak berdaya. Namun, kala mereka beriman kepada Allah, maka kehidupan yang benar semacam itu akan menyelamatkan mereka – Allah siap sedia menjaga.Kesunyian dibalas oleh Allah dengan nyanyian-nyanyian, lima kutukan bagi Babel. Pertama, celaka bagi mereka yang meraup harta orang secara tak jujur (ayat 6-8). Para penjarah ini tak kenal belas kasih, kadang menyita harta milik seorang yang berhutang secara prematur begitu saja tanpa peri kemanusiaan lagi. Peringatan telah datang kepada mereka bahwa sisa-sisa korban yang tak berdaya akan bangkit dan menjadi pemenang. Kejahatan akan dibalaskan.

Kedua, celaka bagi mereka yang melakukan eksploitasi untuk kepentingan dirinya atau kepentingan dinastinya (ayat 9-11). Orang-orang semacam ini membahayakan hidup orang lain. Ketidakadilan menempel pada diri mereka, bahkan batu-batu rumah pun meminta kebenaran! Ketiga, ada pula orang-orang yang menyebarkan kekerasan (ayat 12-14). Kecelakaan juga akan menimpa mereka. Sebaliknya, pengetahuan akan kemuliaan Allah terpatri akan memenuhi bumi. Pengetahuan ini bukan teoretis sifatnya, namun aktual secara penuh dalam segala keadaan nyata. Kehidupan sepenuhnya akan memancarkan sifat-sifat kemuliaan Allah yang kudus dan adil. Kedamaian akan bertakhta. Keempat, kutuk akan datang kepada mereka yang meninggikan diri dengan mempermalukan orang lain (ayat 15-17). Terakhir, para penyembah berhala akan mendapatkan celaka. Mereka bicara kepada berhala-berhala yang bisu. Sebaliknya, seluruh bumi seharusnya diam. Allah telah berbicara!

Renungkan:
Allah ada di surga, dan kita di bumi. Dalam keheningan dan kesunyian batinlah suara Ilahi datang menyapa kita.

(0.087350205405405) (Mat 4:1) (sh: Strategi menghadapi tawaran Iblis (Kamis, 30 Desember 2004))
Strategi menghadapi tawaran Iblis

Strategi menghadapi tawaran Iblis. Jika Anda ditawari untuk memiliki segalanya di dunia ini, tetapi kehilangan nyawa. Apakah Anda bersedia?

Tuhan Yesus pun mengalami tawaran yang berasal dari Iblis. Tawaran Iblis ditujukan kepada Yesus dengan tujuan menggagalkan misi Yesus untuk mengorbankan diri-Nya bagi penebusan dosa manusia. Iblis memakai kesempatan pada saat Yesus lapar setelah berpuasa untuk mengajukan tawarannya (ayat 2). Iblis mengira jika Yesus lapar maka Ia akan melakukan tindakan yang Iblis harapkan, yang dapat dimanfaatkan Iblis sebagai "pintu" penaklukan Iblis terhadap diri Yesus. Oleh karena itu, Iblis melancarkan tiga kali penawaran yang dibalut tampilan menyenangkan. Pertama, penawaran kebutuhan jasmani yang masuk melalui kebutuhan hidup Yesus (ayat 3). Kedua, penawaran untuk demonstrasi kekuasaan Yesus kepada dunia (ayat 5-6). Ketiga, penawaran peralihan kepemilikan dunia dari Iblis kepada Yesus (ayat 8-9). Ketiga penawaran Iblis itu dipatahkan Yesus dengan mengutip firman Tuhan yang dilandasi atas kebergantungan mutlak kepada Bapa-Nya (ayat 4, 7, 10). Jawaban Yesus kepada tiga penawaran Iblis itu memiliki tingkatan yang berbeda yaitu ay. 4 mengutip firman Tuhan; ay. 7 mengutip firman Tuhan sekaligus dengan tegas menyatakan identitas diri-Nya; ay. 10 dengan firman Tuhan menghardik Iblis dengan keras untuk menjauh dari-Nya!

Setiap hari kita dihadapkan berbagai tawaran yang terlihat menarik, tetapi ternyata menyesatkan. Tawaran seperti ini sulit ditanggulangi jika kita mengandalkan kekuatan diri sendiri dan melupakan Tuhan yang sanggup memberikan jalan keluar (ayat 1Kor. 10:13). Biasanya tawaran ini diselubungi atau pun disamarkan dalam bentuk yang indah, ajaran filsafat duniawi, gaya hidup bebas, kesempatan yang menarik, kebutuhan hidup, kegiatan rohani, dll. Apakah setiap tawaran harus ditolak? Tergantung tujuannya. Apakah sesuai dengan firman Tuhan? Bagaimana menyiasatinya? Mengenali tujuan setiap tawaran, lalu memakai kebenaran firman Tuhan dengan disertai sikap tegas menolaknya.

Renungkan: Kalahkan Iblis dengan berpegang pada firman Tuhan.

(0.087350205405405) (Mat 5:13) (sh: Bukan masyarakat di balik pagar tinggi (Rabu, 3 Januari 2001))
Bukan masyarakat di balik pagar tinggi

Bukan masyarakat di balik pagar tinggi. Khotbah Yesus tentang garam dan terang dunia pada intinya menekankan bahwa Kristen tidak boleh hidup sebagai 'gated community' (masyarakat yang dipagari). Kristen harus berbaur dengan masyarakat sebab hanya Kristen yang dapat menjadi garam dan terang dunia. Apa artinya?

Garam mempunyai beberapa manfaat: sebagai penyedap masakan, sebagai pupuk, dan yang paling utama sebagai pengawet makanan karena garam dapat memperlambat pembusukan. Itulah gambaran tentang peran Kristen dalam masyarakat. Kristen dipanggil untuk menjadi disinfektan moral dalam dunia yang standar moralnya sangat rendah, selalu berubah, bahkan tidak ada sama sekali. Namun apakah Kristen dapat kehilangan keefektifannya bagai garam kehilangan asinnya? Sesungguhnya garam tidak dapat kehilangan asinnya, namun garam zaman Yesus tidak dihasilkan dari air laut yang diuapkan, namun dari rawa-rawa, sehingga banyak mengandung kotoran. Ketika garamnya larut, yang tertinggal hanyalah kotoran. Jadi dengan ungkapan garam menjadi tawar, Yesus ingin menegaskan bahwa Kristen dapat berperan sebagai garam jika mereka tetap mempertahankan norma-norma Kerajaan Allah di dalam hidupnya, jika tidak ia hanya seperti kotoran sisa garam.

Selain itu Kristen juga harus berperan sebagai terang dunia. Dalam PL dan PB, terang hampir selalu melambangkan kemurnian, kebenaran, wahyu, dan kehadiran Allah. Hanya kehadiran Kristen yang mampu melambangkan ketiga hal di atas dalam masyarakat dan Kristen harus memancarkannya dimana pun mereka berada (ayat 15). Bagaimana caranya? Kristen harus memperlihatkan wujud perilaku apa pun yang sesuai dengan kehendak Allah, walaupun akibatnya mengundang penganiayaan atas dirinya (ayat 10-12). Dengan cara itu masyarakat akan disadarkan betapa berdosanya mereka.

Renungkan: Norma-norma kerajaan Allah yang diterapkan dalam kehidupan warga-Nya akan menghasilkan saksi- saksi yang berkuasa seperti Saudara. Garam berfungsi mencegah kebusukan dan memperingatkan Kristen untuk tidak berkompromi dengan dunia. Sedangkan terang berfungsi untuk menerangi dunia yang gelap dan memperingatkan Kristen untuk tidak menarik diri dari dunia, sehingga dapat membawa masyarakat kepada kemuliaan Bapa di surga.

(0.087350205405405) (Mat 5:17) (sh: Kesempurnaan Kristen dan amarah (Kamis, 4 Januari 2001))
Kesempurnaan Kristen dan amarah

Kesempurnaan Kristen dan amarah. Apakah Kristen yang telah mendapatkan pengajaran khusus dari Kristus dibebaskan dari tuntutan menjalankan hukum Taurat dan kitab para nabi? Tidak! Sebab otoritas PL yang bersumber dari Allah akan terus berlaku hingga kesudahan zaman (ayat 18) dan menyatakan rencana penebusan Allah hingga penggenapannya. Kedatangan Kristus bukan untuk meniadakannya, namun menggenapinya, karena Ia sendirilah penggenapnya.

Kristen pun tidak boleh meniadakan salah satu bagian dari hukum Taurat dan kitab-kitab nabi, ataupun mengajarkannya demikian. Mengapa? Sebab itu merupakan wahyu Allah, sehingga manusia tidak mempunyai hak untuk menguranginya, sekalipun bagian yang terkecil. Karena berhubungan dengan wibawa dan otoritas wahyu Allah, maka konsekuensi peniadaan atau pengajaran yang demikian cukup serius karena berdampak bagi kehidupan di masa kekekalan (ayat 19). Jika demikian apa yang dituntut dari Kristen? Tidak lain dan tidak bukan adalah kesempurnaan (ayat 20). Ayat ini memang tidak berbicara tentang bagaimana seseorang memperoleh kebenaran namun memaparkan tuntutan kesempurnaan. Mesias sendiri akan membangun sebuah bangsa yang akan disebut `pohon tarbantin kebenaran' (Yes. 61:3).

Kesempurnaan apa yang dituntut dari Kristen? Dalam hubungan dengan sesama manusia, hukum Taurat melarang pembunuhan. Namun yang menjadi kepedulian Allah bukan hanya pembunuhan melainkan juga kemarahan, khususnya kemarahan kepada saudara- saudara seiman (ayat 22), sebab Allah melihat apa yang di dalam hati. Kemarahan yang menyala-nyala dapat mengarah kepada tindakan kekerasan yang lebih jauh, termasuk pembunuhan.

Kemarahan yang seringkali diekspresikan dengan kata- kata umpatan atau kata-kata tuduhan, merupakan hal yang sangat serius, karena dapat menyeret seseorang kepada penghukuman abadi, membawa dampak bagi kehidupan ibadah seseorang, dan dapat menyeret seseorang ke pengadilan (ayat 23-26).

Renungkan: Karena begitu jahatnya kemarahan disertai dengan kepastian hukuman Allah dan konsekuensi kemarahan, Kristen harus menggunakan segala upaya dan daya untuk segera menghentikan kemarahan.

(0.087350205405405) (Mat 5:38) (sh: Sifat kristiani yang meneladani Bapa (Sabtu, 8 Januari 2005))
Sifat kristiani yang meneladani Bapa

Sifat kristiani yang meneladani Bapa. Ajaran lex talionis (mata ganti mata, gigi ganti gigi, dst.) pada dasarnya mencegah pembalasan yang berlebihan. Hukum yang penting di Taurat ini dimaksudkan supaya umat Allah tidak main hakim sendiri, melainkan menyerahkannya kepada lembaga keimaman yang mendapatkan wewenang untuk hal itu.

Dari penjelasan Yesus kita mendapati bahwa sebagai pengikut-Nya, kita dituntut untuk melakukan lebih daripada yang biasa dilakukan orang lain. Membalas orang yang menyakiti kita merupakan hal yang biasa dilakukan orang lain, tetapi kita dituntut untuk berbuat lebih daripada itu. Tidak membalas perlakuan jahat orang lain kepada kita pun bukan merupakan sikap yang langka, dan kita pun dituntut untuk bersikap lebih dari itu. Yesus menuntut setiap anak Tuhan untuk mampu menyatakan kebaikan Allah Bapa kepada setiap orang, bahkan kepada orang-orang yang jahat (ayat 39-42). Yesus menuntut anak-anak Tuhan menyatakan berkat kepada mereka yang mengutuk dan menganiaya (ayat 43-44).

Ada dua alasan mengapa kita dituntut bukan hanya mengampuni tetapi juga memberkati orang yang jahat kepada kita. Pertama, karena kita sudah mendapatkan pengampunan dari Bapa atas dosa-dosa kita, bahkan lebih daripada itu Ia memberkati kita dengan limpahnya. Kesalahan orang lain kepada kita, betapa pun besarnya tidak pernah dapat melampaui keberdosaan kita di hadapan-Nya. Kedua, Bapa memberikan berkat yang sama kepada orang baik dan orang jahat, maka kita pun wajib menjadi saluran berkat yang sama untuk mereka (ayat 45). Tuntutan Tuhan Yesus adalah kesempurnaan dalam kasih sama seperti kasih Bapa sempurna.

Bila dunia hidup dengan prinsip mengalahkan dan menguasai, anak-anak Tuhan harus hidup dengan prinsip ilahi, yakni menjadi berkat bagi sesama.

Renungkan: Waktu kita menyatakan kasih kepada sesama, kita sedang mencurahkan kasih Bapa ke hati-hati yang gersang.

(0.087350205405405) (Mat 6:9) (sh: Doa yang benar (Senin, 10 Januari 2005))
Doa yang benar

Doa yang benar. Tuhan Yesus bukan hanya mengoreksi motivasi dan isi ibadah, serta doa yang salah. Ia kini mengajar mereka bagaimana mereka seharusnya berdoa. Berdoa itu berbicara langsung dengan Allah secara hangat, sederhana, dan apa adanya. Dengan hangat kita memanggil Allah, Bapa Surgawi kita sebab Tuhan Yesus, Putra-Nya yang Tunggal telah lebih dulu memanggil kita untuk mengikut Dia dan belajar dari Dia. Doa itu sederhana, tidak rumit dan bertele-tele sebab bukan pertunjukan rohani, tetapi merupakan perjumpaan hati dengan hati. Doa dalam hubungan riil memungkinkan orang membuka hidupnya apa adanya di hadapan Allah.

Doa yang baik mendahulukan kepentingan Allah lalu menempatkan kepentingan kita di dalam wilayah kepentingan Allah. Inilah sifat isi doa yang Tuhan Yesus ajarkan. Tiga pokok penting menyangkut Allah (ayat 9-10) merangkul tiga pokok penting kebutuhan nyata kita (ayat 11-13). Doa yang dimulai dengan sapaan iman kepada Allah Bapa Surgawi, ditutup dengan pernyataan iman tentang kedaulatan Allah (ayat 13b). Tiga hal yang perlu kita utamakan dalam doa dan hidup kita adalah Nama, Kerajaan, dan kehendak Allah. Kita berdoa agar diri Allah dijunjung tinggi, pemerintahan-Nya terwujud, dan kehendak-Nya yang baik itu terjelma dalam dunia nyata ini di dalam dan melalui kita. Allah juga memperhatikan kebutuhan jasmani dan rohani kita. Karena itu, kita tidak perlu ragu memohon Allah memenuhi kebutuhan hidup kita dan kebutuhan kita akan pengampunan dan kemenangan dalam pencobaan.

Kita perlu berdoa menurut doa yang Tuhan Yesus ajarkan ini dengan segenap hati dan menjadikan kebenaran di dalamnya model bagi doa-doa kita. Hubungan kita dengan Allah tidak dapat dilepaskan dari keadaan hubungan kita dengan sesama, jadi penerimaan Allah akan doa kita pun terkait dengan penerimaan kita akan sesama kita.

Ingat: Hayati dan terapkan prinsip serta isi doa ini setiap kali Anda berdoa.

(0.087350205405405) (Mat 7:24) (sh: Siap diterpa badai? (Minggu, 16 Januari 2005))
Siap diterpa badai?

Siap diterpa badai? Ucapan Yesus ini mengakhiri khotbah-Nya di bukit yang ditujukan untuk para murid-Nya. Dengan tekanan serius kini Yesus mengingatkan mereka bahwa hidup tiap orang suatu saat kelak akan diterpa badai. Badai itu akan sedemikian dahsyat dan pasti berakibat kekal. Badai itu akan membongkar kenyataan fondasi hidup macam apakah yang telah seseorang pakai untuk membangun kehidupannya.

Hanya ada dua macam fondasi hidup. Fondasi batu karang teguh adalah sikap dan praktik hidup saat demi saat mematutkan hidup sesuai firman (ayat 24). Orang sedemikian disebut Tuhan bijaksana sebab kehidupan taat firman membuatnya tahan terpaan badai. Fondasi pasir adalah sikap dan praktik hidup yang mendengar firman dan ajaran Yesus, tetapi tidak melakukannya (ayat 26). Orang seperti itu bodoh sebab rumah kehidupannya pasti akan tersapu bersih oleh terpaan badai dan banjir dahsyat (ayat 27). Apakah badai dan banjir itu? Mengacu ke konteks sebelum ini, pastilah yang Tuhan maksudkan dengan badai itu adalah hari penghakiman akhir. Dengan ucapan-Nya yang penuh kuasa itu, Yesus mendesak para pendengar-Nya untuk merespons Dia dengan ketaatan dan kesetiaan agar luput dari penghukuman itu.

Dari dulu sampai kini tidak ada penganjur agama mana pun seberani dan seberdaulat Yesus memaparkan soal hidup kekal dan tuntutan untuk percaya dan taat kepada-Nya sebagai syarat masuk hidup kekal. Ketika Yesus mengakhiri pengajaran-Nya, banyak orang mengakui kuasa kata-kata Yesus itu (ayat 28-29). Akan tetapi, yang Tuhan tuntut terus menerus sampai zaman ini juga, bukan saja mengagumi Dia melainkan mengikut dan menaati Dia. Dia tidak hanya menyampaikan klaim kosong sebab kelahiran, kehidupan, kematian, dan kebangkitan-Nya menunjukkan bahwa Ia memang kelak akan menghakimi dan menentukan nasib kekal kita.

Ingat: Hidup yang singkat ini hanya awal dari hidup kelak. Bagaimana keadaan hidup kita kelak dalam kekekalan tergantung pada pilihan kita di hadapan Yesus.

(0.087350205405405) (Mat 8:1) (sh: Mukjizat menyatakan apa tentang Yesus? (Senin, 17 Januari 2005))
Mukjizat menyatakan apa tentang Yesus?

Mukjizat menyatakan apa tentang Yesus? Kebanyakan orang, termasuk orang Kristen terbagi ke dalam dua kelompok dalam kesan mereka tentang mukjizat. Ada yang memercayai dan menggandrungi mukjizat dan ada yang meragukan kemungkinan terjadinya mukjizat.

Dalam bacaan kita hari ini, Matius mencatat tiga peristiwa mukjizat yang Yesus lakukan. Maksud Matius bukan ingin memaparkan sikap orang terhadap mukjizat melainkan memaparkan siapakah Yesus melalui sikap-Nya terhadap masalah orang dan melalui tindakan-Nya membuat mukjizat. Masalah pertama yang Yesus selesaikan adalah penyakit kusta (ayat 1-4). Dalam hukum Musa, menderita kusta berarti terkucil dari masyarakat sebab hal tersebut diartikan kutukan Allah. Ucapan Yesus terhadap permohonan si kusta memperlihatkan sikap-Nya terhadap masalah terkutuk dan terkucil. Yesus mau orang itu bebas dari keadaan terkutuk dan terkucil. Itu sebabnya, Ia tidak saja menyembuhkan, tetapi mengirim orang itu menjumpai para imam.

Penyembuhan budak perwira di Kapernaum sekaligus menekankan dua hal (ayat 5-13). Yesus menginginkan orang memiliki iman penuh kepada Dia sebab Dia memang yang berdaulat untuk memerintah atau menuntut orang beriman mutlak kepada-Nya. Sayang orang Israel yang seharusnya memiliki iman malah dipermalukan oleh seorang kafir (ayat 10). Penyembuhan ibu mertua Petrus dan banyak lagi masalah lainnya kembali menekankan kedaulatan Yesus atas kekuatan-kekuatan yang merusak hidup manusia (ayat 16). Maksud dari semua perbuatan mukjizat itu adalah memperagakan bahwa Yesus sungguh adalah Dia "yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita" (ayat 17). Mukjizat adalah tanda yang membuat orang melihat kedudukan Yesus seharusnya dalam hidup dan atas dunia ini.

Renungkan: Mukjizat atas segala mukjizat adalah ketika Anda diberi-Nya iman untuk meninggikan Dia di atas segala masalah dan menjadikan-Nya Tuhan dalam hidup Anda.

(0.087350205405405) (Mat 12:15) (sh: Mesias sejati (Rabu, 30 Januari 2013))
Mesias sejati

Judul: Mesias sejati
Usai perdebatan dengan orang Farisi, Yesus pergi menyingkir (15a). Yesus menghindari konfrontasi yang lebih terbuka dengan orang Farisi guna melanjutkan pelayanan-Nya kepada orang banyak yang mengikuti Dia. Namun, Ia melarang mereka untuk bercerita tentang diri-Nya, karena mereka salah mengerti tentang misi-Nya yang bukan hanya melakukan mukjizat.

Matius mengutip Yesaya 42:1-4 untuk menjelaskan misi Yesus. Nubuat Mesianis tentang sosok Hamba Tuhan digenapi dengan sempurna dalam diri Yesus. Pertama, Ia adalah Hamba yang terpilih dengan urapan Roh Kudus, tepat seperti penyataan Bapa dalam peristiwa pembaptisan-Nya (18; lih. Mat. 3:16-17). Kedua, Yesus bekerja bukan untuk popularitas (19). Ketiga, di dalam pribadi-Nya, orang-orang yang lemah akan menemukan kekuatan, sebab Ia tidak akan membiarkan "buluh yang patah terkulai" atau "sumbu yang pudar nyalanya menjadi padam" (20). Keempat, Ia akan menjadi poros pengharapan bagi semua bangsa (21).

Gambaran Mesias ini berbeda jauh dengan yang diharapkan orang Israel pada saat itu. Sebab itu Yesus menyingkir guna menghindari harapan yang berlebihan terhadap diri-Nya. Di sinilah kesejatian sebuah pelayanan tergambar jelas; tidak ada upaya menonjolkan diri. Pengutusan datang dari Bapa, maka kehendak Bapalah yang terutama. Sekalipun memiliki kuasa yang mampu melakukan berbagai hal, Yesus memilih taat pada misi kemesiasan-Nya.

Kekuasaan cenderung korup adalah pemeo yang terbukti benar di dunia ini. Bukan hanya berlaku untuk pemimpin politik, tetapi juga pemimpin masyarakat bahkan pemimpin agama. Banyak fakta yang menunjukkan penyelewengan dari misi mula-mula sebuah kepemimpinan. Kita bersyukur memiliki Yesus yang setia pada misi-Nya. Bagaimana dengan kesetiaan kita mengikut dan melayani Dia? Apakah kita akan seperti orang banyak dalam cerita ini yang hanya menjadikan Dia sebagai pembuat mukjizat? Atau kita menyalahgunakan kepercayaan Yesus kepada kita untuk melayani-Nya dengan mengkorupsi kemuliaan dan berkat Tuhan?

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/01/30/

(0.087350205405405) (Mat 12:38) (sh: Bukan tanda yang dibutuhkan, tetapi keterbukaan hati (Sabtu, 3 Februari 2001))
Bukan tanda yang dibutuhkan, tetapi keterbukaan hati

Bukan tanda yang dibutuhkan, tetapi keterbukaan hati. Masih perlukah tanda bagi ahli Taurat dan orang Farisi yang tidak mau percaya kepada Yesus? Banyak tanda dan mukjizat telah dibuat Yesus, namun ternyata hati mereka semakin keras membatu. Mereka menganggap diri paling benar, sehingga mereka senantiasa menjebak Yesus untuk mencari kesalahan- Nya.

Saat itu mereka memanggil Yesus sebagai Guru (Rabbi), suatu panggilan awal yang sopan untuk menyelubungi maksud yang jahat. Mereka senantiasa mencari cara yang mereka anggap paling jitu untuk menjebak Yesus. Dalam bacaan ini, mereka meminta tanda dan bukan mukjizat, karena tanda merupakan pengesahan yang bersifat illahi. Mereka berpikir bahwa Yesus tidak mungkin memberikan tanda karena Ia adalah manusia biasa, anak seorang tukang kayu. Mereka berharap ketika Yesus tidak mampu memberikan tanda, maka terbukti bahwa apa yang dikatakan-Nya selama ini tidak benar. Bagaimana respons Yesus? Ternyata Yesus tidak terpancing dengan tantangan mereka, Ia tidak membuktikan Keillahian-Nya dengan cara manusia, tetapi dengan kuasa Illahi Ia menyingkapkan siapa mereka dan siapa Diri-Nya.

Dengan kata-kata sangat keras dan pedas Yesus menegur mereka sebagai angkatan yang jahat dan tidak setia, karena mereka tidak mau terbuka kepada kebenaran-Nya. Kepada mereka Yesus tidak menunjukkan tanda yang spektakuler, tetapi Ia memfokuskan kepada misi kedatangan Anak Manusia ke dunia, seperti tanda nabi Yunus. Yesus menyebut Diri-Nya sebagai Anak Manusia, karena sebutan Kemanusiaan-Nya inilah yang diterima mereka. Namun Yesus jauh melebihi nabi Yunus. Orang-orang Niniwe bertobat karena pemberitaan Yunus, tetapi orang- orang yang mendengar dan mau percaya, bertobat, karena Ia sendiri jalan keselamatan itu. Kemudian Yesus mengkaitkannya dengan kedatangan ratu Syeba dari ujung bumi untuk melihat keagungan dan kekayaan raja Salomo. Ia jauh melebihi Salomo, karena itu banyak orang dari segala penjuru akan datang kepada-Nya untuk mendapatkan keselamatan daripada-Nya.

Renungkan: Tanda apa pun tidak dibutuhkan bagi orang yang mengeraskan hati kepada kebenaran-Nya. Hanya hati yang mau terbuka yang akan melihat bahwa segala perbuatan Yesus merupakan bukti bahwa Dialah Mesias sejati.



TIP #02: Coba gunakan wildcards "*" atau "?" untuk hasil pencarian yang leb?h bai*. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA