Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 461 - 480 dari 684 ayat untuk Demi [Pencarian Tepat] (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.15633038636364) (2Sam 22:31) (sh: Dilindungi dan ditempa. (Minggu, 19 Juli 1998))
Dilindungi dan ditempa.

Dilindungi dan ditempa.
Allah adalah tempat perlindungan. Apa yang Anda harapkan jika berlindung kepada-Nya? Kecenderungan manusia adalah meminta Tuhan menyingkirkan masalah hidup. Daud yang berlindung kepada Tuhan justru dilatih dan diberi kekuatan untuk mampu dan berani berjuang menghadapi musuh-musuhnya. Berlindung bukan berarti pasif tanpa usaha dan perjuangan. Perhatikan bahwa pengakuan Daud tentang Allah yang menjadi perisai, Gunung Batu dan tempat pengungsian, justru terbentuk melalui pengalamannya melewati penderitaan demi penderitaan. Kemampuan Daud juga semakin meningkat karena didikan Tuhan itu (ayat 33-34).

Tuhan yang berperang. Bukan saja kekuatan dan kemenangan yang Daud peroleh dari Tuhan tetapi Tuhan telah membuat musuh-musuhnya kalah sebelum berperang. Itulah yang pada akhirnya membuat Daud berkata, "Tuhan itu hidup". Mata jasmani kita memang hanya dapat menangkap persoalan hidup, tetapi Tuhan telah mengaruniakan mata iman supaya kita dapat memandang-Nya di balik persoalan kita, mendengar sapaan-Nya yang menghibur, di tengah gemuruhnya badai kehidupan. Puncak keajaiban bersama Allah yang Daud alami, meyakinkan kita bahwa ternyata kekuatan dan kemenangan melawan kuasa kegelapan dan pengaruh besar telah kita terima dari Allah. Harus kita sadari bahwa ternyata pengaruh kehadiran Allah itu memampukan kita melewati masa-masa sengsara yang dialami dalam gelombang kehidupan. Itulah fakta bahwa kita menyembah Allah yang hidup. Sebab itu tak cukup kita bersaksi tentang dia, tetapi haruslah kita menaikkan puja dan sembah pada Allah yang hidup. Itulah intisari pujian umat kepada Allah.

Renungkan: Jangan berlagak tidak tahu apa-apa tentang karya pemeliharaan Tuhan karena itu akan memadamkan mata iman yang telah dikaruniakan Allah kepada Anda. Sebaliknya sadarlah dengan sedalam-dalamnya akan kehadiran Allah.

Doa: Terima kasih untuk mata iman yang Kauberikan kepadaku.

(0.15633038636364) (1Raj 3:1) (sh: Bukti Kasih Salomo (Selasa, 27 Juli 2004))
Bukti Kasih Salomo

Bukti Kasih Salomo. NATO (North Atlantic Territory Organization; Organisasi Pertahanan Atlantik Utara) sering dipelesetkan menjadi No Action Talk Only (banyak bicara tanpa berbuat). Banyak orang hanya bisa berbicara dan berteori tanpa bisa melakukannya. Apakah Salomo seorang raja yang NATO?

Alkitab mencatat bahwa Salomo mengasihi TUHAN dengan sungguh-sungguh. Hal itu dibuktikannya dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya (ayat 3). Ia mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN, sebagai wujud kasihnya itu. Korban-korban bakaran itu adalah pernyataan ibadah, ucapan syukur, dan persekutuan Salomo kepada TUHAN. Ini adalah bukti pertama Salomo mengasihi TUHAN sungguh-sungguh.

Bukti kedua Salomo mengasihi TUHAN, dapat kita lihat dari permohonannya dalam doa (ayat 6-9). TUHAN mengaruniakan Salomo satu permintaan, dan Salomo memanfaatkannya. Satu permintaan Salomo adalah memohonkan hikmat supaya bisa memerintah dengan baik dan demi kebaikan rakyatnya. Salomo tidak meminta kekayaan, kekuasaan, umur panjang, dll. Ini menunjukkan bahwa Salomo tidak mementingkan diri sendiri, tetapi peduli kepada rakyatnya yang begitu banyak. Dengan hikmat dari TUHAN, Salomo mensejahterakan umat Tuhan. Salomo mengasihi umat TUHAN karena Salomo mengasihi TUHAN! Bukti kedua ini diteguhkan dengan konfirmasi dari TUHAN sendiri (ayat 10-14).

Salomo membuktikan diri bukan raja yang NATO. Salomo mengasihi Tuhan bukan sekadar melalui kata-kata tetapi dengan tindakan konkret. Apakah kita mengasihi Tuhan? Apa bukti nyata kita mengasihi Tuhan? Kalau kita mengasihi Tuhan, pasti kita menaati firman-Nya, dan setia beribadah kepada-Nya. Kalau kita mengasihi Tuhan, pasti kita juga mengasihi sesama kita, dan kita akan meminta hal-hal yang terbaik bukan untuk diri sendiri melainkan untuk orang lain.

Renungkan: Apakah buktinya kita mengasihi Tuhan. Apakah hidup kita sudah sesuai dengan kehendak-Nya? Apakah hidup kita sudah menjadi berkat untuk sesama kita?

(0.15633038636364) (1Raj 20:23) (sh: Bukan sekadar kesempatan (Sabtu, 11 Maret 2000))
Bukan sekadar kesempatan

Bukan sekadar kesempatan. Mungkin kita pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk memperbaiki tingkah lakunya sebelum menghukumnya. Seringkali kita tidak bertindak apa-apa agar bawahan mendapat pengetahuan lebih baik, sehingga ia tidak membuat kesalahan yang sama.

Allah Israel tidaklah demikian. Ia telah memberikan kesempatan 3 kali kepada Ahab agar ia berbalik kepada-Nya. Setiap kesempatan yang diberikan-Nya pasti diikuti penyataan luar biasa kepada Ahab yang makin lama makin menunjukkan kekuasaan dan kebesaran-Nya. Misalnya: peristiwa di Gunung Karmel menyatakan bahwa Allah adalah Penguasa alam semesta. Keterlibatan Allah dalam peristiwa penyerangan bangsa Aram pun demi kepentingan umat-Nya, bahkan Allah akhirnya memberikan kemenangan yang gilang-gemilang kepada Israel (ayat 28) dan bangsa Aram dihancurkan total. Kemenangan yang terakhir ini membuktikan bahwa Allah Sang Penguasa alam semesta tidak dibatasi oleh daerah pegunungan atau daerah datar. Ia benar- benar Allah TUHAN Penguasa Tunggal alam semesta dan sejarah manusia. Peristiwa yang terakhir ini merupakan penyataan "puncak" Allah kepada Ahab agar ia mau berbalik kepada-Nya.

Namun respons Ahab sangat mengecewakan dan tidak ada perubahan dalam diri Ahab. Ia tidak memberikan korban syukur atas kemenangan tersebut atau mengakui bahwa Allahlah TUHAN seperti yang pernah dinyatakan rakyat Israel di Gunung Karmel (19:39). Sebaliknya, ia tetap melanggar perintah Allah dengan membiarkan Benhadad hidup bahkan membuat perjanjian persekutuan dengannya. Ia melakukan tindakan itu tanpa berkonsultasi dengan Allah. Ahab bertindak seolah-olah kemenangan yang ia peroleh disebabkan kemampuan dan kekuatannya. Tindakannya menyatakan bahwa ialah yang memegang kendali hingga ia pun berhak memberikan pengampunan kepada Benhadad. Ia tetap tidak mengakui bahwa Allahlah TUHAN. Baginya, ia sendirilah TUHAN. Ahab telah menyia-nyiakan kesempatan anugerah begitu besar yang diberikan Allah.

Renungkan: Pengenalan kita akan Allah yang panjang sabar seringkali membuat kita menyia-nyiakan kesempatan anugerah yang telah disediakan-Nya. Penyesalan senantiasa terlambat dan tiada guna.

(0.15633038636364) (1Raj 21:1) (sh: Ahab, si anak manja (Kamis, 26 Agustus 2004))
Ahab, si anak manja

Ahab, si anak manja. Kisah Ahab adalah kisah seorang yang memiliki jabatan tertinggi di dalam pemerintahan, namun bertingkah bagaikan anak kecil yang manja karena terbiasa mendapatkan segala sesuatu yang diinginkannya. Kisah ini menarik untuk dikaji secara kejiwaan. Namun dalam renungan kita hari ini, mari kita mengkaji kisah ini secara teologis.

Pertama, Ahab serakah. Ia tidak mengendalikan hawa nafsu keserakahannya. Ia tidak mau menyadari bahwa Tuhan sudah memberikan hak dan "berkat" kepada setiap orang sesuai dengan kasih karunia-Nya. Keinginan yang serakah adalah dosa di mata Tuhan (ayat 1-4).

Kedua, Izebel licik. Ratu jahat ini menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Jelas ini bukan sikap iman! Orang yang merasa bahwa ia bisa dan harus mendapatkan apapun dengan memakai cara apapun, bukan anak Tuhan (ayat 5-10)!

Ketiga, para tua-tua dan pemuka Kota Samaria adalah masyarakat kelas atas yang memiliki moral rusak dan hati nurani yang busuk. Buktinya mereka mau saja mengikuti perintah Izebel yang jelas-jelas bermotivasikan kejahatan. Masyarakat seperti ini adalah masyarakat yang sakit (ayat 11-12)!

Keempat, dua orang dursila adalah orang-orang yang mau melakukan apa saja demi sedikit keuntungan. Ini adalah produk dari masyarakat yang sakit (ayat 13-14).

Betapa mengerikannya kalau keserakahan Ahab, kelicikan Izebel, dan kerusakan moral dan hati nurani masyarakat Samaria adalah gambaran kehidupan pemimpin-pemimpin dan kelompok elit negeri ini. Pastilah produk yang muncul adalah orang-orang dursila. Siapa yang bisa mengatasi semua ini? Syukur kepada Allah. Allah sendiri, melalui anak-anak-Nya yang mau dipakai-Nya untuk menyuarakan kebenaran dan menegakkan keadilan.

Doaku: Tuhan, tolong agar aku dapat menjadi terang, agen kebenaran dan keadilan Allah di tengah masyarakat yang berdosa ini. Mohon kemurahan-Mu agar jangan bangsaku musnah oleh dosa-dosanya.

(0.15633038636364) (1Raj 22:1) (sh: Agama bagi Ahab dan Yosafat (Selasa, 14 Maret 2000))
Agama bagi Ahab dan Yosafat

Agama bagi Ahab dan Yosafat. Dalam kondisi zaman ini, agama tidak sekadar suatu kepercayaan pribadi, namun sudah dianggap sebagai suatu kekuatan yang mampu melegitimasi suatu tindakan radikal orang-orang tertentu yang mengatasnamakan agama. Sebagai contoh pembakaran rumah ibadah atau pelenyapan suatu etnis atau suku dalam suatu daerah tertentu, seringkali dibenarkan dengan memakai nama agama. Di satu sisi nampaknya orang-orang yang demikian begitu mengutamakan agama mereka. Namun di sisi lain mereka menggunakan agama untuk mengeksploitasi masyarakat dan sistem pemerintahan yang ada demi ambisi pribadi maupun golongan.

Inilah yang terjadi dalam kehidupan Ahab. Tiga tahun lamanya menikmati kedamaian dan ketenteraman dari Allah, tidak membuat Ahab menjadi seorang yang taat dan takut akan Tuhan. Justru perbuatannya semakin menjadi-jadi. Kalau dulu ia menyembah dan mempergunakan Baal bagi keuntungannya sendiri, kini ia berani mempergunakan bagi kepentingan politik dan ambisi pribadi. Ia merasa telah ditipu oleh Benhadad, raja Aram, karena setelah tiga tahun, kota Ramot-Gilead tidak dikembalikan kepadanya (ingat 19:34). Karena itulah ia berniat menyerang dan merebutnya dengan meminta bantuan Yosafat. Ketika Yosafat mengusulkan untuk menanyakan kehendak Allah, Ahab sudah mempersiapkan 400 nabi dalam waktu singkat dan semuanya memberikan jawaban yang mendukung Ahab. Ia nampak begitu rohani, karena rencananya sudah disetujui oleh Allah melalui 400 nabi. Ia mempergunakan agama untuk melegitimasi tindakannya.

Yosafat tidak terkecoh dengan tindakan Ahab. Ia sungguh membutuhkan nabi yang dari TUHAN. Muncullah Mikha yang menyatakan kehendak Allah yaitu Ahab akan maju berperang dan akan ditimpa malapetaka. Ahab tidak menyukai Mikha karena ia tidak pernah mendukungnya, justru selalu menubuatkan malapetaka baginya. Jelas sudah bahwa Ahab tidak sungguh mencari kebenaran agama bagi setiap gerak kehidupan pribadinya. Sebaliknya kekuasaan yang ia miliki, membuat dia mempergunakan agama bagi kepentingan pribadi.

Renungkan: Hati-hatilah agar tidak tergelincir seperti Ahab. Kita cenderung mempergunakan agama sebagai suatu kedok dan legitimasi setiap tindakan kita, karena kekuasaan materi.

(0.15633038636364) (1Raj 22:29) (sh: Akibat mendengar nabi palsu (Sabtu, 28 Agustus 2004))
Akibat mendengar nabi palsu

Akibat mendengar nabi palsu. Betapapun menyenangkannya nubuat para nabi palsu, kebenaran pasti akan menelanjangi kepalsuan tersebut. Orang yang membiarkan dirinya dirayu kepalsuan akan melihat kebenaran ditegakkan, dan konsekuensi pemilihan yang salah akan diterimanya tanpa bisa dielakkan.

Ahab memilih untuk mendengarkan para nabi palsu. Ia meneruskan niat berperang melawan Aram. Namun dalam hati kecil ia tahu Nabi Mikha adalah nabi sejati yang berasal dari Tuhan. Ia tahu bahwa nubuat Mikha jauh lebih tulus dan apa adanya. Oleh sebab itu ia tidak berani terang-terangan menunjukkan diri sebagai raja dalam peperangan itu. Ia meminta supaya Yosafat yang maju sebagai panglima perang (ayat 30). Ahab berpikir dengan cara demikian, nubuat Mikha tidak mungkin tergenapi. Cerita peperangan berakhir tragis. Ahab terkena panah sembarangan yang mengakibatkan kematiannya. Ahab tidak dapat menghindari konsekuensi pemilihannya yang keliru. Ia keliru mendengarkan nubuat dari nabi palsu. Sekarang ia menuai hasilnya sendiri. Kebenaran tidak bisa dibengkokkan (ayat 34-38).

Memang pikiran yang sudah bebal akan tertutup bagi kebenaran. Ahab mengira dapat mengendalikan nasibnya sama seperti ia mencoba mengendalikan Mikha. Ia lupa, dibalik Mikha ada Tuhan yang berdaulat. Kita harus belajar dari kisah Ahab yang tragis ini untuk tidak mengulangi kesalahan dan kebodohan yang sama. Jangan pernah berpikir bahwa pilihan yang keliru bisa diperbaiki dengan memanipulasi akibat pilihan tersebut. Hanya ada satu cara memperbaiki kesalahan, yaitu bertobat dan berpaling kembali kepada kebenaran. Walaupun konsekuensi dari keputusan yang diambil tetap harus kita tanggung, tetapi dalam belas kasih Allah, konsekuensi terberat yaitu hukuman kekal telah Allah batalkan di dalam Yesus Kristus.

Renungkan: Adakah keputusan salah pilih yang sudah terlanjur kita lakukan? Kita menyesalinya? Belum terlambat. Bertobatlah! Allah sanggup mengubah segala konsekuensi terburuk menjadi kebaikan bagi anak-anak yang mengasihi-Nya demi kemuliaan nama-Nya.

(0.15633038636364) (2Raj 4:1) (sh: Hamba Tuhan bagi semua orang (Kamis, 5 Mei 2005))
Hamba Tuhan bagi semua orang

Hamba Tuhan bagi semua orang
Tidak mudah bagi seseorang untuk menjaga diri tetap rendah hati ketika ia sedang populer. Kecenderungan untuk memegahkan diri dan merendahkan orang lain adalah godaan besar baginya. Apalagi bila pergaulannya di kalangan elit, sulit baginya memberi perhatian kepada orang kecil.

Nama Elisa makin populer di Israel. Ia dianggap sebagai pemimpin para nabi di Israel. Ia adalah hamba Allah yang dikenal dan dihormati di kalangan raja. Namun, Elisa tidak menjadi sombong. Ia tetap dapat didekati oleh orang-orang kecil seperti janda miskin dari kelompok para nabi ini. Kepedulian Elisa itu nampak pada sikapnya yang memberi perhatian khusus terhadap masalah janda tersebut. Pertama, ia menyediakan waktu untuk mendengarkan keluhan janda ini (ayat 1). Kedua, ia tidak sekadar memberi pertolongan, tetapi mencoba mengerti situasi dan kondisi si janda itu (ayat 2). Tujuan sikap Elisa adalah supaya ia dapat memberikan pertolongan yang tepat sasaran, sekaligus mendorong si janda untuk memanfaatkan apa yang masih ada padanya (ayat 3-4). Pertolongan yang dilakukan Elisa kepada janda itu bersifat memberikan kail dan bukan sekadar menyediakan ikan. Ketiga, pertolongan yang diberikan Elisa tidak hanya untuk menyelesaikan persoalan sesaat, tetapi untuk mendatangkan masa depan yang lebih baik (ayat 7).

Kepedulian seperti yang diteladankan Elisa, kini sulit ditemui. Banyak hamba Tuhan yang melayani dengan motivasi kepentingan diri sendiri. Kalau yang mengundang gereja besar atau persekutuan orang-orang berada, acara apa pun bisa dibatalkan demi memenuhi undangan itu. Akan tetapi, siapa yang peduli kepada persekutuan-persekutuan mahasiswa dan jemaat-jemat kecil. Sebagai hamba-hamba Allah, kita dipanggil untuk menyalurkan berkat Tuhan kepada siapa saja yang memerlukannya.

Renungkan: Orang yang sudah mengalami anugerah Tuhan tidak mungkin menutup mata terhadap mereka yang membutuhkannya.

(0.15633038636364) (2Raj 8:16) (sh: Pergaulan yang mengundang hukuman Allah (Sabtu, 27 Mei 2000))
Pergaulan yang mengundang hukuman Allah

Pergaulan yang mengundang hukuman Allah. Paulus pernah menasihatkan jemaat Korintus bahwa pergaulan yang buruk merusakan kebiasaan yang baik (1Kor. 15:33). Rupanya Paulus melihat bahwa pergaulan itu mempunyai kekuatan konstruktif (bersifat membangun) dan sekaligus destruktif (bersifat merusak). Kekuatan konstruktif ada di dalam persekutuan (koinonia) anak-anak Allah sedangkan kekuatan destruktif ada di dalam pergaulan dimana norma-norma Kristiani tidak menjadi norma utama. Maka Paulus menasihatkan agar Kristen menghindari pergaulan yang demikian.

Yoram menantu Ahab serta anaknya Ahazia adalah contoh dari umat Allah yang hidup dan kariernya sebagai raja Israel digilas oleh kekuatan destruktif dari pergaulan buruk. Hubungan Yoram dan Ahazia dengan anak-anak Ahab bukan sekadar bersosialisasi dengan sesama manusia namun hubungan yang sudah disahkan oleh hukum dan norma-norma sosial masyarakat masing-masing pihak. Berarti dua dinasti Israel yang memerintah di Utara dan Selatan sudah dihubungkan oleh darah dan ideologi. Dalam kualitas dan tingkat kedekatan hubungan yang demikianlah maka pengadopsian norma dan etika oleh satu pihak atas pihak yang lain pasti terjadi, demi menjaga kelanggengan hubungan itu. Pengadopsian ini biasanya terjadi secara bertahap, dimulai dengan rasa sungkan dan solidaritas yang menghalalkan kompromi. Kemudian berkembang menjadi kebiasaan dan akhirnya tidak sekadar mengambil, namun juga menyetujui norma-norma dan etika pihak lain.

Buah yang dihasilkan sangat ironis. Seharusnya penggabungan dua dinasti itu akan menghasilkan kekuatan yang dahsyat dan berlipat ganda. Namun justru Edom dan Libna berani memberontak terhadap Yehuda. Ahazia pun tidak mampu menaklukkan Aram meskipun sudah dibantu oleh Yoram. Sebab kekuatan mereka adalah kekuatan destruktif yang akan menghancurkan diri sendiri. Allah di belakang semua itu sebab Ia menentang penggabungan mereka.

Renungkan: Keberadaan dan identitas Kristen dapat terimbas kekuatan destruktif dari sebuah jalinan hubungan yang salah. Kristen memang harus bersosialisasi dengan siapa saja namun juga harus selektif. Ini meliputi tidak hanya perkawinan, namun juga rekanan bisnis, asosiasi-asosiasi, dan klub-klub.

(0.15633038636364) (2Raj 11:1) (sh: Rencanamu bukan rencana-Ku (Jumat, 24 Juni 2005))
Rencanamu bukan rencana-Ku

Rencanamu bukan rencana-Ku
Arah penulisan nas ini bergeser yakni dari kisah keluarga Ahab menjadi cerita keluarga Ahazia. Berbeda dengan keluarga Ahab yang mengalami penghukuman Allah maka dalam keluarga Ahazia rencana Tuhan justru dinyatakan.

Kisah pada nas ini masih berkaitan dengan pembunuhan Raja Ahab dan Raja Ahazia oleh Yehu (ayat 2Raj. 9:27). Kematian Raja Ahazia menyebabkan Atalya (cucu Omri, anak Ahab; seorang penyembah Baal), ingin memerintah kerajaan Yehuda (ayat 11:1). Demi ambisinya ini, ia pun tak segan-segan menghabisi semua keturunan Raja Ahazia. Pembunuhan mereka dilakukan sebagai upayanya untuk berkuasa penuh.

Manusia boleh berencana, Tuhan yang menentukan. Inilah yang terjadi pada Atalya. Rencana jahatnya memang berhasil dilakukan, namun Allah memegang kendali. Rencana-Nya bagi hidup Yoas tidak dapat dibendung oleh Atalya. Yoas pun terhindar dari pembunuhan (ayat 2). Selama enam tahun pemerintahan Atalya kerajaan Yehuda menyembah berhala. Akan tetapi, selama itu Allah melindungi dan memelihara hidup Yoas (ayat 2b-3). Bahkan Allah juga menjadikannya raja melalui imam Yoyada (ayat 4-12). Tindakan Yoyada ini bukan saja mengadakan pembaruan dalam bidang politik (ayat 13-16), tetapi juga membawa perubahan bidang rohani kerajaan Yehuda. Yakni dari pemujaan Baal beralih pada penyembahan Allah Israel (ayat 12,17-20).

Banyak orang Kristen yang mempertanyakan pertolongan Tuhan ketika kesulitan datang. Pada saat seperti itu, kita mudah lupa bahwa rencana Tuhan bukan rencana kita. Yoas menunggu enam tahun sebelum dinobatkan menjadi raja dan membawa umat Yehuda berbalik kepada Tuhan. Bagaimana dengan kita? Akankah kita tetap percaya bahwa rencana Tuhan terbaik dan terindah meski harus menunggu waktu-Nya?

Renungkan: Rencana Tuhan tidak pernah terlambat bagiku. Kehendak-Nya untuk hidupku tidak terhalangi oleh sikap manusia.

(0.15633038636364) (2Raj 16:1) (sh: Menggantikan Tuhan? (Senin, 14 September 2015))
Menggantikan Tuhan?

Judul: Menggantikan Tuhan?
Dalam situasi sulit, seseorang dapat bertindak di luar waktu dan cara TUHAN. Hal ini terjadi dengan menggantikan posisi yang diandalkan (bukan TUHAN), yaitu orang atau sesuatu hal lain yang dianggap lebih kompeten, mudah diakses atau dikendalikannya. Tindakan seperti ini hanya memperburuk situasi dan menghancurkan.

Raja Ahas melakukan apa yang salah dan jahat di mata TUHAN (2). Dia menyembah berhala dan mempersembahkan anaknya sebagai kurban dalam api (3-4). Dalam berperang, sebenarnya dia tidak mudah dikalahkan musuh (5). TUHAN menolong dan menjaga kerajaan Yehuda dari kekalahan akibat serangan musuh. Tetapi Ahas tidak puas dan ia mengajukan permohonan perlindungan kepada raja Asyur; bukan kepada TUHAN. Keputusan Ahaz ini menjadi tindakan yang fatal di kemudian hari, karena raja Asyur bukannya membantu melainkan semakin menyesakkan raja Ahas (2Taw. 28:19-20).

Ahaz menggantikan posisi TUHAN dengan raja Asyur. Ahaz semakin tidak benar dengan mengatur imam termasuk perkakas ibadah yang telah TUHAN tetapkan. Kelihatannya Ahaz melayani TUHAN, tapi hal itu dilakukan demi keuntungan sendiri. Dia membuat keputusan sekehendak hatinya dengan menentang peraturan yang TUHAN perintahkan. Di sini terlihat bahwa Ahaz sebenarnya menggantikan TUHAN dengan berhala, raja Asyur, dan dirinya sendiri.

Ketika mengingat perjanjian Allah dan umatNya melalui penyebutan nama TUHAN=YHWH (7x), tak seorang pun harus melakukan tindakan yang tidak benar dalam ibadah. Kita harus menyembah TUHAN karena memang Dia layak disembah, bukan karena ingin menjadikan Dia seperti keinginan kita. Misalnya, kita memiliki kekuasaan seperti raja, maka siapapun dapat melakukan hal yang tidak benar di hadapan TUHAN. Hanya lewat ketaatan dalam segala hal, keinginan untuk mengganti posisi TUHAN dengan "berhala-berhala" lain dalam hidup kita bisa dihindari. [TT]

(0.15633038636364) (2Raj 17:1) (sh: Amputasi rohani (Senin, 4 Juli 2005))
Amputasi rohani

Amputasi rohani Dosa yang tidak segera dibereskan akan menimbulkan dosa lainnya. Seperti pepatah yang berbunyi: Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit, demikianlah penimbunan dosa yang dibiarkan akan menjadi suatu borok parah yang hanya bisa dibereskan dengan `amputasi rohani'.

Kehancuran yang terjadi pada kerajaan Israel adalah akibat yang tak terelakkan dari menimbun dosa tanpa upaya menyelesaikannya dengan benar. Raja Hosea menutup rangkaian raja-raja yang memerintah Israel sejak Yerobeam bin Nebat (1Raj. 12:20). Pada masa pemerintahannya, Raja Salmaneser dari Asyur menaklukkan dan menghancurkan Samaria serta membawa orang-orang Israel ke Asyur, negeri pembuangan (2Raj. 17:5-6, 23b). Penulis II Raja-raja dengan jelas memaparkan segala dosa yang telah dilakukan oleh umat Israel kepada Allah, yang menyebabkan Dia tidak lagi dapat mengampuni mereka. Inti dari semua dosa itu adalah mereka telah melanggar Perjanjian Sinai yang diadakan antara Allah dengan nenek moyang mereka (ayat 15). Mereka telah melanggar perjanjian itu dengan cara menyembah allah-allah lain; berhala-berhala; patung lembu emas yang didiri-kan oleh Yerobeam bin Nebat (ayat 21-22) serta hidup menurut adat istiadat bangsa-bangsa kafir dalam menyembah allah-allah tersebut (ayat 7-17). Padahal Tuhan telah berulangkali memperingatkan mereka untuk bertobat dan meninggalkan dosa-dosa mereka melalui para hamba-Nya (ayat 13). Yehuda pun sebenarnya tidak lebih baik daripada Israel (ayat 19).

Hari ini gereja mengemban tugas berat menyampaikan suara kenabian bahwa suatu hari kelak Tuhan akan menghukum dunia ini. Hukuman bagi dunia ini belum tiba, namun pasti akan tiba. Karena itu kesempatan untuk bertobat masih ada. Gereja tidak boleh melalaikan kesempatan ini untuk mengabarkan Injil.

Renungkan: Sebelum hukuman fatal dan final dijatuhkan kepada orang-orang berdosa, gereja harus bertindak merebut mereka dari belenggu Si Jahat.

(0.15633038636364) (2Raj 20:12) (sh: Ketika harta menjadi yang utama (Senin, 11 Juli 2005))
Ketika harta menjadi yang utama

Ketika harta menjadi yang utama Orang yang bijaksana menaruh pengharapannya pada hal-hal yang bernilai kekekalan. Baginya, hal-hal yang sementara seperti: kekayaan, kesehatan, kepandaian, dan kekuasaan walaupun penting, bukan hal yang utama. Ia tidak akan menjadikan hal-hal tersebut sebagai alat pengukur kebahagiaan. Sebab kebahagiaan adalah anugerah Tuhan yang membuat seseorang beroleh persekutuan dengan-Nya dan dapat menikmati kebaikan-Nya.

Sebagai seorang raja, Hizkia tentu tidak kekurangan apa-apa bahkan berlimpah dalam segala sesuatu. Kekayaannya pasti signifikan sehingga ia dengan bangga memperlihatkannya kepada para utusan raja Babel (ayat 13). Sebenarnya untuk apa Hizkia pamer kekayaan? Sangat mungkin untuk menimbulkan kesan pada raja Babel bahwa Yehuda berjaya dan rajanya perkasa. Atau untuk menunjukkan bahwa Hizkia dapat membayar (upeti) kepada Babel demi keamanan bangsanya, Yehuda. Tanpa disadari, Hizkia sudah terjebak oleh ukuran dunia tentang jaminan hidup, yaitu kekayaan, kekuasaan, dan hikmat. Padahal peringatan Allah kepada raja Israel akan godaan kekayaan sudah disampaikan di dalam kitab Ulangan (Ul. 17:17b). Itu sebabnya, Nabi Yesaya mengingatkan Raja Hizkia bahwa semua kekayaan itu kelak akan diangkut ke Babel termasuk keturunan Hizkia juga akan ditawan di tanah pembuangan (2Raj. 20:17-18). Respons Hizkia menunjukkan ketidakpekaannya bahwa sikap menggantungkan diri pada kekayaan adalah dosa. Bagi Hizkia kekayaannya sekarang menjamin hidup damai dan keamanan (ayat 19b).

Ajaran Tuhan Yesus mengenai hidup ini adalah "carilah dahulu kerajaan Allah, maka semua (kebutuhan hidup) akan ditambahkan kepadamu." Waktu kita belajar mengutamakan Tuhan, bukan harta dan takhta, Dia akan melimpahkan hal-hal itu sesuai dengan kehendak-Nya.

Renungkan: Hanya dengan sepenuhnya mendudukkan Tuhan Yesus di singgasana hati Anda, semua harta dunia ini beroleh posisinya yang tepat.

(0.15633038636364) (1Taw 11:1) (sh: Allah, Rakyat, Raja (Minggu, 3 Februari 2002))
Allah, Rakyat, Raja

Allah, Rakyat, Raja. Ada berbagai sistem pemerintahan dalam dunia ini: sistem teokrasi, monarki, dll. Masing-masing teori melihat dirinya paling benar dan baik, namun praktiknya tak satu pun yang sempurna. Sistem teokrasi sering diperalat oleh sistem monarki karena banyak raja tidak saja menganggap dirinya utusan Allah, malah cenderung menganggap dirinya adalah jelmaan allah.

Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menegaskan senada bahwa bagaimanapun sistem yang dipakai, prinsip yang harus dihayati adalah kekuasaan berasal dari Allah dan penguasa selalu harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah. Pilihan Allah tidak boleh dilihat sekadar pembenaran bagi kekuasaan, tetapi juga sebagai tuntutan untuk bertindak benar. Pilihan Allah juga tidak begitu saja meminta dukungan bulat dan keterlibatan rakyat, tetapi justru membangkitkan persatuan. Di dalam pimpinan Allah, terjadilah hubungan saling dukung dan saling cek antara nabi, rakyat dan raja, karena, demi, dan untuk Allah.

Prinsip-prinsip ini tampil dengan indah dalam bagian ini. Sebenarnya sejak akhir masa kepemimpinan Saul, Daud sudah berperanan sebagai pemimpin. Tetapi, baru sesudah sekitar 20 tahun sejak ia diurapi Samuel, pengokohan datang dari inisiatif rakyat sendiri. Daud adalah raja karena keputusan Allah yang datang dalam firman-Nya (ayat 2). Itu sebabnya rakyat Israel seluruhnya mengaku Daud sebagai saudaranya (ayat 1), dan pemilihan Allah itu telah terbukti dalam kenyataan kemampuan Daud memimpin menjadi raja-gembala (ayat 2). Pengokohan dari rakyat lalu diikuti oleh kemenangan Daud menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota.

Renungkan: Hakikat kepemimpinan bukanlah pemusatan kuasa, tetapi pembagian kuasa dari Allah melalui umat kepada pemimpin, agar pemimpin menjadi gembala dari Allah untuk umat-Nya.

(0.15633038636364) (1Taw 18:1) (sh: Tuhan yang memberikan kemenangan (Kamis, 14 Februari 2002))
Tuhan yang memberikan kemenangan

Tuhan yang memberikan kemenangan. Pasal ini menunjukkan karya dan penyertaan Tuhan dalam peluasan kerajaan Daud. Tuhan memberikan kemenangan demi kemenangan ke dalam tangan Daud. Bila kita melihat peta Palestina zaman itu, bagian ini memetakan kemenangan Daud ke segala penjuru sekitar Israel. Daud berhasil memperlebar sayap kekuasaannya, ke Barat Daya, Tenggara, Timur, bahkan jauh sampai ke Utara, dengan menaklukkan Gat (Filistin), Amalek, Moab, Amon, Aram. Kemenangan-kemenangan itu memaksa juga Zoba untuk mengakui kekuasaan Daud. Momen ini sedemikian penting dalam sejarah Israel, sebab saat itu, bangsa itu benar-benar berhasil menaklukkan musuh-musuhnya. Kemenangan-kemenangan tersebut menyatakan bahwa di bawah seorang pemimpin yang sungguh memuliakan Tuhan dan bertindak dalam pimpinan Tuhan, bangsa itu dengan mudah meraih janji-janji Tuhan.

Apakah prinsip sederhana: memuliakan dan menaati Tuhan membawa keberhasilan, lalu membuat Daud mengabaikan hal-hal seperti strategi perang, administrasi negara, dan berbagai prinsip ketatanegaraan lainnya? Tidak. Dia tidak saja maju memerangi dan menaklukkan, tetapi sesudah itu Daud menempatkan pasukan-pasukan pendudukan (ayat 6,13) dan mengambil tindakan yang melumpuhkan kekuatan militer musuh-musuhnya (ayat 4). Daud tidak saja berkonsentrasi pada peluasan wilayah kekuasaannya, tetapi juga memperhatikan dua hal prinsip dalam pengaturan kekuasaan itu. Pertama, tujuan kekuasaan itu, dan kedua bagaimana menata kekuasaan tersebut. Tujuan kekuasaan bagi Daud bukanlah memperkaya diri sendiri. Tetapi, menyadari bahwa dirinya adalah hamba Allah. Daud mempersembahkan kekayaannya untuk kelak membangun Bait Allah, dan Daud menegakkan keadilan dan kebenaran bagi seluruh bangsanya. Kekuasaan Daud berlangsung dalam pengaturan negara secara baik (ayat 14-17). Kerajaannya ditata ke dalam tiga departemen dengan dua panglima militer, dua staf administrasi dan empat orang imam.

Renungkan: Pernahkah Anda mendaftarkan keberhasilan-kegagalan Anda dalam kaitan dengan ketaatan Anda kepada Tuhan dan bagaimana Anda mengatur relasi-relasi Anda dengan sesama dan gaya hidup Anda?

(0.15633038636364) (1Taw 19:1) (sh: Marilah kita menguatkan hati (Jumat, 15 Februari 2002))
Marilah kita menguatkan hati

Marilah kita menguatkan hati. Kisah penaklukan Daud atas bani Amon ini diawali oleh kisah yang seharusnya menciptakan kerukunan. Daud yang sebelumnya memiliki hubungan baik dengan ayah Hanun, raja Nahas, mengirimkan pesan belasungkawa atas kematian Nahas. Namun, kehadiran utusan Daud ini tidak disambut baik, melainkan dicurigai bahkan dihina. Meskipun kemudian Hanun menyadari bahwa tindakannya itu sesuatu yang "busuk" (arti harfiah dari ay. 6), ia tidak merendahkan hati dan meminta maaf. Sebaliknya ia malah menggalang kekuatan perang dengan menyewa kekuatan militer orang Aram seharga seribu talenta perak.

Kepemimpinan Daud tampak lagi cemerlang dalam kisah ini. Pertama, Daud dengan bijak sebagai "bapak" bangsanya memulihkan kembali kehormatan para pegawainya yang telah menerima penghinaan Hanun. Kedua, Daud mengerahkan pasukan di bawah pimpinan panglima perangnya Yoab, untuk melawan kekuatan sekutu musuhnya itu. Ungkapan "uang dapat mengatur segalanya" ternyata tidak berlaku di dalam peristiwa ini. Pasukan bayaran tersebut tidak dapat mengatasi keberanian tentara Israel yang bukan bermodalkan kepentingan materi, tetapi bersemangat pengabdian rohani yang berapi-api. "Kuatkanlah hatimu dan marilah kita menguatkan hati untuk bangsa kita dan untuk kota-kota Allah kita," menjadi semboyan Yoab dan Abisai mengobarkan keberanian dan menghasilkan keunggulan tentara mereka.

Melalui peristiwa ini, kekalahan mutlak Amon dan Aram terjadi seiring dengan semakin mantapnya kekuasaan Daud. Kedua bangsa itu selalu menjadi rongrongan bagi Israel. Namun, kini melalui tindakan sombong Hanun sendiri, Allah membalik dan memantapkan rencana-Nya atas umat pilihan-Nya.

Renungkan: Bahaya disintegrasi masih mengancam Indonesia. Banyak kekuatan terselubung berusaha meruntuhkan keutuhan bangsa. Kristen perlu bersikap bijak dan bertindak tepat berdasarkan semboyan yang sama: kuatkan hati untuk bangsa kita dan untuk kepentingan Allah. Kita berjuang secara rohani demi mengupayakan kesatuan bangsa kita di dalam mana Gereja berperan nyata.

(0.15633038636364) (1Taw 23:1) (sh: Melayani dengan baik dan teratur (Selasa, 19 Februari 2002))
Melayani dengan baik dan teratur

Melayani dengan baik dan teratur. Kita perlu merenungkan bahwa bahwa kitab ini ditulis agar menjadi pedoman bagi umat yang kembali dari pembuangan dan mulai berencana membangun kembali Bait Allah yang telah runtuh. Kepemimpinan Daud tidak saja menjadi contoh tentang seorang pemimpin sejati yang sepenuh hati mengabdikan diri di dalam tugas-tugasnya. Sikap dan tindakan ini dilandasi atas konsep bahwa Allah di dalam kedaulatan-Nya, telah memilih dan menetapkan pribadi lepas pribadi untuk pelayanan kudus. Daud tahu tempat dan perannya, demikian juga tempat dan peran Salomo, serta para Lewi yang terlibat dalam penyelenggaraan ibadah tersebut. Selain itu, tindakan-tindakan Daud menjadi pola prinsip bagi pengaturan ibadah seputar Bait Allah untuk generasi pembangun yang kembali dari pembuangan tersebut.

Daud mengadakan sensus lagi, tetapi kali ini tidak dengan motif dan tujuan yang salah. Daud menghitung orang Lewi yang siap diikutsertakan bagi tugas pembangunan Bait Allah dan penyelenggaraan ibadah di dalamnya. Sebagian ditugaskan untuk memikul tanggungjawab pengawasan dan pengorganisasian, sebagian lagi dibagi-bagi dalam tugas penyelenggaraan ibadah. Pembagian tugas tersebut diatur menurut kelompok asal dari keturunan Lewi, yaitu Gerson, Kehat, dan Merari. Ayat 13 memaparkan sangat rindi tugas-tugas imam, yaitu mengurus apa yang kudus, membakar kurban di hadapan Allah, melayani Allah, dan memberikan berkat demi nama-Nya.

Indah sekali bagian ini memadukan pemimpin dan yang dipimpin dalam suatu orkestra penyembahan yang serasi. Semua dan setiap unsur pada intinya adalah para pelayan Tuhan. Entah memimpin atau dipimpin, setiap kita dipanggil sama sebagai hamba Allah, dan karena itu wajib mengerjakan bagian kita sebagai bagian dari suatu kesatuan pengabdian bagi Allah sendiri. Kristen bukannya terpanggil untuk suatu posisi atau jabatan tertentu, tetapi untuk tugas dan tanggung jawab sebagai hamba Allah.

Renungkan: Penyembahan yang benar dan berkenan kepada Allah adalah pelayanan yang serasi dan teratur di dalam pimpinan Roh dan di dalam semangat kebenaran.

(0.15633038636364) (1Taw 29:20) (sh: Pemerintahan bagi Allah (Rabu, 27 Februari 2002))
Pemerintahan bagi Allah

Pemerintahan bagi Allah. Daud tidak hanya memuji Allah sendirian, namun mengajak semua jemaat (ayat 20). Di sini ditunjukkan pentingnya ibadah kepada Allah dalam komunitas pascapembuangan, sekaligus hubungan yang erat antara raja dengan ibadah Bait Suci.

Pada hari berikutnya, semua orang berkumpul untuk mengangkat Salomo menjadi raja (ayat 21-25). Pertama, ditunjukkan proses persiapan penahbisan Salomo (ayat 21-22a). Rakyat mempersembahkan berbagai macam kurban (ayat 21). Untuk menekankan kesatuan, dinyatakan bahwa tindakan ini dilakukan demi seluruh Israel (ayat 21). Sebagaimana Daud didukung oleh seluruh rakyat, penahbisan Salomo pun demikian. Selain persembahan kurban, dilakukan pula pesta dengan sukacita karena seorang raja akan diangkat dan persiapan pembangunan Bait Suci sudah lengkap.

Kedua, Salomo diangkat sebagai raja (ayat 22b-25). Zadok, yang mengurapi Salomo, dinyatakan sebagai imam untuk kerajaan Daud. Status Zadok amat penting karena nantinya Yosua, seorang keturunan Zadok, bersama-sama Zerubabel, seorang keturunan Daud, akan membangun kembali Bait Suci pada periode awal pascapembuangan. Salomo akhirnya naik takhta. Ia makmur (ayat 23) dan ditinggikan (ayat 25), menunjukkan bahwa Allah begitu memberkatinya dan menyetujui pengangkatannya. Ia juga adalah raja Israel yang paling memiliki keagungan kerajaan (lih. 2Taw. 1:12).

Di atas semuanya ini, kualitas pemerintahan Salomo dinyatakan. Setiap orang Israel tunduk pada pemerintahannya (ayat 23) dan meninggikan dia (ayat 25). Demikian pula, semua anak buah Daud mendukung pemerintahan yang baru ini, menunjukkan adanya kesinambungan antara pemerintahan Daud dan Salomo. Kerajaan Salomo sama idealnya dengan kerajaan Daud, dan akan menjadi model pula bagi komunitas pascapembuangan. Sebagai penutup, penulis Tawarikh merangkumkan pemerintahan Daud (ayat 26-28a), mencatat pengganti Daud (ayat 28b), dan menunjukkan catatan-catatan pendukung lainnya (ayat 29-30). Di sini ditunjukkan lagi kemuliaan Daud yang berumur panjang dan memiliki kemuliaan yang besar (ayat 28). Komunitas pascapembuangan meneladani model kerajaan Daud dalam pemulihannya.

Renungkan: Ketika Anda memerintah kehidupan Anda sendiri atau memerintah orang lain, biarlah Allah yang menjadi pemerintah Anda!

(0.15633038636364) (2Taw 22:10) (sh: Ambisi — ya; Ambisius — tidak! (Kamis, 27 Juni 2002))
Ambisi — ya; Ambisius — tidak!

Ambisi -- ya; Ambisius -- tidak! Ambisi bermakna positif: keinginan untuk berkembang atau mencapai cita-cita. Ambisius selalu digunakan dengan konotasi negatif: keinginan mencapai cita-cita dengan itikad tidak baik, menghalalkan segala cara.

Atalya, janda Yosafat, tua-tua keladi -- makin tua makin menjadi-jadi. Dia ambisius, tidak puas mendominasi kehidupan Yoram -- suaminya -- kemudian Ahazia, anaknya sendiri. Sesudah mereka gugur, ia tidak lagi menyembunyikan keinginannya untuk menjadi orang nomor satu di kerajaan Yehuda. Sepak terjangnya mengerikan, ia memerintahkan pembunuhan semua keturunan raja Yehuda, artinya termasuk cucu-cucunya sendiri juga (ayat 10). Sungguh seorang nenek yang haus darah. Gila kuasa telah mengubahnya menjadi serigala. Syukurlah, Tuhan selalu punya cara menyelamatkan orang pilihan-Nya untuk pada waktunya memerintah Yehuda. Lewat taktik menarik yang melibatkan Yosabat, putri raja Yoram sekaligus isteri imam Yoyada, Yoas berhasil diselamatkan dari pembantaian sistematis itu dan disembunyikan aman di dalam bait Allah.

Imam Yoyada kemudian membangun kekuatan spiritual-moral bait Allah untuk menentang kesewenangan Atalya dan ia berhasil, bahkan juga berhasil menobatkan Yoas yang baru berusia sekitar enam tahun itu menjadi raja baru Yehuda (ayat 23:3) melalui satu upacara yang mengesankan (ayat 23:1-11). Imam Yoyada mengambil prakarsa untuk melakukan hal ini karena yang terancam bukan hanya kerajaan Yehuda, tetapi kehidupan bangsa itu sebagai umat Allah. Matinya Atalya menjadi perlambang kembalinya pengakuan bahwa Yahwe sajalah Tuhan dan Allah umat. Peraturan-peraturan kehidupan yang dari Yahwe pulalah yang harus ditegakkan dan dilaksanakan kembali demi pulihnya kesejahteraan kehidupan umat Allah.

Renungkan: Sejarah dan bagian firman ini membuktikan bahwa kekuatan spiritual-moral meski tanpa senjata dan minoritas saja, mampu membawa perubahan sosial penting. Keyakinan yang benar disertai komitmen yang tinggi memang dahsyat dampak pembaruannya bila dilaksanakan secara tetap dan tekun.

(0.15633038636364) (Ezr 5:1) (sh: Firman Tuhan dan perlindungan-Nya (Minggu, 5 Desember 1999))
Firman Tuhan dan perlindungan-Nya

Firman Tuhan dan perlindungan-Nya Di tengah perlawanan banyak pihak terhadap rencana umat untuk membangun rumah Tuhan, Tuhan berfirman melalui nabi Hagai dan Zakharia, bahwa apa pun perlawanan yang dihadapi, pembangunan itu harus diteruskan (lih. Hag. 1:8; Za. 4:6-10). Ketika para pejabat pemerintah setempat tetap melakukan usaha perlawanan (3, 4), Allah memperhatikan mereka, sehingga rencana umat untuk meneruskan pembangunan rumah Tuhan tetap terlaksana karena perlindungan Allah. Konsekuensi ketaatan umat kepada Allah dan firman-Nya adalah perlindungan Allah. Orang beriman meyakini hal ini dengan melihat bahwa janji penyertaan Tuhan tidak pernah berkesudahan dalam berita Alkitab - "Aku akan menyertai engkau". Karena itu tidak ada alasan bagi orang beriman yang telah menyaksikan, menikmati, dan terlibat dalam karya besar Allah untuk meragukan Dia serta kekuasaan-Nya atas kita.

Yang dilindungi menjadi saksi. Keyakinan bahwa Tuhan yang Mahakuasa menyertai dan melindungi kita seharusnya menjadikan kita berani dan tidak gentar untuk bersaksi demi nama-Nya. Pada surat yang dikirim Tatnai kepada raja Darius, kita melihat bahwa perkataan orang Yahudi bukan hanya merupakan pembelaan diri atas tindakan mereka, tetapi juga merupakan kesaksian tentang karya Tuhan di tengah-tengah umat Israel. Mereka meninggikan nama Tuhan sebagai Allah semesta langit dan bumi, dan menyebut diri mereka sendiri sebagai hamba-hamba-Nya (11). Mereka tidak malu mengakui dosa nenek moyang mereka yang membangkitkan murka Allah dan mengakibatkan pembuangan mereka (12). Mereka menyebut Bait Suci sebagai rumah Allah. Pengakuan-pengakuan ini disertai dengan kebenaran perkara mereka merupakan kesaksian yang benar dan indah.

Renungkan: Penyertaan Tuhan telah dinyatakan melalui kedatangan Yesus Kristus. Dialah "Imanuel", yang berarti 'Allah menyertai kita' (Mat. 1:24). Apakah kita sungguh menghayati firman Tuhan ini? Bagaimana dengan kesaksian hidup kita?

(0.15633038636364) (Neh 13:1) (sh: Kehadiran pemimpin rohani (Jumat, 1 Desember 2000))
Kehadiran pemimpin rohani

Kehadiran pemimpin rohani. Setelah menjadi gubernur di Yudea selama 12 tahun, Nehemia kembali ke Susan. Ketika ia tidak berada di Yerusalem, bangsa Israel sedikit demi sedikit melanggar perjanjian yang mereka buat untuk melakukan semua hukum Taurat dengan sungguh-sungguh (10:28-39). Ketika Nehemia kembali ke Yerusalem untuk menjadi gubernur yang kedua kalinya, ia mendapati Imam Elyasib yang diangkat menjadi pengawas bilik-bilik rumah Allah menyediakan bilik besar bagi Tobia, kenalan baik Imam Elyasib sekaligus musuh lama orang Yahudi. Padahal bilik itu biasanya digunakan untuk menyimpan korban sajian, kemenyan, perkakas, dan persembahan perpuluhan (4- 5). Nehemia juga mendapati ibadah di Bait Suci tidak diadakan lagi. Para orang Lewi yang biasanya melayani di Bait Allah kembali bekerja di ladang untuk mendapatkan nafkah, sebab mereka tidak lagi menerima persembahan untuk mendukung kehidupan mereka (10-13).

Nehemia tidak dapat tinggal diam melihat dosa kembali menggerogoti bangsanya. Tindakan Nehemia yang penuh kemarahan atas Tobia dan hartanya merupakan manifestasi sikap Nehemia yang merindukan reformasi yang sungguh terjadi dalam kehidupan bangsanya dan ia tidak dapat berkompromi dengan dosa. Tindakan Nehemia ini mengingatkan kita akan tindakan Yesus di Bait Allah (Mat. 21:12- 13). Bagi Nehemia, Elyasib telah menjungkirbalikkan tatanan prioritas kehidupan umat Allah. Apakah dapat dibenarkan bilik yang seharusnya digunakan bagi kelangsungan kehidupan dan tata ibadah ternyata digunakan untuk kepentingan pribadi (4-5)? Nehemia pun bertindak tegas dengan mengumpulkan kembali orang- orang Lewi dan mengangkat pengawas perbendaharaan yang baru, sehingga kesejahteraan orang Lewi terjamin. Itu semua dilakukan agar kehidupan ibadah bangsa ini kembali berjalan dan reformasi terus bergulir seperti yang terjadi setelah peristiwa ini (1-3).

Renungkan: Kehadiran pemimpin rohani yang berwibawa, peka terhadap dosa sekecil apa pun, berani menentang dan menghancurkan dosa, tidak kompromi terhadap dosa, berkomitmen penuh bagi pembangunan moral dan spiritual umat Allah, sungguh diperlukan. Berdoalah agar Allah memberikan kepada gereja Anda seorang pemimpin rohani seperti Nehemia.



TIP #21: Untuk mempelajari Sejarah/Latar Belakang kitab/pasal Alkitab, gunakan Boks Temuan pada Tampilan Alkitab. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA