Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 4781 - 4800 dari 6323 ayat untuk mereka (0.003 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.16895742222222) (2Kor 11:16) (jerusalem: Kuulangi lagi) Belum pernah Paulus mengatakannya. Sebaliknya, bdk 2Ko 11:1. Ungkapan semacam itu menyatakan bahwa Paulus tidak terlalu memperhatikan apa persis dikatakannya kalau menulis dengan hati yang bergelora. "Kebodohannya", 2Ko 11:1,17,19,21,23; 12:11 (yang sesungguhnya bukan kebodohan, 2Ko 11:16; 12:6) ialah: bermegah-megah "menurut daging" (terjemahan secara duniawi), 2Ko 11:18, artinya: atas kebangsaannya, 2Ko 11:22, atas karya dan penderitaannya, 2Ko 11:23-26, dan atas penglihatan-penglihatan serta penyataan-penyataan yang diterimanya, 2Ko 12:1-5. Hanya Paulus dapat berbuat demikian dengan tidak menjadi "bodoh", oleh karena berkata benar, 2Ko 12:6. Ia berbuat demikian dengan maksud membandingkan diri dengan lawan-lawannya di bidang mereka sendiri, 2Ko 11:21-23, dan menanggulangi mereka yang mencemoohkannya, 2Ko 11:5-12; 12:11-15. Tetapi hanya terpaku ia membanggakan semuanya itu, 2Ko 12:11. Dasar kebanggaan yang sesungguhnya ialah kelemahan Paulus, 2Ko 11:30; 12:5,9, sebab justru kelemahan itulah yang menyatakan kekuasaan Kristus, 2Ko 12:9. Memanglah kelemahan Paulus jelas membuktikan bahwa kekuatannya yang luar biasa tidak berasal dari dirinya, melainkan dari Allah, 2Ko 4:7+.
(0.16895742222222) (2Tes 3:7) (jerusalem: mengikuti teladan kami) Dengan mengikuti teladan Paulus, 1Ko 4:16; Gal 4:12; Fili 3:17, orang Kristen mengikuti teladan Kristus, 1Te 1:6; Fili 2:5; bdk Mat 16:24; Yoh 13:15; 1Pe 2:21; 1Yo 2:6, sebab Paulus sendiri mengikuti teladan Kristus, 1Ko 11:1. Akhirnya mereka harus mengikuti teladan Allah, Efe 5:1 (bdk Mat 5:48) dan mengikuti teladan satu sama lain, 1Te 1:7; 2:14; Ibr 6:12. Persekutuan hidup itu didasarkan pada pengajaran dasar, Rom 6:17, yang diterima melalui tradisi, 2Te 3:6; 1Ko 11:2+; 1Te 2:13+. Para pemimpin yang menyampaikan tradisi itu sendiripun harus menjadi teladan, 2Te 3:9; Fili 3:17; 4:8-9; 1Ti 1:16; 4:12; Tit 2:7; 1Pe 5:3; iman dan hidup mereka harus dicontoh, Ibr 13:7.
(0.16895742222222) (Kel 20:12) (sh: Hubungan dengan sesama manusia. (Senin, 4 Agustus 1997))
Hubungan dengan sesama manusia.

Hubungan dengan sesama manusia.
Bagaimana kita dapat mengatur hubungan kita dengan sesama agar tetap baik adanya? Hukum Allah mengajarkan bahwa menghargai sesama manusia dimulai dari harmonisnya hubungan di dalam keluarga umat Allah dengan cara menghormati ayah dan ibu kita. Hormat kepada mereka berarti mengakui mereka sebagai pengatur kehidupan dalam keluarga. Umat Allah juga akan menghargai hidup, menjaga kehormatan hubungan pribadi lawan jenis, menghargai kepemilikan, tidak bersaksi dusta, dan tidak cemburu terhadap apa yang dimiliki orang lain.

Mengasihi Allah berlanjut mengasihi sesama. Banyak orang mengaku menyembah Allah tetapi meremehkan hubungan dengan sesama. Sikap demikian membawa bencana bagi orang lain. Hukum Allah tidak saja mengajarkan dan meminta umat-Nya untuk mengenal-Nya secara pribadi, tetapi harus pula membawa manfaat positif dalam hubungannya dengan sesama. Dosa menodai hubungan antar manusia, namun Kristus memampukan kita mengenal Allah yang benar dan mengasihi sesama oleh kasih-Nya.

Doa: Agar pemberitaan firman Tuhan di rumah-rumah Allah menjadi kabar baik bagi umat Allah untuk memelihara hubungannya dengan sesama.

(0.16895742222222) (Kel 20:18) (sh: Kemahabesaran Allah. (Selasa, 5 Agustus 1997))
Kemahabesaran Allah.

Kemahabesaran Allah.
Panggilan dan pemilihan Allah atas Israel tidak menghapuskan batas antara Allah dan umat-Nya. Allah tetap mahabesar. Kemahabesaran-Nya ini dinyatakan-Nya di hadapan mereka melalui guruh yang mengguntur, kilat sabung-menyabung, dan gunung berasap. Mereka tidak sanggup melihat dengan mata kepala sendiri apa yang sedang terjadi. Allah tetap Allah dalam kemahabesaran-Nya. Umat Tuhan hanya patut menyembah dan mensyukuri panggilan dan pemilihan Allah. Demikian pun Kristus yang dekat dengan kita dan mendekatkan kita pada Allah, adalah Tuhan yang harus disembah dan ditaati.

Keunikan hamba Allah. Musa dipakai Allah untuk menyampaikan firman Allah kepada umat Israel. Musa tahan masuk ke dalam kekelaman Allah. Allah yang memanggilnya yang membuatnya tahan. Keunikan Musa ini ada batasnya, di akhir hidupnya Musa gagal menaati Allah. Ini mengingatkan kita pada keunikan Kristus. Musa diizinkan masuk dalam kekelaman Allah, Kristus yang adalah perantara manusia, adalah Allah sumber kekelaman itu. Kristus mengenal siapa Allah karena Diri-Nya Allah. Ia adalah Perantara kita satu-satunya tanpa cacat, karena hanya Dia yang sempurna. Hanya Dia yang patut kita sembah.

(0.16895742222222) (Kel 29:1) (sh: Imam bagi Allah. (Kamis, 21 Agustus 1997))
Imam bagi Allah.

Imam bagi Allah.
Pentahbisan Harun dan anak-anaknya menjadi imam dilakukan dalam upacara penting. Dimulai dengan pemberitahuan tentang apa saja yang perlu dipersiapkan (ayat 1-3), lalu masuk ke dalam intinya: pembasuhan, penggunaan pakaian imam, pengurapan dengan minyak dan pengudusan. Sebelum bertugas mereka perlu dikuduskan terlebih dahulu. Ini dilambangkan dengan mengoleskan darah hewan korban pada cuping telinga kanan, ibu jari tangan dan kaki kanan Harun dan anak-anaknya. Upacara rumit itu menunjukkan betapa mulianya jabatan dan peran imam. Merekalah yang mempersembahkan korban, menaikkan doa syafaat dan menyampaikan berkat Allah bagi umat.

Mulai bertugas. Setelah ditahbiskan, mulailah mereka menjalankan tugas sebagai pengantara umat dan Tuhan. Bila umat mempersembahkan korban, imam meletakkan tangan di atas kepala hewan korban, sebagai lambang imam menanggungkan dosa umat kepada korban itu untuk mendapatkan pengampunan dari Allah. Kita bersyukur bahwa Kristus adalah Imam Besar kita. Ia sudah membuka jalan bagi kita kepada Allah melalui korban diri-Nya sendiri. Ia juga kini mempercayakan keimamatan kepada semua orang beriman (1Ptr. 2:9-10).

(0.16895742222222) (Kel 39:1) (sh: Pakaian kebesaran. (Sabtu, 27 September 1997))
Pakaian kebesaran.

Pakaian kebesaran.
Pakaian para imam dibuat supaya tampak pada umat tentang jabatan mereka yang mulia. Pakaian memang salah satu sarana untuk menampilkan jatidiri. Para imam yang waktu itu bertindak sebagai pengantara antara manusia dan Allah, berpakaian sangat indah. Sebenarnya kebesaran dan keagungan mereka itu hanyalah bayang-bayang samar dari kebesaran dan keagungan Tuhan Yesus. Di mata dunia, kita yang sekarang disebut sebagai imamat yang rajani ini harus memancarkan kemuliaan dan kebesaran sang Imam Besar Agung.

Pakaian dan Integritas. Baju efod dari emas, kain ungu tua dan kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan yang halus yang dipintal benangnya, dst., adalah bahan-bahan yang amat indah. Semua keindahan itu tak ada artinya bila tidak menampakkan integritas atau kepribadian luhur orang yang memakainya. Jubah pendeta, warna-warni pakaian yang kita pakai tatkala berbakti, indah semarak. Apakah isi hati pemakainya, tampak indah juga di mata Allah? Itulah masalah kita zaman ini!

Renungkan: Berbagai tampilan indah yang kita kenakan pada tubuh, bisa juga berfungsi sebagai kedok penutup kepalsuan kita.

Doa: Kiranya kebenaran dan ketulusan adalah pakaian ibadah kami.

(0.16895742222222) (Kel 40:34) (sh: Menghormati kekudusan Tuhan. (Selasa, 30 September 1997))
Menghormati kekudusan Tuhan.

Menghormati kekudusan Tuhan.
Apabila awan lambang kehadiran Tuhan berada di atas kemah suci, orang Israel tidak berani menghampiri kemah itu untuk beribadah. Mereka baru berani beribadah ketika awan itu terangkat (ayat 34-37). Sebenarnya awan itu adalah tanda kemurahan Allah yang berkenan menyertai umat-Nya. Namun Israel tahu bahwa kemurahan dan kebaikan Allah, bukan untuk dijadikan alasan bagi sikap yang sembarangan di hadapan Tuhan. Seperti Musa yang diajar Tuhan untuk melepaskan kasutnya di hadapan Allah, kita pun harus hidup gentar dan takut di hadapan Tuhan.

Tuhan hadir. Umat Tuhan telah mengerjakan tugas mereka, kini Tuhan mengerjakan bagian-Nya. Dengan tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari, Ia hadir. Bukankah sering kita mengabaikan tempat-tempat ibadah kita seolah bangunan buatan tangan manusia semata? Sering pula kita membayangkan Allah sebagai Allah yang abstrak dan jauh, tidak bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari kita. Ternyata Tuhan dekat. Tuhan hadir di dalam kemah yang di dalamnya Ia ingin kita beribadah, berjumpa Dia!

Renungkan: Bila hati kita terang, mata kita akan mampu melihat kehadiran Allah dalam keseharian kita.

Doa: Tolong kami menghormati kekudusan-Mu, Bapa!

(0.16895742222222) (Bil 1:20) (sh: Allah mempersiapkan umat (Kamis, 5 Agustus 1999))
Allah mempersiapkan umat

Allah mempersiapkan umat. Dua belas suku Israel dihitung dalam perikop ini. Semua anggota suku mereka, khususnya semua orang muda, pria yang berusia di atas dua puluh tahun, di luar anak-anak, wanita, dan pria lanjut usia, berjumlah lebih dari 600.000 jiwa. Apakah artinya? Apabila kita melihat ke masa lalu, yaitu ketika janji Allah di berikan kepada Abraham, maka hal ini menunjukkan Kemahakuasaan Allah yang sanggup mewujudkan janji-Nya bahwa keturunan Abraham sudah menjadi sebuah bangsa.

Allah yang tertib dan berencana. Di balik seluruh perjalanan umat Israel; ada Allah yang merencanakan dan mengkoordinasikan kehendak-Nya dengan tertib melalui para nabi dan hamba-hamba-Nya. Keadaan ini mau tidak mau menuntut umat untuk mengakui kepemimpinan (baca: kedaulatan) Allah atas mereka. Dengan demikian pelaksanaan sensus itu menyingkapkan kesetiaan dan kuasa Tuhan yang sanggup memelihara umat-Nya secara ajaib. Sekalipun sesungguhnya Allah mampu dan berkuasa melakukan atau membuat apa saja dalam waktu seketika; tetapi Ia tetap mempunyai rancangan yang terencana dan rapi. Hal ini menyatakan bahwa Allah tidak pernah merencanakan sepotong-sepotong dalam hidup seseorang/bangsa, tetapi rencana Allah terencana rapi dan bersifat kekal.

(0.16895742222222) (Bil 4:15) (sh: Melayani Tuhan: Siapa dan di mana? (Selasa, 10 Agustus 1999))
Melayani Tuhan: Siapa dan di mana?

Melayani Tuhan: Siapa dan di mana? Setiap Kristen yang telah menyadari kebesaran kasih Allah di dalam karya penebusan Tuhan Yesus Kristus, seharusnya rindu untuk berbuat sesuatu bagi Tuhan di dalam hidupnya. Berbuat sesuatu bagi Tuhan ini biasanya disebut melayani Tuhan, dan hal ini dilaksanakan sebagai ucapan syukur atas kasih karunia Tuhan kepada dirinya. Pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan oleh orang Kristen adalah siapa saja yang harus melayani Tuhan, dan siapakah yang berhak menentukan siapa yang melayani, di tempat yang mana atau melayani dalam hal apa?

Setiap anak Tuhan adalah hamba Tuhan. Allah memberikan perintah kepada Musa untuk mencatat bani Lewi menurut puak-puak beserta penjabaran mengenai tugas mereka masing-masing. Ada dua hal yang dapat kita pelajari melalui bagian firman Tuhan ini. Pertama, hal ini tidak berarti bahwa bani Israel yang lain tidak dipakai oleh Tuhan. Kedua, setiap anak Tuhan memiliki tanggung jawab masing-masing di dalam pelayanan. Masing-masing tanggung jawab itu tidak ada yang tidak berguna. Di mata Tuhan, setiap anak Tuhan yang berlaku setia pada-Nya, mereka adalah anak-anak yang berkenan di mata Tuhan.

Doa: Tolonglah aku menjadi hamba setia-Mu, baik di rumah, di gereja, di kantor, di sekolah dan di tengah masyarakat.

(0.16895742222222) (Bil 4:34) (sh: Melayani Tuhan: cara dan waktu Tuhan (Rabu, 11 Agustus 1999))
Melayani Tuhan: cara dan waktu Tuhan

Melayani Tuhan: cara dan waktu Tuhan. Setiap orang yang melayani Tuhan harus memiliki kerinduan untuk dipakai dan hidupnya diperkenan Tuhan. Agar kerinduan itu terwujud, maka segala sesuatu yang ditetapkan Allah haruslah dilakoni dan dilayani menurut aturan main-Nya. Aturan main Tuhan tidak terlepas dari Pribadi Tuhan sendiri, karena itu anak Tuhan perlu mengenal Tuhan secara pribadi melalui firman-Nya, agar dapat semakin mengerti pikiran dan isi hati Tuhan.

Tuhan tidak main-main dengan aturan main-Nya. Pada waktu Allah menjelaskan kepada Musa mengenai siapa, usia berapa, dan dengan cara bagaimana mereka harus melakukan kewajiban mereka masing-masing, Allah tidak memberikan peraturan-peraturan itu sekadarnya atau sebagai suatu formalitas belaka (bdk. Bil. 4:17-20). Semua aturan itu menyatakan pikiran dan isi hati-Nya sendiri. Bukan kita, melainkan Tuhan yang menentukan cara dan waktu untuk melayani Tuhan. Oleh karena itu, kita harus siap untuk maju pada saat kita harus maju, dan kita harus siap untuk mundur pada saat kita harus mundur.

Renungkan: Apakah Anda telah melayani sesuai dengan aturan main Tuhan dan bukan sekehendak diri?

Doa: Tuhan, tolongku melayani-Mu sesuai dengan aturan main-Mu.

(0.16895742222222) (Bil 8:1) (sh: Pembawa terang (Jumat, 15 Oktober 1999))
Pembawa terang

Pembawa terang. Sebagai wakil umat Allah di hadapan-Nya, Harun sang imam harus memasang lampu-lampu. "Lampu" di dalam Alkitab bisa dipakai untuk melambangkan firman Tuhan (Mazmur 119:105, 2Pet. 1:19). Demikianlah juga peran Kristen di dalam Perjanjian Baru yang disebut sebagai "imamat" rajani haruslah menyalakan "lampu-lampu" yang telah dimiliki untuk memberikan terang kepada sekitarnya dengan cara mengajarkan kepada sesamanya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Jalan pintas? Sebagai suku yang dikhususkan untuk melayani Tuhan, suku Lewi harus melalui tahapan ritual khusus. Mereka dipisahkan dari suku lainnya (bdk. ayat 3:6, 15) dan ditahbiskan. Pelaksanaannya meliputi beberapa tahap mulai dari dikuduskan (ayat 7), penumpangan tangan (ayat 10), diadakan korban bakaran(ayat 12), dan menjadi milik Allah (ayat 14). Apa arti semua itu bagi Kristen masa kini? Sebelum Kristen melakukan pelayanannya, ia harus melewati tahapan-tahapan tertentu seperti pertobatan, hidup baru, dibaptis, dan menjadi anggota gereja Tuhan. Mereka harus memberikan diri sebelum melayani dan terus menjaga kekudusan hidup bagi Tuhan. Tidak ada jalan pintas!

Doa: Jadikanku pembawa terang-Mu dan layakkan aku bersinar di sekitarku bagi kemuliaan-Mu.

(0.16895742222222) (Bil 11:4) (sh: Bahaya kerakusan (Rabu, 20 Oktober 1999))
Bahaya kerakusan

Bahaya kerakusan. Nafsu rakus sangat berbahaya, baik bagi pribadi maupun masyarakat. Nafsu serakah yang mula-mula hanya menguasai beberapa orang mampu mencemari seluruh bangsa dalam waktu singkat (ayat 4, 10). Hal ini juga membuahkan "keberanian besar" untuk mengundang kembali murka Allah yang baru saja akan menghanguskan mereka (ayat 1-3). Karena dikuasai nafsu serakah itu, maka mereka hidup di dalam 'halusinasi' (bayang-bayang). Hidup di Mesir yang penuh kesengsaraan, diingatnya sebagai hidup penuh kemakmuran (bdk. Kel. 2:23-24). Itulah kekuatan nafsu serakah.

"Bersungut-sungut" selalu dosa? Musa bersungut-sungut kepada Tuhan karena merasa bahwa tanggungjawabnya terlalu berat. Emosi dan keputusasaannya sudah mencapai puncaknya, sehingga ia meminta Allah untuk membunuhnya. Respons Allah terhadap Musa sungguh sangat mengejutkan. Allah tidak murka, sebaliknya tujuh-puluh tua-tua diangkat untuk memikul tanggung jawab bersama Musa. Mengapa Allah tidak murka? Karena ada motivasi murni di balik sikap Musa yang ingin mengungkapkan kekesalannya terhadap pemberontakan Israel yang terus-menerus dan mengungkapkan kebutuhannya yang nyata, jadi bukan karena nafsu serakah.

Renungkan: Apakah motivasi ini yang melatarbelakangi sikap bersungut-sungut dalam kehidupan Anda?

(0.16895742222222) (Bil 13:1) (sh: Segala sesuatu dapat terjadi (Sabtu, 23 Oktober 1999))
Segala sesuatu dapat terjadi

Segala sesuatu dapat terjadi. Bangsa Israel yang sudah di ambang tanah perjanjian tiba-tiba diperhadapkan pada suatu problema besar. Bangsa yang mendiami Kanaan terlalu kuat untuk dikalahkan. Ibaratnya Israel bagai belalang di hadapan raksasa. Akhirnya disimpulkan bahwa Kanaan hanyalah mimpi. Mengapa umat takut? Karena mereka berfokus pada kesulitan, sehingga tidak mau maju meraih berkat-Nya di tanah perjanjian. Bila kita memandang kesulitan jauh lebih besar dari pengharapan akan masa depan yang cerah, maka tak setitik kecerahan masa depan menjadi bagian dalam hidup kita. Segala sesuatu dapat terjadi dalam hidup ini, kesulitan dan pergumulan tak pernah jauh dari kehidupan kita, tetapi fokuskan pada apa yang ada di depan yang disediakan Allah dan terus melangkah bersama-Nya.

Apa pun dapat digunakan Allah. Meskipun mereka melihat realita yang sama, namun kesimpulan Yosua dan Kaleb berbeda. Mengapa? Sepuluh pengintai melihat realita dengan "kaca-matanya" sendiri, sedangkan Yosua dan Kaleb melihat dengan "kaca-mata" Allah. Sepuluh orang melihat raksasa sedangkan yang dua melihat masa depan di tanah perjanjian yang disediakan Allah. Sepuluh orang goyah iman, tetapi yang dua memperteguh imannya kepada Allah. Termasuk kelompok manakah Anda?

(0.16895742222222) (Bil 15:22) (sh: Melakukan perintah Tuhan, bukan keinginan sendiri (Rabu, 27 Oktober 1999))
Melakukan perintah Tuhan, bukan keinginan sendiri

Melakukan perintah Tuhan, bukan keinginan sendiri. Allah yang setia mengasihi adalah Allah yang adil dan berdaulat penuh. Dosa diurus-Nya dengan adil pula. Dosa-dosa yang dilakukan dengan tidak sengaja diselesaikan dengan korban penghapusan dosa. Tetapi dosa yang dilakukan dengan sengaja, orang itu menjadi penista Tuhan dan akibatnya akan dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya alias dihukum mati. Karenanya, segenap umat diperintahkan untuk membuat jumbai-jumbai berwarna ungu kebiruan pada punca jubah mereka. Maksud jumbai itu ialah agar dengan melihatnya mereka diingatkan untuk taat dan melakukan perintah Tuhan dan tidak menuruti keinginan sendiri.

Kedudukan sebagai anak Allah. Berbagai cara Allah pakai untuk mengingatkan umat pada kedudukan sebagai umat Allah. Tujuannya adalah membuat orang agar bertindak sesuai kehendak Allah. Syukurlah bahwa di dalam Kristus kini umat diingatkan akan kedudukannya sebagai anak-anak Allah dan telah diampuni dosanya, kecuali jika orang bersangkutan mengeraskan hati, memberontak, dan menolak Kristus sebagai Juruselamatnya.

Renungkan: Tuhan Yesus Kristus telah rela berkorban demi kita. Karena itu tinggalkanlah semua dosa-dosa kita, dan terimalah pengampunan dan pemulihan dari-Nya.

(0.16895742222222) (Bil 28:1) (sh: Peraturan persembahan korban diulang kembali (Selasa, 16 November 1999))
Peraturan persembahan korban diulang kembali

Peraturan persembahan korban diulang kembali. Allah mengulang kembali kewajiban Israel dalam hal mempersembahkan korban harian, korban sabat, dan korban bulan baru. Hukum tentang persembahan korban ini pernah Allah berikan kepada Israel melalui Musa. Mengapa Allah mengulang kembali, dengan menambahkan perintah memberikan korban sabat dan bulan baru? Ada dua kemungkinan. Pertama, Allah ingin agar Yosua dan para imam melakukan tugas yang sama seperti Musa dan para imam di masanya. Kedua, untuk mengingatkan pentingnya persembahan kepada seluruh pemimpin dan umat Israel. Memberi persembahan berarti bersyukur atas setiap perbuatan Allah.

Bersyukur kepada Allah. Jika maksud Allah mengajar Israel agar mereka mengerti bahwa hidup, berkat, dan kekuatan semata-mata dari Allah; maka mereka perlu mensyukuri segala perbuatan Allah dengan korban persembahan. Namun Kristen tidak lagi melakukan aturan tersebut karena Kristus telah menggenapi hukum Taurat sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang percaya (bdk. Rm. 1:4). Kristen justru memiliki kesempatan setiap saat untuk bersyukur.

Renungkan: Nyatakan syukur kepada Allah melalui persembahan tubuh dan karya, itulah yang berkenan kepada-Nya (Rm. 12:1-2).

(0.16895742222222) (Bil 34:1) (sh: Allah yang Maha Setia (Jumat, 26 November 1999))
Allah yang Maha Setia

Allah yang Maha Setia. Batas-batas Kanaan sebagai tanah yang dijanjikan kini dinyatakan oleh Tuhan sendiri. Meskipun keturunan Abraham berlaku tidak setia, namun Ia tetaplah Allah yang setia pada perjanjian-Nya. "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu" (lih. Kej. 12:7), demikian janji Tuhan kepada Abraham; dan kini negeri perjanjian itu terbentang nyata di hadapan Israel. Sebagai Kristen, kita pun sadar bahwa sesungguhnya Allah saja di dalam anugerah-Nya yang membebaskan kita dari perbudakan dosa dan terus memimpin kita untuk mewarisi negeri perjanjian, Sorga nan mulia.

Pembagian tanah perjanjian. Tugas ini amat penting; karena itu Allah sendiri yang menentukan dan memilih orang-orang yang bertugas membagi tanah perjanjian, yang akan diwarisi kesembilan setengah suku. Beberapa nama yang disebutkan, mengingatkan Israel tentang siapa Allah mereka, dan pengalaman mereka hidup bersama-Nya: Elidad ('Allah telah mengasihi'), Haniel ('kemurahan hati Allah'), Elisafan ('Allahku melindungi'), Paltiel ('Allah adalah pembebasanku'), Pedael ('Allah telah melepaskan'). Sebagai Kristen yang hidup bersama Allah, kita pun memiliki pengalaman yang sangat kaya tentang Allah. Bersyukurlah!

Renungkan: Pengenalan akan Allah yang Maha Setia akan menolong kita untuk setia kepada-Nya.

(0.16895742222222) (Ul 3:12) (sh: Ketika maksud hati tak sampai (Minggu, 27 April 2003))
Ketika maksud hati tak sampai

Ketika maksud hati tak sampai. Dalam perjalanan bangsa Israel di padang gurun, kita sudah melihat bahwa keinginan mereka untuk "lebih baik kami mati" (Bil. 20:3) telah diizinkan Allah terjadi. Generasi padang gurun telah hancur lenyap dari muka bumi. Kita juga melihat bahwa kehendak hati bangsa Israel yang terus-menerus melawan Allah memang terpenuhi, tetapi itu semua merupakan tragedi yang membawa penghukuman belaka.

Setelah wilayah-wilayah taklukkan dari Sihon dan Og didaftarkan, mulailah dilakukan pembagian wilayah-wilayah tersebut di antara dua dan setengah suku Israel, yaitu Ruben dan Gad dan setengah suku Manasye. Namun demikian, ada syarat yang perlu dipenuhi oleh suku-suku itu agar mereka bisa tetap tinggal di sebelah timur Sungai Yordan (ayat 18-20), yaitu semua yang gagah perkasa haruslah ikut berperang.

Musa berbicara kepada Yosua, memberikan semangat kepadanya agar jangan takut dan maju berperang. Yosua telah melihat pekerjaan Allah dengan matanya sendiri -- tidak ada keraguan, dan ia menerima penyertaan yang sama dari Allah. Musa juga berbicara kepada Allah (ayat 23-26a). Ia meminta kepada Allah agar diizinkan menyeberangi Sungai Yordan. Namun, keputusan Allah bulat. Musa tidak mendapatkannya. Sebuah tragedi? Tidak. Kehendak Tuhan tidak pernah merupakan tragedi. Itulah yang terbaik bagi manusia! Dengan ketaatan kepada Tuhan, Musa menjadi teladan bagi seluruh bangsa Israel.

Renungkan: "Jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga" (Mat. 6:10).

(0.16895742222222) (Ul 24:6) (sh: Kasihilah sesamamu manusia (Minggu, 4 Juli 2004))
Kasihilah sesamamu manusia

Kasihilah sesamamu manusia. Mengasihi sesama manusia harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Sebagai anak Tuhan, kita dipanggil untuk mewujudkan kasih itu tanpa memandang bulu. Siapapun dia, tua muda, kaya miskin, berstatus atau tidak adalah sesama manusia.Bacaan hari ini adalah serangkaian peraturan yang kalau disimak baik-baik memiliki beberapa dasar yang penting. Pertama, dasar kesetaraan. Misalnya, seorang yang menghutangi orang lain, ia harus menjaga martabat orang yang berhutang itu dengan tidak mempermalukan dirinya (ayat 10-11). Orang yang menghutangi itu harus memperlakukan orang yang berhutang sebagai sesama manusia di hadapan Allah (ayat 12-13; 25:3).

Kedua, dasar kasih dan kepedulian terhadap sesama (ayat 6,14-15; 17-18; 19-22). Israel dipanggil untuk menyatakan kasih dan kepedulian kepada sesama mereka, karena Allah telah lebih dahulu mengasihi dan mempedulikan kehidupan dan penderitaan mereka ketika masih diperbudak di Mesir (ayat 18,22).

Ketiga, dasar keadilan dan kebenaran. Seorang yang menculik orang lain dan memperlakukannya sebagai budak telah melanggar rasa keadilan masyarakat yang setara (ayat 7). Di hadapan Allah, semua yang berdosa harus dihukum sesuai dengan dosanya (ayat 8-9; 25:1-2), sedangkan yang tidak bersalah harus dibebaskan (ayat 16).

Renungkan: Orang Kristen dipanggil untuk mewujudkan kasih kepada sesamanya, karena ia sudah terlebih dahulu dikasihi Kristus.

(0.16895742222222) (Hak 6:1) (sh: Berseru dalam kesesakan. (Kamis, 9 Oktober 1997))
Berseru dalam kesesakan.

Berseru dalam kesesakan.
Kemelaratan orang Israel akibat ditindas orang Midian, membuat mereka sadar. Mereka berseru kepada Tuhan. Seruan di puncak penderitaan biasanya disertai kerendahan hati dan kepasrahan penuh karena menyadari keadaan diri yang sudah tidak berdaya. Dalam sikap seperti itulah Tuhan berkenan memperhatikan umat-Nya meskipun sudah menyakiti hati Tuhan dengan perzinahan rohani. Berseru kepada Tuhan dengan segenap hati akan membawa perubahan.

Tuhan mengutus, Tuhan menyertai. Kaumnya adalah yang paling kecil di antara suku Manasye. Ia pun paling muda di antara kaum keluarganya. Di lihat dari segi-segi tadi, Gideon tidak ada artinya. Namun yang menentukan bukan kondisi Gideon, tetapi pilihan Allah. Kepahlawanannya pun bukan disebabkan oleh keperkasaannya tetapi oleh penyertaan dan strategi Tuhan sendiri. Alasan-alasan yang sering membuat kita ragu melakukan kehendak Tuhan, kurang lebih sama dengan kondisi Gideon tadi. Pertimbangkanlah Gideon! Janganlah berputar-putar pada alasan tadi untuk tidak melayani Tuhan. Maju saja ikuti perintah Sang Komandan!

Renungkan: Jangan tunggu sampai ada keajaiban baru maju, maju dan alami keajaiban itu bersama Tuhan!

(0.16895742222222) (Hak 7:1) (sh: Jumlah atau mutu? (Sabtu, 11 Oktober 1997))
Jumlah atau mutu?

Jumlah atau mutu?
Di medan perang dan di arena politik, biasanya orang berpikir bahwa jumlah adalah hal terpenting. Ternyata tidak! Tiga puluh ribu orang itu disaring berulang kali hingga tersisa tiga ratus orang. Hanya satu persen dari total jumlah semula yang Tuhan pakai untuk menaklukkan orang Midian! Yang penakut, yang bersikap seperti hewan, dan yang tidak siaga pulang kampung saja!(ayat 5-7). Kemenangan tergantung pada kepatuhan kepada kehendak Allah. Allah ingin agar para pelayannya tidak menyombongkan kekuatan maupun sarana perang buatan manusia.

Perang rohani nyata (ayat 15-19). Metode dan strategi terbaik manusia tak laku bagi Allah. Ketiga ratus personalia militer terpilih itu tidak boleh membawa senjata, pedang, tombak, dlsb. Mereka hanya boleh membawa terompet, buyung atau kendi kosong, dan obor. Meski aneh, tugas mereka sebagai pasukan Allah kini adalah taat pada sang komandan. Perang itu adalah perang rohani, maka hanya bisa dimenangkan bukan dengan senjata biasa tetapi dengan iman dan ketaatan!

Renungkan: Mana yang benar? Allah dibatasi oleh sumber daya insani atau sumber daya insani yang tergantung pada Allah?

Doa: Tuhan ajarku untuk taat pada firman-Mu dan bukan banyak tanya terhadap pikiran-Mu.



TIP #34: Tip apa yang ingin Anda lihat di sini? Beritahu kami dengan klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA