(0.20551334782609) | (2Raj 8:16) |
(sh: Lukisan ilahi di kanvas sejarah (Jumat, 13 Mei 2005)) Lukisan ilahi di kanvas sejarahLukisan ilahi di kanvas sejarah
Yoram, raja Yehuda lebih memilih untuk mengikuti jalan Ahab, mertuanya dengan menyembah Baal dan bukan menyembah Tuhan, Allah Israel yang disembah Yosafat, ayahnya (ayat 18). Pengkhianatan rohani ini harus dibayar mahal dengan terlepasnya Edom dan Libna dari kekuasaan Yehuda (ayat 20-22). Setelah Yoram mati dalam peperangan maka Ahazia, anaknya dari Atalya (putri Ahab) menggantikannya. Ahazia juga meniru jejak ayahnya yang hidup dalam dosa keluarga Ahab (ayat 26-27). Akibatnya, ketika keluarga besar Ahab kelak dimusnahkan oleh Yehu, Ahazia ikut pula dibunuh (ayat 9:27). Meski Yoram dan Ahazia tidak menyembah Allah Israel, Dia tidak menghancurkan kerajaan Yehuda sebab mereka adalah keturunan Daud. Sebagai keturunan Daud, mereka memiliki ikatan perjanjian dengan-Nya untuk duduk di atas takhta kerajaan Israel (ayat 8:19; lihat 2Sam. 7:15-16). Akan tetapi, sesuai dengan isi perjanjian itu juga, kedua raja itu harus mempertanggungjawabkan kesalahan mereka dengan mendapatkan hukuman-Nya (ayat 2Sam. 7:14). Sejarah gereja juga menggambarkan kesetiaan Allah dan pengkhianatan umat. Acapkali gereja mendewakan kuasa politik. Bahkan tidak jarang kemewahan dan harta dunia pun menjadi tujuan hidup para pemimpinnya. Maka tidak heran kalau perjalanan sejarah gereja dipenuhi kerikil-kerikil masalah sebagai konsekuensi ketidaktaatan pada Allah. Meski demikian, oleh kasih setia dan perlindungan-Nya gereja dan umat-Nya tetap ada sampai kini. Renungkan: Allah berdaulat atas umat-Nya. Dia ingin kita menorehkan karya iman agar tercipta lukisan indah dalam sejarah umat-Nya. |
(0.20551334782609) | (2Raj 13:14) |
(sh: Perjalanan hidup yang tidak sia-sia (Senin, 27 Juni 2005)) Perjalanan hidup yang tidak sia-siaPerjalanan hidup yang tidak sia-sia
Bagian ini istimewa sebab mengisahkan akhir hidup Elisa yang
terkesan "diselipkan" di antara cerita para Raja Yehuda dan
Israel. Pelayanan Elisa dimulai ketika ia menggantikan Elia
(Lihat 2Raj. 2:1-18). Elisa dikenal di Israel sebab ia sering
menubuatkan jalannya politik negara Israel (Lihat Di akhir hidupnya, Elisa tidak menolak kedatangan Yoas meski ia tahu Yoas tidak takut pada Tuhan. Ia justru bernubuat sebab ia berharap agar dengan jalan ini Yoas berpaling pada Allah. Itu sebabnya, tindakan Yoas yang melakukan petunjuk Elisa dengan setengah hati membuatnya gusar (ayat 19,22,24-25). Kehidupan, integritas, kesetiaan, dan pelayanan Elisa kepada Allah Israel tak berubah sampai akhir hidupnya. Elisa mengakhiri hidupnya dengan baik dan benar sampai-sampai kuasa Allah tetap dinyatakan setelah kematiannya (ayat 20-21). Seumur hidupnya Nabi Elisa tetap melayani Israel sebab ia tahu Allah mengasihi mereka (ayat 23). Sayang sekali, sampai Elisa meninggal pun Raja Yoas tak kunjung berpaling kepada Allah Israel. Melayani mereka yang tersesat tidak selalu memberikan hasil seperti yang kita harapkan, yaitu melihat pertobatan mereka. Apakah hal ini berarti para hamba Tuhan tidak usah melayani umat-Nya lagi? Apakah berarti kita tidak perlu lagi menjaga integritas diri sesuai dengan firman-Nya? Jawabnya tidak! Sebab upah kita bukan dari manusia melainkan dari Allah yang melihat semua jerih-payah kita. Renungkan: Pertahankanlah panggilan Allah untuk melayani-Nya! Akhirilah perjuangan pelayanan dengan hati yang tetap tertuju pada-Nya. |
(0.20551334782609) | (2Raj 20:12) |
(sh: Masa depan yang bukan untuk diketahui — adalah anugerah (Jumat, 14 Juli 2000)) Masa depan yang bukan untuk diketahui — adalah anugerahMasa depan yang bukan untuk diketahui -- adalah anugerah. Manusia cenderung ingin mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi di masa mendatang. Allah melarang bahkan tidak memampukan manusia untuk mengetahui masa depan, mengapa? Reaksi Hizkia setelah mendengar firman Allah yang dibawa oleh Yesaya memberi jawaban kepada kita. Allah melalui Yesaya menegur Hizkia dengan keras ketika menerima utusan raja Babel (14-18). Mengapa? Pada zaman itu, Asyur adalah kerajaan yang paling kuat dan berpengaruh. Negara-negara di sekitarnya merasa terancam dan kuatir jika Asyur terus mengadakan perluasan kekuasaan. Karena itulah raja Babel, Merodakh-Baladan, mendekati Mesir dan Yehuda agar bergabung melawan Asyur (peristiwa ini terjadi sebelum Asyur mengepung Yerusalem di pasal 18). Dengan memperlihatkan seluruh kekayaannya menandakan bahwa Hizkia menyetujui rencana penggabungan kekuatan untuk memberontak terhadap Asyur (18:14). Allah menentang tindakan Hizkia yang dilakukan tanpa persetujuan dari Allah (Yes. 30-31). Bahkan Allah akan menghukum Yehuda dengan keras karena kesalahan ini (16-18). Bagaimanakah reaksi Hizkia terhadap nubuat hukuman bagi keturunannya (19)? Ia malah bersyukur kepada Allah karena seumur hidupnya, kerajaan Yehuda akan diwarnai dengan damai dan keamanan. Reaksi yang sangat egois! Banyak orang mengritik Hizkia. Namun demikian ada makna yang dapat dipelajari. Pertama, reaksi Hizkia pada dasarnya mengungkapkan bahwa kita tidak akan dapat melakukan sesuatu pun untuk mempengaruhi apa yang akan terjadi setelah zaman kita. Kita seharusnya menikmati berkat yang menjadi milik kita sekarang ini. Kedua, Perkataan Hizkia tidak diinspirasikan oleh Allah, sehingga ungkapan dia tidak sepenuhnya benar. Babel memang tidak menyerang Yehuda pada zamannya, namun negara Asyur memberikan ancaman semasa pemerintahannya (18:13-37). Renungkan: Dari makna yang kedua ini kita bisa menemukan pelajaran yang indah. Betapa besar anugerah Allah sehingga Ia tidak memampukan kita untuk mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Dan betapa besar anugerah-Nya ketika kita mengetahui bahwa Allah beserta dengan kita selalu dan kita ada dalam tangan-Nya. |
(0.20551334782609) | (2Raj 21:1) |
(sh: Seandainya (Sabtu, 15 Juli 2000)) SeandainyaSeandainya. Judul di atas walaupun tidak lengkap namun seringkali menyiratkan nada penyesalan. Penyesalan karena melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan. Jika waktu dapat diputar kembali, Hizkia mungkin akan memilih tidak berdoa untuk kesembuhannya (20:6) agar bangsa Yehuda tidak jatuh di bawah pemerintahan raja Manasye, anaknya sendiri -- seorang raja yang memerintah paling lama dan paling jahat dalam dinasti Yehuda. Dosa dan kejahatan yang dilakukan Manasye memang sangat mengerikan. Ia tidak hanya menandingi raja Ahaz (2-3), bahkan melebihinya. Ia menajiskan rumah Allah dengan berhala-berhala yang dilarang oleh-Nya. Pengaruh jahat yang diberikan ke dalam masyarakat Yehuda sangat dalam. Masa pemerintahannya telah memberikan dampak yang menetap dalam kehidupan bangsa Yehuda (9) sehingga tidak mudah bagi Yosia untuk mengadakan reformasi secara tuntas dalam waktu yang singkat. Tidak cukup demikian, Manasye pun telah mencurahkan darah orang yang tidak bersalah dalam jumlah yang sangat besar (16). Tradisi meyakini bahwa nabi Yesaya dibunuh oleh Manasye ketika ia melaksanakan program pembasmian orang-orang yang setia dan menyembah Allah. Selain pembunuhan, istilah 'mencurahkan darah orang yang tidak bersalah' juga dapat digunakan untuk menggambarkan penindasan terhadap orang-orang miskin ataupun praktek-praktek ketidakadilan sosial yang begitu merebak. Di tangan Manasye bangsa Yehuda benar-benar dibawa kepada kehancuran moral dan akhlak. Ia seharusnya tidak pernah dilahirkan dan tidak akan pernah memerintah Yehuda jika Hizkia tidak berumur panjang. Bayangkan, ia menjadi raja Yehuda ketika berumur 12 tahun. Berarti jika Hizkia tunduk kepada berita dari Allah yang disampaikan melalui Yesaya -- mati karena sakit keras 15 tahun yang lampau, bukankah ini berarti bahwa Manasye tidak pernah dilahirkan? Renungkan: Peristiwa ini dapat merupakan peringatan keras bagi kita di zaman sekarang. Yaitu jika Allah tidak mengabulkan doa kita, sekalipun apa yang kita minta adalah suatu hal yang sangat penting bagi kita, ini dikarenakan Allah sungguh-sungguh mengetahui apa yang terbaik bagi kita dan bagi masyarakat. |
(0.20551334782609) | (1Taw 27:1) |
(sh: Para pemimpin Israel (Sabtu, 23 Februari 2002)) Para pemimpin IsraelPara pemimpin Israel. Daud tidak hanya membagi tugas untuk pelaksanaan ibadah di bait Allah, untuk pemerintahan daerah, tetapi juga untuk lingkungan istananya sendiri. Sistem pembagian tugas dalam pemerintahan Daud rapi dan teratur. Ada 4 bagian besar. Pertama, pembagian pasukan yang bertugas menjaga dan melayani raja per bulan (ayat 1-15). Setiap bulan ada satu pasukan berjumlah dua puluh empat ribu orang dengan satu pemimpinnya bertugas. Bulan berikutnya pasukan lain yang menggantikan tugas. Demikianlah selama setahun satu pasukan hanya bertugas satu bulan. Ini mungkin bukan sistem yang lazim dalam dunia modern. Tetapi, harus diingat bahwa ini bukan pasukan tentara seperti zaman modern, namun tenaga bakti yang melayani untuk kepentingan negara. Pembagian kedua adalah untuk kepala-kepala suku di Israel (ayat 16-24). Ada tiga belas kelompok, termasuk Lewi, lalu keturunan Harun disebutkan secara khusus, suku Manasye disebutkan dua kali, separuh-separuh, dan suku Efraim. Tetapi, tidak disebut sama sekali suku Gad dan Asyer, anak-anak Yakub dari budaknya Lea. Pengangkatan kepala-kepala suku menjadi pejabat ini kemungkinan menunjukkan terjadinya kemajuan dalam sistem pemerintahan dari pola kesukuan ke pola awal ketatanegaraan. Pembagian ketiga adalah untuk pengawasan bagi berbagai bidang yang berhubungan dengan kesejahteraan raja dan isi istananya, seperti mandor di gudang makanan dan kebun-kebun anggur (ayat 25-31). Mereka disebut juga pengawas harta milik raja. Pada bagian akhir pasal ini disebutkan juga tentang penasihat raja (ayat 32-33), yaitu orang yang memberikan masukan dan pertimbangan kepada raja di dalam mengambil keputusan. Peranan penting penasihat raja bisa dilihat pada peristiwa pemberontakan Absalom (ayat 2Sam. 16-17). Pembagian tugas seperti ini menunjukkan keteraturan dalam bidang manajemen pemerintahan raja Daud. Renungkan: Dalam sebuah pemerintahan, yang terpenting bagi kita bukanlah tipe manajerialnya, melainkan fungsi yang dijalankannya. Ia harus menghasilkan pelayanan yang maksimal bagi kemuliaan Allah dan menjadi berkat bagi banyak orang. |
(0.20551334782609) | (2Taw 10:1) |
(sh: Bukan wibawa dan hikmat, tetapi masalah (Sabtu, 18 Mei 2002)) Bukan wibawa dan hikmat, tetapi masalahBukan wibawa dan hikmat, tetapi masalah. Mulai pasal ini, makin terlihat perbedaan antara cara mencatat sejarah Israel versi kitab Tawarikh dan kitab Raja-raja. Dalam Raja-raja, perhatian pada para pengganti Salomo yang awal, tentang sikap mereka terhadap Tuhan dan cara mereka memerintah hanya dibuat sekilas pandang. Sebaliknya Tawarikh memberi lebih banyak perhatian pada kerajaan di selatan, terutama pada Rehabeam, Abia, Asa, dan Yosafat. Sekali lagi terasa oleh kita bahwa penulis tidak terlalu menyoroti dosa raja-raja selatan, bukan karena tidak tahu atau ingin menutup-nutupi, tetapi karena paparan itu akan tidak sesuai dengan tujuan memberi gambaran tentang seorang raja ideal. Perpecahan terjadi karena Rehabeam tidak mewarisi sifat-sifat wibawa dan hikmat seperti yang dijalani oleh Daud kakeknya dan Salomo ayahnya. Memang dengan memindahkan tempat penobatannya dari Yerusalem ke Sikhem (ayat 1), telah terlihat bahwa Rehabeam membaca adanya masalah di antara sepuluh suku-suk u di utara terhadap kepemimpinannya. Namun, sayangnya, pengetahuan itu tidak diiringi oleh aspirasi yang dalam terhadap pergumulan dan penderitaan rakyat. Permohonan Yerobeam agar beban rakyat dikurangi tidak saja ditolak, malah dijawab dengan keputusan membebani lebih banyak karena Rehabeam mendengarkan nasihat orang-orang muda yang berpikiran pendek dan oportunis (ayat 6-11). Masalah sebenarnya sudah berakar sejak awal kehidupan Israel berbangsa. Namun, konsentrasi Salomo pada pembangunan kemewahan untuk dirinya telah menjadi bom waktu yang siap menghancurkan persatuan Israel. Sayang yang Rehabeam warisi dan teladani bukan kewibawaan dan hikmat, tetapi kesalahan yang membuat masalah menjadi lebih besar. Fakta ini tentu juga disadari penulis Tawarikh, namun karena pesannya adalah bahwa rencana kekal Tuhan berlaku di dalam garis keturunan Daud, maka hanya raja-raja dinasti Daud ini yang dinyatakan ada dalam rencana Tuhan itu. Renungkan: Rencana Tuhan tetap berlangsung bahkan melalui alat-alat yang tak layak dan bermasalah, bukan untuk membenarkan kesalahan, tetapi untuk menyadarkan manusia agar bergantung mutlak dan menghormati Tuhan saja. |
(0.20551334782609) | (2Taw 15:1) |
(sh: Reformasi menyeluruh (Kamis, 23 Mei 2002)) Reformasi menyeluruhReformasi menyeluruh. Perang pertama, perang rohani yang Asa menangkan dalam catatan sebelum ini, dilakukannya pada waktu ia masih muda. Logis bahwa pembaruan yang dilakukannya masih terbatas dan belum menyeluruh mencapai seluruh wilayah kerajaannya. Baru sesudah ia memerintah selama lima belas tahun (ayat 10), Asa melanjutkan gebrakan pertamanya. Gerakan pembaruan itu tidak semata lahir dari dorongan Asa untuk mengungkapkan ibadah yang murni kepada Allah, tetapi dipicu oleh firman yang datang melalui nabi Azarya (ayat 1-2). Isi firman itu terdiri dari tiga hal penting. Pertama, gema ucapan Musa dan Yosua yang menyodorkan berkat dan kutuk ke hadapan Yehuda sesuai kesetiaan atau ketidaksetiaan sikap mereka kepada Allah. Kedua, pemaparan bukti-bukti sejarah bahwa firman tersebut benar terjadi (ayat 3-6). Ketiga, perintah agar Asa berteguh hati tetap melanjutkan kesetiaannya kepada Allah dan tid ak be rtindak setengah jalan. Berdasarkan ketiga segi kebenaran firman dari nabi itulah, Asa memulai gerakan reformasi rohani besar-besaran. Pertama, Asa memperluas pembersihan berhala-berhala najis di seluruh wilayah Yudea, Benyamin, bukit-bukit Efraim (ayat 8). Kedua, bukan saja pembersihan berhala di wilayah-wilayah itu, Asa menyadari bahwa pembaruan harus melibatkan perubahan sikap dan kebiasaan orang-orangnya. Itu sebab ia mengumpulkan orang-orang yang hidup dalam kerajaannya, dari semua unsur suku yang ada di sana, orang Yehuda, Benyamin, Efraim, Manasye, Simeon (ayat 9). Dalam hal ini, rakyat tersebut sedia menjalani pembaruan karena melihat kesungguhan tekad Asa. Gerakan dimulai dari teladan murni dan tekun yang menggerakkan hati orang-orang lain. Pembaruan hanya akan menjadi suatu gerakan reformasi apabila tindakan membuang yang salah diiringi dan diikuti oleh tindakan yang benar yang tumbuh menjadi kebiasaan baru; juga bila prinsip dan kebenaran dijunjung tinggi melampaui perasaan dan pertimb angan manusiawi seperti sungkan terhadap pihak yang masih berhubungan keluarga atau teman-teman dekat dlsb. Reformasi semacam itulah yang kini terjadi di bawah kepemimpinan Asa (ayat 10-18). Renungkan: Indah sekali akibat pembaruan: syalom dari Allah. |
(0.20551334782609) | (Neh 7:4) |
(sh: Harus dimulai oleh gerakan Allah (Selasa, 21 November 2000)) Harus dimulai oleh gerakan AllahHarus dimulai oleh gerakan Allah. Dalam masa-masa pemulihan kota Yerusalem yang sudah hancur berantakan, sangat penting bagi Nehemia untuk mempunyai rencana yang tepat dan matang. Setelah tembok selesai dibangun, pintu- pintu gerbang telah didirikan, dan orang-orang yang berkompeten dan berintegritas sudah diangkat untuk tugas-tugas selanjutnya, Nehemia tidak tergesa-gesa melakukan tindakan selanjutnya. Ia masih melihat ada masalah internal di Yerusalem yang harus segera diselesaikan yaitu kota yang luas dan besar itu ternyata hanya berpenduduk sedikit dan masih banyak dari antara mereka yang belum mempunyai rumah, namun Nehemia menunggu sampai Allah menyatakan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Maka Allah memberitahukan kepada Nehemia rencana selanjutnya yaitu mengumpulkan para pemuka, para penguasa, dan rakyat untuk mencatat silsilah mereka. Tindakan Nehemia ini bukan suatu kesombongan ataupun kepongahan seperti yang pernah dilakukan Daud dahulu, sebab Allahlah yang memberikan petunjuk untuk melakukan pencatatan silsilah orang-orang yang kembali dari pembuangan. Hal ini memperlihatkan kualitas kepemimpinan Nehemia yaitu ia selalu memulai dari gerakan Allah terlebih dahulu, kemudian bertindak berdasarkan rencana dan gerakan Allah tersebut. Hasilnya sungguh luar biasa. Daftar silsilah orang yang pulang dari pembuangan ini memberikan informasi kepada Nehemia tentang tempat tinggal para keluarga yang pulang dari pembuangan itu. Informasi ini berguna bagi Nehemia untuk menempatkan beberapa dari mereka di Yerusalem kelak (11:1-36). Misi yang dimulai dari gerakan Allah ini memperlihatkan kepada kita pelajaran yang indah dalam karya Allah. Tembok memang penting bagi perlindungan, pertahanan, dan martabat sebuah bangsa, namun aspek yang lebih mendasar adalah penempatan kembali bangsa Israel di Yerusalem. Prinsip ini memperlihatkan bahwa manusia tetap menjadi fokus utama dalam kelanjutan karya Allah di dunia. Renungkan: Inilah teladan bagi gereja-gereja masa kini dalam menjalankan misinya. Ada 2 hal mendasar yang harus selalu kita ingat ketika menjalankan suatu pelayanan Kristen. Pertama apakah pelayanan ini dimulai oleh gerakan Allah? Kedua, apakah pelayanan ini mempunyai fokus kepada manusia? |
(0.20551334782609) | (Ayb 2:11) |
(sh: Simpati dan Empati (Sabtu, 27 November 2004)) Simpati dan EmpatiSimpati dan Empati. Kata-kata hiburan yang terlalu cepat diucapkan, tidak akan terlalu menolong. Kesalahan seperti ini banyak kita lihat dalam adegan-adegan film seperti ketika orang menderita sakit berat, atau mengalami kecelakaan, sering orang lain menghibur dengan ucapan: "Tidak usah kuatir. Segalanya akan beres. Engkau tidak akan mengalami masalah berat." Maksud ucapan penghiburan itu mungkin baik, tetapi sayang orang bermasalah berat tidak akan ditolong hanya dengan simpati. Seorang perempuan misionari berusia setengah baya tiba-tiba mengalami depresi berat. Ia beroleh panggilan untuk melayani Tuhan penuh waktu belum berapa lama. Sesudah mengalami pembaruan hidup ia merasakan panggilan Allah. Tetapi mengapa kini di tengah ia menjawab panggilan itu, ia depresi? Selidik punya selidik, ternyata akar masalahnya ada di masa kecilnya. Ketika masih usia belia, ia diperkosa berulangkali oleh kakeknya sendiri. Luka batin dahsyat itu mendadak pecah. Bagaimana konselor menolongnya menjalani pemulihan diri? Tidak dengan simpati gampangan tetapi dengan empati. Ketika perempuan itu dengan pedih menangis pilu, "Di manakah Allah ketika kakekku merejang memperkosaku?" Si konselor menjawab singkat dengan nada lirih, "Ia di kamar itu juga bersamamu, menanggung derita tak terperi." Empati sarat pemahaman teologis itu berhasil mendukung perempuan itu bangkit dari kehancurannya tentu masih diikuti oleh perjuangan panjang dan berat. Mengapa empati seperti yang diungkapkan Elifas, Bildad, dan Zofar adalah sikap yang paling tepat? Dengan menghibur dan mengucapkan kata-kata menguatkan, orang memposisikan diri lebih daripada yang dihibur. Dengan menangis, mengoyakkan baju, membisu, teman-teman Ayub memposisikan diri serendah dasar terdalam jurang derita temannya itu. Hanya ketika orang yang menderita memiliki orang lain yang sepenanggungan, ia akan sungguh tertolong. Ingat: Satu-satunya yang mengerti penuh derita manusia adalah Kristus, sebab Ia menjadi manusia, dicobai dalam segala perkara, mati dan bangkit bagi kita. Bagikan empati Kristus itu melalui hidup Anda. |
(0.20551334782609) | (Ayb 4:1) |
(sh: Ia memukul, namun juga menyembuhkan (Sabtu, 20 Juli 2002)) Ia memukul, namun juga menyembuhkanIa memukul, namun juga menyembuhkan. Teman-teman Ayub mempunyai keyakinan yang sama tentang kekuasaan Tuhan. Itu sebabnya Elifas, teman Ayub, beranggapan bahwa musibah yang menimpa Ayub memang merupakan rancangan Tuhan dan bukan sesuatu yang terjadi di luar kehendak-Nya. Namun, kali ini rancangan Tuhan untuk Ayub ialah menghukumnya dan penyebabnya jelas: Ayub telah berdosa (ayat 4:17). Elifas terus berusaha menasihati Ayub untuk tetap bersabar (ayat 5:2-6), memasrahkan diri ke dalam tangan Allah, sebab Dia berkuasa mengubah segala sesuatu (ayat 8). Asal saja Ayub sabar, penderitaan ini dapat juga merupakan disiplin (ayat 5:17). Bahkan Elifas mengatakan bahwa "Dia yang melukai ... juga yang membebat" (ayat 18). Semua nasihat Elifas ini benar. Tetapi, hal itu tidak menjawab pergumulan Ayub. Pada akhir kitab ini, kita dapat membaca bahwa kesimpulan Elifas keliru. Menurut Elifas penderitaan Ayub merupakan ganjaran Allah atas kejahatan yang Ayub lakukan. Elifas memutlakkan hukum sebab-akibat. Akibatnya, ia tidak berhasil meringankan derita Ayub, tetapi justru tambah membebaninya. Dari kisah ini, kita belajar beberapa hal penting mengenai pemahaman Kristen tentang penderitaan. Pertama, Kristen harus belajar untuk tidak melihat penderitaan dari satu sudut pandang saja. Misalnya, walaupun fakta di sekeliling kita menunjukkan bahwa penderitaan mengganggu keserasian ciptaan Allah, namun Allah mengizinkan penderitaan itu terjadi untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Kedua, selama Kristen berada di dunia, maka kemungkinan kita akan mengalami penderitaan. Itu bukan karena dosa atau salah kita. Misalnya, bencana alam dan sakit. Ketiga, Kristen harus menentukan sikap yang tepat ketika mengalami penderitaan, yaitu menyerahkan diri kepada Tuhan, mohon kekuatan untuk mengerti makna yang terkandung di dalamnya. Renungkan: Kekuatan serta penghiburan diberikan Tuhan padaku. Tiap hari aku dibimbing-Nya; tiap jam dihibur hatiku. Dan sesuai dengan hikmat Tuhan 'ku dib'rikan apa yang perlu. Suka dan derita bergantian memperkuat imanku (KJ. 332). Ketika Anda berada dalam penderitaan, hayati syair lagu ini. |
(0.20551334782609) | (Ayb 9:1) |
(sh: Allah bebas bertindak, tetapi tidak pernah salah bertindak (Selasa, 23 Juli 2002)) Allah bebas bertindak, tetapi tidak pernah salah bertindakAllah bebas bertindak, tetapi tidak pernah salah bertindak. Di dalam bukunya, The Lion, the Witch, and the Wardrobe, C. S. Lewis menggunakan figur singa sebagai perlambangan Tuhan. Lewis menggambarkan kemahakuasaan Tuhan sebagai sesuatu yang mendebarkan, namun meneduhkan. Mendebarkan karena kita tidak dapat mengatur Tuhan; meneduhkan sebab Ia baik. Sebenarnya Ayub sudah memiliki pemahaman yang benar tentang Tuhan. Ia sadar bahwa Tuhan bebas berkehendak dan tidak ada seorang pun yang dapat atau berhak menggugat keputusan-Nya. Bahkan Ayub tidak membantah pernyataan bahwa Allah itu adil dan berkuasa. Namun, di dalam kesengsaraannya, Ayub menggugat dan mempertanyakan ketetapan-Nya. Ia merasa tidak selayaknya menderita seperti ini. Bagi Ayub, Tuhan telah bertindak tidak adil. Ada kalanya kita pun menggugat Tuhan bahwa Ia tidak adil. Kita marah karena yang kita dapatkan tidak seperti yang kita harapkan, sebab bukankah kita telah hidup dengan benar di hadapan Tuhan? Bila kita perhatikan, jawaban-jawaban yang diungkapkan Ayub selain menyatakan betapa berdaulatnya Allah, juga mengungkapkan betapa lemahnya manusia. Betapa berkuasanya Pencipta atas ciptaan-Nya. Ayub sungguh menyadari siapa dia yang sesungguhnya di hadapan Allah. Ia tidak mampu melawan kehendak-Nya meski dengan kekuatan penuh. Kesadaran Ayub ini membuatnya mampu menghadapi dan mengatasi penderitaan yang dialaminya. Kadang mengikut Tuhan membuat kita berdebar penuh keragu-raguan karena kita tidak tahu apa yang akan Ia perbuat kemudian. Keragu-raguan ini yang kerap menimbulkan kesulitan dalam diri kita untuk menyadari bahwa kuasa Allah hadir dalam penderitaan tiap-tiap orang. Seandainya tiap-tiap orang memiliki kesadaran bahwa Dialah Tuhan, Dialah yang menetapkan segalanya, maka penderitaan yang berat sekalipun akan mampu dihadapi. Renungkan: Jika Tuhan mengizinkan kita mengalami penderitaan, yakinlah bahwa Dia pasti akan memberikan pertolongan-Nya kepada kita untuk kita menemukan kekuatan-Nya. |
(0.20551334782609) | (Ayb 13:1) |
(sh: Ketika tidak ada yang membela (Rabu, 8 Desember 2004)) Ketika tidak ada yang membelaKetika tidak ada yang membela. Pernahkah Anda merasa sendirian menghadapi masalah? Teman dan kerabat tidak bersimpati karena mereka menganggap Anda sendiri penyebab masalah itu. Bahkan Anda merasa Tuhan pun sepertinya tidak peduli. Kekecewaan dan kemarahan terasa oleh kita dalam ucapan Ayub terhadap para sahabatnya. Ayub menuduh mereka sebagai tabib-tabib palsu yang tidak menolong kesakitan Ayub, sebab tuduhan-tuduhan mereka adalah dusta (ayat 4). Sebaiknya mereka tutup mulut saja (ayat 5). Ayub merasa bahwa teman-temannya telah mencatut nama Allah untuk meneguhkan pandangan mereka akan keberdosaan dirinya (ayat 7-8). Oleh sebab itu, ia balik mengingatkan para temannya itu bahwa Allah tidak bisa ditipu. Mereka sendiri akan diminta pertanggungjawaban oleh Tuhan atas tuduhan yang tak mendasar itu (ayat 9-11). Sesudah menegur keras sahabat-sahabatnya, Ayub menantang mereka untuk berhenti berbicara, lalu mendengarkan pembelaan yang akan Ayub buat sendiri di hadapan Allah (ayat 12-18). Nada bicara Ayub terhadap Allah bercampur antara marah, pengakuan iman, permohonan, kepahitan. Di satu pihak Ayub yakin bahwa dirinya benar (ayat 22-23). Di lain pihak Ayub menganggap Allah telah memperlakukannya secara tidak adil (ayat 24,26), terlalu keras (ayat 25), tidak sesuai dengan daya tahan manusia yang sangat terbatas (ayat 27). Tidak ada hal lain yang diharapkannya selain keadilan Allah. Allah yang melihat kehidupan Ayub yang tidak bersalah pastilah akan menyelamatkannya. Itulah iman dan keterbukaan Ayub di hadapan-Nya. Ia meminta Allah menyatakan kesalahannya dan tidak hanya berdiam diri (ayat 24-25). Mari kita belajar dari Ayub. Ketika teman tidak peduli bahkan menyerang kita, bahkan Allah pun sepertinya bungkam, kita harus terus mencari wajah-Nya. Meski ada pertanyaan pelik dan kebingungan, Ayub tidak menjauhi Allah. Ia menujukan pertanyaan dan permohonannya kepada Sang Pembela sejati. Renungkan: Manusia bisa salah mengerti kita. Allah sempurna mengenal kita. Dialah pembela sejati kita. |
(0.20551334782609) | (Ayb 21:1) |
(sh: Kenyataan hidup ini rumit adanya (Jumat, 2 Agustus 2002)) Kenyataan hidup ini rumit adanyaKenyataan hidup ini rumit adanya. Sebenarnya yang dapat menolong orang yang sedang dalam penderitaan adalah sahabat yang sedia sama menanggung dan mendengarkan, bukan mengecam dan menghakimi (ayat 2). Dengan terus terang Ayub menyatakan bahwa hatinya "terhenyak" oleh ketiadaan empati para sahabatnya itu (ayat 5). Karena inti kecaman para sahabatnya berkisar di dua hal: bahwa penderitaan Ayub adalah akibat dosa dan bahwa penderitaan itu berasal dari Tuhan yang menghukum, kini Ayub mengajukan gigih bantahannya di sekitar dua hal itu pula. Pertanyaan Ayub adalah kebalikan dari argumen-argumen Zofar, dan dua sahabatnya lainnya, Bildad dan Elifas. Sebaliknya dari mendukung kesimpulan bahwa Allah menghukum orang berdosa, Ayub kini mengajukan fakta-fakta tentang orang berdosa yang justru tidak sedikit pun memperlihatkan adanya hukuman Tuhan atas hidup mereka (ayat 9b). Berlawanan dari pendapat Zofar yang mengatakan bahwa orang berdosa akan mati muda (ayat 20:11), ternyata mereka panjang umur bahkan semakin uzur semakin bertambah kuat (ayat 7). Keturunan mereka bukannya menderita (ayat 20:10), tetapi bertambah-tambah dan berhasil (ayat 8). Mereka tidak merana miskin, tetapi ternak mereka berkembang biak dan membuat mereka semakin kaya (ayat 10-11). Bahkan sebaliknya dari mengalami penderitaan dan ketidakbahagiaan, hidup mereka penuh dengan keceriaan perayaan (ayat 12-13). Tuhan bahkan tidak berbuat apa pun dalam kenyataan dunia sementara ini, bahkan terhadap orang-orang yang membuang Dia (ayat 14-16). Ayub mengajukan fakta-fakta ini tidak untuk meragukan keadilan Tuhan, tetapi ia berpendapat bahwa tidak selalu Tuhan langsung menghukum di dunia ini secara langsung (ayat 17-21). Keadilan Allah atas orang fasik dan atas orang benar mungkin sekali baru terjadi pada penghakiman kekal di akhir zaman nanti (ayat 30). Renungkan: Banyak masalah dan pergumulan iman kita tidak dapat dijawab dengan pikiran dan ide yang sempit dan pendek. Masalah pelik harus disoroti dari perspektif kekal dan lingkup kebenaran menyeluruh. Bila tidak, bukan hiburan, tetapi ocehan hampa makna yang orang akan dapatkan. |
(0.20551334782609) | (Ayb 40:1) |
(sh: Ayub Takjub dan Takzim (Selasa, 20 Desember 2016)) Ayub Takjub dan TakzimSetelah membaca gugatan panjang Tuhan yang tersaji dalam tujuh puluh satu ayat (Ayb. 38:1-39:33), penulis kitab menyanyikan replik atau jawaban Ayub atas gugatan Tuhan tersebut. Terhadap para sahabatnya, Ayub berani berbantah, berdebat, dan beradu berargumentasi dengan sengit.Saat Tuhan menantang Ayub, justru respons yang diberikan Ayub menjadi berbeda, "Bersiaplah engkau sebagai laki-laki! Aku akan menanyai engkau supaya engkau memberitahu Aku" (Ayb. 38:3). Kita mesti membayangkan bahwa sikap Ayub ini bukan sebuah reaksi spontan yang muncul seketika, setelah Tuhan melancarakan berbagai pertanyaan gugatan yang keras dan tajam kepadanya. Ayub pasti kaget bahwa Tuhan menginterupsi perdebatannya dengan para sahabatnya dengan melontarkan pelbagai pertanyaan yang dahsyat. Melalui pertanyaan tersebut, Tuhan menyatakan siapakah diri-Nya. Tampaknya, Ayub sejenak merenung dan menyimak dengan serius apa-apa yang dikatakan Tuhan. Ayub menyelidiki dengan cermat berbagai hal yang diungkapkan Tuhan dengan panjang lebar. Sebagai seorang yang jujur dan beriman kepada Tuhan, Ayub melakukan introspeksi diri. Setelah merenungkannya secara mendalam, Ayub takjub dan takzim. Ia terdiam dan tidak dapat berkata-kata (speechless). Apa pun pertanyaannya, Ayub hanya bisa memberikan jawaban bahwa segala sesuatu yang ada di balik alam semesta dan yang terus bergerak hanya Tuhan. Mengenai dirinya, Ayub tidak ikut andil dalam apa pun dalam mengaryakan pekerjaan Tuhan. Kesadaran Ayub terlihat dari pernyataannya yang jujur dan rendah hati, "Sesungguhnya, aku ini terlalu hina ; jawab apakah yang dapat kuberikan kepada-Mu? Mulutku kututup dengan tangan" (Ayb. 39:37). Menutup mulut dengan tangan menggambarkan sikap takjub dan kekaguman yang luar biasa. Alkitab suka menggunakan kata "takjub dan takzim" sebagai ekspresi dan ungkapan "takut akan Tuhan". Sikap hati seperti itu merupakan tindakan yang tepat, ketika kita menyadari kebesaran dan keagungan-Nya. [SS] |
(0.20551334782609) | (Mzm 7:1) |
(sh: Kedaulatan Allah, Hakim yang adil (Sabtu, 18 Maret 2000)) Kedaulatan Allah, Hakim yang adilKedaulatan Allah, Hakim yang adil. Banyak hal terjadi dalam kehidupan kita yang seringkali membuat kita bertanya: "Mengapa semuanya ini terjadi dalam hidupku, padahal aku telah mempertahankan hidup benar di hadapan-Nya?" Daud pun mengalami pergumulan yang sama. Dalam perjalanan hidup iman dan kesalehan hidupnya di hadapan Tuhan, ia mempertanyakan berbagai tragedi yang dialaminya. Daud tahu kepada siapa ia mengadukan semuanya ini. Di tengah segala tantangan, ancaman, dan penderitaan yang disebabkan para lawannya, Daud berseru kepada Tuhan yang setia mendengarkan doanya. Ia berani mengadu dan menyatakan ketidakbersalahannya, karena keyakinannya akan hidupnya yang benar. Melalui pergumulan dan jawaban doa, pengenalannya akan Tuhan semakin bertumbuh. Ia menyadari adanya kedaulatan Tuhan yang melampaui tindakan, kebenaran, pengertian, dan standar manusia. Orang benar diizinkan mengalami berbagai tekanan, ancaman, tantangan, dan pergumulan agar semakin mengerti arti hidup benar di hadapan-Nya. Justru melalui pergumulan inilah, ada sesuatu yang begitu istimewa yang dibukakan oleh Tuhan tentang misteri pergumulan. Orang benar tidak seharusnya meragukan kehidupan benarnya atau kesetiaan Tuhan kepadanya, ketika dalam pergumulan. Daud kenal Tuhan sebagai Hakim yang adil, yang akan murka kepada orang fasik dan meneguhkan orang benar. Pada akhirnya Daud menyaksikan bagaimana Tuhan bertindak menyelamatkannya dengan cara-Nya sendiri. Tuhan memakai berbagai rencana dan tindakan kejahatan justru untuk menunjukkan keadilan-Nya dan menyempurnakan pembentukan anak-anak-Nya. Daud dapat bersyukur ketika ia mengerti dan mengalami bagaimana keadilan-Nya berlaku dalam kehidupannya. Betapa leganya ketika dia menyaksikan bagaimana orang yang merencanakan segala kejahatan itu ternyata "kena batunya". Renungkan: Pengalaman dalam kehidupan silih berganti antara suka dan duka. Kristen hampir tidak pernah lepas dari pergumulan karena hidup dalam dunia yang berlawanan arus. Teladanilah sikap pengaduan Daud dengan motivasi mencari jawab dan kepastian keadilan Tuhan bagi orang benar seperti dirinya. Dan bersyukurlah bila kita tetap memiliki pengharapan akan keadilan Tuhan. Ia pasti menyatakan keadilan-Nya. |
(0.20551334782609) | (Mzm 9:1) |
(sh: Keadilan Tuhan (Rabu, 9 Januari 2008)) Keadilan TuhanJudul : Keadilan Tuhan Dilihat dari strukturnya yang berupa puisi akrostik (setiap bait dimulai dengan abjad Ibrani secara berurutan), Mazmur 9 dan 10 sangat mungkin merupakan satu gubahan. Dalam bagian pertama (ayat 9:2-13), pemazmur mulai dengan menaikkan syukur karena perbuatan tangan Tuhan pada masa lampau. Sejarah Israel adalah kesaksian hidup dan nyata betapa Tuhan adalah hakim yang adil atas bangsa-bangsa. Tuhan menyelamatkan Israel dari bangsa jahat yang memperbudak mereka (Kel. 1-15), dan kemudian memakai Israel sebagai alat penghukuman bagi bangsa-bangsa Kanaan yang fasik dengan penyembahan berhala yang memakai ritual najis (lih. Kitab Yosua). Konflik antara baik dan jahat kita alami bukan saja dalam lingkup perorangan, tetapi juga dalam lingkup sosial dan internasional. Seperti halnya mazmur ini memperlihatkan pergumulan umat Tuhan PL, ia juga menjadi bayang-bayang dari pergumulan gereja di zaman sekarang ini. Hanya satu sebab agar umat Tuhan dari zaman ke zaman dapat bertahan dan tetap mengukir sejarah, yaitu fakta bahwa Tuhan Allah memerintah sejarah (ayat 8) serta aktif melindungi umat-Nya (ayat 11). Di Indonesia kini pun gereja dan orang Kristen bergumul untuk dapat hadir secara terhormat dan dengan hak penuh. Andaikan kondisi ideal tersebut sewaktu-waktu terganggu, merupakan penghiburan dan kekuatan bagi kita untuk menatap kepada Tuhan agar Ia menunjukkan keadilan-Nya. Tangan Tuhan berdaulat atas jalannya sejarah. Tidak ada bangsa yang jahat yang tetap tinggal berjaya. Satu kali kelak mereka akan dihukum oleh karena kefasikan mereka, terutama karena melawan Tuhan dan umat-Nya. Kita perlu berdoa agar apa pun yang Tuhan akan perlakukan atas bangsa kita, akhirnya rakyat dan pemimpin bangsa kita akan mengetahui bahwa mereka adalah manusia biasa (ayat 21) yang harus tunduk kepada Allah, taat, dan menyesuaikan pola sikap dan kelakuan mereka, termasuk kepada orang Kristen, sesuai dengan kebenaran Allah sendiri. |
(0.20551334782609) | (Mzm 16:1) |
(sh: Menghadapi ancaman murtad dan maut (Sabtu, 11 Januari 2003)) Menghadapi ancaman murtad dan mautMenghadapi ancaman murtad dan maut. Sulit untuk melihat bahwa pemazmur sedang menghadapi ancaman kompromi menuju murtad dalam ayat 1-5. Ada baiknya kita mulai dengan melihat isi permohonan pemazmur di ayat 4b-6, yakni tekad dan kerinduan agar Tuhan sepenuhnya menjadi harta kehidupannya, satu-satunya tambatan hati. Doa itu dipanjatkan karena ia tidak ingin mengalami nasib orang seperti yang digambarkannya di ayat 4a. Ayat 1 adalah doa agar Allah melindungi dia dari nasib tersebut. Nasib buruk itu adalah akibat dari perbuatan orang yang dituturkannya di ayat 2, yaitu ucapan orang yang sebaliknya dari menjadikan Tuhan Allah saja sebagai yang terbaik, mulia, sumber kesukaan, kini menjadikan "Tuhan" dan "orang-orang kudus" sebagai ganti Tuhan yang sejati. Jadi, ayat 2 seharusnya dilihat sebagai dosa penyembahan berhala, bahwa orang memuja dan mengandalkan hal-hal apa saja yang dianggapnya mulia, tetapi yang bukan Allah sejati. Dosa ini hanya dapat diatasi dengan tekad dan komitmen untuk tidak mendua hati menjadikan Allah sebagai harta abadi jiwa kita (ayat 5-6). Untuk orang yang telah belajar menyingkirkan segala macam bentuk allah palsu dari kehidupannya, maut tidak lagi menjadi ancaman yang menakutkan. Allah sedemikian akrab sehingga di kegelapan malam pun Allah selalu memberikan pengajaran yang memurnikan hati nurani (ayat 7) dan Allah terpampang jelas dalam penglihatan mata hati pemazmur (ayat 8). Mazmur ini telah diartikan sebagai mazmur mesianis (Kis. 2:25-28; 13:35) menunjuk kepada kebangkitan Kristus. Memang benar bahwa kebangkitan Kristus tidak saja menyatakan kemenangan Kristus dari maut, tetapi juga dasar bagi kehidupan kekal kita yang tak dapat binasa. Renungkan: Mengkonsumsi barang palsu mungkin tidak fatal, tetapi memperallah yang bukan Allah pasti menghasilkan akibat ngeri. |
(0.20551334782609) | (Mzm 24:1) |
(sh: Ya Raja Kemuliaan, datanglah! (Senin, 24 Februari 2003)) Ya Raja Kemuliaan, datanglah!Ya Raja Kemuliaan, datanglah! Tujuan Allah menitipkan alam kepada manusia adalah agar manusia dapat menjaga keseimbangan dan integritas alam ciptaan-Nya. Namun, keadaan yang terjadi justru sebaliknya. Manusia lebih cocok disebut penghancur bumi daripada pemelihara bumi. Apakah Allah akan bertindak terhadap para penghancur bumi ciptaan-Nya? Mazmur ini memberikan jawaban kepada kita. Bahwa Dia, sang Pencipta langit dan bumi, yang menguasai alam semesta, dan yang bertakhta atas dunia ini (ayat 1-2) suatu saat akan datang dan mengklaim milik-Nya. Maka, celakalah mereka yang tidak layak bila saatnya tiba. Siapakah yang layak menghampiri gunung-Nya yang kudus, berdiri di hadapan takhta kudus-Nya? Hanya mereka yang menjaga diri dari kenajisan hidup, yang bersih dan integritas dirinya utuh (ayat 4), serta selalu mencari dan melakukan apa yang berkenan kepada-Nya (ayat 6) yang akan menerima berkat Tuhan dan keselamatan dari-Nya (ayat 5). Dia akan datang, dan sungguh kedatangan-Nya akan membuat kubu-kubu yang tertutup dengan rapat menjadi terbuka, tiada yang dapat bertahan di hadapan Raja Kemuliaan (ayat 7-9). Tidak satu pintu pun yang tinggal tertutup dapat bertahan di hadapan Pemilik alam semesta. Manusia boleh mencoba menolak Raja Kemuliaan sebagaimana dulu kedatangan-Nya yang pertama telah ditolak (Yoh. 1:11), bahkan mereka menyalibkan Dia (Mat. 17:22, 23). Tetapi, kali ini Dia akan datang sebagai Raja Kemuliaan yang berdaulat dan berkuasa penuh. Dia akan meminta tanggung jawab dan kesiapan kita. Siapakah yang dapat bertahan di hadapan-Nya? Renungkan: Tujuan kedatangan-Nya yang pertama adalah untuk menjadi juruselamat dunia. Tujuan kedatangan yang kedua adalah untuk menyatakan kerajaan-Nya yang mulia. Waspadalah dan persiapkan diri Anda. Jangan sampai Anda ditolak-Nya karena kedapatan tidak siap! |
(0.20551334782609) | (Mzm 25:1) |
(sh: Petunjuk hidup baru (Selasa, 25 Februari 2003)) Petunjuk hidup baruPetunjuk hidup baru. Mazmur ini lahir dari pergumulan seorang yang hidup dalam persekutuan yang mesra dengan Tuhan. Ia menyadari dosanya, namun yakin dan percaya bahwa kasih setia Allah menaunginya. Ia datang kepada Tuhan meminta pembebasan dari kesesakan batiniah dan ancaman lahiriah. Sikap pemazmur yang merupakan sikap iman tersebut mencakup tiga hal: [1] seluruh perhatian pemazmur diarahkan kepada Tuhan, {2] ia mempercayakan dirinya kepada Allah, sehingga ia merasa tak mungkin dipermalukan oleh musuh, [3] ia juga menanti-nantikan Tuhan, sehingga masa depannya terbuka karena Tuhan menyelamatkan umat-Nya (ayat 1-3). Dari sikap iman yang demikian, di dalam kesulitan pribadi yang dialaminya, pemazmur meminta kepada Allah -- seperti yang pernah di lakukan Musa di padang gurun -- agar ia mengenal jalan Tuhan, supaya ia dapat hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan (ayat 4-5, bdk. 1:6). Sama seperti orang tua yang membesarkan dan melatih anak-anaknya, Allah mengajarkan dan menunjukkan jalan itu, dan bertindak sebagai navigator dalam perjalanan hidup umat. Sejak zaman dahulu kala, kasih setia Tuhan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan di dalam kehidupan umat-Nya. Sekalipun pemazmur menyadari hal ini, tetapi ia juga meminta agar Tuhan mengampuni perbuatan dosa masa mudanya. Akankah Tuhan memberikan pengampunan kepadanya? Jika kasih setia yang diingat Tuhan, maka nasib orang berdosa itu ditentukan menurut kebaikan Tuhan (ayat 6-10). Tuhan penuh kasih dan kesabaran. Kita acap kali tidak dapat bertahan untuk hidup kudus dan benar, tetapi Allah selalu mengampuni dan memberi kesempatan untuk memperbaiki diri. Renungkan: Setiap kali pengampunan dinyatakan, petunjuk hidup baru diberikan. Sekarang hiduplah senantiasa dalam pola petunjuk hidup baru yang telah Allah berikan dalam kehidupan Anda! |
(0.20551334782609) | (Mzm 42:1) |
(sh: Merindukan Allah (Minggu, 12 Agustus 2001)) Merindukan AllahMerindukan Allah. Pernahkah Anda merasakan kegalauan rasa rindu yang tak terbendung ketika terpisah dari orang-orang yang Anda cintai? Hasrat seperti inilah yang dirasakan pemazmur.
Pemazmur merindukan Tuhan dengan hasrat yang sedemikian besar, tak
tertahankan lagi dan harus segera mendapat pemenuhannya (ayat Getaran rasa rindu yang sedemikian besar terhadap Tuhan seringkali tidak kita miliki. Hal ini dapat terjadi karena kita tidak menyadari bahwa kebutuhan kita yang terdalam, tidak lain adalah Allah yang hidup, sumber kehidupan kita (ayat 3, 9). Dialah sumber pertolongan yang melindungi dan memerintahkan kasih setia-Nya (ayat 6, 9, 12). Renungkan: Apakah kita menyadari bahwa diri kita tidaklah mungkin dapat terpisah dari Allah karena kita tidak dapat hidup tanpa Dia? Dialah kebutuhan kita yang paling mendasar, dan tanpa Dia keberadaan kita tidaklah berarti apa-apa. Bacaan untuk Minggu ke-10 sesudah Pentakosta Lagu: Kidung Jemaat 402 Pa 6 Mazmur 40 Mazmur ini merupakan cerminan hati Daud tentang hasratnya yang sedemikian kuat kepada Tuhan. Hasrat ini terus bertumbuh seiring dengan pertumbuhan keyakinan dan harapannya yang tidak pudar melintasi berbagai problematika kehidupan. Hasrat ini bukanlah dibangun di atas harapan yang semu ataupun keyakinan yang tidak beralasan, melainkan dibangun di atas dasar kasih setia Tuhan yang dapat dipercaya. Pertanyaan-pertanyaan pengarah: 1. Pada ayat 2-6 Daud memuji Tuhan atas apa yang sudah Tuhan kerjakan baginya. Bagaimanakah Daud menggambarkan pertolongan Tuhan kepadanya (ayat 2b-4a)? Apakah hubungan antara karya Tuhan ini dengan hasratnya kepada Tuhan (ayat 2a)? Dampak apakah yang dihasilkan oleh pertolongan Tuhan tersebut (ayat 4b)? Bagaimanakah hal ini mempengaruhi cara pandang Daud tentang Tuhan dan orang yang berbahagia (ayat 5, 6)? 2. Mengapakah Daud memohon agar Tuhan tidak menahan rakhmat-Nya melainkan segera menolongnya (ayat 12, 14)? Kesadaran tentang faktor-faktor eksternal (ayat 13a) dan internal (ayat 13b) apakah yang mendorongnya berdoa seperti ini? Apakah hasratnya kepada Tuhan menjadi luntur dalam situasi seperti ini (ayat 14b)? 3. Apakah yang menjadi harapan Daud bagi musuh-musuhnya (ayat 15) dan orang-orang yang mencari Tuhan dan mencintai keselamatan daripada-Nya (ayat 17)? Apakah dasar bagi harapan-harapannya? 4. Apakah dampak dari pertolongan Allah yang pernah dialaminya (ayat 2-11) terhadap pergumulan yang sedang dihadapinya (ayat 12- 14)? Bagaimana hal itu juga berpengaruh terhadap harapannya untuk masa yang akan datang (ayat 15-17)? 5. Bagaimana dengan kita? Bagaimanakah kita dapat menemukan keyakinan pada masa kesesakan dan harapan untuk masa yang akan datang? Apakah dasar bagi keyakinan kita akan pertolongan Tuhan? 6. Di tengah-tengah pergumulan kita sehari-hari, apakah kita memiliki keyakinan bahwa Tuhan akan menunjukkan kasih setia-Nya untuk masa kini dan masa yang akan datang, sama seperti pada masa yang lampau? Hal-hal apakah yang menghambat proses ini? |